Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

ACARA I : PENGENALAN MINERAL

MUAMMAR AWALUDDIN S

D111221048

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang dengan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat membuat ”Laporan

Praktikum Geologi Fisik Acara I” ini. Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan

semaksimal mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil

kegiatan kuliah di kelas, maupun dalam pelaksanaan praktikum ini. Saran dan kritik

yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaaan

dalam penulisan laporan kedepannya. Terimakasih yang sebesa-besarnya penulis

haturkan kepada pihak yang telah turut andil membantu penyusun dalam proses

penyusunan laporan ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang sudah membantu dalam kegiatan praktikum ini. Akhir kata,

penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

diri saya pribadi secara khusus. Saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua

pihak yang membantu, semoga Allah Swt. Membalas semua kebaikan kita. Amin.

Gowa, 12 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR............................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................

1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................

1.3 Ruang Lingkup...........................................................................................

BAB II MINERAL.............................................................................................

2.1 Mineral......................................................................................................

2.2 Sifat Fisik...................................................................................................

2.3 Kegunaan Mineral di Pertambangan.............................................................

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM................................................................

3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................

3.2 Prosedur Praktikum....................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................

4.1 Hasil..........................................................................................................

4.2 Pembahasan..............................................................................................

BAB V PENUTUP..............................................................................................

5.1 Kesimpulan................................................................................................

5.2 Saran Praktikum.........................................................................................

5.3 Saran Untuk Asisten Lab.............................................................................

iii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Contoh Mineral...............................................................................................8

1.2 Proses Pembentukan Mineral Pada Lingkungan Magmatik.................................11

3.1 Kaca, Paku, Kawat, Tembaga, Kikir.................................................................20

3.2 Lup Geologi...................................................................................................20

3.3 Magnet..........................................................................................................21

3.4 Buku Rocks and Mineral................................................................................. 21

3.5 Penggaris......................................................................................................21

3.6 Alat Tulis dan Pensil Warna............................................................................22

3.7 Pembanding..................................................................................................22

3.8 Cairan hcl......................................................................................................22

3.9 Tissue...........................................................................................................23

3.10 Kertas HVS A4.............................................................................................23

3.11 Lembar Deskripsi..................................................................................23

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel.1.................................................................................................................

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat

secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,

dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.

Mineral dapat kita jumpai di sekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau

pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa dari mineral tersebut dapat

bernilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga

memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa

jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan

dan susunan yang teratur di dalamnya (Sapiie, 2006).

Dalam perjalanannya, perkembangan peradaban manusia yang membutuhkan

bahan mentah untuk memenuhi peningkatan jumlah penduduk dan standar hidup

menyebabkan studi tentang endapan mineral menjadi sebuah kajian yang sangat

penting. Sejarah pencarian dan pemanfaatan mineral bijih oleh Adam (1934) dan

Arndt & Ganino (2012). Beribu-beribu. Tahun yang lalu bangsa-bangsa di Eropa

membawa timah dari Inggris bagian selatan menuju ke Pulau Kreta di Laut

Mediterania untuk membuat perunggu yang berasal dari campuran logam timah dan

tembaga yang lebih bermanfaat. Saat ini, kitapun masih menggunakan mineral-

mineral logam untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia dan beribu-ribu tahun

yang akan dating, kita masih akan terus memerlukan mineral-mineral logam untuk

membuat berbagai macam alat untuk memenuhi kebutuhan hidup kita yang semakin

berkembang dengan cepat dan canggih. Perkembangan populasi manusia di dunia

vii
yang semakin hari semakin cepat yang diikuti dengan meningkatnya standar

kehidupan secara global pada akhirnya sabgat memengaruhi tingginya permintaan

akan mineral dari segala jenis. Tentu saja kondisi ini akan terus meningkat dari tahun

ke tahun. Namun pada saat yang sama, pencarian akan cadangan mineral semakin

hari semakin sulit dan kompleks karena mineral-mineral bijih yang dekat di permukaan

bumi telah dimanfaatkan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:

1. Mengetahui definisi mineral beserta sifat-sifat fisiknya

2. Mampu mendeskripsikan mineral berdasarkan sifat fisik tersebut

1.3 Ruang Lingkup

Mineral mempunyai beberapa sifat fisik yang menengtukan beberapa karakteristik

mineral seperti warna, kilap, belahan, cerat, kekerasan, berat jenis, sistem kristal

kelompok mineral, nama mineral, komposisi mineral, genesis, keterpadatan dan

kegunaan mineral. Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 12 September 2022 di

Laboratorium Eksplorasi Mineral Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin dengan acara pertama yaitu pengenalan mineral pada.

viii
BAB II

MINERAL

2.1 Mineral

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat

secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,

dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral

dapat kita jumpai dimana- mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah,

atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut

dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar,

sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali

beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai

perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan,

mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-

bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal dengan demikian, kristal secara umum

dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal

susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat, bentuk

susunan dan cara terjadinya padatan tersebut dinamakan kristalografi (Noor,2012).

Gambar 1.1 Contoh Mineral (Noor,2012)

ix
Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. Agar dapat diklasifikasikan

sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki

strutur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki

komposisi kimia yang tertentu. Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa

seperti mineral yang berasal dari turunan senyawa organik (Noor, 2012).

Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen

yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi

kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun

secara teratur.

2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat

yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu,

dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu bahan atau zat

yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas

dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu

kehidupan

4. UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Mineral adalah senyawa

anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu,

serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik

dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau

suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak

termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru

atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu

ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam,

x
mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur tunggal atau senyawa.Definisi

mineral kompilasi: mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis

dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap,

pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas . Mineral

adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat homogen, fisik

maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik asli, serta

mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan persenyawaan kimia

asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam, karena banyak zat-zat yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral, dapat dibuat didalam laboratorium.

Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam bumi adalah SiO2 dan dalam ilmu

mineralogi, mineral itu disebut kuarsa. Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia

akan tetapi dalam hal ini tidak disebut mineral melainkan zat Silisium dioksida.

Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua

macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen.

Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor

endogen disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan endapan

mineral yang dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering, inorganic

sedimentasion, dan organic sedimentation disebut dengan endapan sekunder,

membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi,

mineral-energi (minyak&gas bumi dan batubara dan gambut).

1. Proses Internal

Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

a. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses

utama dari pembentukan batuan vulkanik dan plutonik. Hydrothermal:

Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih

utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.

xi
b. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat

kuarsa pada batuan metamorf.

c. Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional

metamorphism.

d. Volcanic exhalative (sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan

hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan

air laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.

Gambar 1.2.2 Proses Pembentukan Mineral Pada Lingkungan Magmatik (Abdullah,2011)

2.Proses Eksternal

Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

a. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi

endapan placer (placer deposit).

b. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada

lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.

xii
c. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada

batuan meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam

material sisa.

d. Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen

tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi

pada kedalaman menghasilkan endapan dengan konsentrasi yang lebih

tinggi

Kimia mineral mempelajari tentang komposisi kimia mineral agar dapat

mengidentifikasi, mengklasifikasi dan mengelompokkan mineral sekaligus mengetahui

keuntungan pemanfaatan mineral. Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang

sangat mendasar, karena beberapa sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-

sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada

susunan keruangan dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun

kristal/mineral. Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada

kristal adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan

sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan

konduktivitas mineral termal serta koefisien ekspansi termal berhubungan secara

langsung terhadap daya ikat.

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke 19,

setelah dikemukakannya “hukum komposisi tetap” oleh Proust pada tahun 1799, teori

atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif

yang akurat. Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada pengetahuan tentang

komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan analisis kimia mineral harus

diketahui dengan baik. Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral:

1. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust

(1799): Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap

xiii
2. Teori atom Dalton (1805): Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat

kecil dan berbentuk seperti bola yang disebut atom. Atom dari unsur yang

sama bersifat sama sedangkan dari unsur yang berbeda bersifat berbeda

pula. Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.

Mineral pembentuk batuan terdiri dari delapan grup mineral yaitu Ortoklas

(Kfeldspar), Plagioklas (Na-Ca-Feldspar), Kuarsa, Amfibol, Piroksin, Biotit dan

Muskovit, Olivin dan Feldspatoid. Kedelapan grup mineral ini termasuk dalam kelas

mineral Silikat, yang mempunyai satuan dasar yang sama yaitu satuan tetrahedron-

SiO4. Satuan dasar ini saling bergabung dengan satuan dasar yang lain membuat

rangkaian (kerangka) yang berpola tergantung dari genetiknya. Berdasarkan pola

penyusunan satuan dasar tetrahedron-SiO4 tersebut, mineral silikat digolongkan

menjadi enam grup, tetapi grup silikat yang penting yang erat kaitannya dengan tanah

ada empat grup silikat, yaitu orthosilikat (nesosilikat), inosilikat (tunggal dan ganda),

filosilikat dan tektosilikat.

2.2 Sifat Fisik Mineral

Identifikasi mineral adalah suatu kegiatan membuat deskripsi suatu mineral

tertentu. Setelah identifikasi dilakukan maka dapat dengan jelas memberi nama

mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentu secara alamiah,

memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal beraturan. Di alam ini,

terdapat lebih dari 2.00 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa

mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan. Mineral-mineral

tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya secara khusus, antara lain:

1.Kilap

Kilap sering juga disebut kilapan, merupakan kenampakan suatu mineral yang

dtunjukkan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap sacara garis besar

xiv
biasanya dibagi menjadi dua jenis kilap, yaitu kilap logam ( metallic luster) dan kilap

non logam (non-metallic luster). Kilap logam (metallic luster), yaitu mineral

memiliki kilap seperti logam.Sedangkan kilap non-logam (non-metallic luster),

terbagi atas (Bonewitz, 2012):

a. Kilap intan (adamantin luster), cemerlang seperti Intan.

b. Kilap kaca (vitreous luster), contohnya kuarsa dan Kalsit.

c. Kilap sutera (silky luster), umumnya terdapat pada mineral yang memiliki

serat seperti, Asbes dan Gypsum

d. Kilap damar (resinous luster), kilap seperti getah damar, misalnya mineral

Sphalerit.

e. Kilap mutiara (pearly luster), kilap seperti lemak atau sabun misalnya

Serpenti, Opal dan Nepelin.

f. Kilap tanah, kilap seperti tanah lempung. Misalnya Kaolin, Bauksit dan

Limonit

2.Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan

tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral

dapat memiliki lebih dari satu warna. Dalam mineral, warna disebabkan oleh

penyerapan atau pembiasan cahaya tertentu dan panjang gelombang. Hal ini bisa

terjadi karena beberapa alasan. Salah satunya adalah adanya jejak unsur-unsur

atom "asing" yang tidak termasuk dalam bagian susunan kimia dasar dari mineral

dalam struktur kristal. Beberapa mineral memiliki karakteristik warna, seperti ungu

Flourit dan kuning Belerang. Warna inilah yang membantu untuk dapat

megidentifikasi mineral dengan mudah (Price, 2005).

3.Kekerasan

xv
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan

kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang

rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang

dimulai dari skala satu yang paling lunak hingga skala sepuluh untuk mineral yang

paling keras. Berikut tabel kekerasan mineral dari mineral terlunak ke mineral terkeras

(Graha, 1987).

Tabel 1. Skala Mohs (Graha, 1987).

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia


1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

4.Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat

dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin,

kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli

mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap

walaupun warna mineralnya berubah-ubah (Bonewitz, 2012).

5.Belahan

Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau

xvi
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu

membelah, jika mineral dipukul mineral tersebut tidak hancur, tetapi terbelah-belah

menjadi bidang belahan yang licin (Bonewitz, 2012).

6.Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang

tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat

dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang

belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar,

sedangkan bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur

(Bonewitz, 2012). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

a. Concoidal, bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan


pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh
kuarsa.

b. Splintery/fibrous, Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos,


augit, hipersten.

c. Even, Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan


halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit

d. Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan


yang kasar, contoh: magnetit, hematit, kalkopirit, garnet.

e. Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur


dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

7.Massa Jenis

Massa jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.

Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral

tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi

dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam

xvii
keadaan di dalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang

volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut (Graha, 1987).

8.Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang

dikendalikan oleh sistem kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang

membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai

bangun yang khas disebut amorf (Bonewitz, 2012).

9.Tenacity

Sifat mineral berdasarkan kekuatan kohesif antar atom di struktur. Sifat

dalam mineral (tenacity) adalah sifat mineral yang berhubungan dengan daya

tahan mineral apabila patah, hancur, bengkok, dan irisannya Berikut adalah jenis-

jenis tenacity (Bonewitz,2012).:

a. Rapuh, adalah sifat mudah hancur tetapi dapat dipotong-potong,

contoh:mineral Kuarsa, Ortoklas, dan Pirit.

b.Mudah ditempa adalah sifat mineral yang dapat ditempa menjadi lapisan tipis,

seperti pada Emas dan Tembaga.

c.Dapat dirilis atau sectile adalah sifat mineral yang dapat diiris dengan pisau.

Hasil irisan rapuh, contohnya mineral Gipsum.

d.Fleksibel adalah sifat mineral yang lentur dan dapat dibengkokan tanpa

menjadi patah dan sesudah bengkok dapat kembali lagi seperti semula.

Contohnya mineral Talk dan Selenit.

e. Elastis adalah sifat yang dimiliki oleh mineral yang tersusun atas lapisan-

lapisan tipis sehingga dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan kembali

seperti semula bila penekanan dihentikan. Contohnya mineral Muskovit.

xviii
2.3 Kegunaan Mineral di Industri Pertambangan

Industri pertambangan adalah industri yang sangat erat kaitannya dengan

pemanfaatan teknologi, pertambangan telah dikenal sejak 8000 tahun yang lalu sejak

ditemukannya penggunaan tembaga di Turki. Pengolahan tambang pada masa itu

tentunya masih sangat sederhana dan bersifat manual seutuhnya, sangat berbanding

terbalik dengan industri pertambangan yang kita kenal saat ini. Semakin

berkembangnya zaman manusia semakin mudah dalam menemukan dan

mengidentifikasi mineral-mineral baru yang terkandung di dalam bumi. Dengan

banyaknya ditemukan mineral tersebut, tentunya juga berdampak pada kemajuan

teknologi di sektor pertambangan. Hal inilah yang menjadi pendorong utama

kemajuan sektor industri pertambangan.

Perkembangan teknologi industri diawali dengan revolusi indsutri yang terjadi di

Inggris secara besar-besaran pada periode antara tahun 1760-1850 di mana dilakukan

perubahan yang sangat massif di bidang pertanian, manufaktur, transportasi, dan juga

tentunya di bidang pertambangan. Terkhusus di bidang pertambangan, dahulu orang-

orang masih menggunakan gerobak untuk mengangkut hasil tambang yang disorong

atau ditarik dengan cara manual. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi

yang semakin maju, saat ini telah hadir berbagai inovasi dan penemuan-penemuan

baru dalam menyokong dan memfasilitasi industri pertambangan sehingga dapat

berjalan dengan maksimal.

Sistem perubahan industri 4.0 pada sektor pertambangan sudah diterapkan di

berbagai perusahaan besar. Contoh penerapannya di PT Freeport Indonesia (PTFI)

yang memanfaatkan remote control dengan mengoperasikan loader kendali jarak jauh

yang Bernama Minegem. Minegem Operation ini dikendalikan dari pusat kendali ruang

control tambang DOZ Mine. Minegem kemudian menjadi bukti kemajuan teknologi di

xix
industri pertambangan dimana teknologi ini dinilai mampu memberikan hasil yang

lebih maksimal atau produktif bagi PTFI, diantara benefitnya adalah meningkatkan

efisiensi kerja dan efektivitas kinerja, serta meminimalisir adanya miss communication.

Contoh lain dari kemajuan teknologi di industri pertambangan adalah dapat

dilihat dari berubahnya alat angkut hasil tambang yang dulunya hanya gerobak biasa,

sekarang telah menggunakan alat berat yang sangat canggih dan modern, seperti

dump truck, eskavator, dsb. alhasil industri pertambangan saat ini terus berkembang

dengan pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat pula. Dengan

kemajuan teknologi yang sangat pesat khususnya di bidang pertambangan membuat

banyak orang saat ini bahkan seluruh manusia mampu merasakan manfaat dari

kemajuan bidang indsutri pertambangan. Namun dibalik pesatnya kemajuan teknologi

di bidang pertambangan, tentu ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu,

keseimbangan alam.

xx
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum Geologi Fisik Acara I

“Pengenalan Mineral” yaitu:

3.1.1 Alat :

Alat adalah benda yang tidak habis digunakan Ketika melakukan kegiatan atau

praktikum. Berikut adalah alat yang digunakan pada saat praktikum.

1. Paku

Paku pada saat praktikum berguna sebagai penguji tingkat kekerasan pada mineral.

Dimana paku sendiri memiliki kekerasan yaitu 6-6,5. Berikut adalah gambar paku.

Gambar 3.1 Paku

2. Kikir Baja

Kikir baja adalah salah satu alat uji kekerasan yang memiliki skala kekerasan yaitu 6,5-

7 cara menggunakannya dengan cara menggesek bagian yang kasar dari kikir dengan
mineral yang diidentifikasi. Berikut adalah gambar dari kikir baja

Gambar 3.2 Kikir Baja

3.Kawat tembaga

Kawat tembaga memiliki skala kekerasan yaitu 3, yang dapat digunakan untuk menguji

tingkat kekerasan pada mineral. Berikut adalah gambar kawat tembaga

Gambar 3.3 Kawat tembaga

4.Kaca

Kaca memiliki skala kekerasan yaitu 5,5-6. Cara menggunakannya yaitu dengan meng-
goreskan kaca pada mineral. Berikut merupakan Gambar kaca

Gambar 3.4 Kaca

5.Penggaris

Penggaris pada saat praktikum digunakan untuk mengukur lebar, Panjang dan

juga tinggi dari batuan yang dideskripsi. Berikut adalah Gambar dari penggaris.

Gambar 3.5 Penggaris

6. Alat tulis dan pensil warna


Alat tulis dan pensil warna berfungsi dalam pencatatan data-data dan sketsa dari

mineral yang diobservasi Ketika praktikum. Berikut adalah gambar alat tulis

Gambar 3.6 Alat tulis dan pensil warna

7.Pembanding

Berfungsi sebagai bandingan ukuran besaran mineral yang sedang diobservasi Berikut

adalah Gambar pembanding

Gambar 3.7 Pembanding


8.Buku Rocks and Mineral

Buku Rocks and Mineral digunakan sebagai pedoman pada saat praktikum untuk

mengidentifikasi jenis mineral. Berikut adalah Gambar buku Rocks and Mineral

Gambar 3.8 Buku Rocks and Mineral

3.1.2Bahan :

Bahan adalah benda yang habis dipakai Ketika melakukan praktikum. Berikut adalah

Bahann yang digunakan pada praktikum.

1.Cairan HCl

Berfungsi untuk mengetahui reaksi asam pada mineral.Berikut adalah Gambar dari HCl
Gambar 3.9 Cairan Hcl

2.Tissue

Berfungsi untuk membersihkan cairan HCl. Berikut adalah Gambar tissue

Gambar 3.10 Tissue

3.Kertas HVS A4

Berfungsi untuk media menulis dan menjawab soal respon. Berikut adalah gambar

Kertas HVS A4
Gambar 3.11 Kertas HVS A4

4.Lembar deskripsi

Berfungsi untuk mencatat data-data sifat fisik mineral yang didapatkan saat praktikum
Gambar 3.12 Lembar Deskripsi
3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur dalam melakukan praktikum yaitu :

1. Praktikan dijelaska tentang definisi mineral beserta sifat fisik dan cara

mendeskripsikan mineral.

2. Praktikan berdiri di depan meja telah disediakan contoh mineral dan

mendeskripsikan mineral secara kasat mata tanpa menggunakan alat terlebih

dahulu

3. Praktikan mendeskripsikan mineral yang telah disediakan dengan menggunakan

alat deskripsi mineral yang telah dibawa.

4. Setelah melakukan deskripsi mineral, praktikan membuat laporan sementara

mengenai praktikum pengenalan mineral


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Stasiun 01

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 01 yaitu :

Gambar 4.1 Mineral Peroksen

Warna (Segar, Lapuk) : Hitam, Abu – abu

Kilap : Non Logam (kaca)

Belahan : Satu Arah

Pecahan : Uneven ke Choncoidal

Cerat : Putih ke Cokelat gelap

Kekerasan : 5.5 – 6
Sifat Kemagnetan : Paramagnetik

Reaksi dengan asam : Bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Rapuh

Komposisi Kimia : (Mg, Fe, Ca) Si2O6

Nama Mineral : Piroksen

Keterdapatan : New Zealand, Indonesia

Kegunaan : Penghias rumah

2. Station 02

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 02 yaitu :

Gambar 4.2 Mineral Galena

Warna (Segar, Lapuk) : Silver, Putih

Kilap : Logam

Belahan : Lebih dari 3 arah

Pecahan : Subchoncoidal
Cerat : Abu – abu

Kekerasan : 2.5

Sifat Kemagnetan : Paramagnetik

Reaksi dengan asam : Bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Mudah ditempa

Komposisi Kimia : Pbs

Nama Mineral : Galena

Keterdapatan : Turkey

Kegunaan : Indsutri pengolahan besi dan baja

3. Station03

Gambar 4.3 Mineral Columbite

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST – 03
yaitu :

Warna (Segar, Lapuk) : Abu – abu, Abu- abu kecoklatan

Kilap : Non Logam

Belahan : Satu arah


Pecahan : Subchoncoidal

Cerat : Abu – abu

Kekerasan :6

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik

Reaksi dengan asam : Tidak bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Bisa ditempa

Komposisi Kimia : Fe2+Nb2HAI6

Nama Mineral : Columbite

Keterdapatan : Amerika serikat

Kegunaan : Anti karat

4. Station 4

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST – 04

yaitu :

Gambar 4.4 Mineral Kuarsa


Warna (Segar, Lapuk) : Putih, Kuning kecoklatan

Kilap : Non Logam (Vitreous)

Belahan : Lebih dari 3 arah

Pecahan : Choncoidal

Cerat : Putih

Kekerasan : 6.5 – 7

Sifat Kemagnetan : Tidak ada

Reaksi dengan asam : Bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Rapuh

Komposisi Kimia : SiO2

Nama Mineral : Kuarsa

Keterdapatan : China, Amerika, Jepang

Kegunaan : Berguna untuk pembuatan alat elektronik

5. Station 5
Gambar 4.5 Mineral Archanite

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST – 05

yaitu :

Warna (Segar, Lapuk) : Hitam, Merah kecoklatan

Kilap : Logam

Belahan : Satu arah

Pecahan : Even

Cerat : Hitam

Kekerasan : 6 – 6.5

Sifat Kemagnetan : Paramagnetik

Reaksi dengan asam : Bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Mudah ditempa

Komposisi Kimia : Ag2s

Nama Mineral : Achantite

Keterdapatan : Nevada
Kegunaan : Bahan pembuatan alterasi sekunder

6. Station 6

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST
– 06 yaitu :

Gambar 4.6 Mineral Pyrite

Warna (Segar, Lapuk) : Kuning keemasan, Cokelat

Kilap : Logam

Belahan : Lebih dari 3 arah

Pecahan : Choncoidal

Cerat : Cokelat kehitaman

Kekerasan : 6 – 6.5

Sifat Kemagnetan : Paramagnetik

Reaksi dengan asam : Bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Mudah ditempa

Komposisi Kimia : FeS2

Nama Mineral : Pyrite

Keterdapatan : Spanyol, Rusia, Afrika Selatan

Kegunaan : Perhiasan

7. Station 7
Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 07 yaitu :

Gambar 4.7 Mineral Hematit

Warna (Segar, Lapuk) : Hitam, Kuning keemasan

Kilap : Logam

Belahan : Lebih dari 3 arah

Pecahan : Subchoncoidal ke Uneven

Cerat : Merah cery, Merah kecoklatan

Kekerasan : 5.5 – 6

Sifat Kemagnetan : Paramagnetik

Reaksi dengan asam : Tidak bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Mudah ditempa

Komposisi Kimia : Fe2O3

Nama Mineral : Hematit

Keterdapatan : Inggris, Meksiko, Brazil

Kegunaan : Bahan pelindung radiasi

8. Station 8
Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 08 yaitu :

Gambar 4.8 Mineral Hausmagnetik

Warna (Segar, Lapuk) : Hitam, Cokelat

Kilap : Logam

Belahan : Satu arah

Pecahan : Uneven

Cerat : Hitam kecoklatan

Kekerasan : 6.5 – 7

Sifat Kemagnetan : Feromagnetik

Reaksi dengan asam : Tidak bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Mudah ditempa

Komposisi Kimia : Mn2+Mn23+O4

Nama Mineral : Hausmannite

Keterdapatan : Brazil, Afrika Selatan, Jerman

Kegunaan : Oksida mangan penting dalam pembuatan baja

9. Station 9
Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 09 yaitu

Gambar 4.9 Mineral Olivin

Warna (Segar, Lapuk) : Hijau, Putih kekuningan

Kilap : Non Logam (kaca)

Belahan : 2 Arah

Pecahan : Choncoidal

Cerat : Putih

Kekerasan : 6.5 – 7

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik

Reaksi dengan asam : Tidak bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Sectile

Komposisi Kimia : (Mg, Fe)2 SiO4

Nama Mineral : Olivin

Keterdapatan : Indonesia

Kegunaan : Digunakan sebagai bahan tahan api


10. Station 10

Adapun hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi mineral di ST

– 10 yaitu :

Gambar 4.10 Mineral nikel garnerit

Warna (Segar, Lapuk) : Hijau, Kuning

Kilap : Non Logam

Belahan : Lebih dari 3 arah

Pecahan : Hackly

Cerat : Abu – abu metalik

Kekerasan : 5.5 – 6

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik

Reaksi dengan asam : Tidak bereaksi terhadap asam

Sifat dalam (Tenacity ) : Rapuh

Komposisi Kimia : Ni

Nama Mineral : Nikel Garnerit

Keterdapatan : Indonesia, China, Korea selatan, Jepang


Kegunaan : Berguna untuk lapisan baterai

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum Geologi Fisik I “ Pengenalan Mineral “, kami dapat

menyimpulkan:

1. Mineral adalah padatan homogen yang tersusun atas atom-atom yang

terstruktur dengan baik, bersifat anorganik dan terdapat di alam. Setelah

melaksanakan praktikum kami mengetahui bahwa mineral terbagi dalam beberapa

jenis seperti unsur natif, Sulfida, Halida, Oksida, Karbonat, Borat, Sulfat, Sillikat, dll

2. Mineral dapat diidentifikasi dengan melakukan beberapa percobaan seperti

memberi cahaya untuk menentukan kilapan mineral, menggores mineral dengan

benda-benda seperti kaca, kikir baja, kawat tembaga, dll.


3. Kegunaan mineral sangat banyak diantaranya seperti emas yang berguna

sebagai perhiasan, tembaga sebagai alat pengantar listrik, galena sebagai bahan

pembuat besi dan baja, dll.

5.2 Saran Praktikum

Saran untuk praktikum agar kiranya menyediakan alat dan bahan yang

dibutuhkan untuk praktikum agar memudahkan praktikan dalam mengikuti praktikum

di laboratorium.

5.3 Saran Untuk Asisten Lab

Saran untuk Asisten Lab agar kiranya lebih sabar dan semangat lagi dalam

membimbing kami dalam praktikum, agar ilmu yang kami dapatkan bisa bermanfaat.

Kami juga mengharapkan kedepannya agar penentuan waktu asistensi lebih diperjelas.
DAFTAR PUSTAKA

Bonewitz, R., L, 2012. Nature Guides Rocks and Minerals. USA: Smithsonian.

Graha, D. S., 1987, Batuan dan Mineral, Bandung : Nova.

Noor, Djauhari. 2012 Edisi kedua Pengantar Geologi. Universitas Pakuan, Bogor.

Price, M and Walsh, 2005. Pocket Nature Rocks and Minerals. London: Dorling

Kinddesley. Sapiie, B. 2006. Modul Praktikum Geology Dasar. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai