(MINERAL TRANSPARAN)
D111 22 1088
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang masih memberikan kita
kesehatan hingga pada saat ini kita masih bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak
lupa juga shalawat dan juga salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta
sahabat-sahabatnya. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kristalografi dan Mineralogi. Semua data dan informasi yang disajikan dalam
laporan ini diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya dan diverifikasi kebenarannya.
kepada Anda. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Sufriadin,
ST., MT., dan bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penyusun berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang
dan dapat digunakan sebagai referensi yang bermanfaat untuk memahami topik yang
dibahas secara lebih mendalam. Terakhir, penyusun menyadari bahwa laporan ini
mungkin masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan peningkatan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.2 Metodologi...............................................................................................26
4.1 Hasil........................................................................................................32
4.1 Pembahasan.............................................................................................34
BAB V PENUTUP.................................................................................................42
iii
5.1 Kesimpulan..............................................................................................42
5.2 Saran.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
sering diartikan sebagai bahan anorganik. Pengertian yang jelas dari batasan mineral
oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada
Mineralogi Optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang sifat optis mineral. Mineralogi Optik bertujuan untuk mendeskripsikan mineral
secara lebih akurat menggunakan mikroskop. Alat yang digunakan dalam pengamatan
mineral. Sesuai pengertiannya mikroskop merupakan alat yang sangat berguna dalam
membantu seseorang memahami mineral dan batuan secara lebih mendalam. Acara
kelima ini kita melakukan praktik tentang mineral transparan memakai mikroskop
polarisasi, yaitu dengan cara mengamati dan mendeskripsi. Peserta dapat memperoleh
1
1.2 Tujuan Praktikum
satu sampel untuk diamati dan dideskripsikan. Praktikum berlangsung pada hari sabtu
tanggal 6 Mei 2023 pada pukul 7:30 sampai dengan 17:30 WITA.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
spesimen geologi, khususnya pada pengamatan sayatan tipis dari batuan. Jenis
mikroskop polarisasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan mikroskop pada
menggunakan cahaya biasa, pada mikroskop polarisasi cahaya yang digunakan adalah
cahaya terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi terpusat pada satu arah, sedangkan cahaya
biasa bergerak dalam arah gerakan acak. Dengan cahaya terpolarisasi ini kita dapat
melihat ciri-ciri atau sifat-sifat dari kristal dan mineral secara jelas, terutama dari segi
warna, karena setiap mineral memiliki warna tersendiri. Selain itu yang membedakan
polarisasi, seperti tipe Olympus, Reichert, dan Bausch & Lomb (Polunggu, 2017).
berukuran kecil atau mikro, sehingga apabila benda-benda mikro tersebut dilihat
menggunakan mikroskop akan terlihat besar. Dalam studi geologi, digunakan alat yang
dalam pembelajaran spesimen geologi, khususnya pada pengamatan sayatan tipis dari
batuan. Jenis mikroskop polarisasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan
mikro dan menggunakan cahaya biasa, pada mikroskop polarisasi cahaya yang
3
digunakan adalah cahaya terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi terpusat pada satu arah,
sedangkan cahaya biasa bergerak dalam arah gerakan acak. Dengan cahaya
terpolarisasi ini kita dapat melihat ciri-ciri atau sifat-sifat dari kristal dan mineral secara
jelas, terutama dari segi warna, karena setiap mineral memiliki warna tersendiri.
seperti tipe Olympus, Reichert, dan Bausch & Lomb (Andrian, 2013).
untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis (thin section)
pengamatan berupa pengamatan nikol sejajar ( plane polarized light) dan nikol
dibandingkan dengan mikroskop jenis lainnya. Mikroskop polarisasi ini pun terbagi atas
(dua) bagian, yaitu jenis mikroskop polarisasi bias dan mikroskop polarisasi pantul.
Mikroskop polarisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop polarisasi
bias yang menggunakan cahaya terbias. Jenis mikroskop ini digunakan untuk
mengidentifikasi sifat-sifat optik mineral ataupun batuan yang tembus cahaya, setelah
disayat setebal 5,5 mm. sedang jenis mikroskop polarisasi pantul digunakan untuk
mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya, mikroskop polarisasi
sangat efektif untuk digunakan dalam pengamatan sayatan tipis (Sasmita, 2014).
4
2.2 Mikroskop dan Bagian-bagiannya
pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan
biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus
sinar polarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas
sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop
haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat
bahwa butir debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda
secara benar dan fungsi dari bagian tersebut, di bawah ini akan diterangkan fungsi dari
bagian tersebut.
untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis ( thin section)
1. Eyepiece atau lensa okuler adalah penghubung lensa objektif dengan mata
5
darimana mata kita melihat medan bayangan. Ada okuler yang memakai
pembagian skala (okuler mikrometer) dan ada pula satu, dua atau lebih okuler
yang akan diamati dibawah mikroskop serta memutar sayatan agar pleokroisme
dan gelapan mineral dapat diamati dibawah mikroskop. Meja yang berbentuk
piring dengan lubang di tengah- nya yaitu untuk jalan cahaya yang masuk.
Piring ini dapat diputar-putar pada porosnya yang tegak, pada tepi meja
mempunyai pembagian skala dari 00 sampai 360°, dan disertai pula dengan
nonius. Ada beberapa lubang sekrup pada meja tersebut, di antaranya untuk
7. Analisator dan Polarisator: Untuk menyaring sinar baik dalam posisi sejajar
ataupun bersilang sehingga dapat digunakan untuk mengatur gelap terang dari
sayatan/preparat. Analisator, yaitu suatu bagian yang vital terbuat dari polaroid
atau prisma nicol. Arah getarannya selalu tegak lurus pada arah getaran
6
analisator dapat diatur sekehendak kita. Bila arah getaran analisator dan
8. Lensa objektif: Lensa yang digunakan untuk menentukan bayangan yang akan
ditangkap oleh mata secara nyata terbalik dan diperbesar. Perbesaran dapat
diatur 4x, 10x, dan bahkan 40x. Obyektif juga merupakan bagian vital,
obyektif dapat dilakukan dengan cepat berkat adanya sebuah revolver yang
mudah diputar. Pada revolver ini setiap obyektif didudukkan dalam keadaan
siaga.
10. Kondensor dan Diagfragma: Mengatur intensitas cahaya yang masuk menuju
filter polarisasi yang akan diteruskan ke meja preparasi. Diafragma iris, yaitu
merupakan bagian untuk menga- tur jarak cahaya yang masuk dengan jalan
11. Compensator piled: Kegunaan nya adalah untuk menggerakkan analisator dan
12. Clamp screw: Sekrup yang digunakan untuk mengarahkan objek uji ketengah
13. Tubus, yaitu bagian yang umumnya dengan pertolongan tromol pengatur dapat
diturun-naikkan. Tetapi pada mikroskop model Carls Zeiss bila tromol pengatur
diputar yang bergerak adalah mejanya, sedangkan bed tubus tetap pada
7
14. Sekrup pemusat gunanya untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat
benar pada potongan salib rambut (cross hairs). Biasanya sekrup pemusat
15. Cermin yang selalu terdiri dari cermin datar dan konvek. Masing-masing
gunanya untuk mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar konvergen. Pada
beberapa jenis mikroskop tempat kedudukan cermin ini digantikan oleh sumber
tahapan, yaitu dari ortoskop nikol sejajar, ortoskop nikol silang dan konoskop.
Berdasarkan ketembusan terhadap cahaya, mineral dibagi menjadi mineral opak dan
mineral transparan. Mineral opak adalah mineral yang tidak tembus cahaya, sedangkan
8
tidak
mengamati cahaya polarisasi yang merambat melewati kristal, tetapi hanya pada satu
bidang getar yang sejajar dengan arah getar polarisator. Sifat optik yang dapat diamati
antara lain warna absorbsi, pleokrisme, indeks bias, relief dan juga bentuk
Terjadinya warna merupakan akibat dari gejala serapan cahaya yang melintasi
Kristal. Warna mana yang teramati adalah warna cahaya yang melewati sumbu
indikatrik yang sedang bergetar sejajar dengan arah getar polarisator (Susilo, 2019).
pigmen lain, seperti inklusi kristal-kristal halus atau oleh adanya elektron-elektron dari
logam-logam transisi ( Cr, Fe, Mn all) pada mineral yang bersangkutan. Kehadiran
warna bagaimanapun sangatlah berarti, karena banyak mineral yang mudah dikenal
karena mempunyai warna yang khas, sebagai contoh biotit berwarna coklat, gloukofan
warna yang berbeda, maka apabila meja obyek diputar lebih dari 90 ⁰, maka mineral
tersebut akan menampakkan lebih dari satu warna. Gejala demikian disebut sebagai
gejala plekroisme. Pleokroisme Dwikroik jika dicirikan oleh dua warna yang berbeda
Trikroik jika dicirikan oleh perubahan tiga warna yang berbeda (mineral dengan sistem
kristal ortorombik, monoklin, dan triklin). Sedang pada mineral yang bersistem kristal
Suatu mineral yang mempunyai sifat trikroik, dalam satu sayatan tipis maka
tidak akan memperlihatkan tiga kali perubahan warna, tetapi hanya dua kali
9
perlubahan warna, karena hanya ada dua sumbu yang dapat dilewati sinar (harus
dengan dua atau lebih mineral dengan sayatan berbeda arah). Warna mana yang
nampak dalam mikroskop, tergantung sumbu indikatrik sinar mana yang sedang
bergetar sejajar arah getar polarisator. Pleokroik lemah jika perbedaan warna absorbsi
tidak begitu menyolok, sehingga perubahan warna selama pengamatan tidak begitu
jelas, seperti pada beberapa mineral piroksen. Sedangkan istilah Pleokroik kuat
perbesaran lensa okuler dan lensa obyektif, dapat pula langsung dengan mikrometer
obyek atau penggaris. Untuk mengetahui ukuran tiap bagian, dipergunakan lensa
okuler yang berskala. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui diameter dari
lingkaran medan pandangan. Dengan demikian kita akan bisa mengetahui ukuran
setiap mineral (umumnya dengan skala mm) ukuran dari mineral tergantung pada
10
seberapa besar sayatan tipis yang digunakan pada saat pengamatan, selain itu uuran
mineral juga dapat dilihat dari jenis mineral yang diamati (Susilo, 2019).
Suatu jenis mineral bisa tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral, maupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral, dan
ada mineral yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk euhedral. Mineral yang
tumbuh dengan bentuk euhedral, akan memperlihatkan bentuk sesuai dengan struktur
atomnya. Mineral tertentu akan mempunyai bentuk kas tertentu (bentuk alami),
11
seperti biotit yang berbentuk tabular, silimanit yang berbentuk fibrous, leusit yang
dimensi, sehingga kita perlu membayangkan secara tiga dimensi. Kita juga harus
memperhatikan arah sayatan, karena pada mineral yang fibrous, kalau dipotong tegak
lurus arah memanjangnya, maka tidak akan nampak fibrous (Sutarto, 2019).
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil melalui bidang yang lurus dengan arah tertentu
sesuai dengan bentuk kristalnya. Bidang yang lurus dengan arah tertentu tersebut
disebut Belahan. Apabila bidang-bidang tersebut tidak dikontrol oleh bentuk kristalnya
(struktur atomnya), tetapi dikontrol oleh faktor lain seperti kembaran maka bidang
tersebut dinamakan "parting". Apabila bidang-bidang tersebut tidak lurus, dengan arah
tidak tertentu dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, bidang tersebut dinamakan
pecahan. Setiap mineral dicirikan oleh pola belahan tertentu (bias satu arah atau lebih
dengan dengan sudut antar belahan yang tertentu. Apabila suatu mineral dipotong
dengan arah sayatan yang berlainan, maka dalam pengamatan mikroskopis akan
12
Gambar 2.4 Belahan mineral (Sutarto, 2019)
Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya merupakan
salah satu ciri khas. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif misal
dengan metode pergerakan garis becke atau secara absolut misal dengan minyak
imersi. Dalam praktikum ini hanya dilakukan pengukuran secara relatif, yaitu dengan
metode pergerakan garis becke. Indeks bias yang akan diukur dibandingkan dengan
indeks bias dari bahan yang standar seperti balsam kanada maupun kwarsa (relatif
lebih kecil atau lebih besar). Cara ini dapat langsung digunakan pada mineral isotropis.
Sedang pada mineral anisotropis, karena terdapat dua indeks bias yang berbeda, maka
kedua mineral yang akan diukur, sumbu indikatrik panjang/pendeknya harus sejajar.
Cara ini juga sangat susah, jika mineral yang diamati terdapat dalam suatu sayatan
batuan, karena bahan disekitar mineral yang diamati lebih dari satu macam.
2.3.6 Relief
Relief adalah kenampakkan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias
antara suatu mineral dengan media yang terdapat di sekitarnya, karena pada
13
umumnya perekat sayatan tipis adalah balsam kanada, maka skala relief
pembandingnya adalah balsam kanada. Jadi balsam kanada tidak mempunyai relief
Mineral yang mempunyai perbedaan indeks bias yang besar dengan indeks bias
balsam kanada (bisa lebih kecil maupun lebih besar) akan mempunyai relief yang
tinggi sampai sangat tinggi dan sebaliknya. Mineral-mineral relief rendah sinar-sinarnya
mempunyai indeks bias antar 1,543 - 1,493 atau 1,545- 1,599, mineral-mineral relief
sedang mempunyai indeks bias antar 1,493 - 1,443 atau 1,600 - 1,699, sedangkan
mineral-mineral relief tinggi - sangat tinggi mempunyai indeks bias >1,700 atau <1,44.
Dalam pemerian mineral, kita biasanya memakai skaa relief sangat tinggi, tinggi,
Kenampakkan relief suatu mineral adalah tergantung sinar mana yang sedang
bergetar sejajar dengan arah getar polarisator, jadi jika mineral anisotrop sinar-
sinarnya mempunyai perbedaan indeks bias minimum dan indeks bias maksimum
sangat besar maka akan menampakkan relief bervariasi (misal pada kalsit, muskovit).
Sayatan tipis yang standard, secara detil pada umumnya bentuk batas antara sayatan
tipis mineral dengan semen perekat sangat tidak beraturan. Demikian juga antara
Batas atas dan batas bawah dari sayatan tipis umumnya bergelombang. Jika
ada perbedaan indeks bias antara mineral dengan semen perekat, ketidakteraturan
cahaya oleh proses pemantulan dan pembiasan. Gejala ini akan menimbulkan efek
relief tiga dimensi. Perbedaan indeks bias yang kecil akan menimbulkan efek relief
yang lemah, sebaliknya perbedaan indeks bias yang besar akan menimbulkan relief
yang kuat. Relief diamati pada posisi pararel nikol sebaiknya menggunakan lensa
14
2.4 Nikol Silang
dimana cahaya melewati dua lensa polarisator, yaitu polarisator bawah dan polarisator
atas (analisator). Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator harus tegak lurus
arah getar analisator. Sifat-sifat optik yang dapat diamati antara lain warna
perbedaan panjang gelombang dua vektor cahaya yang bergetar saling tegak lurus
yang melewati lintasan sayatan tipis kristal dengan kecepatan yang berbeda yang
diteruskan melalui lensa analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi adalah
harga retardasi dari cahaya yang dibiaskan dan merambat melewati kristal.Semakin
tebal sayatan tipis mineral, maka akan semakin besar harga retardasinya.Sebagai
contoh, jika mineral kuarsa dengan sayatan standar tebal 0,03 mm mempunyai harga
retardasi sekitar 250 nm yang dimanifestasikan sebagai warna abu-abu, maka ketika
tebal sayatan mineral kuarsa 0,04 nm, harga retardasi kuarsa akan menjadi sekitar 350
kenampakan terang maksimum atau pada saat kedudukan sumbu indikatrik mineral
membentuk sudut 45⁰ dengan arah getar polarisator dan analisastor. Kedudukan
kenampakan gelap maksimum pada mineral, karena pada saat gelap maksimum
kedudukan sumbu indikatrik mineral sedang sejajar atau tegak lurus dengan
15
maksimum akan lebih mudah menentukan lebih dahulu kedudukan gelap maksimum,
interferensi relatif sama dengan mineral yang mempunyai harga retardasi sekitar 950-
1000 µm, yang terlihat sebagai warna orange. Karena terjadi perulangan warna seperti
yang terlihat dalam tabel Michel Levy, maka rangkaian warna interferensi dibagi
menjadi beberapa orde, mulai dari orde pertama, kedua dan seterusnya. Mineral yang
mempunyai retardasi tinggi ordenya, makin cerah (kuat) warnanya, misalnya kuning
Seringkali kita kesulitan pada saat harus menentukan warna interferensi yang
kita lihat apakah termasuk orde 1, orde 2, ataukah orde 3. Untuk memastikan orde
mana warna interferensi yang kita amati, kadang perlu dilakukan pengecekan dengan
komparator keping gipsum dengan harga panjang gelombang 530 µm (Sutarto, 2019).
16
Gambar 2.6 Diagram warna interferensi Michel Levy
Cahaya yang masuk dalam media optis anisotrop akan dibiaskan menjadi 2
sinar, yang bergetar dalam dua bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap
merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar melewati suatu
mineral. Selisih maksimum sinar yang bergetar atau bias rangkap mineral adalah jika
sinar yang bergetar adalah sinar yang mempunyai indeks bias maksimum dan indeks
bias minimum.
trigonal selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang sejajar sumbu
kristalografi-c, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar biasa (ordiner)
dan sinar luar biasa (extra ordiner) yang sesungguhnya. Sedangkan untuk mineral-
mineral yang bersistem kristal ortorombik, triklin, dan monoklin harga selisih indeks
bias maksimum terdapat pada sayatan yang dipotong sejajar dengan bidang sumbu
17
optik, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar X (cepat) dan sinar Z
Praktikum ini, karena peraga yang digunakan adalah mineral yang terdapat
dalam sayatan tipis batuan, maka sebagian besar mineral tidak terpotong sejajar
sumbu kristalografi-c (untuk uniaxial) maupun terpotong sejajar dengan bidang sumbu
optik (untuk biaxial). Oleh karena itu dalam pengamatan ini tidak semua mineral dapat
ditentukan bias rangkapnya, tetapi hanya bisa ditentukan selisih indeks bias sinar yang
sedang bergetar (bisa selisih maksimum bisa tidak maksimum) (Sutarto, 2019).
mineral dengan sumbu indikatriknya (arah getar sinar). Pada umumnya sumbu
pemahaman dalam pembahasan lebih lanjut, kita anggap bahwa sumbu panjang
kristalografi adalah sumbu kristalografi-c. Tetapi anggapan ini tidak berlaku untuk
tertentu, sehingga orientasi optik pada mineral juga tertentu. Orientasi optik "Length
Slow" apabila sumbu kristalografi panjang mineral (c) sejajar atau hampir sejajar
sumbu indikatrik sinar lambat (Z). Orientasi optik “Length Fast” apabila sumbu panjang
mineral (c) sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).
karenanya orientasi optik mineral olivin sangat tergantung pada arah sayatannya. Pada
18
sayatan yang tegak lurus sumbu indikatrik sinar X, sinar yang bergetar pada mineral
adalah sinar Y dan sinar Z, sehingga sinar Y berperan sebagai sinar cepat. Orientasi
optik mineral olivin yang disayat demikian mempunyai orientasi optik "length fast"
(sumbu kristalografi-c berimpit dengan sumbu indikatrik sinar cepat). Sebaliknya kalau
disayat tegak lurus sumbu sinar Z, sinar yang bergetar adalah sinar X dan sinar Y.
Sinar Y berperan sebagai sinar lambat, sehingga orientasi optik mineral olivin pada
maksimum, hal ini terjadi apabila sumbu indikatrik (arah getar sinar) mineral sejajar
dengan arah getar polarisator atau analisator. Pada pengamatan mineral anisotrop,
apabila meja obyek diputar 360°, maka akan terjadi gelap maksimum empat kali. Tidak
kristalografi (sumbu-c) dengan sumbu indikatrik mineral (baik sinar cepat atau sinar
(Sutarto, 2019):
a. Parallel, apabila sumbu-c sejajar atau tegak lurus dengan sumbu indikatrik
c. Simetri, jika mineral menjadi padam pada kedudukan dimana benang silang
membagi sudut yang dibentuk oleh dua arah belahan sama besar atau apabila
19
45°
2.4.5 Kembaran
tersebut dapat disebabkan karena pada waktu proses kristalisasi terganggu (kembaran
tumbuh) atau karena adanya proses deformasi pada waktu kristal tersebut sudah
lembar kembarannya tertentu dan bidang batasnya lurus. Sedang pada kembaran
rotasi secara mekanis antara satu dengan lainnya. Atau bisa terbentuk oleh karena
pertumbuhan dua kristal atau lebih yang saling mengikat, sehinga membentuk satu
wujud.
macam pula. Tetapi untuk kebutuhan praktikum ini, hanya kita bagi secara diskriptif
praktis dengan melihat bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk-bentuk kembaran
tersebut antara lain albit, karlbad, baveno, periklin (cross hatch), karlbad-albit.
mineral, terutama kembaran yang terdapat pada mineral plagioklas (Sutarto, 2019).
Petrografi dan mineragrafi, merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi
ilmu untuk mengamati mineral pembentuk batuan yang mempunyai sifat fisik dapat
ditembus cahaya dan sedikit ditembus cahaya (mineral transparan dan semi-opak),
20
sedangkan mineragrafi adalah ilmu untuk mengamati mineral bijih, yang umumnya
adalah mineral logam yang tidak dapat ditembus cahaya (opak atau semi-opak).
salah satu sifat cahaya dengan memanfaatkan perbedaan nilai indeks bias ( refractive
index). Sedangkan untuk pengamatan mineral bijih, mikroskop yang digunakan adalah
cahaya masuk. Jenis mineral dapat menunjukkan lebih dari satu tingkat transparansi,
dan, pada kenyataannya, sebagian besar mineral transparan juga muncul dalam
bentuk tembus cahaya. Cacat, inklusi, dan kotoran menurunkan transparansi mineral.
bentuk lain yang benar-benar buram. Mineral tersebut diberi label di bagian
transparansi panduan ini sebagai transparan hingga buram. Sejumlah mineral mungkin
tampak buram, tetapi ketika dipegang pada sumber cahaya tampaknya membiarkan
itu dikatakan transparan dalam serpihan atau bagian tipis. Semua mineral dengan kilau
logam tidak tembus cahaya. Sebagian besar mineral dengan kilau submetalik tembus
mineral berwarna jenuh. Alam telah melukis semua batu dalam warna yang
menakjubkan dan memberi masing-masing bagian tertentu dari transparansi dan kilap.
Properti utama dari mineral transparan adalah kemampuannya untuk berkilau dan
bersinar dalam cahaya. Dengan membiaskan sinar cahaya dengan cara yang
menakjubkan, batu memungkinkan kita untuk mengagumi efek yang menakjubkan ini.
21
Batu transparan apa pun sangat menarik. Itu bisa berwarna atau tidak berwarna. Jika
batu permata tidak memiliki warna sendiri, itu tidak berarti bahwa itu lebih buruk
daripada yang lain. Sebaliknya, mineral ini memiliki pesona yang unik. Misalnya,
mineral kaca transparan yang paling berharga adalah berlian. Sebagai aturan, itu tidak
berwarna. Kelompok kristal transparan juga meliputi: topas, ruby, amethyst, safir,
zamrud, garnet, dan aquamarine. Setiap batu permata diberkahi dengan kemampuan
unik yang memberinya status jimat yang kuat untuk kategori orang tertentu (Rogers
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur,
(Warmada, 2004):
Jadi mineralogi optis atau petrografi adalah suatu metode yang sangat
mendasar yang berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat
melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut
mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang
dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek
tersebut selanjutnya dikirim melalui lensa objektif dan lensa okuler ke mata
(pengamat). Analisis optik atau mikroskop ini sangat diperlukan untuk mengetahui
22
kandungan dari mineral dalam bentuk monomineral. Sehingga, kita dapat mengetahui
23
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Kristalografi dan Mineralogi
3.1.1 Alat
1. Mikroskop polarisasi
yaitu sayatan tipis. Mikroskop polarisasi i dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Buku rocks and minerals digunakan sebagai referensi dalam mencari nama
mineral dengan sifat optik yang telah ditentukan. Buku rocks and minerals
24
Gambar 3.2 Buku Rocks and Minerals.
3. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil deskripsi mineral. Alat tulis dapat
25
4. Kamera Handphone
3.1.2 Bahan
26
2. Sayatan tipis
Sayatan tipis digunakan sebagai objek praktikum. Sayatan tipis dapat dilihat
3.2 Metodologi
27
2. Pegang bagian tubuh mikroskop dengan salah satu tangan, dan sangga alas
pengamatan.
28
6. Atur pencahayaan dengan mengamati pada lensa okuler sambil menyesuaikan
tengah meja putar. Apabila saat meja objek diputar, tanda x masih bergerak
sentering pada meja putar. sampai tanda x telah berada di tengah medan
pandang.
29
8. Mikroskop siap untuk digunakan dengan meletakkan peraga berupa sayatan
9. Pilih lensa objektif sesuai perbesaran yang diinginkan dengan cara menggeser
30
10. Atur fokus dengan memutar tombol fokus kasar (menaik-turunkan meja objek)
11. Pengamatan dapat dilakukan dengan memutar meja objek untuk mengamati
sifat optiknya. Putar meja objek dengan halus, dan kunci putaran jika perlu
31
12. Pengamatan plane polarized dilakukan tanpa analisator. Pengamatan cross
13. Jika pengamatan telah selesai, ambil peraga sayatan tipis dan simpan pada
tempat semula.
semula. Cabut kabel dari sumber listrik dan lepaskan dari mikroskop.
15. Mikroskop polarisasi terdiri dari mikroskop dan kabel yang dapat dilepas pada
saat penyimpanan dan disimpan dalam lemari kaca tertutup pada saat tidak
digunakan.
32
BAB IV
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada acara V yang berjudul
1 BR-14 Ortopiroksen
Plagioklas
Biotit
Sanidine
2
BK-35 Hornblende
Pirit
Chlorite
Klinopiroksen
Biotit
3 WB-K04 Hornblende
Sandine
Olivine
Biotit
Olivine
4 WB-K02 Feldspar
33
Apatit
Olivine
Augit
Olivine
Feldspar
Plagioklas
Feldspar
5 KB-R7 Biotit
Feldspar
Mika Muskovit
Kuarsa
Biotit
Emas
Perak
6 FI-1 Apatit
Pirit
Hematit
Azurit
Plagioklas, Biotit, dan Sanidine. Sayatan BK-35, mengandung 5 jenis mineral yaitu
jenis mineral yaitu Hornblende, Sandine, Olivine, Biotit, dan Olivine. Sayatan WB-KO2,
mengandung 6 jenis mineral yaitu Feldspar, Apatit, Olivine, Augit, Olivine, dan
Biotit, Feldspar, Mika Muskovit, Kuarsa, dan Biotit. Sayatan F1-I, terdapat 6 jenis
34
4.1 Pembahasan
berikut:
pada nomor peraga BR-14 dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
1. Ortopiroksen
pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, mineral ini
memiliki refleksi dalam sebesar 25 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan sectile.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
even, belahan dua arah dengan sistem kristal monoklin. Ciri paling khusus dari
mineral ini yaitu tekstur granular, struktur oktahedron, tipe endapan auan beku
2. Plagioklas
pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, mineral ini
memiliki sifat isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki
refleksi dalam sebesar 25o. Mineral ini juga memiliki kekerasan brittle.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya unhedral, pecahan
uneven, belahan dua arah dengan sistem kristal monoklin. Ciri paling khusus
dari mineral ini yaitu tekstur granular, struktur foliasi, tipe endapan kristalin
35
magma batuan beku. Warna interpretasi maksimal yaitu cokelat muda menuju
3. Biotit
Biotit memiliki warna abu-abu tua, dengan pleukroisme trikroid yang artinya
pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, mineral ini
memiliki sifat isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki
refleksi dalam sebesar 25o. Mineral ini juga memiliki kekerasan brittle.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
uneven, belahan satu arah dengan sistem kristal monoklin. Ciri paling khusus
dari mineral ini yaitu tekstur granular, struktur genangan, tipe endapan batuan
bekku dan metamorfik. Warna interpretasi maksimal yaitu abu-abu tua menuju
4. Sanidine
artinya pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, mineral
ini memiliki sifat isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya
memiliki refleksi dalam sebesar 25 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan brittle.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
uneven, belahan dua arah dengan sistem kristal monoklin. Ciri paling khusus
dari mineral ini yaitu tekstur granular, struktur oktahedral, tipe endapan batuan
beku asam vulkanik. Warna interpretasi maksimal yaitu biru menuju ke warna
pada nomor peraga BK-35 dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
36
1. Pirit
Pirit memiliki warna emas, dengan pleukroisme monokroid yang artinya mineral
ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini memiliki sifat
anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi
dalam sebesar 0o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain
dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan uneven, belahan dua
arah dengan sistem kristal heksagonal. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu
2. Clorite
Clorite memiliki warna hijau tua, dengan pleukroisme dikroid yang artinya pada
saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, memiliki sifat isotrop
yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi dalam sebesar
215o. Mineral ini juga memiliki kekerasan rapuh. Kenampakan lain dari mineral
ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan uneven, belahan dua arah dengan
sistem kristal orthorombik. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu tekstur
3. Hornblende
yang artinya mineral ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna,
mineral ini memiliki sifat anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian
kekerasan solid. Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya
subhedral, pecahan uneven, belahan satu arah dengan sistem kristal isometrik.
Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu tekstur alterasi, struktur xenolith, tipe
37
endapan skine. Warna interpretasi maksimal yaitu emas ke abu-abu dengan
gelapan 22o.
4. Klinopiroksen
pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, memiliki sifat
isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi dalam
sebesar 29o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain dari
mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan uneven, belahan tidak ada
arah dengan sistem kristal orthorombik. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu
tekstur granula, struktur tetrahedal, tipe endapan batuan beku dan metamorf.
pada nomor peraga WBK-04 dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
1. Olivin
Olivin memiliki warna hijau, dengan pleukroisme dikroid yang artinya pada saat
diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, mineral ini memiliki sifat
isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi dalam
sebesar 71o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain dari
mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan konkoidal, belahan satu
arah dengan sistem kristal isometrik. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu
maksimal yaitu putih terang menuju ke warna hijau dengan besarnya sudut
38
4.2.3 Sayatan WB-K02
pada nomor peraga WBK-04 dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
1. Felspar
mineral ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini
memiliki sifat anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya
memiliki refleksi dalam sebesar 55 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan brittle.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
konkoidal, belahan dua arah dengan sistem kristal trigonal. Warna interpretasi
2. Augit
Augit memiliki warna biru, dengan pleukroisme monokroid yang artinya mineral
ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini memiliki sifat
anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi
dalam sebesar 55o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain
dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan konkoidal, belahan
satu arah dengan sistem kristal trigonal. Warna interpretasi maksimal yaitu biru
3. Apatit
Apatit memiliki warna ungu tua, dengan pleukroisme monokroid yang artinya
mineral ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini
memiliki sifat anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya
memiliki refleksi dalam sebesar 80 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya anhedral, pecahan
39
konkoidal, belahan dua arah. Warna interpretasi maksimal yaitu putih ke abu-
pada nomor peraga KB-R7 dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
1. Mika Muskovit
artinya mineral ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini
memiliki sifat isotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya
memiliki refleksi dalam sebesar 5 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
2. Kuarsa
mineral ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini
memiliki sifat isotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya
memiliki refleksi dalam sebesar 25 o. Mineral ini juga memiliki kekerasan brittle.
Kenampakan lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya subhedral, pecahan
uneven, belahan dua arah, dengan sistem kristal heksagonal, dengan tekstur
pada nomor peraga F1-I dengan pembesaran objektif 5x, pembesaran okuler 10x,
40
1. Emas
Emas memiliki warna kuning emas, dengan pleukroisme dikroid yang artinya
emas pada saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, emas
memiliki sifat isotrop yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki
refleksi dalam sebesar 30o. Emas juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan
lain dari mineral ini yaitu dari bentuknya euhedral, pecahan konkoidal, belahan
satu arah dengan sistem kristal helksagonal. Ciri paling khusus dari emas yaitu
kimia Au.
2. Perak
Perak memiliki warna putih, dengan pleukroisme monokroid yang artinya perak
pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, perak memiliki sifat anisotrop
yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi dalam
sebesar 40o. Perak juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain dari mineral
ini yaitu dari bentuknya euhedral, pecahan hackly, belahan satu arah dengan
sistem kristal isometrik. Ciri paling khusus dari emas yaitu tekstur masif,
3. Hematit
Hematit memiliki warna cokelat, dengan pleukroisme dikroid yang artinya pada
saat diamati terjadi perubahan warna sebanyak satu kali, memiliki sifat isotrop
yang bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi dalam sebesar
26o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain dari mineral ini
yaitu dari bentuknya unhedral, pecahan uneven, belahan satu arah dengan
sistem kristal heksagonal. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu tekstur platy,
41
struktur masif, tipe endapan metamorfik. Warna interpretasi maksimal yaitu
4. Azurit
Azurit memiliki warna biru, dengan pleukroisme monokroid yang artinya mineral
ini pada saat diamati tidak terjadi perubahan warna, mineral ini memiliki sifat
anisotrop yang tidak bisa berubah warna. Kemudian selajutnya memiliki refleksi
dalam sebesar 27o. Mineral ini juga memiliki kekerasan solid. Kenampakan lain
dari mineral ini yaitu dari bentuknya euhedral, pecahan konkoidal, belahan satu
arah dengan sistem kristal monoklin. Ciri paling khusus dari mineral ini yaitu
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dimana kesimpulan ini dibuat agar dapat memudahkan bagi pembaca untuk memahami
cukup agar objek dapat terlihat dengan jelas, dan kursi mikroskop dapat
2. Mikroskop adalah alat optik yang bekerja dengan memperbesar gambar dari
objek yang sangat kecil. Cahaya masuk melalui sumber cahaya, kemudian
gambar objek. Gambar tersebut kemudian diperbesar kembali oleh lensa okuler
dan terlihat oleh pengguna melalui lensa okuler. Fokus halus dan fokus kasar
digunakan untuk mengatur fokus gambar agar terlihat dengan lebih jelas.
kecil. Dengan memahami kita dapat menggunakannya lebih efektif dan efisien.
43
3. Praktikum kali ini kami mendapatkan 6 jenis sayatan berikut nama mineral
yang didapatkan pada setiap sayatan yaitu pada sayatan BR-14, mengandung
mineral yaitu Hornblende, Sandine, Olivine, Biotit, dan Olivine. Sayatan WB-
KO2, mengandung enam jenis mineral yaitu Feldspar, Apatit, Olivine, Augit,
Olivine, dan Feldspar. Sayatan KB-R7, mengandung tujuh jenis mineral yaitu
Sayatan F1-I, terdapat enam jenis mineral yaitu Emas, Perak, Apatit, Azurit,
Hematit.
5.2 Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan pada praktikum, asisten serta praktikan
1. Berikan umpan balik dan dukungan positif untuk membantu peserta praktikum
44
DAFTAR PUSTAKA
Darmono., 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Polunggu, G., 2017. Mineral Optik dan Petrografi. Yogyakarta: Akprind Press.
Zikri, K., 2018. Geologi Umum. Padang: Geografi Universitas Negeri Padang.
45
LAMPIRAN
46
DOKUMENTASI KEGIATAN
47
48
TUGAS PENDAHULUAN
49
RESPON
50
LEMBAR DESKRIPSI
51
LAPORAN SEMENTARA
52
REFERENSI KUTIPAN
53