Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN DENGAN


PENAMBAHAN PROPOLIS TERHADAP RASIO JANTAN
DAN BETINA SERTA PERTUMBUHAN LOBSTER AIR
TAWAR (Cherax quadricarinatus)

FERNANDES KAMBU
NIM: 2014.02.5.0006

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul : Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Dengan Penambahan Propolis


Terhadap Rasio Jantan Dan Betina Serta Pertumbuhan Lobster Air Tawar
(Cherax quadricarinatus)

Oleh : Fernandes Kambu


NIM : 2014.02.5.0006
Jurusan / Prodi : Perikanan

Telah diseminarkan pada :

Hari : Senin
Tanggal : 19 Februari 2018
Tempat : Gedung Baru (8206)

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Tanda Tangan

1. Dr. Ir. Ninis Trisyani, MP. 1. ……….…...………….

2. Ir. Is Yuniar, M.Si. 2. …………....………….

Mengetahui,
Ketua Jurusan Perikanan

Ir. Hari Subagio, M.Si


NIK. 01094

ii

.
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi. Proposal ini disusun
untuk dapat melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Pakan Buatan
Dengan Penambahan Propolis Terhadap Rasio Jantan Dan Betina Serta
Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Penulisan proposal skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga,
waktu, serta pikirannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril
maupun secara materil sehingga penyusunan proposal skripsi ini berjalan
dengan lancar.
2. Ibu Dr. Ir. Ninis Trisyani, M.P. selaku dosen pembimbing pertama, atas
segala bantuannya yang berupa bimbingan, saran dan kritik yang diberikan
kepada penulis selama penyusunan proposal skripsi ini.
3. Ibu Ir. Is Yuniar, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua, atas segala
bantuannya berupa bimbingan, saran dan kritik yang diberikan kepada
penulis selama penyusunan proposal skripsi ini.
4. Bapak Ir. Hari Subagio, M.Si. selaku ketua Jurusan Perikanan yang telah
membantu dan memberikan semangat serta kemudahan kepada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini
5. Sahabat perikanan Angkatan 2014 atas masukan dan saran serta semua
keluarga besar perikanan.
6. Sdr. Moh. Rizal Dwi Putra yang telah banyak membantu penulis selama
penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya akan keterbatasan pada diri penulis


baik berupa pengetahuan atau kemampuan lainnya, sehingga banyak sekali
kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam proposal ini. Semoga proposal ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berminat dan memerlukannya.

Surabaya, 19 Februari 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………….. 3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................. 3
1.5. Batasan Masalah ................................................................. 3
1.6. Hipotesa .............................................................................. 4
BAB II. TINJAUN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1. Klasifikasi Lobster Air Tawar ........................................... 5
2.2. Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Lobster Air Tawar Red
Claw (Cherax quadricarinatus) ......................................... 5
2.3. Determinasi dan Diferensiasi Kelamin .............................. 7
2.4. Propolis............................................................................... 8
2.5. Metode Sex Reversal Melalui Pakan (Oral) ...................... 10
2.6. Pertumbuhan....................................................................... 11
2.7. Kualitas Air ........................................................................ 12
2.7.1. Suhu ........................................................................... 12
2.7.2. Derajat Keasaman (pH) ............................................ 12
2.7.3. Oksigen Terlarut (DO) .............................................. 13
2.7.4. Kekeruhan .................................................................. 13
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 14
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................... 14
3.2. Alat dan Bahan .................................................................... 14

iv
3.2.1. Alat ............................................................................ 14
3.2.2. Bahan ......................................................................... 14
3.3. Metode Penelitian ................................................................ 15
3.4. Rancangan Penelitian .......................................................... 15
3.5. Prosedur Kerja ..................................................................... 16
3.5.1. Persiapan alat dan bahan ............................................ 16
3.5.2. Persiapan Wadah ....................................................... 16
3.5.3. Pengadaan Lobster Uji ............................................... 17
3.5.4. Uji Respon Lobster Air Tawar Terhadap Pakan
Buatan ........................................................................ 17
3.5.5. Penyiapan Pakan Perlakuan Dengan Propolis ........... 17
3.5.6. Pemberian Pakan ....................................................... 18
3.5.7. Manajemen Kualitas Air ............................................ 18
3.6. Parameter Penelitian ............................................................ 18
3.6.1. Keberhasilan Membentuk Kelamin........................... 18
3.6.2. Pertumbuhan Mutlak (PM) ....................................... 19
3.6.3. Kualitas Air… ........................................................... 19
3.7. Analisa Data ........................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 22

v
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................. 14
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian .............................. 15
3. Parameter kualitas air dan waktu pengukuran ...................... 19

vi
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Morfologi dan anatomi lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus) ......................................................................... 6
2. Perbedaan alat reproduksi lobster air tawar jantan dan betina.... 6
3. Struktur kimia chrysin ................................................................ 9
4. Wadah pemeliharaan lobster air tawar selama perlakuan ........... 16
5. Juvenil lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus) ..... 17
6. Diagram alir penelitian ............................................................... 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Skema penyiapan pakan dan propolis ..................................... 26
2. Penempatan wadah pemeliharaan selama penelitian ............... 27
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lobster air tawar merupakan salah satu jenis krustase yang banyak digemari
sehingga berpotensi untuk dikembangkan usaha budidayanya. Dari berbagai jenis
lobster air tawar, Cherax merupakan genus yang paling dikenal. Penyebaran jenis
lobster ini yaitu di benua Australia, sebagian benua Amerika dan Asia. Beberapa
jenis Cherax terdapat di Indonesia di mana semuanya tersebar di lingkungan
perairan tawar daerah Papua (Carman et al., 2008).

