Dosen Pengampu
Shilvyanora Aprilia Rande, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Kelompok 15 / Kelas 07
Prasetyo Hidayat (710018218)
Rosevet Dipo Teguh Tipa (710018225)
Marche Lova Restiana (710018047)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Rekayasa
Bahan Galian Industri “Sirtu” ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Bahan
Galian Industri.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak
lepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu, izinkan kami
untuk sekedar mengucapkan rasa terimakasih kami kepada :
1. Ibu Shilvyanora Aprilia Rande, S.T., M.T. selaku dosen pengampu
mata kuliah Rekayasa Bahan Galian Industri Tahun Ajaran
2020/2021, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
2. Semua pihak baik yang terlibat secara langsung maupun yang
terlibat secara tidak langsung di dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya, makalah jauh dari kata sempurna. Dengan demikian, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai dasar untuk perbaikan
kedepannya. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi manfaat kepada
para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
5.2. Reklamasi ............................................................................................ 23
6.1. Kesimpulan.......................................................................................... 26
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu agar :
1. Dapat mengetahui dan memahami bahan galian sirtu serta
penyebarannya di Indonesia.
2. Dapat mengetahui dan memahami proses eksplorasi serta eksploitasi
bahan galian sirtu.
3. Dapat mengetahui dan memahami proses pengolahan serta
pemanfaatan bahan galian sirtu.
1
4. Dapat mengetahui dan memahami dampak lingkungan dari
pelaksanaan eksploitasi bahan galian sirtu serta tata cara pelaksanaan
reklamasinya.
5. Dapat menjadi sumber ilmu bagi pembacanya.
2
BAB II
GENESA DAN PENYEBARAN SIRTU DI INDONESIA
3
Gambar 2.1 Sirtu
Deskripsi Sirtu :
a. Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :
Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan
indikasi kekerasan £ 2,2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal
Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
4
- Tinggi : 52
- Kuat tarik, ksi : (ASTM C-99)
- Minimal diinginkan : 1,5
- Tinggi : 5,5
- Modulus elastisitas, ksi :
- Rendah :2
- Tinggi : 10
- Ketahanan Abrasi : tidak diinginkan (ASTM C-241)
5
Tabel 2.2 Lokasi Persebaran Sirtu Di Indonesia
Provinsi Daerah
Bali Gumaksa
6
Sipola, Desa Lae Raso, Desa Kuala Makmur, Desa Luan Balu,
Desa Lasingalu, Desa Simpang Abail, Desa Suak Bulu, Desa
Enao, Desa Lataling, Desa Labuan Bakti
7
Kalimantan Tengah S. Kahayang, Tewah
8
BAB III
EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI SIRTU
3.1. Eksplorasi
Eksplorasi sirtu tidak seperti eksplorasi mineral lainnya dikarenakan
biasanya sirtu tampak dipermukaan, jadi hanya diperlukan perhitungan
cadangan bahangalian tersebut untuk mengetahui seberapa banyak cadangan
dan luasaanya untuk mengetahui keekonomisan dari cadangan tersebut.
Untuk tambang hasil eksplorasi serta Untuk mengetahui berapa
ketebalannya di maka dilakukan metode pemboran, dan untuk menghitung
cadangan di lakukan dengan mengalikan luas iup dengan ketebalan bahan
galian sirtu yang ada.
3.1.1. Pengeboran Sumur Uji
Merupakan lubang-lubang hasil pengeboran (baik dengan
tangan/mesin) dengan diameter sekitar 1 m hingga 1,5 m. Pembuatan
sumur uji digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan relatif dangkal seperti jenis tanah, ukuran butir tanah,
tebal lapisan tanah penutup, adanya bidang diskontinuitas bawah
permukaan, dll. Pembuatan sumur uji ini juga disertai dengan
pengambilan sampel terganggu maupun tidak terganggu.
9
3.1.2. Pemetaan Topografi
Survei topografi juga digunakan untuk menentukan
konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi.
Gambar peta dari gabungan data akan membentuk suatu peta
topografi.
Sebuah topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan
memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal
diantara beberapa features dan elevasinya masing-masing diatas
datum tertentu.
Alat-alat yang digunakan pada survey pengukuran meliputi :
Pita atau tali ukur, GPS, Kamera, Kompas, Waterpass / Theodolite/
Total Station.
10
Gambar 3.4 Theodolite
11
Tahap kegiatan penambangan meliputi pengupasan lapisan tanah
penutup (stripping) dilanjutkan dengan kegiatan penggalian/pembongkaran
(loosening), pemuatan (hauling) serta pengangkutan.
