“ BATUAN METAMORF ”
Disusun Oleh
Nama : Muhammad Fakhri Adjie
NPM : 140710220005
Kelompok : 1
Nama Asisten : Lukman Hakim
LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
MODUL 3
BATUAN METAMORF
RABU, 21-09-2022
I. Tujuan Praktikum
1.1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan cara pembentukan batuan
metamorf
1.2. Praktikan mampu mengetahui jenis - jenis batuan metamorf
1.3. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan metamorf
3.2.1. Suhu
Suhu merupakan faktor utama pada proses metamorfik yang paling
penting. Meningkatnya suhu bisa disebabkan oleh penguburan (tekanan
batuan yang berada diatasnya atau gradien panas bumi) atau karena intrusi
magma. Keseimbangan suhu meningkat dengan bertambahnya kedalaman.
Seiring dengan meningkatnya suhu batuan, mineral mulai berubah dari
keadaan padat ke keadaan cair, dan reaktivitas pori-pori fluida di batuan
meningkat. Namun, dibawah 200°C, sebagian besar mineral akan tetap
tidak berubah. Pada kondisi suhu yang lebih rendah dari ini, perubahan
pada batuan terjadi melalui pelapukan (di permukaan) atau diagenesis
(selama penguburan). Jika suhu naik sampai 650°C, kisi kristal pecah dan
bereaksi dengan menggunakan kombinasi yang berbeda dari ion yang sama
dan struktur atom yang berbeda. Mineral baru akan mulai muncul. Jika
suhu lebih tinggi dari 700°C maka batu akan menjadi magma. Mineral yang
berbeda akan memerlukan suhu yang berada untuk mencapai
kesetimbangannya.
Selain suhu akibat penambahan tekanan di atas batuan tersebut,
peningkatan suhu juga dapat diperoleh dari intrusi magma. Batuan di
sekitar intrusi magma akan mendapat suhu yang sangat tinggi, namun
masih kurang dari 700°C. Semakin jauh dari sumber intrusi magma, maka
suhu semakin menurun.
3.2.2. Tekanan
Ada dua jenis tekanan yang penting sebagai agen metamorfosis:
Tekanan beban atau confining pressure (atau tekanan seragam atau tekanan
pengikat atau tekanan litostatik). Tekanan ini seragam ke segala arah,
disebabkan oleh berat batu di atas karena bertambahnya kedalaman batu.
Berat batu di atas batu dapat diperoleh di mana = massa jenis (kg/m3) x
konstanta gravitasi (m/s2) x kedalaman (m). Satuan tekanan adalah Pascal
(Newton / m2).
Tekanan arah (tegangan diferensial) tegangan geser atau tegangan
diferensial. Tekanan ini tidak seragam, tidak sama ke segala arah dan
disebabkan oleh gaya tektonik. Kekuatan itu mengarah pada
pengembangan struktur utama seperti lipatan dan patahan, dan dapat
bertindak sebagai faktor metamorf.
3.3.1 Foliasi
Struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan pada saat proses metamorfosa. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
Massive, adalah tipe struktur yang menunjukkan belahan kontinu dimana
individu butiran kristal terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Phyllitic, adalah struktur batuan metamorf yang memiliki ukuran butir
halus sampai sedang yang dicirikan oleh kilap yang berkilau serta skistositas
baik yang dihasilkan oleh susunan paralel filosilikat.
Schistosic, adalah tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang
berkembang baik. Skistositas tersebut bisa tersebar seragam di seluruh
batuan maupun membentuk zona berulang dengan jarak antar zonanya
kecil, beberapa sentimeter atau kurang.
Gneissic, merupakan tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang
berkembang buruk , atau jika skistositasnya berkembang baik, maka akan
memiliki spasi yang luas, lebih dari 1 cm.
Mylonitic, adalah struktur yang dicirikan oleh skistositas yang berkembang
baik dihasilkan dari pengurangan ukuran butir akibat tektonik. Pada
umumnya mengandung porfiroklas bundar serta fragmen litik yang
memiliki komposisi yang sama dengan komposisi matriksnya.
3.3.2. Non Foliasi
Struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
Granofelsic, adalah tipe struktur yang dihasilkan oleh ketidakhadiran
skistositas seperti pada butiran-butiran mineral ataupun agregat butiran
mineral yang equant (persegi). Atau jika tidak persegi memiliki orientasi
yang acak. Bisa terdapat pelapisan secara mineralogi maupun litologi.
Hornfelsic, adalah struktur yang memiliki ukuran butir halus yang saling
mengunci (interlocking), ukuran dan bentuknya bisa bervariasi.
Serpentinit
Serpentinit merupakan batuan batuan beku ultramafik yang mengalami
alterasi, dimana mineral mineral olivin dan piroksen jika alterasi akan membentuk
mineral serpentin. Serpentin sangat umum memiliki komposisi batuan berupa
monomineral serpentin, batuan yang terbentuk dari serpentinisasi dunit, peridotit.
Serpentinit tersusun oleh mineral grup serpentin >50%. Batu serpentinit terbentuk
dari mineral serpentinit akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi
pada temperatur rendah.
Marmer
Proses terbentuknya marmer :
1. Batu kapur mengalami kristalisasi kembali. Batu marmer atau juga banyak
yang menyebutnya sebagai batu pualam merupakan hasil dari metamorfosis
batu kapur atau gamping atau dolomit. Metamorfosis ini diawali dengan
terjadinya proses rekristalisasi pada batu kapur tersebut. Terjadinya kembali
proses rekristalisasi ini karena adanya pengaruh temperatur dan juga
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen. Proses rekristalisasi ini
membentuk berbagai foliasi maupun non foliasi.
2. Hilangnya struktur asal batuan. Proses rekristalisasi pada batu gamping ini
mengakibatkan hilangnya struktur asal batuan tersebut, sehingga
membentuk tekstur yang baru dan juga keteraturan butir. Tekstur baru dan
keteraturan butir ini dikenal dengan nama batu pualam. Proses geologi ini
membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 juta tahun yang lalu.
Gneiss
Gneiss biasanya terbentuk oleh metamorfisme regional di batas lempeng
konvergen. Batuan ini merupakan salah satu jenis batuan metamorf berkualitas
tinggi dimana butiran mineral penyusunnya direkristalisasi oleh suhu dan tekanan
yang tinggi.Rekristalisasi ini meningkatkan ukuran butiran mineral yang dipisahkan
menjadi "bands" sebagai indikasi transformasi yang menghasilkan batuan dan
mineral yang lebih stabil dalam lingkungan pembentukannya.Gneis dapat terbentuk
dalam beberapa cara. Terbentuknya gneiss yang paling umum dimulai dengan batu
serpih, yang merupakan batuan sedimen. Metamorfosis regional dapat mengubah
serpih (shale) menjadi batuan sabak, lalu filit (phyllite), kemudian sekis, dan
akhirnya menjadi genes.Selama transformasi ini, partikel lempung di serpih
berubah menjadi mika dan tumbuh bertambah besar (growthing). Akhirnya,
lembaran mika mulai mengkristal menjadi mineral bertekstur granular. Munculnya
mineral bertekstur granular sebagai tanda proses transisi ke gneiss.
Filit
Suatu batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperatur
dan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan
tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu
permukaan yang berkerut, terdapat sedikit lipatan karena berhubungan dengan
perpecahan yang pre-existing, dan merupakan karakteristik suatu kemilau kehijau-
hijauan dalam kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan klorit dalam
jumlah yang berlimpah-limpah. Batu filit merupakan batuan yang tersusun atas
mineral mika dan kuarsa. Terbentuk dari batuan slate. Warna batu merah dan hijau.
Struktur batuan foliasi dengan bentuk gelombang sehingga jika mengalami
pembelahan, membelah mengikuti pola gelombang batuan.