Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah Ekologi
Laut ini yang alhamdulillah dapat selesai tepat waktu dengan judu “Ekosistem
Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun”. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal pencarian dan
pengumpulan jurnal dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Bangkalan, 16 Oktober 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... iv

A. Latar Belakang .............................................................................................. iv

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... v

C. Tujuan Penulisan........................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 1

A. Ekosistem Mangrove..................................................................................... 1

B. Ekosistem Lamun.......................................................................................... 3

C. Ekosistem Terumbu Karang.......................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 22

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22

3.2 Saran.............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi


untuk membentuk ekosistem dengan keragamannya. Ekosistem merupakan satu
kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Didalam ekosistem terjadi interaksi
antara komunitas dengan lingkungannya sebagai komponen biotic (makhluk hidup)
dengan lingkungannya sebagai komponen abiotik (makhluk tak hidup). Ekosistem
adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah
berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang
mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi
(Tansley 1935).
Ekosistem pantai mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi
untuk dikembangkan. Salah satu potensinya yang merupakan ekosistem terpenting
yang ada diperairan laut meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang,
padang lamun, dan mangrove. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut merupakan
habitat nursery ground bagi berbagaia macam spesies ikan karang (Epinephelus sp),
gastropoda (Thrombus sp), bivalvia (Anadara sp), dan kepiting bakau (Scylla serrata).
Biota laut yang ada didalamnya merupakan kekayaan laut pesisir (Vatria 2010).

Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berkaitan


dengan kehidupannya dimana ekosistem laut berbeda dengan ekosistem darat.
Ekosistem laut akan dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu
yang rendah serta tekanan yang tinggi. Banyak terdapat aktivitas thermal vents pada
laut dalam yang lingkungannya ekstrim dikarenakan cahaya matahari tidak dapat
menembus perairan. Oleh karena itu, di perairan dalam proses fotosintesis tidak terjadi
secara optimal. Segala aktivitas yang terjadi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu
faktor kimia,fisika dan biologi. Hubungan yang terjadi di dalam ekosistem merupakan
satu kesatuan komunitas perairan. Komponen tersebut terdiri atas komponen biotik

iv
(mahluk hidup) dan abiotik(mahluk tak hidup). Keanekaragaman hayati ekosistem
terumbu karang, padang lamun, dan mangrove memiliki peranan positif yaitu ekologis
terumbu karang-padang lamun-mangrove bermanfaat sebagai penyeimbang faktor
biologis, fisis dan kemis (Nybakken 1992 dalam Vatria 2010). Misalnya: akar
mangrove, khususnya Rhizophora apicullata dan R. mucronata berperan sebagai
perangkap sedimen terhadap komunitas padang lamun dan terumbu. Demikian juga
peranan terumbu karang sebagai penghalang empasan gelombang terhadap komunitas
padang lamun. Perubahan suatu ekosistem seringkali menyebabkan ekosistem menjadi
tidak stabil, yang kemudian seluruh aktivitas di dalam ekosistem menjadi terganggu.
Hubungan interaksi antara ketiga komunitas dari ekosistem mangrove, ekosistem
terumbu karang, dan ekosistem lamun dapat digunakan untuk menentukan baik
buruknya parameter lingkungan perairan pantai (Vatria 2010).

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang antara lain :
1. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara umum
2. Manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang
3. Filum yang berasosiasi dalam mangrove, lamun dan terumbu karang

Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan yang dapat diambil dari Rumusan Masalah antara lain :
1. Untuk mengetahui Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara
umum
2. Untuk mengetahui manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu
Karang
3. Untuk Mengetahui filum-filum yang berasosiasi dalam Mangrove, Lamun, dan
Terumbu karang

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekosistem Mangrove

Gambar 1. Ekosistem Mangrove

Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh di


laguna pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa
spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang
pasang surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang
memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. . Mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-
semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Materi
organik menjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan tempat
asuhan berbagai biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan udang di
perairan laut sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan
mangrove. Berbagai kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi
dengan tumbuhan penyusun hutan mangrove. Selain ikan, udang, dan moluska, biota

1
yang juga banyak ditemukan di perairan pantai mangrove seperti cacing laut
(polychaeta).
a. Sistem Akar Mangrove
Beberapa spesies mangrove
mengembangkan sistem perakaran khusus yang
dikenal sebagai akar udara (aerial roots) yang
sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob.
Akar udara ini dapat berupa akar tunjang, akar
napas, akar lutut dan akar papan.

Akar napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah
lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara memiliki
fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam.
b. Buah Mangrove
Semua spesies mangrove menghasilkan
buah yang biasanya disebarkan oleh air.Buah
yang dihasilkan oleh spesies mangrove memiliki
bentuk silindris, bola, kacang, dan lain-lain.

c. Kelenjar Garam
Beberapa spesies mangrove dapat
menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi,
yaitu antara lain dengan cara membentuk
kelenjar garam (salt glands) yang berfungsi
untuk membuang kelebihan garam.

2
B. Ekosistem Lamun

Gambar 2. Ekosistem Lamun

Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area
yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu
sistem ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara
komponen abiotik, tumbuhan dan hewan. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang
paling produktif, selain hutan mangrove dan terumbu karang pada perairan pesisir
pantai. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun, dimana secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting di
daerah pesisir. Lamun mempunyai produktifitas primer yang tinggi dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut Nybakken (1988) biomassa
padang lamun secara kasar berjumlah 700 gbk/m2, sedangkan produktifitasnya adalah
700 g C/m2/hari. Oleh karenanya padang lamun merupakan lingkungan laut dengan
produktivitas tinggi. Komunitas lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem
pesisir di seluruh dunia (Hutomo dan Peristiwadi 1990). Namun keberadaan komunitas
lamun hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan karakteristik
lingkungan perairan ( Supriyadi 2010 ).

Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di


lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang
dilakukan termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk

3
menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan
melakukan reproduksi pada saat terbenam. Lamun juga memiliki karakteristik tidak
memiliki stomata, mempertahankan kutikel yang tipis, perkembangan shrizogenous
pada sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada sistem lakunar.Salah satu hal yang
paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.Lamun adalah tumbuhan
berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut.
Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang
terbenam dan merayap secara mendatar,serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut
tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji 2007).
a. Sistem Akar Lamun
Lamun mampu untuk menyerap nutrien
dari dalam substrat (interstitial) melalui sistem
akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang
dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam
rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifolium dan Thalassia
hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-
2.day-1.
Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan
unsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel.
Akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang
dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara)
yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma
digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan
oleh mikroflora di rhizospher.
b. Rhizoma
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah
herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang

4
memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang
yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup.
c. Daun
Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi
genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki pelepah.

C. Ekosistem Terumbu Karang

Gambar 3. Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem


lamun dan mangrove. Terumbu karang membutuhkan perairan dengan kecerahan
tinggi dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya berada pada daerah paparan
yang dangkal. Wilayah Indonesia memiliki perairan pantai sepanjang lebih dari 81.000
km. Perairan ini sebagian besar merupakan perairan dangkal yang sangat potensial
bagi berkembangnya ekosistem terumbu karang (Sunarto 2006).

Terumbu adalah deposit berbentuk masif dari kalsium karbonat yang


diproduksi oleh karang (phylum cnidaria, ordo scelaractinia) dengan tambahan utama
dari callacerous algae dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.

5
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum
Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria yang disebut sebagai karang (coral)
mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa
maupun kelas Hydrozoa).

Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup


didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat
menahan gaya gelombang laut (Tomascik 1992). Setiap jenis karang memiliki bentuk
koloni yang khas, ada yang bercabang, pipih/lempengan, bulatan besar, dan lain
sebagainya. Bentuk- bentuk koloni yang dibangun oleh karang sangat dipengaruhi
oleh faktor genetik karang serta bebagai faktor lingkungan seperti arus, kedalaman,
cahaya matahari, dan lain-lain. Sehingga bentuk koloni saja tidak dapat dijadikan
acuan dalam mengidentifikasi jenis-jenis karang.

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang amat penting bagi
keberlanjutan sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan, dan umumnya
tumbuh di daerah tropis, serta mempunyai produktivitas primer yang tinggi (10 kg
C/m2/tahun). Tingginya produktivitas primer di daerah terumbu karang ini
menyebabkan terjadinya pengumpulan hewan-hewan yang beranekaragam seperti;
ikan, udang, mollusca, dan lainnya. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan ditemukan
kelompok karang hard coral dengan berbagai tipe yaitu : branching, tabulate, sub
massif, dan lainnya. Jenis ikan karang ditemukan sekitar 26 famili diantaranya famili
Chaetodontidae, Pomacentridae dan Labridae.

6
Manfaat Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun

Ditinjau dari daratan menuju ke arah laut lepas, tipologi umum dari perairan
laut tropis diawali oleh hutan mangrove yang kemudian diikuti oleh hamparan padang
lamun, dan bentang terumbu karang (Gambar 4). Masing-masing ekosistem laut tropis
tersebut memiliki beragam fungsi dan peran yang saling terkait satu sama lain.

Gambar 4. Fungsi dan Peran Ekosistem Mangrove, Ekosistem Lamun, dan


Ekosistem Terumbu Karang

1. Mangrove
Peranan Mangrove antara lain :
a. Pemerangkap/penjebak dan penyaring sedimen dan bahan pencemar, sehingga
sedimentasi dan pencemaran di perairan pesisir jauh berkurang.
b. Mengatur pasokan air tawar ke sistem perairan pesisir.
c. Pelindung daratan dari abrasi dan intrusi air laut.

7
d. Tempat berlindung bagi banyak organisme laut.
e. Menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai.
f. Melindungi pantai dan tebing sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai.
g. menahan dan mengendapkan lumpur.
2. Padang Lamun
Menurut Tahril (2011) Padang lamun berperan ganda dalam mempengaruhi
kedua komunitas di sekitarnya, yaitu :
a. Pemerangkap dan penstabil sedimen
Pemerangkap dan penstabil sedimen karena mampu melindungi terumbu
karang dari proses sedimentasi yang bisa menutup permukaan hewan karang dan
mengahalangi proses fotosintesis zooxanthellae di dalamnya dengan ciri khas akar
rizomanya.
a. Pemroduksi sedimen
Pemroduksi sedimen dilakukan oleh alga berkapur, epifit, dan infauna yang
hasilnya diperlukan oleh komunitas lamun dan mangrove.
b. Mengurangi energi gelombang
c. Menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan
d. Menjebak zat hara
e. Filtrasi air
f. Pendukung utama kehidupan perikanan dan unggas air di pesisir pantai
g. Menjadi tempat bertelur, memijah, mencari makan dan membesarkan juvenil bagi
organisme.
3. Terumbu Karang
Peranan Terumbu Karang antara lain :
a. Mengurangi energi gelombang
b. Memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan
c. Menjadi habitat bagi banyak jenis organisme laut.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh


dilaguna pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa
spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang
pasang surut pantai berlumpur. Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang
menutupi suatu area yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun
merupakan satu sistem ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan
timbal balik antara komponen abiotik, tumbuhan dan hewan. Ekosistem yang
menempati barisan terdepan yaitu ekosistem terumbu karang. Terumbu karang (Coral
reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa
bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut.
Terumbu yang berarti masivenya/batu/tempatnya dan Karang yang berarti hewannya.

Hubungan keterkaitan ekologi dari ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu


karang dapat dilihat secara fisik, biologis, kimiawi, dan secara ekologis. Terumbu
karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti
hutan mangrove dan lamun. Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan
terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman
jenis organisme.

Saran

Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia


dan alam akan mempengaruhi ketiga ekosistem yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lain dan biasanya
ke tiga ekosistem tersebut bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting
bagi ketiga ekosistem tersebut untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga
terhindar dari kerusakan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Aznam.1994.Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata.


Jurnal Oseana. 19 (2) : 23 – 32.
Hogarth, P.J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford: Oxford University Press.
Hutomo, M. dan T. Peristiwady. 1990. Diversity, Abundance and Diet of Fish in
the Seagrass Beds of Lombok Island, Indonesia.
Jeffri.2014.Parameter Kimia dan Fisika Perairan.
(http://jeffri022.student.umm.ac.id/download-as.
pdf/umm_blog_article_241.pdf) diakses pada tanggal 16 Oktober 2014
Nagelkerken, I., S. Kleijnen, T. Klop, R. A. C. J. Van den Brand., E. Cocheret de
la Moriniere., G. Van der Velde. 2000. Dependence of Carribean Reef
Fishes On Mangroves and Seagrass Beds As Nursery Habitats : A
Comparison of Fish Faunas between Bays with and without
Mangroves/Seagrass Beds. Marine Ecology Progress Series. 214 : 225-
235.
Nontji, Anugerah. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Regional. 2008. Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.id
Satino. 2011. Materi Kuliah Biologi Luat. http://staff.uny.ac.id.
Sunarto.2006.Keanekaragaman Hayatidan Degradasi Ekosistem Terumbu
Karang.Bandung : Universitas Pajajaran Press.
Supriyadi, Indarto Happy.2010.Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli
Toli dan Pulau Sekitarnya, Sulawesi Barat. Pusat Penelitian Oceanografi.
Tahril., Paulina Taba., Nursiah La Nafie., dan Alfian Noor.2011.Analisis Besi
Dalam Ekosistem Lamun Dan Hubungannya Dengan Sifat Fisikokimia
Perairan Pantai kabupaten Donggala.Jurnal natur Indonesia. 13 (2) : 105-
111.

10
Tansley, A.G. 1935. The use and abuse of vegetational concepts and terms.
Ecology. 16 : 284-307.
Tomascik, T, AJ Mah, A Nontji, and MK Moosa. 1997. The Ecology of
Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition.
Vatria, Belvi.2010.Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan
Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang
Ditimbulkannya.Jurnal Belian. 9 (1) : 47-54.

11
12

Anda mungkin juga menyukai