3.2.1. Pengupasan (Stripping)
Tujuan pengupasan lapisan tanah penutup adalah untuk
mengurangi kotoran (dilution), ketika akan dilakukan proses
penambangan. Biasanya lapisan tanah penutup terdiri dari semak
belukar dan lapisan lempung (soil).
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini berupa pembersihan
terhadap semak belukar dengan menggunakan alat manual (cangkul,
singkup, belincong, dan lain-lain), ataupun alat mekanis (bulldoser
yang dilengkapi garu tunggal/ ganda, penggaruan (scrapper), shovel,
dan lain-lain). Pemilihan alat tergantung kepada kondisi lapangan
dan tingkat produksi penambangan.
3.5 Bulldozer
3.6 Shovel
12
3.2.2. Pembongkaran (Loosening)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melepaskan endapan sirtu
batuan induknya. Pada umunya endapan sirtu merupakan endapan
lepas atau lunak yang mudah dibongkar oleh sebab itu dapat
digunakan peralatan tradisional seperti cangkul, sekop atau alat
mekanis seperti bulldozer, wheel loader, backhoe atau power shovel
bila diinginkan produksi banyak.
13
Gambar 3.9 Excavator
3.2.4. Pengangkutan
Proses pengangkutan dilakukan setelah Sirtu dimuat oleh alat
muat kedalam alat angkut. Selanjutnya alat angkut akan
mengirimkan hasil muatan yang berupa Sirtu menuju unit
pengolahan. Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut pasir
kuarsa adalah dump truck,
14
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SIRTU
4.1. Pengolahan Sirtu
Pengolahan sirtu sangat sederhana, yaitu dengan metode crushing
bongkahan batuan yang masih besar dan hasil yang akan keluar adalah
batuan-batuan berdiameter lebih kecil dan beragam dan juga ada yang
menjadi pasir setelah itu kita pisahkan pasir dan batuan berdiameter sama
sesuai dengan kebutuhan sendiri. Untuk pasirnya dapat digunakan sebagai
bahan campuran pembuatan bangunan, yaitu dengan cara mencampurkan
pasir tersebut dengan material lainnya seperti semen. Batu juga bisa
dimanfaatkan untuk campuran pembuatan bangunan, selain itu sirtu juga
dapat dijadikan sebagai urug. Perusahaan tambang sirtu Perusahaan
tambang sirtu membuat sirtu sendiri sesuai dengan permintaan konsumen.
15
memiliki kualitas dan kekerasan paling baik. Stone crusher kedua ini
memproduksi material menjadi 4 fraksi (abu batu, medium,agregat ½,
agregat ¾.).
16
sempurna, dan tentunya lebih cepat. Alat pengaduk beton atau yang
dikenal dengan istilah molen ini ada yang berupa mesin statis, semi
mobile dan full mobile atau mixer truck.
17
4.2.2. Pengangkutan Adonan Beton
Bila material-material beton sudah diaduk hingga rata
sempurna, tahapan selanjutnya adalah mengangkut adukan beton
tersebut ke tempat penuangannya. Proses ini harus dilakukan dengan
cepat sebelum semen bereaksi dengan air. Untuk skala kecil, adukan
beton bisa diangkut dengan menggunakan ember atau gerobak
dorong. Sedangkan untuk skala besar, adukan beton biasanya
diangkut dengan menggunakan truk aduk beton, pompa atau dengan
menggunakan ban berjalan. Jika jarak antara lokasi pengadukan beton
dan menuangan cukup jauh, umumnya dipakai alat bantu berupa truk
aduk beton.
18
Gambar 4.7 Penuangan Adonan Beton
19
meratakan permukaan lantai cor dengan cepat, dapat digunakan alat
bantu seperti power trowel. Alat bantu ini berfungsi meratakan
permukaan lantai cor dalam kondisi kering 75%.
20
BAB V
DAMPAK LINGKUNGAN DAN REKLAMASI
5.1. Dampak Lingkungan
Dalam kegiatan penambangan dampak yang
terjadi terhadap lingkungan adalah penurunan produktivitas lahan, kepadatan
tanah bertambah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau
longsoran, terganggunya flora dan fauna, terganggunya kesehatan masyarakat
serta berdampak terhadap perubahan iklim mikro.
Aturan yang mendasar berkaitan dengan lingkungan hidup telah diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Penngelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Sedangkan instrumen penting
yang berkenaan dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
telah dikeluarkan, mulai dari Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993
tentang Amdal sebagai penjabaran pelaksanaan undang-undang pendahulu
mengenai lingkungan hidup, yakni Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982.
