Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISTIK DAN

MORFOLOGI ESTUARIA
(MK Tipologi)

Oleh :
Dr. Eni Kamal, M.Sc
PSP2K PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Esturia sebagai suatu daerah perairan tempat
bertemunya air tawar dari sungai dan air laut. Dalam hal
ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran
sungai yang menuju laut, daerah ini dapat berupa muara
sungai yang sangat lebar, rawa- rawa pantai atau daerah
lain yang tidak terlepas dari pengaruh air laut.
Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut
tersebut menghasilkan suatu kondisi lingkungan dan
komunitas biota yang khas, komplek dan dinamis yang
tidaksama dengan air tawar atau air laut. Dinamika
tersebut sangat terkait dengan pola distribusi salinitas,
kekuatan arus, amplitudo pas-sut, kekuatan ombak,
pengendapan sedimen, suhu, oksigen serta penyediaan
unsur hara (Suyasa dkk, 2008)
PENGERTIAN ESTUARIA
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai
hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar
dari daratan.Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat
pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988).
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang
merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut.
Estuaria merupakan perairan semi tertutup yang berhubungan
bebas dengan laut, sehingga laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002)

Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan


suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi
(Supriharyono, 2000), antara lain :
1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat
fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai
maupun air laut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan
komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan
lingkungan sekelilingnya.
4. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut
air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta
topografi daerah estuaria tersebut.
Estuaria dapat dikelompokkan atas empat tipe,
berdasarkan karakteristik geomorfologinya :
Estuaria Daratan Pesisir
Estuaria ini paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat
penaikan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai
Tipe estuari ini kebanyakan mulai terbentuk antara 15.000 dan 6.000 tahun
yang silam, ketika tudung es mencair dan permukaan laut naik menggenangi
muara-muara sungai purba. Di samping itu, proses penurunan lahan di wilayah
pesisir turut menyumbang pada proses ini. Tipe ini terutama terbentuk di muara
sungai-sungai yang melalui wilayah yang pesisirnya lebar; membentuk daerah
estuari sempit dan relatif dangkal di arah daratan, dan melebar dan mendalam
ke arah laut. Rasio lebar perairan terhadap dalamnya termasuk besar; dengan
kedalaman perairan jarang-jarang melebihi 30 m (98 ft). Salah satu contohnya
adalah muara Sungai Hudson di Amerika Serikat.
Laguna (Gobah) atau Teluk Semi
Tertutup

Estuari ini terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak


sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi
langsung dan terbuka dengan perairan laut
Estuari tipe ini hampir terisolasi oleh karena adanya beting penghalang di arah
lautnya, baik berupa pulau ataupun tanjung penghalang. Dengan demikian,
laguna estuari ini hanya terhubung dengan laut terbuka melalui satu atau
beberapa celah yang relatif sempit, tempat keluar masuknya air.

Tipe ini biasanya terbentuk di wilayah yang pantainya landai, pada tepi benua
yang secara tektonik stabil, di tepi laut pinggiran yang ombaknya tidak terlalu
besar.
• Beting-beting penghalang itu dapat terbentuk oleh beberapa hal, misalnya:
• Beting pasir yang terbentuk dari pasir dasar laut yang terangkat dan diendapkan
oleh gelombang laut; biasanya berupa beting memanjang sejajar dengan garis
pantai.
• Beting lumpur sedimen yang dibawa sungai, namun tertahan oleh gelombang
dan arus laut, dan diendapkan di sebelah muka muara.
• Beting karang yang berasal dari batu atau tanah pantai yang tererosi ketika
terjadi penggenangan oleh air laut yang menaik, sehingga membentuk semacam
teluk kecil; beting batu itu adalah sisa-sisa yang tidak turut tererosi.
• Beting tanah atau pasir yang berasal dari ujung (tanjung kecil) yang tererosi
pinggirannya, namun bertambah panjang karena tambahan endapan di
ujungnya akibat arus laut dan gelombang.
Fjords
Merupakan estuari yang dalam, terbentuk oleh aktifitas glasier yang
mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut

Estuari tipe fjord ini terbentuk di muara sungai yang berlembah


dalam karena tererosi oleh aliran es (gletser). Secara khas estuari
semacam ini mempunyai lembah dengan penampang serupa huruf-
U, bertebing curam, dengan dasar yang berbatu-batu dan berkontur
khas akibat terkikis aliran gletser. Di hulunya, estuari ini bisa jadi
sangat dalam, dapat melebihi 300 m (980 ft). Namun ujungnya
dangkal karena endapan serpih batu-batuan acap membentuk gigir
(semacam beting atau gosong) di bawah air. Apabila gigir ini sangat
dangkal, dapat menghalangi pertukaran air (tawar dengan laut)
sedemikian sehingga air sangat sedikit bertukar, dan air-air di
bawah garis kedalaman gigir boleh dikatakan sangat jarang
bersirkulasi, atau stagnan dalam jangka yang panjang.
Estuaria Tektonik
Terbentuk akibat aktifitas tektonik (gempa
bumi atau letusan gunung berapi) yang
mengakibatkan turunnya permukaan tanah
yang kemudian digenangi oleh air laut pada
saat pasang.
Berdasarkan Pola Sirkulasi dan
Stratifikasi Air
• Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau
estuaria biji garam, dicirikan oleh adanya
batas yang jelas antara air tawar dan air asin.
Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah
dimana aliran air tawar dari sungai besar
lebih dominan daripada intrusi air asin dari
laut yang dipengaruhi oleh pasang-
surut.(Gambar A)
• Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial
merupakan tipe yang paling umum dijumpai.
Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai
seimbang dengan air laut yang masuk
melalui arus pasang. Percampuran air dapat
terjadi karena adanya turbulensi yang
berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-
surut.
• Estuaria campuran sempurna atau estuaria
homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai
di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut
sangat dominan dan kuat, sehingga air
estuaria tercampur sempurna dan tidak
terdapat stratifikasi.(Gambar B)
Karakteristik Fisik
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria
mempunyai peranan yang penting terhadap
kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang
penting adalah sebagai berikut:
• Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari
sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut
• Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang melalui arus pasang-surut menciptakan suatu
bervariasi, terutama bergantung pada masukan air gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi
tawar dari sungai dan air laut melalui pasang- biota estuaria, khususnya plankton yang hidup
surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang tersuspensi dalam air.
menekan bagi organisme, tapi mendukung
kehidupan biota yang padat dan juga menangkal
predator dari laut yang pada umumnya tidak • Pasang-surut. Arus pasang-surut berperan penting
menyukai perairan dengan salinitas yang rendah. sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus ini juga berperan untuk
mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang
• Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh sampai di estuaria.
substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang
dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut.
sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat • Penyimpanan zat hara. Peranan estuaria sebagai
organik, sehinga substrat ini kaya akan bahan penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mengrove
organik. Bahan organik ini menjadi cadangan dan lamun serta ganggang lainnya dapat
makanan yang penting bagi organisme estuaria. mengkonversi zat hara dan menyimpan sebagai
bahan organik yang akan digunakan kemudian
oleh organisme hewani.
Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman dan
pola pasang surut karena dorongan dan volume air
akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari
air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut
dengan air tawar:

1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary)


yang ditandai dengan desakan dari air laut pada lapisan
bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air
sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat
berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang
lebih rendah dibanding lapisan bawah yang lebih
tinggi.
2. Pola percampuran merata antara
air laut dan air sungai (well mixed
estuary). Pola ini ditandai dengan
pencampuran yang merata antara air
laut dan air tawar sehingga tidak 4. Pada beberapa daerah estuaria
terbentuk stratifikasi secara vertikal, yang mempunyai topografi unik,
tetapi stratifikasinya dapat secara kadang terjadi pola tersendiri yang
horizontal yang derajat salinitasnya lebih unik. Pola ini cenderung ada jika
akan meningkat pada daerah dekat pada daerah muara sungai tersebut
laut. mempunyai topografi dengan
bentukan yang menonjol membetuk
3. Pola dominasi air laut dan pola semacam lekukan pada dasar
percampuran merata atau pola estuaria. Tonjolan permukaan yang
percampuran tidak merata (Partially mencuat ini dapat menstagnankan
mixed estuary). Pola ini akan sangat lapisan air pada dasar perairan
labil atau sangat tergantung pada sehingga, terjadi stratifikasi salinitas
desakan air sungai dan air laut. Pada secara vertikal. Pola ini menghambat
pola ini terjadi percampuran air laut turbulensi dasar yang hingga salinitas
yang tidak merata sehingga hampir dasar perairan cenderung tetap
tidak terbentuk stratifikasi salinitas dengan salinitas yang lebih tinggi.
baik itu secara horizontal maupun
secara vertikal.
KOMPOSISI BIOTA DAN
PRODUKTIFITAS HAYATI
Di estuaria terdapat tiga komponen fauna, yaitu fauna
laut, air tawar dan payau.
Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna
laut, yaitu hewan stenohalin yang terbatas kemampuannya
dalam mentolerir perubahan salinitas (umumnya ≥30 ppt)
dan hewan eurihalin yang mempunya kemampuan
mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30ppt.
Komponen air payau terdiri dari spesies organisme
yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas
antara 5-30ppt. Spesies-spesies ini tidak ditemukan hidup
pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar
biasanya terdiri dari hewan yang tidak mampu mentolerir
salinitas di atas 5ppt dan hanya terbatas pada bagian hulu
estuaria.
SUMBERDAYA BIOTA ESTUARIA
Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan
estuaria mempunyai 3 (tiga)tipe adaptasi untuk
mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :

• Adaptasi morfologis
: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus
(setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan
permukaan ruang pernapasan oleh partikel lumpur.

• Adaptasi fisiologis
: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan
tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.

• Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh


rganisme, khususnya invertebrata.
Berikut gambar berapa spesies yang
mendiami daerah estuari :
Gastropoda, Snails
Anthozoa Polychaeta,
Anemones Worms; Iliyanassa obselata
Diadumene lineate atau
Ficopomatus enigmaticus
Bivalvia, Clams, mussel, etc
Busycotypus canaliculatus Geukensia demissa
Crustacea, Barnacles, Crabs, Etc Bryozoa, Moss Animals
Carcinus maenas Watersipora subtorquata
Botryllus schlosseri

Tunicata, Sea Squirts


Botrylloides violaceus

Styela clava
Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan
air asin.Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan
antara kedua ekosistem akuatik. Estuari (muara)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang
luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini
juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut
aimya.Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Ekosistem
estuaria disusun oleh komponen biotic dan abiotik yang
saling melakukan interaksi.Biota yang menyusun estuaria
diantaranya adalah berbagai macam hewan dan
tumbuhan.
Ekosistem estuaria memiliki beberapa peranan
terhadap alam dan organisme lainnya.Ekosistem estuaria
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap
keanekaragaman ekosistem di dunia ini.
Secara umum, tumbuhan yang hidup di ekosistem estuaria
adalah Tumbuhan Lamun (sea grass) dan Algae mikro yang hidup
sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun
lamun.Organisme – organisme yang hidup di estuaria melakukan
berbagai adaptasi untuk mempertahankan hidupnya, seperti
adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran
tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan
osmosis dalam tubuh dan adaptasi tingkah laku (behavioral) yang
berkaitan dengan hubungan interaksi organisme. sedangkan
hewan yang mendiami estuaria dapat berbentuk spesies endemik
(seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam
kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan, spesies yang
tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa
spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut
serta spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur
imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan
salmon.
REFERENSI
Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta pengelolaanterpadu dan
berkelanjutan.Makalah Prosiding Pelatihan Pengelolaan WilayahPesisir Terpadu.PKSSPL-IPB. Bogor.

Christopher, M. 2012. Ekosistem Estuari dan pesisir pantai.

Hafazah, E. 2012. Perairan Estuary. Http://Www.Scribd.Com/Doc/110478894/Makalah-Estuari.

Kasim,M.2005.Pola Percampuran Estuary.http://maruf.wordpress.com/2005/12/22/pola-percampuran-


estuary/.

Kenish, M. J. 1990.Ecology of Estuaries. Vol II: Biological. CRC Press, Inc Boca Raton. USA. 391p.

Nabila, A.2012.Ekosistem Estuari http://nabilaarifannisa.blogspot.com/2012/06/800×600-normal-0-false-false-


false-in-x.html.

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.

Supriharyono, M. S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan di Wilayah Pesisir Tropis
Jakarta.Gramedia.

Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi perairan. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.Penerbit STP
Press. Jakarta.

Tiwow, C. 2003. Kawasan pesisir penentu stok ikan di laut.Makalah Pengantar Sains. Program Pasca Sarjana IPB.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai