Hukum stratigrafi Cross-cutting relationship

Tujuan utama semua hukum stratigrafi adalah untuk penentuan umur

relatif, yaitu untuk memperkirakan batuan mana yang terbentuk lebih dulu dan
batuan mana yang terbentuk terakhir. Juga penentuan umur absolut “kapan
tepatnya batuan itu terbentuk?”. Ini bisa diketahui melalui metode
radiometri/datting dengan mengukur kadar unsur radioaktif batuan sehingga
diketahui umur batuan secara tepat. Berikut saya akan membahas salahsatu
hukum stratigrafi yaitu Cross-cutting Relationship atau hubungan potong
memotong dari suatu formasi batuan.

Hubungan potong memotong atau cross cutting relationship pertama kali

dekembangkan oleh James Hutton didalam bukunya Theory Of The Earth (1795)
dan dipubliskan oleh Charles Lyell pada bukunya Principles Of Geology (1830),
prinsip hubungan potong memotong menyatakan suatu batuan lebih muda adalah
batuan yang memotong daripada batuan yang dipotong.

Gambar kenampakan hubungan potong memotong dari suatu formasi batuan

Dari kenampakan gambar diatas, dapat dilihat bahwa dapat diurutkan batuan yang
paling tua adalah batuan metamorf (A) kemudian terjadi suatu intrusi pada batuan
metamorf tersebut (B), setelah terjadi intrusi pada batuan metamorf tersebut
selanjutnya terendapkan batuan sedimen diatasnya (C), setelah terendapkan
sedimen C maka terbentuk batuan D yang memotong batuan B,A dan C setelah
terbentuk perpotongan D terendapkan lagi sedimen E yang menjadi endapan
termuda dari stratigrafi suatu formasi batuan, pada formasi ini juga terdapat suatu

1
struktur geologi yaitu sesar, yang terdapat pada dua (2) titik yaitu hanya
memotong pada batuan metamorf (A) dan yang memotong batuan A, B, C, dan E.

Gambar diatas merupakan contoh atau gambaran sedrhana dari hukum

cross cutting ini, yangmana batuan yang termuda adalah batuan yang menerobos
batuan yang lebih tua, dike pada gambar diatas merupakan batuan termuda, lalu
batuan pada perlapisan paling atas, ditengah dan yang paling tua pada perlapisan
di paling bawah.