Anda di halaman 1dari 9

Kerjakan soal di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan anda di lapangan.

1. Dari lokasi pengambilan sampel limnologi yang anda kerjakan:


a. Jelaskan faktor-faktor pembatas pada perairan tawar (15)
Jawaban :
1. Suhu/ Temperatur
Suhu pada ekosistem perairan tawar berfluktuasi baik harian maupun tahunan,
terutama mengikuti pola temperatur udara di lingkungan sekitarnya. Suhu memiliki
peran yang sangat penting terhadap kehidupan di dalam air.
Berhubungan dengan suhu perairan, diketahui bahwa organisme air memiliki
kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu media tempat hidupnya. Beberapa
organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap perubahan suhu
lingkungan (euriterm) dan ada jenis yang kisaran toleransinya sempit (stenoterm). Hal
ini terjadi karena suhu air mempengaruhi proses kelangsungan hidup, pertumbuhan,
morfologi, reproduksi, tingkah laku, laju pergantian kulit dan metobolisme suatu
organisme.

2. Arus
Arus air merupakan pergerakan massa air menuju ke tempat lain yang
disebabkan oleh perbedaan ketinggian dasar perairan, kerapatan molekul air, atau
tiupan angin. Arus dapat bergerak secara membujur ataupun melintang dari poros arah
aliran dan dari waktu ke waktu. Pada ekosistem perairan, arus memiliki peran yang
sangat penting terutama berkaitan dengan pola sebaran organisme, pengangkutan
energi, gas-gas terlarut dan mineral di dalam air. Selain itu arus juga mempengaruhi
substrat dasar perairan.
Dalam perairan tawar dikenal ada dua tipe arus yaitu turbulen dan laminar.
Turbulen merupakan arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan
terdistribusi ke seluruh bagian perairan, contohnya: Kolam KI Kecil sedangkan laminar
merupakan arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja, contohnya: Kolam Siti
Khadijah
3. Kekeruhan/turbiditas
Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi di dalam
air. Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman,
kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan
adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya
menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan
tumbuhan bentik.
Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan juga mempengaruhi
mekanisme pernapasan organisme perairan. Apabila kekeruhan semakin tinggi maka
sebagian materi terlarut tersebut akan menempel pada bagian rambut-rambut insang
sehingga kemampuan insang untuk mengambil oksigen terlarut menjadi menurun,
bahkan pada tingkat kekeruhan tertentu dapat menyebabkan insang tidak dapat
berfungsi dan menyebabkan kematian.

4. Kedalaman
Kedalaman perairan berperan penting terhadap kehidupan biota pada ekosistem
tersebut. Semakin dalam perairan maka terdapat zona-zona yang memiliki kekhasan
tertentu, seperti suhu, kelarutan gas-gas dalam air, kecepatan arus, penetrasi cahaya
matahari dan tekanan hidrostatik. Perubahan faktor-faktor fisik dan kimiawi perairan
akibat perubahan kedalaman akan menyebabkan respon yang berbeda biota di
dalamnya.

5. Penetrasi Cahaya/Kecerahan
Penetrasi cahaya matahari/tingkat kecerahan ke dalam perairan akan
mempengaruhi produktifitas primer. Kedalaman penetrasi cahaya matahari kedalam
perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat kekeruhan perairan, sudut
datang cahaya matahari dan intensitas cahaya matahari. Bagi organisme perairan,
intensitas cahaya matahari yang masuk berfungsi sebagai alat orientasi yang akan
mendukung kehidupan organisme pada habitatnya.
6. pH (Derajat Keasaman)
Dalam air yang bersih, jumlah konsentrasi ion H+ dan OH berada dalam
keseimbangan atau dikenal dengan pH 7. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan
nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen
berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan dikenal dengan larutan basa.
Organisme perairan dapat hidup ideal dalam kisaran pH antara asam lemah
sampai dengan basa lemah. Kondisi perairan yang bersifat asam kuat ataupun basa kuat
akan membahayakan kelangsungan hidup biota, karena akan mengganggu proses
metabolisme dan respirasinya. Pada pengamatan kedua kolam tersebut memiliki pH 7

7. DO, BOD, dan COD


DO pada ekosistem danau pada awal perkembangannya relatif tinggi, karena
pemanfaatan oleh aktivitas organisme rendah. Sumber oksigen terlarut utamanya
berasal dari pengikatan langsung dari udara, sedangkan dari aktivitas fotosintesis masih
sangat rendah. Pada tahap perkembangan selanjutnya DO akan fluktuatif sesuai dengan
banyaknya aktifitas hidup, dan penyuburan. BOD juga relatif kecil karena bahan
organik dalam ekosistem masih rendah, COD juga demikian.

b. Jelaskan dan gambarkan zonasi yang mungkin ada (20)


Jawaban :
Zonasi pada perairan tawar berbeda dengan zonasi pada perairan laut. Zonasi
perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan letak dan intensitas cahaya. Zonasi perairan
berdasarkan letaknya dibagi menjdi empat zona yaitu:
a. Zona Litoral
Zona litoral merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan
daratan. Pada daerah ini terjadi percampuran sempurna antara berbagai faktor fisika
kimiawi perairan. Di dalam zona ini ada dua tipe produsen utama yaitu tanaman berakar
atau bentik, dan fitoplankton yang sebagian besar berupa ganggang. Kelompok
zooplankton pesisir yang penting adalah spesies Dapnia dan Simocephalus yang besar
dan lemah, beberapa spesies copepoda, banyak keluarga ostracod dan beberapa rotifera.
Ikan tambak, katak, kura-kura, dan ular air hampir secara eksklusif merupakan anggota
komunitas zona pesisir.
b. Zona Limnetik
Zona limnetik merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu
sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik, kimiawi
maupun kehidupan didalamnya. Produsen fitoplankton terdiri dari diatom, ganggang
hijau, ganggang biru-hijau, dan algae hijau berflagel, terutama dinoflagellata.
Zooplankton limnetik terdiri dari beberapa spesies tetapi sebagian besar terdapat
copepoda, cladocerans, dan rotifera pada umumnya sangat penting. Tetapi spesies
mereka sebagian besar berbeda dari yang ditemukan di zona pantai. Nekton limnetik
hampir seluruhnya terdiri dari ikan.
c. Zona Profundal
Zona profundal merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima
sedikit cahaya matahari dibandingkan daerah litoral dan limnetik. Bagian ini dihuni
oleh sedikit organisme terutama organisme bentik karnivor dan detrivor.

Gambar 2. Zona Perairan di Kolam KI Kecil dan Siti Khadijah


c. Jelaskan dan berikan contoh penggolongan makrofita di perairan tersebut (15)
Jawaban :
Tumbuhan air atau makrofita yang hidup pada suatu lingkungan perairan dapat
dikatakan sebagai salah satu faktor ekologis di suatu perairan, karena tumbuhan air
merupakan sumber utama makanan primer bagi kehidupan organisme air misalnya ikan.
Makrofita mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas oksigen terlarut di
lingkungan perairan karena pada tumbuhan air mempunyai klorofil, dan juga sebagai
sumber pakan bagi ikan gurami ataupun nila, selain itu juga sebagai runtuhan (sisa-sisa)
yang essensial untuk organisme saprofit.

Makrofita akuatik mancakup algae, bryofita, beberapa pteridophyta, dan banyak


tumbuhan berbunga atau angiospermae. Makrofita dapat dijumpai terapung bebas maupun
tertancap pada substrat dengan berbagai model, ada yang seluruh bagiannya berada di
bawah permukaan air (submerged), maupun yang separuh bagiannya tersembul diatas
permukaan air (emergent). Beberapa jenis tumbuhan air yang tergolong makrofita yang
dapat dijumpai di Kolam Siti Khadijah dan KI kecil diantaranya:

1. Tumbuhan teratai
Teratai merupakan nama umum untuk genus Nymphaea yang merupakan tumbuhan
air. Tanaman teratai memiliki ciri khas dengan daun yang mengambang di permukaan
air yang tenang. Tanaman teratai pun menghasilkan bunga mempesona yang memiliki
warna beraneka ragam. Tanaman teratai tumbuh di permukaan air yang tenang.
Tanaman teratai juga memiliki daun yang tumbuh mengambang di permukaan air.
Bunga teratai terdapat di permukaan air, bunga dan daun teratai keluar dari tangkai
yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau
rawa.
2. Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung
pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang
dangkal. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah
perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai
aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring
apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian.

Adapun peranan makrofita di perairan selain berdampak negatif juga mempunyai


fungsi positif bagi perikanan, makrofita merupakan komponen yang penting dalam
ekosistem sebagai habitat pemijahan ikan, asuhan ikan, menempelnya pakan alami dan
penyerap konsentrasi nutrien serta logam berat. Pada tumbuhan eceng gondok dapat
berfungsi sebagai pembersih limbah rumah tangga. Eceng gondok juga dapat
membersihkan waduk dan danau dari polutan pestisida dan logam berat.
2. Apa yang dimaksud dengan eutrofikasi perairan tawar dan bagaimana hal ini dapat terjadi.
Jelaskan pengaruh eutrofikasi terhadap biota perairan tawar (25)
Jawaban :
Eutrofikasi merupakan penggambaran pengaruh biologi dari adanya peningkatan
konsentrasi nutrien tanaman, umumnya nitrogen dan fosfor, tetapi juga ditemukan unsur lain
seperti Si, K, Ca, Fe, atau Mn di ekosistem akuatik. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi
total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 g/L. Sejatinya, eutrofikasi
merupakan sebuah proses alamiah dimana danau mengalami penuaan secara bertahap dan
menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk
sampai pada kondisi eutrofik.
Euterofikasi terjadi ketika limbah organik kebanyakan akan mengalir ke sungai, danau
atau perairan lainnya melalui aliran air hujan. Limbah organik yang masuk ke badan air yang
anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif
(BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4):

COHNS + BAN CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + energi .(3)
COHNS + BAN + energi C5H7O2 N (sel mikroba baru)..(4)

Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di
bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan
senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan
komponen fosfor. Asam sulfida (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang
mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau
anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat
konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut
diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap
dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang
dapat digambarkan sebagai reaksi.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah
terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu
pernapasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung
pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan
fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika
jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi organik
memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami depresi oksigen
bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob.
Pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik menghasilkan gas-gas,
seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan udang-
udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam
konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton tersebut
menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh
sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama
zooplankton dan ikan termasuk karena beracun.

3. Kembangkan latar belakang permasalahan dan rumuskan permasalahan limnologi yang


menurut anda dapat di teliti di perairan tawar Sumatera Selatan (25)
Jawaban :
Sungai merupakan salah satu tipe ekosistem perairan secara umum yang berperan
bagi kehidupan biota dan manusia dalam melakukan berbagai macam aktifitas. Berbagai
macam aktifitas pemanfaatan sungai tersebut pada akhirnya memberikan dampak terhadap
sungai antara lain penurunan kualitas air. Penyebab utama penurunan ini adalah akibat
pembuangan limbah baik domestik maupun industri dibuang ke sungai tanpa dilakukannya
pengolahan terlebih dahulu. Meski sungai memiliki kemampuan dalam melakukan self
purification, namun bila melebihi kemampuan daya dukungnya maka akan menimbulkan
masalah yang cukup serius bagi kesehatan lingkungan sungai.
Sungai dapat menggambarkan perubahan struktur dan fungsi komunitas sepanjang
sungai hingga terjadi perubahan gradien antara hulu dan hilir. Variasi tersebut dapat berupa
morfologi sungai, arus air, tekstur substrat, dan kekeruhan. Bahan pencemar merupakan
salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas air sungai serta mengganggu
kelangsungan hidup berbagai macam organisme yang terdapat di dalam sungai sehingga
berdampak ke keseimbangan ekosistem sungai.
Adanya kecenderungan peningkatan pencemaran yang terjadi di berbagai sungai di
Indonesia termasuk Sungai Musi mendorong untuk dilakukannya kajian mengenai kualitas
perairan dengan parameter fisik, kimia dan biologi. Kajian lingkungan perairan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya menggunakan komponen biologi seperti
organisme makrobentos.
Makrobentos adalah salah satu indikator kualitas lingkungan akuatik yang dapat
diandalkan. Fauna ini hidup di dalam sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan
terkena air yang masuk melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap
lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang.
Menurut Chessman (1995), pemantauan kualitas lingkungan sungai dengan biota dapat
dilakukan terhadap berbagai jenis habitat, seperti riak (riffle), kedung (pool), kedung
berbatu, hamparan makrofita dan kayu yang tenggelam.
Sungai Musi merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Sumatera
Selatan dengan panjang mencapai 750 km dengan debit air yang bervariasi. Berdasarkan
geomorfologi, badan utama Sungai Musi dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu Musi
bagian hulu, Musi bagian Tengah dan Musi bagian hilir. Bagian hulu dimulai dari sumber
air di Bengkulu hingga Muara Kelingi, bagian tengah dimulai dari Muara Kelingi hingga
Tebing Abang dan bagian hilir dari tebing Abang hingga muara Sungai Musi (Husna dkk,.
2006).
Sungi Musi memiliki nilai penting bagi penduduk yang tinggal disekitarnya. Pada
bagian hulu dan tengah pemanfaatan lahan berupa usaha pertanian hortikultura, sedangkan
di tepi perairan digunakan untuk usaha perikanan dan pertambangan pasir dan batu.
Pemanfaatan lahan pada bagian hilir lebih banyak dan bervariasi lagi mulai dari
pemukiman, dan kawasan industri, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan beban
pencemaran di perairan Sungai Musi dari hulu hingga hilir.
Adanya gangguan akibat aktifitas antropogenik, industri dan perbedaan
geomorfologis lingkungan dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas air
terutama bagian hilir yang selanjutnya akan berdampak pada kehidupan biota air seperti
perubahan pola struktur komunitas makrobentos. Penurunan keanekaraman dari organisme
tersebut biasanya merupakan indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada sungai.
Oleh karena itu perlu dilakukannya suatu penelitian mengenai kajian tentag
keanekaragaman, kelimpahan spesies, dominansi derta distribusinya untuk mengetahui
sejauh mana tingkat perubahan karakteristik struktur komposisi makrobentos dan
hubungannya dengan parameter fisika, kimia dan biologi air, sehingga informasi tersbeut
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam pengolahan Sungai Musi.

Anda mungkin juga menyukai