Anda di halaman 1dari 3

Resume : Ekosistem Terumbu Karang, M. Ghufran H. Kordi K.

Rizkar Maulana

230210110046

Terumbu karang adalah satu ekosistem pesisir dan lautan yang tidak bisa dipisahkan
dengan ekosistem lainnya secara ekologis. Di daerah terumbu karang berbagai aktivitas biota
terjadi, seperti memijah, mengasuh, mencari makan, dan sebagainya. Aktivitas ini akan
menyuplai sumber pangan untuk kebutuhan manusia.

Terumbu karang merupakan kelompok organisme yang hidup di dasar perairan laut
dangkal, terutama daerah tropis, meskipun hamper bisa ditemukan diseluruh dunia, terumbu
karang hanya dapat berkembang di daerah tropic.

Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3 )


yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu ( karang hermartipik dari filum
Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxzntellae, dan sedikit tambahan
dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat). Menurut Dahuri
( 2003 ), bahwa hewan karang termasuk kelas Anthozoa, yang berarti hewan berbentuk bunga
( Antho artinya bunga; zoa artinya hewan ). Lebih lanjut dikatakan bahwa Aristoteles
mengklasifikasikan hewan karang sebagai hewan-tumbuhan ( animal plant ). Baru pada tahun
1723, hewan karang diklasifikasikan sebagai binatang.

Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan, habitat biota-biota laut yang
bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata dan
memiliki cadangan sumber plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan dalam
menyediakan pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai.
(Dahuri 2003 ), terumbu karang diidentifikasi sebagai sumber daya yang memiliki nilai
konservasi yang tinggi karena memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi, keindahan, dan
menyediakan cadangan plasma nutfah. Lebih lanjut dikatakan bahwa oleh Ruinteenbeek ( dalam
Sawyer 1992 dalam Dahuri, 2003 ) bahwa nilai ekonomi terumbu karang diperkirakan setengah
dari nilai ekonomi hutan tropik basah, yaitu sebesar AS $ 1.500 km2 pertahun.
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang penting baik dari segi sosial ekonomi
maupun budaya masyarakat yang tinggal di pesisir, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia
yang tinggal di pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal, yang umumnya
menggunakan cara-cara tradisional dan terbatas dalam mengeksploitasi sumber daya perairan. .
Terumbu karang juga berfungsi sebagai daerah rekreasi baik rekreasi pantai maupun bawah laut
dan juga dapat di manfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai tempat
perlindungan biota-biota laut.

Banyaknya fungsi dari terumbu karang bagi biota laut yang hidup di terumbu karang
tersebut serta bagi kehidupan manusia menjadikan terumbu karang sebagai salah satu ekosistem
yang harus dijaga kelestariannya. Dalam menjaga kelestarian terumbu karang tidaklah mudah,
karena semakin berkembangnya zaman maka penggunaan alat tangkap dengan teknologi yang
tidak ramah lingkungan semakin banyak digunakan oleh nelayan karena hanya mementingkan
hasil tangkapan dibandingkan dengan kelestarian alam atau ekosistem terumbu karang.

Fungsi terumbu sebagai sumber daya yang sangat tinggi; sebanyak 132 jenis ikan yang bernilai
ekonomi di Indonesia dengan 32 jenis diantaranya hidup pada terumbu karang dan melindungi
pantai dari abrasi dan erosi. Strukturnya yang keras dapat menahan gelombang dan arus
sehingga dapat mencegah rusaknya dua ekosistem perairan dangkal lainnya, seperti lamun dan
mangrove.

Aktivitas pembangunan wilayah pesisir, seperti pertanian, industry, pengerukan pantai,


penangkapan ikan dengan racun (KCN) dan bahan peledak, dan lainnya, didukung oleh peristiwa
alam, seperti badai, tsunami, gempa bumi, dan kenaikan suhu (El-nino) menyebabkan kerusakan
pada ekosistem karang. Disamping itu, predator karang juga mempunyai andil dalam kerusakan
terumbu karang.

Kerusakan terumbu karang dapat ditekan dengan mencegah dan mengelola berbagai
faktor yang menyebabkan kerusakan ekosistem tersebut. Karena itu, setiap upaya yang dilakukan
untuk menekan kerusakan ekosistem terumbu karang, termasuk melakukan pengelolaan, perlu
mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya seperti: kemiskinan maysarakat pesisir, ekspansi
modal, kepadatan penduduk pesisir, tingkat konsumsi yang berlebihan, rendahnya pengetahuan
dan pemahaman masyarakat, dan lemahnya penegakan hukum.
Karena manusia merupakan faktor utama dalam setiap kerusakan terumbu karang, maka
upaya pengelolaan ekosistem tersebut harus mempertimbangkan manusia sebagai faktor
utamanya, yang melibatkan kepentingan yang terkait secara keseluruhan untuk menghindari
gesekan kepentingan satu dengan lainnya. Faktor-faktor terkait tersebut adalah ekologi, ekonomi
dan social budaya.

Anda mungkin juga menyukai