Anda di halaman 1dari 37

KARAKTER TAKSONOMI MORFOLOGI CIRRIPEDIA DAN

APLIKASINYA PADA IDENTIFIKASI TERITIP DI PANTAI


MALALAYANG, MANADO

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG


Dalam Bidang Biologi Ilmu Kelautan

Oleh:
Alfa Josua Julio Kakauhe
NIM. 19051103035

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
KARAKTER TAKSONOMI MORFOLOGI CIRRIPEDIA DAN
APLIKASINYA PADA IDENTIFIKASI TERITIP DI PANTAI
MALALAYANG, MANADO

LAPORAN PKL

Oleh
Alfa Josua Julio Kakauhe
NIM. 19051103035

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Alfa Josua Julio Kakauhe


NIM : 19051103035
Judul PKL : Karakter Taksonomi Morfologi Cirripedia Dan
Aplikasinya Pada Identifikasi Teritip Di Pantai Malalayang,
Manado
Tanggal Ujian : ... ... 2023

telah lulus ujian PKL dan Laporan PKL tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan
disetujui oleh Dosen pembimbing.

Menyetujui,
Pembimbing

Noldy Gustaf Frans Mamangkey S.Pi, M.Sc, Ph.D


NIP. 197012072000031001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi

Dr. Ir. Jane Mamuaja, M.Sc


NIP. 196701031991032012

iii
iv
PRAKATA

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatNya
sehingga laporan praktek kerja lapangan yang berjudul “KARAKTER
TAKSONOMI MORFOLOGI CIRRIPEDIA DAN APLIKASINYA PADA
IDENTIFIKASI TERITIP DI PANTAI MALALAYANG, MANADO” ini dapat
diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sebagai syarat penting bagi
mahasiswa untuk menyelesaikan program studinya di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi terutama program studi Ilmu Kelautan.
Penyusunan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, yakni Bapak Noldy Gustaf Frans
Mamangkey S.Pi, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing, kepada Orang Tua dan
pihak-pihak yang telah membantu dalam berbagai bentuk. Untuk itu saya
ucapkan terima kasih atas segala bantuannya hingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai
evaluasi. Laporan PKL yang ditulis ini semoga bisa dijadikan sebagai referensi
bagi pembaca terutama mahasiswa dengan satu program studi yang sama.

Manado, 29 November 2022

Penulis

v
ABSTRAK

Alfa Josua Julio Kakauhe. 19051103035. Karakter Taksonomi Morfologi


Cirripedia Dan Aplikasinya Pada Identifikasi Teritip Di Pantai Malalayang,
Manado . Dibimbing oleh : Noldy Gustaf Frans Mamangkey S.Pi, M.Sc,
Ph.D.
Hewan yang dikenal sebagai teritip, yang berkerabat dengan kepiting dan
lobster, merupakan anggota subkelas Cirripedia dari subfilum Crustacea. Spesies
teritip diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis di seluruh dunia. Ada banyak
manfaat ekologis dan ekonomi dari teritip dibandingkan fakta bahwa teritip
memang menimbulkan masalah sebagai spesies invasif dan biofouling pada
infrastuktur manusia.

Penelitian ini dilakukan karena melihat masih minimnya riset tentang


teritip di perairan Manado khususnya Pantai Malalayang. Melatih kemampuan
mahasiswa dalam mengidentifikasi jenis teritip berdasarkan karakter taksonomi
adalah tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode jelajah
dengan teknik purposive sampling.

Spesies teritip Chthamalus moro, Tetraclitella multicostata, Tetraclita


squamosa, dan Megabalanus tintinnabulum, adalah empat spesies yang berhasil
diidentifikasi.