Salah satu jenis lobster yang banyak dibudidayakan oleh peternak di


Indonesia adalah red claw (Cherax quadricarinatus). Lobster air tawar ini memiliki
nilai ekonomis yang tinggi sehingga mendorong pelaku budidaya untuk
meningkatkan hasil produksinya. Namun terdapat kendala dalam pembesaran
karena lobster jantan dan betina pertumbuhannya tidak sama. Benih lobster air tawar
jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan betina. Lobster air tawar
jantan memiliki capit dan ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan betina
(Iskandar, 2003; Wiyanto dan Hartono, 2003). Selanjutnya Sarida (2008) dan Hakim
(2008) menambahkan bahwa individu jantan lobster air tawar lebih cepat
berkembang dan tumbuh dibandingkan betina. Pada lobster jantan usia 7-8 bulan
dapat mencapai berat 30 gr/ekor, sedangkan pada betina 20 gr/ekor pada umur yang
sama. Hal ini berdampak pada biaya operasional budidaya yang tinggi karena pakan
yang diberikan untuk pembesaran lobster menjadi kurang optimal. Untuk itu
memproduksi individu jantan (monosex) lebih banyak dilakukan karena lebih
menguntungkan.
Populasi monoseks dapat dihasilkan melalui metode seks reversal. Metode sex
reversal yang merupakan teknik pengarahan kelamin telah dilakukan dengan
menggunakan hormon seks steroid yang diberikan pada saat diferensiasi kelamin atau
saat masa perkembangan awal ikan (Yamazaki., 1983). Pada lobster air tawar jenis
kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah mencapai 2 bulan
dengan panjang total rata- rata 5 s/d 7 cm (Wiyanto dan Hartono., 2003).
2

Salah satu metode pemberian hormon steroid yang sering digunakan adalah
melalui oral (mulut) dengan mencampurkannya pada pakan buatan (pelet). Cara ini
merupakan paling mudah dan efektif serta tidak memerlukan keahlian yang khusus
(Kuhl dan Brouwer, 2005).

Keberhasilan pengarahan kelamin menggunakan hormon ditentukan oleh


berbagai faktor yaitu jenis ikan, umur ikan, jenis dan dosis hormon, suhu serta
waktu, lama dan cara pemberian hormon. Dalam aplikasinya penggunaan hormon
sintetis dapat menimbulkan stress sehingga kelangsungan hidup ikan menjadi
rendah, harganya cukup tinggi, dan dari segi kesehatan dapat bersifat karsinogenik.
Oleh karena itu dicari bahan alternatif yang memiliki bahan aktif untuk pengarahan
kelamin yang bersifat lebih alami sehingga ramah lingkungan (Ukhroy., 2008).

Salah satu bahan alternatif yang bersifat alami tersebut adalah propolis.
Propolis dilaporkan memiliki komposisi bahan yang dapat digunakan untuk
pengarahan kelamin ikan yaitu chrysin dan berbagai macam mineral. Chrysin
merupakan salah satu bahan aktif alami yang mengandung flovonoid sebagai
penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal dengan aromatase inhibitor.
Aromatase merupakan enzim yang berfungsi sebagai katalis konversi testosteron
(androgen) menjadi estradiol (estrogen) (Dean., 2004).

Propolis juga mengandung kalium yang befungsi untuk pengarahan kelamin


pada ikan. Menurut Syaifuddin (2004) menyatakan bahwa pemberian suplemen
madu pada ikan nila GIFT berpengaruh yang sangat nyata terhadap perubahan jenis
kelamin dari betina menjadi jantan diduga disebabkan oleh kandungan kalium yang
tinggi pada madu. Kalium berpengaruh terhadap pembentukan pregnenolon dan
kortikosteron menjadi aldosteron.

Pada penelitian sebelumnya tentang, ikan nila merah (Oreochromis sp.)


(Sipayung., 2010) ikan Guppi (Poecilia reticulata) (Nurzaman et al., 2010) dengan
penambahan propolis pada pakan buatan dapat mempengaruhi nisbah kelamin
jantan serta lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) (Masykur., 2014) tentang
efektivitas penambahan propolis dalam pakan buatan terhadap sifat kelamin jantan
lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dengan dosis 9 ml/kg efektif
meningkatkan kelamin jantan lobster air tawar sebesar 66, 39 %. Berdasarkan hasil
3

penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
pemberian pakan buatan dengan penambahan propolis dengan dosis yang lebih
tinggi terhadap rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (cherax
quadricarinatus).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pemberian pakan buatan dengan penambahan propolis
terhadap rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus)?
2. Berapa konsentrasi propolis terbaik yang dapat mempengaruhi rasio jantan
tertinggi serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan dengan penambahan propolis
terhadap rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus).
2. Mengetahui berapa konsentrasi propolis terbaik yang mempengaruhi rasio
jantan tertinggi dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus).

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi terutama
dalam hal :
1. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam budidaya lobster air
tawar untuk meningkatkan produksi dalam usaha budidaya lobster air tawar.
2. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh pemberian pakan buatan
yang ditambahkan propolis terhadap rasio jantan dan betina lobster air tawar
yang diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk mempercepat
pertumbuhan lobster air tawar.
4

1.5. Batasan Masalah


Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis lobster yang digunakan dalam penelitian ini adalah red claw (Cherax
quadricarinatus) berumur 2 minggu dengan ukuran ± 1-2 cm.
2. Jenis pakan yang digunakan adalah pakan udang PL-1 dan PL-2 dengan
merek marine yang berasal dari PT. Central Proteina Prima.
3. Pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan mutlak dan perubahan jenis
kelamin jantan dan betina lobster air tawar.

1.6. Hipotesa
Ho : Pemberian pakan buatan dengan penambahan propolis tidak berpengaruh
terhadap rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus).
H1 : Pemberian pakan buatan dengan penambahan propolis berpengaruh terhadap
rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus).
5

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Lobster Air Tawar


Klasifikasi lobster air tawar jenis red claw (Cherax quadricarinatus) menurut
(Patasik., 2004 dalam Lakshita., 2015) adalah:

Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Klas : Crustacea
Sub klas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus

2.2. Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Lobster Air Tawar Red Claw (Cherax
quadricarinatus)
Red claw (Cherax quadricarinatus) atau capit merah ini berasal dari New
Zealand, Australia, Papua dan daerah sekitarnya. Lobster air tawar ini hidup di
sungai dengan tepi yang dangkal, berpasir, berlumpur dan bebatuan. Habitat lobster
ini juga terdapat di rawa-rawa dan danau (Lakshita., 2015).

Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) ciri utama lobster air tawar dari jenis
red claw adalah kedua ujung capitnya berwarna merah. Pada lobster jantan, warna
merah muncul dibagian capit sebelah luar. Sedangkan pada lobster betina tidak
terdapat warna khas tersebut, namun terkadang warna tersebut dijumpai berada
dibagian dalam. Ciri lain pada red claw adalah hampir seluruh bagian tubuhnya
didominasi oleh warna biru yang berkilau.

Lobster air tawar genus cherax ini termasuk dalam kelompok udang
(krustacea) yang secara alami memiliki tubuh relatif besar dan memiliki daur hidup
di lingkungan air tawar. Lobster jenis red claw memiliki kelebihan dibandingkan
6

jenis lain yaitu mudah dibudidayakan, tidak mudah terserang penyakit, pemakan
tumbuhan dan hewan (omnivora), pertumbuhannya relatif cepat dan memiliki
fekunditas yang tinggi (Jones., 1995).

Gambar 1. Morfologi dan anatomi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)


(Sumber: Kurniasih., 2008)
Lobster air tawar merupakan spesies dimorfis, yakni terdiri dari jenis
kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara
pasti jika telah mencapai 2 bulan dengan panjang total rata- rata 5 s/d 7cm (Wiyanto
dan Hartono., 2003). Perbedaan Cherax jantan dan betina terlihat dari letak alat
kelamin. Pada betina, lubang genital terletak pada dasar kaki jalan ketiga,
sedangkan pada jantan alat kelamin berbentuk tonjolan (kerucut), yang terletak
pada dasar kaki jalan kelima. Bentuk alat kelamin Cherax dapat dilihat berdasarkan
posisi lubang genital karena sifatnya gonokoris. Perbedaan jenis kelamin pada
Cherax jenis red claw dapat juga dilihat dari ada tidaknya garis merah pada tepi
luar dari capit (propodus). Pada red claw jantan yang telah dewasa ditemukan garis
merah pada tepi luar propodusnya (Edgerton, 2005).

Gambar 2. Perbedaan alat reproduksi lobster air tawar jantan (kiri) dan betina
(kanan)
(Sumber: Ikrom., 2017)
7

2.3. Determinasi dan Diferensiasi Kelamin


Determinasi seks adalah penentu jenis kelamin suatu organisme yang
ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). Secara genetik, jenis kelamin suatu
individu sudah ditetapkan pada waktu pembuahan (Matty., 1985). Namun pada saat
embrio, gonad atau organ kelamin primer masih berada dalam keadaan indiferen,
yaitu keadaan peluang untuk menjadi jantan atau betina dalam bentuk rudimeter
yang semua kelengkapan struktur-struktur jantan dan betina sudah ada, hanya
menunggu perintah diferensiasi dan penekanan ke arah sifat jantan atau betina
(Toelihere., 1985).

Menurut Strussman dan Patino (1995) determinasi kelamin pada beberapa


spesies dipengaruhi oleh gen, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor kondisi
perubahan lingkungan. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap rasio kelamin baik
bersifat sementara maupun permanen. Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi enviromental sex determination yaitu temperatur, tingkah laku ikan,
salinitas, cahaya, kualitas air, pH, dan nutrisi.

Jenis kelamin ditentukan oleh proses genetis dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang mengarahkan perkembangan gonad pada masa diferensiasi
kelamin. Diferensiasi kelamin adalah proses perwujudan fisik (morfologi,
molekular, dan fisiologi) yang berkaitan dengan perkembangan testis atau ovari
serta perbedaan seksual dari otak dan kelenjar pituitari (Devlin dan Nagahama.,
2002). Dengan demikian, hal-hal yang menentukan suatu individu ikan untuk
berkembang menjadi jenis kelamin jantan atau betina adalah faktor-faktor biologis
yang berhubungan dengan gonad dan fungsi otak pada ikan jantan atau betina.

Pengarahan diferensiasi kelamin adalah suatu teknik untuk mengubah jenis


kelamin secara buatan dari ikan betina secara genetik menjadi jantan atau
sebaliknya. Pengarahan ini disebut teknik seks reversal, secara buatan
dimungkinkan karena pada awal perkembangan embrio atau larva belum terjadi
diferensiasi kelamin (Carman dan Alimuddin, 1998). Yamazaki (1983)
menyatakan, diferensiasi kelamin pada ikan dapat terjadi sebelum telur menetas,
maupun setelah telur menetas baik sebelum atau sesudah ikan mulai makan.
8

Dengan teknik sex reversal, fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya
tidak dapat berubah. Tujuan utama dari penerapan sex reversal adalah
menghasilkan populasi monoseks (Zairin., 2002). Jenis kelamin berpengaruh
penting dalam budidaya perikanan karena, antara jantan dan betina terdapat
perbedaan laju pertumbuhan, pola tingkah laku dan ukuran maksimum yang bisa
dicapai. Jenis kelamin ditentukan bersama oleh faktor genetis dan lingkungan, yang
bekerja secara sinergis menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter (Purdom.,
1993). Sumantadinata dan Carman (1995) mengatakan, benih monoseks dapat
diperoleh melelui manipulasi hormonal dan manipulasi kromosom atau kombinasi
keduanya. Keberhasilan penggunaan hormon pada ikan dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu dan cara pemberian
hormon, serta faktor lingkungan (Naggy et al., 1981).

2.4. Propolis
Propolis adalah sejenis balsam yang dikumpulkan oleh lebah dari tunas dan
daun dari berbagai tanaman. Lebah membuat campuran balsam ini dengan bahan
turunan dari pollen dan beberapa tipe enzim yang aktif yang tersimpan dalam
kelenjar di bagian kepala dan thorax (Kartal et al., 2002).

Komposisi propolis terdiri dari 55 % balsam, 7,5 – 35,0 % wax (lilin), 10 %


volatil oil, 5 % pollen, 5 % asam lemak, serta 4,4 – 19,0 % terpen, tanin dan bahan
lainnya. Propolis sangat kaya dengan lemak, asam amino, asam organik, campuran
univalen alkohol, dan trace element seperti natrium, kalium, besi, tembaga,
mangan, seng, asam tannic, phyroncides, dan antibiotik. Selain itu, propolis
mengandung vitamin B, vitamin E (5 – 10 %), vitamin C, dan provitamin A. Bahan
aktif yang diisolasi dari propolis adalah flavonol, flavon (flavonoid), dan berbagai
phenol serta aromatik. Dalam flavon inilah terdapat chrysin yang diduga
berpengaruh terhadap sex reversal (Greenaway et al., 1990).
9

Gambar 3. Struktur kimia chrysin


(Sumber: Ukhroy., 2008)

Chrysin yang memiliki struktur kimia 5,7-dihidroxyflavon merupakan salah


satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat dari aromatase atau
lazim disebut aromatase inhibitor (Dean., 2004). Aromatase merupakan enzim P-
450 yang mengubah androgen menjadi estrogen.

Aktivitas aromatase berkorelasi dengan struktur gonad. Aktivitas aromatase


yang tinggi akan mengarah pada pembentukan ovari (Scholz dan Gutzeit., 2000).
Aromatase inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja aromatase dalam sintesis
estrogen, sehingga terjadi penurunan konsentrasi estrogen atau tidak aktifnya
transkripsi dari gen aromatase sebagai feedback-nya (Sever et al., 1999). Aromatase
inhibitor bekerja dengan mekanisme menghambat proses transkripsi gen-gen
aromatase sehingga mRNA tidak terbentuk dan enzim aromatase tidak ada, juga
bersaing dengan substrat alami (testosteron) sehingga aktivitas aromatase tidak
berjalan (Brodie et al., 1999). Penurunan rasio estrogen terhadap androgen
menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari ikan betina menjadi
menyerupai ikan jantan atau terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder
(Davis et al., 1990).

Propolis mengandung kalium yang befungsi untuk pengarahan kelamin


pada ikan. Menurut Syaifuddin (2004) menyatakan bahwa pemberian suplemen
madu pada ikan nila GIFT berpengaruh yang sangat nyata terhadap perubahan jenis
kelamin dari betina menjadi jantan diduga disebabkan oleh kandungan kalium yang
tinggi pada madu. Kalium berpengaruh terhadap pembentukan pregnenolon dan
kortikosteron menjadi aldosteron. Pregnenolon yaitu sumber biosintesis hormon-
10

hormon steroid oleh kelenjar adrenal berfungsi dalam pembentukan hormon-


hormon streoid dalam mitokondria yang membantu proses perubahan dari 17
hidroksi progesterone yang akan membentuk testosterone. Testosteron berfungsi
sebagai hormon androgen dalam spesies jantan. Apabila hormon androgen yang
dihasilkan banyak akan menyebabkan testosterone dalam tubuh ikan maka akan
mengarahkan pembentukan sel kelamin jantan.
Mineral (natrium, kalium, besi, tembaga, mangan, seng) yang terdapat
dalam propolis menyebabkan reaksi alkalis pada saluran ekstraseluler pada mencit.
Reaksi ini menyebabkan androsperma (Y) bergerak lebih cepat daripada
gynosperma (X) sehingga akan menghasilkan anakan jantan lebih banyak
(Winarno., 1995 dalam Riyanto., 2001).

2.5. Metode Sex Reversal Melalui Pakan (Oral)


Pada dasarnya dikenal dua metode sex reversal yaitu dengan terapi hormon
(cara langsung) dan rekayasa kromosom. Pada terapi hormon hanya mempengaruhi
fenotip tampa merubah genotip. Teknik ini bisa dilakukan pada semua organisme
akuatik apapun kromosom sexnya. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu tingkat
keberhasilannya bervariasi. Hanya saja teknik ini lebih mudah untuk dilakukan
(Kuhl dan Brouwer., 2005). Sedangkan rekayasa kromosom adalah suatu teknik
untuk mengubah kromosom ikan normal diploid (2N) dari hasil kontribusi 1N set
kromosom betina dan 1N jantan (Sugama., 2006). Menurut Piffer (2001) hormon
steroid akan mempengaruhi target sel seperti gonad dan saluran otak. Diduga pada
saat fertilisasi sudah terbentuk sel kromosom. Apabila diberi hormon testoteron dari
luar untuk pertumbuhan dan perkembangan gonad secara fungsional. Demikian
juga otak dipengaruhi oleh hormon eksogen ini, yang memberi perintah kepada
porol aksi hipotalo-hipofisa-gonad (Dunham., 2004).

Aplikasi hormon untuk sex reversal pada organisme akuatik dapat dilakukan
melalui penyuntikan, perendaman, dan oral (melalui pakan). Cara pemilihan harus
didasarkan pada efektivitas, efesiensi, palatabilitas, kemungkinan polusi dan biaya.
Pada lobster air tawar teknik yang sering digunakan adalah oral. Metode oral
dilakukan dengan pemberian hormon melalui pakan. Teknik ini dilakukan dengan
11

menyemprot hormon pada pakan lobster. Kemudian pakan diberikan pada lobster
selama waktu tertentu (Zairin., 2002).

Penelitian sebelumnya pemberian propolis dengan dosis 0,6 ml/kg pakan


efektif untuk meningkatkan persentase jantan pada Cherax sebesar 62,92±3,89 –
69,71±5,46% dengan lama perlakuan 6 bulan (Sipayung., 2010). Sedangkan
perlakuan pemberian propolis dengan dosi 60 µl/kg pakan memperoleh presentase
jantan ikan gapy yaitu sebesar 55,17 % (Ukhroy., 2008).

Menurut Gale et al (1999) hormon yang diberikan lewat pakan membutuhkan


waktu dan jumlah yang cukup untuk mempengaruhi diferensiasai kelamin embrio.
Hal serupa juga dinyatakan oleh Pandian dan Sheela (1995) bahwa steroid yang
diberikan lewat pakan akan banyak terlarut dalam air dan mengalami degradasi
pada saluran pencernaan, sehingga aktifitas hormone menurun. Fitzpatrik et al
(1996) menyatakan bahwa pemberian hormon secara oral menyebabkan pengaruh
yang berbeda pada setiap ikan, karena tergantung pada ukuran tubuh dan kebiasaan
makan secara alami pada ikan.

Piffer (2001) menyatakan bahwa perlakuan dosis hormon sangat terkait


dengan lama perlakuan. Jika menggunakan dosis yang rendah maka lama
perlakuannya diperpanjang untuk menghasilkan sex reversal yang optimal. Akan
tetapi dosis hormon yang terlalu tinggi dan masa perlakuan yang panjang dapat
menyebabkan sterilisasi dan efek paradok (Chatain et al., 1999).

2.6. Pertumbuhan
Menurut Effendi (1979) pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik
bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu. Pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yakni pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi.
Pertumbuhan mutlak didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada umur
tertentu, sedangkan pertumbuhan nisbi didefuinisikan sebagai panjang atau berat
yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu yang dihubungkan dengan panjang
atau berat pada awal periode tersebut.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal meliputi sifat
genetik dan kondisi fisiologis serta faktor eksternal yakni berkaitan dengan
12

lingkungan yang menjadi media pemeliharaan. Faktor-faktor eksternal tersebut


diantaranya yaitu, komposisi kimia air, substrat dasar, temperatur air, dan
ketersedian pakan. Menurut Asbar (1994) proses pertumbuhan pada bangsa
crustacea adalah : 1. Crustacea berganti kulit dengan melepaskan diri dari kulit
luarnya yang keras, 2. air diserap sehingga ukuran udang menjadi lebih besar, 3.
kulit luar yang baru tumbuh, 4. secara bertahap diganti oleh jaringan baru.

Selanjutnya Holdich dan Lowery (1988) menambahkan bahwa pertumbuhan


krustase adalah pertambahan berat dan panjang tubuh yang terjadi secara berkala
saat setelah pergantian kulit (moulting). Jadi pertambahan bobot dan panjang tubuh
tidak akan terjadi tanpa didahului proses molting. Frekuensi ganti kulit udang
tergantung pada umur dan makanan, yaitu jumlah dan mutu makanan yang diserap.
Udang fase juvenil lebih sering mengadakan pergantian kulit daripada udang
dewasa. Udang yang makanannya berkualitas baik dalam jumlah yang banyak akan
lebih cepat mengalami pergantian kulit daripada makanannya sedikit ataupun yang
kualitasnya kurang baik (Ling., 1976).

Menurut Merrick (1993) menyatakan bahwa frekuensi ganti kulit pada lobster
berkurang sejalan dengan bertambahnya umur. Frekuensi ganti kulit pada juvenil
terjadi satu kali setiap 10 hari, pada pra-dewasa antar 4-5 kali/tahun dan pada lobster
dewasa 1-2 kali/tahun.

2.7. Kualitas air


Effendi (2003) mendefinsikan kualitas air adalah sifat air dan kandungan
mahluk hidup, zat energi, atau komponen lain di dalam air.
2.7.1. Suhu
Menurut Rouse (1977) dalam Kurniasih (2008), Cherax sp. jenis red claw
mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu air 24°C--29°C, sedangkan Bardach et
al (1972) melaporkan bahwa pertumbuhan optimum Cherax sp. adalah pada kisaran
suhu antara 21°C -29°C..
2.7.2. Derajat Keasaman (pH)
Menurut (Wiyanto dan Hartono., 2003) Derajat keasaman (pH) yang ideal
untuk lobster air tawar ada padakisaran 7-9. Jika berada diluarkisaran itu, air perlu
dimodifikasi dengan teknik tertentu.
13

2.7.3. Oksigen Terlarut (DO)


Menurut Masser & Rouse (1997) dalam Kurniasih (2008), Cherax sp. jenis
red claw dewasa mampu bertahan terhadap kadar oksigen terlarut sangat rendah
(sampai 1 mg/L), tetapi red claw muda lebih rentan. Namun Morrisy (1970); Avault
et al. (1975); dan Weatly & Mahon (1981) dalam Kurniasih (2008) berpendapat
bahwa batas kritis oksigen terlarut untuk Cherax sp. adalah 5,2 mg/L pada suhu
22°C, dan kandungan di bawah nilai tersebut bersifat lethal.
2.7.4. Kekeruhan
Sebenarnya lobster senang dengan kondisi air yang keruh karena bisa
melindungi dari serangan predator. Disisi lain air yang keruh juga menambah nafsu
makan lobster. Meskipun demikan jika air terlalu keruh juga tidak terlalu baik bagi
pemelihara lobster air tawar karena menghambat saluran pernapasan (Wiyanto dan
Hartono., 2003).
14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini direncanakan pada bulan Maret hingga Mei 2018 yang
bertempat di hatchery pembenihan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas
Hang Tuah Surabaya. Penelitian ini dilakukan melaui beberapa tahap yaitu tahap
persiapan dan penyusunan proposal penelitian, penelitian, pengolahan data,
penulisan dan penyusunan laporan hasil.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian.
No Alat Jumlah Fungsi
1. Akuarium 50x30x25 15 unit Wadah pemeliharaan lobster
2. Shelter pipa paralon 24 buah Tempat bersembuyi lobster
3. Perlengkapan aerasi 1 paket Menyuplai oksigen
4. Selang penyiponan 2 buah Menyipon
5. Ember plastik 3 buah Menampung sementara lobster
6. lup 1 buah Mengamati jenis kelamin
6. Skop net 2 buah Memindahkan lobster
7. Botol penyemprot 4 buah Menyemprot propolis
8. Nampan/baki 4 buah Menampung pakan
9. Thermometer digital 1 buah Mengukur suhu
10. DO meter 1 buah Mengukur oksigen terlarut
11. pH meter 1 buah Mengukur pH
12. Timbangan digital 2 buah Menimbang lobster dan pakan
13. Penggaris 2 buah Mengukur tinggi air
14. Alat tulis 2 buah Menulis
15. Buku tulis 3 buah Mencatat
16. Kamera 1 buah Dokumentasi

3.2.2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan selama penelitian ini harus diperhatikan dan
dilengkapi terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai tujuannya untuk
15

melancarkan proses penelitian. Bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2
berikut :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian.
No Bahan Jumlah Fungsi
1. Lobster air tawar 160 ekor Umur 2 minggu dengan ukuran ± 1-2 cm
2. Pakan buatan - Pakan lobster
3. Propolis 20 % -
4. Alkohol 70 % - Pelarut propolis
5. Kaporit - Membersihkan peralatan

3.3. Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, penelitian eksperimen
adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel lain dengan kontrol yang ketat (Sedarmayanti dan Syarifudin., 2002).
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di
dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Sugiyono (2012) menambahkan
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.

Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara


khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (Margono., 2005). Dalam melakukan eksperimen peneliti
memanipulasikan suatu stimulan, treatment atau kondisi-kondisi eksperimental,
kemudian menobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau
manipulasi tersebut.
Tujuan penelitian eksperimen (Zuriah., 2006) :
- Menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
- Memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen.
- Menarik generalisasi hubungan antar variabel.

3.4. Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan
dengan penambahan propolis terhadap rasio jantan (♂) dan betina (♀) lobster air
16

tawar (Cherax quadricarinatus). Rancangan penelitian yang digunakan adalah


Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 1 kontrol dengan
3 kali ulangan, sehingga terdapat 15 unit satuan percobaan. Dosis perlakuan A (5
ml/kg pakan), B (10 ml/kg pakan), C (15 ml/kg pakan), dan perlakuan D (20 ml/kg
pakan) penentuan dosis ini didasari oleh Masykur (2014).

3.5. Prosedur Kerja


3.5.1. Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat penelitian adalah
sebagai berikut:
- Menyiapkan alat dan bahan yang terdapat pada Tabel 1 dan 2 di atas, seperti
termometer, timbangan digital dan peralatan-peralatan lainnya serta bahan
seperti juvenil dan propolis.
- Semua peralatan dicuci dan di jemur selama 1 hari.
- Memasang perlengkapan aerasi seperti blower, selang aerasi dan batu arasi.

3.5.2. Persiapan Wadah


Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran 50 x
30 x 25 cm sebanyak 16 unit (gambar 4). Sebelum digunakan akuarium di cuci
menggunakan kaporit dan dijemur selama 1 hari, setelah itu di isi air tawar setinggi
5 cm yang telah endapkan dan diberi aerasi terlebih dahulu selama 1 hari,
selanjutnya masukan shelter pipa paralon berukuran 1,5 inch kedalam masing-
masing akuarium. Untuk menyuplai oksigen pada media pemeliharaan, akuarium
dilengkapi dengan aerasi. Sebelum penebaran lobster uji pada wadah, dilakukan
penempatan setiap satuan percobaan secara acak (lampiran 1).

Gambar 4. Wadah pemeliharaan juvenil lobster air tawar selama perlakuan


(Sumber: Dok. Pribadi 2018)
17

3.5.3. Pengadaan Lobster Uji


Lobster yang digunakan pada penelitian ini adalah juvenil lobster air tawar
red claw (Cherax quadricarinatus) berumur 2 minggu atau berukuran panjang ±1-
2 cm sebanyak 160 ekor. Lobster yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
satu induk yang sama (gambar 5). Juvenil yang digunakan secara morfologis dalam
kondisi sehat serta memiliki kelengkapan organ tubuh yang sempurna dan diambil
dari induk yang sama yang diperoleh dari petani lobster di Sidoarjo, Jawa Timur.
Sebelum dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan, juvenil terlebih dahulu
ditimbang untuk mengetahui berat awal (Wo), kemudian benih diaklimatisasi
sebelum dilepaskan di dalam bak pemeliharaan. Padat penebaran juvenil lobster air
tawar untuk masing-masing perlakuan adalah 10 ekor/wadah.

Gambar 5. Juvenil lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus)


(Sumber: Dok. Pribadi 2018)

3.5.4. Uji Respon Lobster Air Tawar Terhadap Pakan Buatan


Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan 4 buah akuarium berukuran 50
x30 x 25 cm, sebelum ditebar lobster ditimbang untuk mengtahui berat awal (Wo).
Padat tebar lobster untuk masing-masing wadah adalah 10 ekor. Uji coba respon
lobster terhadap pakan ini dilakukan selama 1 minggu untuk melihat respon lobster
terhadap pakan yang diberikan, kebutuhan pakan harian dan pertumbuhan lobster
di akhir uji respon pakan untuk.

3.5.5. Penyiapan Pakan Perlakuan Dengan Propolis


Propolis yang digunakan adalah propolis komersil yang mengandung ekstrak
propolis 20 %. Pakan perlakuan yang digunakan adalah pakan udang berbentuk
crumble merek Marine (PT. Central Proteina Prima).
18

Tahapan pencampuran pakan dengan propolis ini mengacu pada Sipayung


(2010). Pakan ditimbang untuk masing-masing perlakuan sebanyak gram. Alkohol
(70%) dimasukan kedalam botol penyemprot sebanyak 250 ml/kg pakan yang
digunakan sehingga untuk setiap perlakuan membutuhkan 5 ml alkohol. Propolis
lalu dimasukan dalam botol penyemprot (sprayer) sesuai denga dosis yang
digunakan. Campuran propolis dan alkohol lalu dihomogenkan. Larutan lalu
disemprot merata ke atas pakan yang telah diletakan di atas baki/nampan sambil
diaduk hingga merata. Pakan dibiarkan hingga kering udara selama 24 jam, lalu
siap diberikan pada juvenil lobster (lampiran 1).

3.5.6. Pemberian Pakan


Frekuensi pemberian pakan perlakuan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi dan
sore hari pada jam 08.00 WIB, 14.00 WIB dan 20.00 WIB. Pemberian pakan
dilakukan dengan menggunakan metode at station (sekenyang). Pemberian pakan
dengan perlakuan ini dilakukan selama 50 hari, setelah itu lobster dipelihara dan
diberi pakan berupa pelet tampa perlakuan hingga dapat dibedakan jenis
kelaminnya.

3.5.7. Manajemen Kualitas Air


Manajemen kualitas air dilakukan untuk menjaga kondisi air tetap optimum
selama pemeliharaan lobster. Untuk menjaga kualitas air selama penelitian
dilakukan penyiponan dan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 20-30 % dari
volume air. Pergantian air ini menggunakan air yang telah di endapkan dan diaerasi
selama 1 hari.

3.6. Parameter Penelitian


Parameter penelitian yang diamati meliputi rasio kelamin jantan dan betina
lobster air tawar, laju pertumbuhan mutlak, dan parameter penunjang adalah
kualitas air.

3.6.1. Keberhasilan Membentuk Kelamin


Parameter uji utama pada penelitian ini adalah persentase rasio jenis kelamin
lobster air tawar red claw yang dilakukan dengan identifikasi morfologi setiap
19

akuarium pada akhir penelitian, yaitu pada saat juvenil berumur dua bulan. Zairin
(2002) menyatakan, rasio jenis kelamin dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah lobster jantan


J (%) = x 100%
Jumlah lobster sampel

Jumlah lobster betina


B (%) = x 100%
Jumlah lobster sampel

3.6.2. Pertumbuhan Mutlak (PM)


Effendi (1979) mengemukakan bahwa pertumbuhan ikan diukur dengan
menggunakan rumus pertumbuhan bobot mutlak (Growth Rate).

Wm = Wt – Wo
Keterangan :
Wm = Pertumbuhan mutlak rata-rata (gram).
Wt = Bobot rata-rata lobster pada akhir penelitian (gram)
Wo = Bobot rata-rata lobster pada awal penelitian (gram).

3.6.3. Kualitas Air


Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di awal perlakuan dan setiap 7
hari sekali selama perlakuan di akuarium. Pengukuran kualitas air meliputi
parameter suhu, pH, DO, dan amoniak (Tabel 3). Khusus untuk pengukuran suhu
dan pH dilakukan setiap hari yaitu pada pagi, siang dan sore hari yaitu pada jam
08.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB. Sedangkan untuk parameter DO dan
amoniak dilakukan pengukuran pada pagi hari yaitu pada jam 09.00 WIB.
Tabel 3. Parameter kualitas air dan waktu pengukuran.
Alat Waktu
No Parameter Satuan Pengukur Metode Pengkuran
1. Suhu °C Termometer Pembaca skala Harian
2. pH - pH meter Pembaca skala Harian
3. DO mg/L DO meter Pembaca skala Per 7 hari
4. Amoniak mg/L Teskit amoniak Pembaca skala Per 7 hari
20

3.7. Analisa Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini antara lain keberhasilan pembentukan
jenis kelamin dan laju pertumbuhan mutlak. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95
%, jika terdapat perbedaan yang nyata (signifikan) maka dilanjutkan dengan uji
BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5% menggunakan program SPSS 19.
Sedangkan parameter kualitas air dan pendukung lainnya dianalisi secara deskriptif.
21

Juvenil lobster air tawar (Cherax


quadricarinatus)

Penelitian

Penempatan akuarium Pemasangan alat


Persiapan wadah
pendukung

Pemberian pakan Pemeliharaan


perlakuan Pengamatan kualitas air

Analisa Data :
- ANOVA
- Uji BNT
- Deskriptif

Rasio jantan dan betina serta pertumbuhan lobster air


tawar (Cherax quadricanrinatus)

Keterangan :
Input =
Proses =
Output =
Gambar 6. Diagram alir penelitian
22

DAFTAR PUSTAKA

Asbar. 1994. Hubungan Tingkat Eksploitasi dengan Struktur Populasi dan Produksi
Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) di Segara Anakan. (Tesis).
Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Bardach, J.E., John H. Rhyter, and W.O. Mc Larvey. 1972. Aquaculture, the
Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Willey
Interscience. 651 pp.
Brodie, A., Q. Ling, and B. Long. 1999. Aromatase and Its Inhibitors. Journal of
Steroid Biochemistry and Molecular Biology 69: 205-210.
Carman, O. dan M. Alimuddin. 1998. Produksi Ikan Cupang Jantan Saja. Publikasi
pada Pelatihan Pembinaan Petani Ikan Cupang dari Lima Wilayah DKI
Jakarta di BBI Ciganjur. Bgor.
Chatain B, E Saillant dan S Peruzzi. (1999). Production of monosex male
populations of European seabass, Dicentrarchus labrax L. by use of the
synthetic androgen 17-methyldehydrotestosterone. Aquaculture, 178: 225-
234.
Davis, R. B., B. A. Simco, C. A. Groudie, N. C. Parker, W. Couldwell, and P.
Snellgrove. 1990. Hormonal Sex Manipulation and Evidence for Female
Homogamety on Channel Catfish. General and Comparative
Endocrinology 78: 218-223.
Dean W. 2004. Chrysin : Is It An Effectif Aromatase Inhibitor? Vitamin Research
News. Vol. 18. Number 4.
Devlin, R.H.,and Nagahama, Y., 2002. Sex determination and sex differentiation in
fish: an overview of genetic, physiological, and environmental influences.
Aquaculture 208, 191–364.
Dunham, R.A. (2004). Aquaculture and Fisheries Biotechnology: Genetic
Approaches. Department of Fisheries and Applied Aquacultures. Auburn
University Alabama. USA. CABI Publishing.
Effendi, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor.
112 hal.
Edgerton, B.F. (2005). Freshwater crayfish production for poverty alleviation.
World Aquaculture 36: 48-64.
Gale WL, MS Fitzpatrick, M Lucero, WMC Sanchez and CB Schreck. (1999).
Masculinization of nile tilapia (Oreochromis niloticus) by immersion in
androgens. Aquaculture, 178: 349-357.
Greenaway, W., S. English, and F. R. Whatley. 1990. Phenolic Composition of Bud
Exudates of Populus Deltoides, in Zeithschrifffur Naturforschung 45: 587-
593. UK.
23

Hakim, R.R.2008. Peningkatan Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan


Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) Melalui Pemberian Hormon
Metiltestosteron dengan Lama Perendaman yang Berbeda. Skripsi. Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian-Peternakan. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.
Holdich, D. M. & R. S. Lowery. 1988. Freshwater Crayfish: Biology Management,
and Exploitation. Croom Helms, London and Sydney and Timber Press,
Protland Oregon.
Ikrom D.F. 2017. Pengaruh Ekstrak Steroid Teripang pasir (holothuria scabra) dan
17α metiltestosteron pada suhu berbeda Terhadap pembalikan kelamin
juvenil lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Tesis. Program Studi
Magister Biologi, Fakultas Matematika Dan Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung.
Jones, C.M. (1995). Production of juvenile redclaw crayfish, Cherax
quadricarinatus (von Martens) (Decapoda, Parastacidae). I. Development
of hatchery and nursery procedures. Aquaculture 138: 221-238.
Kartal, M., S. Kaya, and S. Kurucu. 2002. GC-MS Analysis of Propolis Sample
from Two Regions of Turkey. Ankara University, Faculty Pharmacy,
Departement of Pharmacognosy. Turkey.
Kuhl AJ and Brouwer. (2005). Antiestrogen inhibit xenoestrogen-induced brain
aromatase activity but not prevent xenoestrogen-induced feminization in
Japanese Medaka (Oryzias latipes). Environmental Health Perspectives
Vol. 114/4.
Kurniasih T. 2008. Peranan Pengapuran Dan Faktor Fisika Kimia Air Terhadap
Pertumbuhan Dan Sintasan Lobster air tawar (Cherax sp.). Media
Akuakultur Volume 3.
Lakshita N. 2015. Cara Sukses Memulai dan Menajalankan Usaha Ternak Lobster
Air Tawar. Trans Idea Publishing, Jogyakarta.
Ling, SW. 1976. General Account on the Biology of the Giant Freshwater Prawn
Macrobrachium rosenbergii and method for itsrearing and culturing.
FAQ.
Matty A.J. 1985. Fish endocrinology. England. 265p.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Maksyur, M.A. 2014. Efektivitas Penambahan Propolis Dalam Pakan Buatan


