Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN BUDIDAYA RAWA


BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DENGAN SIISTEM
RESIRKULASI

OLEH:
DANIEL TRI WAHYUDI
2204112302
KELOMPOK 2

ASISTEN : ANELIA DIAH WINTANG SARI, S.Pi


SESI 2 (Senin 10.00 WIB)

LABORATORIUM TEKNOLOGI BUDIDAYA


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul “Manajemen Budidaya
Rawa”. Laporan ini ditulis berdasarkan berbagai sumber serta infomasi dari
berbagai media yang berhubungan dengan materi
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
asisten praktikum Manajemen Budidaya Rawa yang telah membimbing
penulis dalammengerjakan laporan ini, serta ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telahmembantu dan memberi motivasi kepada penulis
hingga laporan ini selesai.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan pratikum ini masih
belum sempurna maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan demi penulisan laporan yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru, April 2024

Daniel Tri Wahyudi


DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum ..................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Ikan Gurame .................................................................................. 3
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi ........................................................ 4
2.1.2. Habitat ..................................................................................... 5
2.2 Tanaman Pakcoy ............................................................................ 5
2.2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pakcoy ........................... 5
2.3 Sistem Resirkulasi Akuaponik ....................................................... 5
2.3.1. Pengertian Akuaponik .............................................................. 6
III. METODE PRAKTIKUM .................................................................. 9
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 9
3.3 Metode Praktikum ......................................................................... 10
3.4 Prosedur Praktikum ....................................................................... 10
3.4.1 Persiapan Wadah Tanaman ....................................................... 11
3.4.2 Persiapan Wadah Pemeliharaan dan Perakitan Sistem ............. 12
3.4.3 Penebaran Ikan dan Pengaktifan Sistem ................................... 13
3.5 Analisa Data .................................................................................. 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 17
4.1 Hasil .............................................................................................. 17
4.1.1 Teknik Budidaya Ikan Gurame Sistem Akuaponik .................. 17
4.1.1.1 Prosedur yang Dilakukan ..................................................... 18
4.1.1.2 Pengukuran Parameter Uji ................................................... 19
4.1.2 Analisa Data .............................................................................. 19
4.2 Pembahasan ................................................................................... 20
4.2.1 Pertumbuhan ............................................................................. 20
4.2.2 Perbandingan Efektivitas Keempat Data Sistem Akuaponik.... 20
V. PENUTUP ............................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 21
5.2 Saran .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

1. Alat dan Bahan ...................................................................................................13


2. Bahan yang Digunakan ......................................................................................13
DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) ................................................................9


2. Grafik LPS, EP, SR dan FCR Tiap Kelompok ..................................................17
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rawa merupakan istilah umum yang digunakan untuk semua daerah yang
tergenang air baik secara musiman maupun permanen dan memiliki keragaman
flora dan fauna yang khas (Hardiansyah et al. 2018). Perairan rawa memiliki
karakteristik fisik, kimia, dan biologi yang khas, pada umumnya banyak ditumbuhi
semak, pH air rendah dan kandungan O2 terlarut rendah (Asyari, 2017). Hutan rawa
gambut mempunyai nilai konservasi yang tinggi dan fungsi-fungsi lainnya seperti
fungsi hidrologi, cadangan karbon, dan biodiversitas yang penting untuk
kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa serta sebagai tempat mencari makan
(feeding ground), tempat mengasuh anak (nursery ground), dan tempat memijah
(spawning ground). Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas dan frekuensi
bencana alam akan makin sering terjadi, bahkan lahan gambut tidak hanya dapat
menjadi sumber CO2 , tetapi juga gas rumah kaca lainnya seperti metana (CH4 )
dan nitrousoksida (N2O). Budidaya ikan rawa saat ini menjadi daya tarik tersendiri
bagi pembudidaya ikan, namun masih belum dimanfaatkan secara optimal
produksinya, untuk meningkatkannya dapat dengan menggunakan sistem bioflok
yang merupakan alternatif baru dalam mengatasi masalah kualitas air dalam
akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara
konvensional (De Schryver et al. 2016).
Akuaponik merupakan sebuah alternatif yang membudidayakan tanaman
dan ikan dalam satu tempat. Teknik ini mengintegrasikan budidaya ikan secara
tertutup (resirculating aquaculture) yang dipadukan dengan tanaman. Dalam
proses ini tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan.
Bakteri pengurai akan mengubah kotoran ikan menjadi unsur nitrogen, kemudian
unsur tersebut akan dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi pada tanaman. Sistem
akuaponik juga dapat dilakukan di perkotaan yang lahan kosongnya terbatas.
Akuaponik sejatinya bisa diterapkan dalam skala kecil untuk rumahan atau bahkan
untuk skala komersial. Budidaya ikan merupakan usaha utama, hasil sayuran
merupakan usaha sampingan atau tambahan. Keuntungan akuaponik untuk kolam
dan ikan adalah kebersihan air kolam tetap terjaga, air tidak mengandung zat-zat
yang berbahaya bagi ikan karena dalam sistem akuaponik terdapat proses filtrasi.
Melalui sistem resirkulasi, air di dalam kolam dimanfaatkan oleh sayuran kemudian
sisa atau pembuangan air dari sayuran akan masuk kembali ke dalam kolam.
Tanaman air yang ada pada sistem akuaponik diharapkan mampu mengurangi zat
organik dengan menyerap limbah air budidaya ikan, selain itu, tanaman juga
berperan sebagai biofilter dengan menguraikan zat beracun menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi ikan sekaligus menghasilkan oksigen untuk digunakan ikan (Zidni
et al., 2019). Beberapa tanaman air dan sayuran telah dikombinasikan dengan
budidaya ikan pada sistem akuaponik seperti kangkung, selada dan pakcoi
(Rahmadhani et al., 2020).
Ikan gurami (Osphronemus goramy) merupakan ikan asli perairan
Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan ini
memiliki labirin sehingga ikan ini habitatnya dapat ditemukan di rawa-rawa dan 2
secara taksonomi ikan ini termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurami termasuk
komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani. Permintaan pasar terhadap
ikan gurami (Osphronemus goramy) cukup tinggi karena rasa dagingnya yang enak,
pemeliharaannya mudah, serta harganya yang relatif stabil. Selain itu, ikan gurami
merupakan bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi yang bermanfaat
bagi manusia terutama untuk kesehatan dan pertumbuhan (Nurjanah et al.2011).
Oleh karena itu, penulis telah melakukan praktikum mengenai budidaya ikan
gurami menggunakan media air rawa dengan sistem bioflok.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum manajemen budidaya rawa ini yaitu untuk
menambah wawasan serta mengetahui bagaimana cara melakukan budidaya ikan
menggunakan media air rawa dengan sistem resirkulasi akuaponik.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari ptaktikum manajemen budidaya rawa ini yaitu diharapkan
dapat melakukan budidaya ikan menggunakan media air rawa terutama pada sistem
akuaponik akuaponik dan bagaimana manajemen dalam pemeliharaannya serta
dapat menambah wawasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan Gurame


Bachtiar (2010) mengklasifikasikan ikan gurami (Osphronemus gouramy)
sebagai berikut.
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lac.

Gambar 1. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)


Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2007), gurami mempunyai bentuk
badan yang khas dengan bentuk tubuhnya agak panjang, pipih, dan lebar. Badan
tertutupi oleh sisik yang kuat dengan tepi yang kasar. Ikan ini memiliki ukuran
mulut yang kecil yang letaknya miring tidak tepat di bawah ujung moncong. Bibir
bawah terlihat sedikit lebih maju dibandingkan dengan bibir atas dan dapat
disembulkan. Kepala pada ikan gurami muda berbentuk lancip sedangkan pada ikan
gurami dewasa mempunyai bentuk kepala tumpul. Pada ikan gurami jantan yang
sudah tua terdapat tonjolan seperti cula pada bagian kepala yang memiliki garis
lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus. Warna tersebut akan berubah menjelang
dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecokelatan dan pada bagian perut
berwarna keperakan atau kekuningan Morfologi ikan Gurami terlihat pada Gambar.
2.2 Habitat dan penyebaran Ikan Gurami (Osphronemus gourami)
Habitat asli gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah perairan tawar
yang tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang
cukup dan mutu air yang baik. Ikan ini jika dibudidayakan di daerah dataran rendah
dengan ketinggian 50-600 m dari permukaan laut akan berkembang dengan baik.
Ikan gurami juga akan menunjukkan pertumbuhan optimal apabila dikembangkan
di dataran dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut dengan suhu 24-28o C.
Ikan gurami bersifat sangat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ
pernapasan tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air. Suhu yang
bagus sebagai habitat ikan gurami berkisar antara 24 sampai 28o C. Sehingga lokasi
yang cocok untuk membudidayakan ikan gurami yaitu pada daerah dengan
ketinggian 0-800 m di atas permukaan laut. Ikan gurami dapat hidup di kondisi yang
kekurangan oksigen (Elfrida et.al. 2017).
2.3 Air Rawa
Menurut Prasmawati (2023) Air rawa adalah lahan genangan air, secara
ilmiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat
serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis. Ada juga
pendapat lain yang mengatakan bahwa rawa adalah semua macam tanah berlumpur
yang terbuat secara alami atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan
air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam air nya
kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa
yang memiliki penuh nutrisi adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan
berbagai macam makhluk hidup. Rawa juga disebut “pembersih alamiah” karena
rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam.
Dengan alasan itu rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi budaya,
lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga
kelestariannya. Lahan rawa memiliki peran dan manfaat diantaranya selaku
penyerap dan penyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya yang akan
mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering, mencegah
terjadinya banjir, mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai, sumber
energi, dan sumber makanan nabati maupun hewani.
2.4 Sistem Akuaponik
Konsep dasar akuaponik adalah gabungan teknologi akuakultur dengan
teknologi hydroponik dalam suatu sistem. Secara teknis, teknik ini mampu
meningkatkan hasil produksi pembudidaya ikan dengan mengoptimalkan fungsi
air dan ruang yang terbatas sebagai media pemeliharaan. Sisa pakan dan kotoran
hasil metabolisme ikan dalam air yang berpotensi menurunkan kualitas air akan
dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air secara resirkulasi. Menurut Nugroho
et al. (2012), air kolam disalurkan ke media tumbuh tanaman sebagai filter vegetasi
yang dapat membersihkan zat racun dalam air sehingga air yang kembali ke kolam
telah bersih dan layak untuk digunakan kembali sebagai media budidaya ikan lele.
Akuakultur dan Hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiosis.
Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Ekskresi
hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi Nitrat dan Nitrit melalui
siklus nitrogen, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian
bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
2.5 Klasifikasi Pakcoy
Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Klasifikasi menurut (Eko, 2007) sebagai berikut 5
: Kingdom : Plantae, Divisi : : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas :
Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili : Brassicaceae, Genus : Brassica, Species:
Brassica rapa L.
Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah di budidayakan setelah abad
ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan.Sayuran ini
merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable.
Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia
dan Thailand (Adiwilaga, 2010). Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, daun
berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala,
tumbuh agak tegak atau setengah mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau
muda, gemuk dan tinggi tanaman dapat mencapai 15 sampai 30 cm. Pada kelompok
ini terdapat keragaman morfologis dan periode kematangan pada berbagai kultivar
tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk dan daun warna hijau pudar dan ungu yang
berbeda-beda (Surtinah, 2010). Pakcoy merupakan jenis sayuran hijau yang masih
satu golongan dengan sawi. Sawi pakcoy juga sering disebut dengan sawi sendok
karena bentuknya yang menyerupai sendok. Sawi pakcoy sering disebut dengan
sawi manis atau sawi daging karena pangkalnya yang lembut dan tebal seperti
daging.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Budidaya Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
dengan sisitem resirkulasi akuaponik pada media raawa” telah dilaksanakan pada
19 Februari s/d 24 Maret 2024 di Hatchery Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau.
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan
No Alat Fungsi
1 Ember Vol 100 L Sebagai media pemeliharaan ikan
2 Netpot Wadah tempat manaruh pakcoy
3 Pipa Paralon Wadah untuk mengalirkan air
4 Talang Air Sebagai rak untuk menaruh netpot
5 Elbow Penyambung paralon
6 Pompa Air Untuk memompa air ke media tanam pakcoy
7 Nampan Wadah untuk menyemai bibit pakcoy
8 Gergaji dan Cutter Untuk memotong rockwool
9 Kertas Grafik Mengukur panjang ikan
10 Rockwool Sebagai media tumbuh pakcoy
11 Timbangan Digital Mengukur berat dari benih ikan

