Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKOLOGI

“Persebaran dan Distribusi Makhluk Hidup dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ekologi


Dosen Pengampu: Rina Rahayu, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Medina Dama Hajar A. (1810303022)


2. Alvian Widiansyah ( 1810303035)
3. Luqyana Shof'a Salsabila ( 1810303064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2020

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang....................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................4

C. Tujuan.................................................................................................4

BAB II Pembahasan

A. Penyebaran dan Distribusi..................................................................5

B. Perilaku dan seleksi............................................................................5

C. Habitat.................................................................................................9

D. Faktor-Faktor Abiotik.......................................................................10

E. Faktor-Faktor Biotik.........................................................................12

BAB III Penutup

A. Simpulan...........................................................................................14

B. Saran.................................................................................................14

Daftar Pustaka............................................................................................15

A. Latar Belakang BAB I


PENDAHULUAN

Ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme


dan lingkungannya. Ekologi sering kali disebut biologi lingkungan karena
ekologi menekankan bagaimana faktor-faktor luar mempengaruhi organisme
dan bagaimana pula orgainisme itu mengubah keadaan sekelilingnya.
Lingkungan adalah suatu kombinasi khusus dari keadaan luar yang lebih
umum yaitu merupakan tempat dimana organisme terbentuk dari keadaan luar
yang ada disitu, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
organisme tersebut.
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Indonesia memiliki areal tipe oriental, Australia dan peralihannya. Selain tiu,
Indonesia juga memiliki hewan langka dan hewan endemic. Keanekaragaman
hayati tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Persebaran hewan ada
di Indonesia berkaitan dengan sejarah terbentuknya wilayah kepulauan
Indonesia. Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah sendiri.
Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antara populasi yang ada.
Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu area.
Tentunya didalamnya terdapat suatu komuitas populasi-populasi tersebut
akan terhimpun ke dalam kelompok membentuk komunitas (Wirakusumah.
2003).
Di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis makhluk hidup,
baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Ditanah yang
lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan, direrumputan
sering ditemukan belalang, di semak belukar sering ditemukan ular.
Kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi)
spesies hewan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah
habitat dan perilaku hewan. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana
corak lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedangkan perilaku hewan
berhubungan dengan perilaku terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan
seleksi alam. (Dharmawan, dkk. 2005).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyebaran dan distribusi makhluk hidup berdasar faktor


lingkungan?
2. Bagaimana perilaku dan seleksi habitat didalam suatu ekosistem

3. Apa saja faktor-faktor abiotik dan biotik dalam suatu ekosistem?

C. Tujuan

1. Menjelaskan penyebaran dan distribusi makhluk hidup

2. Menjelaskan perilaku dan seleksi habitat makhluk hidup

3. Mengetahui apa saja faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem


BAB II
PEMBAHASAN

1. Peyebaran dan Distribusi


Distribusi atau pola penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam
atau ke luar populasi. Individu ini dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan
hewan juga manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena adanya dorongan
mencari makan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin,
perilaku kawin atau faktorfisik lainnya (Sura', 2013). Pendapat lain mengenai distribusi,
menurut (Krebs, 1978 dalam Febriani, 2014), mengatakan “Permasalahan dasar ekologi
adalah penyebab adanya distribusi dan kelimpahan organisme.setiap organisme hidup
dalam suatu ruang dan waktu dianggap sebagai sebuah kelompok. Oleh sebab itu,
distribusi sangat berkaitan erat dengan kelimpahan, meskipun tampak berbeda satu
dengan yang lainnya.

Menurut Mc Naughton dan Wolf (1992) tiap ekosistem memiliki


karakteristik yang berbeda karena komposisi spesies, komunitas, dan distribusi
organismenya. Distribusi dalam pola ruang dan waktu mempunyai dua arti
dasar, yaitu merupakan hasil dari respon organisme-organisme dengan
adaptasinya terhadap heterogenitas lingkungan dalm ruang dan waktu dan
organisme-organisme itu sendiri bertindak sebagai pengubah atau
memodifikasi heterogenitas lingkungan.
Menurut Odum (1971) distribusi hewan dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya batasan-batasan (barrier) dan individu-individu yang tidak dapat
dipisahkan (vagility). Batasan yang ada didalam distribusi tidak lepas dari
hukum minimal, hukum tolerasni, dan gabungna dari dua hukum tersebut.
Organisme di alam dikendalikan oleh:
a. Jumlah dan keragaman material untuk memenuhi kebutuhan minimum dan
faktor-faktor fisik yang ekstrim.
b. Batas-batas toleransi organisme itu sendiri terhadap keaaan tertetu dan
komponen-komponen lainnya.

