Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR

PRAKTIKUM III
RESPON ORGANISME TERHADAP PERUBAHAN SUHU

OLEH :

NAMA : ISRA MAU’IZAH


STAMBUK : I1A1 16 016
JURUSAN : MSP
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING : NURMASARI NUNSIR

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses fisiologi organisme akuatik dipengaruhi oleh faktor-faktor penting

dalam ekosistem perairan salah kehidupan satunya adalah suhu. Suhu merupakan

faktor pembatas utama organisme perairan, oleh karena itu hewan akuatik

umumnya memiliki toleransi yang sempit. Penurunan suhu menyebabkan

penghambatan proses fisiologi bahkan dapat menyebabkan kematian pada

organisme. Suhu media berpengaruh terhadap proses metebolisme, dimana

semakin tinggi suhu maka aktivitas metabolisme dalam tubuh organisme akan

meningkat.

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk

mempertahankan suhu interval agar berada didalam kisaran yang dapat ditolerlir.

Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolime. Suhu yang tinggi akan

menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya

makin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas dengan metabolisme hanya akan

bertambah seiring dengan kanikan suhu hingga batas tertentu saja. Pengaturan

suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan eksresi adalah elemen-

elemen dari homoeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah

dingin (cold blood animal) dan hewan berdarah panas (warm blood animal).

Namun lebih dikenal dengan istilah eksoterm dan endoterm yang berhubungan

dengan sumber panas utama tubuhhewan (Teles, 2009).

Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil

metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai

pada kelompok burung (aves), dan mamalia. Hewan endoterm disebut juga
homoiterm, karena suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Pada hewan homoiterm

suhunya lebih stabi, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga

dapat mengatur suhu tubuh. Eksoterm atau biasa disebut homoioterm adalah

hewan yang panas tubuhya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan).

Suhu tubuh hewan eksoterm cenderung berfluktuasi tergantung pada suhu

lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,

amphibia, dan reptilia (Karim et al., 2015).

Pada daphnia suhu sangat mempengaruhi proses fisiologi dalam tubunya.

Suhu brpengaruh terhadap laju konsumsi oksigen, dalam batas toleransi

organisme kecepatan konsumsi oksigen akan meningkat dengan meningkatnya

suhu lingkungan. Penaikan atau penurunan suhu maenentukan frekuensi denyut

jantung yang dapat mencapai duakali aktivitas normal.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum tentang

osmoregulasi.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengamati respon organisme

terhadap perubahan suhu pada Daphnia.

Manfaat dari praktikum ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai respon organisme terhadap perubahan suhu pada Daphnia.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klas ifikasi

Klasifikasi Daphnia sp. Menurut Pangkey (2009), yaitu sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Class: Branchiopoda
Order: Cladocera
Family: Daphniidae
Genus: Daphnia
Species: Daphnia

Gambar 4. Daphnia.
(Sumber: Purnama, 2016)

B. Morfologi dan Anatomi

Daphnia memiliki ukuran 1-3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruasruas/

segmen meskipun ruas ini tidak terlihat. Pada bagian kepala terdapat sebuah mata

majemuk, ocellus (kadang-kadang), dan lima pasang alat tambahan yang pertama

disebut antena pertama, kedua disebut antena kedua yang mempunyai fungsi
utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari

mulut ().

Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala dengan

bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah melalui lekukan yang jelas.

Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh Daphnia tertutup oleh

karapas, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian

tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang seta. Bagian karapas

tembus cahaya dan pada beberapa jenis Daphnia bagian dalam tubuhnya dapat

dilihat dengan jelas melalui mikroskop. Bagian tubuh Daphnia. tertutup oleh

cangkang dari khitin yang transparan. Daphnia. mempunyai warna yang

berbedabeda tergantung habitatnya. Spesies daerah limnetik biasanya tidak

mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di daerah litoral, kolam

dangkal, dan dasar perairan berwarna lebih gelap. Pigmentasi terdapat baik pada

bagian karapas maupun jaringan tubuh ().

C. Habitat dan Penyebaran

Daphnia sp. hidup pada selang suhu 18-24°C Selang suhu ini merupakan

selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang

tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit

alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH

tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh

karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya

mereka. Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam,

seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan

pemutih, dan deterjen (Alluss, 2009).


Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami

kolamkolam atau danau-danau. Daphnia dapat hidup di daerah tropis dan

subtropis. Kehidupan Daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan

antara lain: suhu, oksigen terlarut dan pH. Daphnia dapat beradaptasi dengan baik

pada perubahan lingkungan hidupnya dan termasuk dalam ketegori hewan

eutropik dan tahan terhadap fluktuasi suhu harian atau tahunan. Kisaran suhu yang

dapat ditolerir bervariasi sesuai adaptasinya pada lingkungan tertentu ().

D. Fisiologi dan Reproduksi

Umumnya cara berenang Daphnia tersendat-sendat (intermitenly), tetapi

ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan bergerak dengan merayap

karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang berasal

dari dalam hutan tropik ().

Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan

populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara

aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur

sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina

dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai

Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia

betina akan memulai bertelur setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4 –

22 butir. Pada kondisi buruk jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi

seksual terjadi. Telur-telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting

eggs). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan,

kandungan oksigen yang rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur

yang rendah (Pangkey, 2009).


E. Makanan dan Kebiasaan Makan

Proses dekomposisi bahan organik akan menumbuhkan banyak bakteri

yang merupakan salah satu jenis makanan bagi Daphnia sp. Dekomposisi

merupakan proses pelapukan atau perombakan bahan organik secara biologis oleh

mikroba dekomposer (probiotik) yang menghasilkan hara makro, mikro, hormon,

vitamin, dan zat tumbuh, selain itu penambahan bakteri dekomposer juga dapat

mempercepat pelapukan bahan organik (Izzah & Vivi., 2014).

Daphnia sp. memiliki sifat non selective filter feeder, yakni memakan

partikel tersuspensi yang sesuai dengan bukaan mulutnya. Ragi merupakan bahan

yang dapat tersuspensi dalam air dan memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Daphnia sp. merupakan kelompok udangudangan kecil yang mudah dikultur,

waktu panen cepat dan dapat diperkaya dengan bahan-bahan tertentu. Di alam,

Daphnia sp. mengkonsumsi pakan berupa bakteri, fitoplankton, ciliata, dan

detritus (Darmawan, 2014).

F. Nilai Ekonomi

Salah satu pakan alami yang sering digunakan pada kegiatan pembenihan

ikan air tawar adalah Daphnia sp. Sebagai sumber pakan alami, Daphnia sp.

memiliki beberapa keuntungan yaitu kandungan nutrisinya tinggi, berukuran kecil

sehingga sesuai dengan ukuran mulut larva, pergerakannya lambat, sehingga

mudah ditangkap oleh larva ikan, dan tingkat pencemaran terhadap media

pemeliharaan larva lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pakan

buatan(Darmawan, 2014).

Daphnia sp. merupakan salah satu pakan alami yang potensial untuk

dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar terhadap


ketersediaan pakan alami yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. digunakan

sebagai sumber pakan alami bagi larva ikan karena memiliki beberapa keunggulan

yaitu kandungan nutrisi yang tinggi, ukuranya sesuai dengan bukaan mulut larva

ikan, dan dapat dibudidayakan secara massal, sehingga produksinya dapat tersedia

dalam jumlah mencukupi (Izzah & Vivi., 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada Hari Minggu, tanggal 29 April 2018

pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Oseanografi, GIS dan

Remote Sensing Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktium kali ini dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan seserta kegunaannya


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Pipet Tetes - Alat
- Toples Buah Wadah air
- Termometer ᵒC Mengukur suhu
- Microskop - Alat mengamati detak jantung
- Stop watch S Mengukukur waktu
- Kertas Label Bungkus Menandai wadah
2. Bahan
- Air Biasa L Bahan percobaan
- Air Hangat L Bahan percobaan
- Es Batu - Menambah salinitas
- Daphnia Ind Organisme Percobaan
C. Prosedur kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum osmoregulasi yaitu sebagai

berikut:

- Menyiapkan 4 buah wadah yang bersih dan telah memberi label masing-masing

bersuhu 10ᵒC , 20ᵒC , 30ᵒC dan 40ᵒC.

- Mengisi wadah dengan air sesuai dengan suhu yang tertera pada label.

- Memasukan beberapa individu Daphnia pada 4 buah wadah yang memiliki suhu

yang berbea.

- Mengamati mengambil satu ekor Dapnia kemudian diletakan pada kaca preparat

dan diamati dengan microskop.

- Menghitung detak jantung Daphnia dalam waktu 15 detik.

- Melakukan pengamatan yang sama sampai tiga kali pengulangan.

- Megulagi hal yang sama pada 3 wadah lainnya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengamatan


Waktu (s) Suhu (ᵒC) Detak Jantung
10ᵒC 7,33
15 detik 20ᵒC 5,66
30ᵒC 6,66
40ᵒC 14,66

Detak jantung
16
14
12
10 Detak jantung
8
6
4
2
0
10ᵒC 20ᵒC 30ᵒC 40ᵒC

Gambar 5. Diagram Detak Jantung Daphnia.


(Sumber: Dok Pribadi, 2018)

B. Pembahasan

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk

mempertahankan suhu interval agar berada didalam kisaran yang dapat ditolerlir.

Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolime. Suhu yang tinggi akan

menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya

makin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas dengan metabolisme hanya akan
bertambah seiring dengan kanikan suhu hingga batas tertentu saja. Pengaturan

suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan eksresi adalah elemen-

elemen dari homoeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah

dingin (cold blood animal) dan hewan berdarah panas (warm blood animal).

Namun lebih dikenal dengan istilah eksoterm dan endoterm yang berhubungan

dengan sumber panas utama tubuhhewan (Teles, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah detak jantung Daphnia mengalami

penurunan seiring dengan kenaikan suhu medianya yakni pada suhu 10ᵒC jumlah

detak jantung rata-rata 7,33 kemudian pada suhu 20ᵒC jumlahnya 6,66 dan pada

suhu 30ᵒC jumlah detak jantungnya 5,66. namun pada titik suhu tertentu yakni

pada suhu 40ᵒC jumlah detak jantung rata-rata semakin tinggi yakni 14,66. Hal ini

tidak sesuai dengan peryataan

Dalam hal ini kesalahan tedapat pada data pengamatan yang tidak akurat.

Kesalahan diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu kesalah menghitung detak

jantung, lama mengamati daphnia dibawah microskop sehingga Daphnia

terpengaruh oleh suhu dari lampu mikroskop dan kepanikan dalam menghitung

detak jantung Daphnia karena dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda.

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kenaikan

suhu media akan meningkatkan laju detak jantung pada Daphnia yang

mempengaruhi konsumsi oksigen dan proses metabolisme.

B. Saran

Praktikum selanjutnya paraktikan diharapkan fokus dalam melakukan

praktikum agar data yang dihasilkan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, M.Y., Zainuddin & Sitti, A. 2015. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan
Hidup Percepatan Metamorfosis Larfa Kepiting Bakau (Scilla olivacea).
Jurnal Perikanan. Vol. 17(2):84-89.

Anda mungkin juga menyukai