Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EKOSISTEM PADANG LAMUN

OLEH

KELOMPOK 2

Siti Israwati (19061009)

Yusril Mahendra (19061006)

Rini Rahayu Danda (19061008)

Aprianto (19061007)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu

dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca

yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki

makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah

dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Luwuk, 19 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Teks Halaman

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3. Tujuan...................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Padang Lamun....................................................................... 3

2.2. Ciri-ciri Padang Lamun........................................................................... 4

2.3. Jenis-jenis Padang Lamun....................................................................... 4

2.4. Fungsi Padang Lamun............................................................................. 13

2.5. Zonasi...................................................................................................... 14

2.6. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi....................................................... 15

2.7. Interaksi Pada Ekosistem Padang Lamun............................................... 17

iii
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan............................................................................................. 21

3.2. Saran........................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita ketahui bahwa 2/3 bumi ini terdiri dari lautan, yang di dalamnya

memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang beragam, baik flora maupun fauna

nya sebagai biota laut.

Pada beberapa tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin

meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan

pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik

sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun

kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan

tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.

Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan

adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di

daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di

seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.

Mengingat pentingnya ekosistem lamun dalam suatu ekosistem laut, maka

pada makalah ini, akan membahas tentang ekosistem lamun yang ada agar

pengetahuan kita tentang suatu ekosistem di lautan bertambah dan semakin meluas.

1
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini ialah :

1. Apakah pengertian dari ekosistem lamun?

2. Apakah ciri-ciri dari ekosistem lamun?

3. Apa sajakah fungsi dari ekosistem lamun?

4. Interaksi apakah yang terjadi dalam ekosistem lamun?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang terdapat pada makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari ekosistem lamun.

2. Mengetahui ciri-ciri ekosistem lamun.

3. Mengetahui fungsi dari ekosistem lamun.

4. Dan untuk mengetahui interaksi apa saja yang terjadi pada ekosistem lamun.

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Padang Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji

satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat

berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia

kecuali di daerah kutub.

Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang

hidup di padang lamun ada yang sebagai penghuni tetap dan ada pula yang bersifat

sebagai pengunjung. Ada hewan yang datang untuk memijah seperti ikan dan ada

pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan

penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia

hemprichii.

Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan

sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang

tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya maupun epifit atau

detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan

pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif

sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun

juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk

algae, epifit, mikroflora dan fauna (Husni, 2003).

3
2.2. Ciri – Ciri Padang Lamun/ Ekosistem Lamun

Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda

dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara

lain adalah :

1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.

2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu

karang.

3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung.

4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.

5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya

terbenam air termasuk daur generatif.

6. Mampu hidup di media air asin.

7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.

(Azkab, 1988).

2.3. Jenis-Jenis Padang Lamun

1. Cymodocea rotundata (Lamun Ujung Bulat)

4
Spesies Cymodoceae rotundata atau dikenal sebagai lamun ujung bulat (round

tipped seagrass) tumbuh di substrat pasir, kadang pecahan karang dan sedikit

berlumpur. Lamun ini mempunyai daun berukuran panjang 7- 20 cm dan lebar 2-4

mm, mempunyai 7-15 tulang daun dan 2-7 helai daun perpangkal. Ujung daun halus

membulat dan tumpul (Kordi, 2011).

Gambar 1. Cymodocea rotundata

2. Cymodocea serrulata (Lamun Bergigi)

Sama halnya dengan Cymodoceae rotundata bentuk daunnya melengkung

menyerupai selempang bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.

Panjang dan lebarnya juga hampir sama berkisar 5-15 m dan 2-4 mm. Yang

membedakannya dengan ujung daun dari Cymodocea serrulata. Cymodocea

serrulata tumbuh hanya di daerah yang berbatasan dengan mangrove di substrat

pasir, kadang pecahan karang dan sedikit berlumpur.

5
Gambar 2. Cymodocea serrulata

3. Enhalus acoroides (Lamun Tropika)

Secara morfologi jenis lamun Enhalus acoroides akan tumbuhan tropis yang

mempunyai akar kuat dan diselimuti oleh benang-benang hitam yang kaku.

Rhizomanya tertanam di dalam substrat. Pada akarnya terdapat rambut bisus. Daun-

daunnya sebanyak 2 atau 4 helai yang ujungnya membulat. Panjang daun lebih dari

1 m dan lebar 1,5 cm. Buah berbentuk bulat telur berukuran 4-7 cm. Lamun tropis

tumbuh di perairan dangkal dengan substrat pasir berlumpur. Lamun ini tumbuh

subur di daerah yang terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasang surut dan di

batas atas mintakat bawah litoral.

