Jelaskan masing-masing dari dua formasi hutan berdasarkan atas faktor lingkungan yang
pengaruhnya dominan terhadap bentuk susunan komunitas hutan!
Formasi klimatis adalah formasi hutan yang dalam pemben¬tukannya sangat dipengaruhi oleh
unsur-unsur iklim, misalnya temperatur, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan angin.
Ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi klimatis, yaitu;
Hutan hujan tropis: Hutan hujan tropis merujuk pada tipe hutan di kawasan tropis yang selalu
diguyur hujan sepanjang tahun. Tingkat curah hujan kawasan ini cukup tinggi, lebih dari 1200
mm per
tahun.
Hutan Musim: hutan musim adalah suatu bioma berupa hutan yang biasa ditemukan di wilayah
tropika dan subtropika atau iklim monsoon (kemarau dan hujan) dengan macam tumbuhan
sejenis. Wilayah-wilayah ini memiliki iklim hangat sepanjang tahun, tapi mengalami musim kering
(kemarau) yang tak kalah panjangnya selama beberapa bulan.
Hutan sabana: hutan sabana adalah padang rumput yang kering dan ditumbuhi semak-semak
belukar dan juga ditumbuhi pepohonan.
Hutan tropis: Hutan tropis adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23°27" Lintang Utara
dan 23°27" Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis. Hutan Tropis terdapat di wilayah
Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan
Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Hutan temperate (hutan 4 musim): Hutan temperate berada di kawasan Eropa yang memiliki
empat musim yakni panas, gugur, dingin (salju), dan semi. Hutan di kawasan itu tak rimbun,
daunnya tak selalu hijau. Semak belukar dan rumput juga jarang. Jadi hutan temperate mirip
deretan pohon semata, tanpa semak dan rumput.
Hutan pegunungan: hutan pegunungan adalah Hutan yang tumbuh dan berkembang pada
daerah pegunungan pada ketinggian antara 1200 s/d 3350 meter di atas permukaan laut.
B. Formasi edafis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh keadaan tanah, misalnya sifat-sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi tanah, serta
kelembapan tanah. Ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi edafis, yaitu;
Hutan Rawa: Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada tempat yang selalu
tergenang air tawar atau secara musiman hutan tersebut tergenang air tawar. Secara periodik
daerah-daerah yang terletak di dekat aliran sungai bila musim hujan selalu tergenang akan
terbentuk hutan rawa. Selain itu Hutan rawa juga biasanya terdapat di belakang hutan payau
atau mangrove.
Hutan pantai: Hutan pantai adalah hutan yang terletak di sepanjang pinggir pantai dan tidak
terpengaruh oleh keadaan iklim.
Hutan mangrove: Hutan mangrove adalah ekosistem dengan ciri khusus di mana lantai hutannya
tergenang oleh air yang tinggi permukaannya dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut.
Ekosistem mangrove masuk dalam lingkup ekosistem pantai karena ia terletak pada kawasan
perbatasan antara ekosistem air laut dan ekositem darat.
Jelaskan ciri ekosistem hutan hujan tropis!
Faktor yang dapat menyebabkan kelembapan udara yang sangat tinggi adalah curah hujan
yang sangat tinggi dan relatif terjadi sepanjang tahun sehingga tidak mempunyai musim
kemarau yang jelas. Pada umumnya bulan-bulan kering terjadi kurang dari 3 bulan saja.
Tanah hutan hujan tropis menyimpan banyak sekali air. Tingkat kelembapan yang sangat
tinggi sebenarnya disebabkan oleh banyaknya uap air yang berasal dari dedaunan dan
kemudian menguap ke atsmosfer.
Pada hutan hujan tropis biasanya tidak ditemukan celah kosong antara lantai hutan dengan
pepohonan tinggi. Karena diantaranya juga terdapat berbagai jenis tanaman dengan
ketinggian yang berbeda-beda. Mulai dari strata A sampai dengan E.
Karena strukturnya yang berlapis-lapis vegetasi mulai dari strata A sampai dengan strata E
dan juga membentuk kanopi dan tajuk yang sangat rapat membuat matahari tidak dapat
menjangkau lantai hutan sehingga menjadikan tanah sangat lembab dan banyak ditumbuhi
dengan lumut dan jamur.
Genangan air pada dasar hutan sering terjadi pada saat musim hujan dimana hampir setiap
saat air hujan membasahi hutan dan tanah yang sudah jenuh untuk menampung air
sehingga membentuk sebuah genangan yang juga terdapat biota di dalamnya.
Secara alami hutan hujan tropis mempunyai kemampuan untuk menanggulangi kerusakan
yang sudah terjadi. Misalnya terdapat sebuah pohon yang tumbang karena terjangan angin
atau badai. Sehingga membuat tajuk menjadi terbuka lebar dan membuat sinar matahari
dapat mencapai dasar hutan.
Sebutkan tiga zona hutan hujan tropis menurut ketinggian tempatnya dari permukaan laut!
Zona I dinamakan hutan hujan bawah karena terletak pada daerah dengan ketinggian
tempat 0—1.000 m dari permukaan laut. Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah
meliputi pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan
beberapa pulau di Maluku misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan, dan Obi. Di
hutan hujan bawah banyak terdapat spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae
terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops, dan
Cotylelobium. Dengan demikian, hutan hujan bawah disebut juga hutan Dipterocarps. Selain
spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae tersebut juga terdapat spesies pohon lain
dan anggota famili Lauraceae, Myrtaceae, Myristicaceae, dan Ebenaceae, serta pohon-
pohon anggota genus Agathis, Koompasia, dan Dyera.
Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nusa Tenggara terdapat spesies pohon
anggota genus Altingia, Bischofia, Castanopsis, Ficus, dan Gossampinus, serta spesies-spesies
pohon dari famili Legurninosac. Adapun eksosistem hutan hujan bawah di Sulawesi, Maluku,
dan Irian, merupakan hutan campuran yang didominasi oleh spesies pohon Palaquium spp.,
Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros spp., Koordersiodendron pinnatum dan Canarium
spp. Spesies-spesies tumbuhan merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan bawah
adalah anggota family Apocynaceae, araceae, dan berbagai spesies hutan rotan (Calamus
spp.).
Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah karena terletak pada daerah dengan ketinggian
tempat 1.000—3.300 m dari permukaan laut. Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan
tengah meliputi Jawa tengah, Jawa Timur, Sulawesi, sebagian daerah Indonesia Timur, di
Aceh dan Sumatra Utara. Secara umum, ekosistem hutan hujan tengah didominasi oleh
genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae.
Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh dan
Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus, merkusii, di Jawa Tengah terdapat spesies
pohon Albizzia montana dan Anaphalis javanica, di beberapa daerah Jawa Timur terdapat
spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus
Agathis dan Podocarpus. Di sebagian daerah Indonesia Timur terdapat spesies pohon
anggota genus Trema, Vaccinium, dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan spesies
pohon anggota family Dipterocarpaceae hanya terdapat pada daerah-daerah yang memiliki
ketinggian tempat 1.200 m dpl.
Zona 3 dinamakan hutan hujan atas karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat
3.300—4.100 m dari permukaan laut. Penyebaran tipe ekosistern hutan hujan atas hanya di
lrian Jaya dan di sebagian daerah Indonesia Barat. Tipe ekosistem hutan hujan atas pada
umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar.
Pada ekosistem hutan hujan atas di Irian Jaya banyak mengandung spesies pohon Conifer
(pohon berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus Phyllocladus, dan Podocarpus. Di
samping itu, mengandung juga spesies pohon Eugenia spp. dan Calophyllum, sedangkan di
sebagian daerah Indonesia Barat dijumpai juga kelompok-kelompok tegakan Leptospermum,
tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan atas pada daerah
yang memiliki ketinggian tempat Iebih dari 3.300 m dpl.
1. Gambut ombrogen
Bentuk gambut ini umum dijumpai dan banyak ditemukan di daerah dekat pantai dengan
kedalaman gambut mencapai 20 m. Air gambut itu sangat asam dan sangat miskin hara
(oligotrofik) terutamakalsium karena tidak ada zat hara yang masuk dari sumber lain,
sehingga tumbuhan yang hidup pada tanah gambut ombrogen menggunakan zat hara dari
gambut dan dari air hujan.
2. Gambut topogen
Bentuk gambut seperH ini tidak sering dijumpai, biasanya terbentuk pada lekukan-lekukan
tanah di pantai-pantai (di balik bukit pasir) dan di daerah pedalaman yang drainasenya
terhambat. Air gambut ini bersifat agak asam dan mengandung zat hara agak banyak
(mesotrofik). Tumbuhan-tumbuhan yang hidup pada tanah gambut topogen masih
mendapatkan zat hara dari tanah mineral, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan.
Hal yang membedakan hutan rawa dengan jenis hutan lainnya adalah adanya air yang
menggenangi kawasan tersebut. Air yang tergenang jumlahnya banyak sehingga membentuk
kolam dangkal yang luas.
Pada hutan hujan tropis, lantai hutan biasanya ditumbuhi oleh spesies paku-pakuan, jamur
atau lumut. Sedangkan di kawasan rawa, lantai hutan berupa lapisan gambut yang
membentuk tanah dengan sifat tidak terlalu keras atau dapat disebut lumpur.
Pepohonan dan tumbuhan yang hidup di hutan rawa memiliki sistem perakaran yang unik.
Cengkeraman akar tanaman tidak sekuat vegetasi yang ada ditanah padat.
Tumbuhan yang hidup di wilayah rawa memiliki ciri khusus dan umumnya merupakan
tanaman air, seperti eceng gondok, rumput, semanggi dan sebagainya.
5. Jenis Tanah
Tanah dasar rawa terbentuk dari endapan gambut yang memiliki ciri berlumpur dan becek.
Hal tersebut dapat dilihat secara kasat mata dan dibedakan langsung dengan tanah pada
jenis hutan lainnya. Endapan tanah di dasar rawa sebagian besar berasal dari kayu dan
dedaunan yang lapuk.
Sebagian besar hanya terdiri dari satu jenis pohon, yakni pohon bakau.
Salah satu ciri khas dan yang melahirkan istilah hutan mangrove atau hutan bakau ini adalah
karena sebagian besar terdiri atas pohon bakau atau pohon mangrove. Saking banyaknya
pohon bakau atau mangrove inilah maka hutan ini dinamakan dengan hutan mangrove.
Sebutkan empat jalur atau zonasi vegetasi hutan payau secara berurutan dari yang paling dekat
dengan laut ke arah darat!
Jalur pedada yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Avicennia spp. dan Sonneratia spp.
Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Rhizophora spp. dan kadang-kadang juga
dijumpai Bruguiera spp. , Ceriops spp. , dan Xylocarpus spp.
Jalur tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Bruguiera spp. dan kadang-kadang juga
dijumpai Xylocarpus spp. , Kandelia spp. , dan Aegiceras spp.
Jalur transisi antara hutan payau dengan hutan dataran rendah yang umumnya adalah hutan
nipah dengan spesies Nypa fruticans.
1. Formasi Pescaprae
Formasi pescaprae adalah formasi hutan pantai yang banyak terdapat tumpukan pasir yang
meninggi di sepanjang daerah pantai. Spesies yang ada di formasi pescaprae didominasi oleh
salah satu spesies tumbuhan menjalar dengan herba rendah dengan akarnya yang dapat
mengikat pasir atau biasa disebut dengan ipornea pescaprae.
Selain spesies ipornea pescaprae, pada formasi ini ditumbuhi juga tumbuhan jenis lainnya,
seperti canavalia abtusiofolia, cyperus stoloniferus, cyperus penduculatus, spinifex littoralis,
fimbristylis sericea, triumfetta repens, uigna marina, thuarea linvoluta, vitex trifolia,
euphorbia atoto, launaca sarmontasa, ishaemum muticum, ipomoea denticulata, ipomoea
littoralis dan ipomea carnosa.
2. Formasi Barningtonia
Sesuai dengan namanya, formasi barningtonia adalah formasi hutan di daerah pantai yang
banyak ditumbuhi oleh spesies pohon barringtonia sp.
Selain spesies pohon barringtonia sp sebagai spesies penyusun ekosistem hutan jenis ini, ada juga
spesies lainnya, yaitu calophyllum inophyllum, caesalpinia bonducella, barringtonia asiatica,
terminalia catappa, hernandia peltata, casuarina equisetifolia, hibiscus tiliaceus, cocos nucifera,
cycas rumphii, morinda citrifolia, sterculia foetida, tournefortia argentea, premna Corymbosa,
pongamia pinnata, premna pemphis acidula, manilkara kauki, pandanus tectorius, erythrina
variegata dan spesies lainnya yang dapat tumbuh di formasi ini.