2. Perilaku dan Seleksi Habitat Makhluk Hidup


A. Perilaku Makhluk Hidup

Sifat-sifat dari suatu organisme mungkin mempunyai prilaku yang berbeda


di dalam sistem yang berbeda. Hal ini ada hubungannya dengan interaksi
antara organisme dengan komponen-komponen lain. seleksi alam juga
memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai
tujuan tujuan perilaku, termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan
wilayah, perilaku penyebaran dan perilaku social (Umar, 2012).
Adapun pola pola perilaku hewan yaitu:
a. Perilaku reproduksi
Meskipun beberapa jenis hewan mampu untuk berbiak secara aseksual
(seperti beberap jenis serangga dan sedikit jenis kadal), kebanyakan
hewan harus menemukan pasangan agar mampu bereproduksi. Pada
banyak kasus, satu individu hewan, pada umumnya jantan, mencoba
untuk berprilaku atraktif untuk menaarik lawan jenisnya. Peristiwa ini
merupakan perilaku yang dinampakkan seperti halnya pada merak dan
banyak jenis ikan ikan terumbu karang (Susanto. 2000).
b. Perilaku mencari makan
Hewan memperlihatkan beberapa tipe perilaku mencari makan yang
berbeda. Beberapa jenis hewan sangat selektif terhadap apa yang
mereka makan. Kelompok hewan ini termasuk pencari makan khusus
(foraging specialist). Contohnya beberapa jenis serangga hanya akan
memakan satu jenis tumbuhan saja. Hewan hewan lain merupakan
hewan generalis memakan banyak jenis tipe makanan. Contohnya,
adalah opossum yang memakan berbagai jenis serangga serta buah
(Susanto. 2000).
c. Perilaku bertahan
Semua jenis hewan sebenarnya memiliki peluang untuk dimangsa.
Bahkan serigala dan singa sering menjadi mangsa ketika mereka
masih sangat muda. Beberapa hewan seperti pada kebanyakan ulat dan
kadal meleburkan warna dirinya dengan latar belakang di mana
mereka berada sehingga seringkali sulit untuk dilihat. Beberapa jenis
hewan lain memiliki kemampuan perilaku untuk melepaskan diri dari
pemangsaan, seperti berlari sangat cepat pada antelope dan berenang
dengan cepat pada ikan. Serta ada beberapa jenis hewan yang
melakukan kamuflase (penyamaran) untuk melindungi diri dari
predator. Seperti Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih,
dan pada musim panas bulunya berbintik membuat tidak menarik
perhatian karena warnanya sangat sesuai dengan lingkungan (Susanto.
2000).
d. Perilaku komunikasi
Perilaku komunikasi memegang peranan penting bagi hewan. Di
samping komunikasi menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa
jenis hewan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahan
bahan kimia. Contohnya pada ngengat yang menggunakan feromon
pada saat akan kawin yang dilepaskan ke udara oleh ngengat betina.
Semut juga melakukan komunikasi dengan feromon untuk mengenal
semut lainnya. Serta berbagai serangga sosial seperti lebah dan rayap.
Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon untuk setiap
tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari makan,
perilaku adanya bahaya, dan lain-lain (Susanto. 2000).
e. Perilaku teritorial
Perancangan dan pemeliharaan kawasan (territorial) merupakan
perilaku yang diperlihatkan oleh hewan, terutama oleh serangga, ikan,
burung, reptil, dan mamalia. Kawasan (territoria) digunakan untuk
berbagai keperluan, termasuk untuk makanan, kawin, dan keamanan.
Pemilik kawasan pada umumnya mencoba untuk mengusir individu
lain yang memasuki kawasannya (Susanto. 2000).
f. Perilaku sosial
Pola lain dari perilaku adalah termasuk perilaku penyabaran, yang
diperluhatkan oleh individu lain dengan menjauhi area di mana
mereka dilahirkan. Perilaku sosial merupakan hal umum yang ditemui
pada berbagai jenis hewan terutama yang hidup dalam kelompok,
seperti semut, anai-anai, lebah, penguin, dan primata. Perilaku sosial
didefinisikan sebagai interaksi di antara individu, secara normal di
dalam spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Perilaku sosial berkembang di antaranya karena adanya kebutuhan
untuk reproduksi dan bertahan dari predator. Perilaku sosial dilakukan
dengan banyak tujuan dan diperlihatkan oleh berbagai macam hewan,
mulai hewan yang tak bertulang belakang, ikan, burung, hingga
mamalia (Susanto. 2000).
g. Perilaku migrasi
Banyak jenis hewan melakukan perjalanan untuk bersarang atau
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk melakukan hal
ini, hewan harus melakukan sendiri jalur terbang dengan stimulus
lingkungan. Pergerakan dengan menggunakan ransangan ini disebut
dengan taxis. Pergerakan serangga ke arah sinar sebagai contoh,
disebut dengan fototaksis positif. Serangga yang menghindari cahaya
disebut fototaksis negatif (Susanto. 2000).

B. Seleksi Habitat

Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya menunjukkan totalitas


dari corak lingkungan yang di tempati populasi itu,termasuk faktor-faktor
abiotik berupa ruang,tipe substratum yang di tempati, cuaca dan iklimnya
serta vegetasinya. Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu
hidup, atau tempat kemana seseorang harus pergi untuk menemukan
organisme tersebut (Odum. 1993).
Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan
pinus). Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan
hubungan antara satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin
menunjukkan vegetasi yang digunakan oleh satwa liar, kita dapat
mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi didalamnya. Penggunaan
habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau mengkonsumsi dalam
suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik dan biologi
(sumber daya) dalam suatu habitat. Kualitas habitat menunjukkan
kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk
individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas habitat berdasarkan
kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup,
reproduksi, dan kelangsungan hidup populasi secara terus menerus. Suatu
habitat diaktakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa
seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya
habitat yang memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan
satwa. Seleksi merupakan proses satwa memilih komponen habitat yang
digunakan (Susanto. 2000).

Asumsi yang digunakan dalam mempelajari seleksi habitat adalah:


a. Habitat dengan kepadatan satwa tinggi (paling banyak dipilih)
memiliki kualitas yang tinggi, sedangkan yang kepadatannya
rendah berarti kualitas habitatnya rendah,
b. Populasi satwa merespon positif terhadap ketersediaan
(availability) habitat dengan indeks seleksi yang tinggi.

3. Habitat
Habitat adalah suatu komunitas biotik yang ditempati oleh makhluk hidup.
Habitat yang sesuai, mampu menyediakan semua kebutuhan atau
kelengkapan yang diperlukan oleh suatu spesies selama periode tertentu atau
sepanjang tahun. Kebutuhan atau kelengkapan habitat yaitu baik makanan,
perlindungan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan spesies lain untuk
menjaga keberlangsungan hidupnya (Bailey, 1984)
Habitat merupakan penghubung antara kehadiran spesies, populasi, dan
individu dengan kawasan fisik dan karakteristik secara biologis. Dimanapun
suatu organisme diberi sumberdaya yang dapat menjaga keberlangsungan
hidup mereka, inilah yang disebut dengan habitat (Morrison, 2002).
Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup disana,
baik sementara maupun selamanya. Habitat yang sesuai, biasanya
produktivitas betina lebih tinggi daripadaproduktifitas jantan. Kesesuaian
habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : suplay pakan, pelindung,
dan pemangsa (Krebs, 1985)
Menurut Kramadibrata (1996) macam-macam habitat menurut waktu,
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Habitat konstan yaitu habitat yang kondisinya terus menerus relative
baik atau relative kurang baik.
2. Habitat bersifat memusim yaitu habitat yang kondisinya relative
berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat tidak menentu yaitu habitat yang mengalami periode dalam
keadaan baik ataupun buruk dengan jangka waktu yang tidak bisa
diramalkan.
4. Habitat efemeral yaitu habitat yang mengalami keadaan baik dengan
sangat singkat dan mengalami keadaan buruk yang sangat lama.

4. Faktor-faktor Abiotik
a. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam distribusi organisme,
karena efeknya berpengaruh terhadap proses biologis. Suhu sangat
diperlukan oleh setiap makhluk hidup karena berkaitan dengan reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup itu sendiri. Selain itu,
suhu juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan makhluk hidup.
Contohnya, pada beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju
ke daerah yang suhunya sesuai untuk mereka berkembang biak (Susanti,
2016).
b. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan
terlebih untuk makhluk hidup. Meskipun air sangat penting bagi
kehidupan, namun ketersediaannya sangat bervariasi di berbagai habitat.
Sifat air yang unik berpengaruh terhadap organisme dan lingkungannya.
Organisme darat berevolusi berdasarkan kebutuhan untuk mendapatkan
dan menyimpan air dalam jumlah yang cukup (Susanti, 2016). Sebagian
besar makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk
hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian,kebutuhan
organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya.
begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara
daerah satu dengan yang lainnya (Campbell, 2010).
c. Saninitas
Air laut merupakan air murni yang di dalamnya terlarut berbagai
zat padat 99,99% dan sisanya berupa gas. Zat-zat yang terlarut yaitu,
garam anorganik, senyawa-senyawa organic yang berasal dari makhluk
hidup, dan gas-gas terlarut lainnya. Menurut Nybakken (1993),
kerapatan terjadi pada air murni yaitu pada suhu 40C, selanjutnya
kerapatan air terus meningkat sampai mencapai titik beku. Kadar garam
air di lingkungan mempengaruhi keseimbangan air organisme melalui
osmosis. Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuh akan mati dan
akhirnya akan mematikan tumbuhn itu. Didaerah yang berkadar garam
tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai
yang ahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi (Campbell,
2010).
d. Sinar matahari
Matahari merupakan bintang yang jaraknya paling dekat dengan
bumi. Sinar matahari berperan penting dalam membantu proses
fotosintesis dan juga sangat membantu pada kehidupan manusia. Bagi
manusia sinar matahari dimanfaatkan untuk menjemur pakaian,
membuat garam, bahkan sebagai bahan bakar mobil.
Organisme yang hidup didaerah panas akan berupaya untuk
mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang
merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena
hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki
rambut yang tebal (Susanti, 2016).
e. Bebatuan
Batuan dapat dikelompokkan menjadi batuan beku, sedimen, dan
etamorphose. Batuan basa umumnya mempunyai pH yang tinggi
dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari batuan masam.
f. Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas pada permukaan bumi yang
terbentuk dari hasil pelapukan bebatuan yang menjadi tempat hidup bagi
organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang
hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama yumbuhan (Susanti,
2016).
Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan
bahan organik. Selanjutnya, tanah yang berada di bawah kondisi
vegetasi hutan akan cenderung lebih masam dibandingkan dengan tanah
yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan
daun kecil konifer dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan
dengan hutan tanaman berdaun lebar (Ardhana, 2012).
g. Iklim
Iklim merupakan cuaca rata-rata pada suatu tempat yang luas
dalam waktu yang lama sekitar kurang lebih 30 tahun. Iklim terbentuk
karena adanya interaksi dari berbagai komponen abiotik seperti
kelembaban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lainnya.
Selain itu, iklim juga mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas
tumbuhan dan kesuburan tanah. Seperti contoh pada daerah yang
beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya
akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan tropis sedangkan
di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Susanti, 2016).

5. Faktor-faktor biotik
a. Flora (Tumbuhan)
Peran tumbuhan berkaitan erat dengan produsen yang memberi makanan pada
banyak makhluk. Tanah yang subur akan membuat tumbuhan tumbuh dan
mempengaruhi keberadaan hewan di sekitarnya. Salah satu tumbuhan yang
bermanfaat dalam persebaran flora fauna adalah tumbuhan berjenis jamur. Salah
satu jamur yang bermanfaat bagi tanaman adalah Acetobacter sp yang berguna
untuk menghambat fungi penyebab bercak pada tanaman mentimun.
b. Fauna (Hewan)
Hewan sering membantu persebaran tumbuhan adalah hewan penyerbuk. Hewan
ini menghisap madu dari bunga dan secara tidak langsung membawa serbuk
sari terbang bersamanya. serbuk sari tersebut jika jatuh di bunga dari tanaman
lain akan menyebabkan penyerbukan silang. Contoh hewan penyerbuk adalah
lebah madu, tawon madu, kupu-kupu, , burung kolibri, dan banyak lagi. Selain
hewan diatas baru-baru ini telah ditemukan adanya istilah lebah laut. Krustasea
sering menghampiri serbuk sari bunga dari tumbuhan rumput laut. Mereka
sering mencari makan di sekitar rumput laut. Kemudian serbuk sari akan
menempel pada krustasea dan ikut terbawa saat mereka hinggap di rumput laut
lainnya. Cara ini sangat membantu penyerbukan di ekosistem laut. Hewan juga
berperan dalam penyebaran tumbuhan flora melalui biji. Seperti serangga dalam
proses penyerbukan, burung, tupa dan kelelawar yang membantu dalam proses
penyebaran biji tumbuhan
c. Manusia
Manusia memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan kehidupan di
bumi. Namun salah satu sifat manusia yang destruktif seringkali menjadi
penyebab kepuanahan suatu makhluk hidup. Semuanya berawal dari kelakuan
tamak manusia untuk memperluas lahan pertanian maupun perumahan sehingga
menggunduli hutan yang merupakan habitat hewan banyak. Seringnya
pembalakan liar yang membabat hutan membuat binatang sulit mencari makan,
bertahan hidup dan berkembang biak. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan
dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dengan teknologinya manusia juga
dapat mempercepat pertumbuhan suatu flora dan fauna. Manusia juga dapat
melindungi flora dan fauna. Seperti membuat hutan lindung dan suaka
margasatwa sebagai bentuk kepedulian manusia terhadap alam dan melindungi
flora fauna langka dari kebinasaan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Distribusi /pola penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke


dalam/keluar populasi yang disebabkan karena adanya dorongan mencari
makan, menghindar dari predator, pengaruh iklim, atau perilaku fisik lainnya.
2. Perilaku dan seleksi habitat di dalam suatu ekosistem berkaitan dengan sifat
dari suatu organisme yang memiliki perilaku berbeda. Adapun pola perilakunya
ialah perilaku reproduksi, perilaku mencari makan, perilaku bertahan , perilaku
komunikasi, perilaku teritorial, dan perilaku sosial.
3. Habitat yang sesuai mampu menyediakan semua kebutuhan/kelengkapan yang
diperlukan suatu spesies selama periode tertentu. Diantaranya terdapat 4
macam habitat, yakni habitat konstan, habitat memusim, habitat tidak menentu,
habitat efemeral.
4. Faktor faktor abiotik terdiri atas suhu, air, salinitas, sinar matahari, bebatuan,
tanah, dan iklim. Sedangkan faktor faktor biotik terdiri atas flora, fauna, dan
manusia.

B. Saran

Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa


menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya Untuk mengetahui
penyebaran dan distribusi serta perilaku dan seleksi habitat pada makhluk
hidup maka diperlukan banyak literature untuk memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I Putu Gede. (2012). Ekologi Tumbuhan. Bali: Udayana University


Press.

Bailey, J.A. 2002. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373 p.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta:
Erlangga. Dharmawan, A. dkk. (2005). Ekologi Hewan. Malang:
UM Press Heddy, Dkk. (1989). Pengantar Ekologi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Junaidi, Endri., Effendi. P., Sagala., (2010). Kelimpahan Populasi dan Pola
Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin.
Jurnal Penelitian Sains. Vol 13 (3): 51.
McNaughton, S.J dan Wolf, Larry.L. (1992). Ekologi Umum. Edisi 2. Yogyakarta.
UGM press, Diterjemahkan oleh Pringgoseputro.
Kramadibtara, H. 1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press:
Bandung.
Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance.
Philadelphia: harper and Publishers. Inc
Masito
Morrison, M. L. 2002. Wildlife restoration: technique for habitai analysis and
animalmonitoring. Island Press: Washington.
Marsitoh, S. (2018). Tinjauan Tentang Ekosistem, Distribusi dan Kelimpahan,
Hutan Jayagiri, kebun kopi dan celeopetra. Universitas Pasundan
Odum, E. P. (1971). Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company Ltd.
Philadelphia.
Ramlawati, dkk. (2017). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017- Mata Pelajaran
IPA: EKOLOGI. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan: Direktorat
Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Susanti, Dewi. (2016). Faktor-faktor Abiotik yang Mempengaruhi Keaneragaman
Organisme.http://dwbio.blogspot.com/2016/06/faktor-faktor-abiotik-yang
mempengaruhi.html. (Diakses pada Sabtu, 19 September 2019 pukul 21.34
WIB).
Susanto, P. (2010). Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Umar, M., Ruslan., (2012). Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar:
Universitas Hasanuddin.
Warasfarm. (2013). Peranan Cacing Bagi Kesuburan Tanah.
https://warasfarm.wordpress.com/2013/11/26/peranan-cacing-bagi-
kesuburan-tanah/. (Diakses pada Jum’at, 20 September 2019 pukul 20.23
WIB).
Wirakusumah, Sambas. (2003). Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press.

Anda mungkin juga menyukai