Terhadap Sifat Kelamin Jantan Lobster air tawar (Cherax
Quadricarinatus). Skripsi. Jurusan Biologi. Univeritas Negeri
Yogyakarta.
Merrick, J. R. Fresh.1993. Fresh water Cryfish If New South Wales Linnean
Society Of New South Wales, Australia.
24

Mukti Taufiq A, Mubarak Shofy A dan Ermawan E. 2009. Pengaruh Penambahan


Madu Dalam Pakan Induk Jantan Lobster air tawar Red claw (Cherax
Quadricarinatus) Terhadap Rasio Jenis Kelamin Larva. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009: Hlm 37-42.
Naggy A, Beresenyi M and Canyi V. 1981. Sex reversal in Carp (Cyprinus carpio)
by oral administration of methyltestosteron. Canadian Journal Fish
Aquaculture Science 38: 725-728.
Nurzaman I, Aryani N & Sukendi. 2010. The Influence Of Propolis Giving To The
Guppy Fish Sex Reversal (Poecilia Reticulata) Soaking Method With
Broodstock. Student in the Faculty of Fisheries and Marine Science
University of Riau.
Pandian TJ and SG Sheela. (1995). Hormonal induction of sex reversal in fish.
Aquaculture, 138: 1-22.
Piferrer, F. (2001). Endocrine Sex Control Strategis For Feminization Of Teleosts
Fish. Aquaculture. 197: 229 – 281.
Purdom, C E. 1993. Genetic and Fish Breeding. Chapman and Hall. New York.
USA. 277 pp.
Riyanto. 2001. Pengaruh Pemberian Suplemen Madu Pada Induk Mencit Terhadap
Rasio Jenis Kelamin Anaknya. Berita Biologi. 5 (4).
Sarida, M. 2008. Efektifitas Ekstrak Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra)
Dalam Produksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)
Jantan. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Lampung.
Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi –II 2008 Universitas
Lampung, 17-18 November 2008. Hlm 197-208.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung:
Mandar Maju.
Sever, D. M., T. Halliday, V. Waight, J. Brown, H. A. Davies, and E. C. Moriarty.
1999. Sperm Storage in Female of the Smoth New (Triturus vulgaris L.):
Ultrastructure of the Spemathecal During the Breeding Season. Journal of
Experimental Zoology 283: 51-70.
Silverin, B., M. Braillen, A. Folldart, and J. Balthazart. 2000. Distribution of
Aromatase Activity in the Brain and Peripheral Tissue of Passerine and
Non Passerine Avian Species. General and Comparative Endocrinology
117: 34-35.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugama, K. (2006). Perbaikan Mutu Genetik Ikan Untuk Mendukung
Pengembangan Perikanan Budidaya. Perbaikan Pertumbuhan Ikan Nila
Dengan Seleksi Famili (Rudhy Gustiano) Pengukuhan Professor Riset,
Bidang Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan. 77 pp.
25

Sumantadinata K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia.


Penerbit Sastra Budaya, Bogor. 129 hal.
Sumantadinata, K dan Carman, O. 1995. Teknologi Ginogenesis dan Seks Reversal
dalam Pemuliaan Ikan. Buletin Ilmiah Gukuryoju, Volume I. 2005.
Hal.11-18
Sipayung A.D. 2010. Sex Reversal Pada Ikan Nila Merah Oreochromis Sp. Melalui
Pemberian Propolis Yang Dicampur Dalam Pakan Buatan. Skripsi.
Program Studi Teknologi Dan Manajemen Perikanan Budidaya.
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Scholz, S. and H. O. Gutzeit. 2000. Affect Reproduction Sexual Diferentiation and
Aromatase Gene Expression of Medaka (Oryzias latipes). Aquatic
Toxycology 50: 51-70.
Syaifuddin A. 2004. Pengaruh Pemberian Suplemen Madu Pada Pakan Larva Ikan
Nila GIFT (Oreochromis niloticus) Terhadap Rasio Jenis Kelaminnya.
Skripsi. Universitas Brawijaya. Fakultas Perikanan. Malang.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Angkasa. Bandung. 327p.
Strussman, C.A. and R.Patino. 1995. Temperature Manipulation of Sex
Differentition In Fish. Proceedings of The Fifth International Symposium
on The Reproductive Physiology of The Fish (F.W. Goetz and P.
Thomas,ds), Fish Symp, Austin, Texas.
Ukhroy U.N. 2008. Efektivitas Propolis Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy
Poecilia Reticulata. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wiyanto H.R & Hartono R. 2003. Lobster air tawar Pembernihan dan Pembesaran.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Yamazaki R. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish, Aquaculture, 33:329-
354.
Zairin, M. Jr. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
26

Lampiran 1. Skema penyiapan pakan dan propolis (Sipayung., 2010).

Propolis sesuai dosis Alkohol 70 % (250 ml/kg pakan

Masukan kedalam sprayer (botol semprot)

Aduk hingga homogen

Semprot pada pakan yang telah disebar di


baki (nampan) sambil di goyang-goyang

Aduk pakan perlahan-lahan

Biarkan kering udara (24 jam)

Pakan perlakuan siap diberikan pada lobster


27

Lampiran 2. Penempatan wadah pemeliharaan selama penelitian.

1D 2K 3D 4D 5C 6A 7B 8A

9B 10B 11K 12A 13K 14C 15C

Anda mungkin juga menyukai