Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT

ANALISIS BAHAN ORGANIK TOTAL SEDIMEN DAN KELIMPAHAN


SAMPAH LAUT DI PANTAI CAVERY, KECAMATAN BUNGUS
TELUK KABUNG, PADANG, PROVINSI SUMATRA BARAT

DISUSUN OLEH

KEVIN ANANDIKA DWI PUTRA


2004110251
ILMU KELAUTAN A

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Pencemaran Laut dengan judul “Analisis Bahan Organik Total Sedimen Dan
Kelimpahan Sampah Laut Di Pantai Cavery, Kecamatan Bungus Teluk Kabung,
Padang, Provinsi Sumatra Barat” tepat pada waktunya.

Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil pengamatan pada


praktikum yang telah dilakukan pada hari Senin, 5 Desember 2022 di
Laboratorium Oseanografi Kimia Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Laporan ini di buat untuk melengkapi rangkaian
pelaksanaan praktikum Pencemaran Laut yang telah dilaksanakan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan, materi dan cara penulisan


kata-kata masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
inisehingga berguna bagi kita semua. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat
bagi kita semua.

Pekanbaru 9 Desember 2022

Kevin Anandika Dwi Putra

ii
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Tujuan......................................................................................................................
1.3 Manfaat....................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Organik.........................................................................................................
2.2 Sampah Laut............................................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................................
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................................
3.3 Metode Praktikum.................................................................................................
3.4 Prosedur Praktikum...............................................................................................
3.4.1 Prosedur Praktikum Pencemaran oleh Limbah Padat.........................................
3.4.2 Prosedur Analisis Kandungan BOT pada Sedimen............................................
3.4.3 Prosedur Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sedimen...............................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum......................................................................................................
4.2 Parameter Kualitas Air..........................................................................................
4.3 Analisis Kandungan Bahan Organik Total............................................................
4.4 Analisis Kelimpahan Sampah Laut.......................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fiber/fragmen..........................................................................................................

2. Angular....................................................................................................................

3. Mikrofragmen..........................................................................................................

4. Fragmen multiwarna...............................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan Bahan di Lapangan...................................................................................

2. Alat dan Bahan di Laboratorium.............................................................................

3. PKA.........................................................................................................................

4. Nilai Kandungan BOT.............................................................................................

5. Nilai Kelimpahan Sampah Laut (Organik)..............................................................

6. Nilai Kelimpahan Sampah Laut (Anorganik)..........................................................

7. Nilai Kelimpahan Sampah Laut (Mikroplastik)......................................................

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Nilai BOT dan Kelimpahan Sampah Laut...........................................

2. Kegiatan di Lapangan..............................................................................................

3. Kegiatan di Laboratorium........................................................................................

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran laut adalah salah satu masalah lingkungan yang dihadapi saat
ini dan seringkali penyebab utamanya adalah akibat aktivitas manusia. Aktivitas
manusia di laut yang menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan laut yaitu,
kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang melanggar hukum (illegal
fishing), pelayaran (shipping), pembuangan di laut (ocean dumping),
pertambangan (mining), eksplorasi dan eksploitasi minyak. Pencemar organik
adalah limbah yang dapat membusuk atau mengalami proses degradasi oleh
mikroorganisme, akibatnya berkembanglah mikroorganisme, sehingga
menimbulkan banyak mikroba pathogen yang akan bertumbuh dan berkembang
biak dan akan menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Sampah laut juga dibagi berdasarkan ukuran dan lokasi persebarannya
ukuran sampah dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Macro-debris merupakan ukuran sampah yang panjangnya berkisar lebih besar
dari 2,5 cm sampai 1 meter. Pada umumnya sampah ini ditemukan di daerah
pesisir di dasar maupun permukaan perairan.
2. Micro-debris merupakan jenis sampah yang sangat kecil dengan kisaran ukuran
0,33 mm sampai 5,0 mm. Sampah yang berukuran seperti ini sangat mudah
terbawa oleh arus, selain itu sangat berbahaya karena dapat dengan mudah masuk
ke organ tubuh organisme laut seperti ikan dan kura-kura.
Dari penjelasan penjelasan di atas kami sebagai mahasiswa Ilmu Kelautan
melakukan praktikum mata kuliah Pencemaran Laut dengan judul " Analisis
Bahan Organik Total Sedimen dan Kelimpahan Sampah Laut "untuk mengetahui
tingkat pencemaran dan cara menghitung kelimpahan sampah yang ada di Pantai
Cavery, Padang Sumatera Barat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara menghitung nilai kandungan bahan organic pada sedimen
serta dapat mempelajari bagaimana menghitung kelimpahan sampah laut.
I.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini ialah mahasiswa dapat menyadari
pentingnya menjaga laut dari pencemaran, dapat membedakan makroplastik
dan mikroplastik, dapat mengetahui jenis-jenis mikroplastik.

8
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Organik


Merkuri dapat digolongkan dalam unsur logam berat berbahaya. Penyebab
utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak
dapat dihancurkan (non-degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan
terakumulasi ke lingkungan. Di dalam air, logam berat dapat terikat dengan
senyawa lain sehingga membentuk molekul. Logam juga mengendap di dasar
perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik
secara absorbsi dan kombinasi.
Sumber pencemaran Merkuri
Kegiatan manusia juga merupakan suatu sumber utama pemasukan logam
ke dalam lingkungan perairan. Sumber pencemaran dan keracunan logam berat
dapat berasal dari berbagai jenis kegiatan, antara lain :
1. Kegiatan penambangan, sebagai contoh adalah keracunan yang disebabkan oleh
logam merkuri. Keracunan merkuri secara kronis banyak ditemukan pada pekerja
– pekerja pertambangan emas. Adapun keracunan kronis itu terjadi disebabkan
karena untuk memurnikan emas yang diperoleh dari penambangan (penggalian)
biasanya dengan menggunakan merkuri. Merkuri dalam hal ini digunakan untuk
menarik butiran – butiran emas dari batuan yang telah diproses. Limbah dan
buangan industri, beberapa logam dibuang ke dalam lingkungan perairan melalui
cairan limbah industri seperti Cu, Zn, Pb, dan Hg
2. Aliran pertanian, tanah-tanah pertanian kaya akan logam runutan dan sisa-sisa
hewan dan tumbuhan, pupuk fosfat, herbisida, dan fungisida tertentu. Endapan
yang mengandung logam, hilang dari daerah pertanian seabagai akibat dari erosi
tanah dan larut bersama aliran pertanian menuju ke sungai atau laut. Sampah
organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari
jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami.
Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/daun/ranting
dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap
harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat
penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk

9
hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di
lingkungan.
2.2 Sampah Laut
Sampah laut atau sering disebut dengan istilah marine debris merupakan
bahan padat persisten yang diproduksi atau diproses secara langsung atau tidak
langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam
lingkungan laut seperti barang-barang yang digunakan misalnya kaca atau botol
plastik, kaleng, tas, balon, karet, logam, fiberglass, puntung rokok, dan bahan-
bahan lainnya yang berakhir dilaut dan di sepanjang pantai (CSIRO, 2014).
Menurut undang-Undang Pengelolaan Sampah No 18 tahun 2008 menyatakan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat.Saat ini sampah jenis sampah laut sangat menarik untuk
diteliti karena dapat menimbulkan berbagai dampak seperti berkurangnya
keindahan wilayah pesisir dan wisata pantai dari segi estetika dengan adanya
timbunan sampah yang bau dan berserakan, menimbulkan berbagai macam
penyakit, mempengaruhi jejaring makanan,berkurangnya produktifitas ikan, serta
mempengaruhi metabolisme tanaman laut seperti lamun, mangrove dan lainnya
(Citasari et al., 2012).
Ciri-ciri dari sampah yaitu :
(1) merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas)
(2) merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya
(3) bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah
pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.
Berdasarkan penelitian Rochaman (2017) yang membandingkan 3 lokasi
untuk mengetahui sebaran sampah laut berdasarkan massa, jenis, dan ukuran pada
saat pasang dan surut, menemukan jenis sampah laut yang umum ditemukan
berupa sampah plastik, pakaian, kertas/kardus, styrofoam, karet, puntung rokok,
logam, sampah organik, tali, dan kaca yang ada di perairan makassar. Namun,
jenis sampah yang paling dominan di setiap lokasi adalah sampah plastik dan
ukuran sampah yang paling banyak ditemukan dari perbandingan kedua penelitian
tersebut adalah sampah plastik berukuran makro(Hardesty,2016)