Tabel 2. Bahan yang Digunakan


No Bahan Fungsi
1 Ikan gurame ukuran 4-5 cm Sebagai ikan uji dalam praktikum
2 Bibit Pakcoy Sebagai tanaman uji dalam sistem akuaponik
3 Pakan Ikan Sebagai bahan pakan bagi ikan
4 Batu bata Sebagai media pakcoy dan filter
5 Air Rawa Media budidaya ikan lele
6 Batu ziolit Sebagai filter
7 Arang kayu Sebagai media pakcoy dan filter
8 Bioball Sebagai rumah bakteri

3.3 Metode Praktikum


Pada praktikum ini digunakan metode praktek secara langsung di hatchery
untuk memperoleh data-data yang aktual. Dimana data dan informasi yang
dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara mengamati secara langsung di hatchery
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
3.4 Prosedur Praktikum
3.4.1 Persiapan Tanaman Pakcoy
Prosedur persiapan tanaman dan wadah akuaponik dalam pemeliharaan ikan
gurame sistem resirkulasi akuaponik sebagai berikut:
a. Semai bibit pakcoy dengan rockwool berukuran 3 x 3 cm. setiap rockwool,
letakan 1biji pakcoy. Lakukan penyemaian dengan menggunakan nampan.
b. Sebelem digunakan, rockwool dibasahi dengan air. Tutup nampan yang
telahditebar biji dengan plastik.
c. Lakukan penyemaian bibit selama 4-5 hari.
d. Setalah 4-5 hari, pindahkan rockwool berisi bibit kedalam netpot.
3.4.2 Persiapan Wadah Pemeliharaan dan Perakitan Sistem Resirkulasi
Akuaponik
1. Wadah ember sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu agar wadah
yang digunakan steril;
2. Setelah itu masukkan air waduk yang telah disiapkan kedalam wadah
ember;
3. Setelah itu rakit talang air sebagai media meletakkan netpot;
4. Setelah selesai merakit talang air susun batu bata, arang, batu ziolot dan
bioball;
5. Kemudian susun netpot yang sudah berisi bibit pakcoy di talang air.
3.4.3 Penebaran Ikan
Ikan yang sudah tersedia dengan jumlah yang sudah di tentukan kemudian
dilakukan aklimatisasi di wadah pemeliharaan dengan tujuan ikan dapat
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
3.5 Analisis Data
Pada praktikum Manajemen Budidaya Rawa mengenai “Teknik Budidaya
Ikan Gurame dengan menggunakan Sistem Resirkulasi Akuaponik” dilakukan
analisis data berupa data primer yakni data yang disesuaikan dengan untuk
memperoleh hasil berdasarkan parameter yang ada yakni FCR, LPS, EP, hingga SR
benih maupun kualitas air pada media budidaya, yang nantinya akan ditabulasikan
ke dalam tabel maupun grafik, yang nantinya akan dianalisis secara deskriptif.
3.5.1 Laju Pertumbuhan Spesifik

Menurut (Zoenneveld et al 1991) rumus laju pertumbuhan spesifik adalah


sebagai berikut:
𝐿𝑛 𝑊𝑡−𝐿𝑛 𝑊𝑜 𝑥 100
LPS =
𝑡
Keterangan:
LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
Wo = Bobot biomassa ikan uji pada awal pratikum (g)
Wt = Bobot biomassa ikan uji pada akhir pratikum (g)
t = Lama kegiatan pratikum (hari)
3.5.2 Efisiensi Pakan
Jumlah pakan yang diberikan selama pratikum serta berat ikan pada awal dan
akhir pratikum akan diperoleh informasi tentang efisiensi pakan. Menurut
Watanabe (1988) rumus menghitung efisiensi pakan adalah :
(𝑊𝑡+𝑊𝑑)−𝑊0
EP = 𝑥100%
𝐹

Keterangan:
EP = Efisiensi Pakan (%)
Wo = Bobot biomassa ikan uji pada awal pratikum (g)
Wt = Bobot biomassa ikan uji pada akhir pratikum (g)
Wm = Jumlah bobot ikan yang mati (g)
F = Jumlah pakan yang diberikan (g)

3.5.3 Kelulusan hidup (Survival Rate)


Kelulushidupan akan dihitung diakhir pratikum, dimana jumlah ikan uji pada
akhir pratikum dibagi dengan jumlah ikan uji pada akhir pratikum yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus dari Zonneveld, Huisman dan Boon (1991),
yaitu:
∑ 𝑁𝑡
SR = ∑ 𝑁𝑜 𝑥100%

Keterangan :
SR = Tingkat kelulushidupan (%)
No = Jumlah ikan uji pada awal pratikum (ekor)
3.5.4 Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan kegiatan
budidaya ikan patin. Hal tersebut dikarnakan kualitas air yang kurang baik dapat
menyebabakan ikan mudah terserang penyakit. Cara yang dilakukan yakni dengan
mengukur kualitas air seperti suhu dengan menggunakan termometer, dan pH
dengan menggunakan pH meter.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan hasil data
sampling yang dilakukan selama 3 x sampling.

LPS, EP, SR, FCR


LPS EP SR FCR

289,65

100
97
92

44
5,97

1,79
0,69
0,16

6,6
2,4

1,7
1,4

1,2
0,7

AKUAPONIK EM4 BIOFLOK BOSTER

Gambar 2. Grafik LPS, EP, SR dan FCR Tiap Kelompok

4.2 Pembahasan
4.2.1. Laju Pertumbuhan
Spesifik Laju pertumbuhan spesifik merupakan % dari selisih berat akhir
dan berat awal, dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan. Berdasarkan gambar
2 terlihat laju pertumbuhan spesifik yang baling baik adalah kelompok boster
dengan nilai 6,6%. Tingginya LPS ini dipengaruhi juga oleh pemberian pakan yang
diberikan pada ikan.
4.2.2 Efisiensi Pakan
Pengukuran efesiensi pakan bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
pakan yang habis dikonsumsi selama pemeliharaan. Efisiensi pakan dipengaruhi
oleh tingkat konsumsi pakan dan pertambahan bobot ikan. Berdasarkan gambar 2
nilai efisiensi pakan yang baik adalah kelompok boster dengan nilai 97%.
4.2.3 Tingkat Kelulusan Hidup (Survival Rate)
Tingkat kelulusan hidup merupakan hasil akhir ikan yang hidup selama
pemeliharaan. Tingkat kelulushidupan merupakan salah satu parameter
dikatakannya sebuah kegiatan budidaya berhasil semakin tinggi nilai SR tersebut
maka budidaya yang dilakukan bagus. Berdasarkan gambar 2 nilai tingkat kelulusan
hidup yang paling baik adalah kelompok boster.
4.2.4 Feed Conversion Ratio (FCR)
Rasio pemberian pakan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan
sebera banyak pakan yang di serap oleh tubuh ikan. Factor ini menjadi tolak ukur
berhasil atau tidaknya budidaya kita. Berdasarkan gambar 2 FCR yang memiliki
nilai paling bagus adalah dari kelompok boster yaitu 1,2.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka di dapatkan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sistem akuaponik merupakan teknologi budidaya yang memanfaatkan
sirkulasi air untuk menunjang tingkat pemanfaatan ammonia. Dengan
adanya sistem ini ammonia dapat diolah oleh tumbuhan menjadi nitrit dan
nitrogen yang bermanfaat bagi ikan maupun pakcoy itu sendiri. Dan
teknologi budidaya ini bisa menghasilkan 2 produk sekaligus dan dapat
mengemat lahan.
2. Sistem akuaponik bukanlah yang paling terbaik dari sistem lainnya karena
masih memiliki kekurangan. Meskipun seperti itu tetapi sistem ini masih
bisa disempurnakan lagi. Hasil dari LPS 2,4%, EP 0,16, FCR 5,97 dan SR
92%.
5.2 Saran
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan praktikan diharapkan
memperhatikan arahan yang di berikan pada saat praktikum Budidaya Rawa agar
memperoleh hasil budidaya yang maksimal dan melakukan prosedur secara tepat
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai