Disusun oleh :
Kelompok 27
BAGIAN OSEANOGRAFI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui,
Asisten Pembimbing
Diketahui,
Koordinator Asisten
Lukman Hakim
C54120010
Tanggal Pengesahan :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan fieldtrip Oseanografi umum “Studi Beberapa Parameter Fisika dan Kimia
Di Perairan Teluk Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat” sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam memenuhi tugas
mata kuliah Oseanogradi Umum.
Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen dan asisten praktikum mata kuliah
Oseanografi umum yang telah membantu, khususnya kepada asisten kelompok 27
atas bimbingan, kritik dan saran pada proses pembuatan laporan ini. Ucapan
terimakasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada seluruh
panitia fieldtrip Oseanografi umum 2015, yang secara sukarela telah mengorbankan
tenaga dan pikaran demi terlaksananya praktikum ini.
Demikian laporan ini penulis buat. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami hal-hal yang berhubungan
dengan Oseanografi. Kritik dan saran dari berbagai pihak juga penulis harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur kerja penentuan posisi metode GPS dan baringan ................ 10
2. Kompas Bidik ...................................................................................... 11
3. Alat GPS (Global Positioning System) ................................................ 12
4. Skema pengambilan data suhu dengan alat CTD ................................. 12
5. Prosedur kerja pengukuran salinitas dengan alat refraktometer .......... 13
6. Refraktometer ....................................................................................... 13
7. Alat Current Meter ............................................................................... 14
8. Diagram kerja alat View Box ................................................................ 15
9. Skematis pengambilan data tinggi gelombang ..................................... 15
10. Stopwatch ............................................................................................. 16
11. Prosedur kerja penentuan periode gelombang ..................................... 16
12. Diargam alir penggunaan papan skala ................................................. 17
13. Papan skala pasang surut dan alat moritide ......................................... 17
14. Prosedur kerja penentuan kemiringan pantai ....................................... 18
15. Alat Ukur Kemiringan, Water Pass ...................................................... 18
16. Theodolite ............................................................................................ 19
17. Metode Pengoprasian botol Van Dorn ................................................. 21
18. Botol van dorn ...................................................................................... 22
19. Posisi stasiun pengamatan .................................................................... 24
20. Sebaran menegak suhu ......................................................................... 26
21. Sebaran melintang suhu ....................................................................... 26
22. Sebaran menegak salinitas ................................................................... 28
23. Sebaran melintang salinitas .................................................................. 28
24. Stik plot arus menggunakan current meter........................................... 31
25. Stik plot arus floating droadge ............................................................. 31
26. Grafik pasang surut pelabuhanratu....................................................... 38
27. Grafik kemiringan pantai ..................................................................... 40
28. Sebaran oksigen terlarut di stasiun 15-20 ............................................ 42
29. Integrasi DO terhadap suhu.................................................................. 43
5
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Posisi stasiun pengamatan dengan alat kompas bidik dan gps ........... 23
2. Data Hasil Trip Kelompok 15-20 di Teluk Palabuhan Ratu .............. 29
3. Data Hasil Trip Kelompok 1-20 dengan 3 kali ulangan ..................... 30
4. Data Hasil Tinggi Gelombang Di Teluk Pelabuhan Ratu .................. 33
5. Data Hasil Pengamatan Refraksi Gelombang Kelompok 14 ............. 35
6. Periode gelombang di Pantai Palabuhan Ratu .................................... 36
7. Pengukuran kemiringan pantai dengan waterpass.............................. 39
8. Pengukuran kemiringan pantai dengan theodolite ............................. 39
9. Hasil pengamatan DO ........................................................................ 41
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tutorial Stick Plot Arus ................................................................... 47
2. Tutorial Pasang Surut ....................................................................... 53
3. Tutorial Salinitas .............................................................................. 56
4. Pembagian Tugas ............................................................................. 64
5. Dokumentasi alat-alat yang digunakan ............................................ 65
6. Dokumentasi kegiatan fieldtrip di Pelabuhanratu, Sukabumi.......... 71
7
I. PENDAHULUAN
8
daerah perairan yang lebih baik. Praktikum lapang yang dilakukan memiliki
beberapa tujuan, yaitu mahasiswa dapat menerapkan ilmu oseanografi yang
didapatkan secara langsung dilapangan, serta memahami berbagai macam
karakteristik laut, khususnya di Pelabuhan Ratu melaui parameter fisika dan kimia.
1.2 Tujuan
Praktikum lapang ini bertujuan untuk menjelaskan cara pengukuran berbagai
macam parameter oseanografi seperti parameter gelombang (refraksi, tinggi, dan
periode), kemiringan pantai, pasang surut, arus, Dissolved Oxygen (DO), suhu, dan
salinitas, serta dapat mendeskripsikan parameter oseanografi yang telah diperoleh.
9
II. METODOLOGI
Alat
10
2.2.1.1 Metode Baringan
Penentuan lokasi dengan metode kedua yaitu dengan menggunakan metode
Baringan. Hal pertama yang dilakukan yaitu menentukan arah utara dari lokasi
tersebut. Kemudian ditentukan dua objek sebagai titik acuan, derajat sudut dari
kedua titik acuan dengan menggunakan kompas bidik. Setelah itu, ditentukan letak
kapal dengan melihat perpotongan antara kedua titik acuan tersebut pada peta.
11
Gambar 3. Alat GPS (Global Positioning System)
Sumber : google.com/gambar-gps/
2.3. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan alat Conductivity Temperature
Depth (CTD). Metode ini terdiri dari 3 tahapan yakni tahap persiapan, tahap
pengambilan data, dan tahap penyajian data. Persiapan dilakukan dengan men-
setting alat CTD berdasarkan waktu atau kedalaman (time reader/depth
reader). Pilih time reader karena pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan waktu. Pengambilan data dilakukan dengan memasukkan CTD ke
dalam perairan dalam keadaan ON. Catat waktu yang ditempuh dan diangkat
kembali ke permukaan jika telah selelai. Kemudian matikan alat dalam posisi off.
Tahap terakhir adalah tahap penyajian data dengan memindahkan data dari CTD
melalui interface ke komputer dengan menggunakan software Alec. Digaram alir
prosedur kerja penentuan suhu disajikan pada Gambar 4.
Pengambilan
data suhu
dengan CTD
Masukkan ke air
Klik on
Angkat kembali
ke permukaan
Klik off
12
aquades dan kemudian keringkan dengan tissue. Tanda tera kemudian diarahkan ke
nol (pengkalibrasian). Beri satu tetes air sampel yang sudah diambil dengan botol
Nansen. Angka salinitas ditunjukkan pada nilai di sebelah kanan, sedangkan nilai
di sebelah kiri merupakan nilai densitas. Diagram alir prosedur kerja pengukuran
salinitas disajikan pada gambar di bawah ini.
kalibrasi alat
Gambar 6. refraktometer
Sumber : google.com/refraktometer-image/
2.2.4 Arus
Arus laut adalah proses pergerakan dari massa air laut yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air laut yang terjadi secara terus
menerus. Pengukuran arus dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
metode pengukuran arus secara langsung dapat di lakukan dengan menggunakan
alat current meter dan metode tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan peranan
suhu, salinitas, tekanan dan gradien potensial listrik didalam lautan (Stowe, 1987).
Current Meter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah
arus laut dengan metode Eularian. Pengukuran arus laut dengan current meter ini
menggunakan metode eularian dimana metode ini merupakan pengukuran arus
dengan menggunakan metode gelombang sinusoidal. Prinsip kerja dari current
13
meter adalah baling-baling dimana sewaktu alat dimasukkan akan ada perputaran
dari baling-baling tersebut sehingga menimbulkan percepatan. Current meter
mempunyai 2 bagian yaitu kecepatan dan arah (Godfrey 1996).
14
Berikut ini merupakan diagram kerja alat View Box:
sebanyak 10 kali
15
c. Metode Pengukuran Periode Gelombang
Metode pengukuran periode gelombang dilakukan dengan cara menghitung
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah gelombang dengan
menggunakan stopwatch. Berikut ini gambar stopwatch :
Mengamati gelombang
16
2.2.6 Pasang Surut
Alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut adalah tide staff atau
papan skala pasang surut yang berupa papan yang telah diberi skala dalam meter
atau centi meter. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium
atau bahan lain yang dicat anti karat (Romdania, 2010). Pasang surut sangat
berpengaruh bagi perairan dan kelautan, seperti pasut sebagai tolak ukur untuk
nelayan melaut, pasut pada saatt pasang membawa energi yang sangat bear sengga
mampu dijadikan sebagai pembangkit listrik, selain membawa energi yang besar,
pasut juga membawa migrasi biota dari laut lepas. Berikut ini diargam alir
penggunaan papan skala (Gambar 10) :
Papan skala
Dipasang di dermaga
Berikut ini merupakan gambar papan skala pasang surut dan alat moritide
untuk mengukur pasang surut di laut :
17
reng berukuran 100cm. Prosedur kerja penentuan kemiringan pantai disajikan pada
gambar di bawah ini.
Selain menggunakan water pass, pada praktikum ini digunakan pula alat yang
lebih modern dan akurat yakni teodolite. Sekrup pengunci perpanjangan
dikendurkan. Kemudian ditinggikan setinggi dada lalu dikencangkan kaki statif
berbentuk segitiga dibuat sama sisi dan pedal kaki statif diinjak. Lalu ketinggian
statif diatur kembali sehingga tribar plat mendatar theodolite diletakkan di tribar
plat. Kemudian sekrup pengunci centering ke theodolite dikencangkan.
Nivo kotak diatur (levelkan) sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut. Lalu, nivo tabung diatur (levelkan) sehingga sumbu kedua benar-benar
mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi
alat ukur tersebut. Theodolite diposisikan dengan mengendurkan sekrup pengunci
centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titi ikat (BM), dilihat dari centering optic. Kemudian dilakukan pengujian
kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding dan diperiksa kembali
18
ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan
sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.
Berikut ini merupakan gambar theodolite yang digunakan saat kegiatan :
19
bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran
tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Botol Van Dorn adalah alat untuk mendapatkan sampel air laut pada
kedalaman tertentu. Botol, lebih tepatnya disebut silinder logam atau plastik,
diturunkan dengan tali ke dalam laut dan ketika telah mencapai kedalaman yang
diperlukan, berat kuningan atau disebut pemberat (messenger) terjatuh ke tali
pemberat (messenger) mencapai botol, maka botol akan tertutup oleh sebuah pegas
katup di bawah dan diatas botol lalu menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan
sampel kemudian diambil oleh surveyor menggunakan kabel atau tali. sampel air
yang ada didalam botol ini lah yang akan digunakan nantinya untuk diteliti lebih
20
lanjut. Messenger dapat diatur ketika akan dijatuhkan, dan diturunkan ke bawah
kabel / tali sampai mencapai botol Nansen. Dengan memperbaiki kedalaman dan
messenger yang akan dijatuhkan ke botol menggunakan kabel/tali, serangkaian
sampel air pada kedalaman tertentu dapat diambil.
21
Berikut ini merupakan gambar botol van dorn yang digunakan sebagai alat
untuk mengambil sampel airpada kedalaman tertentu :
22
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Posisi stasiun pengamatan dengan alat kompas bidik dan gps
BARINGAN (KOMPAS
KELOMPOK BIDIK) GPS
LINTANG (°) BUJUR (°) LINTANG (°) BUJUR (°)
15 06◦ 56’ 0" 106◦ 29’ 30” 06⁰ 59’ 10,48” 106⁰ 31’ 54,01”
16 06◦ 58’ 30” 106◦ 29’ 42” 06⁰ 59’ 0,595” 106⁰ 31’ 28,9”
17 06◦ 56’ 23,33” 106◦ 30’ 33” 06⁰ 59’ 4,76” 106⁰ 31’ 6,47”
18 06◦ 56’ 30” 106◦ 30’ 20” 06⁰ 59’ 15,69” 106⁰ 31’ 1,77”
19 06◦ 54’ 54” 106◦ 19’ 40” 06⁰ 59’ 21,7” 106⁰ 31’ 23,26”
20 06◦ 59’ 50” 106◦ 30’ 20” 06⁰ 39’ 39’10” 106⁰ 31’ 49,49”
23
Gambar 19 . posisi stasiun pengamatan
Berdasarkan data dan gambar di atas, dapat diketahui bahwa posisi stasiun
berdasarkan metode baringan dengan kompas bidik berbeda dengan posisi stasiun
berdasarkan GPS. GPS lebih akurat dibandingkan metode baringan karena GPS
menggunakan citra satelit untuk mendeteksi keberadaan suatu objek, berbeda
dengan metode baringan yang dilakukan secara manual. Selain itu, metode baringan
juga memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan metode GPS.
Pariwono (1998), menjelaskan bahwa perbedaan posisi tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti gaya magnet bumi yang tanpa kita sadari
dapat mempengaruhi arah kompas, arus, gelombang, pasut, dan ketepatan dalam
menggunakan kompas untuk membidik juga sangat memepengaruhi keakuratan
data yang dihasilkan. Meskipun demikian dapat digunakan GPS yang mengasilkan
data yang jauh lebih akurat daripada metode baringan dan berfungsi sebagai
pembanding dari data yang dihasilkan dengan metode baringan. Namun, GPS juga
memiliki kelemahan yaitu harga alatnya mahal dan penggunaan GPS yang
dipengaruhi keadaan cuaca. Apabila cuaca buruk maka akan mempengaruhi tingkat
keakuratan informasi yang diterima oleh GPS.
24
3.2 Suhu
Suhu merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang
yang terkandung dalam suatu benda. Suhu di laut adalah salah satu faktor yang
penting bagi kehidupan organisme di laut, karena suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme dan juga perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut
(Hutabarat dan Evans, 2000). Perubahan suhu air mempengaruhi perubahan
beberapa sifat fisika maupun kimia air seperti perubahan kelarutan berbagai gas
dalam air (O2, CO2, N2, dan CH4), sehingga berdampak terhadap aktifitas fisiologis
organisme yang hidup di dalamnya.Suhu merupakan factor pembatas utama
kehidupan di air, dimana setiap jenis organism memiliki kisaran toleransi yang
berbeda-bedater hadap suhu media tempat hidupnya.Suhu air juga dapat
mempengaruhi proses dan keseimbangan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
ekosistem perairan (Ginting, 2011).
Secara vertikal atau menegak suhu di lautan dibagi menjadi 3 zona yaitu
lapisan permukaan (Homogeneous Layer) yang merefleksikan suhu rata-rata tiap
lintang, lapisan termoklin (Thermocline Layer), dan lapisan Dalam (Deep Layer)
yang merefleksikan ciri khas asal massa air tiap lintang. Lapisan permukaan sering
disebut sebagai lapisan homogen karena pada lapisan ini terjadi pengadukan massa
air oleh angin, arus, dan pasang surut sehingga dapat mencapai suhu yang seragam
atau homogen. Sementara itu, ,lapisan termoklin yang terbentuk di perairan tropis
dapat mencapai ketebalan antara 100 m–205 m dengan gradien suhu mencapai
0.1 oC/m (Richard dan Davis, 1991 dalam Utami, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan di teluk Palabuhan Ratu, Sukabumi pada hari
Sabtu tanggal 21 November 2015 didapatkan hasil pada kedalaman hingga 48,5
meter memiliki suhu sekitar 28 oC, dan pada kedalaman hingga 99,9 meter terdapat
lapisan termoklin yang merupakan perubahan suhu secara drastis di perairan.
Perubahan suhu tersebut berkisar dari 28 – 29 oC namun pada kedalaman 130,9
meter terjadi penurunan suhu lagi menjadi 28,5 °C dan mulai stabil kembali menjadi
28 °C pada kedalaman 196,3 meter.
25
Berikut ini merupakan gambaran suhu secara menegak yang ada di teluk
pelabuhan ratu :
.
Gambar 20. Sebaran menegak suhu
26
Berdasarkan gambar sebaran melintang diatas diketahui bahwa suhu di
permukaan lebih tinggi dibandingkan suhu di kedalaman.Akan tetapi pada
kedalaman-kedalaman tertentu memungkinkan terjadinya perubahan suhu secara
drastis yang biasa disebut dengan istilah termoklin. Lapisan kedalaman yang
mempunyai besar suhu yang sama disebut isothermal. Pada grafik, isothermal
ditunjukkan berupa garis yang terdapat keterangan angka yang mewakili besarnya
suhu pada kedalaman tersebut yang warna dan gradient garisnya sama.
Menurut Sanusi (2004), kisaran suhu permukaan 28.5 - 29.2 ºC, salinitas 32
– 35 ‰ dan pH 8.30 - 8.31 pada musim barat memperlihatkan adanya perbedaan
dibandingkan dengan musim timur dimana tercatat kisaran suhu permukaan 25 –
27 ºC, salinitas 29 - 32 ‰ dan pH 7.00 - 7.50. Karena adanya pengaruh laut terbuka
(Samudera Hindia) yang lebih dominan, pada musim barat kualitas perairan teluk
lebih menunjukkan keadaan perairan laut lepas dibandingkan pada musim timur.
Pada kedua musim menunjukkan bahwa secara vertikal suhu permukaan tercatat
lebih tinggi (sebesar 0.1 - 0.7 ºC) dibandingkan pada kedalaman 25 m, dan suhu
perairan teluk pada musim barat relatif lebih tinggi dibandingkan pada musim
timur. Adanya perbedaan suhu tersebut selain disebabkan oleh faktor penyinaran
juga disebabkan percampuran dan pengadukan massa air.
Fenomena keadaan suhu di atas menunjang hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dan selatan P. Jawa (Pariwono, 1998),
yang menyimpulkan bahwa adanya perbedaan suhu massa air permukaan dan pada
kedalaman tertentu dalam kedua musim tersebut menunjukkan indikasi terjadinya
proses up welling di perairan bersangkutan.
3.3 Salinitas
Salinitas menyatakan jumlah garam dalam gram dalam satu kilogram air
laut, jika semua karbonat telah diubah ke oksidanya dan bromium dan yodium
sudah diubah jadi khlor dan semua unsur organik sudah teroksidasi. Salinitas
dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi
suatu perairan. Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis
hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap
(monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu
27
daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar
daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman
sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah
secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di
permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi
(curah hujan).
Berikut ini merupakan sebaran menegak dan melintang salinitas di teluk
pelabuhanratu :
28
Berdasarkan sebaran di atas terlihat bahwa semakin dalam suatu perairan
maka salinitasnya semakin tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh garis-garis pada
setiap stasiun yang menunjukkan semakin tingginya salinitas pada setiap
kedalaman yang lebih besar. Berbeda apabila dilihat secara melintang, sebaran
salinitas secara melintang maka semakin tinggi ke arah laut di bandingkan daerah
pantai atau dekat daratan. Hal tersebut terlihat dari perubahan warna yang semakin
merah ketikan perairan menuju ke arah laut. Warna tersebut menunjukkan semakin
meningkatnya salinitas. Berdasarkan laporan hasil pengamatan diperoleh bahwa di
wilayah PPS Pelabuhanratu memiliki kisaran salinitas sebesar 29–33o/oo.
3.4 Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa
air. Arus merupakan salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi kesuburan
air laut. Arus laut adalah gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain
baik secara vertikal maupun secara horizontal. Arus laut membelok membentuk
suatu pola melingkar bergerak sesuai dengan arah jarum jam (BBV) dan BBS
(berlawanan dengan arah jarum jam). Arus dipengaruhi oleh gaya internal yang
meliputi perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar, gesekan lapisan air
serta juga dipengaruhi gaya eksternal yang meliputi gravitasi, angin, perbedaan
tekanan udara, gaya tektonik dan lain-lain. Fungsi arus di perairan adalah untuk
perencanaan strukur pantai atau pelabuhan, pembelajaran rute pelayaran, dan
menjelaskan proses sedimentasi, erosi, abrasi pantai, dan sebaran organisme
(Herunadi, 1998 dalam Oli, 2003).
Berikut ini merupakan data arus yang didapat dari hasil pengamatan dikapal
dengan alat current meter:
Tabel 2. Data Hasil Trip Kelompok 15-20 di Teluk Palabuhan Ratu
CM CM CM
Stasiun kedalaman Arah kedalaman 5 Arah kedalaman Arah
2m m 10 m
15 22,9 240,7 33,2 235,7 26,3 231,5
16 35,4 23,9 29,4 72,7 33,4 124,9
17 24,4 165 41 225,9 36,3 275,2
18 24,8 183,3 20,6 114,8 22,1 222,6
19 25 210,4 52 246,9 44,5 217,5
20 27,9 227,1 38,9 225,9 28,9 134,4
29
Alat lain yang digunakan untuk mengukur arah arus adalah floating droadge.
Berikut ini merupakan data arus yang didapat dari hasil pengamatan dikapal dengan
alat floating droadge:
Tabel 3. Data Hasil Trip Kelompok 1-20 dengan 3 kali ulangan
Jum’at, 20 Sabtu, 21 Minggu, 22
November 2015 November 2015 November 2015
Trip Stasiun
kecepatan arah kecepatan arah kecepatan arah
(m/s) (⁰) (m/s) (⁰) (m/s) (⁰)
1 0.01 0.053 80 0.1924 240
2 0.01618 0.049 225 0.16 183
3 0.072 0.06 160 0.038 320
1 4 0.01 0.04 85 0.2 45
5 0.4330 0.0995 225 0.037 24
6 0.07 0.056 190 0.0288 260
7 0.04148 0.1 135 0.22 180
8 0.4330 0.0225 0.142 18
9 0.03906 0.1593 0.2064 260
10 0.57 0.228 0.1589 325
2 11 0.86 0.04 0.443 40
12 0.86 0.2397 0.022 220
13 0.1732 0.23 0.187 165
14 0.1269 0.077 0.084 170
15 0.18 2.8 220 0.0219 210
16 0.13 0.4385 80 0.13273 180
17 0.2 0.127 170 0.1959 10
3
18 0.32 0.1443 190 0.039 310
19 0.04 0.0853 250
20 0.22 0.0877 208
30
Berdasarkan data pada tabel, maka dapat diperoleh gambaran arus dalam
bentuk stik plot yang dibuat menggunakan software Surfer 10. Hasilnya pada
gambar berikut :
31
Pengukuran dengan current meter diperoleh data berdasarkan 3 kedalaman
yaitu kedalaman 2 meter, 5 meter, dan 10 meter. Rata-rata kecepatan arus pada
kedalaman 2 meter adalah 26,73333 m/s dengan rata-rata arah 175,0667o. Rata-rata
kecepatan arus pada kedalaman 5 meter adalah 35,85 m/s dengan rata-rata arah
186,9833o. Rata-rata kecepatan arus pada kedalaman 10 meter adalah 31,91667 m/s
dengan rata-rata arah 201,0167o. Pengukuran arus menggunakaahn Floating
Droadge didapatkan data berupa kecepatan dan arah arus. Data yang didapatkan
hanya menunjukkan arah dan kecepatan arus di permukaan. Sehingga tidak ada
perbandingan data pengukuran kecepatan dan arah arus pada setiap kedalaman
tertentu. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya dominansi arus yang bergerak
ke arah timur dengan kecepatan rata-ratanya sekitar 0,215 m/s. Kecepatan arus
tertinggi menggunakan current meter diperoleh berdasarkan data pada kedalaman
10 meter di permukaan laut, sedangkan dengan floating droadge kecepatan arus
tertinggi diperoleh pada stasiun 16 sebesar 0.4385m/s.
Arah pergerakan dan kecepatan arus di permukaan yang terukur dengan
Floating Droadge dipengaruhi oleh stress angin yang bekerja pada permukaan laut.
Semakin kuat dorongan angin, kecepatan arus akan semakin tinggi. Lapisan air di
permukaan laut terdorong oleh angin, akan bergerak sesuai arah gerakan angin.
Tetapi arus tidak bergerak searah dengan arah angin karena pengaruh rotasi bumi
atau pengaruh gaya Coriolis yang menyebabkan arah arus akan mengalami
pembelokan. Arus dibelokkan ke kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan
bumi selatan dari arah datangnya angin. Apabila ada angin dari utara di belahan
bumi selatan akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah tenggara. Arus yang
dibangkitkan angin, akan mengalami penurunan kecepatan seiring bertambahnya
kedalaman (Azis, 2006).
Arus laut selalu mengalami sirkulasi. Berdasarkan letaknya, sirkulasi dibagi
atas dua kategori yaitu sirkulasi di permukaan laut (surface circulation) dan
sirkulasi di dalam laut (intermediate or deep circulation). Sirkulasi arus di
permukaan laut didominasi arus yang ditimbulkan oleh angin, sedangkan sirkulasi
arus di dalam laut didominasi oleh arus termohalin (Nining, 2002).
32
3.5 Gelombang
Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut,
dimana energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah
pantai. Kata gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang dibangkitkan
oleh angin. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di perairan dangkal
yang mengalami deformasi (refraksi, difraksi, refleksi) dan pada akhirnya pecah di
dekat pantai. Parameter gelombang yang diukur adalah tinggi gelombang, refraksi
gelombang, dan periode gelombang.
3.5.1 Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang di Teluk Pelabuhan Ratu diukur menggunakan papan
skala. Pengamatan tinggi gelombang yang dilakukan pada hari pertama dan hari
kedua didapatkan rata-rata dari tinggi gelombang dan determinasi. Hasil
pengamatan dari tinggi gelombang yang dilakukan oleh kelompok 14 dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.
Tabel 4. Data Hasil Tinggi Gelombang Di Teluk Pelabuhan Ratu
Tinggi Gelombang
Ulangan
(m)
1 160
2 162
3 162
4 162
5 161
6 160
7 163
8 163
9 163
10 161
11 160
12 162
13 160
14 161
15 160
16 161
17 159
18 160
19 162
20 160
21 160
22 161
23 162
33
24 160
25 159
26 160
27 160
28 161
29 161
30 160
Rata-rata (R) 160,867
Determinasi(R²) 25.878,084
34
Berikut data dari kelompok 14 yang dilakukan pada trip 3 di hari sabtu:
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Refraksi Gelombang Kelompok 14
Ulangan ɑ(⁰)
1 4
2 10
3 17
4 7
5 8
6 13
7 10
8 9
9 6
10 10
11 8
12 4
13 12
14 8
15 11
Rata-rata (R) 9.13333
Determinasi (R²) 83.4177
35
3.5.3 Periode Gelombang
Pengamatan periode gelombang pada hari Sabtu, 21 November 2015 di Pantai
Palabuhan Ratu dilakukan ulangan sebanyak 37 kali. Data periode gelombang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Periode gelombang di Pantai Palabuhan Ratu
Ulangan Waktu (s) Frekuensi (1/T)
1 2.4 0.42
2 1.78 0.56
3 3.34 0.30
4 2.34 0.43
5 1.82 0.55
6 2.52 0.40
7 2.55 0.39
8 2.78 0.36
9 1.48 0.68
10 2.45 0.41
11 2.21 0.45
12 2.43 0.41
13 1.95 0.51
14 1.48 0.68
15 3.29 0.30
16 2.95 0.34
17 2.8 0.36
18 3.96 0.25
19 1.82 0.55
20 4.46 0.22
21 1.29 0.78
22 3.39 0.29
23 2.16 0.46
24 2.56 0.39
25 3 0.33
26 3.47 0.29
27 3.38 0.30
28 1.61 0.62
29 2.57 0.39
30 3.85 0.26
31 2.77 0.36
32 2.18 0.46
33 2.97 0.34
34 4.2 0.24
35 2.63 0.38
36
36 2.49 0.40
37 3.35 0.30
Rata-rata (R) 2.67 0.41
Determinasi (R²) 7.11 0.17
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu kali terjadinya gelombang.
Periode gelombang dipengaruhi oleh jarak tempuh gelombang, semakin panjang
jarak tempuhnya maka ketinggian gelombang semakin besar. Angin juga
mempengaruhi gelombang, semakin kuat angina maka gelombang yang dihasilkan
semakin besar. Bagian atas gelombang yang tidak bergesekan dengan dasar
perairan akan terus melaju sehingga puncak gelombang semakin tajam dan bagian
lembahnya semakin datar, hal tersebut dinamakan fenomena pecah gelombang
(Hadikusumah, 2009). Periode gelombang yang terjadi di Pantai Palabuhan Ratu
yaitu berkisar 1,29-4,46 detik. Rata-rata periode gelombangnya yaitu 2,67 detik dan
frekuensi rata-ratanya yaitu 0,41. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan
bahwa periode gelombang di Pantai Palabuhan Ratu menunjukkan waktu yang
bervariasi.
37
Berikut ini merupakan grafik pasang surut yang terjadi dipelabuhanratu :
100
80
60
40
20
0
WAKTU
Berdasarkan grafik di atas dapat ditunjukkan kondisi penting yang terjadi dan
sering dijadikan acuan dalam suatu pengukuran, diantaranya HW (Highest Water)
dengan nilai 148 cm pada pukul 00.45 WIB, MSL (Mean Sea Level) dengan nilai
99,77cm, dan LW (Low Water) dengan nilai 50 cm pada pukul 08.00 WIB. Hal ini
sedikit mendekati atau hampir sama dengan Monox (2012), yang menyatakan
bahwa pasang air laut tertinggi terjadi pada tengah malam pukul 00.00 dan tengah
hari 12.00 dan surut pada pukul 06.00 pagi dan 06.00 sore. Dimana, jenis pasang
surut yang terbentuk adalah tipe pasang surut campuran ganda yang mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut dalam satu harinya atau dalam 24 jam dengan
amplitudo dan tinggi yang berbeda.
38
dengan daerah lautan. Dimana daerah daratan adalah wilayah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah
lautan adalah wilayah yang terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari
sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi
dibawahnya. (Triadmodjo, 1999). Kemiringan pantai dapat diukur menggunakan
waterpass dan theodolite.
Kemiringan pantai adalah sudut antara kedalaman air terendah dengan
kedalaman tertentu sepanjang jarak tertentu yang terbentuk oleh topografi pantai.
Pengukuran kemiringan dilakukan untuk mengetahui jenis pantai agar dapat
mengoptimalkan perencanaan pemanfaatan pantai. Berikut adalah tabel
pengukuran kemiringan pantai Pelabuhan Ratu kelompok lapang 15 dengan
menggunakan waterpass.
Tabel 7. pengukuran kemiringan pantai dengan waterpass
Ulangan X(m) Y(m)
1 21 2,26
2 21 2,42
3 21 2,25
Rata-rata 21 2,31
Slope 6,27729849
39
Contoh perhitungan kemiringan pantai dan menentukan sudut kemiringan pantai
H=H1-H2
=
249-396,5
=-147.5 cm
L=l1-l2
=15-4
=11 cm
Œ=tan-1IL/HI
=tan-1 0,07483
=4,2795
Kemiringan Pantai
1 2 3 4 5
X ( meter)
0
1
2
Y (Centimeter)
3
4 Kemiringan Pantai
5
6
7
8
9
40
Berdasarkan grafik diatas diperoleh gambaran bahwa sifat kemiringan dari
pantai pelabuhan ratu adalah landai berpasir. Menurut parameter dan peringkat
tingkat kerentanan lingkungan pantai oleh NOAA Ocean Services (2002)
dalam termasuk dalam
pantai dengan kemiringan landai atau datar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pantai Palabuhanratu termasuk ke dalam pantai yang landai. Pantai dengan
kemiringan landai menurut Hafizh (2008) cenderung memiliki pantai berpasir. Hal
ini sesuai dengan profil dari pantai Palabuhanratu dimana berupa pantai berpasir
dengan ukuran butiran yang halus.
41
fotosintesis bagi biota laut. Hasil dari fotosintesis adalah oksigen, sehingga oksigen
terlarut pada perairan dangkal relative tinggi. Selain itu difusi udara pada lapisan
permukaan air menyebabkan oksigen terlarutnya tinggi. Bertambahnya kedalaman
suatu perairan menyebabkan proses fotosintesis bekerja kurang efektif, sehingga
terjadi penurunan kadar oksigen teralut. Hal itu disebabkan oleh proses fotosintesis
yang berlangsung lambat dan proses turbelensi jarang terjadi (Effendi, 2003).
Berikut ini merupakan sebaran oksigen terlarut di stasiun 15-20 :
8
7,213
7
Dissolved Oxygen (mg/L)
5,77 5,7705
6
5,0491 5,0491 5,0491
5
0
15 16 17 18 19 20
Stasiun
Data oksigen terlarut (DO) pada 6 stasiun tersebut berkisar antara 5,0491
mg/L sampai 7,213 mg/L. Kadar oksigen terlarut tertinggi pada stasiun 15 sebesar
7,213 mg/L sedangkan pada stasiun 16, stasiun 18 dan stasiun 20 kadar oksigen
terlarutnya menunjukkan hasil yang sama sebesar 5,0491 mg/L. Berdasarkan
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang baku
mutu air laut dan baku mutu air laut untuk biota laut, kandungan oksigen terlarut di
air laut yaitu lebih besar daripada 5 mg/l adalah perairan yang baik untuk kehidupan
biota laut (Adtya 2006). Sehingga kandungan oksigen terlarut di Pelabuhan Ratu
masih memenuhi baku mutu.
42
Berikut ini merupakan integrasi pengaruh DO terhadap suhu di perairan
sesuai dengan data trip 3 hari sabtu yakni :
DO terhadap suhu
8 7,213
7
Dissolved Oxygen (mg/L)
5,77 5,7705
6 5,0491 5,0491 5,0491
5
4
3
2
1
0
28 28 29 29 28 28,5
Suhu (ºC)
43
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Palabuhanratu berada pada posisi 6o58’ – 7o25’ LS dan 106o18’ – 106o32’
BT. Teluk ini terletak di antara bukit Gedogan dan bukit Jayanti. Suhu di Teluk
Palabuhanratu berkisar antara 28o-29oC. Kecepatan arus di Teluk Palabuhanratu
berkisar antara 0,01 - 0,4385 m/s. Tinggi gelombang di teluk ini berkisar
antara 1,59-1,63 m sedangkan rata-rata periode gelombangnya sebesar 2,67 s. Tipe
pasang surut di TPI Palabuhan Ratu memiliki tipe pasang surut campuran ganda
yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu harinya atau dalam
24 jam dengan amplitudo dan tinggi yang berbeda. Wilayah pesisir Teluk
Pelabuhan Ratu salinitas rata-rata sebesar 29–33o/oo.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter fisika-kimia
perairan Palabuhanratu. Pengukuran dengan metode lain juga perlu dilakukan.
Dengan demikian, diharapkan akan mendapatkan data pembanding, sehingga
didapatkan hasil yang akurat.
44
DAFTAR PUSTAKA
Azis F. 2006. Gerak air di laut. Jurnal Oseana. Volume 31 (4): 9 – 21.
Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Ginting. 2011. Tipe Estuari binuangeun (Banten) Berdasarkan Distribusi Suhu dan
Salinitas Perairan.Oseanografi dan Limnologi di Indonesia. 33:97-110.
45
Rohmanto B dan Francies SA. 2012 . Karakteristik Morfologi Pantai Mallusetasi
Berdasarkan Data Spasial Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.
Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin vol 6.
Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Jurnal Oseana. Vol
XXX, Nomor 3, 2005 :21-26. ISSN 0216-1877.
Sanusi, HS. 2004. Karakteristik kimiawi dan kesuburan perairan teluk Pelabuhan
Ratu pada musim barat dan timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia. 11 (2): 93-100.
Utami I N. 2006. Studi karakteristik dan aliran massa air pada musim barat dan
musim timur di Perairan Selat Lombok. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
46
LAMPIRAN
2. Tampilan yang muncul pertama kali akan menjadi seperti dibawah ini.
3. Klik New → Worksheet, lalu akan muncul seperti tabel pada sheet 1.
47
4. Isi tabel tersebut dengan kolom satu berupa data inisialisasi atau ulangan yang
diulang sebanyak ulangan tertentu pada kolom A, kolom dua berupa stasiun pada
masing-masing kolom B, arah pada modul ditulis pada kolom C, dan Kecepatan di
kolom D, maka akan seperti dibawah ini, lalu simpan dengan klik ‘save’ data
tersebut.
5. Kemudian klik Plot 1 (disebelah sheet 1), klik Data → grid → ‘open file’ (buka file
yang sudah di save) → ubah Z menjadi kolom C dengan spasi 1 → OK → Ubah
nama menjadi arah arus → OK. Untuk mengrid data kecepatan, dapat dilakukan
dengan urutan yang sama dengan arus .
48
6. Klik ‘Map’ → 2-grid Vector Map → Buka data arah dan kecepatan arus yang sudah
di grid sebelumnya.
49
7. Tampilan yang muncul pada layar adalah seperti dibawah ini
8. Coordinate system diubah menjadi “polar” dan angle unit menjadi “degrees”
(untuk menentukan arah arus dengan kecepatan tertentu sesuai data yang didapat).
9. Scaling method diiubah menjadi “by magnitude” dan cheklist color scale, pilih
vector color yang diinginkan untuk mengubah style yang akan dibuat.
50
10. Pada scaling, lakukan cheklist ‘show scale legend’ agar dapat menampilkan skala
pada gambar disampingnya.
11. Beri tittle atau judul dengan mengklik simbol ‘A’ dengan judul “Stik Plot Arus”.
12. Beri arah mata angin dengan mengklik ‘symbol’ dan mengubah symbol set menjadi
GSI North Arrows agar terbentuk symbol yang menyatakan arah mata angin sesuai
dengan data di lapang.
13. Simpan hasil olahan data dengan surfer ini dengan cara File → Export → ubah type
file menjadi JPEG atau JPG maupun PNG → OK
51
14. Pada data floating droadge dan current meter dalam membuat stik plot arus dapat
dilakukan hal yang sama antara keduanya, hanya saja data yang didapatlah yang
menjadi penentu beda bentuk arah dan kecepatan arus yang terjadi sesuai dengan
alat dan data di lapang.
15. Selesai. Lalu print dan interpretasi hasil pengolahan data dengan surfer.10 ini.
52
2. Tutorial Pasang Surut
1. Data pasang surut yang telah didapat dipindahkan ke microsoft excel seperti gambar
di bawah ini.
53
3. Klik Charts → Line → (2-D Line ) Line
54
5. Ubah tittle chart atau judul menjadi judul yang diinginkan, “ GRAFIK PASANG
SURUT PELABUHAN RATU SUKABUMI, JAWA BARAT” dan keterangan
pada garis vertikal “Level air (cm)” untuk mengetahui ketinggian airnya
55
3. Tutorial Salinitas
1. Input data salinitas yang didapat di lapang ke Ms. excel, simpan dalam bentuk .txt
2. Buka file ODV File new (lalu akan muncul kotak dialog lain) save
3. Setelah tersimpan, lalu akan muncul kotak dialog seperti berikut klik user
spesifies variables manually OK
4. Pada kotak dialog Meta Variables klik Station, Longitude, dan latitude OK
56
5. Pada kotak dialog Data Variables, Klik semua data. Tetapi, pada SALNTY ubah
satuan terlebih dahulu dengan klik SALINTY Edit Units : PSU OK
6. Lalu muncul tampilan peta dunia secara global seperti dii bawah ini
7. Klik Import ODV Spreadsheet buka file Ms. Excel yang telah diubah ke txt
Open
57
9. Pada kotak dialog Meta Variable Association, Klik Bujur Longitude
Associate, lalu klik Lintang Latitude Associate, lalu klik Stasiun Station
Associate
11. Klik View Layout Templates 1 Station Window, lalu muncul sebaran
menegak suhu save dengan klik kanan Save isi nama file Save
58
12. Klik kanan X-Variable pilih SALNTY OK. Akan muncul sebaran
menegak salinitas. Save dengan cara yang sama seperti menyimpan data Suhu.
13. Pada diagram salinitas, klik View Derived Windows Potential Temperature
Add Temperature OK. Lakukan hal yang sama untuk klik Salinitas.
59
14. Isi angka 0 pada kotak dialog reference pressure OK
16. Lalu muncul sebaran menegak hubungan salinitas dan suhu potensial klik kanan
estras Isopycnal
60
17. Lalu muncul kotak dialog Isopycnal Properties Switch On setelah mucul TS
diagram, klik kanan Save tulis nama file
Save
18. Klik view layout templates 1 Section windows Klik kanan Manage
Section define section
61
19. Lalu plotkan titik-titik yang muncul di peta, double click pada titik yang terakhir
OK pada kotak dialog di bawah ini
22. Klik kanan Countour klik << OK akan muncul sebaran melintang seperti
berikut. Simpan data berikut dengan klik sana Save plot as isi nama file
Save.
62
23. Klik kanan Z-Variable klik SALNTY OK, maka muncul sebaran
melintang salinitas. Pasangkan garis kontur dengan cara yang sama seperti pada
Suhu.
63
4. Pembagian Tugas
64
5. Dokumentasi alat-alat yang digunakan
GPS (Global Position System) digunakan untuk menentukan posisi kapal bujur
maupun lintang.
Botol DO, tabung elenmeyer, dan tabung reaksi digunakan untuk mengetahui
volume titran dan mengukur kandungan DO pada perairan
65
CTD (Conductivity, Temperature, and Depth) digunakan untuk mengukur
salinitas, suhu, dan kedalaman.
Current meter digunakan untuk mengukur kecepatan arus, arah, suhu, dan
kedalaman.
66
Baringan fungsinya sama seperti GPS yaitu digunakan untuk menentukan posisi
kapal bujur maupun lintang.
67
- Alat-alat yang digunakan saat praktikum di Pantai
View box merupakan alat yang digunakan untuk mengukur titik terendah dan
tertinggi dari gelombang
68
Papan skala digunakan untuk mengukur tinggi gelombang.
69
Water pass merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemiringan pantai
secara manual.
Sumber : http://karyakencana.com/store/product/14819/water-pass--klik-untuk-
pesan-.html
70
6. Dokumentasi kegiatan fieldtrip di Pelabuhanratu, Sukabumi
- Gambar kegiatan di kapal
71
Penentuan posisi dengan GPS
72
Pengukuran suhu
Titrasi DO
73
- Gambar Kegiatan di Pelabuhan
74
Penggunaan alat teodolite
75
Pengkuran kemiringan pantai dengan water pass
76