GEOLOGI FISIK
ACARA V
BATUAN METAMORF
Disusun Oleh:
Nugrah Oktrisya Alfiani
19080026
Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Jum’at / 25 Oktober 2019
Sesi / Jam : III / 13,20 – 15.00
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
ACARA V
BATUAN METAMORF
Disusun Oleh:
Nugrah Oktrisya Alfiani
19080026
Tanggal : 2019
Asisten Pembimbing
( ………………………………)
NIM / BP……………………
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.Laporan ini disusun agar
mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar geologi fisik beserta aplikasinya dalam
duni pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya selaku
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Harizona Aulia Rahman, S.T , M.Eng selaku dosen Geologi Fisik beserta
para staf pengajar lainnya.
2. Wahyu Aulia, Hanifa Octaviani selaku Asisten Laboratorium Geologi
Fisik yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkann saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
penyusun pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : 6 halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
v
LEMBARAN KONSULTASI
Padang,
Asisten / Pemateri
(………………………….)
Nim / BP ……………….
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuan adalah satu atau lebih mineral yang terkumpul menjadi satu fungsi.
Salah satu penyusun batuan adalah kerak bumi. Berdasarkan kejadian kerak bumi,
ada tiga jenis klasifikasi batuan, yakni : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Tiga batuan tersebut memiliki nama latin masing-masing, yaitu igneous
rocks, sedimentary rocks, dan metamorphic rocks. Siklus batuan menunjukkan
kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuanyang terkubur sangat dalam
mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jikamencapai suhu tertentu, batuan
tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat belum mencapai titik peleburan
kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf atau bisa juga disebut batuan malihan terbentuk dari proses
metamorfisme. Batuan ini juga memiliki jenis beragam dan berciri khas dalam
struktur dan tesktur batu tersebut. Batuan ini memiliki peran penting bagi
pengamatan tekanan dan suhu yang berada jauh di dalam permukaan bumi.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Agar kita tahu dan mengerti tentang batuan metamorf secara umum
2. Memahami proses pembentukan batuan metamorf
3. Dapat mendeskripsikan batuan ini hanya dilihat dari sifat fisiknya saja
4. Penerapannya pada dunia pekerjaan dilapangan nantinya
5. Menyelesaikan tugas pratikum geologi fisik tentang batuan metamorf
C. Alat dan Bahan
1. Batuan yang akan diidentifikasi
1
1
BAB II
DASAR TEORI
1
3
saat proses pembentukan batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair
terlebih dahulu. Sehingga proses metamorfisme berjalan lancar dan
menghasilkan batuan yang sempurna
C. Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada
daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
a) Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi
dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan
kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama
berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b) Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian
terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral
dengan fluida.
c) Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera
di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan
metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.
Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia
antara batuan dan air laut tersebut.
5
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit
berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat
dibedakan menjadi :
a) Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut
contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,
reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.
1) Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya
disebut hornfels (batutanduk)
2) Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi.
Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik.
Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
3) Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya
berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).
4) Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik
tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah
kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini.
Batuannya disebut phyllonite (filonit)
4. Tektur
Tekstur terdiri dari ukuran, bentuk dan susunan dari butir mineral-
mineral batuan tersebut. Ada dua tekstur yang mudah untuk dijumpai, yaitu
kristaloblastik dan relik. Kristaloblastik yaitu mineral didalam kandungan
batuan yang sudah terkristalisasi. Tetapi sebelum batuan tersebut menjadi
batuan metamorf. Bisa terjadi proses kristalisasi tambahan agar proses
metamorfisme semakin baik dan menghasilkan suatu batuan dengan
kandungan yang cukup baik. Relik atau sisa merupakan tekstur batuan
11
yang berasal dari batuan malihan yang masih bisa diamati dengan mata
telanjang.
5. Ukiran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi
a) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
b) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
6. Bentuk Kristal
Bentuk kristal dalam kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu,
Subhedral, Euhedral dan Anhedral.
a) Subhedral yaitu kandungan batuan yang memiliki kristal.. Terbatasi
dengan tidak jelas dan sebagian dari batuan tidak teratur oleh bidang
kristal yang ada.
b) Euhedral adalah kristal yang sempurna tetapi dibatasi dengan jelas,
tegas dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk kristal tersebut
merupakan yang terbaik dari ketiga jenis yang ada.
c) Anhedral yaitu kristal yang dibatasi oleh suatu bidang dengan sifat
yang tidak teratur.
7. Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a) Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
b) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
c) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
d) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
12
8. Komposisi Mineral
Mineral yang menyebabkan proses metamorfisme yaitu andalusi, silimanit,
kyanit, dan stauroli. Mineral tersebut berfungsi untuk pembentukan batuan
malihan disebut dengan mineral metamorfik. Tekanan tinggi dan suhu yang
bisa membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan metamorf.
13
BAB IV
LEMBAR DESKRIPSI
1. MT-01
DESKRIPSI BATUAN
Warna Putih kekuningn
Jenis batuan Kontak
Struktur Non-foliasi (kataklastik)
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral
14
15
2. MT-02
DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu
Jenis batuan Dynamo
Struktur Foliasi (phylite)
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral
3. MT-03
DESKRIPSI BATUAN
Warna Cokelat kekuningan
Jenis batuan Kontak
Struktur Non-foliasi (idioblastik)
Tekstur a. Bentuk mineral: Anhedral
15
16
4. MT-04
DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu kehijauan
Jenis batuan Dynamo thermal
Struktur Foliasi
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral
5. MT-05
DESKRIPSI BATUAN
Warna Hitam
Lingkungan Ekstrusif
19
6. MT-06
DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu bintik emas
Jenis batuan Regional
Struktur Foliasi (schistositic)
Tekstur a. Bentuk mineral: Euhedral
BAB IV
PEMBAHASAN
1. MT-01
MT-01 adalah batu marmer. Batu marmer itu sendiri di dalam dunia
perindustrian memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ciri khasnya yaitu
tekstur berupa butiran seperti gula dan terkadang terdapat fosil bereaksi dengan
HCL. Batu marmer dipakai sebagai bahan ornamen dinding dan lantai juga
digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan
2. MT-02\
Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang tegas antara
keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan mineralnya. Mineral-
mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat dalam jumlah yang
besar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional tingkat rendah terutama dari
mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous sedimen.
3. MT-03
Kuarsit memiliki keragaman kegunaan baik itu dalam bidang konstruksi,
manufaktur, arsitektur, dan seni dekoratif. Meskipun sifat-sifatnya lebih unggul
dari batuan lainnya, penggunaan kuarsit selalu dibatasi karena berbagai alasan.
Contohnya dalam bidang konstruksi, sebagai batu pecah seharusnya kuarsit
menjadi batuan yang lebih unggul karena tingkat kekerasannya jauh lebih besar
dibandingkan jenis batu pecah yang lain (basalt, andesit, gamping, dsb). Akan
tetapi karena sifatnya yang terlalu keras membuat penggunaannya justru dibatasi
karena alasan dapat menyebabkan keausan berat pada alat pemecah batu (crusher).
4. MT-04
Batuan serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral
serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada
temperature rendah. Mieral serpentin tergolong dalam kelas mineral silikat yaitu
phyllosilicates. Batuan serpentinit sering digunakan untul batuan hias dan dipakai
21
22
untuk industry mineral. Batuan ini banyak di temukan di Negara Swedia, Italia,
Rusia, di wilayah California dan pertambangan Norberg.
5. MT-05
Batu sabak (slate) adalah batuan metamorf homogeny berbutir halus berfoliasi
dan berasal dari batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih yang terdiri
dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami metamorfisme regional
berderajat rendah. Ini adalah batuan metamorf foliasi berbutir paling halus. Foliasi
mungkin berhubungan dengan perlapisan sedimen asal, tetapi berbentuk bidang-
bidang yang tegak lurus denngan kompresi.
6. MT-06
Kegunaan dan manfaat batu Sekis-Schist antaa lain adalah sebagai mika yang
utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan dan
kapasitor dalam industry elektronika.
22
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme,dimana terjadi perubahan atau alterasi physical (struktur
tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperature an
tekanan tinggi dalam kerak bumi
2. Agen-agen atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme
meliputi suhu (temperature), tekanan dan aktivitas larutan kimia.
3. Mineral penyusun batuan metamorf merupakan mineral-mineral yang ada
pada batuan yang telah ada sebelumnya, baik mineral yang berasal dai batuan
beku, batuan sedimen maupun metamorf
B. Saran
Untuk lebih memperdalam pemahaman dan pengetahuan mengenai batuan
metamorf sebaiknya lebih banyak membaca literature-literatur yang lebih variatif
berkaitan dengan batuan metamorf serta mengkajinya secra mendalam dan diiringi
dengan pengamatan batuan di laboratorium dan pengamatanbatuan metamorf di
lapangan. langsung singkapan
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25