Anda di halaman 1dari 36

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

laporan praktikum mata kuliah Planktonologi Laut ini sesuai dengan

rencana dan tanpa hambatan. Praktikum Planktonologi ini merupakan salah

satu wujud dari aktivitas praktikum lapangan Program Studi Ilmu Kelautan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengasuh

mata kuliah Planktonologi dan para Assisten.praktikum Planktonologi Laut

dan yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga penulis dapat

menyelesaian laporan praktikum Planktonologi ini tepat pada waktunya.

Laporan praktikum Planktonologi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, kritik serta saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dari

segala pihak guna untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan

praktikum Planktonologi ini bisa bermanfaat dan berguna bagi para

praktikan Planktonologi pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Pekanbaru, 28 Mei 2017

WILLIAM COHEN D SIMAMORA


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Mamfaat ............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

III. METODE PRAKTIKUM ........................................................................ 9

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 9

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 9

3.2 Metode Praktikum .............................................................................. 10

3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................ 10

3.3.1 Pengambilan Sampel Kualitas Air .............................................. 10

3.3.2 Prosedur Pengambilan Sampel di Lapangan ............................... 10

3.3.3 Prosedur Analisis di Laboratorium ............................................. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 17

4.1 Hasil ................................................................................................... 17


iii

4.1.1 Kondisi Umum Perairan .................................................................. 17

4.1.2 Pengukuran Kualitas Air ............................................................. 18

4.2 Pembahasan ........................................................................................ 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 23

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 23

5.2 Saran ................................................................................................... 23

LAMPIRAN ................................................................................................. 24
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Alat Dan Bahan yang Digunakan di Lapangan .............................................. 9

Pengukuran Kualitas Air .............................................................................. 18

Struktur komunitas planktonik ..................................................................... 18

Struktur kelimpahan planktonik ................................................................... 19


v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Peta Lokasi Praktikum ................................................................................. 25

Foto planktonik ............................................................................................ 25

Alat dan Bahan ............................................................................................. 26

Dokumentasi Praktikum ............................................................................... 27

Perhitungan Hasil Data ................................................................................ 27


1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan laut umumya terdapat berbagai organisme yang hidup di

dalamnya salah satunya yaitu plankton. Plankton adalah organisme yang

berukuran kecil yang hidup di perairan dan pergerakannya dipengaruhi oleh

arus. Berdasarkan jenisnya, plankton dibedakan menjadi dua yaitu

zooplankton dan fitoplankton.

Fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik berklorofil yang

umumnya terdiri atas Bacillariphyceae, Chlorophyceae, Dinophyceaea,

Haptophyceae. Selain berklorofil, fitoplankton juga memiliki bahan

cadangan makanan yang umunya berupa pati atau lemak, dinding sel yang

tersusun dari selulosa, serta bentuk flagel yang beragam. Fitoplakton

membentuk sejumlah besar biomassa di laut, sehingga sangat memberikan

efek yang besar dalam produktivitas primer lingkungan laut

(Romimohtarto,1999).

Diatom merupakan alga mikroskopik uniseluler yang memiliki

kandungan silica pada dinding selnya (frustule) (Smith, 1950 dan Lee, 1989

dalam Fitri, 2011). Diatom merupakan fitoplankton dengan kelimpahan

tertinggi diperairan. Mikroalga ini diketahui memiliki tipe heteromorphy,

yaitu perbedaan morfologi dalam satu spesies akibat respon terhadap

perubahan lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan akan mendorong

perubahan bentuk morfologi diatom, terutama perubahan morfologi

valve (Hastle and Syvertsen, 1997 dalam Fitri, 2011).


2

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter

ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan.Salah satu ciri

khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan

di perairan (Dawes, 1981).Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan

dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam

keadaan subur atau tidak.

Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh

beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi

dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai

respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,

maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan

fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-

kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu,

dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi

adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan

dekomposisi

1.2 Tujuan dan Mamfaat

Tujuan di laksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui

cara pengambilan sampel, cara pengamatan sampel, dan mengetahui

komposisi jenis kelimpahan plankton diberbagai substrat di perairan.

Mamfaat bagi mahasisiwa adalah dapat memperdalam tentang

plankton secara jelas dan rinci serta mahasiswa serta mahasiswa dapat

melihat keadaan lingkungan apakah baik atau tidak dengan memanfaatkan

plankton sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas perairan, dan


3

dalam penelitian mahasiswa juga diajarkan menulis laporan agar

kedepannya bisa menjadi mahasiswa yang aktif dan kreatif serta mampu dan

terbiasa bekerjasama dalam tim.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Difinisi tentang plankton (euplankton) telah banyak dikemukakan

oleh para ahli dengan pendapat yang hampir sama yakni seluruh kumpulan

organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup terapung atau

melayang di dalam air, tidak dapat bergerak atau dapat bergerak sedikit

dan tidak dapat melawan arus. Jenis organisme yang hidup mengembara

mengikuti arus dengan cara menempel pada benda-benda terapung

sedangkan ia sendiri tidak dapat berenang bebas disebut pseudoplankton.

Termasuk kelompok pseudoplankton adalah organisme penempel seperti

teritip (Bernacle dan Lepas). Individu plankton (plankter) umumnya

berukuran mikroskopis, meskipun demikian ada pula plankter yang

berukuran beberapa meter misalnya Scyphozoa (Coelenterata) dapat

mencapai ukuran 1 m dengan tentakel sepanjang 25 m. Zooplankton juga

dapat bersifat sebagai pleuston (Physalia dan Velella) dan hyponeuston

(Sulawesty, 2008).

Plankton adalah organisme yang melayang-layang pada badan air

dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus. Ukuran plankton sangat

bervariasi tergantung pada jenis dan penggolongan plankton namun

umumnya mempunyai ukuran microscopic. Ukuran yang sangat kecil inilah

sehingga untuk mempelajari plankton dipelajari metode khusus yang

berbeda dengan penelitian terhadap organisme lain umumnya (Kasim dan

Wanurgaya, 2009).
5

Plankton adalah organisme micro yang keberadaannya dalam

lingkungan perairan sangat penting karena sebagai produser primer,

plankton akan menghasilkan karbohidrat yang menjadi makanan konsumer

primer dan menjadi dasar rantai makanan. Aktivitas fotosintesis yang

dilakukan plankton akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen, sehingga

dapat meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Plankton sebagai

penyumbang terbesar kelarutan oksigen pada lingkungan perairan

keberadaannya sangat penting untuk menunjang kehidupan dalam air

(Djumanto, dkk., 2009).

B. Penggolongan Plankton

Menrut nontji (2008), menyatakan bahwa penggolongn plankton

Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama,

yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

Berdasarkan ukuran plankton terbagai atas megaplankton (20-200 cm),

makroplankton (2-20 cm) dan mesoplankton (0,2-20 mm). Berdasarkan daur

hidupnya plankton dibagi menjadi holoplankton, meroplankton dan

tikoplankton. Berdasarkan sebaran horizontal yaitu plankton neritik dan

plankton oseanik, sedangkan penggolongan plankton berdasarkan sebaran

vertikal yaitu meliputi epiplankton , mesoplankton dan hipoplankton.

Secara garis besar plankton plankron dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yakni phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton merupakan

hewan nabati yang berukuran microscopic dan bergerakannya sangat

dipengaruhi oleh arus, mampu membuat makanannya sendiri dengan cara

proses phosintesis karena mereka mengandung clorofil dalam selnya.


6

Dengan kemampuan tersebut phytoplankton menempati urutan pertama

dalam rantai makanan sebagai produser primer pada perairan terbuka.

Zooplankton yaitu plankton hewani yang bersifat herbivora tidak dapat

mebuat makanannya sendiri dan akan memakan phytoplankton secara

lansung, dari golongan karnivora memakan golongan herbivora (Sulawesty,

2008).

Phytoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu

ekosistem karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energy

matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari

bahan-bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer.

Phytoplankton mampu membuat ikatan- ikatan organik yang komplek

(glukosa) dari ikatan-ikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2)

dan air (H2O). Energi matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu

berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi dalam proses fotosintesis tersebut

(Widyorini, 2009).

Zooplankton memainkan berperan penting sebagai pemangsa yang

mengontrol populasi fitoplankton dan bakteri. Zooplankton dapat

mempengaruhi struktur komunitas secara langsung melalui pemangsaan

selektif atau secara tidak langsung melalui regenerasi nutrient. Berbagai

studi telah menunjukkan penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari

densitas dan ukuran zooplankton pemangsa (Evendi, 2011).

C. Pola Adaptasi Plankton

Plankton hidup mengapung atau melayang dalam laut. Tentu

diperlukan strategi yang jitu untuk itu, agar tidak mudah tenggelam.
7

Melawan gravitasi atau daya tenggelam merupakan kunci untuk survival

bagi plankton. Untuk dapat bertahan hidup dalam perairan dengan berbagai

kondisi perairan dengan berbagai variasinya, plankton melakukan pola

adaptasi baik dalam fungsi hal tubuh maupun morfologinya. Dalam bentuk

morfologinya plankton memiliki tipe pola adaptasi seperti tipe

kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe bercabang.

Selain itu Selain itu plankton dapat dijumpai pada siang hari jenis phyto dan

temperature berkisar antara 24-34o C plankton dapat bertahan dengan

temperature 28-34o C, dan salinitas dampat mempengaruhi komposisi jenis

35 %o (Nontji, 2008).

Selain adaptasi morfologi bebrapa jenis plankton ada juga yang

memiliki kandungan minyak yang ringan di dalam selnya, hingga akan

mengurangi berat jenisnya atau menambah daya apungnya. Minyak ini,

lebih kecil dari berat jenis air laut merupakan produk dari fotosintesis

Viskosisitas air laut juga berpengaruh terhadap. penenggelaman plankton

(bergantung pada suhu dan salinitas). Sedangkan pola adaptasi secara

fisiologi yaitu dengan mengurangi berat lebih; Membentuk pelampung-

pelampung yang berisi gas, karena kerapatan gas jauh lebih kecil daripada

air, maka terjadi kemampuan mengapung; mengubah hambatan permukaan;

mengubah bentuk tubuh; pembentukan bermacam duri atau tonjolan

(Kasim &Wanurgayah, 2009).

Sebaran biomas fitoplankton menunjukkan kelimpahan yang

homogen, tinggi disebelah utara kemudian menurun kearah selatan,

sedangkan zooplankton menunjukkan sebaran yang acak, meskipun sebaran


8

zooplankton mengikuti pola sebaran fitoplankton, namun zooplankton aktif

bergerak mengejar prey. Sebaran biomas fitoplankton cenderung

dipengaruhi oleh kondisi perairan dan musim karena pertumbuhan

fitoplankton sangat dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara. Fitoplankton

tidak memiliki alat gerak seperti halnya pada zooplankton sehingga

kemampuan gerakannya relatif terbatas dengan melakukan berbagai

adaptasi untuk mempertahankan kedudukannya pada kolom air (Djumanto,

dkk., 2009).

Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton disebabkan curah

hujan dan arus. Curah hujan menyebabkan terjadinya pengenceran air dan

penurunan salinitas, serta meningkatkan masukan unsur hara dari daratan

yang terbawa oleh luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan

populasi fitoplankton cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota

air lainnya, misalnya ikan, melakukan perkembangbiakan karena tersedia

cukup makanan. Pertumbuhan fitoplankton secara kasar dapat

digolongkan menjadi dua tipe, yaitu singkat, produktivitasnya meledak

sangat pesat panjang dan masa pertumbuhan sangat lambat. Kondisi cuaca

yang relatif tenang dan perairan yang dangkal menyebabkan tidak terjadi

stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh dengan cepat di lapisan

epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar matahari (Nontji,

2008).
9

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Untuk pengambilan sampel dilakukan pada Kamis, 27 April 2017 di

perairan Pantai Sungai Nipah,Painan Sumatera barat dan untuk pengamatan

dan analisis plankton dilakaukan pada 17 Mei 2017 di Laboratorim Biologi

Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat Dan Bahan yang Digunakan di Lapangan

No. Topik praktikum alat bahan


1. Plankton Epifit Petakan kuadrat karet ban Lugol 4 %
ukuran 5 x 5 cm2
Sikat Gigi Aquades
Corong kecil Lem label
Semprotan kispray
Penggaris
Pipet tetes
Botol sampel 250 ml
2. Plankton Epipetic Petakan kuadran triplek Lugol 4 %
5 x 5 cm
Scrap
Corong
Botol Sampel 25 ml
3. Planktonik Planktonet no. 25 Lugol 4 %
Ember 10 L Lem label
Botol Sampel
Spidol
Kamera
Alat tulis
Box sampel
10

3.2 Metode Praktikum

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Pengambilan Sampel Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan secara insitu yang terdiri dari

parameter fisika yang meliputi suhu,kecepatan arus,kecerahan dan

parameter kimia yang terdiri dari salinitas oksigen terlarut, derajat keasaman

(pH). Pengambilan sampel parameter fisika dan kimia perairan dilakukan

sejalan dengan dicatatnya kordinant lokasi pengambilan dilakukan disekitar

lokasi pegambilan sampel epifit,epilitic dan planktonik.

3.3.2 Prosedur Pengambilan Sampel di Lapangan

3.3.2.1 pengambilan sampel plankton epifit ( menempeng di mangrove )

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara :

1. lakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti,

cuaca, waktu pengambilan, kondisi lingkungan , substrat, dan

lainnya yang di anggap penting.

2. pembuatan plot dan pengerikan dilakukan pada saat surut dengan

luas kerikan 5 x 5 cm pada magrove

3. pilih mangrove yang senantiasa terendam 90% oleh air laut pada

pasang.

4.lakukan pengerikan pada mangrovedi ketinggian 10 cm atau lebih

dari permukaan sedimen.


11

5. pengerikan dilakukan pada permukaan kulit tumbuhan magrove

dengan menggunakan sikat gigi, kemudian sambil disemprotkan dengan

aquades dan di tampung dengan botol sampel menggunakan ccorong hingga

volume konsentrasi 100 ml

6. kemudian sampel diberi label dengan kode stasiun dan jam pengambilan

sampel

7. sampel diawetkan dengan mengunakan lugol 4% 3-4 tetes dan disimpan

di dalam cool box untuk diamati di laboratorium.

3.3.2.2 Pengambilam Sampel Plankton Epifitic (menempel di sedimen )

1. lakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti,

cuaca, waktu pengambilan, kondisi lingkungan,substrat, dan

lainnya yang di anggap penting.

2. sampel organisme plankton epipelic diambil pada permukaan

sedimen

3. pengambilan sampel dilakukan pada saat surut terendah dengan

mengerik sampel permukaan sedimen 1 mm menggunakan spatula

dan petakan kuadran yang berukuran 5 x 5 cm2.

4. sampel diatom epipelik yang diambil tersebut dimasukkan

kedalam botol sampel dengan mengunakan corong. Semprot dengan

menggunakan aquades sampai volume 100 ml

5. selanjutnya sampel diawetkan menggunakan larutan pengawet

lugol 4% sebanyak 3-4 tetes


12

6. botol sampel diberi label sesuai kode pengambilan sampel

kemudian di simpan dalam ice box untuk selanjutnya sianalisa di

laboratorium.

3.3.2.3 Pengambilan Sampel planktonik (plankton di perairan)

1. lakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti,

cuaca, waktu pengambilan, kondisi lingkungan , substrat, dan

lainnya yang di anggap penting.

2. pengambilan sampel plankton dilakukan pada sianghari yaitu

antara 11.00-15.00 WIB.

3. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan planktonet

No.25

4. ambil air sebanyak 100 liter menggunakan ember. Kemudian

disaring dengan plankton net No.25

5. lalu hasil saringan dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak

100 ml

6. kemudian sampel diberi lugol 4% 3-4 tetes.

7. setelah itu sampel diberi label dengan keterangan tanggal, waktu,

stasiun salanjutnya di masukkan kedalam ice box untuk dianalisa

di laboratorium.

3.3.3 Prosedur Analisis di Laboratorium

Pengamatan diatom dilakukan di Laboratorium Biologi Laut dengan

menggunakan mikroskop Olympus CX 21 dengan prbesaran 10 x 10 dan 10

x 40. Menggunakan metode lapang pandang dengan cara sekali pengamatan

sebanyak 12 lapang pandang. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali


13

pengulangan untuk setiap botol sampel,sampel air plakton

epifit,epipelic,dan planktonik di aduk agar diatom tersebar secara merata

dan mempunyai kesempatan yang sama untuk terambil. Plankton yang

diamati dan diidentifikasi menggunakan buku Yamaji (1976) dan davis.

Untuk menghitung kelimpahan plankton epifit,epipelic digunakan rumus

modifikasi Lackey Drop Microtransecting Methods. (APHA,1992) :

30 1
=
0 3 3

Dimana :

N = jumlah diatom epifit / epipelic per satuan luas (individu/cm2)

Oi = luas gelas penutup (25x25 mm = 625 mm2)

Op = Luas satuan pandang mikroskop Olympus CX 21

perbesaran 100 x (1,306 mm2)

Vr = volume air sampel dalam botol sampel (100 ml)

Vo = Volume 1 tetes sampel (0,06 ml)

A = Luas bidang kerikan (25 cm2)

N = Jumlah diatom epifit yang tercacah

P = Jumlah lapang pandang (12)

Sedangkan sampel planktonik dilakukan perhitungan kelimpahan

dengan metode Lakey Drop Macrotransec Counting (LMDC) dari ALPA

(1992) SEBAGAI BERIKUT :

1 1
/ =
1 1

Dimana :

N = Jumlah individu diatomyang ditemukan tiap preparat


14

T = luas cover glass (25x25 mm2)

L = luas lapang pandang mikroskop (1306 mm2)

Vo = Volume air sampel dibawah cover glass (0,06)

V1 = volume air sampel dibawah cover glass (0.06 ml)

P = jumlah lapang pandang yang diamati (12 lapang pandang)

W = volume air disaring (100 Liter )

a. Indeks Keragaman Jenis (H)

Indeks keragaman jenis (H) makrozoobenthos berdasarkan rumus

Shannon-Wienner dalam Kasry et al., (2012) dengan rumus :


=
=

Keterangan :

H = indeks keragaman jenis

Pi = ni/N

ni = jumlah individu pada jenis ke i

N = jumlah total individu

S = jumlah jenis yang berhasil ditangkap

Dimana kriteria penilaian berdasarkan petunjuk Shannon-Wiener

dalam Kasry et al., (2012) dengan penggolongan:

H<1: rendah, artinya keragaman rendah dengan sebaran individu tidak

merata. Berarti lingkungan perairan tersebut telah mengalami gangguan

(tekanan) yang cukup besar, atau struktur komunitas organisme di

perairan tersebut jelek.


15

1H3: sedang, artinya keragaman sedang dengan sebaran individu

sedang. Berarti perairan tersebut mengalami tekanan (gangguan) yang

sedang atau struktur komunitas organisme yang sedang.

H>3: tinggi, artinya keragaman tinggi dengan sebaran individu tinggi.

Berarti perairan tersebut belum mengalami gangguan (tekanan) atau

struktur organisme yang ada berada dalam keadaan baik.

b. Indeks Dominansi Jenis (C)

Indeks dominansi (C) jenis digunakan untuk mengetahui jenis

makrozoobenthos yang mendominansi disuatu area, dihitung dengan

menggunakan rumus Simpson dalam Kasry et al., (2012):


= ()
=

Keterangan :

C = indeks dominansi

ni = jumlah individu setiap spesies

N = jumlah total individu

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Dimana jika nilai C

mendekati 0 berarti tidak ada dominansi jenis tertentu dan jika nilai C

mendekati 1 berarti terjadi dominansi jenis tertentu.

c. Indeks Keseragaman Jenis (E)

Indeks keseragaman jenis dihitung berdasarkan rumus Pilou dalam

Kasry et al., (2012) yakni :

Keterangan :
16

E = indeks keseragaman

H = nilai indeks keragaman jenis

H maks = log2 S = 3,321928 log S

Dimana kriteria penilaian berdasarkan petunjuk Weber dalam Kasry

et al., (2012) adalah sebagai berikut :

Apabila nilai E mendekati 1 (> 0,5) berarti keseragaman organisme

dalam suatu perairan berada dalam keadaan seimbang, dimana tidak

terjadi persaingan baik terhadap tempat maupun terhadap makanan.

Apabila nilai E berada < 0,5 atau mendekati 0 berarti keseragaman jenis

organisme dalam perairan tersebut tidak seimbang, dimana terjadi

persaingan baik pada tempat maupun makanan.


17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Perairan

Pantai Sungai Nipah merupakan ekosistem pantai berpasir. Di pantai

Sungai Nipah terdapat berbagai macam organisme yang hidup di sepanjang

pesisir pantai. Saat pelaksanaan praktikum bersama ditemui banyak

organisme seperti teripang, udang, kepiting kecil, cumi-cumi, ikan-ikan

kecil, dan lain-lain. Organisme-organisme ini memiliki caranya masing-

masing untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Di kawasan Pantai Sungai Nipah terdapat beberapa ekosistem seperti

ekosistem mangrove, dan ekosistem terumbu karang. Namun terumbu

karang di bagian tepi pantai sudah banyak yang rusak akibat terinjak dan

mengalami pemutihan (bleaching). Jika ditinjau dari segi produktivitas

primernya, ekosistem terumbu karang adalah yang paling tinggi, tetapi

melihat kondisinya tidak lagi baik, produktivitasnya pun semakin

berkurang. Hal ini terlihat dari ikan-ikan yang hidup disekitar karang sudah

berkurang, itu karena asupan makanan dan nutrisi disana juga sudah

berkurang. Sementara ekosistem mangrove disekitar Pantai Sungai Nipah

masih terjaga kelestariannya meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak.hal

ini bias dilihat dari masih banyaknya organism-organisme yang hidup di

sekitar mangrove seperti kepiting kecil.

Pantai Sungai Nipah termasuk kedalam jenis pantai yang landai,

yaitu pantai yang permukaannya relative datar. Garis pantainya masih


18

terjaga, belum ada terjadi abrasi besar-besaran (pengikisan pasir pantai

akibat hantaman gelombang laut). Selain itu terumbu karang di pinggiran

pantai juga mempengaruhi sehingga garis pantainya masih terjaga dengan

baik. Pantai Sungai Nipah Painan ini memiliki gradient pantai yang bernilai

positif.

4.1.2 Pengukuran Kualitas Air

Tabel 2. Pengukuran Kualitas Air

No Parameter Kualitas Air Hasil


1 pH 8,2
2 Suhu 30oC
3 Salinitas 30 ppm
4 Kecerahan 100

4.1.4 Struktur komunitas planktonic

Tabel 3. Struktur komunitas planktonik

Kelompok Jenis yang ditemukan Jumlah jenis


9 (IK-B) Leptocilindris 2
Rhizocdenia 1
8 (IK-A) Pleurosigma sp 3
Rhizosolenia sp 7
Nitzschia sp 1
Chaetoceros sp 2
2 (IK-A) Gyrosigma balicum 10
Mougeolia viridis 4
Bassia appenticulata 1
Undeuchaeta minor giesbrecht 1
Ishmia 2
6 (IK-A) Gyrosigma fascicola 11
Isthmia sp 1
10 (IK-A) Isthmia sp 1
Fritillaria haplostoma 1
Tricenatium amenicanum 1
3 (IK-A) Ceratium 2
Chromatonema 1
19

Nitzschia 1
Thalassionema 1
5 (IK-A) Lyngbya 15
Coscinodisc 10
Rhizhosoler 7
Synedra 5
9 (IK-) Gleotrichia echinolata 1
Lyngbya condervoides 3
Eucorinis angullata 1
Phoronis mulleri 1
Nereis sp 1
Anguilla vulgaris 1

Tabel 4. Struktur kelimpahan planktonik

Kelompok Kelimpahan ind/l H C E


9 (IK-B) 333,538 0,899 0,556 0,135
8 (IK-A) 667,076 1,238 0,372 3,700
2 (IK-A) 833,845 1,769 0,377 0,106
6 (IK-A) 333,538 0,413 1,000 0,062
10 (IK-A) 500,307 1,584 0,333 0,159
3 (IK-A) 2563,259 1,921 0,28 0,96
5 (IK-A) 667,076 3,766 0,291 2,000
9 (IK-A) 1000,614 2,399 0,125 0,779
Total 6899,253 13,989 3,334 7,901
N = 862,407 H= 1,749 C= 0,417 E= 0,988

4.2 Pembahasan

Plankton adalah organisme renik yang pada umumnya hidup

melayang di dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat

lemah sehingga pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan massa air.

Plankton dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu fitoplankton dan

zooplankton.

Keanekaragaman suatu komunitas plankton bisa dinyatakan dengan

menggunakan data dari jumlah spesies atau jumlah genera yang ada,

distribusi dari biomassa komposisi pigmen atau jumlah dari parameter yang

mudah bisa mengukur kondisi alamiah plankton. Keanekaragaman


20

dilakukan dengan menentukan persentase komposisi dan spesies di dalam

sampel. Semakin banyak jenis organisme yang terdapat dalam sampel maka

makin besar pula keanekaragaman, meskipun harga ini juga tergantung pada

jumlah total individu masing-masing spesies.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat memperngaruhi

keberadaan plankton, diantaranya adalah kecerahan, suhu, dan arus.

Dimana, periran dengan kecerahan tertentu menunjukkan adanya

kemampuan cahaya pada intensitas yang tertentu pula untuk menembus

lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan penting karena erat

kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi di perairan. Arus penting

dalam kaitannya dengan kehidupan organisme, karena arus dapat

menyebabkan perubahan suhu dan salinitas, selain itu sifat dari plankton

yang pergerakannya dipengaruhi oleh arus. Suhu juga memegang peranan

penting dalam perairan dan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan

organisme perairan termasuk plankton sebab mengatur proses biologi dalam

perairan

Total indeks keanekaragaman plankton yang ditemukan di Perairan

yaitu 1,479. Nilai Indeks keseragaman yang ditemukan menunjukkan bahwa

Peraian Pantai Tanjung Tiram memiliki indeks keanekaragaman dan

penyebaran jumlah individu setiap jenis fitoplankton sedang, kestabilan

komunitas fitoplankton sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum

(1996), yang menyatakan bahwa bila nilai indeks keanekaragaman (H)

yang diperoleh pada suatu perairan lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3
21

memiliki keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis

plankton sedang, kestabilan komunitas plankton sedang.

Berdasarkan analisis data, indeks keseragaman plankton yang di

Perairan Pantai Sungai Nipah yaitu 0,988. Nilai ini menunjukan bahwa

indeks keseragaman plankton di Perairan Pantai Tanjung Tiram memiliki

struktur komunitas plankton yang stabil karena kondisi lingkungan cukup

prima dan tidak mengalami tekanan ekologis (strees) . Hal ini didukung oleh

pernyataan Odum (1996), bahwa nilai indeks keseragaman (E) plankton

yaitu 0,75 < E 1 merupakan komunitas plankton yang stabil. Hal ini

diperjelas oleh pernyataan Basmi (2001), bahwa kondisi struktur komunitas

dalam keadaan stabil, menunjukkan kondisi lingkungan cukup prima dan

tidak terjadi tekanan ekologis.

Bedasarkan analisi data, indeks dominansi di perairan tersebut

adalah 0,417 yang artinya mendekati 0 Nilai indeks dominansi berkisar

antara 0-1. Dimana jika nilai C mendekati 0 berarti tidak ada dominansi

jenis tertentu.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kelimpahan total untuk

semua jenis plankton yang ditemukan yaitu N = 667,076 ind/cm2 yang

terdiri dari 1807,5 kelimpahan satu jumlah spesies, 3615 untuk kelimpahan

dua jumlah spesies dan 6025 untuk kelimpahan tiga jumlah spesies. Jumlah

kelimpahan plankton ini dipengaruhi oleh arus dan kedalaman perairan

tersebut. Hal in sesuai dengan pendapat (Arinandi, 1997), yang menyatakan

bahwa penyebaran plankton tidak merata dalam suatu perairan karena di


22

pengaruhi faktor kimia maupun fisika, antara lain intensitas cahaya

matahari, salinitas, suhu dan arus. Sedangkan menurut Welch (1948)


23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa perairan tersebut memiliki

keseragaman organisme yang baik sehingga tidak ada individu yang

mendominasi diperairan tersebut dan juga dari nilai keanekaragaman dan

nilai keanekaragamannya seimbang di perairan tersebut dan juga nilai

dominansi yang menunjukan menujuh nol yang artinya tidak ada spesies

yang mendominasi siperairan tersebut.

Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa dari pengukuran

PKA yang dilakukan dan perhitungan yang dilakukan bahwa perairan

tersebut masih baik dan belum tercempar sehingga baik untuk biota yang

tinggal di daerah tersebut.

5.2 Saran

Diharapkan agar para praktikan agar mendengarkan para assisten

yang menjelaskan prosedur praktikum agar tidak terjadi kesalahan pada saat

pengambilan sampel di lapangan. Dan juga pada saat analisis di

laboratorium di usahakan untuk bekerja seefisien munkin untuk melakukan

identifikasi karena proses indentifikasi berlangsung lama dan

untukmenghemat waktu.
24

LAMPIRAN
25

lampiran 1. Peta Lokasi Praktikum

Lampiran 2. Foto planktonik

Isthmia sp Fritillaria haplostoma


26

Lampiran 3. Alat dan Bahan

Plot triplek Botol sampel

Spatula Botol kispray


27

lampiran 4. Dokumentasi Praktikum

Pengambilan sampel epipelik Pengambilan sampel epifiton

Pengambilan sampel planktonik

Lampiran 5. Perhitungan Hasil Data


Tabel 4. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 9 (IK-B)
No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Leptocilindris 2 0,667 0,445 -0,176 -0,585 -0,390

2 Rhizocdenia 1 0,333 0,111 -0,477 -1,561 -0,519

3 C 0,556 H -0,899

H 0,899

E 0,135

Tabel 5. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 8 (IK-A)


28

No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Pleurosigma sp 3 0,2307 0,0532 - -0,7663 -0,1767

0,6369

2 Rhizosolenia sp 7 0,5385 0,2899 - -1,7888 -0,9632

0,2688

3 Nitzschia sp 1 0,0769 0,0059 - -0,2554 0,0196

1,1140

4 Chaetoceros sp 2 0,1538 0,0236 - 0,5109 -0,0785

0,8130

13 C 0,3726 H -1,238

H 1,238

E 3,7004

Tabel 6. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 2 (IK-A)


No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Gyrosigma 10 0,555 0,309 -0,255 -0,848 -0,471

balicum

2 Mougeolia 4 0,222 0,049 -0,653 -2,170 -0,482

viridis

3 Bassia 1 0,056 0,003 -1,255 -4,169 -0,232

appenticulata

4 Undeuchaeta 1 0,056 0,003 -1,255 -4,169 -0,232

minor

giesbrecht

5 ishmia 2 0,111 0,023 -0,954 -3,170 0,352


29

18 C 0,377 H -1,769

H 1,769

E 0,106

Tabel 7. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 6 (IK-A)


No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Gyrosigma 11 0,9167 0,8409 - -0,1256 -0,1151

fascicola 0,0378

2 Isthmia sp 1 0,0833 0,0069 - -3,5853 -0,2986

1,0793

12 C 1,0000 H -0,4137

H 0,4137

E 0,062

Tabel 8. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 10 (IK-A)


No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Isthmia sp 1 0,3333 0,1111 - -1,5849 -0,5283

0,4771

2 Fritillaria 1 0,3333 0,1111 - -1,5849 -0,5283

haplostoma 0,4771

3 Tricenatium 1 0,3333 0,1111 - -1,5849 -0,5283

amenicanum 0,4771

3 C 0,3333 H -1,5849

H 1,5849

E 0,159

Tabel 9. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 3 (IK-A)


30

No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Ceratium 2 0,4 0,16 -0,389 -1,322 -0,529

2 Chromatonema 1 0,2 0,04 -0,699 -2,322 -0,464

3 Nitzschia 1 0,2 0,04 -0,699 -2,322 -0,464

4 Thalassionema 1 0,2 0,04 -0,699 -2,322 -0,464

5 C 0,28 H -1,921

H 1,921

E 0,96

Tabel 10. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 9 (IK-)


No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Lyngbya 15 0,405 0,164 -0,784 -2,605 -1,056

2 Coscinodisc 10 0,270 0,073 -1,136 -3,775 -1,020

3 Rhizhosoler 7 0,189 0,036 -1,446 -4,804 -0,909

4 Synedra 5 0,135 0,018 -1,738 -5,775 -0,780

37 C 0,291 H -3,766

H 3,766

E 2,000

Tabel 11. Perhitungan stuktur komunitas planktonik kelompok 5 (IK-A)


No Spesies Ni Pi Pi2 Log Pi Log2 Pi Pi log2Pi

1 Gleotrichia 1 0,125 0,015 -0,903 -2,999 -0,374

echinolata

2 Lyngbya 3 0,375 0,140 -0,425 -1,411 -0,529

condervoides

3 Eucorinis 1 0,125 0,015 -0,903 -2,999 -0,374


31

angullata

4 Phoronis 1 0,125 0,015 -0,903 -2,999 -0,374

mulleri

5 Nereis sp 1 0,125 0,015 -0,903 -2,999 -0,374

6 Anguilla 1 0,125 0,015 -0,903 -2,999 -0,374

vulgaris

8 C 0,215 H -2,399

H 2,399

E 0,779

Perhitungan hasil data kelompok 8 (IK-A) (data klompok masing-

masing ya, jdi tinggal tukar angkanya aja)

A. Indeks keanekaragaman jenis (H)


H = -=1 log 2
H = 1,238

B. Indeks dominansi (C)


C = =1 2
C = 0,372

C. Indeks keseragaman jenis (E)



E =
1,238
E = 3,32191,1139
E = 3,7004

D. Kelimpahan plankton
1 1
N =
484 100 1 1
N = 1,306 0,06 36 100 4
N = 667,076 ind/cm2

Anda mungkin juga menyukai