Gambar 3. Enhalus acoroides

4. Halodule pinifolia (Lamun Serabut Var. Daun Sempit)

6
Halodule pinifolia Panjang daun 5 sampai 20 cm, lebar 0,8 sampai 1,5 mm, dan

mempunyai sejumlah sel tanin kecil. Urat bagian tengah daun jelas, tetapi urat

antara bagian tepi tidak jelas. Panjang seludang daun 1 sampai 4 cm. Rimpang

merambat (diameter 1 sampai 1,5 mm), dengan batang pendek pada setiap ruas.

Pada bagian tengah daun terdapat celah berbentuk huruf V (Coremap, 2007).

Halodule pinifolia Tumbuh pada substrat pasir berlumpur atau pasir dengan

pecahan karang mulai pada pasang tertinggi ke daerah pasang tengah, kadang -

kadang bercampur dengan jenis lamun lain (Coremap, 2007).

Gambar 4. Halodule pinifolia

5. Halodule uninervis (Lamun Serabut Var. Daun Lebar)

H. uninervis adalah lamun yang tumbuh di substrat pasir atau pasir dengan

koral dari daerah pasang tinggi sampai pasang rendah, kadang - kadang bercampur

dengan jenis lamun lain (Coremap, 2007).

Panjang helai daun untuk jenis Halodule uninervis yaitu 15 cm, tapi biasanya

jauh lebih pendek. Lebar daun berkisar 0,05-0,5 cm dan memiliki bentuk linier dan

7
datar. Batangnya pendek, tegak dan vertikal, sedangkan rimpangnya kecil (El

Shafai, 2011).

Gambar 5. Halodule uninervis

6. Halophila ovalis (Lamun Senduk)

Halophila ovalis tumbuh di substrat lumpur, pasir-lumpuran sampai pecahan karang mulai

dari atas pasang tinggi sampai di bawah surut rendah, kadang-kadang bercampur dengan

jenis lamun lain (Coremap, 2007).

Helai daun bulat telur dan bergaris (panjang 1 sampai 2,5 cm, lebar 3 sampai 10 mm),

dengan tulang daun yang jelas dan 1 sampai 20 pasang daun yang sebelah-menyebelah

memotong urat daun. Panjang tangkai daun 1 sampai 4 cm. Rimpang menjalar dan bulat

(diameter 1 sampai 2 mm) (Coremap, 2007).

8
Gambar 6. Halophila ovalis

7. Halophila minor (Lamun Senduk Kecil)

Lamun jenis ini serta helaian daunnya sangat mirip dengan Halophila ovalis

tetapi lebih kecil (panjang 0,7 sampai 1,4 cm) dan jumlah urat daun juga lebih

sedikit (3 sampai 8 pasang). Rimpang tipis dan mudah patah. Lamun jenis Halophila

minor lebih sering dijumpai hidup berdampingan dengan vegetasi lamun yang tidak

menutup penuh permukaan sedimen (Coremap, 2007).

Gambar 7. Halophila minor

8. Halophila decipiens (Lamun Senduk Tak Berurat)

Lamun jenis Halophila decipiens tumbuh pada substrat berlumpur (Bengen,

2004 dalam Dahuri 2003 dalam Amran 2007). Bentuk daunnya bulat-panjang dan

9
menyerupai pisau wali. Sama halnya dengan Halophila minor. Pinggiran daun

seperti gergaji, daun membujur seperti garis dengan panjang 50 sampai 200 mm

(Nur, 2011).

Gambar 8. Halophila decipiens

9. Halophila spinulosa (Lamun Senduk)

Lamun jenis Halophila spinulosa tumbuh pada rataan terumbu karang yang

rusak (Bengen, 2004 dalam Dahuri 2003 dalam Amran 2007). Bentuk daunnya

bulat-panjang menyerupai pisau wali, memiliki 4 sampai 7 pasang tulang daun.

Daun dapat berpasangan sampai 22 pasang, serta memiliki tangkai yang panjang

(Nur, 2011).

Gambar 9. Halophila spinulosa

10
10. Syringodium isoetifolium (Lamun Alat Suntik)

Syringodium isoetifolium Tumbuh padat di substrat pasir atau pasir dengan

pecahan karang di daerah bawah surut rendah bercampur dengan jenis lamun lain,

tetapi kadang - kadang ditemukan tumbuh sendiri. Tanaman dengan batang pendek,

ada 1 sampai 3 daun bulat pada setiap ruas (panjang 7 sampai 20 atau 30 cm,

diameter 2 sampai 3 mm). Helai daun menyempit di bagian dasar, nampak

pembuluh tengah pada potongan melintang. Rimpang bulat dan menjalar dengan

cabang yang tidak teratur (diameter 2 sampai 3 mm) (Coremap, 2007).

Gambar 10. Syringodium isoetifolium

11. Thalassia hemprichii (Lamun Dugong)

Thalassia hemprichii tumbuh di substrat pasir-lumpuran sampai pecahan karang

dari daerah atas pasang tinggi sampai ke surut rendah, kadang-kadang muncul di

atas permukaan air selama surut rendah (Coremap, 2007).

