Disusun Oleh :
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4
BAB II Pembahasan
C. Habitat.................................................................................................9
D. Faktor-Faktor Abiotik.......................................................................10
E. Faktor-Faktor Biotik.........................................................................12
A. Simpulan...........................................................................................14
B. Saran.................................................................................................14
Daftar Pustaka............................................................................................15
C. Tujuan
B. Seleksi Habitat
3. Habitat
Habitat adalah suatu komunitas biotik yang ditempati oleh makhluk hidup.
Habitat yang sesuai, mampu menyediakan semua kebutuhan atau
kelengkapan yang diperlukan oleh suatu spesies selama periode tertentu atau
sepanjang tahun. Kebutuhan atau kelengkapan habitat yaitu baik makanan,
perlindungan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan spesies lain untuk
menjaga keberlangsungan hidupnya (Bailey, 1984)
Habitat merupakan penghubung antara kehadiran spesies, populasi, dan
individu dengan kawasan fisik dan karakteristik secara biologis. Dimanapun
suatu organisme diberi sumberdaya yang dapat menjaga keberlangsungan
hidup mereka, inilah yang disebut dengan habitat (Morrison, 2002).
Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup disana,
baik sementara maupun selamanya. Habitat yang sesuai, biasanya
produktivitas betina lebih tinggi daripadaproduktifitas jantan. Kesesuaian
habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : suplay pakan, pelindung,
dan pemangsa (Krebs, 1985)
Menurut Kramadibrata (1996) macam-macam habitat menurut waktu,
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Habitat konstan yaitu habitat yang kondisinya terus menerus relative
baik atau relative kurang baik.
2. Habitat bersifat memusim yaitu habitat yang kondisinya relative
berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat tidak menentu yaitu habitat yang mengalami periode dalam
keadaan baik ataupun buruk dengan jangka waktu yang tidak bisa
diramalkan.
4. Habitat efemeral yaitu habitat yang mengalami keadaan baik dengan
sangat singkat dan mengalami keadaan buruk yang sangat lama.
4. Faktor-faktor Abiotik
a. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam distribusi organisme,
karena efeknya berpengaruh terhadap proses biologis. Suhu sangat
diperlukan oleh setiap makhluk hidup karena berkaitan dengan reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup itu sendiri. Selain itu,
suhu juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan makhluk hidup.
Contohnya, pada beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju
ke daerah yang suhunya sesuai untuk mereka berkembang biak (Susanti,
2016).
b. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan
terlebih untuk makhluk hidup. Meskipun air sangat penting bagi
kehidupan, namun ketersediaannya sangat bervariasi di berbagai habitat.
Sifat air yang unik berpengaruh terhadap organisme dan lingkungannya.
Organisme darat berevolusi berdasarkan kebutuhan untuk mendapatkan
dan menyimpan air dalam jumlah yang cukup (Susanti, 2016). Sebagian
besar makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk
hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian,kebutuhan
organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya.
begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara
daerah satu dengan yang lainnya (Campbell, 2010).
c. Saninitas
Air laut merupakan air murni yang di dalamnya terlarut berbagai
zat padat 99,99% dan sisanya berupa gas. Zat-zat yang terlarut yaitu,
garam anorganik, senyawa-senyawa organic yang berasal dari makhluk
hidup, dan gas-gas terlarut lainnya. Menurut Nybakken (1993),
kerapatan terjadi pada air murni yaitu pada suhu 40C, selanjutnya
kerapatan air terus meningkat sampai mencapai titik beku. Kadar garam
air di lingkungan mempengaruhi keseimbangan air organisme melalui
osmosis. Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuh akan mati dan
akhirnya akan mematikan tumbuhn itu. Didaerah yang berkadar garam
tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai
yang ahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi (Campbell,
2010).
d. Sinar matahari
Matahari merupakan bintang yang jaraknya paling dekat dengan
bumi. Sinar matahari berperan penting dalam membantu proses
fotosintesis dan juga sangat membantu pada kehidupan manusia. Bagi
manusia sinar matahari dimanfaatkan untuk menjemur pakaian,
membuat garam, bahkan sebagai bahan bakar mobil.
Organisme yang hidup didaerah panas akan berupaya untuk
mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang
merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena
hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki
rambut yang tebal (Susanti, 2016).
e. Bebatuan
Batuan dapat dikelompokkan menjadi batuan beku, sedimen, dan
etamorphose. Batuan basa umumnya mempunyai pH yang tinggi
dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari batuan masam.
f. Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas pada permukaan bumi yang
terbentuk dari hasil pelapukan bebatuan yang menjadi tempat hidup bagi
organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang
hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama yumbuhan (Susanti,
2016).
Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan
bahan organik. Selanjutnya, tanah yang berada di bawah kondisi
vegetasi hutan akan cenderung lebih masam dibandingkan dengan tanah
yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan
daun kecil konifer dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan
dengan hutan tanaman berdaun lebar (Ardhana, 2012).
g. Iklim
Iklim merupakan cuaca rata-rata pada suatu tempat yang luas
dalam waktu yang lama sekitar kurang lebih 30 tahun. Iklim terbentuk
karena adanya interaksi dari berbagai komponen abiotik seperti
kelembaban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lainnya.
Selain itu, iklim juga mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas
tumbuhan dan kesuburan tanah. Seperti contoh pada daerah yang
beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya
akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan tropis sedangkan
di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Susanti, 2016).
5. Faktor-faktor biotik
a. Flora (Tumbuhan)
Peran tumbuhan berkaitan erat dengan produsen yang memberi makanan pada
banyak makhluk. Tanah yang subur akan membuat tumbuhan tumbuh dan
mempengaruhi keberadaan hewan di sekitarnya. Salah satu tumbuhan yang
bermanfaat dalam persebaran flora fauna adalah tumbuhan berjenis jamur. Salah
satu jamur yang bermanfaat bagi tanaman adalah Acetobacter sp yang berguna
untuk menghambat fungi penyebab bercak pada tanaman mentimun.
b. Fauna (Hewan)
Hewan sering membantu persebaran tumbuhan adalah hewan penyerbuk. Hewan
ini menghisap madu dari bunga dan secara tidak langsung membawa serbuk
sari terbang bersamanya. serbuk sari tersebut jika jatuh di bunga dari tanaman
lain akan menyebabkan penyerbukan silang. Contoh hewan penyerbuk adalah
lebah madu, tawon madu, kupu-kupu, , burung kolibri, dan banyak lagi. Selain
hewan diatas baru-baru ini telah ditemukan adanya istilah lebah laut. Krustasea
sering menghampiri serbuk sari bunga dari tumbuhan rumput laut. Mereka
sering mencari makan di sekitar rumput laut. Kemudian serbuk sari akan
menempel pada krustasea dan ikut terbawa saat mereka hinggap di rumput laut
lainnya. Cara ini sangat membantu penyerbukan di ekosistem laut. Hewan juga
berperan dalam penyebaran tumbuhan flora melalui biji. Seperti serangga dalam
proses penyerbukan, burung, tupa dan kelelawar yang membantu dalam proses
penyebaran biji tumbuhan
c. Manusia
Manusia memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan kehidupan di
bumi. Namun salah satu sifat manusia yang destruktif seringkali menjadi
penyebab kepuanahan suatu makhluk hidup. Semuanya berawal dari kelakuan
tamak manusia untuk memperluas lahan pertanian maupun perumahan sehingga
menggunduli hutan yang merupakan habitat hewan banyak. Seringnya
pembalakan liar yang membabat hutan membuat binatang sulit mencari makan,
bertahan hidup dan berkembang biak. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan
dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dengan teknologinya manusia juga
dapat mempercepat pertumbuhan suatu flora dan fauna. Manusia juga dapat
melindungi flora dan fauna. Seperti membuat hutan lindung dan suaka
margasatwa sebagai bentuk kepedulian manusia terhadap alam dan melindungi
flora fauna langka dari kebinasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Bailey, J.A. 2002. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373 p.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta:
Erlangga. Dharmawan, A. dkk. (2005). Ekologi Hewan. Malang:
UM Press Heddy, Dkk. (1989). Pengantar Ekologi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Junaidi, Endri., Effendi. P., Sagala., (2010). Kelimpahan Populasi dan Pola
Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin.
Jurnal Penelitian Sains. Vol 13 (3): 51.
McNaughton, S.J dan Wolf, Larry.L. (1992). Ekologi Umum. Edisi 2. Yogyakarta.
UGM press, Diterjemahkan oleh Pringgoseputro.
Kramadibtara, H. 1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press:
Bandung.
Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Philadelphia: harper and Publishers. Inc
Masito
Morrison, M. L. 2002. Wildlife restoration: technique for habitai analysis and
animalmonitoring. Island Press: Washington.
Marsitoh, S. (2018). Tinjauan Tentang Ekosistem, Distribusi dan Kelimpahan,
Hutan Jayagiri, kebun kopi dan celeopetra. Universitas Pasundan
Odum, E. P. (1971). Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company Ltd.
Philadelphia.
Ramlawati, dkk. (2017). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017- Mata Pelajaran
IPA: EKOLOGI. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan: Direktorat
Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Susanti, Dewi. (2016). Faktor-faktor Abiotik yang Mempengaruhi Keaneragaman
Organisme.http://dwbio.blogspot.com/2016/06/faktor-faktor-abiotik-yang
mempengaruhi.html. (Diakses pada Sabtu, 19 September 2019 pukul 21.34
WIB).
Susanto, P. (2010). Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Umar, M., Ruslan., (2012). Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar:
Universitas Hasanuddin.
Warasfarm. (2013). Peranan Cacing Bagi Kesuburan Tanah.
https://warasfarm.wordpress.com/2013/11/26/peranan-cacing-bagi-
kesuburan-tanah/. (Diakses pada Jum’at, 20 September 2019 pukul 20.23
WIB).
Wirakusumah, Sambas. (2003). Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press.