Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EKOSISTEM WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU KECIL


“Padang Lamun”

Dosen Pengampu:
Herlan Hidayat, S.Pi.,M.Sc.

Oleh :
Susilo Nugroho
M1B121014

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah SWT berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji Allah SWT. atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Padang Lamun” dengan lancar.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
umumnya khususnya saya sendiri, saya menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya menerima saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan. Terakhir, saya ingin mengucapkan
terima kasih.

Kendari, 03 April 2022

Susilo Nugroho

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Padang Lamun............................................................................ 3

B. Karakteristik Ekosistem Lamun ................................................................... 4

C. Fungsi Padang Lamun .................................................................................. 8

D. Ancaman Ekosistem Padang Lamun .......................................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16

B. Saran ........................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, ekosistem lamun telah diakui sebagai
salah satu ekosistem yang paling melimpah dan produktif dibandingkan
dengan produktivitas produk pertanian tropis (McRoy 1973; Phillips 1974;
Zieman 1975; Thayer 1975). Dengan produksi primer yang tinggi tersebut,
dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi lamun adalah menjaga atau
mempertahankan produktivitas dan stabilitas ekosistem pesisir pantai dan
muara. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa lamun merupakan elemen
utama dalam proses siklus yang kompleks, mempertahankan produktivitas
yang tinggi di daerah muara dan pesisir.
Peranan lamun dalam siklus tersebut telah disarikan dan disimpulkanoleh
Wood et al . (1969) sebagai berikut:(a) Lamun memiliki produktivitas yang
tinggi dan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Nilai output 500-
1000gC/m2/tahun adalah area dengan hasil tinggi, yang bahkan bisa lebih dari
dua kali lipat. (b) Daun lamun menyumbang banyak epifit. Ini biasanya
merupakan biomassa epifit yang sama dengan biomassa daun lamun. (c)
Beberapa organisme memakan langsung daun lamun. Beberapa organisme ini
memakan langsung epifit, tetapi biasanya daunnya kering/mati dan biasanya
dikonsumsi sebagai detritus, (d). Banyak material serasah disimpan dalam
sedimen, termasuk material akar yang membantu menjaga aktivitas siklus
belerang, (e). Dedaunan yang lebat memperlambat aliran sedimen di dekatnya,
menyebabkan terjadinya presipitasi. (F). Sistem akar dan rimpang akan
mengikat sedimen dan mencegah erosi dengan bantuan daun.
Produksi primer di padang lamun sangat kompleks dan menimbulkan
masalah yang unik dalam mengukur produktivitas di laut. Semua komponen
produktivitas total harus diukur secara keseluruhan untuk menghitung
kekuatan produktif dalam sistem. Komponen tersebut antara lain alga bentik,
alga epifit, fitoplankton, dan lamun. Selanjutnya, masalah utama dalam

1
menentukan akurasi produksi lamun akan melibatkan penyimpanan gas
metabolisme di kolom air kosong. Hartman & Brown (1967) menunjukkan
bahwa tumbuhan laut berbunga (angiospermae) mengakumulasi O2 dan CO2
yang dihasilkan secara metabolik dan kemudian menggunakan kembali gas-
gas ini secara internal. Oleh karena itu, pengukuran produktivitas sebagai
fungsi dari perubahan oksigen terlarut tidak terlalu akurat karena tidak ada
hubungan langsung antara perubahan O2 dan CO2 dalam media dan hasil
tanaman.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini ialah :
1. Apakah pengertian dari ekosistem lamun?
2. Apakah ciri-ciri dari ekosistem lamun?
3. Apa sajakah fungsi dari ekosistem lamun?
4. Apa saja ancaman yang terjadi dalam ekosistem lamun?

C. Tujuan
Tujuan dari artikel ini adalah:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan ekosistem lamun.
2. Memahami karakteristik ekosistem lamun.
3. Memahami fungsi ekosistem lamun.
4. Dan mengidentifikasi ancaman yang terjadi pada ekosistem lamun.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Padang Lamun


Lamun dapat diartikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga
(Angiospermae) dengan kemampuan beradaptasi secara penuh pada perairan
yang memiliki salinitas tinggi, yaitu air laut. Tumbuhan berbunga ini dapat
hidup terbenam di dalam air namun tetap memiliki rhizoma, daun, serta akar
sejati. Selain terumbu karang serta bakau, padang lamun merupakan salah
satu dari tiga ekosistem penting di kawasan pesisir. Selain itu, wilayah ini
juga mempunyai potensi ekonomi dan ekologi (Husni, 2003).
Padang lamun merupakan sumber daya laut yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan, dan secara ekologi, padang lamun mempunyai beberapa fungsi
penting di daerah pesisir. Banyak organisme yang secara ekologis dan
biologis sangat tergantung pada keberadaan lamun. Ekosistem tersebut
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme oleh sebab itu
banyak biota laut yang memanfaatkannya sebagai tempat memijah. Lamun
merupakan produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Lamun adalah
substrat berlumpur berpasir yang yang terdapat di perairan dangkal dengan
kedalaman kira-kira 2 sampai 12 meter, kemudian dapat membentuk
komunitas yang lebat sehingga sering disebut padang lamun (Juwita, 2021).
Sejumlah ahli mendefinisikan lamun sebagai tumbuhan air berbunga
yang hidup di kedalaman lautan. Karakteristik tumbuhan lamun ialah
berpembuluh, berimpang, berdaun, berakar, serta berkembangbiak dengan biji
dan tunas (Rimbakita, 2016).

3
Karena pola hidup lamun sering kali berupa hamparan, maka muncul lah
istilah padang lamun (Seagrass bed). Padang lamun dapat diartikan sebagai
hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area laut dangkal atau pesisir
dan terbentuk dengan kerapatan karang yang jarang.Dilihat dari sistem
organisasi ekologi, padang lamun yang terdiri atas komponen biotik dan
abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat lamun
umumnya berada di perairan dangkal yang agak berpasir, serta seringkali di
habitat tersebut juga dijumpai terumbu karang.

B. Karakteristik Ekosistem Lamun


Dasar laut dangkal banyak ditutupi oleh tumbuhan akuatik yang sering
disebut seagrassess (lamun). Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan
berbunga (Angiospermae) yang dapat hidup di laut (Hemminga and Duarte,
2000). Padang lamun ini membentuk karpet yang tebal hingga mencapai 4000
helai daun per meter persegi menutupi dasar laut dan membentuk komunitas
yang sangat mencolok di laut dangkal baik di tropika maupun temperate.
Ekosistem padang lamun memiliki peran sangat penting baik secara ekologi
maupun biologi di kawasan pesisir dan estuari. Tumbuhan ini berperan
sebagai produsen dan menyediakan makanan bagi penyu, dugong,
invertebrata herbivora, dan ikan herbivora. Daun-daun lamun yang mati akan
terendapkan di dasar laut dan didekomosisi oleh detritifor (Septiani, 2018).

4
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang berkerabat dengan
tumbuhan lili dan rimpang-rimpangan darat dari pada rumput sejati. Lamun
tumbuh pada sedimen lantai zona intertidal laut dengan pertumbuhan tegak,
daun memanjang, dan memilikistruktur mirip akar (rimpang) yang terkubur
dalam sedimen.

Struktur penting yang dimiliki lamun yaitu rimpang, daun, akar, bunga,
dan buah (Gambar 2.1). Rimpang lamun tersebut sangat panjang dan setiap
interval tertentu akan membentuk rimpang vertikal yang nantinya tumbuh
daun dari basal area. Percabangan hasil dari rimpang horizontal ini akan
membentuk tutupan lamun yang luas yang biasa disebut padang lamun.
Selain itu, rimpang berperan dalam perpanjangan lamun,
menghubungkan satu tegakan dengan tegakan lainnya, dan menjaga integrasi
dalam kumpulan lamun tersebut. Sebagian besar lamun memiliki struktur
daun pita yang panjangdan sempit (ciri tumbuhan monokotil).Namun, ada
beberapa Genus yang memiliki daun berbentuk bulat (Halophila) dan silindris
(Syringodium). Luas dan ketebalan daun tiap spesies dapat bervariasi
tergantung fungsi fisiologisnya. Akar lamun memiliki strukur mirip
tumbuhan monokotil dan tumbuh dari rimpang apex kecuali pada akar
primordial dari biji yang berkecambah. Bentuk, ukuran, dan panjang akar
lamun sangat bervariasi. Lamun bereproduksi dengan membentuk buah yang
nanti pecah mengeluarkan biji.

5
Padang lamun memiliki struktur rhizoma yang sangat luas dan kuat
sehingga mampu menjaga stabilitas sedimen dasar laut dan mencegah abrasi
akibat arus dan gelombang laut.Selain itu lamun memiliki kemampuan filtrasi
yang bagus dan secara efisien dapat menjaga ekosistem terumbu karang dari
masuknya sedimen kearah laut.Padang lamun yang luas membentuk habitat
bagi banyak organisme laut dan saling berinteraksi membentuk ekosistem
adang lamun seperti gambar berikut ini:

Fauna yang hidup di padang lamun menunjukkan heterogenitas yang


sangat tinggi dan dari berbagai taksa serta karakter ekologi yang berbeda-
beda. Komponen fauna tersebut terdiri dari 1) infauna spesies, fauna yang
hidup di dalam substrat seperti nematoda dan sebagian Molluska, 2) epifauna
spesies, fauna yang hidup pada batang maupun daun, baik yang hidup sessile
maupun motiledanfauna yang hidup di atas substrat seperti kelompok
Echinodermata dan sebagian besar Molluska, 3) epibentik spesies, fauna yang
lebih besar dan hidup bebas di padang lamun baik di atas kanopi maupun
dibawa kanopi seperti ikan, dugong, dan penyu.

6
Komunitas padang lamun ini memiliki produktifitas primer dan sekunder
yang sangat tinggi sehingga dapat mendukung kemelimpahan dan diversitas
ikan dan invertebrata. Padang lamun menjadi tempat pemijahan bagi ikan
maupun invertebrata laut dan melindungi anakannya dari predator.Struktur
rhizoma, akar, dan daun yang membentuk kanopi di bawah air sering menjadi
tempat bersembunyi untuk berlindung dari predator dan menyediakan substrat
untuk menempel bagi organisme.
Pengaruh paling besar terhadap kemelimpahan dan diversitas ekosistem
lamun adalah akibat manusia.Padang lamun dipengaruhi oleh aktivitas
kegiatan pertambangan, aktivitas pengerukan pasir, dan pengendapan dekat
pantai akibat penimbunan lumpur dan racun.Pengaruh penggunaan pestisida
pada kolam ikan dan tambak udang dapat menyebabkan eutrofikasi yang
berdampak buruk bagi ekosistem lamun disekitar tambak.Peningkatan muatan
sedimen ke laut dapat meningkatkan jumlah nutrien.Hal ini memacu
pertumbuhan alga epifitik yang dapat menghalangi lamun memperolehsinar
matahari sehingga dapat mengalami kematian.Selain itu tingginya tingkat
penggunaan dinamit untuk menangkap ikan seperti di wilayah Indonesia
dapat merusak padang lamun dan menurunkan biodiversitas lamun dan fauna
asosiasi.
Secara ekologis, padang lamun memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan padang lamun lainnya. Padang lamun dapat
ditemukan di perairan yang landai, baik di dataran berlumpur hingga berpasir.
Padang ini juga dapat ditemukan di batas terendah dari zona pasang surut
terumbu karang dan mangrove. Kehidupan tumbuhan lamun sangat
bergantung pada banyaknya cahaya matahari yang masuk ke perairan. Jika
seluruh tubuh terendam air, tanaman dapat melakukan proses metabolisme
secara optimal, termasuk proses siklus reproduksi.

7
C. Fungsi Padang Lamun
Padang lamun memiliki berbagai fungsi ekologi yang vital dalam
ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan biodiversitas
pesisir dan lebih penting sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai.
Beberapa fungsi padang lamun, yaitu:
1) sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai
perangkap dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih
jernih;
2) lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan
non ikan);
3) lamun sebagai produser primer;
4) komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan; dan
5) lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemenelemen
langka di lingkungan laut.
Dalam sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun lamun yang
berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan periphyton dan epiphytic
dari detritus yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan
kecil seperti ikan-ikan kecil dan invertebrate kecil contohnya ; beberapa jenis
udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan Echinodermata. Lamun juga
mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari
produksi biomasanya. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan
melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang
kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga
dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Selain itu,
padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik
yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Perubahan rantai
makanan ini bisa terjadi karena adanya perubahan yang cepat dari
perkembangan perubahan makanan oleh predator,dan adanya perubahan
musiman terhadap melimpahnya makanan untuk fauna (Tangke, 2010).

8
Walaupun begitu, sejauh ini belum banyak diketahui bagaimana rantai
energi dan nutrien tersebut selanjutnya berperan dalam ekosistem pesisir yang
lebih luas. Selain duyung, manate dan penyu, tidak banyak jenis ikan dan
invertebrata yang diketahui memakan daun-daun lamun ini. Sehingga
kemungkinan yang paling besar, lamun ini menyumbang ke dalam ekosistem
pantai melalui detritus, yakni serpih-serpih bahan organik (daun, rimpang
dll.) yang membusuk yang diangkut arus laut dan menjadi bahan makanan
berbagai organisme pemakan detritus (dekomposer).
Dengan kata lain aliran energi di padang lamun itu sendiri terjadi karena
adanya proses makan memakan baik itu secara langsung dari daun lamunnya
terus di makan konsumen I maupun secara tidak langsung sebagai detritus
dimakan oleh konsumen I dan seterusnya. Lamun yang mati akan kehilangan
protein dan materi organik lain yang dimakan oleh fauna pada saat permulaan
dekomposisi. Struktur karbohidrat diambil dari mikroflora (bakteri dan
jamur). Banyak dari metozoa yang dapat mencerna protein bakteri dan
serasah daun lamun diekskresi oleh fauna dan bentuk yang belum dicerna
akan didekomposisi lagi oleh mikroba decomposer sehingga sumbar detritus
akan meningkat.
Aliran materi dari padang lamun ke sistem lain (terumbu karang atau
mangrove) kecil sekali . Jumlah materi yang di alirkan ke sistem lain di duga
tidak mencapai 10% dari total produksi padang lamun. Dengan kata lain
padang lamun ini merupakan sistem yang mandiri (self suistainable system).
Namun kemandirian padang lamun tidak meniadakan kehadiran dari
kepentingan interaksi biotik dari ekosistem sekitarnya. Sistem dipadang
lamun diketahui sebagai suatu habitat untuk ratusan jenis-jenis hewan. Tipe
interaksi antara ekosistem padang lamun dengan ekosistem mangrove dan
terumbu karang.
Posisi padang lamun tropis yang terletak diantara mangrove dan terumbu
karang yang bertindak sebagai daerah penyangga yang baik, mengurangi
energi gelombang dan mengalirkan nutrisi ke ekosistem terdekatnya. Tetapi
interaksi ekosistem tersebut (mangrove, padang lamun dan terumbu karang)

9
dalam hubungannya dengan degradasi penyangga adalah jelas keterkaitannya.
Kerusakan dari salah satu ekosistem dapat menyebabkan akibat jelek pada
ekosistem lainnya dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan
keseimbangan lingkungan dan konsekwensinya akan merubah struktur
komunitas keseluruhannya.
Dari hasil penelitian para peneliti diketahui bahwa peranan lamun di
lingkungan perairan laut dangkal adalah sebagai berikut:
1) Sebagai Produsen Primer : Lamun mempunyai tingkat produktivitas
primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di
laut dangkal seperti ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang
(Thayer et al 1975).
2) Sebagai Habitat Biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan
tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (algae).
Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah
asuhan, padang pengembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan
herbivora dan ikanikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres 1977).
3) Sebagai Penangkap Sedimen : Daun lamun yang lebat akan
memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga
perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar
lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi padang lamun yang
berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi (Gingsburg
& Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin, 1976).
4) Sebagai Pendaur Zat Hara : Lamun memegang peranan penting dalam
pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di
lingkungan laut. khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae
epifitik.
5) Menurut Phillips & Menez pada tahun 1988, ekosistem lamun adalah
salah satu ekosistem bahari yang produktif dan mempunyai beberapa
fungsi sebagai berikut:

10
• Menahan serta menstabilkan sedimen yang terbawa oleh tekanan-
tekanan arus dan gelombang.
• Mengurangi dan memperlambat arus atau gelombang serta bisa juga
mengembangkan sedimentasi.
• Memberikan perlindungan kepada hewan-hewan muda sampai
dewasa yang mengunjungi padang lamun
• Daun-daun lamun sangatlah membantu organisme epifit yang
merupakan organisme menempel pada permukaan tumbuhan lain
• Mempunyai perkembangan dan daya produksi yang tinggi
• Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam pola daur
rantai makanan
6) Secara ekologis padang lamun memiliki sejumlah fungsi penting bagi wilayah
pesisir antara lain:
• Penghasil detritus dan zat hara
• Penambat sedimen dan penguatan substrat lunak dengan pola
perakaran yang sama-sama padat dan menyilang
• Tempat berlindung, berburu makanan, tumbuh besar, dan
berkembangbiak bagi sejumlah biota laut terutama saat memasuki
masa dewasa
• Tudung pelindung bagi para penghuni tumbuhan lamun dari
sengatan matahari
• Membantu melancarkan siklus oksigen dan siklus karbon

D. Ancaman Ekosistem Padang Lamun


Suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi dan transformasi energi
yang berlangsung di antara kedua komponen dalam sistem tersebut, maupun
dengan komponen-komponen dari sistem lain di luarnya. Kelangsungan suatu
fungsi ekosistem sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya alam
sebagai komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Karena itu untuk
menjamin kelestarian sumberdaya alam, perlu diperhatikan hubungan-

11
hubungan ekologi yang berlangsung di antara komponen-komponen
sumberdaya alam yang menyusun suatu sistem (Rochmady, 2021).
Walaupun potensi sumberdaya hayati pesisir dan laut sangat kaya namun
sebagian besar masyarakat yang bermukim di pesisir masih berada dibawah
garis kemiskinan. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat
pesisir untuk mengeksploitasi sumberdaya kelautan melebihi daya dukungnya
agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab kerusakan sumberdaya
hayati, namun sebaliknya kemiskinan juga merupakan akibat yang timbul dari
kerusakan yang dialami oleh sumberdaya hayati. Untuk itu pemanfaatan
sumberdaya harus tepat secara ekologi, teknologi dan ekonomi agar di suatu
kawasan tidak terjadi over eksploitasi padahal di kawasan yang lain belum
dimanfaatkan optimal.
Ekosistem padang lamun mempunya potensi ekonomi yang sangat besar.
Potensi ini mendorong pengambilan sumberdaya yang dikandungnya secara
berlebihan dan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. Karena
adanya asumsi bahwa sumberdaya yang berada di ekosistem padang lamun
adalah milik bersama (common property), sehingga bila tidak dimanfaatkan
pada saat ini maka akan dimanfaatkan orang lain (tragedy of common). Untuk
mengeksploitasi sumberdaya hayati tersebut digunakan cara-cara destruktif,
mis. untuk menangkap ikan digunakan racun sianida, bahan peledak, dan lain-
lain yang semuanya itu dapat merusak ekosistem padang lamun.
Ancaman yang mengakibatkan terdegrasinya ekosistem padang lamun
bisa disebabkan dari aktivitas manusia (pertanian, pertambakan, industri,
pertambangan, pengembangan kota, reklamasi, dsb.) dan pengaruh dari
proses-proses alami (angin, arus, hujan, gelombang, dsb.). Pemanfaatan
padang lamun seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya (sebagai areal
marikultur, tempat pariwisata, rekreasi, bahan baku pakan, dan pupuk hijau)
jika tanpa pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan dapat berakibat negatif
pada ekosistem tersebut.

12
Singkatnya dampak kegiatan manusia terhadap padang lamun dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Dampak kegiatan terhadap padang lamun
No Kegiatan Dampak
1. Pengerukan dan pengurugan Perusakan total padang lamun sebagai
untuk kegiatan di pinggir lokasi pengerukan dan pengurugan
laut, pelabuhan, industrial Perusakan habitat di lokasi pembuangan
estate, saluran navigasi hasil pengerukan
Dampak sekunder pada perairan
meningkatkan kekeruhan air dan
terlapisnya insang hewan air.
2. Pencemaran limbah industri Lamun melalui proses biological
magnification mampu mengakumulasi
logam berat.
3. Pembuangan sampah Penurunan kadar oksigen terlarut,
organik mengganggu lamun dan hewan air.
Eutrofikasi menyebabkan blooming
fitoplankton yang menempel di daun
lamun dan kekeruhan menghalangi
cahaya.
4. Pencemaran oleh limbah Pestisida, mematikan hewan yang
pertanian berasosiasi dengan padang lamun, pupuk
mengakibatkan eutrofikasi
5. Pencemaran minyak Lapisan minyak pada daun lamun
menghalangi lamun untuk berfotositesis
Sumber : Bengen (2003)

Sebagaimana ekosistem pesisir lainnya, padang lamun memiliki


faktorfaktor pembatas yang mempengaruhi distribusi serta tumbuh dan
berkembangnya. Bengen (2003), faktor-faktor pembatas ekosistem padang
lamun adalah: karbon (CO2 dan HCO3-), cahaya, temperatur, salinitas,

13
pergerakan air, dan nutrien. Dahuri (2003), kisaran temperatur optimal bagi
spesies lamun 28-30 0C, salinitas 10-400 /00 optimal 350 /00, & kecepatan
arus 0.5 m/detik.
Aktivitas manusia yang berlebihan di lahan atas dapat meningkatkan
muatan sedimen pada badan air akan berakibat pada tingginya kekeruhan
perairan, sehingga berpotensi mengurangi penetrasi cahaya. Hal ini dapat
menimbulkan gangguan terhadap produktivitas primer ekosistem padang
lamun karena lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk
berfotosintesis.
Pemanasan global dan limbah industri pabrik akan meningkatkan suhu
perairan. Lamun mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan
temperatur. Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam
apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal. Spesies lamun
memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas. Salah
satu faktor yang menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun adalah
meningkatknya salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar
dari sungai.
Interaksi ekosistem padang lamun dengan ekosistem hutan mangrove
sangat menentukan tipe substrat. Pengrusakan ekosistem hutan mangrove
dapat menghilangkan salah satu fungsinya sebagai perangkap sedimen. Tanpa
hutan mangrove maka sedimen dari darat akan hanyut dan menyebar ke laut.
Padahal dengan terperangkapnya sedimen di hutan mangrove secara perlahan
dan dalam jumlah yang besar akan bergeser ke padang lamun. Kedalaman
substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua hal,
yaitu pelindung lamun dari arus air laut, dan tempat pengolahan serta
pemasok nutrien. Kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan
utama untuk pertumbuhan dan perkembangan habitat lamun.
Tetapi juga sedimen yang mengandung bahan pencemar dan
terperangkap di ekosistem pesisir merupakan masalah serius degradasi
likungan. Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan pertanian, telah
meningkatkan limbah pertanian, baik padat maupun cair yang masuk perairan

14
pesisir dan laut melalui aliran sungai. Limbah cair yang mengandung nitrogen
dan fosfor berpotensi menimbulkan keadaan lewat subur (eutrofikasi) yang
merugikan ekosistem pesisir.
Dalam perkembangannya banyak daerah lamun yang telah mengalami
gangguan atau kerusakan karena gangguan alam ataupun karena aktivitas
manusia. Gangguan atau tekanan oleh aktivitas manusia yang berlangsung
terus menerus menimbulkan dampak yang lebih besar. Akar masalah
perusakan padang lamun antara lain karena ketidak-tahuan masyarakat,
kemiskinan, keserakahan, lemahnya perundangan dan penegakan hukum.
Oleh karena itu pengelolaan padang lamun harus mengatasi masalah
mendasar itu dalam upaya rehabilitasi padang lamun. Rehabilitasi padang
lamun dapat di lakukan dengan dua pendekatan yakni: rehabilitasi lunak dan
rehabilitasi keras. Rehabilitasi lunak lebih ditekankan pada pengendalian
perilaku manusia yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, misalnya
melalui kampanye penyadaran masyarakat (public awareness), pendidikan,
pengembangan mata pencaharian alternatif, pengembangan Daerah
Perlindungan Padang Lamun, pengembangan peraturan dan perundangan, dan
penegakan hukum secara konsisten. Rehabilitasi keras mencakup kegiatan
rehabilitasi langsung di lapangan seperti transplantasi lamun.

https://aquadocs.org/handle/1834/38292

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem padang lamun mempunya potensi ekonomi yang sangat
besar. Karena adanya asumsi bahwa sumberdaya yang berada di ekosistem
padang lamun adalah milik bersama, sehingga bila tidak dimanfaatkan pada
saat ini maka akan dimanfaatkan orang lain. untuk menangkap ikan
digunakan racun sianida, bahan peledak, dan lain-lain yang semuanya itu
dapat merusak ekosistem padang lamun. Ancaman yang mengakibatkan
terdegrasinya ekosistem padang lamun bisa disebabkan dari aktivitas manusia
dan pengaruh dari proses-proses alami. Pemanfaatan padang lamun seperti
yang dikemukakan pada bab sebelumnya jika tanpa pengelolaan yang terpadu
dan berkelanjutan dapat berakibat negatif pada ekosistem tersebut. Sampah
organik penurunan kadar oksigen terlarut, mengganggu lamun dan hewan
air. Eutrofikasi menyebabkan blooming fitoplankton yang menempel di daun
lamun dan kekeruhan menghalangi cahaya.

B. Saran
Sebagai masyarakat kita sebaiknya menjaga laut karena ekosistem yang
ada di dalamnya sangat mempunyai keanekaragaman hayati yang banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Husni. (2003). Ekosistem Lamun Produsen 0rganik Tinggi. PusatPenelitian


Oseanografi: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI.

Juwita, I. R. (2021, juli 24). Pengembangan Objek Wisata Pantai Di Pulau. pp. 26-
27.

Rimbakita. (2016, september 2). Padang Lamun – Pengertian, Ciri, Sebaran,


Peran & Manfaat. Retrieved from https://rimbakita.com/padang-lamun/

Rochmady. (2021). Rehabilitasi ekosistem padang lamun. Makassar: Aqua Docs.


Retrieved from http://hdl.handle.net/1834/38292

Septiani, C. (2018, Oktober 16). Ekosistem Padang Lamun. Retrieved from


https://lestari.biologi.ugm.ac.id/2018/10/16/ekosistem-padang-lamun/

Tangke, U. (2010). EKOSISTEM PADANG LAMUN. Jurnal Ilmiah agribisnis


dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate), 3(1), 16-19.

Anda mungkin juga menyukai