Metode ini dilaksanakan dengan memanen selurh bagian tumbuhan termasuk akarnya,
mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran dengan metode ini
untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang beberapa area
cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan menggunakan
persamaan alometrik. Meskipun metode ini terhitung akurat untuk menghitung biomass pada
cakupan area kecil, metode ini terhitung mahal dan sangat memakan waktu.
Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengkukuran tanpa melakukan
pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau diameter pohon
dan menggunakan persamaan alometrik untuk mengekstrapolasi biomassa.
Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa dengan frekuensi dan intensitas
pengamtan insitu atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya, model empiris ini
didasarkan pada jaringan dari sample plot yang diukur berulang, yang mempunyai estimasi
biomassa yang sudah menyatu atau melalui persamaan allometrik yang mengkonversi
volume menjadi biomassa . (Australian Greenhouse Office, 1999).
2. Jenis-jenis Produktivitas
Produktivitas dalam ekosistem biasanya didefinisikan sebagai laju produksi per
satuan waktu. Produktivitas dapat dibagi menjadi dua macam yaitu produktivitas primer dan
produktivitas sekunder. Produktivitas primer dilakukan oleh produsen (autotrof) yaitu
menghasilkan energi atau biomassa per satuan luas per satuan waktu. Produktivitas
sekunder yaitu biomassa yang diperoleh oleh organisme heterotrofik, melalui proses makan
dan penyerapan yang diukur dalam satuan massa atau energi per satuan luas per satuan
waktu. Produktivitas primer adalah konversi energi surya sedangkan produktivitas sekunder
melibatkan makan atau penyerapan. Produktivitas primer tergantung pada jumlah sinar
matahari, kemampuan produsen untuk menggunakan energi untuk mensintesis senyawa
organik, dan ketersediaan faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (misalnya
mineral dan nutrisi) (Gambar 1). Produktivitas sekunder tergantung pada jumlah makanan
yang tersedia dan efisiensi konsumen mengubahnya menjadi biomassa baru (Nagle, 2010).
Perbandingan bioma dalam hal produksi primer / 103 kJ/m2 /tahun (Nagle, 2010).
Produksi primer tertinggi terjadi apabila kondisi untuk pertumbuhan optimal, dimana
ada tingkat insolasi yang tinggi, air yang cukup, suhu hangat, dan tingkat gizi yang tinggi.
Misalnya, hutan hujan tropis memiliki curah hujan tinggi dan hangat sepanjang tahun
sehingga mereka memiliki musim tanam konstan dan produktivitas yang tinggi. Gurun
memiliki curah hujan yang rendah sehingga akan membatasi pertumbuhan tanaman.
Estuaria menerima sedimen yang mengandung nutrisi dari sungai, karena dangkal, ringan
dan hangat sehingga memiliki produktivitas yang tinggi. Lautan gelap di bawah permukaan
akan membatasi produktivitas tanaman karena kurangnya faktor cahaya dan suhu yang
kurang optimal (Nagle, 2010).
Pada banyak ekosistem, PPB adalah sekitar separuh PPK. Produksi primer bersih
merupakan besaran kunci karena mempresentasikan penyimpanan energi kimia yang akan
tersedia bagi konsumen dalam ekosistem. PPB dapat dinyatakan sebagai energi persatuan
luas per satuan waktu (J/m2/tahun) atau sebagai biomassa yang ditambahkan ke ekosistem
per satuan luas per satuan waktu (g/ m2/tahun) (Campbell, et al., 2008).
Produksi primer bersih mengumpul sepanjang waktu sebagai biomassa tumbuhan.
Bagian dari akumulasi tersebut mengalami proses pembalikan melalui dekomosisi,
sedangkan yang tetap sepanjang waktu dikenal sebagai materi hidup. Akumulasi bahan
organik hidup yang terdapat pada suatu area dan suatu saat tertentu dikenal sebagai
biomassa saat itu (standing crop biomassa). Biomassa biasanya dikatakan sebagai gram
berat kering bahan organik per satuan luas (contoh gram per m 2 atau kg per ha, atau kalori
per m2). Jadi biomassa organiknya disusun dari fotosintesis, sedangkan biomassa ada pada
suatu saat tertentu adalah tidak sama dengan produksi dan tidak berarti bahwa biomassa
yang tinggi berpengaruh pada produksi tinggi (Sudarmadji, 2014).
b. Piramida biomassa
Piramida biomassa merupakan biomassa yang sebenarnya (massa kering dari semua
organisme) di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Sebagian biomassa piramida
menyempit tajam dari tingkat produsen di dasar kepada konsumen tingkat atas di puncak ,
hal tersebut dikarenakan transfer energi diantara tingkat-tingkat trofik sangat tidak efisien.
Tetapi, dalam ekosistem perairan tertentu, zooplankton (konsumen primer) mengkonsumsi
fitoplankton (produsen) sangat cepat. Akibatnya, zooplankton memiliki massa yang lebih
besar pada waktu tertentu dibandingkan fitoplankton. Fitoplankton tumbuh dan berkembang
biak pada tingkat yang cepat yang mereka dapat mendukung populasi konsumen yang
memiliki biomassa yang lebih besar. Piramida biomassa untuk ekosistem ini akan muncul
sebagai piramida terbalik
Nagle, G. 2010. Environmental System and Societies. NYC : Pearson Education Limited.
Odum, E. P. 1993. Fundamentals of Ecology. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Australian Greenhouse Office. 1999. National Carbon Accounting System, Methods for Estimating
Woody Biomass. Technical Report No. 3, Commonwealth of Aust