Anda di halaman 1dari 14

Morfometrik dan Meristik

Ciri morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan, misalnya
panjang total, panjang baku dan sebagainya.

Ukuran mutlak dan ukuran perbandingan

Seperti telah dikatakan di muka bahwa ukuran-ukuran ikan merupakan salah satu hal yang dapat
digunakan sebagai ciri taksonomik ketika mengidentifikasi ikan. Yang dimak sudkan dengan ukuran ini
adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, misalnya jarak antara ujung kepala
sampai ke ekor. Satuan yang digunakan dapat bermacam-macam bergantung keinginan si pengukur. Di
Indonesia biasanya ukuran dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter. Ukuran ini disebut
ukuran mutlak.

Tiap spesies ikan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur,
jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksudkan di sini misalnya makanan,
suhu, pH, salinitas dan sebagainya, merupakan faktor yang besar sekali pengaruhnya terhadap
pertumbuhan. Dengan demikian walaupun umur ikan dari satu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat
berbeda satu dengan yang lain.

Karena hal tersebut di atas, ukuran mutlak tidak dapat digunakan sebagai patokan (standar) dalam
identifikasi yang digunakan ialah ukuran perbandingannya. Sebagai misal seekor ikan mempunyai
panjang kepala 5 cm, sedangkan panjang total 20 cm. Yang digunakan bukan angka-angka tersebut
(ukuran mutlak), melainkan ukuran perbandingan nya, yaitu panjang kepala sama dengan seperempat
panjang total tubuhnya. Hampir selalu ditemukan dalam kunci identifikasi, ukuran perbandingan tersebut
berupa suatu kisaran angka, misalnya panjang kepala sama dengan 1/2 - 1/4 panjang total tubuhnya.

Berbagai ukuran bagian tubuh ikan

Berikut ini akan diuraikan mengenai ukuran berbagai bagian tubuh ikan yang sering digunakan di dalam
identifikasi ikan:

1. Panjang Total : adalah jarak antara ujung kepala yang terdepan (biasanya ujung rahang terdepan)
dengan ujung sirip ekor yang paling belakang.

2. Panjang ke pangkal cabang sirip ekor / Panjang cagak : jarak antara ujung kepala yang terdepan
dengan lekuk cabang sirip ekor.

3. Panjang baku : Jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan pelipatan pangkal sirip ekor.

4. Panjang kepala : jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung terbelakang operculum. Oleh
beberapa peneliti pengukuran ini dilakukan sampai ke pinggiran tertea selaput yang melekat pada
operkulum, sehingga dengan cara ini diperolch panjang kepala yang lebih besar
5. Panjang bagian di depan sirip punggung : jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan pangkal
jari-jari pertama sirip punggung.

6. Panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur : jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat
selaput sirip di belakang jari-jari terakhir sirip bertemu dengan badan

7. Panjang batang ekor : adalah jarak miring antara ujung dasar sirip dubur dengan pangkal jari-jari
tengah sirip ekor.

8. Tinggi badan : tinggi ini diukur pada tempat tertinggi antara bagian dorsal dengan ventral. Bagiae
dasar sırip yang melewati garis punggung tidak ikut diukur.

9. Tinggi batang ekor: tinggi ini diukur pada batang ekor yang mempunyai tinggi terkecil.

10. Tinggi kepala : tinggi ini adalah jarak antara pertengahan pangkal kepala dengan pertengahan kepala
bagian bawah.

11. Lebar kepala : adalah jarak terbesar antara kedua operkulum pada kedua sisi kepala.

12. Lebar badan : adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.

13. Tinggi sirip punggung dan sirip dubur : tinggi ini diukur dari pangkal keping pertama sirip sampai ke
puncaknya:

14. Panjang sirip dada dan sirip perut : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip. Pengukuran
dilakukan dari dasar sirip yang paling depan (terjauh dari puncak sirip) sampai ke puncak sirip ini. Oleh
beberapa ahli, sambungan sirip berupa rambut atau benang juga ikut diukur. Perlu dicatat disini bahwa
pengukuran panjang sirip dada hanya dilakukan jika bentuk sirip dada tersebut tidak simetris.

15. Panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang : ukuran ini hanya dilakukan jika jari-jari yang terpanjang
terletak di bagian tengah sirip. Pengukuran dimula dari pertengahan dasar sirip sampai ke ujung jori jori
tersebut. Jika jari-jari lain yang dimaksudkan dan bukan jari-jari tengah, maka hal ini harus disebutkun.

16. Panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah : panjang dari pangkal yang sebenarnya sampai ke ujung
bagian yang keras. Walaupun ujung ini masih disambung oleh bagian yang lemah ataupun sambungan
seperti rambut sambungan ini tidak diukur. Panjang jari-jari lemah diukur dari pangkal sampai ke
ujungnya.

17. Panjang hidung : jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan rongga mata.

18. Panjang ruang antar mata : jarak antara kedua pinggiran atas rongga mata

19. Lebar mata : panjang garis tengah (diameter) rongga mata

20. Panjang bagian kepala di belakang mata : jarak antara sisi belakang rongga mata dengan pinggiran
belakang selaput operkulum
21. Tinggi di bawah mata : jarak antara sisi bawah rongga mata dengan rahang atas.

22. Panjang antara mata dengan sudut preoperkulum : panjang antara sisi rongga mata dengan sudut
preoperkulum. Bila pada sudut preoperkulum terdapat duri, maka pengukuran panjang dilakukan sampai
ke ujung duri tersebut.

23. Tinggi pipi : jarak antara sisi bawah rongga mata dengan sisa bagian depan preoperkulum.

24. Panjang rahang atas : panjang tulang rahang atas yang diukur dori ujung terdepan sampai ke ujung
terbelakang tulang rahang atas

25. Panjang rahang bawah : panjang tulang rahang bawah yang diukur dari ujung terdepan tulang
rahane bawah sampai ke pinggiran belakang pelipatan rahang.

26. Lebar bukaan mulut : jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibukakan selebar-lebamya.

Prosedur
1) Gambarlah secara utuh tubuh ikan dengan posisi kepala disebelah kiri dan punggung di atas.
2) Gambarlah bagian kepala secara khusus dilihat dari samping dan dari depan dan beriketerangan
3) Berilah keterangan tentang ukuran panjang dari bagian-bagian tubuh pada gambar yang dibuat.
4) Ukur berbagai panjang (seperti pada bagian hal-hal yang diamati) dari ikan contoh tersebut dengan
menggunakan penggaris dan satuannya dalam milimeter/centimeter. Untuk mengukur lebar badan,
dapat digunakan alat pengukur califer.
Ciri meristik

Ciri meristik idalab .ciri yang berkaitan dengan jumleb bagian tubuh ikap, inisat jum Luh sisik poda garis
rusuk, jumlah jari- jati kerak dan Temah pada sirip punggung dan sebagainya.

Jenis dan perumusan jari-jari sirip

Pada ikan bertulang sejati jari-jari siripnya ada dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-
jan keras bersifat keras, tidak beruas suas dan tida mudah dibengkokkan. Juri-jari Temal bersilat
transpuran, seperti tulang rawan, ber ruas dan mudah dibengkokkan, bentuknya bermacam-macam
bergantung kepada je ikannya. Jari-jari lemah ini ada yang sebagian mengeras atas keras, pada salah
satu sisin bergerigi, bercabang-cabang atau satu dengan yang lain berlekatan.

Jari-jari keras dilambangkan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari itu pendek atau rudimenter.
Sebagai contoh pada sirip punggung terdapat 10 jari-jari keras, maka ditulis dengan rumus D.X; andaikan
terdapat tujuh jari-jari keras maka ditulis D.VII.

Perumusan jari-jari lemah dilambangkan dengan angka biasa. Jika suatu jenis ikan mempunyai jari-jari
lemah sirip punggung berjumlah enam, maka rumusnya ialah D.6. Jari-jari lemah yang mengeras, seperti
terdapat pada ikan mas, Cyprinus carpio harus digambarkan tersendiri. Ikan mas mempunyai tiga jari-jari
lemah yang mengeras dan 16-22 jari-jari lemah sirip punggung. Keadaan ini digambarkan sebagai
D.3.16-22. Perumusan tersebut dapat pula berlaku untuk menggambarkan jumlah cabang jari-jari yang
bersatu menjadi satu jari-jari keras", misalnya terdapat pada ikan tagih Macrone nemurus dan ikan lundu,
Macrones microcanthus.

Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah, maka jumlah tiap jenis jari-jari sirip barus
digambarkan berdampingan. Misalnya pada sirip punggung terdapa 8-10 jari-jari keras dan 13-17 jari-jari
lemah, maka rumusnya D VIII–X. 13-17.

Jika bagian sirip punggung pertama yang berjari-jari keras nyata terpisah dengan bagian sirip punggung
ke dua yang berjari-jari lemah, atau dengan kata lain terdapat dua sirip punggung; maka penulisan
rumusnya berbeda dengan yang di atan. Rumusnya ditulis sebagai D1.VIII-X.13-17

Jari-jari sirip lemah umumnya bercabang-cabang. Pada penghitungan jumlah jari-jari sirip, biasanya yang
digambarkan hanya jumlah pangkal jari-jari yang nyata terlihat. Hal ini perlu dilakukan karena cabang
jari-jari tidak mudah ditentukan dan jumlahnya-pun sering berbeda-beda. Misalnya pada famili
Cyprinidae, jumlah jari-jari pokok senantiasa sama dengan jumlah jari-jari bercabang ditambah satu jari-
jari tak bercabang, karena hanya ada satu jari-jari tak bercabang yang begitu panjang mencapai
pinggiran atas daun sirip. Jika yang dimaksudkan hanyalah jumlah jari-jari bercabang, maka hal ini harus
dinyatakan pula
Pada waktu menghitung jumlah jari-jari tak bercabang harus selalu diingat untuk menganggap satu jari-
jari tak bercabang sebagai jari-jari bercabang: yaitu jari-jari lemah yang secara morfologis mengeras.
Yang dimaksudkan dengan jari-jari bercabang adalah semua jari-jari yang mempunyai cabang meskipun
kurang begitu jelas terlihat.

Pada sirip punggung dan sirip dubur, dua jari-jari yang terakhir dihitung sebagai satu jari-jari pokok. Hal
ini perlu dilakukan karena jari-jan pokok yang terakhir ini kerapkali terlihat sebagai dua jari-jari yang
berdekatan. Cara seperti ini biasa dilakukan pada penghitungan jari-jari yang nyata bercabang.
Sedangkan untuk ikan yang jari-jarinya tidak bercabang, cara ini tidak digunakan

Biasanya perumusan sirip ekor menggambarkan jumlah jari-jari pokok. Pada ikan yang sirip ekornya
berjari-jari bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang ditambah
dua. Hal ini dapat dibandingkan dengan jumlah jari-jari bercabang ditambah satu pada sirip punggung.
Semua jari-jari sirip yang berpasangan harus dihitung, termasuk pula jari-jari terkecil pada sisi yang
paling bawah ataupun yang paling dalam pada pangkal sirip. Seringkali ini harus menggunakan kaca
pembesar untuk melihatnya.

Sering pula jari-jari pertama yang agak besar dilalui oleh sebuah jari-jari kecil yang kadang-kadang
merapat kepada jari-jari besar tersebut sehingga perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu sebelum
menghitung jumlah jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung pada penghitungan jumlah jari-jari sirip dada,
dan tidak dihitung pada sirip perut. Pada beberapa ikan sirip perut bersatu menjadi satu sirip, tetapi hal
ini masih dapat diketahui, karena kedua sirip asal masih dapat dilihat atau karena bersatunya kedua sirip
kurang lengkap atau kelihatan simetris pada kedun bagian pembentuknya. Untuk hal-hal semacam ini,
jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada satu bagian sirip. Pada ikan-ikan yang bersirip perut kurang
sempurna, kadang-kadang satu jari-jari mengeras hanya ada sebagai suatu penunjang yang terletak di
bawah selaput pembungkus jari-jari lemah pertama. Dengan menggunakan kaca pembesar, hal ini dapat
diketahui karena adanya ruas-ruas pada jari-jari itu dan struktur kembar dari keseluruhannya.
Jumlah Finlet
Finlet adalah sirip-sirip tambahan rudimeter yang terpisah-pisah yang terletak di belakang sirip punggung
dan sirip dubur. Dalam mempelajari ciri meristic, jumlah finlet perlu diketahui karena penting dalam
identifiksi.

Penghitungan jumlah sisik

1) Jumlah sisik di depan sirip punggung


Yang dimaksudkan di sini adalah semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip
punggung sampai ke belakang kepala. Biasanya sisik ini dihitung pada ikan-ikan yang garis pangkal
kepalanya merupakan garis perbatasan antara kuduk yang bersisik dengan kepala yang tidak bersisik.
Jumlah baris sisik di depan sirip punggung (hiasanya lebih kecil daripada jumlah sisik di depan ririp
punggung), adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari garis antara permulaan sirip punggung dengan
kuduk.

2) Jumlah sisik pipi


Yang dimaksud dengan jumlah sisik pipi adalah jumlah baris sisik yang dilalui ole garis yang ditarik dari
mata sampai ke sudut prooperkulum

3) Jumlah sisik di sekeliling badan


Jumlah sisik ini yang sangat penting bagi famili Cyprinidae, adalah jumlah semua sisik yang dilalui oleh
garis keliling badan yang terletak tepat di depan sirip punggung

4) Jumlah sisik batang ekor


Jumlah sisik ini adalah jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang mengelilingi batang ekor

5) Jumlah sisik pada garis rusuk dan garis sisi


Garis rusuk (linea lateralis) adalah garis yang dibentuk sisik-sisik yang berpori. Pada ikan-ikan yang tidak
mempunyai garis rusuk, maka di tarik suatu garis dari pertengahan bagian belakang operkulum
(pertengahan lengkung bahu) sampai ke pertengahan pangkal ckor. Garis ini dinamakan garis sisi (linea
transversalis). Untuk perumusan jumlah sisik pada garis rusuk atau garis sisi, masing-masing tersebut
disingkat menjadi L.l dan l.l (L.tr.). Sebagai misal seekor ikan mempunyai 34-37 sisik pada garis
rusuknya, dinyatakan dengan L.l.34-37.

Jika garis rusuk yang dibentuk oleh sisik-sisik berpori tidak ada, maka yang dihitung ialah jumlah sisik
pada garis sisi. Penghitungan dimulai dari sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak
menyentuh lagi lengkung bahu dan berakhir pada sisik yang terdapat pada permulaan pangkal ekor atau
pada ruas tulang belakang bagian ekor yang terakhir. Tempat ini dapat ditentukan dengan cara
menggoyangkan sirip ekor, sehingga terlihat pelipatan pangkal sirip ekor di mana terletak ruas tulang
belakang yang dimaksud kan. Sisik yang berada di atas pelipatan ini tidak dihitung dan demikian juga
sisik-sisik pada pangkal sirip ekor, walaupun sisik-sisik tersebut berpori.
6) Jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk.
Penghitungan jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Membuat garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama sampai ke pertengahan dasar perut dan
menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini. ika cara tersebut tidak mungkin dilakukan,
karena garis tersebut melalui dasar sirip perut, maka harus dibuat garis tegak dari ujung dasar sirip perut
sampai ke punggung dan menghitung jumlah sisik yang dilalui garis ini.
b) Jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung miring ke belakang
bawah sampai ke garis rusuk. Jumlah sisik di bawah garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip dubur
miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk.

Dengan kedua cara di atas, sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung.
SISTEM INTEGUMEN

Integumen merupakan bagian dari tubuh yang berada dibagian terluar. Sistem integumen trdiri dari kulit,
sisik, jari-jari sirip, scute, keel, sisik placoid, kelenjar lendir dan kelenjar racun.

Kulit
Kulit merupakan pembungkus luar yang berfungsi sebagai garis pertahanan pertama terhadap
penyakit dan terhadap faktor-faktor luar yang mempengaruhi hidupnya. Selain itu kulit juga berfungsi
sebagai alat respirasi, ekskresi dan osmoregulasi.

Sisik
Ikan ada yang memiliki sisik dan tidak bersisik. Ikan tidak bersisik umumnya memiliki lapisan
lendir yang lebih tebal pada bagian kulitnya dibandingkan dengan ikan yang bersisik.
Bagian sisik yang tampak dari luar disebut exposed part. Sedangkan bagian yang tidak tampak
disebut embeded part. Bagian yang tampak dari luar tersebut adalah posterior, pada bagian ini terdapat
butir-butir zat warna (pigmen, chromatophore) sedangkan bagian yang menempel pada kulit (anterior)
tidak mempunyai pigmen.
Tiga jenis sisik yang dimiliki ikan,yaitu:
1. Sisik placoid, merupakan sisik yang berbentuk sepeerti duri, terdapat pada ikan golongan
Chondrichthyes (bertulang rawan)
2. Sisik cycloid (sisik lingkaran), umumnya terdapat pada ikan-ikan yang berjari-jari lemah
(Malacopterygii), contohnya pada ikan mas, tawes dan hampal.
3. Sisik ctenoid (sisik sisr) mempunyai ctenil (duri) pada bagian posterior, umumnya terdapat pada
ikan-ikan yang berjari-jari keras (Acanthopterygii)

Jari-jari sirip
jari-jari sirip pada ikan ada tiga macam, yaitu:
1. jari-jari keras, dengan ciri-ciri sulit di bengkokan, tidak berbuku-buku, pejal, jari-jari keras ini
dapat berupa cucuk, duri dan patil.
2. Jari-jari lunak, yaitu jari-jari yang mempunyai ciri-ciri mudah dibengkokkan, berbuku-buku,
transparan, biasanya bercabang pada bagian ujungnya.
3. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti pada jari-jari lemah tetapi mengalami
pengerasan sehingga sulit untuk dibengkokkan.

Perumusan jari-jari sirip


Notasi yang dipergunakan dalam menulis rumus sirip yaitu huruf latin untuk jenis sirip, angka
romawi untuk jari-jari keras dan angka arab untuk notasi jari-jari lemah dan jari-jari lemah mengeras.
Contoh perumusan sirip:
Pada sirip punggung ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah mengeras dan 14 jari-jari lemah. Maka
penulisan rumus siripnya adalah D. 4. 14.
Ikan sepat siam, sirip punggungnya mempunyai jari-jari keras 10 buah dan jari-jari lemah 32
buah, maka penulisan rumus siripnya D. X. 32

Lendir
Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian epidermis kulit.
Kelenjar ini menghasilkan mucin (glycoprotein) yang jika bercampur/bersentuhan dengan air maka akan
berbentuk lendir.
Fungsi lendir pada ikan antara lain untuk mengurangi gesekan, mencegah infeksi dan kekeringan,
mempertahankan diri, osmoregulasi pada beberapa ikan membantu proses reproduksi.

Kelenjar Racun
Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang juga merupakan bagian sistem
integumen. Bagian ini akan mensekresikan zat yang bila ditusukkan kepada manusia akan menyebabkan
sakit atau dapat menyebabkan kematian. Bebrapa contoh ikan yang memiliki kelenjar racun yaitu : ikan
cucut (Heterodontus franciscl) kelenjar racunnya terdapat pada duri sirip; ikan pari (Dasyatis sp.) kelenjar
racunnya terdapat pada duri yang terdapat pada sirip ekor dan pada ikan golongan catfish misalnya
Bullhead (Ictalurus sp.) pada golongan ikan ini kelenjar racunnya terdapat pada duri sirip punggung dan
sirip dada.

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengenal beberapa kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian
integumen.

Cara Kerja
1. Mengamati preparat yang akan diamati sistem integumennya meliputi kulit, sisik, lendir, kelejar
racun
2. Mengambil sisik yang akan diamati menggunakan pinset
3. Meletakkan sisik di atas mikroskop atau lup dengan posisi anterior (embedded part) di sebelah
kiri dan bagian posterior (exposed part) berada di sebelah kanan dengan tujuan seolah-olah
posisi sisik berada pada tempat semula.
4. Menggambar bentuk sisik yang diamati, memberi keterangan bagian-bagian sisik tersebut dan
asal sisik (jenis ikan) tersebut.

Anda mungkin juga menyukai