10
Karakteristik sampah laut juga dibagi berdasarka ukuran dan lokasi
persebarannya seperti yang dikemukakan oleh CBD (2019) Ukuran sampah
dikasifikasikan menjadi 5 bagian, sebagai berikut :
1. Mega-debris yang merupakan ukuran sampah yang panjangnya berkisar >1 m
yang pada umumnya didapatkan di perairan lepas. Jenis sampah yang masuk
dalam kategori tersebut misalnya sampah jaring ikan, tali, pakaian dan lain-lain.
2. Macro-debris, sampah ini merupakan jenis sampah dengan ukuran yang masih
dapat dilihat secara visual sebab ukurannya yang masih berkisar >2,5 cm - <1 m.
Jenis sampah yang biasanya ditemukan pada ukuran tersebut seperti sampah
plastik (kantong plastik, gelas plastik, sarung tangan plastik dan lain sebagainya).
Sampah laut dengan ukuran ini dapat ditemukan di daerahpesisir baik di dasar
maupun permukaan perairan.
3. Meso-debris, ukuran sampah ini merupakan ukuran yang dapat dilihat dengan
bantuan alat pembesar sebab panjang dari jenis ini hanya berkisar 5 mm 6- 2,5
cm. Jenis sampah yang tergolong dalam ukuran ini ialah potongan-potongan
sampah plastik, puing-puing kaca, dan karet. Sampah ini pada umumnya terdapat
di permukaan perairan maupun tercampur dengan sedimen.
4. Micro-debris, merupakan jenis sampah yang ukurannya sangat kecil dengan
kisaran 1 µm - < 5,00 mm. Sampah ini terdapat di permukaan, kolom, maupun
dasar perairan. Bentuknya yang sangat kecil memungkinkan sampah ini dapat
dengan mudah terbawa oleh arus air. Selain itu, jenis ini merupakan jenis yang
berbahaya sebab dapat dengan mudah masuk ke organ tubuh organisme laut
seperti ikan dan kura-kura melalui sirkulasi air.
5. Nano-debris, merupakan jenis sampah yang ukurannya paling kecil
dibandingkan dengan jenis sampah lainnya berkisar <1 µm. Serupa dengan jenis
micro-debris sampah ini juga terdapat di permukaan, kolom, maupun dasar
perairan. Serta, sangat mudah masuk ke organ tubuh organ tubuh organisme laut.
Menurut Bunner (2014) setiap hari manusia menghasilkan sampah yang
jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Adapun jenis-jenis sampah terbagi menjadi:
1. Sampah organik atau sampah yang mudah busuk
Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah
yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara

11
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan
rumput/daun/ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari
sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses
biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime
(makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di
lingkungan.
2. Sampah non organik atau sampah yang tidak mudah busuk
Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah
busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari
sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari
proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan
logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam, dan
sebagian lainnya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah
sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam
yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi
akibat proses produksinya di dalam pabrik (Vermeiren, et al, 2016)
Berdasarkan laporan Organisasi Australia Limited (2016) yang membahas
masalah marine debris, dijelaskan bahwa sumber utama sampah berasal dari
kegiatan manusia di lingkungan darat dan laut. Temuan tersebut menjelaskan
bahwa 60 - 80 % sampah laut bersumber dari kegiatan yang terjadi di daratan
yang kemudian masuk ke lingkungan laut/perairan melalui aliran runoff,
sedangkan aktifitas yang dilakukan di laut seperti penangkapan ikan, jalur
perhubungan laut, serta wisata juga dapat menyumbangkan sampah.
Menurut Continental Shelf (2011) sumber-sumber sampah berasal dari
beberapa aktivitas antropogenik yaitu :
1. Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan
sebagainya, pakaian pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,
daun-daunan dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

12
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat-
tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini
berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik,
karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik,dan mudah
terbakar.
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari
kertas-kertas, kardus-kardus, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari industri
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal
dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami,
sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan
sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung
dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanah/cadas,
pasir, sisa-sisa pembakaran, dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan
sebagainya
Sampah-sampah di laut berasal dari berbagai macam sumber serta kegiatan
mausia dan akhirnya masuk ke lingkungan laut/perairan yang dapat menimbulkan
dampak cukup serius bagi organisme laut. Berikut dampak dari sampah laut
(marinedebris) pada ekologi, ekonomi, keselamatan dan kesehan manusia
(NOAA, 2015):

13
1. Dampak ekologis
Dampak tidak langsung akan terjadi pada ekologi laut, habitat ekologi laut
akan terkikis habis. Sampah laut dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu
karang yang akan menutupi karang sehingga cahaya sebagai suplai utama
petumbuhan karang akan berkurang.
2. Dampak ekonomi
Sampah laut memiliki dampak yang sangat besar di bidang ekonomi
khususnya pariwisata. Hal ini disebabkan banyaknya sampah di laut akan
memberikan pemandangan yang kurang baik dan menimbulkan bahaya kepada
pengunjung. Sampah laut dapat memberi dampak langsung, seperti ditutupnya
tempat wisata karena kurangnya pengunjung yang datang sehingga keuntungan
ekonomi juga akan berpengaruh. Selain itu, sampah laut yang menempel di badan
organisme seperti ikan, akan mengurangi nilai jual ikan komersil sehingga akan
berpengaruh terhadap perikanan dan merugikan nelayan.
Peran faktor oseanografi terhadap beberapa faktor fisik oseanografi yang
berperan dalam distribusi sampah di perairan, sehingga menimbulkan
terakumulasi nya sampah tersebut pada suatu tempat yaitu Arus, gelombang dan
pasang surut yang m erupakan parameter yang berpengaruh dalam fenomena ini.
1. Arah dan kecepatan arus
Arus laut (sea Current) adalah perpindahan massa air dari satu tempat
menuju tempat yang lain yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gradien
tekanan, hembusan angin perbedaan densitas, atau pasang surut (Dahuri., 2014).
Selanjutnya Putehena (2016) menjelaskan bahwa angin mendorong bergeraknya
air permukaan yang menghasilkan suatu gerakan horizontal yang lamban dan
mampu mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi jarak jauh
dilautan. Menurut Kaharudin (2018) berdasarkan kecepatan arusnya maka
perairan dapat dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s), cepat (0,5 -
1 m/s),sedang (0,25 - 0,5 m/s), lambat (0,01 - 0,25 m/s) dan sangat lambat (<
0,01m/s).
2. Gelombang
Gelombang adalah perpergerakan naik dan turunya air dan turunya air
dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/gravik

14
sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan
mentransfer energinya ke perairan. Faktor yang mempengaruhi karakteristik
gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu angin bertiup atau durasi
angin,kecepatan angin, dan fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah
pembangkit gelombang tanpa adanya hambatan). Semakin lama angin bertiup
semakin besar jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam pembangkit gelombang,
demikian halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah
pembangkit gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan energi (Jambeck, et
al, 2015). Gelombang yang terjadi dilaut secara dominan dibangkitkan oleh angin
dan biasa disebut dengan gelombang angin. Gelombang dapat menimbulkan
energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam
arah tegak lurus dan sepanjang pantai.
3. Pasang surut
Menurut Ani(2014), pasang surut timbul dari gaya tarik gravitasi bulan
dan matahari di bumi. Selain itu efek bulan lebih kuat, jarak rata-rata antara pusat
bumi dan bulan tidak berubah dengan waktu, daya gravitasi bulan dan bumi yang
tepat danseimbang menyebabkan gaya sentrifugal akibat rotasi bumi di sekitar
pusat massa dari sistem bumi yaitu bulan. Pasang surut adalah gerakan naik
turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan
matahari. Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat
dibagi menjadi empat jenis yakni pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian
ganda (semidiurnal tide), dan dua jenis campuran (Cauwenberghe ,2013).
Koelmans et al., (2016), mengemukakan bahwa puncak gelombang disebut
pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal
antara pasang tinggi dan pasang rendah pasang surut (tidal range).

15
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan untuk mata kuliah Pencemaran Laut dilaksanakan pada
hari Sabtu, 19 November 2022 di PPS Bungus dan Pantai Cavery. Dan praktikum
di laboratorium dilaksanakan pada hari Senin, 5 Desember 2022 di Laboratorium
Oseanografi Kimia Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau.
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan di Lapangan

No Alat dan Bahan Kegunaan


1. Termometer Untuk mengukur suhu perairan
2. Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas perairan
3. Sechi Disk Untuk mengukur kecerahan perairan
4. Sepatu boot Untuk safety
5. Sarung tangan Untuk safety
6. Alat tulis Untuk mencatat data
7. Tali Untuk membuat transek
8. Timbangan Untuk menimbang sampah yg terkumpul
9. Kantong Plastik Sebagai wadah untuk sampah yg terkumpul

Tabel 2. Alat dan Bahan di Laboratorium

No Alat dan Bahan Kegunaan


1. Timbangan analitik Untuk menimbang
2. Aluminium foil Sebagai wadah sampel
3. Oven Untuk membakar sampel
4. Sedimen Sebagai sampel
5. Gelas beaker Untuk wadah mengaduk sampel

16
6. NaCl Sebagai larutan untuk sampel
7. Mikroskop Untuk mengamati sampel

II.3 Metode Praktikum


Praktikum dilakukan dengan menganalisis parameter kualitas air secara
langsung di lapangan (insitu) dan sampel sedimen an pasir untuk analisis
kandungan bahan organik total dan mikroplastik diambil dari tiga lokasi yang
selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut.
II.4 Prosedur Praktikum
3.4.1 Prosedur Praktikum Pencemaran oleh Limbah Padat
Adapun prosedur praktikum yang di lakukan adalah sebagai berikut :
1) Pelaksanaan survey ini dilakukan pada saat surut terendah
2) Transek ditentukan dengan merentangkan tali sepanjang 100 meter sejajar
dengan garis pantai pada masing-masing kawasan
3) Sampling dilakukan dengan menentukan tiga kuadrat 10 x 10 meter dengan
jarak yang sama diantara kedua ujung tali tersebut pada batas pasang
tertinggi dan surut terendah
4) Limbah padat yang ditemukan dalam kuadrat tersebut diamati, dicatat
jenisnya dan ditimbang berdasarkan jenisnya
5) Masing-masing jenis limbah padat yang dijumpai ditentukan berapa
persentasenya
1.4.2 Prosedur Analisis Kandungan Bahan Organik Total pada Sedimen
Adapun prosedur praktikum yang di lakukan adalah sebagai berikut :
1) Pengambilan sampel sedimen dilaksanakan dengan menggunakan grab dan
sekop plastik pada saat air surut
2) Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
diberi tanda dan selanjutnya dimasukkan ke dalam ice box dan dibawa ke
laboratorium
3) Setelah di laboratorium, buatlah cawan. Kemudian cawan penguap kosong
dimasukan kedalam oven dengan suhu 105°C selama 15-20 menit, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang.

17
4) Sampel sedimen yang telah diaduk rata dimasukkan kedalam cawan sebanyak
50g.
5) Selanjutnya dimasukkan kedalam oven pada suhu 105°C sampai sedimen
benar-benar kering, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30-60
menit dan kemudian ditimbang.
6) Sampel dalam cawan dibakar dengan furnes pada suhu 550°C selama 15-30
menit, kemudian didinginkan dengan desikator selama 30-60 menit dan
ditimbang dengan timbangan analitik. Lalu masukkan ke rumus Bahan
Organik Total.
1.4.3 Prosedur Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sedimen
Adapun prosedur praktikum yang di lakukan adalah sebagai berikut :
1) Pengambilan sampel sedimen dilaksanakan dengan menggunakan grab dan
sekop plastik pada saat air surut
2) Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
diberi tanda dan selanjutnya dimasukkan ke dalam ice box dan dibawa ke
laboratorium
3) Setelah di laboratorium, kemudian lakukan pemisahan partikel mikroplastik
(0.045-5 mm) dari sedimen dengan beberapa tahap yaitu (a) pengeringan, (b)
pengurangan volume, (c) pemisahan densitas, (d) pemilahan secara visual
4) Sampel pasir dari setiap stasiun pengamatan kemudian ditimbang sebanyak
masing-masing 100 gram
5) Selanjutnya sampel pasir dikeringkan dalam oven pada suhu 80ºC sampai
kadar airnya hilang (berat pasir tetap).
6) Penimbangan dilakukan setiap 24 jam
7) Pasir kering selanjutnya ditimbang sebanyak 50 gram, disuspensikan dengan
NaCl pekat sampai 150 ml, diaduk dan didiamkan hingga pasir mengendap
dan suspensi berwarna jernih
8) Sebanyak 1 ml di lapisan atas suspense diteteskan ke dalam ruang hitung
Sedgewick Rafter Counting Cell. Partikel mikroplastik dipilah secara visual
menggunakan mikroskop Olympus CX 21 dan dikelompokkan ke dalam
empat jenis, yaitu film, fiber, fragmen, dan pelet.

18
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum


Kondisi umum di sekitar PPS Bungus ialah mendung cerah dan cerah
berawan, kondisi air sedikit keruh. Sedangkan di pantai Cavery ditemukan cukup
banyak sampah plastik dan air pantainya cukup jernih. Cuaca di stasiun mendung
dan cerah serta berawan.
4.2 Parameter Kualitas Air
Tabel 3. PKA

Kecepatan
No Stasiun Suhu Salinitas Kecerahan
Arus
1. 1 30°C 7 ppt 2,55 m 0,03 m/s
2. 2 30°C 10 ppt 1,55 m 0,03 m/s

Kualitas perairan yang didapatkan setelah dilaksanakan praktikum dengan


pngukuran suhu, kecepatan arus dan salinitas yaitu, kondisi perairan saat
dilakukannya perhitungan suhu relatif sama di semua stasiun yaitu 30°C. Untuk
pengukuran kecepatan arus didapatkan kecepatan arus pada perairan pantai sako
adalah berkisar antara 0,03 m/s, sedangkan untuk pengukuran kadar salinitas pada
perairan didapatkan kadar salinitasnya berkisar antara 7 - 10 ppt.
4.3 Analisis Kandungan Bahan Organik Total
Tabel 4. Nilai Kandungan BOT
Stasiun 1 Stasiun 2
BOT (%) Lumpur Pasir
38,24% 16,38%

Dilihat pada tabel 4, nilai kandungan bahan organik tertinggi terletak pada
lumpur, dengan nilai 38,24%. Hal ini diduga karena stasiun pengamatan berada di
sekitar pantai, dimana kecepatan arus pantai cenderung lemah, dan keadaan

19
perairan lebih tenang. Perairan lebih tenang cenderung memiliki sedimentasi yang
tinggi. Selain itu, lumpur mengandung banyak zat organik. Dikarenakan lumpur
cepat menyerap zat-zat organik yang terkandung dalam air laut. Selain itu, karena
arus laut yang cukup lemah. Memungkinkan lumpur untuk menyerap zat organik
lebih banyak, sehingga kandung bahan organiknya lebih tinggi daripada pasir.
Sedangkan bahan organik pada pasir dalam jumlah sedikit, dikarenakan
tekstur pasir yang berongga sehingga menyulitkan pasir untuk menyerap bahan
organik.
4.4 Analisis Kelimpahan Sampah Laut
Tabel 5. Nilai Kelimpahan Sampah Laut Jenis Organik
Sampah Organik Kelimpahan (unit/gr) Massa (gr/m²)
Kayu 0,2 23
Sargassum sp 0,11 21
Daun 0,5 8

Dilihat pada tabel 5 di atas, kayu mempunyai nilai kelimpahan yang paling
tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah kayu yang ditemukan di transek cukup banyak.
Kayu-kayu ini dibawa oleh air laut saat pasang. Banyaknya kayu yang dibawa
oleh air laut diduga karena dekat dengan pemukiman penduduk yang mungkin
saja membuang sampah termasuk kayu ke dalam air laut, sehingga oleh air laut
dibawalah sampai ke pesisir pantai. Selain itu, kayu juga memiliki nilai massa
yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan kayu yang ditemukan pada saat praktikum
berukuran besar dan juga beratnya yang cukup berat.
Tabel 6. Nilai Kelimpahan Sampah Laut Jenis Anorganik
Sampah Anorganik Kelimpahan (unit/gr) Massa (gr/m²)
Plastik 0,64 8,8
Kaca 0,08 0,9
Karet 0,14 0,5
Sterofoam 0,03 9

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa sampah plastik yang paling tinggi
kelimpahannya. Ini sudah tentu dibawa oleh air laut dan juga pengunjung pantai

20
yang membuang sampah sembrangan. Pada saat pengamatan, cukup banyak
ditemukan sampah plastik, baik di pesisir pantai maupun bawaan dari air pasang.
Sampah-sampah yang terbawa oleh air laut ini diduga bersumber dari pemukiman
penduduk yang tidak jauh dari pantai tersebut. Aktivitas antropogenik sekitar
pantai memungkinkan sampah plastik dan yang lainnya bersumber dari sana.
Tabel 7. Nilai Kelimpahan Sampah Laut Jenis Mikroplastik
Kelimpahan
Mikroplastik Bentuk melalui Mikroskop
(unit/gr)

Fiber/filamen 0,01

Gambar 1. Fiber/filamen

Angular 1,83

Gambar 2. Angular

Mikrofragmen 0,02

Gambar 3. Mikrofragmen

21
Fragmen multiwarna 0,08

Gambar 4. Fragmen multiwarna

Dilihat dari tabel di atas, jenis sampah mikroplastik yang paling banyak
ditemukan di sedimen tersebut ialah jenis angular. Mikroplastik ini diduga
disebabkan oleh sampah-sampah plastik yang terbawa arus laut yang sumbernya
berasal dari pemukiman penduduk.

22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa bahan organic pada lumpur
lebih tinggi daripada pasir, karena kemampuan lumpur menahan zat organik
tersebut lebih tinggi dikarenakan partikel-partikelnya yang lebih rapat
dibandingkan dengan pasir yang lebih berongga sehingga bahan organik tersebut
lolos dan tidak tertahan di partikel-partikel tersebut. Selain itu, ditemukan cukup
banyak sampah plastik di pantai Cavery. Hal ini diduga karena dekat dengan
pemukiman warga sehingga sampah plastik dibawa oleh arus laut dan juga
dikarenakan pantai ini merupakan tempat wisata, sehingga pengunjung membuang
sampah plastik sembarangan di area pantai.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum yang selanjutnya ialah agar praktikan sebaiknya
memahami dan mengikuti betul-betul prosedur yang telah diberikan agar tidak
terjadi lagi kerancuan data pada praktikum ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Australia Limited. 2016. Marine Debris. www.Cleanup.org


Ani, Sopiani. 2014. Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan. Bandung :
Mitra Edukasi Indonesia
Brunner, K. 2014. Effect of Wind and Wave-Driven Mixing on Subsurface Plastic
Marine Debris Concentration. Thesis. University of Delaware.
Cauwenberghe, L., V., Claessens, M., Vandegehuchle, M., B., Mees, J., and
Janssen, C., R. 2013. Assessment of Marine Debris On The Belgian
Continental Shelf. Marine Pollution Blletin. 73:161-169. Cauwenberghe, L., V.
and Janssen, C. R. 2014. Microplastics In Bivalves Cultured For Human
Consumption. Environmental Pollution, 193, 65–70.
CBD. Convention on Biological Diversity. 2012. Impacts of Marine Debris On
Biodiversity. Currents Status and Potential Pollution. CBD Technical
Series No.67.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, S.P, dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradya
Paramita
Hardesty, D. Britta and Crhis Wilcox. 2016. Marine Debris: Biodiversity Impacts
and Potential Solutions. http://theconservation.com/
Jambeck R., J., Roland G., Chris W., Theodore R., S., Miriam P., Anthony A.,
Ramani N. and Kara L. 2015. Plastic Was Inputs From Land Into The
Ocean. Journal. Science.
Kadarudin, “State Commitment to Fight Sea Pollution by Plastic Waste in UN
Convention on Climate Change,” The Juris. Vol.II no.1 (2018) 3
Koelmans A. A., Aldi B., G. Allen B and Colin R. Jansen. 2016. Microplastic as a
Vector For Chemicals In The Aquatic Environment: Critical Review and
Model-Supported Reinterpretation of Emprical Studies. Unpublished
Journal Review. Enviromental Science & Technology. DOI:
10.1021/acs.est.5b06069. NOAA. 2015. Turning The Tide On Trash. A
Learning Guide On Marine Debris. NOAA PIFSC CRED.
Putuhena S. Hugo. 2016. Metode Survey Oseanografi ; Pengukuran Gelombang
Laut. https://www.scribd.com/.
Rochman, M., C., A. Tahir, Susan L., Williams., Dolores V., Baxa., Rosalyn L.,
Jeffrey T., M., Foo Ching T., S.Werorilangi and Swee J., Teh. 2015.
Anthropogenic Debris in Seafood: Plastic Debris and Fibers From Textiles
in Fish and Bivalves Sold For Human Consumption. Journal. Nature.

24
Vermeiren P., Cynthia C., M., and Kou I. 2016. Sources and Sinks of Plastic
Debris In Estuaries: A Conceptual Model Integrating Biologycal, Physical
And Chemical Distribution Mechanisms. Journal. Elsevier

25
LAMPIRAN

26
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Nilai Kandungan BOT dan Nilai Kelimpahan
Sampah Laut
Parameter Perhitungan
( Wt−C ) −(Wa−C)
a. Bahan Organik Total = x 100%
(Wt−C )
Keterangan :
Wt : Berat total (crucible+sampel) sebelum dibakar (furnance)
Wa : Berat total (crucible+sampel) setelah dibakar (furnance)
C : Berat crucible/cawan kosong
¿
b. Kelimpahan (unit/g) = 2
luas petak(m )
Keterangan :
Ni : Jumlah sampah per unit
Berat (gr )
c. Massa = 2
luas petak(m )

Analisis Nilai Kandungan Bahan Organik Total

a) BOT Lumpur
( Wt−C ) −(Wa−C)
= x 100%
(Wt−C )
( 50−1,78 ) −(31,56−1,78)
= x 100%
(33,13−1,78)
= 38,24%
b) BOT Pasir
(50−1,42 )−(42,04−1,42)
¿ x 100%
(44,10−1,42)
= 16,38%
Analisis Nilai Kelimpahan Sampah Laut
a. Organik
1) Kayu
¿ 20
Kelimpahan = = = 0,2 unit/gr
luas petak (m2) 100 m²
Berat (gr ) 2300
Massa = 2 = = 23 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2

27
2) Sargassum
¿ 11
Kelimpahan = = = 0,11 unit/gr
luas petak(m2) 100 m²
Berat (gr ) 2100
Massa = 2 = = 21 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
3) Daun
¿ 50
Kelimpahan = 2 = = 0,5 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²
Berat (gr ) 800
Massa = 2 = = 8 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
b. Anorganik
1) Plastik
¿ 64
Kelimpahan = 2 = = 0,64 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²
Berat (gr ) 880
Massa = 2 = = 8,8 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
2) Kaca
¿ 8
Kelimpahan = = = 0,08 unit/gr
luas petak(m2) 100 m²
Berat (gr ) 90
Massa = 2 = = 0,9 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
3) Karet
¿ 14
Kelimpahan = 2 = = 0,14 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²
Berat (gr ) 50
Massa = 2 = = 0,5 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
4) Sterofoam
¿ 3
Kelimpahan = 2 = = 0,03 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²
Berat (gr ) 900
Massa = 2 = = 9 gr/m²
luas petak (m ) 100 m2
c. Mikroplastik
1) Fiber/filamen
¿ 1
Kelimpahan = 2 = = 0,01 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²

28
2) Angular
¿ 183
Kelimpahan = 2 = = 1,83 unit/gr
luas petak(m ) 100 m²
3) Mikrofragmen
¿ 2
Kelimpahan = = = 0,02 unit/gr
luas petak(m2) 100 m²
4) Fragmen multiwarna
¿ 8
Kelimpahan = = = 0,08 unit/gr
luas petak(m2) 100 m²

Lampiran 2. Kegiatan di Lapangan

Pengumpulan Sampah Pengambilan Sedimen Pengukuran Salinitas

Pengukuran Suhu

29
Lampiran 3. Kegiatan di Laboratorium

Pemasukan ke Oven Pengamatan dengan Mikroskop Pengidentifikasian

30

Anda mungkin juga menyukai