Anda di halaman 1dari 19

Pembagian Kawasan Konservasi

Oleh:

FARYD ANDREAN RIFAI

D10121088

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta yang
menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa
yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat
limpahan rahmat -Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi
tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan dengan tema “Pembagian Kawasan Konservasi
“ Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Karena
kami saling bertukar fikiran agar dapat menyusun makalah ini dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak.

Palu,25 Mei 2022

Faryd Andrean rifai

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………....ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………....1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….…1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..3
2.1 Kawasan Konservasi Diindonesia….…………………………………….………..3
2.2 Kawasan Konservasi Didunia……………………………………………………...7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………18
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………18
3.2 saran………………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….20

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk
melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan. Pengelolaan dan
pengembangan kawasan konservasi ditujukan untuk mengusahakan kelestarian sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Oleh karenanya keberadaan
fungsi-fungsi keanekaragaman hayati tersebut sangatlah penting. Tiap negara mempunyai
kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang dilindungi, dimana masing-masing negara
memiliki tujuan dan perlakuan yang mungkin berbeda-beda. Namun, di tingkat
internasional dinaungi oleh WCPA (World Commission on Protected Areas) yang
dulunya bernama CNPPA(Commision on National Parks and Protected Areas)yaitu
sebuah komisi dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union) yang memiliki tanggung
jawab menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk kawasan darat maupun
perairan.
Istilah hutan konservasi merujuk pada suatu kawasan hutan yang diproteksi atau
dilindungi. Proteksi atau perlindungan tersebut bertujuan untuk melestarikan hutan dan
kehidupan yang ada di dalamnya agar bisa menjalankan fungsinya secara maksimal.
Hutan konservasi merupakan hutan milik negara yang dikelola oleh pemerintah, dalam
hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Pengertian hutan konservasi menurut Undang-Undang No. 41
Tahun 1999 tentang kehutanan adalah sebagai berikut: Kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keeanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya (Adia, 2011).
Kawasan konservasi dalam kategori nasional mencakup dua kelompok besar, yaitu
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Suaka
Alam yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, bertujuan untuk perlindungan
sistem penyangga kehidupan dan pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
(Kemenhut, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kawasan konservasi yang ada di Indonesia?
2. Apa saja kawasan konservasi yang ada di Dunia?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja kawasan konservasi yang ada di Indonesia
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja kawasan konservasi yang ada di Dunia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kawasan Konservasi di Indonesia


Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk
melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan. Pengelolaan dan
pengembangan kawasan konservasi ditujukan untuk mengusahakan kelestarian sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Ada tiga tujuan utama dalam kegiatan konservasi yaitu perlindungan, pelestarian, dan
pemanfaatan. Hutan konservasi sebagai perlindungan artinya berupaya melindungi peranan
keanekaragaman hayati sebagai sistem penyangga kehidupan. Hutan konservasi sebagai
pelestarian artinya melestarikan keanekaragaman hayati yang ada dan mencegahnya dari
kepunahan, sedangkan hutan konservasi sebagai pemanfaatan artinya memanfaatkan dengan
bijaksana dan bertanggungjawab keanekaragaman hayati yang telah ada.
Payung hukum yang mengatur segala kegiatan pada Hutan Konservasi di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Peraturan ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 1990 oleh Presiden RI
Kedua kala itu yaitu Soeharto. Di dalamnya terdapat 14 Bab dan 45 Pasal yang mengatur
tentang perlindungan, pemanfaatan, pelestarian, peran serta masyarakat, kawasan-kawasan
konservasi, dan ketentuan pidana. Kawasan konservasi terbagi atas dua yaitu :
A. Kawasan suaka alam (KSA)
Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun
di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan suaka alam terdiri dari :
1. Cagar alam
Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
a. Cagar Alam Sibolangit di Sumatera Utara bagian timur. Di daerah ini
dilindungi berbagai macam tumbuhan khas dataran rendah pantai, antara
lainpohon lebah yang sangat tinggi dan bunga bangkai.
b. Cagar Alam Rafflesia di Provinsi Bengukulu. Tanaman yang dililindungi
adalah bungai bangkai Rafflesia Arnoldi terbesar di dunia.
c. Cagar Alam Limpopati di Provinsi Sumatera Barat. Satwa yang dilindungi
adalah tapir dan siamang.
d. Cagar Alam Pulau Moyo di Provinsi NTB. Satwa yang dilindungi adalah sapi
liar, banteng, rusa, babi hutan, burung kakak tua, dan ayam hutan.
e. Cagar Alam Pananjung-Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Satwa yang
dilindungi adalah banteng dan rusa.
f. Cagar Alam Cibodas di Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini adalah cadangan
hutan pegunungan hujan tropis dengan daerah yang basah atau sering hujan.
g. Cagar Alam Pulau Dua di Provinsi Banten. Di wilayah ini banyak terdapat
jenis-jenis burung laut sehingga sering disebut Kerajaan Burung.
h. Cagar Alam Ujung Kulon di Provinsi Banten. Satwa yang dilindungi adalah
badak bercula satu, banteng, babi hutan, buaya dan berbagai jenis burung.
i. Cagar Alam Gunung Kentawan di Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai
kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus
Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.
2. Suaka margasatwa
Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
a. Suaka Margasatwa Gunung Lauser di Provinsi NAD. Satwa yang dilindungi
antara lain orang utan, gajah, badak sumatera, tapir, harrimau, rusa, dan
berbagai jenis burung.
b. Suaka Margasatwa Way Kambas di Provinsi Lampung. Satwa yang dilindungi
antara lain gajah sumatera, rusa, dan babi hutan.
c. Suaka Margasatwa Pulau Komodo di Provinsi NTT. Satwa yang dilindungi
antara lain komodo, biawak, rusa, babi hutan, anjing hutan, burung kakak tua,
kerbau liar, dan ayam hutan.
d. Suaka Margasatwa Baluran di Provinsi Jawa Timur. Satwa yang dilindungi
adalah banteng, kerbau liar, burung merak, kera, lutung, babi hutan, dan ayam
hutan.
e. Suaka Margasatwa Pelahari di Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai kawasan
konservasi untuk melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus), Kuwau
(Argusianus Argus), Pecuk Ular (Cervus Unicolor), dan Kijang Pelaihari
(Muntiacus Pleiharicus).
f. Suaka Margasatwa Tanjung Puting Kotawaringin di Provinsi Kalimantan
Tengah. Sebagai kawasan konservasi hutan dan satwa berupa orang utan
kalimantan.
g. Suaka Margasatwa Nantu di Provinsi Gorontalo. Satwa yang dilindungi di
antaranya Babirusa (Babyrousa babyrussa), Anoa (Bubalus depressicornis),
Monyet Sulawesi (Macaca heckii), Tarsius (Tarsius spectrum), Babi Hutan
(Sus celebensis), serta 90 jenis burung yang 35 jenis di antaranya adalah khas
Sulawesi.
B. Kawasan pelestarian alam (KPA)

