STRATIGRAFI INDONESIA
Dosen Pengampuh :
Dr. Sc. Yayu Arifin, S.pd., M.Si
Oleh :
Muh. Syaifullah Saida
471 417 018
Bismillahirrahmanirrahiim,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subahaanahu wa Ta`ala, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat diberikan kekuatan,
kecerahan berpikir dan daya juang tinggi untuk dapat menyelesaikan laporan ini.
Penyusunan laporan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar penulisan-penulisan selanjutnya dapat mendekati kesempurnaan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan berguna
untuk dipahami bagi para pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa pada
khususnya serta dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.1.1 Geomorfologi.............................................................................................5
2.1.2 Petrologi................................................................................................10
2.1.3 Stratigrafi..............................................................................................18
3.1 Geomorfologi..........................................................................................26
ii
3.1.1 Sungai...............................................................................................26
3.2 Litologi....................................................................................................29
3.3 Stratigrafi.................................................................................................30
3.3.1.1 Penyebaran................................................................................31
3.3.2.1 Penyebaran................................................................................32
3.3.3.1 Penyebaran................................................................................34
3.3.4.1 Penyebaran................................................................................34
3.3.5.1 Penyebaran................................................................................35
iii
3.3.5.3 Lingkungan Pengendapan dan Kesebandingan Formasi..........36
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................37
4.1 Kesimpulan..............................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................38
LAMPIRAN – LAMPIRAN........................................................................................39
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pola aliran sungai. (a) Pola aliran dendritik, (b) Pola aliran
rektangular, (c) Pola aliran trelis, (d) Pola aliran radial, (e) Pola aliran Paralel.
(Menurut Monroe J.S dan Wicander R, 2006).............................................................8
Gambar 2.2. Bentuk – bentuk intrusi batuan beku (Flint dan Skinner, 1977)........12
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kelas lereng, dengan sifat – sifat proses dan kondisi alamiah (Van
Zuidam, 1985)..........................................................................................................9
Tabel 2.2. Komposisi kimia pada batuan beku (Sumber: D. Jerram & N. Petford,
2010)......................................................................................................................14
Tabel 2.3. besar butiriran /kristal batuan sedimen non klasik (Modul Praktikum
Petrologi ITB,2012)...............................................................................................15
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Sulawesi merupakan wilayah yang kompleks karena merupakan tempat
pertemuan tiga lempeng besar, yaitu lempeng Indo – Australia, lempeng Pasifik,
lempeng Eurasia dan lempeng kecil Filipina. Karena proses tumbukan ke empat
lempeng ini, menyebabkan pulau Sulawesi memliki empat buah lengan dengan
proses tektonik yang berbeda – beda disetiap wilayahnya. Berdasarkan struktur
litotektonik Sulawesi dibagi menjadi empat bagian, yaitu Mandala barat sebagai
jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala
tengah yang merupakan batuan malihan yang di tumpangi batuan bancuh sebagai
bagian dari blok Australia, Mandala timur berupa ofiolit yang merupakan segmen
dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias–Miosen, dan
Fragmen Benua Banggai–Sula–Tukang Besi yang terletak di kepulauan paling
timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke
arah barat karena strike–slip faults dari New Guinea (Sompotan, 2012).
Daerah penelitian berada di Desa Posso, Kecamatan Kwandang, Kabupaten
Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Daerah penelitian memiliki tatanan geologi
yang menarik untuk diteliti karena tersusun oleh batuan yang berumur Tersier
sampai Kuarter, yakni batuan vulkanik, batuan terobosan, batuan sedimen serta
pola struktur berupa lipatan dan sesar yang melengkapi proses geologi daerah
tersebut.
Posso dan sekitarnya tersebut untuk mengetahui tatanan geologi yang berkembang
di daerah Posso dan sekitarnya.
METODE PENELITIAN
Diargam alir
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Geomorfologi
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai deskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms),
sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti
pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental
platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil, seperti plain, plateau,
mountain dan sebagainya. Geomorfologi pada umumnya mempelajari tentang
bentang alam (landscape), bentuk lahan (landform), serta proses yang berkerja
pada permukaan bumi, ada tiga faktor yang patut diperhatikan dalam
mempelajari geomorfologi yaitu struktur, proses, dan stadia (Lobeck, 1939).
dengan erosi lateral dan terdapat cabang sungai yang bermeandering. Stadia tua
dicirikan dengan lembah dan sungai meander yang sudah lebar, erosi lateral
lebih dominan dibandingkan dengan erosi vertikal karena permukaan erosi
sudah mendekati ketingkat dasar muka air. Van Zuidam (1985) membagi dua
aspek utama dalam geomolofogi yang dilihat dari bentuk permukaan, yaitu
Morfografi dan Morfometri.
1. Morfografi
Morfografi merupakan aspek yang digambarkan dari morfologi suatu
daerah, seperti dataran, perbukitan dan pegunungan (Van Zuidam, 1985).
Dataran memiliki kemiringan 0–2 % yang menempati bentuklahan asal marin
(laut) dan fluvial dengan pasir yang terpilah baik, bercampur dengan lempung
dan lanau yang tersusun oleh material berbutir halus sampai sedang.
Morfologi perbukitan memimiliki ketinggian 50–500 m di atas
permukaan laut dengan kemiringan lereng 7–20 %, morfologi perbukitan
digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi, kars, bukit rempah gunungapi
dan perbukitan yang dikontrol oleh struktur. Sedangkan morfologi
pegunungan, memiliki ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut
dengan kemiringan lereng lebih dari 20 %, morofologi pegunungan digunakan
terhadap rangkaian bentuklahan gunungapi atau akibat adanya tektonik yang
cukup kuat.
2. Morfometri
Morfometri merupakan aspek geomorfologi yang didasarkan pada aspek
- aspek kualitatif suatu daerah seperti bentuk lembah, pola, titik ketinggian,
relif, dan pengaliran kemiringan lereng (Van Zuidam, 1985). Permukaan bumi
yang tererosi akan membentuk lembah, secara garis besar jenis–jenis lembah di
bedakan menjadi:
1. Jenis lembah U tumpul: terjadi pada pada daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral, dan erosi ke arah vertikal
relatif
7
c. Pola aliran trelis adalah pola aliran sungai yang berbentuk seperti
pagar, dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan
antiklin. Serta dicirikan oleh saluran – saluran air yang berpola sejajar,
mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya,
saluran utamanya searah dengan sumbu lipatan.
d. Pola aliran radial merupakan pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian, seperti puncak gunung api.
Pola aliran radial biasa dijumpai pada bentuk – bentuk bentangalam kubah dan
laccolith.
e. Pola aliran paralel atau pola aliran sejajar adalah suatu sistem
aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam, pola aliran paralel ini terbentuk
pada morfologi lereng dengan kemeringan lereng yang seragam. Pola aliran
paralel kadangkala menunjukan adanya suatu patahan besar yang memotong
daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam.
Gambar 2.1. Pola aliran sungai. (a) Pola aliran dendritik, (b) Pola aliran rektangular,
(c) Pola aliran trelis, (d) Pola aliran radial, (e) Pola aliran Paralel. (Menurut Monroe
J.S dan Wicander R, 2006).
( N−1)× IK
B¿ × 100
JH × SP
Keterangan:
B = Sudut lereng
N = Jumlah kontur yang terpotong garis sayatan.
Menurut Van Zuidam (1985) dengan menggunakan rumus di atas maka
dapat diklasifkasikan kemiringan.
Kelas
Sifat – sifat proses dan kondisi alamiah warna
Lereng
0 – 2 Datar hingga hampir datar, tidak ada proses denudasi
Hijau
(0 – 2%) yang berarti
Agak miring, gerakan tanah kecepatan rendah, erosi
2 – 4 Hijau
lembar dan erosi alur (sheet and rill erosion). Rawan
(2 – 7%) Mudah
erosi
4 – 8 Miring, sama dengan diatas, tetapi dengan besaran yang
Kuning
(7 – 15%) lebih tinggi. Sangat rawan erosi tanah.
8 – 16 Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah, dan erosi,
Jingga
(15 – 30%) terutama longsoran yang bersifat nendatan
16 – 35 Curam, proses denudasional intensif, erosi dan gerakan Merah
Tabel 2.1. Kelas lereng, dengan sifat – sifat proses dan kondisi alamiah (Van
Zuidam, 1985).
10
yang terjadi pada saat pembekuan magma (Flint, Skiner, 1977). Struktur
yang di jumpai pada batuan beku ekstrusif yaitu sheeting joint yang
terlihat sebagai lapisan, columnar joint yang terlihat seperti sebuah batang
pensil, pillow lava yang menyerupai bantal. Serta vesikuler, yang
merupakan struktur batuan beku yang memperlihatkan lubang–lubang.
Magma yang membentuk batuan biasanya berasal dari batuan yang
sudah ada sebelumnya yang mengalami pencairan. Pencairan ini
diakibatkan adanya kenaikan temparatur, atau penurunan tekanan ataupun
perubahan komposisi. Kombinasi yang berbeda pada saat pembekuan
magma, mengakibatkan batuan memiliki tekstur yang berbeda – beda,
seperti:
a. Tingkat kristalisasi yang meliputi holokristalin, hipokristalin dan
holohyalin.
b. Ukuran butir yang meliputi afanitik dan faneritik,
c. Bentuk kristal yang terdiri dari euhedral, subhedral dan anhedral.
d. Keseragaman antar butir yang meliputi equigranular dan
inequigranular.
Batuan beku intrusif merupakan batuan beku yang proses
pembekuannya terjadi di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif
dibagi menjadi dua struktur yaitu konkordan dan diskordan (Flint, Skiner,
1977). Konkordan merupakan batuan beku yang sejajar dengan perlapisan
yang ada disekitarnya, batuan ini terbagi dalam beberapa jenis antara lain:
a. Sill yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan yang
ada di sekitarnya.
b. Laccolith dengan tubuh batuan yang berbentuk seperti kubah, lapisan
batuan ini asalnya datar lalu menjadi melengkung akibat penerobosan
tubuh batuan ini sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
c. Lopolith yang tubuh batuannya cenderung cembung ke bawah,
lopolith memliki diameter yang lebih besar di banding laccolith.
d. Paccolith yang tubuh batuannya menempati sinklin ataupun antiklin
yang telah terbentuk sebelumnya.
12
Gambar 2.2. Bentuk – bentuk intrusi batuan beku (Flint dan Skinner, 1977)
Mineral SIO2 AlsO3 FeO+ Fe2O3 MgO CaO Na2 K2O H2O
O
Felsic Minerals
Quartz 100 - - - - - - -
Orthoclase 65 18 - - - - 17 -
Albite 69 19 - - - 12 - -
Anortite 43 37 - - 20 - - -
Muscovite 45 38 - - - - 12 5
Nepheline 42 36 - - - 22 - -
Mafic minerals
Olivine 40 15 45 - - - - -
Clinopyroxene
52 3 10 16 19 - - -
(Augite)
Orthopyroxene
50 1 30 16 1 - - -
(Fe rich)
Amphibole
42 10 21 12 11 1 1 2
(Hornblende)
Biotite 40 11 16 18 - - 11 4
Tabel 2.2. Komposisi kimia pada batuan beku (Sumber: D. Jerram & N.
Petford, 2010).
2. Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat dipermukaan
bumi (di daratan dan dilautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari suatu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan
15
f. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman ukuran butir penyusun batuan
endapan / sedimen dalam pemilahan dipergunakan pengolompokan
sebagai berikut:
a. Pemilahan baik atau weel sorted, dengan tingkat keseragaman butir
yang relatif sama atau dapat disamakan dengan kemas tertutup
b. Pemilahan sedang atau medium sorted, merupakan kombinasi
kehadiran butiran dengan dengan variasi keseragaman yang mulai
berbeda, tetapi tidak ekstrim. Tekstur dapat disamakan dengan
tekstur setengah tertutup atau setengah terbuka.
c. Pemilahan buruk atau poorly sorted, tekstur ini dicirikan adannya
perbedaan yang mencolok antara ukuran butir yang halus dengan
ukuran butir yang kasar. Tekstur ini sama dengan kemas terbuka
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal
dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan
lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan
tentang sejarah bumi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Geomorfologi
3.1.1 Sungai
3.1.1.1 Pola Aliran Sungai
Jenis pola aliran menurut (Monroe J.S dan Wicander R, 2006), terdiri
atas 2 yaitu pola pengaliran rektangular dan paralel. Pola rectangular
umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
26
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah
dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten
terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang
melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran
salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar.
Pola pengaliran paralel adalah suatu pola aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka
bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah
lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran
paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang
seragam.
3.2 Litologi
Daerah praktikum merupakan zona utara gorontalo dengan susunan
batuan intrusi, gunung api maupun sedimen. Batuan daerah praktikum bisa
disebandingkan dengan formasi Diorit Bone, yang materialnya batuan diorit.
Batuan ini terdapat dibagian selatan wilayah daerah praktikum, dengan
menempati 8 % dari 20,47 km² luas wilayah daerah praktikum. Singkapan
dapat di jumpai dibagian timur dan utara sungai daerah praktikum. Satuan ini
dapat di jumpai pada K2.1, K2.2, K2.3, K2.4, K2.5, K2.6, K2.7, K2.8.
Kemudian Formasi Bilungala Vulkanik, yang maetrialnya lava andesit hingga
tuf, batuan ini dapat dijumpai dibagian utara dan selatan sungai daerah
praktikum. Satuan ini dapat di jumpai pada K1.1, K1.2, K1.3, K1.4, K1.5,
K1.8, K1.10, K1.11, K1.12, K1.13, K1.14. Formasi Breksi Wobudu dengan
material breksi hingga tuf lapilli, batuan ini dapat dijumpai bagian utara dan
selatan sungai daerah praktikum pada K1.6, K1.7, K2.1, K2.2, K2.3, K2.4,
K2.5, K2.6. dan Formasi Lokodidi yang materialnya breksi, tuf hingga tuf
pasiran. Batuan ini terdapat dibagian utara – barat daya wilayah daerah
praktikum dengan menempati 15% dari 20,47 km² luas wilayah daerah
praktikum.
3.3 Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 5 satuan litostratigrafi, yaitu :
1. Satuan Diorit Boalemo
2. Satuan Lava Andesit
3. Satuan Breksi Vulkanik
4. Satuan Aglomerat
5. Satuan Tuf Pasiran
30
3.3.1.1 Penyebaran
Keterdapatan satuan ini berada di selatan daerah penelitian, dengan
umumnya sebanyak 8% dari 20,47 km2 luas wilayah daerah penelitian.
Outcrop/singkapan litologi ini dijumpai di sebelah timur dan utara sungai
daerah praktikum. Satuan ini dapat dijumpai pada K2.1, K2.2, K2.3, K2.4,
31
K2.5, K2.6, K2.7, dan K2.8. Secara umum dijumpai struktur berupa shear
joint pada satuan ini.
3.3.2.1 Penyebaran
32
3.3.3.1 Penyebaran
Satuan ini terdapat dibagian utara – timur wilayah daerah penelitian
dengan menempati 11% dari dari 20,47 km² luas wilayah daerah penelitian.
Singkapan dapat dijumpai bagian utara dan selatan sungai daerah penelitian.
Satuan ini dapat di jumpai pada K1.6, K1.7, K2.1, K2.2, K2.3, K2.4, K2.5,
K2.6. Secara umum singkapan pada satuan ini dapat dijumpai struktur
berupa shear joint dan sesar.
3.3.3.2 Ciri Litologi
Secara megaskopis, ciri satuan ini adalah berwarna abu abu terang
fragmen monomik (andesit), semen tuf, pemilahan buruk, bentuk butir
menyudut, struktur massif.
3.3.3.3 Lingkungan Pengendapan dan Kesebandingan Formasi
Satuan ini merupakan proses yang diakibatkan oleh erupsi gunungapi
secara eksposif dikeluarkan secara jatuhan, satuan ini diduga terdapat pada
bagian central bawah proksimal. Satuan ini menyebar dari Paleleh hingga
daerah Gorontalo Utara, secara fisik satuan ini dapat disebandingkan dengan
satuan Breksi Wobudu karena memiliki kesamaan, di perkirakan memiliki
umur Pliosen Awal.
34
3.3.4.1 Penyebaran
Satuan ini terdapat dibagian utara – barat daya wilayah daerah
penelitian dengan menempati 15% dari 20,47 km² luas wilayah daerah
penelitian keseluruhan. Singkapan dapat dijumpai sebelah barat, utara dan
selatan sungai daerah penelitian. Satuan ini dapat di jumpai pada K3.1,
K3.2, K3.4, K3.5. Secara umum singkapan pada satuan ini dijumpai struktur
berupa shear joint.
3.3.4.2 Ciri Litologi
Pengamatan secara megaskopis, penciri satuan ini berupa warna segar
abu-abu terang, warna lapuk coklat kehitaman. Porositas buruk
permeabilitas, fragmen ukuran bom. Pemilahan buruk, matriks vulkanik.
Bentuk butir sub-rounded.
3.3.4.3 Lingkungan Pengendapan dan Kesebandingan Formasi
Satuan ini merupakan hasil dari kegiatan erupsi gunungapi tipe
eksplosif yang mengeluarkan material dengan ukuran bom. Satuan ini
terakulasi pada bagian central gunungapi, secara fisik satuan ini dapat
disebandingkan dengan satuan Breksi Wobudu dengan umur Pliosen Awal.
35
3.3.5.1 Penyebaran
Satuan ini terdapat dibagian barat – utara wilayah daerah penelitian,
dengan mencakupi 10% dari 20,47 km² luas wilayah daerah penelitian.
Singkapan dapat dijumpai pada bagian utara dan barat menghadap jalan
pada daerah penelitian. Secara umum singkapan pada satuan ini dijumpai
struktur cross laminasi.
3.3.5.2 Ciri Litologi
Pengamatan secara megaskopis, ciri satuan ini adalah warna putih
keabuan, struktur batuan masif, terdapat struktur cross laminasi dengan
tekstur pasiran, kebundaran rounded, derajat pemilahan baik, kemas tertutup
dan kompak.
3.3.5.3 Lingkungan Pengendapan dan Kesebandingan Formasi
Satuan ini diduga berasal dari letusan gunungapi yang meletus secara
eksplosif dan tersingkap baik di daerah pantai utara kwandang, secara fisik
satuan ini dapat disebandingkan dengan satuan Formasi Lokodidi yang
menyebar dari pantai utara Gorontalo, bagian barat Lembar Tilamuta, tebal
dari formasi lokodidi diperkirakan kurang dari 100m, satuan ini menindih
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil lapangan dan data-data analisis pada daerah Posso dan
sekitarnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E,M., 1951, The Dynamics of Faulting and Dike Formation with
Application to Britain, Endinburgh, Oliver and Boyd, 2nd, ed.
Bachri S, Sukindo, N,Ratman, 1993, Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi,
Skala 1 : 250.000, Pusat Penenlitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Gorontalo Utara. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gorontao Utara. Gorontalo.
Flint, R.F., B.J. Skinner. 1977. Physical Geology. Great Britain: John wiley and
Sons.
Hall, R., Wilson, M. E. J., 2000. Neogene suturs in eastern Indonesia. Journal of
Asian Earth Sciences, 18, 781 – 808.
Kertapati, E. K., 2006. Aktivitas Gempabumi di Indonesia. Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral, Badan Geologi, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Lobeck, A.K., 1939. Geomorphology An Introduction to the Study of Landscapes,
Mc Graw Hill Book Company. Inc, New York.
Monroe J.S., Wicander R, 2006, The Changing Earth Exploring Geology and
Evolution, Central Michigan University.
Noor, D, 2011, Geologi untuk Perencanaan, Bogor : Graha Ilmu.
Rickard, M. J. 1971. A Clasification Diagram for Fold Orientations. Geological
Magazine.
Simandjuntak, T.O., 1986, Struktur Duplek (Dwi Unsur) Sesar Sungkup Sesar
Jurus Mendatar di Lengan Timur Sulawesi, PIT XV IAGI.
Sompotan, A. F. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Bandung: Institute Teknologi
Bandung Press.
Travis B. Russel. 1955. Clasification of Rocks. Colorado School of Mines. United
State of America.
Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of Indonesia. The Haque.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Deksripsi :
Singkapan berwarna abu abu kecoklatan, kondisi sebagian lapuk,
sebagian segar, arah pelamparan timur – barat, dimensi singkapan p = 15 m
t = m Litologi berwarna abu abu terang, tekstur porfiri-afanitik,
hipokristalin, komposisi mineral, sedikit kuarsa, sedikit plagioklas, dominan
hornblend, piroksin, biotit, dan setempat teralterasi.
2. Breksi Vulkanik
40
Deksripsi :
Kondisi singkapan berwarna abu abu kehijauan kondisi sebagian lapuk
sebagian segar , pelamparan utara – selatan, Litologi berwarna abu abu
terang fragmen monomik (andesit), semen tuf, pemilahan buruk, bentuk
butir menyudut, struktur massif.
3. Diorit
41
Deskripsi :
Warna segar abu-abu gelap, lapuk kecoklatan, tesktur faneritik,
inequigeanular, struktur massif, derajat kristalisasi holokristalin, euhedral-
subhedral, komposisi mineral plagioclas, sedikit kuarsa, batuan diorite.
4. Tuf Lapili