Anda di halaman 1dari 11

Curah hujan sedang, yaitu 75 -150 cm per tahun.

Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim


gugur, musim dingin dan musim semi.
Tumbuhannya mempunyai menggugurkan daunnya
pada musim gugur.
Vegetasinya adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan
Elm.
Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa,
Beruang, Raccon, Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk.
Pengertian Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur adalah salah satu jenis hutan yang ada
di belahan bumi. Seperti yang sudah disebutkan
bahwa terdapat berbagai jenis hutan yang ada.
Hutan gugur sendiri terletak di daerah yang
mengalami empat musim yakni panas, dingin, semi
dan gugur. Tetapi, hutan gugur ini juga tersebar di
daerah yang memiliki iklim sedang seperti di
Amerika bagian Timur, Asia Timur, dan Eropa bagian
Tengah.
Pengertian Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur sendiri memiliki suhu yang sangat
rendah terhadap musim dingin dan sangat panas
terhadap musim panas yang dapat mencapai -30
hingga 30 C. Ciri lain yang dapat ditemukan pada
hutan gugur ialah curah hujan yang tinggi dan
merata. Selain itu terdapat pohon yang dapat
mengugurkan daunnya pada saat musim panas
terutama hutan gugur yang berada di daerah tropis
dan pada musim dingin terutama hutan gugur
dengan iklim sedang.
Ciri-ciri Hutan Gugur

Hutan gugur memiliki jenis pohon yang sedikit dan


tidak terlalu rapat. Hal ini terjadi karena unsur
cahaya matahari yang sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan hanya terjadi pada musim panas dan
semi. Suhu hutan rata rata mencapai kurang lebih
50F. Di hutan ini dihuni oleh beberapa jenis hewan
yakni tikus, bajing, beruang dan burung. Terdapat
hewan yang dapat melakukan hibernasi seperti
beruang.
Hibernasi
Hibernasi ialah tidur yang panjang dengan
mengkonsumsi banyak makanan pada saat musim
dingin dan bangun pada saat musim panas. Oleh
karena itu, hewan-hewan tersebut sudah kebal
terhadap kondisi yang ada seperti perbedaan cuaca
yang ekstrim. Ditambah lagi beberapa hewan yang
merasa tidak terlalu kedinginan pada saat musim
dingin dan tidak terlalu kepanasan pada saat musim
panas. Hal ini terjadi lantaran hewan-hewan itu
tinggal di hutan yang sejuk saat musim panas dan
hangat saat musim dingin.
Hutan gugur memiliki curah hujan yang merata yang
berkisar antara 750-1000mm per tahun. Pohon
pohon yang ada memiliki daun yang lebar, hijau
pada musim dingin, bertajuk rapat dan rontok pada
musim panas. Di hutan gugur ini dihuni oleh
tumbuhan utama seperti pohon oak, terna berbunga
dan basswood.
Variasi geografis[sunting | sunting sumber]

Sekelompok gajah melintas di hutan monsun di


Bandipur, India
Hutan gugur daun ini terutama didapati
menggantikan hutan hujan tropika pada garis lintang
yang lebih tinggi, yakni antara 10 dan 20LU serta
10 dan 20LS. Pada tempat-tempat itu, hutan
musim tropika ini acap ditemukan berselingan
dengan sabana tropika dan padang rumput tropika;
sebagai hasil kombinasi faktor-faktor curah hujan
yang rendah, kemampuan tanah menahan air, serta
kesuburan tanah setempat. Faktor pembentuk yang
lain yang tak kalah pentingnya adalah aktivitas
manusia, terutama pembakaran hutan untuk
berbagai tujuan (perburuan, lahan perladangan dll.),
yang membatasi pertumbuhan hutan secara lokal
Hutan gugur daun yang paling beraneka ragam
dijumpai di Meksiko bagian selatan dan di dataran
rendah Bolivia. Di samping itu, banyak kawasan
hutan gugur daun tropika yang dihuni spesiesspesies yang unik dan endemik, seperti halnya di
pesisir Pasifik di barat-laut Amerika Selatan, di
wilayah subtropika Amerika Serikat, dan di Afrika
bagian tenggara. Hutan-hutan monsun di India
tengah dan Indocina terkenal karena keragaman
fauna vertebratanya. Sementara hutan-hutan yang
serupa di Madagaskar dan Kaledonia Baru dikenal
luas karena dihuni oleh banyak taksa yang khas,
endemik, serta bersifat reliktual.
Di Kepulauan Nusantara, terdapat pula sebuah sabuk
hutan musim tropika, yang melintas di kurang lebih
kawasan Wallacea --dari Kepulauan Filipina di sebelah
utara, melintasi Sulawesi dan sebagian Maluku,
menyeberang ke selatan hingga wilayah Nusa
Tenggara, Bali dan Jawa

Hutan galeri[sunting | sunting sumber]


Di tempat-tempat yang lebih lembap atau yang
berhubungan dengan air tanah yang relatif dangkal,
hutan-hutan musim ini berganti dengan hutan yang
selalu hijau. Misalnya di sepanjang alur sungai (yang
mungkin mengering di bagian atas, namun di lapis
bawah tanahnya masih sedikit berair), banyak
individu pohon yang tetap hijau karena tidak
menggugurkan daunnya. Maka di tempat-tempat
semacam ini mungkin terbentuk formasi hutan yang
lebih basah seperti hutan hujan tropika, atau
sekurang-kurangnya hutan gugur daun lembap
(tropical moist deciduous forest). Terselip di antara
hamparan hutan monsun yang lebih kering, hutanhutan di mintakat riparian ini dikenal sebagai hutan
galeri (gallery forest)
Beberapa wilayah ekoregion hutan gugur daun,
seperti halnya di Dekkan Timur (India), Srilangka,
dan Indocina bagian tenggara, dicirikan oleh
pepohonan yang selalu hijau.
Karakteristik ekologis[sunting | sunting sumber]

Monyet hanuman di Suaka Margasatwa Chinnar,


Kerala, India. Suaka ini salah satunya melindungi
formasi hutan musim tropika
Menyusutnya ketersediaan air tanah yang diperlukan
tumbuhan untuk hidup, secara periodik dan hingga
level yang amat rendah, merupakan faktor pembatas
yang menentukan

Hutan gugur daun terutama dipengaruhi oleh adanya


iklim musiman, yakni kemarau sekurang-kurangnya
selama 4 bulan berturut-turut, dan curah hujan yang
relatif rendah. Berdasarkan kombinasi faktor-faktor
tersebut, dan juga faktor tanah, dikenal beberapa
formasi hutan musim di Indonesia, di antaranya:
Hutan gugur daun lembap (tropical moist deciduous
forest)
Terbentuk di wilayah-wilayah dengan curah hujan
tahunan antara 1.5004.000 mm, yang
dikombinasikan dengan bulan-bulan kering selama 4
6 bulan.
Hutan gugur daun kering (tropical dry deciduous
forest)
Dijumpai di wilayah-wilayah dengan curah hujan
kurang dari 1.500 mm, dan dengan bulan-bulan
kering lebih dari 6 bulan setahunnya.

