Anda di halaman 1dari 5

BAB III PEMBAHASAN A.

Ekosistem Terumbu Karang Indonesia dan Batam Terumbu karang merupakan ekosistem yang dalam sekitar sepuluh tahun terakhirmengalami ekspose publik yang luar biasa tinggi di Indonesia. Istilah Coral triangle tentu tidak asing lagi, terutama setelah pada tahun 2009 Indonesia menjadi tuan rumah World Ocean Conference dan Coral Triangle Summit Coral triangle sendiri merujuk pada wilayahyang menyerupai segitiga, dengan batasan Filipina di utara, Malaysia di barat, Indonesia danTimor Leste di selatan, serta Papua Nugini, Kepulauan Salomon dan Fiji di Timur. Di sinilahletak 50 persen terumbu karang dunia; dengan kata lain, wilayah dengan keanekaragamankarang tertinggi di dunia.Ekosistem terumbu karang sering dijuluki sebagai rainforest of the ocean oleh karena tingginya produktivitasnya dalam menyediakan produk dan jasa lingkungan.

Selainberkontribusi menghasilkan bahan pangan dan sumber daya tidak terbarukan (karena tingkatregenerasi yang sangat lamban, bahkan mencapai jutaan tahun dalam kasus minyak bumi),ekosistem terumbu karang juga menyediakan jasa perlindungan kawasan pantai dan menjadiobjek wisata. Perlu dicatat bahwa kontribusi dalam bentuk sumber daya ikan secara umumhanya sebagian kecil dari nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang. Menurut Cesar(2003) produksi ikan secara umum hanya sebagian kecil dari nilai ekonomi total ekosistemterumbu, sedangkan menurut Constanza et al. (1997), produksi pangan dan bahan lainnyahanya sebesar 4% dari nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang.Tapi ternyata kondisi kesehatan dan tutupan karang di Indonesia kondisinya cukupmemprihatinkan. Berdasarkan data yang dikumpulkan secara berkala oleh Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), diketahui bahwa hanya sekitar 5 persen terumbu karang dalamkondisi sangat baik. Sisanya 25 persen dalam kondisi baik, 37 persen dalam kondisi cukup,dan 32 persen dalam kondisi kurang baik (damaged) (KLH, 2009).

21

Tabel Kondisi Terumbu Karang di Indonesia di 985 Lokasi Jumblah Lokasi 439 274 272 985 Kondisi Terumbu Karang (dalam %) Sangat Baik 6 5 6 5 Baik 28 30 17 25 Cukup 34 45 34 37 Kurang 33 20 43 32

Kawasan

Barat Tengah Timur Seluruh Indonesia

Sumber: KLH, 2009 Keterangan: Sangat baik: 75-100% tutupan karang hidup Baik: 50-74% tutupan karang hidup Cukup: 25-49% tutupan karang hidup Kurang: 0-24% tutupan karang hidup Buruknya kondisi ekosistem terumbu karang berdampak langsung padaproduktivitasnya menghasilkan barang dan jasa lingkungan. Sebuah studi menunjukkanbahwa ekosistem terumbu karang di Asia Tenggara menghasilkan antara 0,5 ton hinggahampir 37 ton/km2/tahun ikan dan invertebrate. Dengan mengambil batas tengah, atau rata-rata produksi sebesar 15 ton/km2/tahun, maka diperkirakan satu km2 ekosistem

terumbukarang yang sehat (kondisi terumbu karang sangat baik dan baik) di Indonesia dapatmenghasilkan pendapatan neto (setelah dikurangi biaya penangkapan) senilai US$12,000 pertahun dari perikanan tangkap. Kondisi karang yang lebih buruk menghasilkan pendapat netoyang lebih rendah (Cesar, 1996).Kondisi terumbu karang yang semakin buruk di Batam juga termasuk dari kondisiterumbu karang di Indonesia yang sudah dijelaskan pada alinea sebelumnya. Kondisi terumbukarang di Batam semakin buruk karena adanya pembuangan limbah dari Kapal Minyak.

22

B. Kondisi Biota Laut Terumbu Karang di Batam Seorang nelayan di Tanjung Bemban, Kecamatan Batu Besar, Batam, KepulauanRiau, menyekop cairan limbah minyak hitam (sludge oil) yang mencemari pesisir TanjungBemban. Setiap harinya ada 10 nelayan yang membersihkan limbah minyak hitam. Limbahminyak hitam yang mencemari pesisir Tanjung Bemban berasal dari kapal-kapal minyak yang membuang minyak dari perairan internasional di Selat Singapura. Dampak dari limbahminyak tersebut sangat besar. Selain menghabiskan biaya untuk pembersihan, pesisir danpantai yang menjadi objek wisata menjadi kotor dan tercemar. Sehingga wisatawan enggandatang yang membuat pelaku pariwisata, seperti restoran dan penyewaan pelampung, terhenti sesaat. Limbah minyak hitam juga mengganggu aktivitas nelayan. Plankton dan biota laut disekitar pesisir pantai terancam hilang. Ritual pembersihan limbah minyak hitam di wilayahtersebut menjadi acara rutin setiap tahun. Acara ini tidak memiliki kemajuan yang berarti.Karena perilaku seseorang tidak akan berubah ketika limbah setiap tahun dibersihkan.Cenderung pihak kapal minyak akan terus membuang limbah ke laut. Pencemaran laut akibatlimbah minyak tidak hanya merugikan nelayan, tetapi juga mengganggu fungsi ekosistemlaut. Organisme akuatik seperti terumbu karang, hutan mangrove dan ikan semakinterganggu. Kendati sering terjadinya pencemaran limbah dari kapal minyak. Tetapi belum pernahmasyarakat yang menangkap basah pelaku tersebut. Limbah yang dibuang tidak saja limbahcair tetapi juga limbah padat. Pencemaran limbah yang dilakukan ini telah merusak biota lautterutama terumbu karang. Kondisi terumbu karang pada umumnya di Indonesia semakinmenurun. Begitu pula yang terjadi di Batam. Akibat pencemaran limbah, kondisi terumbukarang semakin lama semakin menurun. Menurut salah satu narasumber, pembuangan limbaholeh kapal minyak dilakukan pada malam hari, ketika gerhana sedang melakukanaktivitasnya. Pembuangan limbah secara sembunyi ini, dikarenakan kurangnya tingkatpengawasan dari Pemerintah Daerah untuk bertindak tegas. Berikut akan dijelaskan

mengenaitingkat pengawasan Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah pencemaran limbah.

23

C. Tingkat Pengawasan Pemerintah Daerah. Tingkat pengawasan Pemerintah Daerah dalam Pembuang Limbah Kapal Minyak diBatam masih kurang. Tidak adanya upaya pengusutan ketika ada praktek pembuangan limbahdari kapal-kapal tersebut. Proses

pengusutan ini memang tidak mudah. Tetapi PemerintahDaerah seharusnya perlu melakukan kerja sama dengan Negara-negara tetangga,

sepertiMalaysia dan Singapura. Kerja sama ini bertujuan untuk mencegah pembuangan minyak hitam dari kapal-kapal minyak di Selat Singapura serta Selat Malaka. Sebagai perbandingan, Pemerintah Malaysia, termasuk Singapura, serius dalammenyelesaikan persoalan limbah asap ketika terjadi kebakaran hutan di Indonesia. Begitupula dalam upaya pencegahan pembuangan dan pencemaran limbah minyak hitam di perairanSelat Singapura, termasuk Selat Malaka, tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerahsendirian. Perlu adanya kerja sama antar Negara di bidang lingkungan hidup untuk mengatasipencemaran dari kapal-kapal minyak di perairan interasional. Selain kerja sama, Indonesia belum mempunyai alat untuk mendeteksi kapal-kapalyang melintas di laut termasuk aktivitasnya. Sehingga jika ada kapal yang membuang limbah,tidak dapat diketahui. Negara tetangga yaitu Singapura sudah mempunyai alat untuk mendeteksi aktivitas semua kapal yang melewati perairan mereka. Sehingga tidak ada yang berani membuang limbah di wilayah tersebut. Singapura, juga telah memiliki caramenanggulangi limbah yang terlanjur mencemari laut. Sehingga tidak menyebabkan pencemaran yang dapat menyebabkan biota laut mati. Penjelasan di atas menyebutkan bahwa Indonesia masih kurang dalam pengawasanmengenai pengaturan pembuangan limbah ke laut. Ada aspek oknum yang mengaturmudahnya kapal minyak melakukan pembuangan limbah. Selain oknum, ada perilaku yangmelihat bahwa ketika limbah dibuang ke laut, sudah ada pihak lain yang dapat membersihkanlimbah tersebut. Pernyataan ini termasuk pernyataan yang salah. Tidak dapat

menyelesaikanmasalah, melainkan menimbulkan masalah baru. Biota laut semakin berkurang, berakibatpenghasilan nelayan semakin menurun. Pencemaran limbah yang dilakukan oleh kapal minyak ini perlu diatasi. Bukan diatasidengan membersihkan limbah setiap tahunnya. Tetapi dengan
24

adanya pencegahan dari pembuangan limbah tersebut. Serta tindakan tegas kepada perusahaan kapal minyak tersebutyang telah mencemari laut dengan pembuangan limbah. Solusi yang ditawarkan harusbersifat berkelanjutan, bukan bersifat sementara. D. Proses Berkelanjutan. Proses berkelanjutan yang diberikan dalam mengatasi Pencemaran Limbah KapalMinyak di Batam terdiri dari tiga proses. Pertama, penyediaan alat untuk mendeteksi kapal-kapal yang akan membuang limbah di perairan Batam maupun daerah lain di Indonesia. Alatini sudah digunakan oleh Negara tetangga, yaitu Singapura. Biaya yang dikeluarkan mungkintidak sedikit. Tetapi ketika alat ini sudah digunakan di perairan Indonesia, kualitas airIndonesia semakin terjaga. Serta kondisi biota laut terutama terumbu karang menjadi terjaga. Kedua, penegakan hukum yang tegas. Indonesia sampai saat ini belum ada tindakantegas, tidak hanya pencemaran air dari limbah kapal minyak, tetapi masalah-masalah lain.Seperti penebangan hutan mangrove di kawasan konservasi yang terdapat di KalimantanTimur, penebangan hutan mangrove untuk lahan tambak di Sumatera Utara, dan kasus-

kasuslingkungan lainnya. Kepentingan ekonomi lebih ditingkatkan daripada kepentinganlingkungan. Lingkungan semakin terkikis akibat kekuasaan ekonomi yang meluas ataslingkungan. Ketiga, pengontrolan dari peraturan yang ada. Seringkali terjadi, peraturan dijalankanhanya pada tahap awal untuk membuktikan bahwa perusahaan tersebut peduli terhadaplingkungan. Kemudian, mereka

melakukan kerusakan lingkungan kembali. Pengontrolanbertugas untuk penjagaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan secaraterus menerus. Ketiga proses ini, akan mendapatkan suatu

pembangunan berkelanjutan, yangtidak hanya menjaga lingkungan, tetapi mempertahankan penghasilan nelayan dalam melaut.

25

Anda mungkin juga menyukai