Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

“ BATUAN METAMORF ”

Disusun Oleh
Nama : Muhammad Fakhri Adjie
NPM : 140710220005
Kelompok : 1
Nama Asisten : Lukman Hakim

LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
MODUL 3
BATUAN METAMORF
RABU, 21-09-2022

I. Tujuan Praktikum
1.1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan cara pembentukan batuan
metamorf
1.2. Praktikan mampu mengetahui jenis - jenis batuan metamorf
1.3. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan metamorf

II. Alat dan bahan


2.1. Komparator batuan
2.2. Kertas HVS
2.3. Alat tulis

III. Teori Dasar


3.1. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf sering disebut sebagai batuan ubahan yang bisa berasal
dari batuan sedimen atau dari batuan beku yang kemudian terkena tekanan yang
besar dan/atau berada dekat wilayah bertemperatur sangat tinggi dan akhirnya
terbentuk batuan metamorf.
Batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen mempunyai ciri
perlapisan menjadi gelombang tidak rata serta rapat karena kena tekanan. Sedang
yang berasal dari batuan beku tentu saja tidak terdapat adanya tanda batas-batas
lapisan batuan, setelah menjadi batuan metamorf batuan biasanya menjadi lebih
keras, kompak, dan lebih mengkilat karena tekanan dan temperatur tinggi.
Batuan metamorf secara umum diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
yang berfoliasi atau berlapis misalnya batuan sekis atau filit. Batuan metamorf
yang tidak berfoliasi misalnya batu marmer juga filit. Penamaan jenis batuan
metamorf bisa berdasarkan tekstur yang terdiri dari aransemen besar butir dan
besar butir itu sendiri.
Struktur pada batuan metamorf dapat terlihat massif, sedikit schistose,
sangat schistose, schistose berpola atau augen gneiss. Setiap jenis batuan metamorf
berdasarkan hasil rekristalisasi mineralnya dapat diketahui temperatur dan tekanan
yang berperan saat pengubahan dari batuan lain menjadi batuan metamorf.

3.2. Proses Pembentukan Batuan Sedimen


Faktor utama atau penyebab metamorfosis adalah perubahan suhu, tekanan,
dan kandungan kimia. Perubahan terjadi pada batuan padat. Perubahan ini terjadi
untuk mengembalikan keseimbangan ke bebatuan yang terkena lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan yang semula terbentuk.

3.2.1. Suhu
Suhu merupakan faktor utama pada proses metamorfik yang paling
penting. Meningkatnya suhu bisa disebabkan oleh penguburan (tekanan
batuan yang berada diatasnya atau gradien panas bumi) atau karena intrusi
magma. Keseimbangan suhu meningkat dengan bertambahnya kedalaman.
Seiring dengan meningkatnya suhu batuan, mineral mulai berubah dari
keadaan padat ke keadaan cair, dan reaktivitas pori-pori fluida di batuan
meningkat. Namun, dibawah 200°C, sebagian besar mineral akan tetap
tidak berubah. Pada kondisi suhu yang lebih rendah dari ini, perubahan
pada batuan terjadi melalui pelapukan (di permukaan) atau diagenesis
(selama penguburan). Jika suhu naik sampai 650°C, kisi kristal pecah dan
bereaksi dengan menggunakan kombinasi yang berbeda dari ion yang sama
dan struktur atom yang berbeda. Mineral baru akan mulai muncul. Jika
suhu lebih tinggi dari 700°C maka batu akan menjadi magma. Mineral yang
berbeda akan memerlukan suhu yang berada untuk mencapai
kesetimbangannya.
Selain suhu akibat penambahan tekanan di atas batuan tersebut,
peningkatan suhu juga dapat diperoleh dari intrusi magma. Batuan di
sekitar intrusi magma akan mendapat suhu yang sangat tinggi, namun
masih kurang dari 700°C. Semakin jauh dari sumber intrusi magma, maka
suhu semakin menurun.

3.2.2. Tekanan
Ada dua jenis tekanan yang penting sebagai agen metamorfosis:
Tekanan beban atau confining pressure (atau tekanan seragam atau tekanan
pengikat atau tekanan litostatik). Tekanan ini seragam ke segala arah,
disebabkan oleh berat batu di atas karena bertambahnya kedalaman batu.
Berat batu di atas batu dapat diperoleh di mana = massa jenis (kg/m3) x
konstanta gravitasi (m/s2) x kedalaman (m). Satuan tekanan adalah Pascal
(Newton / m2).
Tekanan arah (tegangan diferensial) tegangan geser atau tegangan
diferensial. Tekanan ini tidak seragam, tidak sama ke segala arah dan
disebabkan oleh gaya tektonik. Kekuatan itu mengarah pada
pengembangan struktur utama seperti lipatan dan patahan, dan dapat
bertindak sebagai faktor metamorf.

3.3. Struktur Batuan Metamorf


Struktur adalah susunan bagian massa batuan yang tidak tergantung kepada
skala, termasuk hubungan antara bagian-bagiannya, ukuran relatif, bentuk dan
bentuk internal dari masing-masing bagian. Secara umum struktur batuan metamorf
dibagi menjadi 2 yaitu foliasi dan non foliasi.

3.3.1 Foliasi
Struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan pada saat proses metamorfosa. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
Massive, adalah tipe struktur yang menunjukkan belahan kontinu dimana
individu butiran kristal terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Phyllitic, adalah struktur batuan metamorf yang memiliki ukuran butir
halus sampai sedang yang dicirikan oleh kilap yang berkilau serta skistositas
baik yang dihasilkan oleh susunan paralel filosilikat.
Schistosic, adalah tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang
berkembang baik. Skistositas tersebut bisa tersebar seragam di seluruh
batuan maupun membentuk zona berulang dengan jarak antar zonanya
kecil, beberapa sentimeter atau kurang.
Gneissic, merupakan tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang
berkembang buruk , atau jika skistositasnya berkembang baik, maka akan
memiliki spasi yang luas, lebih dari 1 cm.
Mylonitic, adalah struktur yang dicirikan oleh skistositas yang berkembang
baik dihasilkan dari pengurangan ukuran butir akibat tektonik. Pada
umumnya mengandung porfiroklas bundar serta fragmen litik yang
memiliki komposisi yang sama dengan komposisi matriksnya.
3.3.2. Non Foliasi
Struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
Granofelsic, adalah tipe struktur yang dihasilkan oleh ketidakhadiran
skistositas seperti pada butiran-butiran mineral ataupun agregat butiran
mineral yang equant (persegi). Atau jika tidak persegi memiliki orientasi
yang acak. Bisa terdapat pelapisan secara mineralogi maupun litologi.
Hornfelsic, adalah struktur yang memiliki ukuran butir halus yang saling
mengunci (interlocking), ukuran dan bentuknya bisa bervariasi.

3.4. Tekstur Batuan Metamorf


3.4.1. Tekstur Umum
Tekstur adalah ukuran relatif, bentuk serta hubungan antar bentuk
butiran internal pada batuan. Kata kunci: pengamatan utama pada sayatan
tipis. Beberapa tekstur batuan metamorf diantaranya adalah:
3.4.1.1. Ukuran Kristal
- <0.1 mm sangat halus
- 5-10 mm kasar
- 0.1-1 mm halus
- > 10 mm sangat kasar
- 1-5 mm sedang

3.4.1.2. Bentuk Individu Kristal,


Idioblastic : jika butiran kristal euhedral
Hypidioblastic : jika butiran kristal subhedral
Xenoblastic : jika butiran kristal anhedral

3.4.1.3. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses


Metamorfisme,
Relict
Sisa masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan
‘blasto’ digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Contoh tekstur: blasto porfiritik, blasto-ofitik, dll. Batuan yang
mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau
metasedimen.
Kristaloblastik
Terbentuk karena proses metamorfisme itu sendiri. Batuan
dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur
asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran -blastik.
Contoh tekstur: granuloblastik, porphyroblastik.

3.4.1.4. Tekstur berdasarkan Bentuk Mineral,


Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur)
dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur)
dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