Jelarang malabar (Ratufa indica) di sebuah cabang


pohon jati di hutan monsun Suaka Harimau

Mudumalai, India
Di wilayah yang lebih basah (curah hujan > 2.000
mm; dan 24 bulan kering setahun) akan terbentuk
hutan hujan semi selalu hijau (tropical semievergreen rain forest); sementara di daerah yang
lebih kering (curah hujan < 1.000 mm; dengan lebih
dari 9 bulan kering setahun) akan terbentuk hutan
berduri tropika (tropical thorn forest) dan sabana
tropika. Pembedaan hutan-hutan ini di lapangan
tidak begitu mudah, karena umumnya ditentukan
oleh proporsi jenis tumbuhan yang mencirikan
masing-masing formasi hutan itu.
Keanekaragaman hayati[sunting | sunting sumber]
Banyak jenis pohon dominan di hutan-hutan monsun
Nusa Tenggara dan Maluku, yang juga terdapat di
sepanjang jalur hutan-hutan gugur daun India dan
Burma. Di antaranya adalah kemiri (Aleurites
moluccana), pilang (Acacia leucophloea), klampis
(Acacia tomentosa), sengon (Albizia chinensis), terisi
(A. lebbekoides), siwalan (Borassus flabellifer),
sonokeling (Dalbergia latifolia), kesambi (Schleichera
oleosa), walikukun (Schoutenia ovata), asam jawa
(Tamarindus indica), dan lain-lain.
Meskipun secara keseluruhan kekayaan hayatinya
lebih rendah daripada hutan hujan tropika, akan
tetapi hutan gugur daun tropika dihuni oleh banyak
jenis fauna; termasuk aneka monyet, rusa, kucing
besar, hewan pengerat, dan bermacam jenis burung.
Biomassa mamalia yang hidup di hutan ini bahkan
dapat melebihi hutan hujan tropika, terutama pada
hutan-hutan gugur daun di Asia dan Afrika. Banyak
dari antaranya yang memperlihatkan adaptasi yang
luar biasa terhadap kondisi iklim yang sukar ini.

Variasi geografis[sunting | sunting sumber]

Sekelompok gajah melintas di hutan monsun di


Bandipur, India
Hutan gugur daun ini terutama didapati
menggantikan hutan hujan tropika pada garis lintang
yang lebih tinggi, yakni antara 10 dan 20LU serta
10 dan 20LS. Pada tempat-tempat itu, hutan
musim tropika ini acap ditemukan berselingan
dengan sabana tropika dan padang rumput tropika;
sebagai hasil kombinasi faktor-faktor curah hujan
yang rendah, kemampuan tanah menahan air, serta
kesuburan tanah setempat. Faktor pembentuk yang
lain yang tak kalah pentingnya adalah aktivitas
manusia, terutama pembakaran hutan untuk
berbagai tujuan (perburuan, lahan perladangan dll.),
yang membatasi pertumbuhan hutan secara lokal
Hutan gugur daun yang paling beraneka ragam
dijumpai di Meksiko bagian selatan dan di dataran
rendah Bolivia. Di samping itu, banyak kawasan
hutan gugur daun tropika yang dihuni spesiesspesies yang unik dan endemik, seperti halnya di
pesisir Pasifik di barat-laut Amerika Selatan, di
wilayah subtropika Amerika Serikat, dan di Afrika
bagian tenggara. Hutan-hutan monsun di India
tengah dan Indocina terkenal karena keragaman
fauna vertebratanya. Sementara hutan-hutan yang
serupa di Madagaskar dan Kaledonia Baru dikenal
luas karena dihuni oleh banyak taksa yang khas,
endemik, serta bersifat reliktual.
Di Kepulauan Nusantara, terdapat pula sebuah sabuk
hutan musim tropika, yang melintas di kurang lebih

kawasan Wallacea --dari Kepulauan Filipina di sebelah


utara, melintasi Sulawesi dan sebagian Maluku,
menyeberang ke selatan hingga wilayah Nusa
Tenggara, Bali dan Jawa
Hutan galeri[sunting | sunting sumber]
Di tempat-tempat yang lebih lembap atau yang
berhubungan dengan air tanah yang relatif dangkal,
hutan-hutan musim ini berganti dengan hutan yang
selalu hijau. Misalnya di sepanjang alur sungai (yang
mungkin mengering di bagian atas, namun di lapis
bawah tanahnya masih sedikit berair), banyak
individu pohon yang tetap hijau karena tidak
menggugurkan daunnya. Maka di tempat-tempat
semacam ini mungkin terbentuk formasi hutan yang
lebih basah seperti hutan hujan tropika, atau
sekurang-kurangnya hutan gugur daun lembap
(tropical moist deciduous forest). Terselip di antara
hamparan hutan monsun yang lebih kering, hutanhutan di mintakat riparian ini dikenal sebagai hutan
galeri (gallery forest)
Beberapa wilayah ekoregion hutan gugur daun,
seperti halnya di Dekkan Timur (India), Srilangka,
dan Indocina bagian tenggara, dicirikan oleh
pepohonan yang selalu hijau.
Karakteristik ekologis[sunting | sunting sumber]

Monyet hanuman di Suaka Margasatwa Chinnar,


Kerala, India. Suaka ini salah satunya melindungi
formasi hutan musim tropika

Menyusutnya ketersediaan air tanah yang diperlukan


tumbuhan untuk hidup, secara periodik dan hingga
level yang amat rendah, merupakan faktor pembatas
yang menentukan
Hutan gugur daun terutama dipengaruhi oleh adanya
iklim musiman, yakni kemarau sekurang-kurangnya
selama 4 bulan berturut-turut, dan curah hujan yang
relatif rendah. Berdasarkan kombinasi faktor-faktor
tersebut, dan juga faktor tanah, dikenal beberapa
formasi hutan musim di Indonesia, di antaranya:
Hutan gugur daun lembap (tropical moist deciduous
forest)
Terbentuk di wilayah-wilayah dengan curah hujan
tahunan antara 1.5004.000 mm, yang
dikombinasikan dengan bulan-bulan kering selama 4
6 bulan.
Hutan gugur daun kering (tropical dry deciduous
forest)
Dijumpai di wilayah-wilayah dengan curah hujan
kurang dari 1.500 mm, dan dengan bulan-bulan
kering lebih dari 6 bulan setahunnya.

Jelarang
malabar
(Ratufa
indica) di
sebuah
cabang
pohon jati
di hutan
monsun
Suaka
Harimau
Mudumalai,
India
Di
wilayah yang
lebih
basah (curah
hujan >
2.000 mm;
dan 24
bulan kering
setahun)
akan
terbentuk
hutan hujan
semi selalu hijau (tropical semi-evergreen rain
forest); sementara di daerah yang lebih kering (curah
hujan < 1.000 mm; dengan lebih dari 9 bulan kering
setahun) akan terbentuk hutan berduri tropika
(tropical thorn forest) dan sabana tropika.
Pembedaan hutan-hutan ini di lapangan tidak begitu
mudah, karena umumnya ditentukan oleh proporsi
jenis tumbuhan yang mencirikan masing-masing
formasi hutan itu.
Keanekaragaman hayati[sunting | sunting sumber]
Banyak jenis pohon dominan di hutan-hutan monsun
Nusa Tenggara dan Maluku, yang juga terdapat di
sepanjang jalur hutan-hutan gugur daun India dan
Burma. Di antaranya adalah kemiri (Aleurites
moluccana), pilang (Acacia leucophloea), klampis
(Acacia tomentosa), sengon (Albizia chinensis), terisi
(A. lebbekoides), siwalan (Borassus flabellifer),
sonokeling (Dalbergia latifolia), kesambi (Schleichera
oleosa), walikukun (Schoutenia ovata), asam jawa
(Tamarindus indica), dan lain-lain.

Meskipun secara keseluruhan kekayaan hayatinya


lebih rendah daripada hutan hujan tropika, akan
tetapi hutan gugur daun tropika dihuni oleh banyak
jenis fauna; termasuk aneka monyet, rusa, kucing
besar, hewan pengerat, dan bermacam jenis burung.
Biomassa mamalia yang hidup di hutan ini bahkan
dapat melebihi hutan hujan tropika, terutama pada
hutan-hutan gugur daun di Asia dan Afrika. Banyak
dari antaranya yang memperlihatkan adaptasi yang
luar biasa terhadap kondisi iklim yang sukar ini.

Anda mungkin juga menyukai