(MINERAL BIJIH)
D111 22 1088
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang masih memberikan kita
kesehatan hingga pada saat ini kita masih bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak
lupa juga shalawat dan juga salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta
sahabat-sahabatnya. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kristalografi dan Mineralogi. Semua data dan informasi yang disajikan dalam
laporan ini diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya dan diverifikasi kebenarannya.
kepada Anda. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Sufriadin,
ST., MT., dan bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kristalografi dan Mineralogi. Penyusun juga berterima kasih kepada kakak asisten yang
Penyusun berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang
dan dapat digunakan sebagai referensi yang bermanfaat untuk memahami topik yang
dibahas secara lebih mendalam. Terakhir, penyusun menyadari bahwa laporan ini
mungkin masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk perbaikan dan peningkatan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL .............................................................................................................. i
iii
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
tentang segala hal yang berhubungan dengan mineral, proses kristalisasi mineral dan
istilah mineral seperti air mineral, makanan yang mengandung mineral, mineral dalam
arti komposisi viamin dan lain-lain. Namun, dalam ilmu geologi, mineral diartikan sebagai
suatu benda padat anorganik yang homogen, kristalin, terbentuk di alam dan secara
alamiah. Jadi arti mineral dalam kehidupan sehari-hari tidaklah sama dengan arti mineral
dalam ilmu geologi. Massa jenis mineral juga penting dalam pembentukan mineral
(Mulyaningsih, 2018).
Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral optik adalah studi atau
polarisasi. Sifat yang bisa diketahui yaitu warna, belahan, pecahan, relief, indeks bias,
pleokroisme, dan bentuk. Sifat optis mineral yang lainnya adalah warna interferensi
maksimal dan sudut gelapan. Mineral optik membahas tentang mineral-mineral pada
batuan dalam bentuk monomineral, serta preparasi peraga yaitu suatu bentuk peraga
seperti sayatan tipis yang akan diamati dengan mikroskop polarisasi (Adiyasa, 2015).
logam dan dapat diekstrak untuk kepentingan umat manusia. Batasan mineral bijih
kenyataannya sebagian besar mineral bijih tidak tembus cahaya, sedangkan mineral 2
1
penyerta merupakan mineral-mineral yang tembus cahaya (transparan). Mineral bijih
harus dapat diekstrak logamnya, misalnya Kalkopirit. Untuk itulah mengapa praktikum
pengenalan mikroskop (mineral bijih) ini agar praktikan dapat mengoperasikan alat
mikroskop dengan baik dan benar serta mengetahui tentang mineral bijih.
Geologi, Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu 20 Mei 2023 pukul
08.30 WITA. Praktikum kali ini yang dilakukan adalah mengetahui cara kerja mikroskop
polarisasi dan melakukan analisis satu sayatan pendeskripsian sifat fisik mineral seperti
mineralnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bijih adalah suatu jenis batu yang mengandung mineral, baik itu logam maupun
bukan logam. Melalui penambangan, bijih diekstraksi lalu hasilnya dimurnikan lagi untuk
mendapatkan unsur-unsur yang memiliki nilai ekonomis. Bijih juga memiliki komposisi
yang pasti. Mineral adalah suatu padatan anorganik dengan struktur kristal dan memiliki
rumus kimia tertentu. Mineral dibuat secara kimia entah dari unsur kimia tunggal
maupun campuran beberapa unsur. Mineral bijih adalah suatu mineral yang
mengandung logam atau agregat mineral logam, yang mana dari sisi penambang dapat
diambil profit, atau dapat diolah menjadi profit, contohnya Galena dan Kalkopirit yang
dapat diekstrak menjadi tembaga dan timah hitam (Gribble, 1985). Dapat dilihat pada
gambar 2.1.