11
Helai daun membujur sampai sedikit lebar (pita) dengan beberapa garis coklat,

ujung daun membulat (panjang 5 sampai 20 cm, lebar 4 sampai 10 mm) bergaris

pinggir seluruhnya, ujung daun tumpul. Seludang daun keras, panjang 3 sampai 7

cm. Rimpang menjalar, diameter 3 sampai 5 mm, panjang antar ruas 4 sampai 7 mm

(Coremap, 2007).

Gambar 11. Thalassia hemprichii

12. Thalassodendron ciliatum (Lamun Kayu)

Lamun jenis Thalassodendron ciliatum dijumpai pada dasar perairan yang

cekung dan berdekatan dengan daerah tubir terumbu karang. Rimpang mempunyai

ruas-ruas dengan panjang 1,5 sampai 3,0 cm. Tegakan batang mencapai 10 sampai

65 cm. Daun-daunnya berbentuk seperti pita. Akar dan rimpangnya sangat kuat

sehingga sangat cocok untuk hidup pada berbagai tipe sedimen termasuk di sekitar

bongkahan batuan karang (Coremap, 2007).

12
Gambar 12. Thalassodendron ciliatum

2.4. Fungsi Padang Lamun

Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan

dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, peranan tersebut sebagai berikut :

1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem

terumbu karang.

2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel

berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass

beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai

jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi dkk, 1977).

3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang

disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang.

13
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen,

sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun

disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi.

4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran

berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-

zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit (Saleh, 2003).

2.5. Zonasi

Zonasi lamun secara vertikal sebagai berikut:

1. Zona intertidal, dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila

ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia.

2. Zona intertidal bawah, didominasi oleh Thalassodendron ciliatum. 

Komunitas lamun biasanya ada dalam area yang luas dan rapat.

Secara umum komunitas lamun dibagi menjadi 3 asosiasi spesies sehingga membentuk

suatu zonasi lamun yaitu:

 Padang lamun monospesifik (monospesifik seagrass beds). Hanya terdiri dari 1

spesies saja. Akan tetapi keberadaannya hanya bersifat temporal dan biasanya terjadi

pada phase pertengahan sebelum menjadi komunitas yang stabil (padang lamun

campuran).

14
 Asosiasi 2 atau 3 spesies. Ini merupakan komunitas lamun terdiri dari 2 sampai 3

spesies saja. Dan lebih sering dijumpai dibandingkan padang lamun monospesifik.

 Padang lamun campuran (mixed seagrass beds). Padang lamun campuran umumnya

terdiri dari sedikitnya 4 dari 7 spesies berikut: Cymodocea rotundata, Cymodocea

serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium

isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi padang lamun campuran ini, dalam

kerangka struktur komunitasnya, selalu terdapat asosiasi spesies Enhalus acoroides

dengan Thalassia hemprichii (sebagai spesies lamun yang dominan), dengan

kemelimpahan lebih dibanding spesies lamun yang lain (Bengen, 2001).

2.6. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi

Temperatur, substrat, intensitas cahaya, kecepatan arus, salinitas dan kandungan

oksigen terlarut merupakan faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan

penyebaran lamun.

1. Temperatur

Lamun akan berfotosintesis secara maksimal pada kisaran suhu 28°-30°C. Semakin jauh

suhu perairan dari suhu optimal ini, semakin berkurang kemampuan lamun untuk

berfotosintesis.

2. Salinitas

15
Tiap-tiap jenis lamun mempunyai kisaran salinitas berbeda-beda. Namun secara umum,

lamun membutuhkan salintias sebesar 10-40 o/oo. Sedangkan rusaknya padang lamun saat

ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya salinitas karena berkurangnya suplai air

tawar dari sungai.

3. Intensitas cahaya

Lamun memerlukan cahaya untuk berfotosintesis, sehingga semakin sedikit cahaya,

semakin kurang berkembang lamunnya.

4. Arus

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat

kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan

maksimal untuk tumbuh.

5. Kandungan Oksigen (DO)

Suhu, salinitas, dan turbulensi air mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Kadar

oksigen terlarut berkurang dengan meningkatnya suhu, ketinggian, altitude dan

berkurangnya tekanan atmosfer.

Selain itu kandungan oksigen terlarut juga mempengaruhi keanekaragaman hayati suatu

ekosistem perairan seperi padang lamun. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan

perikanan sebaiknya memilih kadar oksigen tidak kurang dari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut

kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua

organisme akuatik. 

16
Sumber oksigen terlarut biasanya berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer

sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air termasuk dan fitoplankton.

6. Substrat

Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan

rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik

dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan

rimpangnya. 

Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan

kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan

menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil, sebaliknya semakin tebal substrat, lamun

akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan

sedimen semakin tinggi. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup

dua hal,yaitu : 1) pelindung tanaman dari arus laut. 2) tempat pengolahan dan pemasok

nutrien.

Padang lamun hidup diberbagai tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar

yang terdiri dari 40% endapan lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996). Semua tipe

substrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi

lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik

tipe substratnya padang lamun yang tumbuh di perairan Indonesia dapat dikelompokkan

menjai 6 kategori, yaitu : 1) Lumpur, 2) Lumpur pasiran, 3) Pasir, 4) Pasir lumpuran, 5)

17
Puing karang dan 6) Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran

partikelnya dengan menggunakan Segitiga Milla (Fahruddin,2002).

2.7. Interaksi Pada Ekositem Lamun

Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal

dengan seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan

manate tapi juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisme kecil

seperti udang dan ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering

mengunjungi padang lamun untuk mencari makan.  Lantas mengapa padang lamun

bisa menjadi tempat yang cocok bagi umumnya hewan kecil? Kondisi lamun yang

menyerupai padang rumput di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis

yang sangat potensial berupa perlindungan bagi invertebrata dan ikan kecil.  Daun-

daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat meredam gerak arus,

gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang lamun merupakan

kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di

samping terumbu karang.  Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi

kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil

seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. 

Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang

dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-

18
hewan kecil tadi.  Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada

permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa

jenis ikan-ikan kecil.  Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-

hewan kecil tadi dari serangan predator. Sangat khas memang pola kehidupan

hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi

besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting.  Ini adalah sebagian

kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar perairan pantai

Indonesia. 

Sebagaimana terumbu karang, padang lamun menjadi menarik karena

wilayahnya sering menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan fauna akuatik lain

dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Di padang lamun juga hidup alga (rumput

laut), kerang-kerangan (moluska), beragam jenis ekinodermata (teripang-

teripangan), udang, dan berbagai jenis ikan

Ikan-ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada jenis ikan yang sepanjang

hayatnya tinggal di padang lamun, termasuk untuk berpijah (berkembang biak).

Beberapa jenis lain memilih tinggal sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa,

kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. Ada juga yang hanya tinggal selama

juvenil. Sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. Suatu penelitian menunjukkan,

jumlah ikan bernilai ekonomis penting yang ditemukan di kawasan padang lamun

19
relatif kecil. Itu berarti bahwa padang lamun lebih merupakan daerah perbesaran

bagi ikan-ikan tersebut.

Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan

duyung atau dugong (Dugong dugong) adalah dua hewan ‘pencinta berat’ padang

lamun. Boleh dikatakan, dua hewan ini amat bergantung pada lamun. Hal ini tak

lain karena tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan

dugong. Penyu hijau biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, Thalassia, dan

Halophila. Sedangkan dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila.

Dugong mengkonsumsi lamun terutama bagian daun dan akar rimpangnya

(rhizoma) karena dua bagian ini memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi.

Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang

lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah

Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makan di padang

lamun ini (Bengen, 2001).

20
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu

(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat

berbeda dengan rumput laut (algae).

2. Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut.

3. Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai

perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan

juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus.

4. Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda

dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang.

21
5. Temperatur, substrat, intensitas cahaya, kecepatan arus, salinitas dan kandungan

oksigen terlarut merupakan faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan

dan penyebaran lamun.

6. Peranan ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat

biota, sebagai penangkap sedimen dan sebagai pendaur zat hara.

3.2. Saran

Mengingat makalah yang dibuat ini merupakan gambaran secara umum

mengenai lamun, maka diharapkan untuk mahasiswa selanjutnya yang akan

mengambil mata kuliah biologi laut ini sebaiknya membuat dan membahas lebih

khusus lagi tentang jenis-jenis lamun.

Dan juga sebagai masyarakat yang baik kita sebaiknya menjaga laut karena

ekosistem yang ada di dalamnya sangat mempunyai keanekaragaman hayati yang

banyak.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H. 1988. Pertumbuhan dan Produksi Lamun, Enhalus acoroides di rataan

Terumbu di Pari Pulau Seribu. Jakarta : Balai Penelitian Biologi Laut Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Institut Pertanian

Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Ekosistem Padang

Lamun. Institut Pertanian Bogor : Program Pasca Serjana.

Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds, pp. 147-193. In P.

McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass ecosystem. A scientific perspective.

Mar.Sci.Vol 4. New York : Marcel Dekker Inc.

Husni. 2003. Ekosistem Lamun Produsen Organik Tinggi. Pusat Penelitian Oseanografi :

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Saleh, M. 2003. Analisis Konsentrasi Fosfat pada Akar, Batang dan Daun (Enhalus

acoroides dan Thalassia hemprichii) pada Daerah Puntondo Kabupaten Takalar.

Makassar : Universitas Hasanuddin.

24

Anda mungkin juga menyukai