Pengaturan Amdal kemudian disempurnakan melaluiPeraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 1999 yang dikeluarkan dalam upaya mempertegas akan
pentingnya instrumen pengelolaan lingkungan melalui perizinan, di mana
Amdal merupakan prasyarat untuk mendapatkan izin tersebut. Selanjutnya
pengaturan mengenai Amdal ini diintegrasikan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Dampak lingkungan akibat penambangan sirtu adalah sebagai berikut:
5.1.1. Polusi Udara
Terjadinya polusi udara berupa debu di sekitar jalan yang dilalui
truk pengangkut pasir sehingga apabila ada truk lewat maka pejalan
kaki atau pengguna sepeda motor memilih berhenti agar jauh dari truk
serta menutup muka dan hidung untuk menghindari debu yang
beterbangan.
21
Gambar 5.1 Polusi Udara
22
Gambar 5.3 Terjadinya sedimentasi
5.2. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Reklamasi dilakukan untuk mengendalikan dampak negatif
kegiatan penambangan, sekaligus mengupayakan pembangunan sektor
pertambangan berwawasan lingkungan, maka kegiatan penambangan yang
berdampak besar tersebut diwajibkan mengikuti peraturan perundangan.
Secara umum kegiatan Reklamasi dan Pascatambang sudah di jelaskan
di Permen ESDM RI No. 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi
dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara Masalah lingkungan merupakan salah satu isu yang semakin
menjadi perhatian utama secara global. Isu dampak lingkungan dari
berbagai kegiatan industri juga dihadapi oleh industri pertambangan tidak
saja di Indonesia tapi di seluruh dunia. Tuntutan agar industri pertambangan
menekan seminimal mungkin dampak negatif semakin besar. Maka dari itu
pengawasan dari pemerintah sangat diperlukan pada segala bentuk industri
pertambangan, terutama pada pertambangan rakyat dimana penambangnya
tidak sepenuhnya mengerti mengenai industri pertambangan yang
berwawasan lingkungan. Adapun tahapan reklamasi yang dilakukan
diantaranya :
23
5.2.1. Penataan Lahan
Penataan lahan yang dimaksud disini adalah upaya-upaya
yang akan dilakukan yang meliputi pekerjaan pengisian kembali
lubang bekas tambang, pengaturan bentuk lahan dan pengelolaan
tanah pucuk. Pengisian kembali lubang bekas tambang dilakukan
pada tambang terbuka, lubang bekas tambang harus ditutup
kembali atau disesuaikan dengan dokumen AMDAL-nya.
Kegiatan penutupan lubang tambang dilakukan secara progresif
sesuai dengan kemajuan pelaksanaan penambangan.
24
5.2.3. Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan
vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan
pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan.
25
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan
material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan
berukuran halus terdiri pasir dan lempung
2. Cadangan Sirtu tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama di sekitar
daerah aliran sungai dan pedataran, Cadangan Sirtu terbesar terdapat di
Lampung, potensi lain terdapat di Aceh, Riau, Banten, Jawa barat, Jawa
Tengah, Jawa timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Bali, NTT, Selawesi tengah, Sulawesi selatan,
Sulawesi Tenggara, Suawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua,
Papua Barat.
3. Pemanfaatan bahan galian sirtu salah satunya yaitu dalam bidang
industry beton.
4. Dampak lingkungan dari kegiatan penambangan sirtu diantaranya
adalah polusi udara (debu), Kerusakan Tanah dan Terjadinya
sedimentasi.
6.2. Saran
Dengan masih banyaknya tambang sirtu yang beroperasi secara illegal
dan tanpa adanya Izin Usaha Pertambangan serta tidak memperdulikan
analisis mengenai dampak lingkungan, tentunya akan sangat berdampak
buruk terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat disekitar lokasi
penambangan.
Sebaiknya kita sebagai mahasiwa tambang memperhatikan secara
khusus perkembangan tambang sirtu di Indonesia di karenakan memiliki
prospek kerja yang sangat tinggi,serta membuat inovasi terbaru agar
kedepannya tambang sirtu ini biasa maju di Indonesia.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/225050-dampak-pertambangan-
terhadap-lingkungan-e01f22b1.pdf
https://www.slideshare.net/marchmono/amdal-pertambangan-pertambangan-pasir-
sirtu#:~:text=%EF%82%A2%20Dampak%20lingkungan%20akibat%20pertamba
ngan,karena%20terpotong%20nya%20alur%20tanah.
https://dokumen.tips/documents/makalah-sirtu.html
27