Dosen Pengampu :
Asisten :
Disusun Oleh :
2021
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Oseanografi adalah studi tentang kondisi fisika, kimia, dan biologis dari lautan,
termasuk sejarah dari lautan, kondisinya sekarang, dan masa depannya. Salah satu
cabang keilmuan oseanografi adalah oseanografi biologi yang mempelajari tumbuhan
dan hewan laut serta interaksinya dengan ekosistem perairan. Tumbuhan dan hewan
yang dipelajari merupakan suatu keanekaragaman hayati yang harus dijaga dan
dilestarikan. Keanekaragaman hayati yang terdapat di lautan dapat berupa keragaman
genetik, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman hayati menunjukkan variansi dari
morfologi dan fisiologi makhluk hidup. Semakin banyak keanekaragaman, kelestarian
makhluk hidup satu sama lain juga akan terjaga. Keanekaragaman hayati lautan terdiri
dari plankton, nekton, dan bentos. Bentos adalah organisme yang mendiami dasar
lautan. Setiap bentos memiliki karakteristik pembeda yang berhubungan dengan cara
hidup mereka.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan terhadap keanekaragaman hayati
organisme bentos. Akan diteliti masing-masing organisme berdasarkan taksonomi
filum dan kelas, ciri-ciri umum, habitat, dan zona tinggal. Setelah diidentifikasi, akan
dihitung kepadatan jenis, indeks kenakearagaman, dan indeks keseragaman dari tiap
tiap spesies. Indeks ini dapat menjelaskan tingkat keanekaragaman hayati di suatu
badan air tertentu.
Praktikum ini penting dilakukan untuk meneliti tingkat keberagaman hayati bentos.
Keberagaman hayati dapat menjadi faktor untuk memprediksi perubahan kualitas
lingkungan habitat. Dengan demikian, akan muncul kesadaran akan pentingnya
merawat lingkungan laut untuk mempertahankan habitat organisme yang tinggal di
dalamnya agar tetap lestari. Dengan banyaknya keberagaman hayati, aspek kehidupan
manusia lain juga dapat terpenuhi, misal dalam bidang pangan, sandang, kesehatan dan
obat-obatan, ekonomi, dan pariwisata.
1
1.2. Tujuan
2
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Keanekaragaman Hayati
Bentos adalah organisme akuatik yang hidup menetap pada dasar perairan, baik
perairan air tawar maupun air asin. Organisme ini umumnya banyak hidup di perairan
dekat dasar sungai atau dikenal sebagai zona bentik. Bentos biasa ditemukan di dekat
sedimen baik itu batu, lumpur, dan pasir (Aruna, 2021). Keberadaan bentos di
lingkungan perairan dapat dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan. Hal
ini disebabkan adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang
masuk dalam perairan dan bersifat immobile (Suwondo dkk, 2004). Ciri-ciri dasar dari
bentos yaitu,
a. Hidup di dasar atau substrat dasar perairan
3
b.Mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap pencemaran serta reaksi yang cepat
akan lingkungan.
c. Keberadaannya dipengaruhi oleh eutrofikasi (pencemaran air) dan polusi serta
kegiatan perikanan.
d.Biasanya hidup pada suhu 27oC-37oC dan pH antara 6,5-8,5.
4
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode
Pengambilan data bentos dapat dilakukan secara langsung (offline) dan secara
pengambilan data di internet (online) yang bersumber dari data satelit, hasil survey
pihak lain, maupun sumber lainnya. Pada praktikum kali ini, digunakan data hasil
survei bentos yang dilakukan di Pulau Tunda pada 25 Oktober 2019 dengan metode
transek (yang dibagi menjadi 10 transek). Jarak yang digunakan antar transek adalah
10 meter. Masing-masing transek akan memiliki 3 daerah observasi yang mengarah
ke laut lepas dengan jarak 5 meter. Sebagai referensi dapat diakses melalui link video
berikut https://www.youtube.com/watch?v=UPvsqxPhkm8.
1. GPS
2. Kuadrat 1x1 m
3. Tali sepanjang 5 m dan 10 m
4. Logbook yang telah di laminating
5. Alat tulis
6. Papan jalan
7. Peralatan snorkling (fins, masker, snorkel, pelampung)
8. Kamera underwater (opsional)
5
9. Internet (wifi/kuota)
10. Smartphone/laptop
11. Aplikasi youtube (atau platform kumpulan video lainnya)
3.4. Perhitungan
6
n = total individu jenis ke-i yang diperoleh (ind)
L = luas kuadrat yang digunakan (m^2)
dengan:
H’ = keanekaragaman
S = jumlah taksa/filum utama
n = total individu jenis ke-i yang diperoleh (ind)
N = kepadatan jenis (ind/m^2)
Tabel 3.4.2.1 Kategori indeks keanekaragaman Shannon Wiener
Nilai Kategori
<1 Rendah
1-3 Sedang
>3 Tinggi
dengan:
E = keseragaman
H’ = keanekaragaman
S = jumlah taksa/filum utama
Tabel 3.4.3.1 Kategori indeks keseragaman Evenness
Indikator Kategori
E < 0.4 Keseragaman populasi rendah
0.4 < E < 0.6 Keseragaman populasi sedang
E > 0.6 Keseragaman populasi tinggi
7
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1. Hasil
8
(Sumber : Wikipedia.org) (Sumber :
marinespecies.org)
Porifera
Rumput Laut
Lamun
Cymodocea nodosa
Zostera marina (Sumber : wikipedia)
(Sumber : Wikipedia)
9
Korotnevella sp.
Crassostrea ingens Hediste diadroma (Sumber : Arcella.nl)
(Sumber : wikipedia) (Sumber : marine invasions
research)
Berlump
ur
Tonicella lineata
(Sumber : wikipedia) Korotnevella sp.
Crassostrea ingens
(Sumber : Arcella.nl)
10
(Sumber : wikipedia)
Postelsia
Eurydice pulchra Stigeoclonium sp.
palmaeformis
(Sumber : wikipedia) (Sumber : wikipedia)
(Sumber :
biodiversity of the
central coast)
Low Tide
Zone
11
4.2. Perhitungan
4.3. Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan bentos di tiga koordinat tersebut, dapat diplot grafik
sebagai berikut,
12
Gambar 4.3.1 Grafik komposisi jenis bentos berdasarkan tiga koordinat
Dapat dilihat bahwa tiga koordinat memiliki persebaran filum yang sama, yaitu
dominan di filum lamun. Ketiga koordinat tidak memiliki individu dari filum annelida,
arthropoda, dan molluska. Koordinat 2 memiliki individu moluska terbanyak sementara
pada koordinat lainnya tidak ada. Ketiga koordinat memiliki populasi rumput laut dan
porifera yang hampir sama.
Dari hasil perhitungan kepadatan jenis, diperoleh bahwa lamun memiliki kepadatan
jenis yang tinggi. Lamun mendominasi organisme bentos dengan nilai sebesar 78.35%.
Keanekaragaman jenis pada koordinat 1 sebesar 0.304. Jika disesuaikan dengan tabel
3.4.2.1 tentang kategori indeks keanekaragaman Shannon Wiener, koordinat 1
memiliki tingkat keanekaragaman rendah. Hal ini dibuktikan dengan besarnya nilai
individu lamun dan tidak adanya organisme Echinodermata, annelida, arthropoda, dan
moluska. Keanekaragaman jenis pada koordinat 2 sebesar 0.933 dan termasuk memiliki
tingkat keanekaragaman rendah. Lamun mendominasi lingkungan pada koordinat 2
secara signifikan. Keanekaragaman jenis pada koordinat 3 sebesar 0.876 dan termasuk
memiliki tingkat keanekaragaman rendah. Lamun juga mendominasi lingkungan pada
koordinat 3. Tingkat keseragaman koordinat 1 sebesar 0.156 dan jika diacu pada tabel
3.4.3.1 termasuk ke keseragaman populasi rendah. Tingkat keseragaman koordinat 2
sebesar 0.480 dan termasuk ke keseragaman populasi sedang. Tingkat keseragaman
koordinat 3 sebesar 0.450 dan termasuk ke keseragaman populasi sedang.
13
Ciri khas estuari cenderung lebih produktif daripada laut ataupun pembuangan air tawar
(Odum, 1994, dalam Wahyuni, 2016, hlm.14). Estuari memiliki produksi primer tinggi,
ekosistemnya memiliki keterkaitan dengan ekosistem darat, mangrove, lamun, terumbu
karang, dan ekosistem laut lepas, struktur jaringan makanan yang khas karena dicirikan
oleh banyak terakumulasinya bahan detritus organik, organisme estuari rentan terhadap
perubahan lingkungan perairan seperti peningkatan suhu air, perubahan salinitas, dan
penurunan kadar oksigen terlarut, merupakan daerah peralihan dari kondisi perairan
tawar ke laut, terdapat berbagai macam kepentingan yang sering menimbulkan konflik.
Bentos yang hidup pada ekosistem tersebut adalah Arenicola sp. dan Callinectes
ornatus.
Pada substrat berbatu, bentos yang dapat hidup biasanya merekat dengan kuat pada batu
karena struktur batu yang kokoh. Pada substrat berlumpur dan berpasir, organisme
bentos dapat hidup di bawah lumpur atau pasir tersebut dengan menggali lubang.
Organisme ini biasa disebut infauna dan biasanya berasal dari filum anelida.
Bentos yang hidup di spray zone telah terbiasa dengan kondisi kering yang sering,
namun tetap dapat mentoleransi air laut yang hadir saat pasang tinggi. Bentos ini juga
memiliki cengkraman yang kuat terhadap substrat karena area ini akan banjir selama
badai dan pasang tinggi. Contoh organisme yang dapat hidup disini adalah barnakel,
isopod, lichen, lice, limpets, periwinkle, dan welk.
Bentos yang hidup di high tide zone dapat mentoleransi air garam yang hadir saat
pasang tinggi. Contoh organisme yang dapat hidup pada zona ini adalah bintang laut,
siput, whelks, dan vegetasi perairan.
Bentos yang hidup di lower tide zone harus dapat mentoleransi kondisi air yang tertutup
dan tidak tertutup dua hari sekali oleh air garam dari ombak. Beberapa organisme yang
hidup di zona ini adalah anemone, barnakel, spons, alga hijau, dan bintang laut.
Bentos yang hidup di low tide zone tidak dapat beradaptasi dengan baik terhadap
kekeringan karena daerahnya yang berada di bawah air, meskipun terkadang tereskpos
saat ombaknya rendah. Beberapa organisme yang hidup di zona ini adalah kiton,
rumput laut coklat, anemone, nudibranch, dan isopod.
14
Peranan bentos di perairan yaitu mengubah detritus organic dari penyimpanan sedimen
menjadi nutrisi terlarut. Nutrisi ini dapat bercampur dengan air dan digunakan oleh
tanaman berakar (makrofita) dan alga (fitoplankton) untuk menaikkan produktivitas
primer. Beberapa spesies bentik merupakan omnivore dan mengonsumsi makrofita,
alga, dan zooplankton. Keberadaan bentos penting untuk mempertahankan siklus pada
perairan tersebut.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan zona hidupnya, bentos dapat dikelompokkan dalam high tide zone
(kepiting), middle tide zone (kepiting, kiton), low tide zone (tube worm), dan spray
zone (barnakel). Zona hidup menentukan ciri-ciri dari bentos tersebut, misal pada
spray zone bentos harus memiliki pegangan yang kokoh ke substrat sementara
pada low tide zone bentos tidak dapat beradaptasi dengan kekeringan karena
zonanya yang selalu basah. Dari perhitungan ditemukan bahwa keanekaragaman
jenis pada tiga koordinat tergolong rendah karena didominasi oleh lamun.
5.2. Saran
1. -
16
DAFTAR PUSTAKA
Boero, F., De Leo, F., Fraschetti, S., & Ingrosso, G. (2019). The cells of ecosystem functioning:
Towards a holistic vision of marine space. Advances in Marine Biology, 129–153.
https://doi.org/10.1016/bs.amb.2019.03.001
Day, John W.; Crump, Byron C.; Kemp, W. Michael; Yáñez-Arancibia, Alejandro
(2012). Estuarine Ecology (Day/Estuarine Ecology) || Estuarine Benthos. ,
10.1002/9781118412787(), 303–325. doi:10.1002/9781118412787.ch12
Suwondo, E. F., & Dessy, A. M. (2004). Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago dan
Sail Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal
Biogenesis, 1(1), 15-20.
Zegeye, Haileab. (2013). Re: If I obtain the Shannon-Weiner diversity index as 2.85, what can
I interpret from this about the diversity?. Retrieved from:
https://www.researchgate.net/post/If_I_obtain_the_Shannon-
Weiner_diversity_index_as_285_what_can_I_interpret_from_this_about_the_divers
ity/520e1346d3df3e2d16ea15d2/citation/download.
17
LAMPIRAN
18