Kata Kunci : teritip, taksonomi, identifikasi, Pantai Malalayang, Manado

vi
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL……………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
RINGKASAN………………………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………….... v
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….... viii
1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 3
1.4. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 3
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………... 4
2.1. Morfologi Teritip……………………………................................... 4
2.2. Ekologi Teritip…………………………………………………....... 6
3. METODE PENELITIAN………………………………………………. 9
3.1. Alat dan Bahan…………………………………………………….. 9
3.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel Teritip.................................. 10
3.3. Identifikasi Sampel Teritip................................................................ 10
4. HASIL dan PEMBAHASAN…………………………………………... 11
4.1. Chthamalus moro (Pilsbry, 1916)..................................................... 12
4.2. Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell, 1930)............................ 14
4.3. Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789)............................................. 16
4.4. Megabalanus tintinnabulum (Linnaeus, 1758).................................. 19
5. KESIMPULAN dan SARAN…………………………………………... 21
5.1. Kesimpulan………………………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 22
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 24

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman


1. Alat dan bahan......................................................................... 9

viii
DAFTAR GAMBAR

Gamba Teks Halaman


r
1. Teritip sesil dan teritip bertangkai (Rainbow, 1984)............ 3
2. Bagian luar teritip sesil (Rainbow, 1984)............................. 4
3. Bagian dalam teritip sesil (Rainbow, 1984).......................... 5
4. Peta Lokasi Pengambilan Sampel......................................... 5
5. Ilustrasi pengambilan sampel (Li et al. 2020)...................... 10
6. Chthamalus moro (Dokumentasi PKL, 2022).................. 12
7. Tetraclitella multicostata (Dokumentasi PKL, 2022)....... 14
8. Tetraclita squamosa (Dokumentasi PKL, 2022).............. 16
9. Hewan krustasea teritip Tetraclita squamosa
(Dokumentasi PKL, 2022)................................................ 18
10. Megabalanus tintinnabulum (Dokumentasi PKL, 2022).. 19

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman


1. Dokumentasi proses pengambilan sampel............................ 24
2. Dokumentasi alat dan bahan................................................. 24
3. Dokumentasi pengukuran dan pemotrean sampel................ 25

x
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Teritip adalah hewan yang merupakan subkelas Cirripedia di subfilum

Crustacea, dan karenanya berkerabat dengan kepiting dan lobster (Walters dan

Johnson, 2007). Mereka memiliki distribusi di seluruh dunia di lingkungan laut

tropis serta sub-tropis dan pada kedalaman yang berbeda dan disesuaikan dengan

berbagai gaya hidup, dari parasit krustasea dekapoda hingga kelompok yang

hidup bebas. Sebagian besar Cirripedia biasanya memiliki dua tahap larva

planktonik yang berenang bebas yang terdiri dari nauplii yang khas dan cyprid

yang unik (Darwin 1852, 1854; Pochai et al. 2017). Teritip kebanyakan terkenal

menimbulkan masalah parah sebagai biota penempel (biofouling) di benda buatan

manusia di laut atau sebagai spesies invasif di lingkungan alam (Tottrup et al.

2010; Carlton et al. 2011). Hewan ini dapat menempel pada hampir semua

substrat ketika sudah dewasa, misalnya beton bangunan dermaga, pemecah

ombak, batu, pelampung, penanda kedalaman, lambung kapal, dan benda-benda

yang mengapung di lautan, misalnya; styrofoam, botol plastik, dan kayu. Teritip

juga berasosiasi dengan menempel atau membenamkan dirinya pada organisme

lain, misalnya; paus, kepiting, ular laut, lobster, ubur-ubur, penyu, karang, dan

spon (Jones, 2004).

Terdapat sekitar 1000 spesies teritip yang masih ada di dunia (Walters dan

Johnson 2007). Pada tahun 2021, Chan et al. meningkatkan Cirripedia menjadi

subkelas serta kelas Thecostraca, dan superorder Acrothoracica, Rhizocephala,

1
dan Thoracica menjadi infrakelas. Klasifikasi yang diperbarui, yang sekarang

mencakup 11 ordo, 102 famili dan 332 genera telah diterima dalam World

Register of Marine Species. Thoracica adalah infraclass dari krustasea yang berisi

spesies teritip yang paling melimpah jumlahnya dan dikenal ditemukan di pantai

berbatu. Thoracica terdiri dari ordo Lepadiformes, Penduculata, Scalpelliformes

dan Sessilia. (WORMS, 2023). Teritip Indonesia juga dipelajari oleh Darwin

(1854), yang menempatkannya di salah satu dari empat 'provinsi' geografis, yang

ketiga adalah Kepulauan Hindia Timur.

