Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN SENGON

Oleh: Nanang Herdiana

I. PENDAHULUAN

Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) merupakan jenis tanaman yang saat
ini banyak dikembangkan, terutama di kebun-kebun masyarakat.. Jenis tanaman ini mempunyai sifat
ekologis dan ekonomis yang sangat menguntungkan. Bersifat ekologis karena mempunyai perakaran
yang baik, mudah tumbuh, bermanfaat sebagai tanaman rehabilitasi dan membantu fikasasi nit=rogen,
sehingga bisa memperbaiki kesubutan tanah. Bersifat ekonomis karena selain kayunya yang biasa
dimanfaatkan sebagai bahan baku konstruksi ringan, kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu
lapis, korek api, alat musik, pulp, daunnya juga dapat digunakan sebagai pakan ayam dan kambing.
Bahkan di Ambon, kulit batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti
sabun (Hidayat, 2002).
Untuk mendukung program pengembangan jenis dimaksud, diperlukan penyediaan bibit yang
berkualitas dan berkesinambungan. Bibit berkualitas baik mempunyai arti bibit tersebut sehat,
mempunyai pertumbuhan yang baik, seragam serta mempunyai daya tahan yang baik sehingga
tumbuh dan mampu hidup untuk ditanam di lapangan. Penggunaan bibit yang berkualitas baik akan
turut menentukan kualitas tegakan yang dihasilkan.
Perolehan bibit dengan kualitas yang baik tidak hanya ditentukan oleh kualitas bahan
tanaman yang digunakan, tetapi juga terkait dengan penerapan teknik pembibitan yang sesuai dengan
jenis yang dikembangkan. Dalam prakteknya, kegiatan pembibitan yang dilakukan meliputi: penentuan
lokasi persemaian, penanganan benih, penaburan, persiapan dan pemilihan media tanam, penyapihan
dan pemeliharaan. Satu hal yang cukup penting dalam pembibitan tanaman sengon adalah
perlindungan hama dan penyakit. Mengingat serangan hama dan penyakit pada bibit di persemaian
dapat menyebabkan kerusakan yang hebat, bahkan kematian bibit dalam waktu yang relatif singkat.
Kalaupun tidak sampai menyebabkan kematian, minimal menghambat pertumbuhan tanaman.

II. TEKNIK PEMBIBITAN SENGON

A. Persiapan Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan
benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang
dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut : kulit benih
bersih dan berwarna coklat tua, ukuran benih maksimum, tenggelam dalam air ketika benih direndam,
dan bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya,
dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut.
Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Satu hal yang cukup penting dalam mempersiapkan benih adalah menghitung jumlah
kebutuhan benih yang akan ditabur. Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang
hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan yang sederhana. Misalkan
luas kebun sengon yang akan dibangun seluas 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m), jarak
tanam yang digunakan berukuran 3 m x 2 m, satu kilogram benih berisi 40.000 butir, daya
berkecambah 60 % dan tingkat kematian selama di persemaian sebesar 15 %. Dengan demikian
jumlah benih sengon yang dibutuhkan adalah = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Dengan
memperhitungkan daya berkecambah dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan
3.705 butir atau sekitar 92,62 gram (dibulatkan menjadi 100 gram).

B. Perlakuan benih
Benih sengon memiliki kulit luar yang sedikit keras dan impermeabel terhadap air (memiliki
dormansi fisik), sehingga untuk mempercepat proses perkecambahannya diperlukan perlakuan
pendahuluan untuk mematahkan dormansinya tersebut. Perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan
adalah dengan merendam benih sengon dalam air panas (80 °C) selama 10 - 20 menit, kemudian
direndam dalam air dingin selama selama 24 jam atau hanya direndam dalam air dingin selama 24
jam. Kemudian ditiriskan dan selanjutnya benih siap untuk ditabur.

C. Penaburan Benih
Penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh persentase kecambah yang
maksimal, dan menghasilkan kecambah yang sehat serta seragam. Kualitas kecambah ini akan
mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman selanjutnya, kecambah yang baik akan
menghasilkan bibit yang baik pula dan pada akhirnya akan menghasilkan tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dan disediakan untuk penaburan benih adalah sebagai berikut :

Teknik Pembibitan Sengon 2


1. Benih
2. Bedeng tabur/bedeng kecambah
3. Media tabur, pasir atau campuran pasir dengan tanah (1 : 1)
4. Peralatan penyiraman
5. Tersedianya air yang cukup dan lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penaburan benih sengon adalah sebagai berikut :
1. Persiapan bedeng tabur : Bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia atau
paranet dengan ukuran bak tabur 5 m x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm,
kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur berupa pasir atau campuran pasit : tanah (1 : 1)
setebal 10 cm, usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari
timbulnya serangan penyakit pada kecambah.
2. Penaburan : terdapat dua cara penaburan, yaitu : (1). Benih ditempatkan pada larikan yang sudah
dibuat sebelumnya, jarak antar larikan sekitar 5 cm dengan kedalaman kira–kira 2,0 cm. pada saat
penaburan diusahakan supaya benih tidak saling tumpang tindih, sehingga kecambah tidak
tumbuh bertumpuk. (2). Benih ditabur langsung pada media tabur secara merata (200 gr/5 m 2),
sedikit ditekan dan ditutup dengan pasir halus setebal 0,5 - 1 cm.
D. Persiapan Media Semai
Media semai yang biasa digunakan adalah top soil, tetapi untuk kebutuhan persemaian
dalahm skala luas akan membutuhkan top soil dalam jumlah yang sangat banyak dan akan relatif sulit
untuk mendapatkannya. Pada persemaian permanen biasanya sudah menggunakan media yang
ringan dan porous, hal tersebut terkait dengan kualitas media dan kemampuan transportasi bibit yang
akan dihasilkan. Media tersebut dapat diperoleh dengan mencampur media umum dengan bahan lain
berupa kompos limbah organik, sehingga kandungan unsur hara dan porositasnya dapat ditingkatkan,
juga media menjadi lebih ringan. Selain penggunaan biokompos, upaya lain yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas media semai adalah dengan mencapurkan pupuk kandang sebanyak 200
gram/kg tanah (Sukaesih, 1990 dalam Badan Litbang Kehutanan, 2007).
Wadah bibit yang paling umum digunakan adalah polibag dengan ukuran yang bervariasi
sesuai dengan ukuran tanaman dan periode pemeliharaan bibit di persemaian. Periode pemeliharaan
bibit sengon di persemaian relatif singkat (sekitar 3 bulan), sehingga polibag yang digunakan umumnya
berukuran 10 cm x 12 cm atau 12 cm x 15 cm.

E. Penyapihan Bibit

Teknik Pembibitan Sengon 3


Penyapihan merupakan kegiatan pemindahan kecambah dari bedeng tabur ke dalam polibag
yang telah diisi dengan media semai. Untuk menghindari penguapan yang berlebihan akibat kondisi
cuaca yang panas, sebaiknya kegiatan ini dilakukan hanya pada pagi dan/atau sore hari. Penyapihan
dilakukan setelah batang kecambah sengon berkayu dan kulit terlepas, yaitu pada umur 1 – 1½ bulan
setelah berkecambah.
Sebelum kecambah dicabut, sebaiknya media tabur disiram air terlebih dahulu, sehingga pada
saat dicabut, akar kecambah tidak rusak. Kecambah yang telah dicabut dikumpulkan dalam wadah
berisi air dan selanjutnya siap ditanam pada media semai. Penanaman diawali dengan melubangi
bagian tengah media semai dengan kedalaman disesuaikan dengan panjang akar kecambah.
Kecambah ditanam sedalam leher akar dan bagian pinggir lubang tanam ditekan agar kecambah
tumbuh kokoh.

F. Pemeliharaan Bibit
Kegiatan pemeliharaan bibit di bedeng sapih yang umum dilakukan meliputi penyiraman,
penyulaman, pembersihan gulma, pemupukan, seleksi dan rotasi bibit.
1. Penyiraman. Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada
semai/bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan
menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak
dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari
yang panas.
2. Penyulaman. Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan
sesegera mungkin dengan menggunakan bibit yang seumur, sehingga bibit sulaman tidak
tertinggal jauh dengan bibit lainnya (pertumbuhan bibit seragam).
3. Pembersihan gulma. Penyiangan terhadap gulma dilakukan dengan mencabut satu per satu dan
bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun harus dilakukan hati-hati agar akar bibit tidak
terganggu. Kegiatan ini dilakukan secara teratur dan kontinu, biasanya dilakukan 2 - 4 minggu
sekali, tergantung pertumbuhan gulma.
4. Pemupukan. Pemupukan merupakan upaya pemacuan pertumbuhan tanaman, sehingga periode
pemeliharaan bibit di persemaian dapat menjadi lebih singkat. Selain penggunaan pupuk kandang
atau kompos yang telah dicampur pada media tanam, pemupukan lanjutan masih perlu dilakukan
dengan menggunakan pupuk anorganik, misalnya NPK dengan dosis 0,75 gr/tanaman
(Hendromono, 1995 dalam Badan Litbang Kehutanan, 2007).

Teknik Pembibitan Sengon 4


5. Seleksi dan Rotasi Bibit. Seleksi bibit merupakan upaya pengelompokan bibit dalam kelompok
pertumbuhan yang sama dan seragam, sehingga dapat ditentukan perlakuan yang tepat guna
memacu pertumbuhan kelompok bibit yang terlambat. Di samping seleksi, dilakukan juga rotasi
dengan cara memindahkan bibit dari satu posisi ke posisi yang lainnya, sehingga bibit
mendapatkan kesempatan ruang yang sama. Tujuan akhir dari kedua kegiatan ini adalah
diperolehnya bibit dengan ukuran dan kualitas yang seragam.
6. Perlindungan Hama dan Penyakit. Hama dan penyakit yang umumnya menyerang tanaman
sengon dan telah teridentifikasi selengkapnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel Jenis Hama dan Penyakit Tanaman Sengon

Bagian Tanaman
No Jenis Hama dan Penyakit Nama HPT Umum Keterangan
yang diserang
1. Pemakan daun Pteroma plagiophleps Ulat kantong kecil Serangan
(Lepidoptera,Psychidae) Ulat kupu-kupu kuning sporadis
Eurema blanda (Lepidoptera,
Pieridae)
2. Pemakan akar Beberapa spesies (Coleoptera, Ulat putih Menyerang
Scarabaeidae) sapling
3. Pemakan kulit batang Indarbela quadrinotata Ulat kulit batang
(Lepidoptera, Indarbelidae)
4. Penggerek batang Xylosandrus morigerus Kumbang sisik
(Coleoptera, Scolytidae)
5. Damping-off Pythium sp. Lodoh akar/batang Menyerang
Phytoptora sp. semai
Rhizoctonia sp.
6. Penyakit Antraknosa Colletotrichum sp. Antraknosa Menyerang
semai
7. Busuk akar Botryo diplodia sp. Jamur akar Menyerang
Ganoderma sp. tanaman muda
Ustulina sp.
Rosellinia sp.
8. Kanker karat/puru Uromycladium tepperianum Jamur karat Menyerang
semua umur
7. Sumber : Nair (2000)

G. Mutu Bibit Sengon


Mutu bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas hutan tanaman yang
akan dibangun. Persyaratan bibit siap tanam secara umum terkait dengan ukuran tinggi, diameter
pangkal batang, kekompakan media dengan perakaran dan kenormalan bibit. Ukuran fisik bibit sengon
siap tanam menurut Hendromono (2007) dalam Badan Litbang Kehutanan (2007) adalah sebagai
berikut: umur bibit 3 - 4 bulan, tinggi 30 – 40 cm, diameter 3,5 – 4,5 mm dan jumlah daun ≥ 7 helai.

Teknik Pembibitan Sengon 5


III. PENUTUP
Pengadaan bibit berutu dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu harus dilakukan dalam rangka
mendukung pengenbangan jenis tanaman, termasuk untuk sengon. Bibit bermutu tidak hanya
dihasilkan dari benih yang bermutu semata, tetapi juga terkait dengan penerapan teknik pembibitan
yang sesuai dengan jenis yang dikembangkan, kualitas genetik yang baik harus dibarengi dengan
kualitas fisiologis dan fisik yang baik pula. Dalam prakteknya, kegiatan pembibitan sengon yang
dilakukan meliputi: penanganan benih, penaburan, persiapan dan pemilihan media tanam, penyapihan
dan pemeliharaan. Satu hal yang cukup penting dalam pembibitan tanaman sengon adalah
perlindungan hama dan penyakit. Mengingat serangan hama dan penyakit pada bibit di persemaian
dapat menyebabkan kerusakan yang hebat, bahkan kematian bibit dalam waktu yang relatif singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2007. Inovasi Teknologi : Pembuatan Tanaman
dalam Mendukung GERHAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Herdiana, N. 2006. Penyakit Lodoh (Damping-off) pada Tanaman Hutan (Potensi dan Tinjauan
Pengelolaan). Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Hutan Tanaman. Puslitbang Hutan
Tanaman. Bogor.
Hidayat, J. 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Kerja Sama Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan Departemen Kehutanan dan Indonesia Seed Forest Project.
Jakarta.
Nair, K.S.S. 2000. Insect Pests and Diseases In Indonesia Forest. CIFOR. Bogor

Teknik Pembibitan Sengon 6

Anda mungkin juga menyukai