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. KPA terdiri
dari :
1. Taman nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
a. Taman Nasional Gunung Leuser, di Pulau Sumatra, tepatnya di perbatasan
propinsi Aceh dan Sumatra Utara. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan
perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran
rendah sampai pegunungan. Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya
hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Satwa langka
yang dilindungi di Taman Nasional ini antara lain Mawas/Orang Utan,
Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Badak Sumatera, Rangkong dan Kucing
Hutan.
b. Taman Nasional Pulau Siberut, pulau Siberut terletak di lepas pantai Sumatera
Barat yang dipisahkan oleh Selat Mentawai dan berjarak kurang lebih 155 km
dari kota Padang. Taman Nasional Siberut merupakan cagar biosfer dengan
65% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer
campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove.
c. Taman Nasional Komodo, taman Nasional Pulau Komodo terdiri dari 3 pulau
besar yaitu Komodo, Rinca dan Padar serta 26 pulau besar/kecil disekitarnya.
Selain satwa khas Komodo, terdapat rusa, babi hutan, ajag, kuda liar, kerbau
liar, 2 jenis penyu, 10 jenis lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering
terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo.
d. Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) adalah salah satu Wisata Alam yang bisa Anda nikmati di kawasan
Wisata Cibodas.Gunung Gede Pangrango inilah yang menjadi sumber
keindahan bagi alam sekitar termasuk wisata alam lainnya seperti Kebun Raya
Cibodas dan Bumi Perkemahan Mandalawangi.
e.Taman Laut Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi memiliki nama yang
sangat unik, uniknya karena nama Wakatobi diambil dari nama-nama 4 pulau
utama di Taman Nasional ini, yaitu pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Togean
dan Binongko
2. Taman hutan raya
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli,
yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
a. Taman Hutan Raya Cut Nyak Dien (Meurah Intan); Nanggroe Aceh
Darussalam. Terdapat di Kabupaten Aceh Besar. Tahura dengan luas 6.300 ha
ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 95/Kpts-
II/2001, 15 Maret 2001.
b. Taman Hutan Raya Bukit Barisan; Sumatera Utara. Terdapat di Kabupaten
Karo, Deli Serdang, dan Langkat dengan luas 51.600 ha. Ditetapkan
berdasarkan Kepres RI Nomor 48 Tahun 1988, 29 November 1988.
c. Taman Hutan Raya Dr. Moh. Hatta; Sumatera Barat. Berlokasi di Padang
dengan area seluas 12.100 ha. Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor: 193/Kpts-II/1993, 27 Maret 1993.
d. Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim; Riau. Berada di Kampar dengan
luas 6.172 ha yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan RI Nomor: 348/Kpts-II/1999, 26 Mei 1999.
e. Taman Hutan Raya Thaha Syaifudin; Jambi. Lokasinya di kabupaten
Batanghari dengan luas 15.830 ha yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 94/Kpts-II/2001, 15 Maret 2001.
e. Taman Hutan Raya Raja Lelo; Bengkulu. Berada di kabupaten Bengkulu
Utara dengan luas 1.122 ha. Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor: 21/Kpts/VI/1998, 7 Januari 1998.
3. Taman wisata alam
Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
a. Air Hitam – Taman Wisata Alam Bengkulu, Bengkulu Utara, 433,00 ha, GB
Nomor 9, 18 Mei 1932.
b. Angke Kapuk – Taman Wisata Alam, DKI Jakarta, Jakarta Utara, 99,82 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 667/Kpts-II/1995, 15 Desember
1995.
c. Api Banda, Gunung – Taman Wisata Alam, Maluku, Maluku Tengah, 734,46
ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI No-mor : 1175/Kpts-II/1992, 28
Desember 1992.
d. Asuansang – Taman Wisata Alam, Kalimantan Barat, Sambas, 5.821,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 259/Kpts-II/2000,
23 Agustus 2000.
e. Bakut, Pulau – Taman Wisata Alam Laut, Kalimantan Selatan, Barito Kuala,
18,70 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 140/Kpts-II/2003, 21
April 2003.
Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis yang dilakukan
untuk mengelola kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan,
pengawetan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Pengelolaan KSA
dan KPA bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga
kehidupan, dan pemanfaatan keanakeragaman hayati secara lestari.
Rencana pengelolaan KSA dan KPA terdiri atas:
a. rencana jangka panjang;
b. rencana jangka pendek.
Pengelolaan Blok dan Perlindungannya Penataan KSA dilakukan
membentuk blok-blok pengelolaan. Dari ketentuan peraturan perundangan
yang ada antara lain UU No. 5 Tahun 1990, UU No 41 Tahun 1999 maupun
PP No. 68 Tahun 1998, baru sebatas mengatur penataan zonasi pada kawasan
taman nasional. Penetapan zonasi dan blok pada kawasan konservasi
ditentukan berdasarkan :

1. potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem,


2. tingkat interaksi dengan masyarakat setempat, dan
3. kepentingan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi yang harus
dilakukan.

Penetapan zonasi pada kawasan konservasi dilakukan secara variatif


sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi serta pembagian
zonasi atau blok pada kawasan konservasi tidak selalu sama dan lengkap pada
setiap kawasan konservasi. Penentuan zonasi atau blok kawasan konservasi
tersebut tidak bersifat permanen serta dapat disesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi, kondisi potensi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem, dan kepentingan interaksi dengan
masyarakat. Dengan demikian minimal tiga sampai lima tahun sekali perlu ada
kajian/review terhadap perkembangan dan efektivitas penataan zonasi atau
blok pada kawasan konservasi.

1. Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman
nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan,
pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan zonasi,
konsultasi publik, perancangan, tata batas dan penetapan, dengan
mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat.
2. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional
yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat.
3. Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota atau
fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang
mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan
keanekaragaman hayati

4. Zona rimba, untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari adalah
bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu
mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

5. Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi
alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan
kondisi/jasa lingkungan lainnya.

6. Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan
mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.

7. Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan,
sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan
ekosistemnya yang mengalami kerusakan.

8. Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang di dalamnya
terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang
dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau
sejarah.

9. Zona khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang
kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman
nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Khusus terkait upaya perlindungan, perlindungan KSA mencakup 4 tujuan:
1. Terjaminnya proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari
flora, fauna, dan ekosistemnya;
2. Menjaga, mencegah, dan membatasi kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan potensi dan kawasan serta perubahan fungsi kawasan,
baik yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, alam, spesies
invasif, hama, dan penyakit;
3. Menjaga hak negara, masyarakat, dan perorangan atas potensi, kawasan,
ekosistem, investasi, dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
KSA dan KPA;
4. Menjamin keutuhan potensi, kawasan, dan fungsi kawasan.

1.2 Kawasan Konservasi di Dunia


The International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan 15
kawasan konservasi baru dalam IUCN Green List, daftar kawasan-kawasan
konservasi terbaik dunia. Kawasan konservasi yang masuk dalam daftar ini adalah
kawasan yang telah menerapkan standar pengelolaan kawasan konservasi terbaik
di seluruh dunia.
Daftar IUCN Green List diluncurkan pada tahun 2014. IUCN menilai
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kualitas tata kelola dan
dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Kawasan konservasi harus
memenuhi 17 kriteria penilaian yang ketat di empat tema penilaian untuk bisa
masuk dalam IUCN Green List. Keempat tema penilaian mencakup:
kepemimpinan (governance), manajemen, rancangan dan perencanaan, serta hasil
yang telah dicapai oleh kegiatan konservasi (conservation outcomes).
Saat ini 39 kawasan konservasi terbaik telah masuk dalam IUCN Green List.
Hanya dua negara dari Asia yang masuk dalam daftar ini yaitu China dengan 6
kawasan konservasi dan Korea Selatan dengan 3 kawasan konservasi. Perancis
adalah negara dengan kawasan konservasi terbanyak yang masuk dalam IUCN
Green List.

“Jika kita serius ingin memulihkan keanekaragaman hayati, kita harus


memastikan kawasan konservasi melakukan apa yang jadi tugas mereka – menjadi
‘rumah’ bagi keanekaragaman hayati,” ujar Inger Andersen, Direktur Jenderal
IUCN sebagaimana dikutip dalam berita IUCN. “Kawasan konservasi yang masuk
dalam IUCN Green List telah mencapai standar yang sangat baik dengan manfaat
yang nyata bagi alam maupun komunitas lokal. Kami mengucapkan selamat pada
kawasan konservasi baru yang masuk dalam daftar ini. Kawasan-kawasan baru
tersebut telah memberikan inspirasi untuk kawasan konservasi lain di seluruh
dunia,” tambahnya lagi.

