Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Perkembangan Manajemen Hutan

1. Fase Penebangan Kayu Penambangan kayu di hutan alam diawali dari pandangan manusia terhadap pohon pernghasil kayu untuk keperluan perkakas dan bahan bangunan. Hal ini terjadi di seluruh dunia yang diawali oleh negara dengan peradaban yang lebih maju seperti Mesir, Romawi, negara negara maju di Eropa (Jerman, Inggris, Spanyol, dan Perancis) yang melebarkan kekuasaannya ke Amerika Latin, Afrika dan Asia. Era penambangan kayu di Indonesia diawali dengan terjadinya penebangan hutan alam jati di zaman pemerintah kolonial Belanda Penebangan dengan penunjukan kap persil (petak atau blok tebang) dan pemberian kontrak kerja tebang kepada pengusaha Cina untuk mencari tenaga kerja para blandong pribumi alami kerusakan Gubernur Jenderal Daendels memutuskan pembatasan / pengurangan kap persil dan memerintahkan permudaan buatan di areal bekas tebangan awal tumbuhnya hutan tanaman jati yang dikenal dengan blandong cultuur. Era penambangan hutan yang kedua adalah pembalakan secara besar besaran di luar Jawa oleh pola manajemen HPH dengan mekanisme kelestarian yang tidak terlaksana baik pola seperti kap persil terulang lagi. Akibatnya pola HPH kurang sesuai tuntutan zaman yang

kesinambungannya ke masa depan tidak jelas karena terlalu berorientasi kepada kepentingan utama HPH (individu dan berjangka pendek) sehingga kepentingan kelestarian hutan (universal dan jangka panjang) kurang diperhatikan.

[Type text]

2.

Fase Manajemen Kebun Kayu (Timber Management) Awal terjadinya manajemen kebun kayu adalah upaya pembangunan hutan rusak oleh pemerintah Jerman serta mulai berkembangnya pengetahuan silvikultur dan pengaturan hasil hutan. Perlakuan yang dilakukan antara hutan alam dengan jenis yang berbeda, iklim dan kondisi tanah yang berbeda memiliki perlakuan silvikultur yang berbeda jati tebang habis dan meranti tebang pilih Pengetahuan silvikultur dan pengaturan hasil hutan menimbulkan gagasan timbulnya hutan tanaman monokultur dan kelas perusahaan mudah diurus, hasil kayu lebih seragam, dan nilai komersial tinggi mencirikan era manajemen hutan modern. Moderenisasi ditandai dengan paradigma rasional terhadap hutan alam yang memiliki dinamika stabil dalam jangka panjang yang telah dimodifikasi. Modifikasi berpijak pada dasar dasar yang terdapat pada dinamika dan stabilitas hutan alam yang mampu melaksanakan proses stabilitas (penyembuhan) terhadap perubahan / dinamika yang timbul (alami atau karena manusia) sehingga tidak merusak hutan. Membentuk hutan yang diusahakan (hutan produksi) yang berakibat timbulnya pengertian hutan produksi dan teknik silvikultur untuk mendukung kegiatan panen dan permudaan.

3.

Fase Manajemen Sumberdaya Hutan (MSDH) Peningkatan taraf hidup mengubah arah kebijakan, dari produksi kayu ke berbagai ragam hasil sumberdaya untuk penyediaan kebutuhan akan barang dan jasa MSDH dipandang sebagai sumber alam bagi kepentingan produksi aneka barang dan jasa sesuai kemampuan hutan dan keinginan masyarakat sekitar. Adanya hutan serbaguna pada Kongres Kehutanan Sedunia V pada tahun 1960. Penerapan berbentuk unit areal tunggal / terpisah

[Type text]

tidak berperan banyak karena kemiskinan dan konflik social meningkatnya gangguan terhadap hutan. Akibat dari pola HPH terjadi penebangan kayu berskala luas dengan volume kayu yang besar sistem silvikultur tebang pilih dengan ketentuan batas diameter minimum untuk penebangan nyatanya tidak terlaksananya pedoman kerja dan pengawasan degrasi. Tindak lanjut dengan reboisasi menjadi hutan tanaman kegiatan hutan tanaman (HTI) dengan jenis tanaman rotasi pendek untuk pulp. Pelaksanaan menggunakan api menyebabkan kebakaran. Problema manajemen hutan di negara maju banyak ditimbulkan oleh konsekuensi dari kemajuan teknologi industri dan tuntutan idealitas ekosistem hutan sebagai penyangga kehidupan. Sedangkan di negara berkembang mengalami dilema antara pentingnya produktivitas dan pertumbuhan sebagai kontribusi untuk pembangunan ekonomi dalam menghadapi kepadatan penduduk dan kemiskinan dengan tuntutan global tentang idealitas ekosistem SDH sebagai penyangga kehidupan.

4. Fase Manajemen Ekosistem Hutan Ekosistem hutan adalah bagian dari keseluruhan ekosistem alam dengan komponen utamanya adalah hutan sebagai bagian penting dari lingkungan hidup yang diperlukan manusia. Fungsi utama manajemen ini adalah penyediaan lingkungan hidup yang memadai hasil hutan yang komersial bukan tujuan utama. Dalam manajemen ekosistem hutan, seluruh komponen yang ada di dalam hutan mempunyai kedudukan yang penting hutan menjadi benar benar dirasakan masyarakat sebagai penyedia lingkungan hidup dengan fungsi tata air, iklim, kesuburan tanah, sumber plasma nutfah, areal wisata alam, kepentingan ekonomi dan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai