Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI FISIK

ACARA V
BATUAN METAMORF

Disusun Oleh:
Nugrah Oktrisya Alfiani
19080026

Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Jum’at / 25 Oktober 2019
Sesi / Jam : III / 13,20 – 15.00

LABORATORIUM GEOLOGI TAMBANG


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

ACARA V
BATUAN METAMORF

Disusun Oleh:
Nugrah Oktrisya Alfiani
19080026

Disetujui untuk Laboratorium Geologi Tambang


Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal : 2019
Asisten Pembimbing

( ………………………………)
NIM / BP……………………

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.Laporan ini disusun agar
mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar geologi fisik beserta aplikasinya dalam
duni pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya selaku
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Harizona Aulia Rahman, S.T , M.Eng selaku dosen Geologi Fisik beserta
para staf pengajar lainnya.
2. Wahyu Aulia, Hanifa Octaviani selaku Asisten Laboratorium Geologi
Fisik yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkann saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi
penyusun pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.

Padang, Agustus 2019


Penyusun

Nugrah Oktrisya Alfiani

ii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
LEMBARAN KONSULTASI .........................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 1
C. Alat dan Bahan ..................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI .................................................................................. 2
A. Pengertian Batuan Metamorf ............................................................... 2
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf ............................................... 2
C. Tipe-Tipe Batuan Metamorf ................................................................ 4
D. Karakteristik Batuan Metamorf ........................................................... 7
BAB III LEMBAR DESKRIPSI ..................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 21
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 24
LAMPIRAN .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : 6 halaman

iv
DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 1. Metamorfisme Kontak Dan Mineral Penyusun Batuan ........................5


B. Gambar 2. Struktur Slaty Cleavage ........................................................................8
C. Gambar 3. Struktur Pylitic ......................................................................................9

v
LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Nugrah Oktrisya Alfiani


Nim / BP : 19080026/19
Acara : Batuan Metamorf
Asisten labor :
Hari / Tanggal Keterangan Paraf

Padang,
Asisten / Pemateri

(………………………….)
Nim / BP ……………….

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan adalah satu atau lebih mineral yang terkumpul menjadi satu fungsi.
Salah satu penyusun batuan adalah kerak bumi. Berdasarkan kejadian kerak bumi,
ada tiga jenis klasifikasi batuan, yakni : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Tiga batuan tersebut memiliki nama latin masing-masing, yaitu igneous
rocks, sedimentary rocks, dan metamorphic rocks. Siklus batuan menunjukkan
kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuanyang terkubur sangat dalam
mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jikamencapai suhu tertentu, batuan
tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat belum mencapai titik peleburan
kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf atau bisa juga disebut batuan malihan terbentuk dari proses
metamorfisme. Batuan ini juga memiliki jenis beragam dan berciri khas dalam
struktur dan tesktur batu tersebut. Batuan ini memiliki peran penting bagi
pengamatan tekanan dan suhu yang berada jauh di dalam permukaan bumi.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Agar kita tahu dan mengerti tentang batuan metamorf secara umum
2. Memahami proses pembentukan batuan metamorf
3. Dapat mendeskripsikan batuan ini hanya dilihat dari sifat fisiknya saja
4. Penerapannya pada dunia pekerjaan dilapangan nantinya
5. Menyelesaikan tugas pratikum geologi fisik tentang batuan metamorf
C. Alat dan Bahan
1. Batuan yang akan diidentifikasi

1
1

BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf dalam pembentukannya mengalami proses
metamorfisme. Proses ini ada dalam fase padat namun tidak melewati fase
cair. Temperatur yang dibutuhkan sekitar 200 derajat Celcius sampai 6500
derajat Celcius. Tanpa adanya proses metaformisme, batuan ini tidak bisa
terbentuk. Batuan malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain
sebagai induk, seperti batuan sedimen atau batuan beku. Batuan induk
tersebut juga bisa berasal dari batuan itu sendiri namun dengan syarat sudah
melalui proses mineralogi, struktur dan tekstur yang disebabkan oleh
perubahan temperatur dan tingginya tekanan pada batuan induknya
Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk tersebut akan
berakibat merubah struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang
terbentuk akan menyesuaikan sifatnya sesuai dengan material
pembentuknya. Sehingga, bisa saja antara satu batuan dengan yang lain
memiliki perbedaan struktur dan tekstur disebabkan proses metamorphosis
nya.
Selain itu, mereka juga dapat terbentuk dari proses tektonik seperti tabrakan
benua, yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi. Mereka
juga terbentuk ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan cair dan
panas yang disebut magma dari interior bumi. Studi tentang batuan metamorf
( yang sekarang tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan)
memberikan informasi tentang suhu dan tekanan yang terjadi pada kedalaman
yang besar dalam kerak bumi. Beberapa contoh batuan metamorf adalah slate,
filit, sekis, gneis, dan lain-lain.
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan
oleh beberapa faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan

1
3

temperatur batu induknya. Di bawah ini dijelaskan mengenai faktor


yang berpengaruh saat proses pembentukan batuan malihan atau metamorf.
1. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses
pembentukan batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa
menyebabkan rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada mineral dalam
kandungan batuan induk sebelumnya. Tekanan yang terjadi kurang lebih
antara 1 – 10.000 bar (Jackson) Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi
oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh utama berasa dari aktivitas
tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari batuan – batuan
juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.
2. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan,
yaitu mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak
perlu melewati fase cair. Tempetur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar
350 derajat Celcius sampai 1200 derajat Celcius. Sedangkan tekanan yang
terbentuk ada diantara 1 – 10000 bar (Jackson) Bentuk dari aktivitas kimia
yang sering dijumpai adalah fluida dan gas pada jaringan batuan induk.
Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia dan mineral
dalam batuan metamorf. Fluida yang mudah ditemukan
yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada
umumnya zat kimia tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.
3. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient
geothermal atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut,
gesekan antar massa batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan
akan berujung saat proses metamorfisme berlangsung.
Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar 350 sampai
1200 derajat Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi sebagai pengontrol
4

saat proses pembentukan batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair
terlebih dahulu. Sehingga proses metamorfisme berjalan lancar dan
menghasilkan batuan yang sempurna
C. Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa  regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada
daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
a) Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi
dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan
kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama
berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b) Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian
terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral
dengan fluida.
c) Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera
di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan
metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.
Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia
antara batuan dan air laut tersebut.
5

2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit
berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat
dibedakan menjadi :
a) Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut
contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,
reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.

Gambar 1. Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan


6

b) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.


Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek
hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada
kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada
zone dike.
c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada
patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang
mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang
dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault
gauge, atau milonit.
d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada
jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga
menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga
dipengaruhi oleh adanya confining pressure.
e) Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat
kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).
f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan
mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral
stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
7

D. Karakteristik Batuan Metamorf


1. Warna
Proses dari metamorfisme yang berbeda dan sangat beragam
mengakibatkan warnannya bervariasi. Mulai dari Feldspar, mika dan
kwarsa. Feldspar mempunyai ciri khas yaitu adanya belahan pada warna
batuan. Ortoklas mempunyai warna merah dan mempunyai belahan tegak
lurus. Plagioklas memiliki warna abu-abu atau putih dan mempunyai
bentuk kristal. Lalu warna kwarsa yaitu putih jernih atau putih susu.
Batuan tersebut tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Dan yang
terakhir adalah mika yaitu batuan yang mempunyai belahan dan berwarna
hitam. Yang disebut dengan biotit dan yang berwarna putih disebut
muskovit.
2. Jenis Batuan
a)  Batuan Metamorf Dinamo
Batuan metamorf dinamo merupakan salah satu batuan yang
terbentuk karena ada tekanan yang besar disertai dengan pemanasan
serta tumbukan. Tekanan tersebut berasal dari lapisan bertumpuk yang
terdapat di atas batu dalam jangka waktu yang lama. Contoh dari batu
dinamo yaitu batu sabak yang berasal dari tanah liat. Dan batubara
yang terbentuk dari sisa-sisa jasad hewan dan tumbuhan dari daerah
rawa.
b) Batuan Metamorf kontak
Batuan metamorf atau malihan kontak atau thermal merupakan
batuan metamorf yang terbentuk karena sebuah pemanasan atau
perubahan suhu dan perubahan kimia yang terjadi karena intrusi
magma. Contoh dari batu metamorf kontak yaitu batu marmer yang
terbentuk dari bantu kapur atau gamping.
8

c) Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik


Batuan metamorf thermal-pneumatolik merupakan suatu
batuan yang terbentuk karena terdapat zat-zat tertentu. Memasuki
batuan yang sangat padat saat itu sedang mengalami sebuah proses
metamorfodis batuan. Contoh Batuan Metamorf Thermal-
Pneumatolikyaitu Batu permata, batu topaz, dan batu zamrud.
3. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf atau malihan ada dua yaitu:
a) Foliasi yang berguna sebagaila lapisan pada suatu batuan metamorf
dengan bentuk yang mirip dengan belahan. Hal tersebut adalah hasil
dari suatu aktivitas penjajaran beberapa mineral yang berasal dari suatu
penyusun batuanya.
1) Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat
halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang
belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya
disebut slate (batusabak)

Gambar 2. Struktur slaty cleavage


2) Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi
terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan
9

mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite


(filit)

Gambar 3. Sturuktur pylitic


3) Schistocis
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,
prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang
berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist
(sekis)
4) Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral
yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-
mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral
tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran
mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut gneiss.
b) Non-faliasi merupakan batuan yang tanpa belahan. Tidak ada belahan
pada proses ini disebabkan oleh beberapa yang berasal penyusun
utamanya tidak terlihatsehingga tidak bisa diamati
10

1) Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya
disebut hornfels (batutanduk)
2) Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi.
Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik.
Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
3)  Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya
berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).
4) Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik
tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah
kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini.
Batuannya disebut phyllonite (filonit)
4. Tektur
Tekstur terdiri dari ukuran, bentuk dan susunan dari butir mineral-
mineral batuan tersebut. Ada dua tekstur yang mudah untuk dijumpai, yaitu
kristaloblastik dan relik. Kristaloblastik yaitu mineral didalam kandungan
batuan yang sudah terkristalisasi. Tetapi sebelum batuan tersebut menjadi
batuan metamorf. Bisa terjadi proses kristalisasi tambahan agar proses
metamorfisme semakin baik dan menghasilkan suatu batuan dengan
kandungan yang cukup baik. Relik atau sisa merupakan tekstur batuan
11

yang berasal dari batuan malihan yang masih bisa diamati dengan mata
telanjang.

5. Ukiran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi
a) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
b) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
6. Bentuk Kristal
Bentuk kristal dalam kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu,
Subhedral, Euhedral dan Anhedral.
a) Subhedral yaitu kandungan batuan yang memiliki kristal.. Terbatasi
dengan tidak jelas dan sebagian dari batuan tidak teratur oleh bidang
kristal yang ada.
b) Euhedral adalah kristal yang sempurna tetapi dibatasi dengan jelas,
tegas dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk kristal tersebut
merupakan yang terbaik dari ketiga jenis yang ada.
c) Anhedral yaitu kristal yang dibatasi oleh suatu bidang dengan sifat
yang tidak teratur.
7. Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a) Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
b) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
c) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
d) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
12

8. Komposisi Mineral
Mineral yang menyebabkan proses metamorfisme yaitu andalusi, silimanit,
kyanit, dan stauroli. Mineral tersebut berfungsi untuk pembentukan batuan
malihan disebut dengan mineral metamorfik. Tekanan tinggi dan suhu yang
bisa membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan metamorf.
13

BAB IV
LEMBAR DESKRIPSI

1. MT-01

DESKRIPSI BATUAN
Warna Putih kekuningn
Jenis batuan Kontak
Struktur Non-foliasi (kataklastik)
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral

b. Ukuran butiran: Afanitit

c. Bentuk Kristal: Subhedral


Komposisi mineral Kuarsa, feldsfar, kalsit, gypsum
Nama batuan Batu marmer
Genesa Hasil proses metamorfosis atau malihan
dari batuan asalnya yaitu batu kapur
atau dolomit. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali pada batuan
tersebut membentuk berbagai foliasi
mapun non foliasi.
Lingkungan Eksrusif
14

14
15

2. MT-02

DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu
Jenis batuan Dynamo
Struktur Foliasi (phylite)
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral

b. Ukuran butiran: Afanitit

c. Bentuk Kristal: Subhedral


Komposisi mineral Kuarsa, serisit silica dan klorit
Nama batuan Batu filit
Genesa Terbentuk dari kelanjutan proses

metamorfosisme dari Slate


Lingkungan Ekstrusif

3. MT-03

DESKRIPSI BATUAN
Warna Cokelat kekuningan
Jenis batuan Kontak
Struktur Non-foliasi (idioblastik)
Tekstur a. Bentuk mineral: Anhedral

b. Ukuran butiran: Afanitit

15
16

c. Bentuk Kristal: Anhedral


Komposisi mineral Kuarsa
Nama batuan Batuan kuarsit
Genesa Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan
temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis
menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi dan
biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis
Lingkungan Intrusive

4. MT-04

DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu kehijauan
Jenis batuan Dynamo thermal
Struktur Foliasi
Tekstur a. Bentuk mineral: Subhedral

b. Ukuran butiran: Faneritik

c. Bentuk Kristal: Subhedral


Komposisi mineral Kuarsa, biotit, hornblende, muskopit dan olivine
Nama batuan Serpentiti
Genesa Batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine
dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi
(serpentinitation). Serpentinisasi adalah proses
prosesmetamorfosis temperatur rendah yang menyertakan
17

tekanan dan air, sedikit silika mafik dan batuan ultramafik


teroksidasi dan terhidrolize dengan air menjadi serpentinit
Lingkungan Intrusive

5. MT-05

DESKRIPSI BATUAN
Warna Hitam

Jenis batuan Dynamo

Struktur Foliasi (gneiss)

Tekstur a. Bentuk mineral: Euhedral

b. Ukuran butiran: Afanitit

c. Bentuk Kristal: Euhedral

Komposisi mineral Pyroxin, horoblende dan biotit

Nama batuan Batu Sabak


18

Genesa Lingkungan tektonik yang menghasilkan


batu sabak biasanya merupakan bekas
cekungan sedimen yang terlibat dalam
aktivitas lempeng konvergen. Serpih
maupun batu lumpur di dalam cekungan
akan tertekan oleh gaya horizontal sehingga
mengalami sedikit kenaikan panas (proses
metamorfisme). Selanjutnya akibat tekanan
terus menerus, tekstur foliasi akan
berkembang membentuk sudut siku-siku
sehingga menghasilkan foliasi vertikal,
biasanya memotong lapisan serpih ataupun
batu lumpur.

Lingkungan Ekstrusif
19

6. MT-06

DESKRIPSI BATUAN
Warna Abu-abu bintik emas
Jenis batuan Regional
Struktur Foliasi (schistositic)
Tekstur a. Bentuk mineral: Euhedral

b. Ukuran butiran: Faneritik

c. Bentuk Kristal: Euhedral


Komposisi mineral Kuarsa, klorit dan mika
Nama batuan Batuan sekis
Genesa Typical dari jenis batuan metamorf,
batuan ini terbentuk pada saat batuan
sediment atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam
mengalami tekanan dan temperatur yang
tinggi.
Lingkungan Intrusive
20
21

BAB IV
PEMBAHASAN

1. MT-01
MT-01 adalah batu marmer. Batu marmer itu sendiri di dalam dunia
perindustrian memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ciri khasnya yaitu
tekstur berupa butiran seperti gula dan terkadang terdapat fosil bereaksi dengan
HCL. Batu marmer dipakai sebagai bahan ornamen dinding dan lantai juga
digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan
2. MT-02\
Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang tegas antara
keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan mineralnya. Mineral-
mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat dalam jumlah yang
besar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional tingkat rendah terutama dari
mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous sedimen.
3. MT-03
Kuarsit memiliki keragaman kegunaan baik itu dalam bidang konstruksi,
manufaktur, arsitektur, dan seni dekoratif. Meskipun sifat-sifatnya lebih unggul
dari batuan lainnya, penggunaan kuarsit selalu dibatasi karena berbagai alasan.
Contohnya dalam bidang konstruksi, sebagai batu pecah seharusnya kuarsit
menjadi batuan yang lebih unggul karena tingkat kekerasannya jauh lebih besar
dibandingkan jenis batu pecah yang lain (basalt, andesit, gamping, dsb). Akan
tetapi karena sifatnya yang terlalu keras membuat penggunaannya justru dibatasi
karena alasan dapat menyebabkan keausan berat pada alat pemecah batu (crusher).
4. MT-04
Batuan serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari mineral
serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi pada
temperature rendah. Mieral serpentin tergolong dalam kelas mineral silikat yaitu
phyllosilicates. Batuan serpentinit sering digunakan untul batuan hias dan dipakai

21
22

untuk industry mineral. Batuan ini banyak di temukan di Negara Swedia, Italia,
Rusia, di wilayah California dan pertambangan Norberg.
5. MT-05
Batu sabak (slate) adalah batuan metamorf homogeny berbutir halus berfoliasi
dan berasal dari batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih yang terdiri
dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami metamorfisme regional
berderajat rendah. Ini adalah batuan metamorf foliasi berbutir paling halus. Foliasi
mungkin berhubungan dengan perlapisan sedimen asal, tetapi berbentuk bidang-
bidang yang tegak lurus denngan kompresi.
6. MT-06
Kegunaan dan manfaat batu Sekis-Schist antaa lain adalah sebagai mika yang
utama. Mika ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan dan
kapasitor dalam industry elektronika.

22
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
metamorfisme,dimana terjadi perubahan atau alterasi physical (struktur
tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperature an
tekanan tinggi dalam kerak bumi
2. Agen-agen atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme
meliputi suhu (temperature), tekanan dan aktivitas larutan kimia.
3. Mineral penyusun batuan metamorf merupakan mineral-mineral yang ada
pada batuan yang telah ada sebelumnya, baik mineral yang berasal dai batuan
beku, batuan sedimen maupun metamorf
B. Saran
Untuk lebih memperdalam pemahaman dan pengetahuan mengenai batuan
metamorf sebaiknya lebih banyak membaca literature-literatur yang lebih variatif
berkaitan dengan batuan metamorf serta mengkajinya secra mendalam dan diiringi
dengan pengamatan batuan di laboratorium dan pengamatanbatuan metamorf di
lapangan. langsung singkapan

23
DAFTAR PUSTAKA

Mitha Ariany, 2012, 30 Mei. Batuan Metamorf (online)


https://mithaariany.wordpress.com/2012/05/30/batuan -metamorf/
diakses tanggal 27 oktober 2019

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai