OLEH :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iktiologi berasal dari gabungan dua kata yunani yaitu ichthyes yang artinya
ikan dan logos artinya ilmu. Dengan demikian ikhtiologi adalah salah satu ilmu
di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang
paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia.
organism yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada dalam
lingkungan perairan.
dari bahasa yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti
yang lebih mendalam lagi mengenai berbagai bentuk morfologi ikan yang ada di
bahwasannya setiap spesies ikan memiliki bentuk, cirri, dan susunan tulang yang
ikan ini adalah untuk mengenal berbagai bentuk luar ikan, mengamati morfologi
dalam mengamati morfologi serta letak/posisi bagian luar ikan yang dilakukan
secara in situ.
4
A. Klasifikasi
Scaridae (Bellwood, 1994; Randall & Bruce, 1983 & Schultz, 1969). Susunan dari
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Ostheichthyes
Order: Pecrciformer
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Species: Scarus sp.
berikut :
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinoperygii
Order: Perciformes
Family: Caesionidae
Genus:Caesio
Species:Caesio sp.
Kingdom : Animalia
phylum : Vertebrata
class : Teleostomi
order : Beloniformes
family : Hemirhamphidae
genus : Hemirhamphus
Nama ilmiah ikan layang adalah Decapterus russeli. yang terdiri dari dua
suku kata yaitu Deca berarti sepuluh dan pteron bermakna sayap. Jadi Decapterus
berarti ikan yang mempunyai sepuluh sayap Nama ini dan kaitannya dengan ikan
layang berarti jenis ikan yang mampu bergerak sangat cepat di air laut. Kecepatan
tinggi ini memang dapat dicapai karena bentuknya seperti cerutu dan sisiknya
sangat halus.
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Pisces
Order: Percomorphi
Family: Carangidae
Genus: Decapterus
Species: Decapterus russeli
tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan kepala tumpul,
sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah. Sirip dubur
dengan tiga duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 1317 duri lemah. Sirip
perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah. Sisik besar dan tidak bergerigi
(cycloid). Gurat sisi memiliki 22-24 sisik berporos, dan terpisah dua bagian. Pada
pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-8. Pada rahang
atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan ini agak unik,
disebut gigi plat karena susunan gigi menyatu dan di tengah ada celah (Gambar
1). Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring pendek di samping rahang atas
pada posisi beiakang. Sejauh ini telah ditemukan 10 marga yang terdiri dari 90
jenis ikan kakatua yang tersebar di berbagai belahan bumi (Parenti & Randall,
2000).
Sebagian besar dari anggota jenis ikari ini ditempatkan dalam marga
Scarus. Bentuk tubuh bagian luar (morfologi) antar anggota kelompok dalam
marga ini amat sulit dibedakan, hanya terdapat perbedaan pada jumlah duri lemah
sirip dada, sisik predorsal tengah dan pola susunan sisik di pipi. Tubuh ikan
kakatua pada umumnya mempunyai aneka ragam corak dan warna. Dalam
membedakan antara satu jenis dan lainnya. Namun adakalanya terjadi pula
kesulitan dalam menggunakan warna untuk identifikasi, yaitu ketika hewan ini
masih dalam ukuran tertentu yakni pada usia muda (ketika tengah mengalami fase
kelamin betina). Pada saat berstatus sebagai ikan muda dengan jenis kelamin
8
betina hampir semua jenis kakatua berwarna keabu-abuan atau kecoklatan, tetapi
setelah semakin menginjak dewasa dan masuk fase pejantan yang merupakan fase
menurut Kottelat. et al., 1993, ikan ekor kuning disebut juga redbelly
yellowtail fusilier. Cirri-ciri ikan ekor kuning yaitu bentuk badan memanjang,
melebar, pipih, mulut kecil, memiliki gigi-gigi kecil, dan lancip. Dua gigi taring
terdapat pada rahang bawah. Jari-jari keras sirip punggung sebanyak 10 buah dan
jari-jari yang lemah sebanyak 15 buah. Tiga jari-jari keras pada sirip dubur dan
jari-jari yang lemah sebanyak 11 buah. Ikan ini memiliki sisik tipis sebanyak 52-
58 buah pada garis rusuknya. Sisik-sisik kasar di bagian atas dan di bawah garis
rusuk tersusun secara horizontal, sisik pada kepala terletak dari mata.
Tubuh ikan ekor kuning bagian atas sampai punggung berwarna ungu
kebiruan. Bagian belakang punggung, batang ekor, sebagian dari sirip punggung
berjari-jari lemah, dan sirip dubur berwarna biru keputihan. Ekor berwarna
kuning, bagian bawah kepala, badan, sirip perut, dan dada berwarna merah jambu.
Pinggiran sirip punggung sedikit hitam dan ketiak sirip dada berwarna hitam
(Kottelat et al.,1993).
Ikan julung adalah jenis ikan pelagis kecil dan merupakan ikan ekonomis
penting yang terdapat hampir diseluruh perairan Laut Provinsi Maluku Utara.
Morfologi ikan julung secara umum adalah memiliki bentuk badan sub selindris,
bawah panjang membentuk segitiga, kepala tidak bersisik, badan dengan sisik
lingkaran yang relatif besar, sirip-sirip tidak mempunyai jari-jari keras, sirip
9
punggung dan sirip dubur terletak jauh dibelakang sirip dada, garis rusuk terletak
dibadan bagian bawah dengan warna tubuh dibagian atas hijau kebiruan, bagian
perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku
meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 centimeter . Ciri khas yang sering
dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip
punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute)
jari sirip lemah. Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-
sp,). Hidup di perairan lepas pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan
kehijauan, hijau pupus bagian atas, putih perak bagian bawah. Sirip siripnya abu-
abu kekuningan atau kuning pucat.Satu totol hitam terdapat pada tepian atas
memanjang seperti cerutu. Bentuk badan sepintas seperti tongkol, Sirip punggung
10
lemah. Sirip dubur teridiri 2 jari-jari keras (lepas), 1 jari-jari keras bergandeng
jari-jari sirip tambahan.Terdapat 25–30 sisik duri pada garis sisinya. Dapat
mencapai panjang 40 cm, umumnya 25 cm. Warna : biru kehijauan bagian atas,
putih perak bagian bawah.Sirip siripnya kuning pucat atau kuning kotor.Suatu
totol hitam terdapat pada bagian atas penutup insang dan pangkal sirip dada
tubuh beragam, mulai dari sedang sampai ukuran besar. Pada umumnya kakatua
tersebut sangat melimpah. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena
memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami
proses pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Selain itu,
tubuh memiliki lendir yang banyak, sehingga dagingnya akan cepat busuk jika
tidak diawetkan (es). Ikan ini cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Di
Indonesia, akhir-akhir ini ikan tersebut telah menjadi komoditi ekonomis penting
yang diekspor dalam keadaan segar ke Hongkong, Taiwan dan Singapura. (Liao
et al., 2004).
menyediakan ikan ini dalam keadaan segar sebagai salah satu di antara bahan
kawasan Indo-Pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia. Ikan kakatua telah
banyak diteliti para ah!i di manca negara, tetapi di Indonesia ikan tersebut masih
belum banyak mendapat perhatian untuk diteliti. Pada hal di Indonesia kelompok
ikan ini amat melimpah baik jenis maupun jumlahnya, diperkirakan ada sebanyak
36 jenis kakatua.
(Shen et al., 1993 & Liao et al., 2004). Di Australia Randall et al., (1996)
karang, contohnya; ikan kakatua dari jenis Chlorurus bleeker dan Scarus schlegeli,
masih sebagai ikan muda (juvenile). Diduga ikan kakatua tersebut menjadikan
Ikan Caesio cuning merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi
tangkapan ikan Caesio cuning di Kepulauan Seribu pada tahun 2003 sebanyak
411 ton dan pada tahun 2007 sebanyak 673 ton. Berdasarkan data tersebut hasil
sebesar 262 ton dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Peningkatan hasil tangkapan
tersebut didukung oleh peningkatan upaya penengkapan yaitu 70 unit kapal tahun
2003 menjadi 77 unit kapal tahun 2007. Kegiatan penangkapan yang tidak
terkontrol dapat mengarah pada hasil tangkap lebih (over fishing) sehingga
sendiri.
Menurut Reppie dan Luasunaung (2001) ikan roa adalah ikan pelagis yang
hidup di perairan pantai ke arah lepas pantai dan hanya terlihat bergerombol di
sekitar perairan karang ketika akan memijah karena ikan ini melepaskan telur di
terumbu karang yang subur dan memiliki sumber makanan alami bagi induk
maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang mengadakan migrasi ke
perairan ini untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir
seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh
ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan
yang penting di Indonesia dan biasanya hidup bergerombol dengan ikat lain
kuning (Caerio sp.). Diperairan Indonesia terdapat 5 tenis yang umum dijumpai
Kelima jenis tersebut terdapat pula di perairan Maluku (Burhanuddin et al., 1983,
Daerah sebaran ikan layang sangat luas, yaitu di perairan tropis dan
subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di Samudera Atlantik bagian
utara sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke Brasilia. Di wilayah
Indo-Pasifik ikan ini tersebar antara Jepang di bagian utara dan pantai Natal di
bagian selatan. Menurut Handenberg (1937), di laut Jawa ikan ikan tersebar
hidupnya. Penyebaran kelima jenis ikan layang marga Decapterus baik di perairan
Di Laut Jawa sangat dominan dalam hasil tangkapan nelayan mulai dari
Pulau Seribu, hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalembo, Selat Makassar, Selat
Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru, Selat Bali. Decapterus ruselli dan
ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti Laut Jawa, sedangkan Decapterus
Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe, Laut Cina Selatan. Decapterus
kurroides tergolong ikan yang agak langka antara lain terdapat di Selat Bali,
Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus maruadsi termasuk ikan
layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda
individu jantan dan seketika itu pula ikan betina pasangannya mengikuti. Telur
dan sperma dibebaskan ketika melakukan gerakan naik dan setelah melepaskan
kedua gonad jantan dan betina dengan cepat ikan kembali ke dasar. Telur yang
perairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih jauh dari tempat asalnya.
Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat pasif mengikuti gerakan
arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang menjadi ikan muda
vivipar (Meisner & Burns 1997). Menurut Dorn & Greven (2007), hanya H.
tengah yang memiliki tipe reproduksi berbeda, yakni spesies ini meletakkan
istilah zygo- atau embryoparous (Dorn & Greven 2007). Pada D. pusilla proses
pemijahan bisa berlangsung sepanjang tahun. Di habitat alaminya, larva yang baru
perairan Tegal jantan dan betina seimbang; Merta (1976) Decapterus russelli di
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kematangan ikan yaitu dengan
mengukur panjang gonad dan rongga tubuh (body cavity), disamping dilihat
dengan mata sahaja warna gonad dan pembuluh darah, serta butir-butir telur. Cara
lain dengan membuat preparat gonad sehingga dapat ditentukan dengan pasti
tingkat kematangan gonad ikan. Holt (1959) telah mengusulkan cara penentuan
tingkat kematangan gonad ikan kembung (Rastrelliger sp.) dan Kestieven (dalam
Effendie 1971) mengusulkan cara yang dapat dipakai untuk menetukan tingkat
vivipar (Meisner & Burns 1997). Menurut Dorn & Greven (2007), hanya H.
tengah yang memiliki tipe reproduksi berbeda, yakni spesies ini meletakkan
istilah zygo- atau embryoparous (Dorn & Greven 2007). Pada D. pusilla proses
pemijahan bisa berlangsung sepanjang tahun. Di habitat alaminya, larva yang baru
Menurut Handenberg (1937) umumnya di laut Jawa ditemukan ikan layang muda
alau ikan-ikan layang yang belum dewasa benar dan tertangkap tidak terlalu dekat
dengan pantai. Hal yang sama telah dilaporkan oleh Mubarak (1972) bahwa ikan
layang, Decapterus russelli di perairan Tegal masih muda. Lain halnya dengan
laporan Merta (1976) bahwa ikan-ikan layang yang tertangkap di Nusa Barung
yaitu Decapterus russelli kira-kira 60% lebih sudah matang, sedangkan di Teluk
Warorada banyak yang sudah matang kira-kira 34%. Penelitian terakhir ini juga
Teluk Waworada yaitu masih muda dan contoh yang terkumpul terlalu sedikit.
makan tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan grazing terhadap algae halus
yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi algae biru, coklat,
vegetasi algae, sehingga ikan ini dapat pula digolongkan sebagai hewan omnivora.
menggunakan gigi plat yang amat kuat, kemudian makanan tersebut masuk ke
rongga mulut , setelah itu dicerna lagi oleh plat gigi parinx. Hasil proses makanan
dari mulut tersebut kemudian ditelan dan disimpan di lambung. Secara singkat
karbohidrat, protein, dan mineral diserap oleh tubuh melalui usus. Ampas kotoran
yang dikeluarkan melalui anus ternyata sebagian besar berupa fragmen kalkareus
sebanyak 2.300 kg material fragmen kalkareus algae yang dihasilkan per hektar
Kottelat et al. (1993). Coates & Van Zwieten (1992) melaporkan jenis makanan Z.
kampeni antara lain terdiri atas serangga darat, serangga perairan dan larvanya,
telur, moluska, ikan, serta material tumbuhan. Selanjutnya, Coates & Van Zwieten
makan tersebut juga disukai oleh banyak spesies ikan julung-julung lainnya.
Suatu faktor yang paling penting untuk permulaan hidup bagi hewan
pertumbuhan, migrasi dan beberapa aspek biologi lainnya tergantung pada jumlah
dan mutu dari makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Pengetahuan tentang
tersebut bersifat multispecies yang saling berinteraksi satu sama lain baik secara
sebagian besar populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang menghuni habitat
lepas pantai, daerahdaerah pantai laut dalam, kadar garam tinggi dan sering
Hasil penelitian Chacko & Mathew (1954), terhadap isi perut Decapterus
hewani terletak pada perbandingan panjang usus terhadap panjang badan, yaitu
kurang dari 100 %. Panjang usus ikan layang di perairan Karimun Jawa berkisar
rata-rata 23 % dari panjang badan (Prijadi, 1968). Makanan ikan ini yaitu
Crustacea dengan Copepoda yang dominan, molusca dan gastropoda, larva ikan,
F. Nilai Ekonomis
memiliki dasar perairan berbatu karang sehingga menjadi habitat bagi beragam
jenis ikan demersal termasuk ikan kakatua (Nanlohy dan Timisela, 2017).
ikan kakatua yang dijual oleh nelayan berasal dari hasil tangkapan pancing ulur
dan diikuti oleh alat tangkap lain seperti bubu dan jaring insang dasar
efektif karena dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman perairan dan kualitas
Ikan Caesio cuning merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi
tangkapan ikan Caesio cuning di Kepulauan Seribu pada tahun 2003 sebanyak
411 ton dan pada tahun 2007 sebanyak 673 ton. Berdasarkan data tersebut hasil
sebesar 262 ton dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Peningkatan hasil tangkapan
tersebut didukung oleh peningkatan upaya penengkapan yaitu 70 unit kapal tahun
2003 menjadi 77 unit kapal tahun 2007. Kegiatan penangkapan yang tidak
terkontrol dapat mengarah pada hasil tangkap lebih (over fishing) sehingga
sendiri.
jumlah yang sangat melimpah pada daerah intertidal Teluk Ekas. Ikan ini
20
memiliki harga pasaran yang dapat bersaing dengan harga ikan target lainnya.
Selain itu, Julius et al. (2011) melaporkan bahwa ikan julung-julung sangat
diminati oleh pasar dan memiliki harga yang tetap stabil. Hal ini mendorong
meskipun sering mengabaikan aspek biologi dan lingkungan dari ikan julung-
julung tersebut.
PPN Pekalongan mengalami peningkatan yaitu dari 644 unit kapal pada tahun
1994 menjadi 751 unit pada tahun 2003 dengan rata-rata kenaikan sebesar 16 %
per tahun, namun dengan peningkatan jumlah armada ini tidak diikuti oleh
peningkatan produksi ikan yang dihasilkan. Dalam kurun waktu tersebut produksi
ikan layang di PPN Pekalongan mengalami penurunan, yaitu dari 55.817 ton
pada tahun 1994 menjadi 22.793 ton tahun 2003 dengan rata-rata penurunan
Halu Oleo.
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum morfologi ikan dapat
C. Prosedur Kerja
- mengamati bagian tubuh ikan yaitu bentuk tubuh,bentuk mulut, sungut, bentuk
sirip ekor, sirip pelvic, sirip anal, warna tubuh, panjang premaxila, keberadaan
pola bar, band, dan blotch, jumlah jari-jari sirip dorsal, speckles, stipe, lines,
A. Hasil Pengamatan
yaitu:
B. Pembahasan
November 2019, ada 4 jenis ikan yang di praktikan yaitu . ikan kakaktua (Scarus
sp.), ikan ekor kuning (Caesio sp.), ikan julung-julung (Hemiramphus far), ikan
tubuh compressed yaitu bentuk tubuh yang gepeng kesamping lebar tubuh lebih
kecil daripada tinggi dan panjangnya, berdasarkan bentuk mulutnya ikan ini
memiliki bentuk mulut beak-like atau bentuk paru, berdasarkan dapat tidaknya di
terminal yaitu mulut yang terletak di tengah anterior kepala dekat diujung hidung.
Untuk keberadaan sungut pada ikan ini tidak memiliki sungut, bentuk sirip
ekor pada ikan Scarus sp adalag truncate atau bentuk berpinggiran tegak, sirip
pelvic ikan Scarus sp adalah sirip yang berpasanga, sirip anal tidak berpasangan.
Warna tubuh ikan Scarus sp ini adalah berwarna kuning ke abu-abuan. Sedangkan
untuk panjang premaxila ikan Scarus sp ini memiliki panjang 1,1 cm, sedangkan
untuk jumlah jari-jari sirip dorsal ikan Scarus sp ini memiliki 21 jari-jari.
kemukakan oleh Randal (2000) yang mengatakan Sebagian besar dari anggota
jenis ikari ini ditempatkan dalam marga Scarus. Bentuk tubuh bagian luar
(morfologi) antar anggota kelompok dalam marga ini amat sulit dibedakan, hanya
25
terdapat perbedaan pada jumlah duri lemah sirip dada, sisik predorsal tengah dan
pola susunan sisik di pipi. Tubuh ikan kakatua pada umumnya mempunyai aneka
ragam corak dan warna. Dalam mengidentifikasi jenis, warna tubuh tersebut dapat
pula dipakai untuk membedakan antara satu jenis dan lainnya. Namun adakalanya
terjadi pula kesulitan dalam menggunakan warna untuk identifikasi, yaitu ketika
hewan ini masih dalam ukuran tertentu yakni pada usia muda (ketika tengah
mengalami fase kelamin betina). Pada saat berstatus sebagai ikan muda dengan
jenis kelamin betina hampir semua jenis kakatua berwarna keabu-abuan atau
kecoklatan, tetapi setelah semakin menginjak dewasa dan masuk fase pejantan
yang merupakan fase akhir dari kehidupannya, warna tubuhnya berubah menjadi
bentuk bentuk tubuh gepeng kesamping lebar tubuh lebih kecil daripada tinggi
bentuk mulut tube-like atau bentuk kotak, ikan Caesionidae memiliki bentuk
memiliki letak mulut sub terminal yaitu letaknya sedikit kebawah dari tengah
anterior kepala, dekat ujung hidung. Ikan ini tidak memiliki sungut. Bentuk sirip
ekor pada ikan Caesionidae memiliki bentuk forked atau bentuk bercagak, sirip
pelvicnya berpasangan, sirip analnya tidak berpasangan. Untuk warna tubuh ikan
Caesionidae memiliki warna tubuh abu-abu, ini berbeda dengan apa yang
diungkapakan oleh kottelat (1993) yang mengungkapakan bahwa Tubuh ikan ekor
kuning bagian atas sampai punggung berwarna ungu kebiruan Bagian belakang
punggung, batang ekor, sebagian dari sirip punggung berjari-jari lemah, dan sirip
26
dubur berwarna biru keputihan. Ekor berwarna kuning, bagian bawah kepala,
badan, sirip perut, dan dada berwarna merah jambu. Pinggiran sirip punggung
sedikit hitam dan ketiak sirip dada berwarna hitam. Untuk panjang premaxila ikan
ini memiliki panjang 0.6 cm sedangkan jumlah jari-jari sirip dorsal yaitu 24.
bentuk mulut ikan Hemiramphus far memiliki bentuk mulut yang berbentuk
terompet, dari segi dapat tidaknya disempulkan ikan ini memiliki mulut yang
tidak dapat disempulkan, sedangkan untuk letaknya mulut ikan ini termasuk
dalam jenis mulut terminal. Hemiramphus far tidak memiliki sungut. Bentuk sirip
ekor ikan adalah forked sedangkan untuk keberadaan pasangan sirip pelvicnya
ikan ini memiliki sirip yang berpasangan, sirip analnya tidak berpasangan. Warna
tubuh ikan Hemiramphus far ini adalah abu-abu, panjang premaxila 0,9 cm dan
Ikan terakhir yang diamati adalah ikan layang Decapterus Russelli, ikan
ini memiliki bentuk tubuh fusiform, sedangkan untuk bentuk mulutnya ikan ini
memiliki bentuk tube-like sedangkan untuk dapat tidaknya disempulkan ikan ini
memiliki mulut yang dapat disempulkan, untuk letaknya ikan ini memiliki letak
mulut sub terminal. Tidak semua ikan memiliki sungut termasuk ikan ini, ikan
layang adalah ikan yang tidak memiliki sungut. Bentuk sirip ekornya adalah
forked, sedangkan sirip pelvicnya berpasangan. Sirip anal pada ikan ini tidak
memiliki pasangan. Warna tubuh ikan ini adalah berwarna kuning keabu-abuan,
panjang premaxila ikan ini adalah 0,4 cm sedangkan untuk jumlah sirip jari-jari
adalah 16 jari-jari. Ini sesuai dengan yang diungkapakan oleh Nontji (2002) yaitu
Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil
27
(finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin
yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line) (Nontji, 2002).
28
1. Kesimpulan
1. ikan kakaktua (Scarus sp) memiliki bentuk tubuh compressed yaitu bentuk
tubuh yang gepeng kesamping lebar tubuh lebih kecil daripada tinggi dan
compressed yaitu bentuk bentuk tubuh gepeng kesamping lebar tubuh lebih
kecil daripada tinggi dan panjangnya, Ikan Hemiramphus far memiliki bentuk
bentuk mulut yang berbentuk terompet, ikan layang Decapterus Russelli, ikan
ini memiliki bentuk tubuh fusiform, sedangkan untuk bentuk mulutnya ikan
ikan ini memiliki mulut yang dapat disempulkan, untuk letaknya ikan ini
2. ikan kakaktua scarus sp memiliki bentuk mulut beak-like atau bentuk paru,
sp memiliki letak mulut terminal yaitu mulut yang terletak di tengah anterior
kepala dekat diujung hidung. Untuk keberadaan sungut pada ikan ini tidak
memiliki sungut, bentuk sirip ekor pada ikan Scarus sp adalag truncate atau
bentuk berpinggiran tegak, sirip pelvic ikan Scarus sp adalah sirip yang
berpasanga, sirip anal tidak berpasangan. Warna tubuh ikan Scarus sp ini
ikan Scarus sp ini memiliki panjang 1,1 cm, sedangkan untuk jumlah jari-jari
ikan Caesionidae memiliki letak mulut sub terminal yaitu letaknya sedikit
kebawah dari tengah anterior kepala, dekat ujung hidung. Ikan ini tidak
memiliki sungut. Bentuk sirip ekor pada ikan Caesionidae memiliki bentuk
forked atau bentuk bercagak, sirip pelvicnya berpasangan, sirip analnya tidak
berpasangan. Untuk warna tubuh ikan Caesionidae memiliki warna tubuh abu-
abu, ikan Hemiramphus far memiliki bentuk mulut yang berbentuk terompet,
dari segi dapat tidaknya disempulkan ikan ini memiliki mulut yang tidak dapat
disempulkan, sedangkan untuk letaknya mulut ikan ini termasuk dalam jenis
mulut terminal. Hemiramphus far tidak memiliki sungut. Bentuk sirip ekor
ikan adalah forked sedangkan untuk keberadaan pasangan sirip pelvicnya ikan
ini memiliki sirip yang berpasangan, sirip analnya tidak berpasangan. Warna
tubuh ikan Hemiramphus far ini adalah abu-abu, panjang premaxila 0,9 cm
2. Saran
tidak mengganggu konsentrasi dari praktikan yang lain. Dan pada saat praktikum
diharapkan alat-alat yang digunaakan dibersihkan dengan baik, agar tidak ada
OLEH :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iktiologi berasal dari kata Yunani yaitu, “ichthyon” yang berarti ikan dan
“logos” yang berarti pengetahuan. Jadi iktiologi adalah ilmu yang mempelajari
pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia perikanan. Iktiologi mampu
memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik dari
dalam maupun dari luarnya, tidak hanya sekedar anatomi saja. Oleh karena itu
Pengetahuan akan ukuran ikan yang layak tangkap, musim pemijahan dan
sumberdaya ikan tersebut bersifat dinamis, selalu berubah menurut ruang dan
Iktiologi terbagi atas dua yaitu iktiologi sistematika yang membahas tentang
morfologi ikan dan iktiologi fungsional yang membahas tentang fungsi organ
pada ikan seperti ; sistem rangka, sistem integumen, sistem pernafasan, sistem
Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini
dapat dibedakakn menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang
tidak berada dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga
32
macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu ; otot
Ikan Cakalang (Katsuwonis pelamis) yang merupakan salah satu ikan yang
bernilai komersial tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan ini
merupakan salah satu ikan perenang cepat, sehingga cara kerja sistem otot ikan
Cakalang (K. pelamis) harusnya akan berbeda dengan sistem otot ikan lainnya
Urat daging sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai urat-urat
Tujuan dari praktikum Sistem Urat Daging ini ikan ini yaitu untuk
mengamati letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat dalam tubuh ikan.
Adapun manfaat dari praktikum Sistem Urat Daging ini ikan ini yaitu
mahasiswa menjadi paham tentang letak dan jenis-jenis urat daging yang terdapat
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Perciformes
Family : Scombroidae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis
cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh, berasal dari
bahasa Yunani “ana” yang berarti habis atau ke atas dan “tomos” yang berarti
34
struktur tubuh dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian-bagia yang lebih
kecil sampai kebagian yang paling kecil. (Tim anatomi UNY, 2011).
Bentuk tubuh ikan cakalang (K. pelamis) seperti torpedo dan memiliki
tubuh yang padat. Ciri–ciri yang khas dari ikan cakalang (K. pelamis) adalah
memiliki 4-6 garis-garis hitam tebal seperti pita yang membujur pada bagian
bawah gurat sisinya. Ikan ini mempunyai 7-9 sirip dubur tambahan (anal finlets).
Mempunyai dua sirip dorsasl yang terpisah, sirip yang petama mempunyai 14-16
jari-jari keras. Pada bagian sirip dorsal diikuti dengan 7-9 finlet, dibagian sirip
anal diikuti 7-8 finlet. Pada bagian ekor terdapat 2 keel yang keras, serta bagian
punggung berwarna biru kehitaman, bagian perut abu-abu dengan 4-6 garis hitam
bentuk tubuh yang memanjang seperti torpedo dan padat, dengan penampang
garis-garis hitam tebal seperti pita membujur di bagian bawah gurat sisinya.
berwarna keperak-perakan. Tubuh tidak bersisik kecuali pada gurat sisi dan depan
sirip punggung pertama. Jarak antara sirip punggung kesatu (D1 XIV – XVI) dan
sirip punggung kedua (D2 XIII – XIV) lebih kecil dari diameter matanya. Ikan ini
mempunyai 7-9 sirip dubur tambahan (anal finlets). Pada batang ekornya terdapat
tiga buah tonjolan. Adapun ukuran ikan cakalang terkecil pada saat memijah
dan berat maksimum 34,5 kg. Namun, panjang maksimum yang biasa ditemukan
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.
(Prihatini, 2010).
tempat dan waktu yang tertentu. Kajian distribusi ikan dapat ditinjau dari sudut
geografis dan ekologis. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam kajian
distribusi ikan yaitu: aspek deskriptif, bertujuan untuk menemukan spesies apa
saja yang mendiami suatu tempat tertentu, dan aspek yang lebih rumit yaitu
mempelajari kenapa spesies mendiami suatu tempat dan bagaimana mereka bisa
Ikan cakalang (K. pelamis) memiliki habitat dan mencari makan di daerah
pertemuan arus air laut, yang umumnya terdapat di sekitar pulau-pulau. Selain itu
ikan cakalang (K. pelamis) juga menyukai perairan dimana terjadi pertemuan
antara massa air panas dan dingin. Penyebaran vertikal ikan cakalang (K.
pelamis), dimulai dari permukaan sampai kedalaman 260 meter pada siang hari,
sedangkan pada malam hari akan menuju ke sekitar permukaan (Tim Perikanan
Menurut Muklis (2018) Ikan cakalang (K. pelamis) dan tongkol banyak
jelas. Usaha perikanan cakalang dan tongkol sangat baik dilakukan di perairan
36
tingkat kecerahan dibeberapa fishing ground berkisar antara 10-30 meter. Tuna
dan cakalang ditemukan di sekitar perairan bebas dengan SPL berkisar antara
samudera Pasifik melebar dari lintang utara ke lintang selatan tetapi menyempit di
kawasan timur karena terbatasnya penyebaran air hangat yang cocok untuk
pemijahan oleh arus dingin yang mengalir menuju kawasan tropik di kedua belah
menuju selatan ke arah ujung selatan benua Afrika, sekitar 36o LS. Penyebaran
cakalang secara vertikal terdapat mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m
pada siang hari, sedangkan pada malam hari akan menuju permukaan (migrasi
menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Pada perairan Samudera
Hindia dan Samudera Atlantik, ikan cakalang (K. pelamis) menyebar di antara
40ºLU dan 40ºLS (Collete & Nauen 1983 in Yahya et al. 2001). Khususnya di
sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali
dan Nusa Tenggara. Pada wilayah perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut
mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh mahluk hidup, baik
metabolik.pada ilmu ini juga dibahas faktor-faktor fisik dan kimia yang
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda, tergantung tingkah
laku habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya
lingkungannya (Syahrir, 2012). Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi
reproduksi yang menonjol yaitu memijah hanya bilamana energi cukup tersedia,
semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati.
cakalang dengan ikan pelagis kecil serta plankton. Dengan semakin banyaknya
ikan kecil dan plankton, maka cakalang akan berkumpul untuk mencari makan.
Ikan cakalang (K. pelamis) mencari makan berdasarkan penglihatan dan rakus
terhadap mangsanya. Cakalang sangat rakus pada pagi hari, kemudian menurun
pada tengah hari dan meningkat pada waktu senja (Cakalang biasanya membentuk
38
gerombolan (schooling) pada saat ikan tersebut aktif mencari makanan. Bila ikan
tersebut aktif mencari makan, maka gerombolan tersebut bergerak dengan cepat
ikan, udang, dan cumi-cumi hal ini dibuktikan dengan ditemukannya organism-
organisme tersebut dalam perut dan lambung ikan cakalanng (K. pelamis).
F. Nilai Ekonomis
2014).
yang tinggi sehingga potensi ikan tersebut menjadi komoditas utama masyarakat
ikan cakalang (K. pelamis) cukup tinggi dalam keadaan ikan yang segar dan
kondisi baik ke sejumlah negara. Siaran pers secara tertulis oleh KKP, data total
ekspor kuartal 1 tahun 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS 2015)
menyatakan bahwa tren hasil tangkapan ikan cakalang (K. pelamis) yang
didaratkan di PPS Bitung cenderung akan meningkat hingga tahun 2016 sesuai
39
garis tren (trend line) yang ditunjukkan pada grafik. Begitu pula tren hasil
meningkat hingga tahun 2016. Dengan demikian, kebutuhan pasokan bahan baku
ikan cakalang (K. pelamis) hingga tiga tahun ke depan masih dapat terpenuhi.
kelompok ikan pelagis besar yang merupakan salah satu jenis komuditas
perikanan laut yang bernilai ekonmis penting karena ikan cakalang selain menjadi
bahan komsunsi dalam negri juga merupakan komuditas ekspor dan bahan
Indonesia.
memiliki peran dan fungsi yang sesuai dengan tempatnya. Umunnya, urat daging
macam system otot pada ikan, yaitu: otot rangka atau striated muscle, yang kedua
otot halus atau smooth muscle dan yang ketiga otot jantung atau cardiac muscle.
(Kilawati, 2017).
40
dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat
2. Bahan
- Ikan Cakalang (K. - Objek pengamatan
pelamis)
- Alkohol Sebagai bahan pembersih
alat
- Air panas - Untuk merendam ikan
41
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang kami lakukan pada praktikum Sistem Urat
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
9. Mengamati penampakan urat daging yang tampak dari luar tubuh ikan.
10. Membedah tubuh ikan dan mengamati urat daging yang terdapat didalam
tubuh ikan.
asisten.
42
A. Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut.
Keterangan :
1. apaxia
2. myotome
3. hypaxial
Keterangan :
1. Supracarinalis
2. Septum verticalse
3.Myomer
4.Mycrometa
5. Red lateral
6.Corpus vertebrae
7. Infracarinalis
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada ikan Cakalang (K.
Pelamis) mengenai setelah perendaman dengan air panas dan pengelupasan kulit
luar. Dapat diketahui bahwa urat daging ikan Cakalang (K. Pelamis) terbagi atas
dua bagian yaitu urat daging pada penampang depan dan urat daging pada
penampang melintang. Urat daging pada penampang depan terdiri atas tiga, yaitu
43
pada urat daging ikan Cakalang (K. Pelamis). Apaxial merupakan urat daging
yang terdapat pada tubuh ikan (K. Pelamis) terbagi oleh horizontal steletogeneus
merupakan urat daging pada tubuh ikan Cakalang (K. Pelamis) yang terdapat pada
bagian bawah.
bahwaotot bergaris di seluruh badan ikan terdiri atas kumpulan blok otot. Tiap-
tiap blok otot ini dinamakan miotom (pada waktu masih embrio dinamakan
miomer), yang dilapisi oleh mioseptum. Pada otot yang menempel pada tubuh
ikan disebelah kiri dan kanan, dari belakang kepala sampai ke batang ekor,
miotom tersusun menurut pola tertentu yang bisa dibedakan menjadi dua tipe
yaitu cylostomin dan piscine. Dan otot yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas (epaksial) dan bagian
bawah (hipaksial), kedua bagian tersebut dipisahkan oleh suatu selaput yang
Urat daging ikan Cakalang (K. Pelamis) pada penampang melintang terbagi
banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa urat daging tikan Cakalang (K. Pelamis) terdiri atas dua
yaitu, urat daging pada penampang depan dan urat daging pada penampang
melintang. Urat daging pada penampang depan terbagi menjadi tiga bagian
infracarinalis.
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
sebaiknya jenis ikan yang diamati beraneka ragam agar nantinya praktikan
LAPORAN IKTIOLOGI
PRAKTIKUM VI
SISTEM PERNAFASAN
OLEH :
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lainnya. Kata iktiologi berasal dari kata Ichtio yang berarti ikan, dan logos yang
berarti ilmu, jadi di dalam iktiologi ini dicakup beberapa aspek baik mengenai
aspek biologi maupun ekologi ikan. Dalam iktiologi banyak mempelajari tentang
sistem-sistem yang ada dalam tubuh ikan, salah satunya adalah sistem
urogenitalia.
pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-
Ikan adalah hewan yang hidup diair, bertulang belakang, bergerak dengan
menggunakan sirip, dan bernafas dengan insang.Namun ada juga ikan yang
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat bernafas, ikan memasukkan air kedalam
mulutnya. Kemudian air mengalir melalui rongga mulut menuju lembaran insang
48
dan keluar melalui tutup insang.Beberapa spesies ikan memiliki alat pernapasan
dan mengenal lebih jauh tentang system pernapasan pada organisme yang kita
amati.
sitem pernafasan.
bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta
ada atau tidaknya alat pernapasan bantuan yang biasanya terdapat pada
pengetahuan tentang letak alat pernapasan pada ikan serta ada atau tidaknya alat
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Order : Gonorynchiformes
Class : Osteichthyes
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Order : Percimorphi
Class : Pisces
50
Genus : Lethrinus
Spesies : Lethrinus
lentjan
cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses pembentukan kata.
terminal, tipe sisik cycloid, jari-jari semuanya lunak, jumlah sirip punggung
antara 13-17, sirip anal 9-11, sirip perut 11-12, sirip ekornya panjang dan
bersegak, jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping, panjang maksimum 1,7
seperti struktur benang, dan warna agak transparan, sedangkan ikan katamba
51
betina memiliki morfologi hampr sama dengan jantan namun warna sedikit
Anatomi adalah bagian yang menjelaskan aspek yang paling inti dari suatu
organisme. Anatomi ini menjelaskan tentang struktur tubuh makhluk hidup bagian
organ yaitu ginjal, gelembung renang yang berfungsi sebagai alat pendeteksi ikan
pada posisi kedalaman air, yang terletak disebelah ventral, disamping itu terdapat
limfa, organ ini sukar terlihat karena kadang terbungkus oleh lemak dan hati di
antara usus. Terdapat pula saluran pencernaan, hati dan kantung empedu. Pada
organ dalam ikan bandeng (chanos chanos) terdapat organ yang tampak
memanjang yang berfungsi untuk mengatur daya apung di dalam air selain itu
organ ini disebut juga alat hidrostatik karena dapat menyerap atau mengeluarkan
gas yang dipengaruhi oleh urat saraf. Terdapat pula hati yang terletak di sisi
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.
Ikan bendeng pada saat benih habitat nya di perairan pantai berkarang
yang su’bur, hal ini. Benih bandeng juga hidup di perairan berlumpur yang sedikit
52
Ikan katamba atau biasa dikenal dengan ikan lencam, ikan ini hidup
dibagian pesisir tropis dan sub teropis, dengan habitat umumnya di daerah trumbu
Ikan bandeng memiliki toleransi salinitas yang sangat luas, mulai dari asin
(35 ppt) hingga tawar (0 ppt), sehingga dapat dipelihara pada perairan asin hingga
meluas sampai ke teluk Benggala, teluk siam, pantai laut cina selatan, perairan
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang siklus hidup atau bag
dan lainnya.
hidup atau organisme untuk menghasilkan spesies baru atau generasi berikutnya,
ikan ini mengalami proses diferensiasi gonad dari fase betina ke jantan. Perubahan
ini dapat dicirikan pada perubahan morfologi. Perubahan ikan lecam dari fase
banyak diketahui, namun demikian telur ikan bandeng diketahui bersifat pelagik
dan setelah menetas larva-larva ikan bandeng terbawa arus hanyut ke daerah
pantai memasuki muaramuara sungai dan tambak Daya apung merupakan faktor
penting dalam proses penyebaran dan penetasan telur ikan bandeng. Daya apung
ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis telur dan air dan salah satu
faktor penting yang mempengaruhinya adalah salinitas. namun, hal ini tidak
menjamin telur ikan bandeng juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik
terhadap perubahan salinitas. Daya tetas telur yang mengapung lebih tinggi
daripada telur yang tenggelam dan melayang pada semua tingkat salinitas yang
54
diuji, namun telur yang tenggelam masih memiliki peluang untuk menetas. Daya
hidup agar dapat melakukan berbagai aktivitas. Sedangkan kebiasaan makan yaitu
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan pemakan
plankton yang cenderung generalis, makanan utamanya adalah diatom, alga hijau
(Lethrinus lentjan) banyak ditemukan krustace, ikan, dan moluska.. Ikan Katamba
(Lethrinus lentjan) ini melakukan ruaya harian pada daerah perairan dangkal dan
goba. Pada waktu air mulai pasang ikan berpindah ke daerah lamun dan karang
untuk mencari makan. Ikan mulai mencari makan ke daerah perairan dangkal atau
perairan pinggiran goba ketika matahari tenggelam dan kembali ke perairan yang
F. Nilai Ekonomis
Nilai ekonomis adalah nilai yang dimiliki oleh makhluk hidup atau
benda, yang dapat diperhitungkan dengan nilai uang. Menurut Spranger, nilai
keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya itu. Nilai ekonomis ini
air payau inddonesia. Ikan ini merupakan konsumsi yang berperan penting dalam
Ikan Katamba (Lethrinus lenjtan) merupakan salah satu jenis ikan laut yang
bernilai ekonomis penting dan mempunyai prospek yang sangat baik sebagai
alternatif untuk ikan budidaya laut. Beberapa jenis yang bisa mencapai ukuran
besar merupakan sumber makanan penting dan permintaan pasar untuk jenis ikan
satu ikan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan konsumsi.
Laporan dari nelayan menyebutkan bahwa ukuran hasil tangkapan ikan Katamba
G. Sistem Pernapasan
Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O2) dan kabon dioksida (CO2)
Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme
darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorsi kedalam kapiler-
kapiler insang dan difiksasi oleh sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 oktober 2019, Pada
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel
berikut.
1. Alat
-Mistar Cm Mengukur objek amatan
-Guntingbedah - Menggunting objek
-Pinset - Menjepit objek amatan
-Tisu - Membersihkan alat
-Kacapembesar/lup - Alat melihat objek yang kecil
- Baki - Wadah menyimpan objek
- Kertas laminating - Menyimpan objek yang akan di
bedah
- ATK - Menulis hasil pengamatan
- Lap kasardanhalus - Membersihkan meja
57
2.
Bahan
B. Prosedur Kerja
A. Hasil Pengamatan
Tabel 2. pada sistem pernafasan ikan katamba(lethrinus lentjan) dan ikan bandeng
(Chanos chanos)
Sistem pernafasan pada ikan bandeng (Chanos chanos) dapat dilihat pada gambar
3.
59
Keterangan:
arch)
4. liper limb
5. lower limb
Sistem pernafasan pada Ikan lencam (Lethrinus lentjan) dapat dilihat pada
gambar 4
Keterangan:
filament)
(Gill arch)
4. liper limb
5. lower limb
B. Pembahasan
60
Iktiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
Kata iktiologi berasal dari kata Ichtio yang berarti ikan, dan logos yang berarti
ilmu, jadi di dalam iktiologi ini dicakup beberapa aspek baik mengenai aspek
biologi maupun ekologi ikan. Dalam iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-
sistem yang ada dalam tubuh ikan, salah satunya adalah sistem urogenitalia.
Ikan adalah hewan yang hidup diair, bertulang belakang, bergerak dengan
menggunakan sirip, dan bernafas dengan insang.Namun ada juga ikan yang
karbondioksida (CO2) dalam suatu organisme hidup. Alat pernapasan pada ikan
secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang
ikan bandeng (C. chanos) jumlah upper lamb rakers 304, jumlah lower lamb
rakers 464, jumlah gill rakers 768.Sedangkan pada ikan katamba (L lentjam)
memiliki jumlah upper lamb rakers 25, jumlah lower lamnb rakers 51, dan jumlah
A. Simpulan
kesimpulan bahwa ikan bernafas menggunakan insang serta pada ikan tertentu
memiliki pernafasan tambahan tetapi ada juga yang bernafas menggunakan paru-
paru.Kemudian insang ikan terdiri atas 3 bagian yaitu daun insang (gill filament),
tulang lengkung insang (gill arch) dan tapis insang (gill racker).
B. Saran
pada saat melakukan praktikum tidak banyak yang diam tetapi semua praktikan
langsung mengambil alih yang akan di amati melalui arahan asisten pembimbing.
62
DAFTAR PUSTAKA
Beaufort. 1940. Prosiding Aspek Biologi Ikan Kakaktua (Suku Scaridae). Vol
XXX111 (1) Tahun 2008: 41-50.
Collette. 2004. Prosiding Biologi, potensi dan upaya budidaya julung-julung
Zeharchopteridae sebagai ikan hias asli Indonesia.
Fujaya. 2004. Prosiding Biokumulasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan ekor
kuning (Caesio cuning) diperairan pulau lae-lae Makasar.
Kottelat. 1993. Prosiding Biokumulasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan ekor
kuning (Caesio cuning) diperairan pulau lae-lae Makasar.
Liao et al. 2004. Prosiding Aspek Biologi ikan kakaktua (Suku Scaridae). Vol
XXX111 (1) Tahun 2008: 41-50.
Nelson. 2006. Prosiding Biokumulasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan ekor
kuning (Caesio cuning) diperairan pulau lae-lae Makasar.
Nontji. 2000. Prosiding Analisis tampilan biologis ikan layang (Decapterus sp)
Hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalogan.
Peristiwadi. 2006. Prosiding Hubungan antara suhu permukaan laut dan hasil
tangkapan ikan julung diperairan pulau ternate provinsi Maluku utara.
Vol 1 (2): 23-28.
Samlang. 2009. Prosiding Biokumulasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan ekor
kuning (Caesio cuning) diperairan pulau lae-lae Makasar.
63
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, adi, et al. 2014. Analisis Tren Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus Pelamis) dengan Alat Tangkap Purse Seine dan Pole And
Line (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung). 1(6): 204-
208. ISSN 2337-4306.
DAFTAR PUSTAKA
Coad BW. 2015. Review of the milkfishes of iran (Family Chanidae). Iranian
journal of Ichthyology, 2(2): 65-70
Imani, P, D., Yunianta. 2016. Ekstraksi Glatin Kulit Ikan Lencam (Lenthrinus SP)
dan Aplikasinya Untuk Produk Permen Jeli. Volume. 4. No. 1. Hal. 356-
357.
Karina, S., Rizwan, Khairunnisak. 2010. Pengaruh salinitas dan daya apung
terhadap daya tetes telur ikan bandeng (chanos chanos). Volume 1. No.
1. Hal.23-24.
Mas’ud. 2011.Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus Sp. Pada Insang Benih
Bandeng (Chanos Chanos) di Tambak Tradisional, Kecamatan Glagah,
Kabupaten Lamongan. Volume 3 No. 1. Hal. 1.
Prayitno SB, Sarwan, Sarjito. 2015. The diversity of gut bacteria associated with
milkfish (Chanoschanos Forskal) fromnorthern coast of Central Java,
Indonesia. Procedia EnvironmentalSciences, 2 (1): 375-384
Pratiwi, I., Halili, Mustafa, A. 2018. Studi Berapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan
Lencam (Lethrinus Lentjam) di Perairan Tanjung Tiram Kecamatan
Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Volume 3. No. 1. Hal. 300-
301.
65
Reshangsh, Efri. 2019. Beberapa aspek biologi ikan lecam, Lethrinus Lentjan
(Lacepede, 1802) di Perairan Bngka dan Sekitarnya. Volume 19 No. 1.
Hal. 116-117.
Suharma, Halili, Haslianti. 2018. Kajian Pola Pertumbuhan dan Fktor Kondisi
Ikan Lencam (Lethrinus Lentjam) di Perairan Tanjung Tiram Kecamatan
Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Volume 3. No. 4. Hal.338-
339.
Syarif, E, J. 2015. Visualisasi deposit logam berat timbel (pb) pada organ hati
ikan bandeng (Chanos Chanos) Dengan perawatan rhodizona melalui
metode histoteknik. [Skripsi]. IPB Press : Makassar.
Sevtian, A. 2012. Distribusi dan Aspek Pertumbuhan Ikan Lencam (Lethrinus
Lentjam) di Perairan Dangkal Kerang Congkak, Tanaman Nasional Laut
Kepulauan Seribu, Jakarta. [Skripsi]. IPB Press : Bogor.