sama dengan unsur kimia lainnya. Mineral-mineral ini biasanya tersebar dalam batuan
3
dan terdiri dari mineral pembentuk batuan yang tidak atau sedikit sekali mengandung
unsur logam. Biasanya mineral-mineral non logam dikenal sebagai Gangue. Campuran
mineral bijih dan mineral Gangue akan membentuk mineral bijih. Kebanyakan mineral
bijih mempunyai kilap logam seperti Galenit, Kalkopirit, Cuprit, ada juga yang tidak
mempunyai kilap logam misalnya Malakhit, Bauksit, Sfalerit dan biasanya bergabung
dengan unsur-unsur lain seperti Al, Si, S, O. oleh karenanya orang dapat mengambil
satu unsur logam dari beberapa jenis mineral, misalnya tembaga dapat diambil dari
mineral Kalkopirit, Malakhit, Cuprit, Azurit. Sebaliknya dari satu mineral bijih orang dapat
memisahkan lebih dari satu unsur logam yang berguna, misalnya dari galenit dapat
diambil logam Timbale, Perak atau dari Stannit dapat diambil Timah dan Tembaga.
Proses itu yang dikatakan sebagai ore dressing, dan ini akan menentukan besar nilai jual
2007):
1. Argentit
Argentit adalah suatu mineral yang sering disamakan dengan acanthite. Argentit
dan acanthite memiliki chemistry yang sama, Ag2S, namun strukturnya berbeda.
Argentit mempunyai struktur isometrik yang hanya stabil pada suhu di atas 173
2. Asbes
Asbes adalah macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan menjadi serabut yang
fleksibel. Komposisi asbes tergolong menjadi dua golongan, yaitu Serpentin dan
4
3. Bauksit
Bauksit memiliki mineral dengan susunan dari oksida alumunium, yaitu mineral
buhmit (A12O3H2O) dan mineral gibsit A1(OH)3 . Bijih Bauksit terdapat di daerah
Bauksit ini terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar A1 nisbi tinggi,
4. Barit
Barit merupakan mineral yang terdiri dari barium sulfat. Barit umumnya berwana
putih atau tidak berwarna, dan merupakan sumber utama dari barium. Barit
Kebanyakan Barit adalah tanah untuk ukuran kecil seragam sebelum digunakan
sebagai extender atau filler, produksi industri, atau agen bobot dalam minyak
bumi. Barit terjadi pada beberapa dan diendapkan melalui sejumlah proses
timbal-Seng pembuluh darah di batu gamping, deposito air panas, dan bijih.
Sifat optik mineral bijih yang dapat diamati menggunakan mikroskop sebagai
1. Warna
Sebagian besar mineral bijih memiliki kisaran warna putih sampai abu-abu
5
2. Reflektivitas
tanpa gelap dibawah mikroskop refleksi karena hanya sedikit sekali memantulkan
sinar.
3. Pleokrisme
Untuk menentukan sifat ini dilakukan dengan memutar meja objek mikroskop.
Pleokrisme dipengaruhi oleh sifat isometrik mineral dan bidang polesnya. Sistem
memiliki pleokrisme. Jika terjadi perubahan harus dilihat apakah perubahan yang
terjadi sangat jelas atau sedikit saja. Pleokrisme pada suatu mineral dapat dibagi
menjadi pleokrisme lemah, sedang, atau kuat. Pleokrisme merupakan fungsi dari
indeks bias medium immerse. Semakin besar indeks bias medium semakin kuat
4. Refleksi
Dalam Beberapa mineral bijih yang sedikit transparan membuat sebagian sinar
yang jatuh pada permukaannya dapat menembus lebih dalam. Sinar yang
menembus tersebut ada yang kembali dipantulkan melalui rekahan atau batas-
batas butir kristal. Hasilnya adalah pancaran cahaya yang menyebar dari dalam
kristal dapat juga berupa satu lebih pancaran cahaya. Sifat ini sangat berguna
Refleksi dalam sangat jelas pada nikol silang dan pencahayaan yang kuat. Pada
butiran yang halus sifat ini sulit terlihat. Komposisi kimia mempengaruhi sifat ini
6
seperti Sfalerit dengan kandungan besi rendah menunjukan sifat dalam yang
jelas.
Terdapat beberapa jenis tekstur yang terdapat pada mineral bijih yaitu tekstur
1. Tekstur sebaran
Tekstur sebaran dapat dijumpai hampir di semua sampel urat pada berbagai jenis
mineral bijih seperti misalnya Pirit, Perak, Kalkopirit, Sfalerit, dan lain sebagainya
Tekstur kristalisasi simultan dapat dijumpai pada beberapa sampel urat antara
galena dan Pirit. Tekstur ini terjadi akibat perubahan temperatur yang tinggi serta
struktur kristalografi atau dengan kata lain susunannya menjadi tidak beraturan.
3. Tekstur granular
Tekstur ini dijumpai terbentuk pada mineral Pirit dan galena, di mana antar
butiran kedua mineral ini tidak saling menembus satu sama. Tekstur ini
Tekstur penggantian dapat dijumpai pada mineral sulfida satu dengan mineral
sulfida yang lain seperti misalnya Kalkopirit dan Sfalerit yang tergantikan oleh
kovelit atau antar mineral oksida seperti Hematit yang tergantikan oleh Goethite.
Pada tahap lanjut atau ketika proses penggantian berlangsung secara intensif,
maka akan terbentuk tekstur inklusi. Kehadiran tekstur inklusi terutama dijumpai
7
pada mineral Emas yang terperangkap di mineral Pirit. Oleh karena itu mineralogi
Terdapat beberapa jenis struktur yang terdapat pada mineral bijih sebagai
1. Struktur spinifex
Struktur ini memiliki Kenampakan pada mineral yang menyerupai jarum. Dapat
2. Struktur mesh
dengan bentuk yang tidak beraturan. Dapat dilihat pada gambar 2.3.
8
3. Struktur embayment
Kenampakan struktur yang khas, dimana terjadi oksisdasi bagian tepi seperti
teluk dan biasanya struktur ini ada pada mineral Kuarsa. Dapat dilihat pada
gambar 2.4.
Sulfida membentuk kelas mineral penting yang mencakup sebagian besar mineral
bijih (ore). Mineral bijih adalah bagian dari deposit bijih, bisanya berupa mineral logam,
yang bersifat ekonomis. Sebaliknya, berbeda dengan ore atau mineral bijih, gangue
adalah mineral yang tidak bernilai. Sebagian besar mineral sulfida tidak tembus cahaya
dengan warna khas dan gores garis dengan warna yang khas pula. Mereka yang non
opak, seperti sinabar atau cinnabar, realgar, dan orpiment, memiliki warna khas dan
memiliki indeks bias yang sangat tinggi. Formula umum dari mineral sulfida biasanya
Senyawa mineral sulfida terdiri dari satu atau lebih unsur logam atau unsur
semilogam dengan unsur nonlogam berupa Belerang (S). dalam Sulfida, Anion Belerang
(S2+) digabungkan dengan Kation logam seperti Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Milibdenum (Mo), Perak (Ag), Cadmium (Cd), Timah (Sn),
9
Platinum (Pt), Emas (Au), Merkuri (Hg), Tellurium (Ti), Timbal (Pb), dan Arsen semi
logam (As), Antimon (Sb), dan Bismuth (Bi). Gabungan senyawa Belerang dan salah
satu unsur semilogam disebut Sulfida semilogam. Kebanyakan Sulfida memiliki ikatan
ionik dan kovalen, meskipun beberapa mungkin mengandung ikatan logam dan
menampilkan sifat logam. Contoh mineral Sulfida Pirit (FeS2), Galena (Pbs), Sinabar
(HgS), dan juga Bornit (Cu2FeS4) contoh mineral Sulfida dapat dilihat pada Gambar 2.5
Kegunaan mineral Pirit dapat digunakan sebagai batu perhiasan, mineral bornit
digunakan sebagai ahan utama bijih tembaga, mineral Galena berguna sebagai sumber
utama Timbal dan Perak, yang dapat dikembangkan lagi menjadi bahan utama
pembuatan batrai dan juga peralatan logam yang lain, sedangkan mineral sinabar tidak
hanya sebagai pewarna alami, tetapi juga bisa menghasilkan air raksa, dengan metode
penyulingan yang tepat, batu ini dapat menghasilkan cairan seperti air yang merupakan
air raksa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan thermometer dan
Sulfida juga dapat dibagi menjadi beberapa grup kecil yang memiliki kesamaan
struktur kristal, struktur octahedral atau tetrahedral banyak ditemukan pada sulfida
simpel seperti Galena dan Spalerit. Sedangkan pada sulfida yang kompleks dan juga
kelas sulfosalt lebih kepada struktur yang polyhedral, seperti mineral tetrahedrite
10
2.6 Endapan Bijih di Sulawesi Selatan
Selama periode 2000–2009 bijih besi termasuk bahan galian yang banyak dicari
oleh perusahaan tambang BUMN dan perusahaan swasta nasional yang bekerja sama
dengan perusahaan dari Cina, Singapura dan Hongkong, sehingga terjadi kenaikan
jumlah sumber daya bijih besi yang mencapai 712.464.366 ton dan cadangan
65.579.500 ton. Pada tahun 2010, nilai pasar atau bilai jual bijih besi Indonesia sangat
tinggi yakni mencapai $216 miliar. Pada tahun 2009, nilai sumberdaya bijih besi
Indonesia mencapai 393.195.567 ton dan cadangan 2.216.000 ton (Ishlah, 2014).
Daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya bijih besi ( ore) adalah
daerah Bontocani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Bijih besi di daerah ini
ditemukan berupa bongkah-bongkah bijih besi Magnetit dan Hematit yang berasosiasi
Penelitian detail tentang bijih besi masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan
kajian mengenai keberadaan dan tipe endapan bijih besi yang ada di Kabupaten Bone
alterasi dan bijih pada daerah penelitian serta karakteristik endapan mineral bijih besi
(Harwan, 2020).
Bijih besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi. keberadaan bijih
beragaman. Potensi endapan bijih besi di daerah Tanjung dijumpai kelompok mineral
Karbonat-Silika seperti Piroksin, Garnet dan Epidot. Sedangkan bijih besi di daerah ini
dijumpai berupa bongkah-bongkah bijih besi Magnetit dan Hematit yang dijumpai
dengan batuan Granodiorit dan Pegmatit Granodiorit dan pada daerah Pakke terdiri dari
mineral bijih yang berasosiasi dengan mineral bijih Mangan. Kadar bijih Besi berkisar
11
antara 20-30%. Bijih besi dapat dimanfaatkan secara komersil namun terkendala tipe
dan jenis mineral bijih besi yang sangat banyak sehingga menyulitkan proses pemisahan
antara mineral bijih besi dengan mineral asosiasinya. Berdasarkan hal tersebut beberapa
peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui mineral pembawa bijih besi
beserta asosiasinya beserta karakteristik dan paragenesis dari endapan bijih besi
bongkahan dengan ukuran >10 cm serta dijumpai vein Kuarsa pada batuan yang
menjadi host rock pada daerah tersebut. Berdasarkan analisis XRD pada sampel bijih
besi diperoleh mineral-mineral di Sulawesi Selatan sebagai berikut (Irzal dkk, 2021):
abu sampai hitam dengan kekerasan 5,5-6,5 dengan tingkat kemagnetan yang tinggi.
Mineral Magnetit merupakan mineral yang umum dijumpai ditemukan pada batuan beku
mafik dan ultramaik. Terbentuk pada suhu 600-400oC Mineral Magnetit memiliki tingkat
kandungan Fe. Biasanya mineral magnetit berasosiasi dengan mineral hematit. Mineral
Hematit juga merupakan mineral golongan oksida dan hidroksida dengan sistem
kristal heksagonal dan memiliki warna kemerahan sampai coklat, dengan kekerasan
5,56,5. Hematit banyak ditemukan sebagai mineral primer dan juga sebagai produk
alterasi dalam batuan beku dan metamorf terbentuk pada suhu 130-200oC. Mineral
Hematit dapat terbentuk pada fase differensiasi magma ataupun presipitasi dari larutan
12
2.6.3 Goetit (FeHO2)
Goetit merupakan mineral golongan oksida dan hidroksida dengan sistem kristal
orthorombik dengan kekerasan 5-5,5. Goetit merupakan salah satu mineral terbentuk
dari adanya proses alterasi endapan pembawa bijih besi. Mineral Goetit juga kadang
terbentuk dari hasil oksidasi yang tinggi dengan. Goetit umumnya memiliki kadar Fe
sebesar 63% dan sulit untuk diolah secara komersial dan berasosiasi dengan mineral
dengan memiliki kekerasan 3,5-4. Mineral Siderit berwarna kuning pucat sampai coklat.
Dari hasil analisis XRD pada sampel yang diambil dijumpai mineral Siderit.
13
BAB III
AKTIVITAS PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Kristalografi dan Mineralogi
3.1.1 Alat
1. Mikroskop polarisasi
yaitu sayatan poles. Mikroskop polarisasi dapat dilihat pada Gambar 3.1.
14
2. Buku Rocks and Minerals
Buku Rocks and Minerals digunakan sebagai referensi dalam mencari nama
mineral dengan sifat optik yang telah ditentukan. Buku Rocks and Minerals dapat
3. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil deskripsi mineral. Alat tulis dapat dilihat
15
4. Kamera Handphone
3.1.2 Bahan
16
2. Sayatan poles
Sayatan tipis digunakan sebagai objek praktikum. Sayatan tipis dapat dilihat pada
Gambar 3.6.
17
2. Pegang bagian tubuh mikroskop dengan salah satu tangan, dan sangga alas
dengan tangan satunya pada saat memindahkan dari lemari ke meja pengamatan
18
5. Atur pencahayaan dengan mengamati pada lensa okuler sambil menyesuaikan
tengah meja putar. Apabila saat meja objek diputar, tanda x masih bergerak
terhadap pusat meja, maka lakukan centering dengan menggeser tuas sentering
pada meja putar. sampai tanda x telah berada di tengah medan pandang.
19
7. Mikroskop siap untuk digunakan dengan meletakkan peraga berupa sayatan tipis
8. Pilih lensa objektif sesuai perbesaran yang diinginkan dengan cara menggeser
20
9. Atur fokus dengan memutar tombol fokus kasar (menaik-turunkan meja objek)
10. Pengamatan dapat dilakukan dengan memutar meja objek untuk mengamati
sifat optiknya. Putar meja objek dengan halus, dan kunci putaran jika perlu
21
11. Pengamatan plane polarized dilakukan tanpa analisator. Pengamatan cross
12. Jika pengamatan telah selesai, ambil peraga sayatan tipis dan simpan pada
tempat semula.
semula. Cabut kabel dari sumber listrik dan lepaskan dari mikroskop.
14. Mikroskop polarisasi terdiri dari mikroskop dan kabel yang dapat dilepas pada
saat penyimpanan dan disimpan dalam lemari kaca tertutup pada saat tidak
digunakan.
22
BAB IV
4.1 Hasil
mendeskripsikan mineral bijih di bawah mikroskop polarisasi yang telah disediakan. Hasil
yang diperoleh setelah dilakukannya pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Pirit
1 Kuroko
Galena
4.2 Pembahasan
poles dengan nomor peraga Kuroko dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler
1. Pirit
Pada percobaan ini, Sampel yang digunakan adalah sayatan poles dengan nomor
10 kali sehingga pembesaran totalnya adalah 50 kali. Mineral ini memiliki warna
23
atau tidak ada. Memiliki refleksi dalam dan kekerasan Lemah. Mineral ini memiliki
bentuk subhedral, dengan pecahan uneven, belahan dua arah dan sistem kristal
nama mineral ini adalah Pirit. Mineral ini memiliki komposisi kimia FeS2. Serta
2. Galena
Pada sampel didapatkan hasil bahwa mineral ini memiliki warna abu-abu
kehitaman, dengan pleukroisme monokroid yang artinya mineral ini pada saat
diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini memiliki sifat anisotrop yang
tidak bisa berubah warna. Kemudian selanjutnya mineral ini memiliki refleksi
dalam, mineral ini juga memiliki kekerasan solid atau kuat. Pecahan Even,
belahan satu arah dengan sistem kristal monoklin dan relief tinggi. Berdasarkan
sifat optik yang didapatkan maka didapatkan bahwa nama mineral ini adalah
Galena. Komposisi mineral ini yaitu Pbs dengan mineral asosiasinya yaitu Pirit
dan Kalsit.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
okuler adalah penghubung lensa objektif dengan mata sehingga dapat melihat
dengan 25 kali, Coarse focus untuk mengatur focus secara cepat dengan
menggerakkan tabung mikroskop naik dan turun secara cepat, Fine focus untuk
dan lensa okuler, Meja preparasi atau stage digunakan untuk meletakkan sayatan
atau preparasi yang akan diamati dibawah mikroskop serta memutar sayatan
preparasi agar tidak goyang sehingga mudah diamati, Lensa objektif lensa yang
digunakan untuk menentukan bayangan yang akan ditangkap oleh mata secara
nyata terbalik dan diperbesar. Perbesaran dapat diatur 4x, 10x, dan bahkan 40x,
Diagfragma mengatur intensitas cahaya yang masuk menuju filter polarisasi yang
25
atau bersilang, Clamp screw sekrup yang digunakan untuk mengarahkan objek
terpolarisasi) yang diarahkan pada sayatan tipis. Kemudian sinar polarisasi akan
melalu 2 tahap polar pada kedua filter polarisasi. Filter polarisasi yang pertama
akan menyaring sinar polar yang akan menuju sayatan tipis, kemudian filter polar
kedua akan menyaring sinar yang akan keluar dari sayatan tipis. Kenampakan
sampel sayatan kuroko terdapat dua jenis mineral yang didapatkan yaitu Pirit
dan Galena.
5.2 Saran
Saran yang ingin penyusun sampaikan pada praktikum, asisten serta praktikan
1. Berikan umpan balik dan dukungan positif untuk membantu peserta praktikum
26
DAFTAR PUSTAKA
Gribble, C. D., dan Hall, A. J., 1985. A Practical Introduction to Optical Mineralogy . London:
George Allen & Unwin Publisher.
Hartosuwarno, S., 2011. Endapan Mineral Panduan Kuliah dan Praktikum Laboratorium
Petrologi dan Bahan Galian. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
Harwan, Nur, I., Maulana, A., Firdaus, Jafar, N., Heriansyah, A.F., 2020. Karakteristik
Endapan Bijih Besi Daerah Pakke Desa Langi, Kecamatan Bontocani, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi. Jurnal Geomine, 8(3): 203-213.
Idrus, A., dan Pramutadi, E. B., 2008. Mineralisasi Bijih dan Geokimia Batuan Samping
Vulkaniklastikandesitik yang Berasosiasi dengan Endapan Tembaga-Emas Porfiri
Elang, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Seminar Nasional Aplikasi Sains
dan Teknologi. Yogyakarta: Akprind Press.
Ishlah, T., 2004. Mineral Indonesia: Dari Pasar Mineral ke Strategi Eksplorasi . Geomagz.
48- 57.
Meirawaty, M., Nugraheni, R. D., dan Riyandhani, C. P., Mineralogi. Banyumas: CV. ZT
CORPORA.
Mulyaningsih, S., 2018. Kristalografi dan Mineralogi Edisi 1. Yogyakarta : Akprind Press.
Nesse, W. D., 1991. Introduction to Optical Mineralogy. Oxford: Oxford University Press.
Nur, Irzal, dkk., 2021. Paragenesis Prospek Endapan Bijih Besi Daerah Tanjung, Sulawesi
Selatan. Vol.9 (2): 179-185. Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas
Muslim Indonesia dan Departemen Teknik Pertambangan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Utoyo, H., 2008. Bijih Besi Bontocani Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Jurnal Sumber
Daya Geologi. 18: 303 – 307.
27
LAMPIRAN
28
DOKUMENTASI KEGIATAN
29
30
TUGAS PENDAHULUAN
31
RESPON
32
LEMBAR DESKRIPSI
33
LAPORAN SEMENTARA
34
REFERENSI KUTIPAN
35