Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“HUTAN BAKAU”

OLEH :

NAMA : RISKA WATI


KELAS : IX.D

SMP NEGERI 6 BAUBAU


2021
KATA PENGANTAR

Sebelum mengawali aktivitas hendaknya kita mengucapkan Bismillah, agar


segala aktivitas yang kita lakukan berjalan dengan baik dan lancar.
Selanjutnya, mari kita panjatkan Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan karuniaNya kita dapat merasakan dan menikmati hidup yang penuh
berkah, terutama penulis dapat membuat dan menyusun makalah ini. Selain itu,
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Junjungan Besar kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan juga para sahabat yang senantiasa menemani dan
mendukung Beliau, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Bakau, dimana
banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari
bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah, oleh
karena itu, penulis memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman serta
para pembimbing yang bijak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masayarakat
umum dan khususnya bagi penulis, serta dapat menambah ilmu juga memperluas
wawasan kita.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan Bakau .................................................................................. 4
B. Fungsi dan Manfaat Hutan Bakau ................................................................... 4
C. Kerusakan Hutan Bakau .................................................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini semakin banyak masalah yang timbul disebabkan oleh
antropogenik, khususnya tentang lingkungan. Antropogenik adalah istilah yang
umum dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang terjadi di alam karena
campur tangan manusia (efek, proses,obyek dan material), kejadian tersebut
sebagai lawan kata dari kejadian alami.
Sangat disayangkan banyak pihak-pihak yang belum menyadari arti dari
keberadaan dirinya di muka bumi ini, seperti yang telah dijelaskan dalam Al
Qur’an “Sesungguhnya hendak aku jadikan khlaifah di muka bumi ( Al
Baqarah ayat 30)”, “Orang yang merusak lingkungan berati telah melanggar dan
memerangi perintah Allah SWT dan RasulNya dan telah berbuat kerusakan
di muka bumi yang berdampak pada kerusakan fasilitas umum (lingkungan)
yang menjadikan kebutuhan dasar hidup semua makhluk di muka bumi”.
(Arie Budiman & Ahmad Jauhar Arief, 2007, p 244).
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan bahwa
masyarakat bisa menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan
(ekosistem), sebab bila manusia terus melakukan tindakan atau perbuatan yang
berdampak langsung pada keseimbangan ekosistem, maka keseimbangan
ekosistem ini akan hancur, dan secara tidak langsung juga berdampak pada
kehidupan manusia itu sendiri.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis akan membahas tentang Hutan
Bakau atau. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di
dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di
subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar,
merupakan bakau yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria
(1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

1
Hutan bakau sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan
hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau,
dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu
tergenang oleh air payau. Arti bakau dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk
semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa
pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari
bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk
kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas,
arang). 
Bakau mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman
struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan dan
perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan
mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai
penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai
penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain
itu, tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi
hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan
dan pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986).
Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran
dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran
ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan
evolusi.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Hutan Bakau ?
2. Apa saja fungsi dari Hutan Bakau ?
3. Permasalahn apa saja yang terjadi pada Hutan Bakau?
4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari permasalahan tersebut ?

C. Tujuan
Untuk menjelaskan definisi dari Hutan Bakau, fungsi dari Hutan Bakau
tersebut, keanekaragaman yang berada dalam ekosistem Hutan Bakau,
permasalahan yang di alami, dan dampak yang di timbulkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutan Bakau


Hutan Bakau adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan
bakau adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang
rendah. Ekosistem bakau adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik
dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat bakau.
Sebagian ilmuwan mendefinisikan, hutan bakau adalah kelompok jenis
tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang
memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan
bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sebagian lainnya
mendefinisikan bahwa hutan bakau adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang
hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang
hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai
daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan
sub-tropis.

B. Fungsi dan Manfaat Hutan Bakau


Vegetasi bakau juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran
(polutan).  Jaringan anatomi tumbuhan bakau mampu menyerap bahan polutan,
misalnya penelitian Darmiyati dkk tahun 1995 menemukan jenis Rhizophora
mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu dan penelitian
Saefullah tahun 1995 menginformasikan pada daun Avicennia marina terdapat
akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm,   Ni ³ 2,4 ppm. Unsur-unsur tersebut
merupakan pulutan berupa logam berat jika berada dilingkungan akan berbahaya

4
bagi flora lain dan fauna, termasuk bagi manusia. Dengan demikian hutan
mampu mereduksi polutan dari lingkungan.
Ekosistem hutan bakau memiliki produktivitas yang tinggi. Seorang
peneliti, White (1987) melaporkan produktivitas primer ekosistem bakau ini
sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari
ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem bakau mampu
menopang keanekaragaman jenis yang tinggi.
Vegetasi bakau memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai
kondisi tempat tumbuhnya, (1) seperti adanya kelenjar garam pada golongan
secreter, dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter sebagai
tanggapan terhadap lingkungan yang salin, (2) system perakaran yang khas, dan
lentisel debagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air, (3) struktur dan posisi
daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan suhu yang
tinggi.
Hutan bakau mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber daya,
yakni : (1) Fungsi fisik, hutan bakau secara fisik menjaga dan menstabilkan garis
pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus,
mempercepat pembentukan lahan baru serta melindungi pantai dari erosi
laut/abrasi (green belt). (2) Fungsi biologis adalah sebagai tempat asuhan
(nursery ground), tempat mencari makanan (feeding ground) ) untuk berbagai
organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang, tempat
berkembang biak (spawning ground), sebagai penghasil serasah/zat hara yang
cukup tinggi produktivitsnya, dan habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia,
mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan bakau juga merupakan sumber
plasma nutfah. (3) Fungsi ekonomi yakni kawasan hutan bakau berpotensi
sebagai tempat rekreasi (ecotourism), lahan pertambakan, dan penghasil devisa
dengan produk bahan baku industri. (Saparinto, Cahyo. 2007)
Selain itu, secara khusus hutan bakau juga berguna sebagai perangkap zat-
zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, mengolah limbah

5
organik, dan sebagainya. Setiap saat pantai terancam abrasi akibat arus dan
gelombang laut yang selalu bergerak. Tanpa keberadaan hutan bakau dan hutan
pantai, sangat besar peluang pinggir pantai tergerus oleh arus dan gelombang
yang terus menerpanya.
Beberapa contoh hasil penelitian juga menunjukkan fungsi hutan bakau dan
hutan pantai dalam meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari
hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto dkk (2003). Pratikto
melaporkan bahwa hutan bakau di Teluk Grajagan - Banyuwangi mampu
mereduksi atau mengurangi energi gelombang yang menerpa kawasan pantai
tersebut. Istiyanto dkk (2003) melalui pengujian laboratorium juga
menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan,
dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan
tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut.
Selain itu, Hutan Bakau juga merupakan potret ekosistem yang miliki
keanekaragaman hayati yang banyak di dalamnya. Keanekaragaman hayati
tersebut membentuk hubungan yang erat dan saling menjaga satu sama lain,
layaknya keluarga besar, serta menjadi contoh potret keluarga yang harmonis.
Mereka menghasilkan akar panggung mana proyek di atas lumpur dan air
untuk menyerap oksigen. Terendam di air asin dan sampai berlutut di lumpur,
tanaman di Rawa Bakau memiliki cara cerdas untuk mengatasi lingkungan
mereka. Tanaman bakau membentuk komunitas yang membantu untuk
menstabilkan bank dan garis pantai dan menjadi rumah bagi berbagai jenis
hewan. .
Disamping itu Hutan Bakau juga memiliki manfaat yang lain, yaitu
menyediakan buffer untuk negeri itu, bakau juga berinteraksi dengan laut.
Sedimen terperangkap oleh akar mencegah pendangkalan habitat laut yang
berdekatan di mana air keruh mungkin membunuh karang atau padang rumput
melimpahi lamun. Selain itu, tanaman bakau dan sedimen telah terbukti untuk

6
menyerap polusi, termasuk logam berat. Bakau juga sangat efektif dalam
menyimpan karbon.
Bila diamati dan dipahami dengan baik, Hutan Bakau mempunyai banyak
manfaat yang mendukung kelangsungan kehidupan manusia. Namun, manusia
selalu merasa belum puas dan ingin mendapatkan lebih banyak keuntungan,
sehingga menggunakan segala upaya untuk memperoleh keuntungan yang besar
walaupun harus merusak ekosistem Hutan Bakau.