Teluk Manado adalah sebuah teluk yang berada di semenajung utara Pulau

Sulawesi, di provinsi Sulawesi Utara. Sepanjang teluk ini sering ditemui barisan

batu yang sengaja disusun sebagai pemecah gelombang “wave breaker” dan

penghalang garis pantai. Daerah ini sering dimanfaatkan pemerintah maupun

masyarakat setempat untuk berbagai kepentingan seperti kegiatan menangkap

ikan dan hasil laut lainnya bagi nelayan, kegiatan menyelam (diving) sampai

dijadikan objek wisata oleh pemerintah. Untuk berkontribusi pada pengetahuan

taksonomi daerah yang dipelajari ini, perlu disajikan daftar pertama teritip dari

Pantai Malalayang, Kota Manado termasuk informasi tambahan tentang karakter

taksonomi, distribusi, jenis substrat, fungsi ekologis dan potensi teritip yang

nantinya bisa dimanfaatkan.

1.2. Rumusan Masalah

Masih kurangnya informasi ilmiah tentang teritip di perairan Sulawesi

Utara khususnya di Pantai Malalayang yang ada di Teluk Manado. Praktek Kerja

Lapangan ini mengungkapkan keanekaragaman teritip di Pantai Malalayang,

dengan teknik purposive sampling.

2
1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi jenis teritip yang ada di Pantai Malalayang, Manado dan,

2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi jenis teritip

berdasarkan karakter taksonomi.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakter Taksonomi Teritip

Terlepas dari kemiripannya yang dangkal dengan moluska yang

disebabkan oleh adanya cangkang kapur, teritip adalah krustasea dan telah

diterima sejak 1829 ketika Vaughan Thompson mengenali sifat krustasea dari

larva nauplius teritip (Thompson, 1830).

Gambar 1. Teritip sesil dan teritip bertangkai (Rainbow, 1984)

Menurut bentuk dan cara menempelnya teritip dibagi atas dua, yaitu teritip

sesil yang menumbuhkan cangkangnya langsung ke substrat (Acorn barnacle) dan

teritip bertangkai yang menempel melalui tangkai (Stalked atau Penduculate

barnacle). Teritip bertangkai biasanya hidup sepenuhnya tenggelam di laut dan

spesies Lepas (Goose Barnacles) ditemukan di lautan di seluruh dunia yang

menempel pada benda-benda mengambang, seperti sebagai balok kayu. Tangkai

teritip bertangkai, memiliki keuntungan terbatas di zona intertidal. Oleh karena

itu, teritip yang mendominasi zona intertidal adalah teritip sesil yang tidak

mempunyai tangkai dan berbatasan lebih dekat ke substratnya (Rainbow, 1984).

4
Gambar 2. Bagian luar teritip sesil (Rainbow, 1984)

Berdasarkan (Gambar 3), bentuk luar teritip sesil memiliki sebuah katup

yang terdiri dari scutum dan tergum, biasanya memiliki 4-6 pelat yang

mengelilingi hewan teritip yang disebut carina, carinal latus, latus, dan rostrum.

Dasar dan plat pada teritip mengandung kalsium karbonat atau kapur.

Gambar 3. Bagian dalam teritip sesil (Rainbow, 1984)

Menurut Rainbow (1984), bagian dalam teritip terdapat beberapa bagian

yaitu cirri, penis, otot scutum, otot penekan, kelenjar pankreas, indung telur, telur,

5
testis, usus tengah, usus tengah buntu, antena, mantel, rongga mantel dan kelenjar

semen.

2.3 Ekologi Teritip

Kebanyakan teritip adalah suspension feeder, mereka terus-menerus tinggal

di cangkangnya, yang biasanya terbuat dari empat sampai enam lempeng. Mereka

menggunakan kaki mereka yang dimodifikasi, disebut cirri, untuk menyapu

partikel makanan kecil dari kolom air dan meneruskannya ke bagian mulut

mereka di dalam pelat pelindung mereka (Doyle, 1997).

Meskipun mereka telah ditemukan di kedalaman air hingga 600 m (2.000

kaki), sebagian besar teritip menghuni perairan dangkal, dengan 75% spesies

hidup di kedalaman air kurang dari 100 m (300 kaki), dan 25% menghuni zona

intertidal. Di zona intertidal, spesies teritip yang berbeda hidup di lokasi yang

terbatas, memungkinkan perhitungan jumlah dari kumpulan teritip di atas atau di

bawah permukaan laut dapat ditentukan dengan tepat. (Doyle, 1997)

Karena zona intertidal mengering secara berkala, teritip beradaptasi

dengan baik terhadap kehilangan air. Cangkang kalsit mereka tidak dapat

ditembus, dan mereka memiliki dua pelat yang dapat digeser menutup lubangnya

saat tidak makan. Pelat ini juga melindungi dari pemangsaan (Leone, 2008).

Keong dan kerang adalah pesaing terberatnya untuk mendapatkan tempat

tinggal. Teritip juga memiliki banyak predator (Doyle, 1997). Di antara predator

paling umum pada teritip adalah siput laut (whelks). Mereka mampu mengebor

cangkang teritip yang berkapur dan memakan krustasea didalamnya. Kerang juga

memangsa larva teritip. Predator lain pada teritip adalah spesies bintang laut

Pisaster ochraceus (Harley, 2006).

6
Teritip penting secara ekologis dan ekonomis. Teritip mengkonsumsi

plankton dan detritus terlarut yang tersuspensi dalam air laut dan oleh karena itu

penting dalam membersihkan air tersebut untuk organisme lain. Di intertidal,

teritip dengan kepadatan tinggi bisa mempengaruhi kelimpahan dan ekologi

spesies intertidal terkait karena merupakan sumber makanan dan pesaing habitat.

Dari segi ekonomi, teritip adalah salah satu spesies fouling yang menimbulkan

masalah bagi industri kelautan. Sebaliknya, teritip dapat bermanfaat. Di Jepang,

Cina, pulau-pulau terpencil di Taiwan, Chili, Spanyol, dan Portugal, teritip sering

terjadi dianggap sebagai makanan laut lokal utama. Di Jepang, kerang teritip

tertentu dianggap sebagai barang antik atau dekoratif aksesoris. berbasis protein

yang diproduksi oleh teritip untuk melekat kuat pada susbtratnya enam kali lebih

kuat dari lem buatan manusia mana pun. Beberapa studi ilmiah saat ini sedang

mencoba untuk mereproduksi lem teritip dan mengeksplorasi penggunaannya di

bidang teknik, konstruksi dan kedokteran, di mana lem teritip dapat digunakan

sebagai sealant biologis selama atau pasca operasi (Chan et al. 2009; Hyunwoo et

al. 2021).

Fosil teritip sesil atau teritip sesil yang masih hidup dapat memberikan

indikasi yang baik terhadap perubahan muka laut. Ada kemiripian substansial

antara fluktuasi batas teritip dan batas permukaan laut tahunan. Ini dikarenakan

kisaran vertikal teritip adalah dari sekitar rata-rata air terendah hingga rata-rata air

tertinggi, dan batas atasnya biasanya dibatasi dengan akurat. Batas atas

dikendalikan oleh toleransi teritip terhadap paparan udara terus menerus. (Kaye et

al. 1964; Pirazolli et al. 1985).

7
Teritip juga berpotensi menjadi bioindikator mikroplastik karena mereka

hidup sesil. Teritip memperoleh mikroplastik dari perairan sekitarnya sehingga

sumber mikroplastik dapat diidentifikasi. Mereka ada dalam jumlah besar pada

substrat, oleh karena itu mudah untuk dijadikan sampel (Xu et al. 2020).

8
3. METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Pengambilan data di laksanakan pada tanggal 20 Oktober 2022 dari jam

12:30 WITA sampai jam 16:00 WITA dan dilanjutkan tanggal 29 Oktober 2022

dari jam 13:00 WITA sampai jam 17:00 WITA yang berlokasi di sepanjang Pantai

Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Titik awal lokasi yaitu dari muara

sungai Bahu sampai lokasi Malalayang Beach Walk.

Gambar 4. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

9
3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel teritip dapat

dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Alat dan bahan

NO. NAMA ALAT KEGUNAAN

1 Teritip Sebagai sampel

2 Alkohol 70 % Mengawetkan sampel teritip

3 Pisau Mencungkil sampel

4 Palu Menambah daya mencungkil

5 Plastik cetik Menyimpan sampel sementara

6 Kamera smartphone Memotret sampel dan kegiatan

7 Aplikasi tides Melihat informasi pasang surut

8 Kertas Label Memberi keterangan sampel

9 Penggaris (cm) Mengukur sampel

10 Buku tulis dan pulpen Mencatat hasil pengukuran

11 Kertas HVS Mengalasi sampel

12 Botol plastik Menyimpan sampel permanen

13. Gunting besi kecil Menjepit sampel

14. Tisu Mengeringkan Sampel

15. Lampu belajar Memberi pencahayaan

10
3.3 Metode

Penentuan waktu pengambilan sampel teritip disesuaikan dengan pasang

surut terendah dibantu dengan informasi dari aplikasi tides sehingga memudahkan

proses pengambilan. Metode yang digunakan adalah metode jelajah (cruise

methods) dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan

pisau dan palu dengan cara sampel dicungkil dari substrat. Sampel teritip diambil

sebanyak empat individu dalam satu spesies untuk mencegah sampel rusak dan

dimasukkan ke plastik cetik, diberi alkohol 70% untuk pengawetan dan

ditempelkan kertas label untuk ditulis keterangan.

Gambar 5. Ilustrasi pengambilan sampel (Li et al. 2020)

3.4 Identifikasi Sampel Teritip

Sampel teritip, diidentifikasi berdasarkan pada deskripsi karakteristik

morfologi teritip pada bagian keras berupa cangkang (parietas) dan plat penutup

cangkang (opercular plat). Identifikasi spesies teritip menggunakan buku

identifikasi Chan et al., 2009; Pochai et al., 2017 dan Pitriana et al., 2020.

Tahapan untuk identifikasi sampel teritip di Pantai Malalayang adalah

sebagai berikut :

1. Sampel teritip yang tercelup dalam cairan alkohol 70% dikeringkan

dengan tisu dan ditempatkan diatas kertas HVS.

11
2. Sampel teritip diukur diameter dan tinggi cangkangnya dengan

penggaris.

3. Sampel teritip yang sehat dikeluarkan hewan arthropodanya.

4. Sampel teritip difoto dari tampak atas, tampak samping dan tampak

bawah dengan kamera smartphone.

5. Sampel teritip kemudian diidentifikasi sampai tingkat genus dan

spesies dengan membedakan karakterisitik cangkang dan pelat penutup

cangkang.

12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesies teritip yang ditemukan di lokasi sebanyak 4 jenis berbeda, yaitu :

Chthamalus moro, Tetraclitella multicostata, Tetraclita squamosa dan

Megabalanus tintinnabulum. Pengamatan terhadap morfologi teriitip yang

dilakukan meliputi cangkang dan pelat penutup cangkang. Berikut ini adalah

rincian hasil jenis teritip yang di temukan di Pantai Malalayang, Manado.

4.1 Chthamalus moro (Pilsbry, 1916)

Gambar 6. Chthamalus moro (Dokumentasi PKL, 2022)

a Tampak atas. b Tampak bawah. c Substrat tempat menempel. d Tampak

samping. e Pengukuran dengan penggaris.

13
Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Theocostraca

Subclass : Cirripedia

Infraclass :Thoracica

Order : Balanomorpha

Genus : Chthamalus

Species : Chthamalus moro (Pilsbry, 1916)

Cangkang berbentuk duri melebar yang terdiri dari 6 pelat dan dapat

dipisahkan, cenderung pipih, cangkang berwarna putih sampai abu-abu, lubang

cangkang berbentuk elips, scutum berbentuk segitiga, tergum berbentuk segitiga,

duri berbentuk kerucut (Chan et al. 2009; Pitriana et al. 2020). Diameter 6 mm

dan tinggi 1 mm. Ditemukan pada bebatuan samping restoran Big Fish dekat

muara Sungai Bahu. Spesies ini adalah yang paling banyak ditemukan

junmlahnya. Titik koordinat geografis lokasi pengambilan adalah 1°27’43.4”N

124°49’13.4”E.

14
4.2 Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell, 1930)

Gambar 7. Tetraclitella multicostata (Dokumentasi PKL, 2022)

a Tampak atas dengan perbesaran gambar. b Tampak atas keseluruhan. c Substrat

tempat menempel.

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Theocostraca

Subclass : Cirripedia

15
Infraclass :Thoracica

Order : Balanomorpha

Genus : Tetraclitella

Species : Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell, 1930)

Cangkang berbentuk seperti struktur tulang-tulang rusuk yang memanjang

di permukaan, cenderung pipih, cangkang berwarna abu-abu kekuningan, lubang

cangkang berbentuk belah ketupat. Sampel yang diambil cangkangnya lebih ke

warna keputihan serta tidak ditemukan scutum dan tergum (Chan et al. 2009).

Kemungkinan telah dimangsa oleh predator sehingga hanya meninggalkan fosil

teritip. Diameter individu terbesar 12 mm dan tinggi 3 mm. Ditemukan pada sela-

sela barisan batu pemecah ombak yang teduh dekat muara Sungai Bahu. Spesies

ini adalah yang paling sedikit ditemukan junmlahnya Titik koordinat geografis

lokasi pengambilan adalah 1°27’40.3”N 124°49’09.0”E.

16
4.3 Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789)

Gambar 8. Tetraclita squamosa (Dokumentasi PKL, 2022)

a Tampak atas. b Tampak bawah. c Substrat tempat menempel. d Tampak

samping. e Pengukuran dengan penggaris.

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Theocostraca

Subclass : Cirripedia

17
Infraclass :Thoracica

Order : Balanomorpha

Genus : Tetraclita

Species : Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789)

Cangkang berbentuk kerucut seperti gunung berapi yang terdiri dari 4

pelat menyatu dan tidak dapat dipisahkan, puncaknya berbentuk paruh, cangkang

berwarna kehijauan dengan abu-abu kecoklatan, permukaan halus dengan garis

memanjang tidak beraturan dari pangkal sampai puncak, lubang cangkang

berbentuk belah ketupat, scutum berbentuk segitiga, tergum berbentuk runcing

tajam. (Chan et al 2009; Pochai et al 2017; Pitriana et al 2020). Diamater 26 mm

dan tinggi 13 mm. Ditemukan pada struktur berbahan beton di belakang Hotel

Minanga Beach. Titik koordinat geografis lokasi pengambilan adalah

1°27’32.7”N 124°49’02.1”E.

18
Gambar 9. Hewan krustasea teritip Tetraclita squamosa (Dokumentasi PKL,

2022)

a Tampak atas. b Tampak samping. c Tampak atas dengan perbesaran gambar di

bagian cirri. d Pengukuran dengan penggaris.

Hewan yang sebenarnya ada di dalam cangkang adalah krustasea

artropoda dalam sub-kelas Cirripedia “curl-footed” atau yang berarti kaki keriting.

Cirri digunakan untuk menyapu partikel makanan kecil dari kolom air dan

meneruskannya ke bagian mulut mereka. Tidak disemua sampel teritip masih

terdapat tubuh lunak hewan krustasea (Doyle, 1997). Beberapa sampel teritip

yang cangkangnya sudah kosong karena dimangsa predator maupun mati

kekeringan kekurangan air. Panjang tubuh lunak sekitar tubuh 17 mm.

19
4.4 Megabalanus tintinnabulum (Linnaeus, 1758)

Gambar 10. Megabalanus tintinnabulum (Dokumentasi PKL, 2022)

a Tampak atas. b Tampak bawah. c Substrat tempat menempel. d Tampak

samping. e Pengukuran dengan penggaris.

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Theocostraca

Subclass : Cirripedia

20
Infraclass :Thoracica

Order : Balanomorpha

Genus : Megabalanidae

Species : Megabalanus tintinnabulum (Linnaeus, 1758)

Cangkang berbentuk silinder mengerucut yang terdiri dari 4 pelat,

puncaknya miring, cangkang berwarna putih pucat sampai merah muda pucat,

permukaan halus dengan garis-garis tipis memanjang dari pangkal sampai puncak,

tepi cangkang berlekuk-lekuk, lubang cangkang berbentuk belah ketupat dengan

salah satu sisi runcing (Chan et al 2009; Pochai et al 2017; Pitriana et al 2020).

Sampel yang diambil tidak ditemukan scutum dan tergum. Kemungkinan telah

dimangsa oleh predator sehingga hanya meninggalkan fosil teritip . Diameter 17

mm dan tinggi 15 mm. Ditemukan pada tali pengikat perahu nelayan di belakang

Politeknik Kesehatan Manado. Titik koordinat geografis lokasi pengambilan

adalah 1°27’33.8”N 124°48’25.4”E.

21
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari Praktek Kerja Lapangan mengenai “Karakter Taksonomi Morfologi

Cirripedia Dan Aplikasinya Pada Identifikasi Teritip Di Pantai Malalayang,

Manado” maka dapat disimpulkan :

1. Hasil identifikasi ditemukan sebanyak empat jenis spesies teritip yaitu

Chthamalus moro (Pilsbry,1916), Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell,

1930), Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789) dan Megabalanus tintinnabulum

(Linnaneus, 1758).

2. Dari empat jenis tersebut spesies Tetraclitella multicostata paling sedikit dan

Chthamalus moro paling banyak ditemukan jumlahnya.

3. Keterampilan indetifikasi berbasis karakter taksonomi morfologi terpenuhi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Boyko, C.B. (2023). World List of Rhizocephala. Cirripedia. Accessed through:


World Register of Marine Species at:
https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=1082 on
2023-03-18.
Carlton, J. T., Newman, W. A., and Pitombo, F. B. 2011. Barnacle invasions:
introduced, cryptogenic, and range expanding Cirripedia of North and
South America. In: Galil, B. S., Clark, P. F., Carlton, J. T., editors. In the
wrong place – alien marine crustaceans: distribution, biology and impacts.
New York (NY): Springer; p. 159–213.
Chan, B. K. K., Dreyer, N., Gale, A. S., Glenner, H., et al. 2021. The evolutionary
diversity of barnacles, with an updated classification of fossil and living
forms. Zoological Journal of the Linnean Society. 193 (3): 789–846.
doi:10.1093/zoolinnean/zlaa160.
Chan, B. K. K., Lee, K. S., Prabowo, R. E. 2009. Crustacean Fauna Of Taiwan:
Barnacles, Volume I – Cirripedia: Thoracica Excluding The Pyrgomatidae
And Acastinae.
Darwin, C. R. 1852. A monograph of the subclass Cirripedia with figures of all
the species. The Lepadidae; or, pedunculated cirripedes. 400 pp., 10 pls.
(Ray Society, London. 1851 published 1852).
Darwin, C. R. 1854. A Monograph on the Sub-class Cirripedia: The Balanidae (or
sesil cirrepedes) the Verrucidae, etc., etc., etc. (Vol. 2). Ray society,
London, 684 pp.
Doyle, P., Marther, A. E., Bennett, M. R., and Bussell, A. 1997. Miocene barnacle
assemblages from southern Spain and their palaeoenvironmental
significance. Lethaia. 29 (3): 267–274. doi:10.1111/j.1502-
3931.1996.tb01659.x.
Harley, C. G., Pankey, M. S., Wares, J., Grosberg, R. K., and Wonham, J. 2006.
Color Polymorphism and Genetic Structure in the Sea Star. The
Biological Bulletin. 211 (3): 248–262. doi:10.2307/4134547. JSTOR
4134547. PMID 17179384. S2CID 18549566.
Hyunwoo, Y., et al. 2021. Rapid and coagulation-independent haemostatic sealing
by a paste inspired by barnacle glue. Nature Biomedical Engineering. 5
(10): 1131–1142. doi:10.1038/s41551-021-00769-y. PMC 9254891.
PMID 34373600.
Jones, D.S. 2004. Barnacles (cirripedia: thoracica) of the dampier archipelago,
Western Australia. Records of the Western Australian Museum
Supplement, 66: 121-157.
Kaye, C. A. 1964. The Upper Limit of Barnacles as an Index of Sea-Level Change
on the New England Coast during the past 100 Years. The Journal of
Geology, 72(5), 580–600. http://www.jstor.org/stable/30059250.
Leone, S. E. 2008. Predator Induced Plasticity in Barnacle Shell Morphology
(Master of Arts in Biology thesis). Central Connecticut State University.
OCLC 713734094.

23
Li, C., Wang, G., Chen, K., Yun, F., Wang, L. 2020. Mechanical Analysis of
Scraping Method to Remove Attached Barnacles. Journal of Marine
Science and Engineering. J. Mar. Sci. Eng. 2020, 8, 150;
doi:10.3390/jmse8030150.
Pirazzoli, P. A., Delibrias, G., Kawana, T., and Yamaguchi, T. 1985. The use of
barnacles to measure and date relative sea-level changes in the Ryukyu
islands, Japan. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology,
49(1-2), 161–174. doi:10.1016/0031-0182(85)90008-2.
Pitriana, P., Valente, L., von Rintelen, T., Jones, D. S., Prabowo, R. E., and von
Rintelen, K. 2020. An annotated checklist and integrative biodiversity
discovery of barnacles (Crustacea, Cirripedia) from the Moluccas, East
Indonesia. ZooKeys 945: 17-83.
https://doi.org/10.3897/zookeys.945.39044.
Pochai, A., Kingtong, S., Sukparangsi, W., and Khachonpisitsak, S. 2017. The
diversity of acorn barnacles (Cirripedia, Balanomorpha) across Thailand’s
coasts: The Andaman Sea and the Gulf of Thailand. Zoosystematics and
Evolution 93(1): 13-34. https://doi.org/10.3897/zse.93.10769.
Rainbow, P.S. An introduction to the biology of British littoral barnacles. Field
Stud. 1984, 6, 1–51.
Thompson, J. V. 1830. Zoological Researchers and Illustrations, Memoirs, 4, 69-
82.
Tottrup, A. P., Chan, B. K. K., Koskinen, H., and Høeg, J. T. 2010. Flying
barnacles: implications for the spread of non-indigenous species.
Biofouling. 26:577–582.
Walters, M., and Johnson, J. 2007. The World of Animals. Bath, Somerset:
Parragon. ISBN 978-1-4054-9926-2.
Xu, X.-Y., Wong, C. Y., Tam, N. F. Y., Liu, H. M., and Cheung, S. G. 2020.
Barnacles as potential bioindicator of microplastic pollution in Hong
Kong. Marine Pollution Bulletin, 154, 111081.

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi proses pengambilan sampel

Lampiran 2. Dokumentasi alat dan bahan

25
26
Lampiran 3. Dokumentasi pengukuran dan pemotretan sampel

27

Anda mungkin juga menyukai