“EKOSISTEM PEGUNUNGAN”
Disusun oleh:
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT , karena
rahmat yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Ekosistem Pegunungan” guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi ini dapat
dilesaikan dengan tepat waktu dan tanpa suatu halanagn yang berarti. Semoga
pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat. Kami
menyadari masih banyak kekurangan yang dari makalah yang kami buat sehingga
kami menerima kritik dan saran untuk makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................4
BAB II ISI............................................................................................................5
A. Ekosistem Pegunungan ................................................................................5
B. Zona Pembagian Daerah Pegunungan..........................................................6
C. Komponen Ekosistem Pegunungan..............................................................10
D. Nteraksi Antar Komponen Ekosistem Pegunungan......................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak ahli ekologi tidak memasukkan pegunungan sebagai suatu ekosistem, hal
ini disebabkan pegunungan yang ditemukan tidak cocok dengan definisi karena
karakteristik iklim dan kehidupan tanaman dan hewan yang begitu beragam
berdasarkan ketinggiannya
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekosistem pegunungan?
2. Bagaimana zona pembagian daerah pegunungan?
3. Apa saja komponen ekosistem pegunungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem pegunungan
2. Untuk mengetahui zona pembagian daerah pegunungan
3. Untuk mengetahui komponen ekositem pegunungan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekosistem Pegunungan
5
B. Zona Pembagian Daerah Pegunungan
6
dataran rendah dan memiliki vegetasi seperti gurun, tundra dan savanna
(Smith,2014).
7
7. Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian
sekitar 1.200 mdpL diatas lahan-tanah yang subur atau relatif
subur kering (tidak tergenang air dalam waktu lama, dan tidak
memiliki musim kemarau yang nyata jumlah bulan kering < 2).
8. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan
liana (tumbuhan yang merambat) seperti rotan dan tumbuhan
epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah
harimau.
9. Terletak di sekitar ekuator dari 23,5 LU hingga 23,5 LS.
8
Hutan pegunungan atas merupakan hutan yang berada di
wilayah pegunungan bagian atas atau montana. Beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh hutan ini antara lain adalah sebagai berikut:
9
Vegetasi yang hidup di hutan jenis ini menyerupai vegetasi yang
terdapat di wilayah hutan sub alpin bawah. Hanya saja, pada sub alpin
atas pepohonannya lebih kerdil dengan tinggi pohon hanya sekitar 6
hingga 8 meter saja. Ciri khas lain dari hutan sub Alpin atas adalah
pepohonannya yang dapat tumbuh lebat, tetapi tidak
berkesinambungan karena ada beberapa wilayah yang terbuka dengan
batu cadas atau ditumbuhi rumput -rumputan. (Mulyo, 2015).
1. Suhu
10
Daerah pegunungan memiliki suhu yang rendah, radiasi
ultraviolet dari sinar matahari lebih rendah dibanding dengan radiasi
inframerah, dan kerapatan oksigen yang rendah. Fluktuasi suhu harian
daerah pegunungan antara 150-200ºC. Pada pegunungan akan terjadi
arus angin pada siang hari karena adanya perbedaan temperatur antara
dataran rendah dan dataran tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
pengembangan udara dan udara menjadi naik. Hal tersebut yang
menjadi faktor suhu menjadi turun.
Suhu di pegunungan akan turun seiring dengan naiknya
ketinggian udara sekitar 0,5-0,6ºC dalam setiap 100 meter. Pada
pegunungan daerah equator, tidak memiliki musim dingin dan musim
panas karena bersuhu rendah pada ketinggian udara yang sangat tinggi.
2. Kelembaban Nisbi/relatif
Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif adalah istilah yang
digunakan untuk mengambarkan jumlah uap air yang ada dalam udara
dengan jumlah maksimum air yang dapat dikandung udara pada
temperatur yang sama dan dinyatakan dalam persen (%). Menurunnya
suhu berakibat pada bertambahnya presentase kejenuhan suatu masa
udara. Oleh sebab itu titik embun pada ketinggian yang
berbedabergantung kepada laju perubahan penurunan suhu dan
kandungan uap air didalam udara semula. Hutan-hutan yang terdapat
pada ketinggian yang tinggi memiliki kelembaban nisbi yang sangat
tinggi, terlebih dimalam hari dimana suhu sangat turun. Hutan yang
terletak di daerah-daerah tinggi memiliki kelembaban yang relatif
tinggi disaat malam hari dan sering menjadi embun. Tingkat
kelembaban di hutan yang terletak daerah-daerah tinggi mulai dari
angka 86%-96%.
3. Awan
11
Awan memiliki keadaan tertentu pada bulan-bulan tertentu.
Pada saat bulan-bulan kering (kemarau) dimana uap air di dalam udara
berkurang, umumnya terbentuk suatu gelang awan di sekeliling
gunung, dan biasanya terjadi di atas ketinggian 2.000 meter.
Sedangkan pada bulan-bulan basah lereng dan puncak gunung akan
diselubungi oleh awan selama berhari-hari. Awan terjadi karena dari
embun yang bergerak naik ke atmosfer, yang ditangkap oleh debu dan
partikel-partikel mikro lainnya.
4. Curah hujan
12
lebih sering dibandingkan dengan daerah yang lain seperti daerah-
daerah lereng gunung maupun dataran rendah.
Bentuk atau relief gunung menyebabkan alur angin bergerak
menuju keatas, menyebabkan curah hujan yang tinggi pada bagian
yang lebih tinggi, sedangkan pada daerah lereng lebih hangat dan
relatif rendah kelembabannya sehingga curah hujan menjadi lebih
rendah dan berdampak pada iklim yang lebih rendah. Udara bergerak
dari laut dan bergerak ke gunung, kemudian bergerak keatas
mendingin pada ketinggian yang tinggi dan turun dengan jumlah yang
banyak sebagai hujan.. pada daerah lereng jarang terjadi hujan,
sehingga pada daearah lereng terbentuk daerah gurun.
5. Embun beku
Pemantulan panas dari bumi terjadi baik di siang hari maupun
malam hari, namun dimalam hari tidak diimbangi dengan penyinaran
dari sinar matahari. Sehingga pada malam hari temperatur menjadi
dingin, sehingga permukaan tumbuh-tumbuhan, tanah, batu, dan
lapisan udara tipis di sekelilingnya turut menjadi dingin. Karena
kehilangan panas bumi dan terhalang oleh debu, kabut, dan awan suhu
terendah akan tercapai pada malam hari pada keadaan cerah dan
kering. Pendinginan maksimum terjadi pada permukaan yang tidak
menghantarkan seperti ranting atau rumput mati dan tanah, sedangkan
pada permukaan yang menghantarkan panas pendinginan yang terjadi
hanya sedikit. Embun yang membeku kemunkinan terjadi pada malam
hari yang tenang, kering, dan keadaan yang cerah di lembah-lembah
daerah sekitar. Daerah-daerah tersebut dinamakan kantong-kantong
embun beku dan terjadi pada danau-danau kecil yang mengalami
distrifil.
6. Tanah
Kandungan mineral dan hara didalam tanah semakin berkurang
seiring dengan tingkat ketinggian tempatnya. Air hujan yang terjadi di
bukit dan gunung membawa mineral dan hara ke daratan yang lebih
rendah. Hal tersebut berpengaruh pada proses pembentukan batuan dan
13
tanah. Variasi jenis-jenis tanah berpengaruh pada variasi tanaman yang
tumbuh diatasnya.
1. Kompetisi
Beberapa spesies dapat hidup berdampingan di dalam sebuah
komunitas sepanjang mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam
suatu relung ekologi, meskipun relung mereka saling tumpang tindih.
Kehidupan demikian dapat terpenuhi selama kebutuhan hidup terhadap
sumber yang sama tersedia dalam jumlah yang berlebihan. Akan tetapi jika
sumber kebutuhan terbatas, maka hubungan antarspesies akan berubah
menjadi suatu bentuk persaingan atau kompetisi. Kompetisi adalah
interaksi antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan kedua makhluk
hidup tersebut mengalami kerugian. Adapun kebutuhan hidup yang sering
14
diperebutkan antara lain, adalah makanan, tempat berlindung, tempat
bersarang, sumber air, dan pasangan untuk kawin. Semakin besar tumpang
tindih relung ekologi, semakin sering terjadi kompetisi. Bentuk kompetisi
yang terjadi berupa kompetisi intraspesifik (kompetisi antar anggota satu
spesies), contohnya jenis burung di hutan yang memakan serangga yang
sama. Kompetisi interpesifik merupakan kompetisi antar anggota yang
berbeda spesies. Kompetisi ini terjadi jika dua atau lebih populasi pada
suatu wilayah memiliki kebutuhan hidup yang sama, sedangkan
ketersediaan kebutuhan tersebut terbatas. Sebagai contoh adalah rusa dan
kambing yang sama-sama membutuhkan rumput sebagai pakan di tempat
yang sama. Di alam, persaingan antar individu dalam spesies penting
artinya untuk mengatur populasi spesies tersebut sehingga terjadi suatu
keseimbangan.
2. Simbiosis
Sebuah hubungan yang dekat antara dua spesies makhluk hidup
yang berbeda disebut simbiosis, yang berarti hidup bersama. Simbiosis
dapat dibedakan menjadi parasitisme, komensalisme, protokooperasi, dan
mutualisme. simbiosis parasitisme merupakan bentuk interaksi antara dua
jenis populasi dengan satu jenis memperoleh keuntungan sedangkan jenis
lain menderita kerugian. Makhluk hidup yang memperoleh keuntungan
dari interaksi ini disebut parasit, sedangkan makhluk hidup yang dirugikan
disebut inang. Parasit memperoleh makanan dari inang (hospes). Ada dua
jenis parasit, yaitu endoparasit (makhluk hidup yang hidup di dalam
jaringan tubuh inangnya, seperti bakteri paru-paru, cacing perut, dan
Plasmodium) dan ektoparasit (parasit yang hidup dipermukaan tubuh
inangnya, seperti kutu daun, hama wereng, benalu). Parasit dapat hidup
pada permukaan kulit, atau dalam tubuh makhluk hidup (inangnya).
15
simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi yang
menyebabkan satu individu jenis populasi mendapatkan keuntungan,
sedangkan individu jenis yang lain tidak terpengaruh (tidak diuntungkan,
maupun dirugikan). simbiosis protokooperasi merupakan bentuk interaksi
yang dapat menghasilkan keuntungan secara bersama-sama, tetapi bukan
merupakan keharusan bagi kedua populasi untuk selalu saling behubungan
agar dapat hidup. simbiosis mutualisme adalah bentuk interaksi yang
menyebabkan kedua spesies sama-sama mendapat keuntungan, disebut
juga dengan simbiosis obligat.
3. Predasi
Merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Pada predasi,
umumnya satu spesies memakan spesies lainnya. Ada juga beberapa
hewan memangsa sesama jenisnya (sifat kanibalisme). Makhluk hidup
yang memakan disebut pemangsa (predator), sedangkan makhluk hidup
yang dimakan disebut mangsa (prey). Predasi tidak terbatas antar hewan,
tetapi juga dapat terjadi pada herbivora dan tumbuhan. Pada predasi antar
hewan, predator kebanyakan berukuran lebih besar dari pada mangsanya.
Ekologi dan saling ketergantungan di dalam ekosistem, di antara
komponen pembentuknya terdapat hubungan saling ketergantungan,
sehingga perubahan pada komponen yang satu akan menyebabkan
perubahan pada komponen yang lain. Contoh: kepadatan suatu tanaman
16
tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, sebaliknya keadaan dan
kesuburan tanah tergantung juga pada tanaman dan hewan yang hidup di
kawasan itu.Salah satu hubungan saling ketergantungan yang jelas antara
komponen pembentuk ekosistem adalah peristiwa makan dan dimakan
melukiskan suatu rantai makanan atau jaring-jaring makanan. Adanya
rantai makanan menyebabkan terjadinya piramida energi, piramida jumlah,
piramida biomassa dan aliran materi yang berupa siklus atau daur.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik
(komponen yang hidup) dan komponen abiotik (komponen yang tidak hidup)
di alam. Hubungan antar komponen tersebut membentuk suatu sistem, yang
menrupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.
Pegunungan memiliki pengaruh terhadap jumlah sinar matahari yang
mencapai daerah dan berdampak pada suhu dan curah hujan di daerah sekitar.
Sinar matahari merupakan termasuk kedalam komponen abiotik, dan dengan
adanya perbedaan komponen ini berdampak pada penyebaran spesies baik
tumbuhan maupun hewan.
B. Saran
Dalam membuat makalah ini kami sadar banyak kekurangan dan masih
banyak mateir yang belum terakses, sehingga untuk kedepannya diharapkan
dapat emmperbaiki lagi keruntutan materi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sintanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Biggs, A., et, all. 2008. Glencoe Science, Biology. New York: Glencoe/Mc. Graw
Hill.
Benjamins Cummings Smith, J. M. B. 2014. Mountain Ecosystems. (Online).
Champbell. 2004. Biology Jilid I, II, dan III. Jakarta: Erlangga.
Campbel, N. A., et. All. 2008. Biology eight edition. San Fransisco: Pearson
Daljoeni. N. 1986. Pokok-pokok Klomatologi. Alumni. Bandung.
19