C. Kerusakan Hutan Bakau


Kerusakan hutan bakau di Indonesia mencapai 70% dari total potensi bakau
yang ada seluas 9,36 juta hektare. Yaitu 48% atau seluas 4,51 juta hektare rusak
sedang dan 23% atau 2,15 juta hektare dalam kondisi rusak berat. Seperti yang
telah diutarakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam
keterangannya ketika membuka Jambore Bakau di Pantai Depok, Kabupaten
Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (19/3), ia mengatakan bahwa kerusakan
sebagian besar hutan bakau di Indonesia diakibatkan oleh ulah manusia, baik
berupa konversi bakau menjadi pemanfaatan lain seperti pemukiman, industeri,
rekreasi dan lain sebagainya
Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Sumatera Utara yaitu adanya
pengalihan fungsi lahan hutan bakau menjadi tambak masyarakat dan dikonversi
lagi menjadi lahan kelapa sawit. Seperti yang sudah kita ketahui Hutan bakau
atau bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau, terletak
pada garis pantai dan dipengaruhi pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh
khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dan penyebabnya antara lain,
(1) Tekanan penduduk untuk kebutuhan ekonomi yang tinggi sehingga

7
permintaan konversi bakau juga semakin tinggi. Penduduk disini lebih
mementingkan kebutuhannya sendiri-sendiri dibandingkan kepentingan ekologis
dan kepedulian akan dampak lingkungan hidup. Banyaknya pihak yang tidak
bertanggung jawab juga dengan meminta untuk mengkonversi lahan bakau tapi
setelah dikonversi lahan tersebut mereka tidak menindak lanjutinya. Mereka
lebih paham bahwa manfaat dengan dikonversinya hutan bakau menjadi tambak
dan lahan kelapa sawit akan lebih menguntungkan padahal kalau ditinjau secara
keuntungan jangka panjang hutan bakau akan lebih bermanfaat. (2) Perencanaan
dan pengelolaan sumber daya pesisir di masa lalu bersifat sangat sektoral. Dari
sini kita mengetahui bahwa pengelolaan yang sektoral ini akan mengakibatkan
terjadinya perusakan hutan bakau berat yang akan berdampak pada masa yang
akan datang. Kemudian rendahnya kesadaran masyarakat tentang konversi dan
fungsi ekosistem bakau. (3) Hutan rawa dalam lingkungan yang asin dan anaerob
di daerah pesisir selalu dianggap daerah yang yang marginal atau sama sekali
tidak cocok untuk pertanian dan akuakultur. Namun karena kebutuhan lahan
pertanian dan perikanan yang semakin meningkat maka hutan bakau dianggap
sebagai lahan alternative. Reklamasi seperti itu telah memusnakan ekosistem
bakau dan juga mengakibatkan efek – efek yang negatif teradap perikanan di
perairan pantai sekitarnya.
Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan bakau di
Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut.
Dilaporkan bahwa nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit
malaria, ternyata makin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya
pertambakan dalam areal bakau. Ini mengindikasikan kemungkinan
meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal-areal
pertambakan perikanan. Kajian lain yang berkaitan dengan polutan, dilaporkan
oleh Gunawan dan Anwar (2005) yang menemukan bahwa tambak tanpa bakau
mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi dari
perairan hutan bakau alami dan 14 kali lebih tinggi dari tambak yang masih

8
berbakau (silvofishery). Saat ini sedang diteliti, di mana kandungan merkuri
diserap (pohon bakau, biota dasar perairan, atau pun ikan).
Dampak ekologis secara umum akibat berkurang dan rusaknya ekosistem
bakau adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan
ekosistem bakau, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan
ekosistem bakau khususnya dan ekosistem pesisir umumnya. Selain itu,
menurunnya kualitas dan kuantitas hutan bakau telah mengakibatkan dampak
yang sangat mengkhawatirkan, seperti abrasi yang selalu meningkat, penurunan
tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin jauh ke arah darat,
malaria dan lainnya.
Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang
selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi. Karena dengan adanya lahan
hutan bakau yang dikonversi ini fauna-fauna baik itu pemangsa maupun yang
dimangsa akan berpindah ke lahan yang belum mengalami kerusakan. Contohnya
saja spesies monyet dan bangau mungkin tidak aka ada lagi karena spesies ikan
yang ada akan berkurang dan habitat mereka telah rusak. Pengaruh bahan-bahan
kimia dari pupuk pertanian juga. Secara tidak langsung akan mengubah siklus
biogeokimianya karena unsur-unsur yang ada akan berubah dan berkurang.
Ternyata dengan adanya lahan perkebunan kelapa sawit ini tentu saja akan
menurunkan tingkat kualitas tanah sebagai salah satu indikator dan pemegang
peranan penting didalam ekosistem apalagi dengan semua aspek fungsi ekologis
yang dimilikinya. Juga akan terjadi pendangkalan perairan pantai karena
pengendapan sedimen yang sebelum hutan bakau dikonversi mengendap dihutan
bakau. Dengan begitu hutan bakau yang asalnya tempat pemijahan ikan dan
udang secara alami akan beralih fungsi dan bahkan tidak berfungsi lagi sebagai
tempat pemijahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa lahan tersebut secara
struktur akan berubah dan mungkin tercemar oleh bahan-bahan kimia yang
berasal dari pupuk pertanian untuk lahan kelapa sawit. Sehingga dengan melihat
tingkat degradasi dan konversi pada areal hutan bakau tersebut maka harus

9
direncanakan suatu penelitian untuk mengetahui dan mengkaji kualitas tanah
sebagai akibat dari konversi bakau yang telah dilakukan. (Anonim, 2009)
Dari situ kita tahu bahwa dengan adanya lahan konversi baik itu menjadi
tambak atau pun lahan perkebunan kelapa sawit. Ternyata akan merusak
ekositem bakau dan akan mengubah struktur kimia fisika dan fungsi ekologisnya
yaitu rantai makanan, rantai energy dan siklus biogeokimianya. Seharusnya kita
menyadari dan menyadarkan masyarakat akan fungsi dan peranan masing-
masing ekosistem karena untuk ke depannya alam ini akan merugikan kita
apabila kita merusaknya. Mungkin secara waktu dekat lahan kelapa sawit akan
menguntungkan tapi untuk jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan akan
merugikan.  persepsi yang menganggap bakau  merupakan sumber daya yang
kurang berguna yang hanya cocok untuk pembuangan sampah atau dikonversi
untuk keperluan lain harus diluruskan. Karena apabila persepsi keliru tersebut
tidak dikoreksi, maka masa depan hutan bakau Indonesia dan juga hutan bakau
dunia akan menjadi sangat suram.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem Hutan Bakau sangat berperan penting terhadap kehidupan
makhluk hidup. Bila keseimbangan ekosistem Hutan Bakau terganggu ataupun
dengan sengaja dirusak, maka secara langsung hal tersebut akan berdampak pada
kelangsungan hidup makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan maupun hewan,
sebab beberapa makhluk hidup bergantung pada ekosistem Hutan Bakau.
Selain itu, bila Hutan Bakau di alih fungsikan menjadi tambak, lalu dialih
fungsikan lagi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal itu tidak dapat memberikan
investasi yang lama disebabkan salinitas diwilayah tersebut sangat tinggi, dan
juga jenis tanah yang digunakan sebagai perekebunan tersebut kurang cocok
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit,serta
hal itu hanya akan menurunkan kualitas tanah.
Dan juga, bila ekosistem Hutan Bakau terusik, secara tidak langsung akan
berdampak pada ekosistem yang lain, karena ekosistem yang satu dengan yang
lain saling memiliki keterkaitan atau hubungan.

B. Saran
Ada beberpa saran atau solusi yang dapat membantu menjaga dan
memlihara ataupun membudidayakn Hutan Bakau, yaitu : 1) Mengharidi
pertemuan kota dan menyambaikan suara keberatan atas pembangunan
mengganggu habitat satwa liar maupun suatu ekosistem, 2) Pelajari semua tetang
pentinganya Rawa Bakau, dan membuat orang lain terkesan mengenai
pentingnya Rawa Bakau terhadap keanekaragaman hayati di Bumi, 3) gunakan
produk yang ramah lingkungan untuk mengurangi polusi air.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Hutan Bakau. Di akses pada tanggal 30 September 2011 di


http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NjkxOQ
Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2011. Diakses pada tanggal 15 september 2011
di www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf
FAO. Management and Utilization of bakaus in Asia Pasific. FAO Environmental
Paper 3, FAO, Rome. 1983 Hutching, P and P.Saenger. Ecology of Bakaus.
University of Queensland,London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters.
Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie.
Global Status of Bakau Ecosystems. 

12

Anda mungkin juga menyukai