3.4.2. Tekstur Khusus


Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
diantaranya adalah sebagai berikut:
Porfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar
tersebut sering disebut porphyroblasts.
Poikiloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar texture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada
massa dasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena
pemecahan (crushing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang
tidak menunjukkan keteraturan orientasi. 5. Saccharoidal Texture yaitu
tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
3.5. Klasifikasi Batuan Metamorf
Metamorfisme regional adalah tipe metamorfisme yang meliputi area
sangat luas dan mempengaruhi volume batuan yang sangat besar. Metamorfisme
ini berasosiasi dengan proses tektonik skala besar seperti pemekaran dasar samudra,
penebalan kerak berkaitan dengan tumbukan lempeng, penurunan dasar cekungan
yang dalam, dll.
Metamorfisme lokal adalah tipe metamorfisme meliputi area (volume)
terbatas dimana metamorfisme dapat secara langsung berhubungan dengan
penyebab lokal ataupun sumber khusus, seperti intrusi magma, patahan ataupun
tumbukan meteor.
Metamorfisme orogenik adalah tipe metamorfisme skala regional yang
berhubungan dengan pembentukan sabuk orogenik. Metamorfismenya ini bisa
berasosiasi dengan beberapa fase pembentukan pegunungan dan melibatkan proses
kompresi maupun ekstensi. Efek dinamik dan suhu dapat berkombinasi dalam
proporsi dan skala waktu yang berbeda, serta rentang kondisi P-T yang besar.
Metamorfisme burial adalah tipe metamorfisme, umumnya skala regional,
yang mempengaruhi batuan yang terpendam dalam di bawah tumpukan material
sedimen maupun vulkanik dan umumnya tidak berasosiasi dengan deformasi
maupun magmatisme. Batuan yang dihasilkannya sebagian atau seluruhnya
mengalami rekristalisasi dan umumnya tidak berfoliasi atau berfoliasi lemah.
Umumnya melibatkan suhu metamorfisme yang sangat rendah hingga sedang serta
perbandingan P/T yang sedang hingga menengah.
Metamorfisme dasar samudra adalah tipe metamorfisme skala regional
maupun lokal yang berhubungan dengan tingginya gradien geothermal di sekitar
pusat pemekaran dalam lingkungan samudra. Rekristalisasinya, yang umumnya
tidak komplit, meliputi berbagai suhu. Metamorfisme ini berasosiasi dengan
sirkulasi fluida panas (berhubungan dengan metasomatisme) dan umumnya
menunjukkan kenaikan suhu metamorfisme terhadap kedalaman.
Metamorfisme dislokasi adalah tipe metamorfisme skala lokal, berasosiasi
dengan patahan atau zona sesar. Pengurangan ukuran butir umumnya terjadi pada
batuan dan batuan yang terbentuk umumnya milonit dan kataklastik.
Metamorfisme tubrukan (impact) adalah tipe metamorfisme skala lokal
disebabkan oleh penjalaran gelombang kejut akibat tubrukan benda angkasa pada
permukaan planet. Metamorfisme ini termasuk proses pelelehan dan penguapan
batuan akibat tumbukan.
Metamorfisme kontak adalah tipe metamorfisme skala lokal yang
mempengaruhi batuan yang diterobos (country rock) di sekitar tubuh magma yang
terletak pada berbagai lingkungan dari vulkanik sampai mantel bagian atas, pada
kerak samudra maupun benua. Metamorfisme ini pada dasarnya disebabkan oleh
transfer panas dari tubuh magma yang mengintrusi kepada batuan yang diterobos,
dengan perbedaan suhu metamorfisme bisa sangat besar. Metamorfisme ini bisa
dibarengi oleh deformasi yang signifikan tergantung dinamika intrusinya.
Pirometamorfisme adalah tipe metamorfisme kontak yang dicirikan oleh
suhu yang sangat tinggi pada tekanan yang sangat rendah, dibentuk oleh tubuh
vulkanik ataupun sub-vulkanik. Metamorfisme ini umumnya terbentuk pada
xenolith dalam tubuh intrusi, dan dapat diikuti oleh beberapa derajat partial melting.
Metamorfisme hidrotermal adalah tipe metamorfisme skala lokal yang
disebabkan oleh fluida panas dengan banyak kandungan H2O. Metamorfisme ini
umumnya skala lokal yang berhubungan dengan penyebab spesifik (yaitu dimana
intrusi batuan beku menghasilkan fluida yang bereaksi dengan batuan sekitarnya).
Namun, pada lokasi dimana intrusi batuan beku terjadi berulang-ulang (seperti pada
pusat pemekaran lantai samudra) perulangan sirkulasi fluida panas ini dapat
meningkatkan efek regional seperti pada metamorfisme dasar samudra.
Metasomatisme umumnya berasosiasi dengan tipe metamorfisme ini.
Metamorfisme hot-slab adalah tipe metamorfisme skala lokal yang terjadi
di bawah tubuh lempeng tektonik panas (contohnya adalah metamorfosa kontak
berdimensi kecil di bagian bawah dari obduksi kerak samudera). Gradien termal
dari tipe metamorfisme ini umumnya terbalik dan curam.
Metamorfisme pembakaran (combustion metamorphism) adalah tipe
metamorfisme skala lokal yang dihasilkan dari proses pembakaran spontan material
material alami, seperti batuan bituminous, batubara maupun minyak.
Metamorfisme akibat petir (lightning metamorphism) adalah tipe
metamorfisme skala lokal yang disebabkan sambaran petir. Batuan yang dihasilkan
umumnya berupa fulgurite, yaitu batuan yang hampir seluruhnya berupa gelas.
Gambar 1. Beberapa tipe utama batuan metamorf dan lokasi
pembentukannya

(Sumber: lab geologioptik.ft.ugm.ac.id, 2017)

3.6. Contoh Batuan Metamorf


Gambar 2. Contoh Batuan Metamorf

(Sumber: Dokumen Pribadi)

IV. Tugas Pendahuluan


1. Gambarkan dan jelaskan siklus batuan!
Jawaban:

Gambar 3. Siklus Batuan dari James Hutton

(Sumber: Noor (2013) )


Pembekuan magma
Siklus batuan bermulai dari terbentuknya batuan beku akibat adanya
pendinginan dan pembekuan magma dalam bentuk lelehan silikat. Lelehan silikat
kemudian mengalami proses penghabluran melalui erupsi gunung berapi.
Pelapukan batuan beku
Batuan beku yang keluar dari gunung berapi tersebut kemudian tersingkap
di permukaan bumi dan bersentuhan dengan atmosfer/hidrosfer. Hal ini
menyebabkan batuan beku mengalami pelapukan sehingga menjadi hancur.
Pergerakan batuan
Batuan beku yang telah hancur tersebut kemudian akan bergerak atau
berpindah bisa karena aliran air (baik di atas ataupun bawah permukaan) ataupun
angin. Pergerakan ini akan terjadi secara terus menerus.
Sedimentasi
Hasil pergerakan batuan beku yang sudah hancur itu kemudian mengendap
di tempat-tempat tertentu hingga menumpuk lalu mengeras kembali. Proses ini
dinamakan sedimentasi dan menghasilkan batuan sedimen. Hal ini dikarenakan
adanya perekatan senyawa mineral dalam larutan batuan tersebut (pergerakan
batuan dengan air).
Metamorfis
Apabila batuan sedimen mengalami peningkatan tekanan dan suhu akibat
pengendapan, maka terjadi perubahan pada bentukan batuan tersebut. Penyesuaian
akan lingkungan akan menyebabkan batuan sedimen berubah bentuk menjadi
batuan malihan atau batuan metamorf.
Pencairan magma kembali
Batuan metamorf yang sudah terbentuk seiring berjalannya waktu akan
mengalami peningkatan tekanan dan suhu sehingga akan kembali meleleh dan
berubah menjadi magma. Lalu siklus batuan terulang kembali.

2. Sebutkan 5 contoh batuan metamorf dan ceritakan pembentukannya!


Jawaban:
Kuarsit
Adalah salah satu contoh dari jenis batuan metamorf tidak berfoliasi (non-
foliasi) yang hampir tersusun seluruhnya oleh mineral kuarsa. Batuan ini dapat
terbentuk ketika batu pasir yang kaya kuarsa diubah oleh panas, tekanan, dan
aktivitas kimia akibat proses metamorfosis. Sebagian besar kuarsit terbentuk selama
aktivitas pembentukan pegunungan di batas lempeng konvergen. Batu pasir yang
lebih awal terdeposisi selanjut akan bermetamorfosis membentuk kuarsit akibat
aktivitas di batas lempeng tersebut. Kuatnya tekanan pada batas lempeng akan
menghasilkan lipatan serta patahan (sesar) dan juga penebalan kerak, yang
selanjutnya membentuk pegunungan. Tidak seperti feldspar yang mudah lapuk
menjadi lempung (tanah), kuarsit sangat jarang membentuk tanah. Apabila batuan
ini pecah, kuarsit masih akan tetap konsisten berbentuk kuarsa. Inilah yang
membuat kuarsit tidak dapat berkontribusi dalam hal pembentukan tanah (soil).
Kuarsit sering ditemukan sebagai batuan dasar yang terbuka dengan sedikit ataupun
tanpa lapisan penutup tanah.

Serpentinit
Serpentinit merupakan batuan batuan beku ultramafik yang mengalami
alterasi, dimana mineral mineral olivin dan piroksen jika alterasi akan membentuk
mineral serpentin. Serpentin sangat umum memiliki komposisi batuan berupa
monomineral serpentin, batuan yang terbentuk dari serpentinisasi dunit, peridotit.
Serpentinit tersusun oleh mineral grup serpentin >50%. Batu serpentinit terbentuk
dari mineral serpentinit akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi
pada temperatur rendah.

Marmer
Proses terbentuknya marmer :
1. Batu kapur mengalami kristalisasi kembali. Batu marmer atau juga banyak
yang menyebutnya sebagai batu pualam merupakan hasil dari metamorfosis
batu kapur atau gamping atau dolomit. Metamorfosis ini diawali dengan
terjadinya proses rekristalisasi pada batu kapur tersebut. Terjadinya kembali
proses rekristalisasi ini karena adanya pengaruh temperatur dan juga
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen. Proses rekristalisasi ini
membentuk berbagai foliasi maupun non foliasi.

2. Hilangnya struktur asal batuan. Proses rekristalisasi pada batu gamping ini
mengakibatkan hilangnya struktur asal batuan tersebut, sehingga
membentuk tekstur yang baru dan juga keteraturan butir. Tekstur baru dan
keteraturan butir ini dikenal dengan nama batu pualam. Proses geologi ini
membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 juta tahun yang lalu.

Gneiss
Gneiss biasanya terbentuk oleh metamorfisme regional di batas lempeng
konvergen. Batuan ini merupakan salah satu jenis batuan metamorf berkualitas
tinggi dimana butiran mineral penyusunnya direkristalisasi oleh suhu dan tekanan
yang tinggi.Rekristalisasi ini meningkatkan ukuran butiran mineral yang dipisahkan
menjadi "bands" sebagai indikasi transformasi yang menghasilkan batuan dan
mineral yang lebih stabil dalam lingkungan pembentukannya.Gneis dapat terbentuk
dalam beberapa cara. Terbentuknya gneiss yang paling umum dimulai dengan batu
serpih, yang merupakan batuan sedimen. Metamorfosis regional dapat mengubah
serpih (shale) menjadi batuan sabak, lalu filit (phyllite), kemudian sekis, dan
akhirnya menjadi genes.Selama transformasi ini, partikel lempung di serpih
berubah menjadi mika dan tumbuh bertambah besar (growthing). Akhirnya,
lembaran mika mulai mengkristal menjadi mineral bertekstur granular. Munculnya
mineral bertekstur granular sebagai tanda proses transisi ke gneiss.

Filit
Suatu batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperatur
dan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan
tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu
permukaan yang berkerut, terdapat sedikit lipatan karena berhubungan dengan
perpecahan yang pre-existing, dan merupakan karakteristik suatu kemilau kehijau-
hijauan dalam kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan klorit dalam
jumlah yang berlimpah-limpah. Batu filit merupakan batuan yang tersusun atas
mineral mika dan kuarsa. Terbentuk dari batuan slate. Warna batu merah dan hijau.
Struktur batuan foliasi dengan bentuk gelombang sehingga jika mengalami
pembelahan, membelah mengikuti pola gelombang batuan.

3. Jelaskan kegunaan batuan metamorf dalam pengaplikasiannya dalam geofisika!


Jawaban:
Dengan mempelajari batuan metamorf yang merupakan salah satu jenis batuan,
maka apa yang dipelajari perihal batuan metamorf dapat bermanfaat dalam bidang geofisika
sebagai materi pembelajaran dan ilmu yang bermanfaat. Pengaplikasiannya dalam
geofisika dapat dijadikan sesuatu yang berguna atau bermanfaat seperti bahan untuk
membuat sesuatu yang artinya secara langsung maupun tidak langsung itu menjadi contoh
pengaplikasiannya dalam geofisika.
DAFTAR PUSTAKA

Bard, J.P. 1983. Microtexture of Igneous and Metamorphic Rocks. Boston: D.


Reidel Publishing Company.

Winter, O.D. 2010. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. New


Jersey: Prentice Hall Upper Saddle.

Graham R. Thompson, J. T. 1998. Introduction to Physical Geology.


California:Saunders College.

Thompson, G.R., Turk, J. (1997). Introduction to Physical Geology.

Earle, Steven. 2019. Physical Geology 2nd edition

Winter, Ohn. 2001. An Intoduction to Igneous and Metamorphic Petrology

Anda mungkin juga menyukai