Oleh:
Alfa Josua Julio Kakauhe
NIM. 19051103035
LAPORAN PKL
Oleh
Alfa Josua Julio Kakauhe
NIM. 19051103035
ii
HALAMAN PENGESAHAN
telah lulus ujian PKL dan Laporan PKL tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan
disetujui oleh Dosen pembimbing.
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
iii
iv
PRAKATA
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatNya
sehingga laporan praktek kerja lapangan yang berjudul “KARAKTER
TAKSONOMI MORFOLOGI CIRRIPEDIA DAN APLIKASINYA PADA
IDENTIFIKASI TERITIP DI PANTAI MALALAYANG, MANADO” ini dapat
diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sebagai syarat penting bagi
mahasiswa untuk menyelesaikan program studinya di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi terutama program studi Ilmu Kelautan.
Penyusunan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, yakni Bapak Noldy Gustaf Frans
Mamangkey S.Pi, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing, kepada Orang Tua dan
pihak-pihak yang telah membantu dalam berbagai bentuk. Untuk itu saya
ucapkan terima kasih atas segala bantuannya hingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai
evaluasi. Laporan PKL yang ditulis ini semoga bisa dijadikan sebagai referensi
bagi pembaca terutama mahasiswa dengan satu program studi yang sama.
Penulis
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
RINGKASAN………………………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………….... v
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….... viii
1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 3
1.4. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 3
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………... 4
2.1. Morfologi Teritip……………………………................................... 4
2.2. Ekologi Teritip…………………………………………………....... 6
3. METODE PENELITIAN………………………………………………. 9
3.1. Alat dan Bahan…………………………………………………….. 9
3.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel Teritip.................................. 10
3.3. Identifikasi Sampel Teritip................................................................ 10
4. HASIL dan PEMBAHASAN…………………………………………... 11
4.1. Chthamalus moro (Pilsbry, 1916)..................................................... 12
4.2. Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell, 1930)............................ 14
4.3. Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789)............................................. 16
4.4. Megabalanus tintinnabulum (Linnaeus, 1758).................................. 19
5. KESIMPULAN dan SARAN…………………………………………... 21
5.1. Kesimpulan………………………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 22
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 24
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
1. PENDAHULUAN
Crustacea, dan karenanya berkerabat dengan kepiting dan lobster (Walters dan
tropis serta sub-tropis dan pada kedalaman yang berbeda dan disesuaikan dengan
berbagai gaya hidup, dari parasit krustasea dekapoda hingga kelompok yang
hidup bebas. Sebagian besar Cirripedia biasanya memiliki dua tahap larva
planktonik yang berenang bebas yang terdiri dari nauplii yang khas dan cyprid
yang unik (Darwin 1852, 1854; Pochai et al. 2017). Teritip kebanyakan terkenal
manusia di laut atau sebagai spesies invasif di lingkungan alam (Tottrup et al.
2010; Carlton et al. 2011). Hewan ini dapat menempel pada hampir semua
yang mengapung di lautan, misalnya; styrofoam, botol plastik, dan kayu. Teritip
lain, misalnya; paus, kepiting, ular laut, lobster, ubur-ubur, penyu, karang, dan
Terdapat sekitar 1000 spesies teritip yang masih ada di dunia (Walters dan
Johnson 2007). Pada tahun 2021, Chan et al. meningkatkan Cirripedia menjadi
1
dan Thoracica menjadi infrakelas. Klasifikasi yang diperbarui, yang sekarang
mencakup 11 ordo, 102 famili dan 332 genera telah diterima dalam World
Register of Marine Species. Thoracica adalah infraclass dari krustasea yang berisi
spesies teritip yang paling melimpah jumlahnya dan dikenal ditemukan di pantai
dan Sessilia. (WORMS, 2023). Teritip Indonesia juga dipelajari oleh Darwin
(1854), yang menempatkannya di salah satu dari empat 'provinsi' geografis, yang
Teluk Manado adalah sebuah teluk yang berada di semenajung utara Pulau
Sulawesi, di provinsi Sulawesi Utara. Sepanjang teluk ini sering ditemui barisan
batu yang sengaja disusun sebagai pemecah gelombang “wave breaker” dan
ikan dan hasil laut lainnya bagi nelayan, kegiatan menyelam (diving) sampai
taksonomi daerah yang dipelajari ini, perlu disajikan daftar pertama teritip dari
taksonomi, distribusi, jenis substrat, fungsi ekologis dan potensi teritip yang
Utara khususnya di Pantai Malalayang yang ada di Teluk Manado. Praktek Kerja
2
1.3. Tujuan
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh adanya cangkang kapur, teritip adalah krustasea dan telah
diterima sejak 1829 ketika Vaughan Thompson mengenali sifat krustasea dari
Menurut bentuk dan cara menempelnya teritip dibagi atas dua, yaitu teritip
itu, teritip yang mendominasi zona intertidal adalah teritip sesil yang tidak
4
Gambar 2. Bagian luar teritip sesil (Rainbow, 1984)
Berdasarkan (Gambar 3), bentuk luar teritip sesil memiliki sebuah katup
yang terdiri dari scutum dan tergum, biasanya memiliki 4-6 pelat yang
mengelilingi hewan teritip yang disebut carina, carinal latus, latus, dan rostrum.
Dasar dan plat pada teritip mengandung kalsium karbonat atau kapur.
yaitu cirri, penis, otot scutum, otot penekan, kelenjar pankreas, indung telur, telur,
5
testis, usus tengah, usus tengah buntu, antena, mantel, rongga mantel dan kelenjar
semen.
di cangkangnya, yang biasanya terbuat dari empat sampai enam lempeng. Mereka
partikel makanan kecil dari kolom air dan meneruskannya ke bagian mulut
kaki), sebagian besar teritip menghuni perairan dangkal, dengan 75% spesies
hidup di kedalaman air kurang dari 100 m (300 kaki), dan 25% menghuni zona
intertidal. Di zona intertidal, spesies teritip yang berbeda hidup di lokasi yang
dengan baik terhadap kehilangan air. Cangkang kalsit mereka tidak dapat
ditembus, dan mereka memiliki dua pelat yang dapat digeser menutup lubangnya
saat tidak makan. Pelat ini juga melindungi dari pemangsaan (Leone, 2008).
tinggal. Teritip juga memiliki banyak predator (Doyle, 1997). Di antara predator
paling umum pada teritip adalah siput laut (whelks). Mereka mampu mengebor
cangkang teritip yang berkapur dan memakan krustasea didalamnya. Kerang juga
memangsa larva teritip. Predator lain pada teritip adalah spesies bintang laut
6
Teritip penting secara ekologis dan ekonomis. Teritip mengkonsumsi
plankton dan detritus terlarut yang tersuspensi dalam air laut dan oleh karena itu
spesies intertidal terkait karena merupakan sumber makanan dan pesaing habitat.
Dari segi ekonomi, teritip adalah salah satu spesies fouling yang menimbulkan
Cina, pulau-pulau terpencil di Taiwan, Chili, Spanyol, dan Portugal, teritip sering
terjadi dianggap sebagai makanan laut lokal utama. Di Jepang, kerang teritip
tertentu dianggap sebagai barang antik atau dekoratif aksesoris. berbasis protein
yang diproduksi oleh teritip untuk melekat kuat pada susbtratnya enam kali lebih
kuat dari lem buatan manusia mana pun. Beberapa studi ilmiah saat ini sedang
bidang teknik, konstruksi dan kedokteran, di mana lem teritip dapat digunakan
sebagai sealant biologis selama atau pasca operasi (Chan et al. 2009; Hyunwoo et
al. 2021).
Fosil teritip sesil atau teritip sesil yang masih hidup dapat memberikan
indikasi yang baik terhadap perubahan muka laut. Ada kemiripian substansial
antara fluktuasi batas teritip dan batas permukaan laut tahunan. Ini dikarenakan
kisaran vertikal teritip adalah dari sekitar rata-rata air terendah hingga rata-rata air
tertinggi, dan batas atasnya biasanya dibatasi dengan akurat. Batas atas
dikendalikan oleh toleransi teritip terhadap paparan udara terus menerus. (Kaye et
7
Teritip juga berpotensi menjadi bioindikator mikroplastik karena mereka
sumber mikroplastik dapat diidentifikasi. Mereka ada dalam jumlah besar pada
substrat, oleh karena itu mudah untuk dijadikan sampel (Xu et al. 2020).
8
3. METODELOGI
12:30 WITA sampai jam 16:00 WITA dan dilanjutkan tanggal 29 Oktober 2022
dari jam 13:00 WITA sampai jam 17:00 WITA yang berlokasi di sepanjang Pantai
Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Titik awal lokasi yaitu dari muara
9
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel teritip dapat
10
3.3 Metode
surut terendah dibantu dengan informasi dari aplikasi tides sehingga memudahkan
pisau dan palu dengan cara sampel dicungkil dari substrat. Sampel teritip diambil
sebanyak empat individu dalam satu spesies untuk mencegah sampel rusak dan
morfologi teritip pada bagian keras berupa cangkang (parietas) dan plat penutup
identifikasi Chan et al., 2009; Pochai et al., 2017 dan Pitriana et al., 2020.
sebagai berikut :
11
2. Sampel teritip diukur diameter dan tinggi cangkangnya dengan
penggaris.
4. Sampel teritip difoto dari tampak atas, tampak samping dan tampak
cangkang.
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan meliputi cangkang dan pelat penutup cangkang. Berikut ini adalah
13
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Theocostraca
Subclass : Cirripedia
Infraclass :Thoracica
Order : Balanomorpha
Genus : Chthamalus
Cangkang berbentuk duri melebar yang terdiri dari 6 pelat dan dapat
duri berbentuk kerucut (Chan et al. 2009; Pitriana et al. 2020). Diameter 6 mm
dan tinggi 1 mm. Ditemukan pada bebatuan samping restoran Big Fish dekat
muara Sungai Bahu. Spesies ini adalah yang paling banyak ditemukan
124°49’13.4”E.
14
4.2 Tetraclitella multicostata (Nilsson-Cantell, 1930)
tempat menempel.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Theocostraca
Subclass : Cirripedia
15
Infraclass :Thoracica
Order : Balanomorpha
Genus : Tetraclitella
warna keputihan serta tidak ditemukan scutum dan tergum (Chan et al. 2009).
teritip. Diameter individu terbesar 12 mm dan tinggi 3 mm. Ditemukan pada sela-
sela barisan batu pemecah ombak yang teduh dekat muara Sungai Bahu. Spesies
ini adalah yang paling sedikit ditemukan junmlahnya Titik koordinat geografis
16
4.3 Tetraclita squamosa (Bruguière, 1789)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Theocostraca
Subclass : Cirripedia
17
Infraclass :Thoracica
Order : Balanomorpha
Genus : Tetraclita
pelat menyatu dan tidak dapat dipisahkan, puncaknya berbentuk paruh, cangkang
dan tinggi 13 mm. Ditemukan pada struktur berbahan beton di belakang Hotel
1°27’32.7”N 124°49’02.1”E.
18
Gambar 9. Hewan krustasea teritip Tetraclita squamosa (Dokumentasi PKL,
2022)
artropoda dalam sub-kelas Cirripedia “curl-footed” atau yang berarti kaki keriting.
Cirri digunakan untuk menyapu partikel makanan kecil dari kolom air dan
terdapat tubuh lunak hewan krustasea (Doyle, 1997). Beberapa sampel teritip
19
4.4 Megabalanus tintinnabulum (Linnaeus, 1758)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Theocostraca
Subclass : Cirripedia
20
Infraclass :Thoracica
Order : Balanomorpha
Genus : Megabalanidae
puncaknya miring, cangkang berwarna putih pucat sampai merah muda pucat,
permukaan halus dengan garis-garis tipis memanjang dari pangkal sampai puncak,
salah satu sisi runcing (Chan et al 2009; Pochai et al 2017; Pitriana et al 2020).
Sampel yang diambil tidak ditemukan scutum dan tergum. Kemungkinan telah
mm dan tinggi 15 mm. Ditemukan pada tali pengikat perahu nelayan di belakang
21
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
(Linnaneus, 1758).
2. Dari empat jenis tersebut spesies Tetraclitella multicostata paling sedikit dan
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Li, C., Wang, G., Chen, K., Yun, F., Wang, L. 2020. Mechanical Analysis of
Scraping Method to Remove Attached Barnacles. Journal of Marine
Science and Engineering. J. Mar. Sci. Eng. 2020, 8, 150;
doi:10.3390/jmse8030150.
Pirazzoli, P. A., Delibrias, G., Kawana, T., and Yamaguchi, T. 1985. The use of
barnacles to measure and date relative sea-level changes in the Ryukyu
islands, Japan. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology,
49(1-2), 161–174. doi:10.1016/0031-0182(85)90008-2.
Pitriana, P., Valente, L., von Rintelen, T., Jones, D. S., Prabowo, R. E., and von
Rintelen, K. 2020. An annotated checklist and integrative biodiversity
discovery of barnacles (Crustacea, Cirripedia) from the Moluccas, East
Indonesia. ZooKeys 945: 17-83.
https://doi.org/10.3897/zookeys.945.39044.
Pochai, A., Kingtong, S., Sukparangsi, W., and Khachonpisitsak, S. 2017. The
diversity of acorn barnacles (Cirripedia, Balanomorpha) across Thailand’s
coasts: The Andaman Sea and the Gulf of Thailand. Zoosystematics and
Evolution 93(1): 13-34. https://doi.org/10.3897/zse.93.10769.
Rainbow, P.S. An introduction to the biology of British littoral barnacles. Field
Stud. 1984, 6, 1–51.
Thompson, J. V. 1830. Zoological Researchers and Illustrations, Memoirs, 4, 69-
82.
Tottrup, A. P., Chan, B. K. K., Koskinen, H., and Høeg, J. T. 2010. Flying
barnacles: implications for the spread of non-indigenous species.
Biofouling. 26:577–582.
Walters, M., and Johnson, J. 2007. The World of Animals. Bath, Somerset:
Parragon. ISBN 978-1-4054-9926-2.
Xu, X.-Y., Wong, C. Y., Tam, N. F. Y., Liu, H. M., and Cheung, S. G. 2020.
Barnacles as potential bioindicator of microplastic pollution in Hong
Kong. Marine Pollution Bulletin, 154, 111081.
24
LAMPIRAN
25
26
Lampiran 3. Dokumentasi pengukuran dan pemotretan sampel
27