IUCN Green List juga membantu dalam mengukur pencapaian Target Aichi
11, dimana 17% wilayah daratan dan 10% wilayah lautan dilindungi, dikelola
secara efektif pada 2020. Menurut IUCN efektivitas pengelolaan dan perlindungan
kawasan konservasi masih belum tercapai hingga saat ini dan perlu
ditingkatkan.Kelima belas kawasan konservasi baru terbaik berasal dari Mesir,
Perancis, Yordania, Kenya, Lebanon, Meksiko, Peru dan Uni Emmirat Arab.
Sertifikasi kawasan konservasi terbaik diserahkan di Sharm El-Sheikh, Mesir,
kemaren, Sabtu, 24 November 2018. Berikut adalah 15 Taman Nasional Terbaik
Baru versi IUCN:
a. Taman Nasional Ras Mohammed – Mesir
b. Situs Warisan Dunia Wadi Al-Hitan – Mesir
c. Taman Nasional Laut Côte Bleue – Perancis
d. Kawasan Suaka Alam Regional Vosges du Nord – Perancis
e. Kawasan Konservasi Biologi Bois du Loc’h – Perancis
f. Taman Buru dan Kawasan Suaka Orlu – Perancis
g. Kawasan Ekosistem Réserve naturelle nationale des Terres australes
françaises – Perancis
h. Hutan Lindung Ajloun – Yordania
i. Suaka Lahan Basah Azraq – Yordania
j. Komunitas Konservasi Ol Kinyei – Kenya
k. Suaka Alam Al Shouf Cedar – Lebanon
l. Taman Nasional Parque Nacional Zona Marina del Archipiélago de
Espíritu Santo – Meksiko
m. Taman Nasional Cordillera Azul – Peru
n. Suaka Komunal Amarakaeri – Peru
o. Suaka Lahan Basah Al-Wathba – Uni Emirat Arab
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Kawasan konservasi yang ada di Indonesia terbagi atas dua yaitu :
1. Kawasan Suaka Alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan suaka
alam terdiri dari : Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
2. Kawasan Pelestarian Alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. KPA
terdiri dari : Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam.
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan 15
kawasan konservasi baru dalam IUCN Green List, daftar kawasan-kawasan
konservasi terbaik dunia. Kawasan konservasi yang masuk dalam daftar ini adalah
kawasan yang telah menerapkan standar pengelolaan kawasan konservasi terbaik
di seluruh dunia. Antara lain yitu : Taman Nasional Ras Mohammed – Mesir,
Situs Warisan Dunia Wadi Al-Hitan – Mesir, Taman Nasional Laut Côte Bleue –
Perancis, Kawasan Suaka Alam Regional Vosges du Nord – Perancis, Kawasan
Konservasi Biologi Bois du Loc’h – Perancis, Taman Buru dan Kawasan Suaka
Orlu – Perancis, Kawasan Ekosistem Réserve naturelle nationale des Terres
australes françaises – Perancis, Hutan Lindung Ajloun – Yordania, Suaka Lahan
Basah Azraq – Yordania, Komunitas Konservasi Ol Kinyei – Kenya, Suaka Alam
Al Shouf Cedar – Lebanon.
SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian di atas maka


perlu adanya saran yang dapat di ajukan sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan diharapkan adanya kurikulum pendidikan
lingkungan hidup secara monolitik mulai dari tingkat pra sekolah sampai
Sekolah Menengah Atas dengan muatan 30% teori dan 70% praktek.
2. Bagi Pemerintah diharapkan adanya perhatian lebih serius khususnya
dalam penganggaran untuk pelestarian lingkungan hidup dan adanya
program Penyuluh Pendamping Lapangan khusus lingkungan hidup.
3. Bagi Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat ditanamkan
pengembangan kompetensi civic knowledge, skill and disposition tentang lingkungan hidup
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti secara mendalam terkait
pengaruh kebijakan pemerintah terhadap peningkatan pelestarian lingkungan hidup

DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Konservasi:
Pengalaman Universitas Negeri Semarang. Semarang: Cipta Prima Nusantara
Semarang.

Khafid, Muhammad. (2013). Kurikulum Unnes 2012 Berbasis Kompetensi dan Konservasi.
Online. Dapat ditemukan di http://konservasi.unnes.ac.id/

Mangunjaya, Fachruddin M.. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Sugiyo. (2012). Pengembangan Karakter Anak melalui Konservasi Moral Sejak Dini.
Indonesian Journal of Conservation, Vol. 1 No. 1 Juni 2012: 40–48. Tersedia di
http://ejournal.unnes.ac.id.

Masrukhi. (2012). Mambangun Karakter Berbasis Nilai Konservasi. Indonesian Journal of


Conservation, Vol. 1 No. 1 Juni 2012: 20–29. Tersedia di http://ejournal.unnes.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai