Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM PADA

LUBANG TANAM BEKAS TAMBANG BATUBARA


TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON SOLOMON
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes)

PROPOSAL SKRIPSI

YOSUA STEPANUS SIAGIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PENGARUH PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM PADA
LUBANG TANAM BEKAS TAMBANG BATUBARA
TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON SOLOMON
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & Grimes)

PROPOSAL SKRIPSI

YOSUA STEPANUS SIAGIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Pada Lubang Tanam Bekas Tambang Batubara Terhadap Beberapa Sifat
Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Sengon Solomon (Falcataria
moluccana (Miq.) Barneby & Grimes)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.


Gindo Tampubolon, M.S. sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Ir.
Arsyad AR, M.S. sebagai dosen pembimbing Kedua yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat untuk membantu dalam
penyelesaian proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap proposal skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 4
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Hipotesis.............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1 Karakteristik Tanah Bekas Tambang Batubara................................... 5
2.2 Reklamasi Lahan ................................................................................. 7
2.3 Pupuk Kandang Kotoran Ayam .......................................................... 8
2.4 Peranan Bahan Organik ...................................................................... 9
2.5 Deskripsi Tanaman Sengon................................................................. 10
III. METODE PENELITIAN .......................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 11
3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 11
3.3 Rancangan Percobaan ......................................................................... 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 12
3.4.1 Persiapan Areal ................................................................................ 12
3.4.2 Persiapan Bibit ................................................................................. 13
3.4.3 Pembuatan Lubang Tanam ............................................................... 13
3.4.4 Pemberian Perlakuan Pupuk Kandang ............................................. 13
3.4.5 Penanaman ....................................................................................... 13
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman .................................................................... 14
3.5 Variabel yang Diamati ........................................................................ 14
3.5.1 Sifat Kimia Tanah ............................................................................ 14
3.5.2 Tanaman ........................................................................................... 14
3.5.2.1 Tinggi Tanaman ............................................................................ 14
3.5.2.2 Diameter Tanaman ........................................................................ 15
3.6 Analisis Data ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
LAMPIRAN ....................................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Tabel Rencana Jadwal Penelitian ................................................................ 11
2. Tabel Parameter dan Metoda Analisis ........................................................ 14

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Gambar peta administrasi Kecamatan Muara Tembesi ............................ 19
2. Gambar peta lokasi Penelitian .................................................................. 20
3. Denah percobaan menurut RAK ............................................................... 21
4. Denah tanaman dalam petak percobaan .................................................... 22
5. Perhitungan jumlah pupuk kandang ayamyang diperlukan ...................... 23
6. Kriteria penilaian sifat kimia tanah ........................................................... 24
7. Lubang tanam ........................................................................................... 25
8. Perhitungan dosis kapur yang diperlukan ................................................. 26
9. Pengujian sampel tanah ............................................................................. 27

vi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, penambangan batubara sebagian besar dilakukan dengan
metode penambangan terbuka (open pit mining). Demikian pula halnya di
Provinsi Jambi luas lahan tambang batubara sebesar 320.310,8 ha atau 6,40% dari
luas wilayah Provinsi Jambi, dimana penambangan batubaranya dilakukan dengan
metode penambangan terbuka (Dinas ESDM Provinsi Jambi, 2017). Degradasi
tanah yang disebabkan oleh penambangan sistem terbuka yang dikombinasikan
dengan sistem backfilling atau pengembalian tanah pucuk dari aktifitas
penambangan adalah akibat pembuangan lapisan tanah yang ada diatasnya,
sehingga dapat menimbulkan perubahan morfologi bentang lahan dan penurunan
kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah. Dijelaskan lebih lanjut dalam (Subowo,
2011), bahwa penambangan dengan sistem terbuka mengakibatkan struktur tanah
hasil penimbunan menjadi rusak, tanah lapisan atas bercampur ataupun terbenam
di lapisan yang lebih dalam, populasi hayati tanah yang ada di tanah lapisan atas
menjadi terbenam sehingga hilang atau mati dan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, dan daya dukung tanah lapisan atas untuk pertumbuhan tanaman
menjadi rendah.
Menurut Sudaryono (2009) menyatakan bahwa sifat kimia tanah bekas
tambang batubara mempunyai nilai pH yang sangat masam hingga masam (4,0 -
5,3), kandungan bahan organik rendah (1,57 - 0,67%), N-total tergolong rendah
hingga sangat rendah (0,16 - 0,04 %), kandungan KTK sangat rendah sampai
rendah (2,24 - 10,4 cmolkg-1). Purnamayani et al. (2016) menyatakan kesuburan
tanah pada lahan reklamasi tambang batubara di PT. Nan Riang Kabupaten
Batanghari tergolong rendah dengan nilai pH yang masam (4,75 - 5,45), C-
organik rendah (1,7 - 1,5 %), kandungan unsur hara makro yaitu N, P dan K
berkisar sangat rendah di lapisan atas dan lapisan bawah kecuali K tersedia.
Menurut hasil penelitian Simanjorang (2017) dan Manalu (2017) diketahui
C-organik diareal bekas tambang batubara PT. Nan Riang 0,08-1,58% (sangat
rendah-rendah), pH berkisar 3,6-4,1 (sangat masam), KTK 5,49 me/100g-19,06
me/100g (rendah-sedang), N-total 0,01 %-0,08% (sangat rendah), dengan tekstur

1
lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung berpasir, dan lempung liat
berdebu. Konsistensi pada permukaan teguh, pada lapisan bawah sangat teguh,
dan kandungan unsur hara makro primer dan sekunder tergolong sangat rendah
(0,01% - 4,56%). Ketahanan tanah tergolong cukup tinggi dengan nilai penetrasi
(1,50 - >4,50).
Pada lahan bekas tambang batubara masalah utama yang timbul adalah
perubahan lingkungan, berupa terbukanya penutupan lahan pada kegiatan land
clearing atau kegiatan pembersihan tanah diatas permukaan dari seluruh vegetasi
tanaman yang ada, sehingga tidak satupun vegetasi yang tumbuh di areal tersebut,
tingkat kesuburan yang rendah seperti yang telah dijelaskan dari uraian diatas,
menyebabkan sulit bagi tanaman untuk dapat tumbuh di areal tersebut sehingga
dibutuhkan perbaikan dan pengelolaan pada tanah bekas tambang batubara salah
satunya dengan cara pemberian bahan organik seperti pupuk kandang kotoran
ayam.
Pupuk kandang merupakan pupuk alami yang dapat diperoleh dari kandang
ternak sendiri seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, babi dan ayam. Produksi pupuk
masing-masing hewan tersebut tidak sama tergantung jenis dan ukuran/berat
badan (Yuliana et al., 2015). Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk
kandang karena kandungan unsur haranya seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan
Kalium (K) serta unsur hara mikro diantaranya kalsium, magnesium, belerang,
natrium, besi dan tembaga yang dibutuhkan tanaman dan kesuburan tanah.
Penambahan pupuk kandang pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah
seperti kemampuan mengikat air, porositas dan berat volume tanah. Pada tanah
berpasir, pupuk kandang dapat berperan sebagai pemantap agregat yang berperan
lebih besar daripada tanah liat (Hartatik et al., 2002) dalam (Marlina et al., 2015).
Menurut Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan pupuk kandang ayam broiler
mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya.
Menurut hasil penelitian Muswita et al. (2008) menyatakan pemberian pupuk
organik memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang
tanaman sengon. Menurut Hasil penelitian Tantiasari (2015) menyatakan
pemberian pupuk kandang kotoran ayam + kapur dolomit mampu memperbaiki
sifat tanah berpasir dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabe pada

2
tanah berpasir. Menurut hasil penelitian Wicaksono dan Mansur (2014),
pemberian pupuk kandang + kapur pertanian di lokasi areal bekas tambang PT
Tunas Inti Abadi berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter tanaman jabon.
Sementara Hartatik dan Widowati (2006) menjelaskan kandungan kotoran ayam
dalam setiap tonnya mengandung 57% Kadar Air, 29% Bahan Organik 1,5% N,
1,3% P2O5, 0,8% K2O, 4,0 CaO, dan 9-11% Rasio C/N.
Pemilihan tanaman untuk ditanam pada tanah bekas tambang batubara
diusahakan dengan memilih jenis tanaman yang secara agronomis toleran
terhadap unsur hara yang rendah dan kondisi tanah yang asam, memberikan
produksi yang tinggi, dapat membangun bahan organik, dan mempercepat
pemulihan kondisi tanah (Ardhyansyah, 2013) dalam (Purnamayani et al., 2017).
Tanaman yang sering dipilih dalam melakukan revegetasi tanah pada tanah bekas
tambang biasanya dilakukan dengan menanam tanaman akasia, gamal dan sengon
(Setiadi, 2006) dalam (Setyowati et al., 2017).
Tanaman Sengon (Falcataria mollucana (Miq.) Barneby & Grime)
merupakan tanaman kayu yang memiliki respon tumbuh yang cepat (Fast
growing), tanaman ini tidak membutuhkan syarat tumbuh yang spesifik dan
mudah beradaptasi, sehingga tanaman jenis ini banyak dikembangkan di hutan
tanaman industri (Priadi dan Hartati, 2015) dalam (Saputra, 2018). Tanaman
sengon merupakan jenis tanaman berhabitus pohon yang mudah beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Tanaman ini dapat bersimbiosis
dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar. Sengon merupakan
tanaman intoleran sehingga sesuai untuk mempercepat suksesi penutupan lahan
(Andrianto, 2010) dalam (Sukarman et al., 2012), untuk pertumbuhan yang
optimal membutuhkan tanah yang pH nya mendekati netral. Sedangkan untuk
hasil produksi tanaman sengon dapat dimanfaatkan seperti dijelaskan Menurut
Hartanto (2011) dalam (Sukarman et al., 2012), daun sengon merupakan pakan
ternak yang sangat baik karna mengandung protein tinggi, kayunya banyak
diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan dengan berbagai
peruntukkannya seperti papan mal, mebel sederhana, industri korek api, pensil,
papan partikel dan bahan baku industri pulp kertas, dan lain-lain.

3
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“pengaruh pupuk kandang kotoran ayam terhadap perubahan sifat kimia
tanah di lahan bekas tambang batubara”.

1.2. Tujuan penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat kimia tanah
(pH, Al-dd, C-Organik, KTK, dan N-Total) dan pertumbuhan tanaman sengon
akibat pemberian pupuk kandang kotoran ayam pada tanah bekas tambang
batubara.

1.3. Manfaat penelitian


Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan studi tingkat sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data dan
informasi kepada pemilik izin usaha tambang batubara mengenai dosis pupuk
kandang kotoran ayam dalam mendukung beberapa sifat kimia tanah dan
pertumbuhan tanaman sengon.

1.4. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, didapat rumusan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pemberian pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap
beberapa sifat kimia tanah (pH, Al-dd, C-Organik, KTK, dan N-Total)
2. Pemberian pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman sengon.
3. Pemberian 3 kg pupuk kandang kotoran ayam per lubang tanam
merupakan dosis terbaik.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Tanah Bekas Tambang Batubara


Tanah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang
mempunyai sebaran terluas, yaitu mencapai 45.794.000 Ha atau hampir 25% dari
total seluruh daratan Indonesia. Pada umumnya tanah ultisol mempunyai potensi
keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin
kandungan hara lainnya terutama P dan kation-kation dapat tertukar lainnya,
seperti Ca, Mg, Na dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation (KTK) rendah,
dan peka terhadap erosi. Pada umumnya tanah ultisol belum ditangani dengan
baik. Dalam skala besar tanah ini dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit,
karet dan hutan tanaman industri. Tetapi pada tingkat petani dengan alasan faktor
ekonomi menjadikan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ultisol dengan
baik. Oleh karena itu harus dapat diberikan solusi berupa inovasi teknologi yang
dapat meningkatkan produktifitas tanah ultisol (Sudaryono, 2009).
Penambangan batubara dengan sistem terbuka (open pit mining) dilakukan
dengan cara pengupasan tanah penutup bahan tambang. Tanah penutup
dikeluarkan dari areal tambang dan bahan tambang digali dan diangkut keluar.
Setelah seluruh bahan tambang dikeluarkan, maka terjadi sisa lubang-lubang
galian berupa kolong-kolong. Pada perusahaan yang memiliki izin kuasa
penambangan (KP), kolong-kolong lubang galian ini ditimbun kembali dengan
tanah yang diambil dari tanah sekitar ataupun dari tanah penutup sebelumnya.
Apabila penutupan kembali ini dilakukan kurang tepat, maka tanah lapisan atas
yang memiliki kesuburan tinggi bercampur dengan tanah lainnya atau tertimbun
dibagian bawah. Sebaliknya tanah lapisan bawah yang belum mengalami
perkembangan (tidak subur) justru berada dilapisan atas. Daya dukung tanah
bekas sistem penambangan terbuka konvensional ini menjadi rendah dan bahkan
dengan struktur tanah yang rusak, sehingga berpeluang mudah tererosi (Subowo,
2011).
Kegiatan penambangan batubara mengakibatkan terbentuknya lubang yang
sangat besar dan dalam berkisar 20-100 meter dan juga terdapat tumpukan-
tumpukan tanah dengan kemiringan tertentu. Lubang yang dalam juga lereng yang

5
miring itu merupakan perubahan bentang alam yang terjadi dan areal ini harus
direklamasi. Reklamasi atau back filling merupakan penimbunan kembali
perubahan bentang alam tersebut sehingga menjadi posisi seperti awal sebelum
terjadinya penambangan. Reklamasi ini menggunakan bahan-bahan yang sudah
digali pada saat pertama penggalian dan ditimbun secara acak menggunakan alat
berat. Bahan timbunan tersebut pada posisi asalnya tidak membahayakan
lingkungan, akan tetapi setelah dibongkar dan diangkut keluar dan teroksidasi
sehingga membentuk kesetimbangan baru. Misalnya tersingkapnya lapisan pirit,
munculnya garam-garam yang dapat meracuni tanaman dan bahan pencemar
lingkungan sehingga tanaman tidak mampu tumbuh baik (Purnamayani et al.,
2015).
Tanah bekas tambang mempunyai kekurangan-kekurangan antara lain, sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Masalah dari sifat fisik tanah antara lain tekstur
tanah. Tanah lahan bekas tambang miskin unsur hara dan bahan organik, serta
memiliki struktur yang gembur. Masalah kimia tanah berhubungan dengan
kemasaman tanah dan (pH), kekurangan unsur hara, dan sisa mineral beracun
(Mashud dan Manaroinsong, 2014). Pattimahu (2004) membagi kondisi kerusakan
lahan pasca tambang menjadi menjadi kerusakan fisik, kimia dan biologi.
Pertambangan batubara baik permukaan dan bawah permukaan menyebabkan
kerusakan besar pada flora, fauna, hubungan hidrologi dan tanah sifat biologi dari
sistem
PT. Nan Riang terletak di Desa Ampelu, Kecamatan Muara Tembesi,
Kabupaten Batanghari. Topografi wilayah adalah berupa dataran dan perbukitan.
Sebagian besar merupakan kebun karet dan semak belukar yang ditemukan pada
morfologi perbukitan, sedangkan pada daerah rendah yang merupakan dataran
umumnya ditempati rawa-rawa dan tumbuhan ilalang. Secara geografis sebelah
selatan merupakan dataran rawa, sebelah utara daerah kebun karet dan sebelah
timur merupakan pemukiman penduduk sekitar. Sifat-sifat tanah adalah: tanah
warna campuran, tidak berstruktur atau pejal (massif), tekstur halus sampai sangat
halus dominan liat. Perusahaan ini telah melakukan revegetasi dengan penanaman
jambu biji, jabon, rambutan, dan kelapa sawit (Purnamayani et al., 2015).

6
Menurut hasil penelitian Simanjorang (2017) dan Manalu (2017),
menjelaskan hasil analisis tanah di PT. Nan Riang di Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari menunjukkan bahwa C-organik 0,08-1,58% (sangat
rendah-rendah), pH berkisar 3,6-4,1 (sangat masam), KB 20 %-76% (rendah-
tinggi), KTK 5,49 me/100g-19,06 me/100g (rendah-sedang), N-total 0,01 %-
0,08% (sangat rendah), P-total 3,63 mg/kg-20,36 mg/kg (sangat rendah-sedang),
K-total 2,57 mg/kg-45,60 mg/kg (sangat rendah-tinggi) dengan tekstur lempung,
lempung berdebu, lempung berliat, lempung berpasir, dan lempung liat berdebu.
Konsistensi pada permukaan teguh, pada lapisan bawah sangat teguh, dan
kandungan unsur hara makro primer dan sekunder tergolong sangat rendah
(0,01% - 4,56%). Ketahanan tanah tergolong cukup tinggi dengan nilai penetrasi
(1,50 - >4,50).

2.2. Reklamasi Lahan


Program reklamasi lahan bekas tambang merupakan program wajib yang
harus dilakukan oleh setiap perusahaan baik swasta maupun non swasta, dimana
peraturan kewajiban reklamasi tambang sudah diatur oleh UU No. 4 Tahun 2009
pasal 96 dan diikat oleh Perpu No. 78 tahun 2010 pasal 2 ayat 1 tentang
Reklamasi Pasca Tambang. Kewajiban melakukan reklamasi untuk lahan bekas
tambang telah berjalan di beberapa daerah di indonesia, beberapa diantaranya
adalah di Provinsi Jambi, Kabupaten Bangka dan Kalimantan Selatan. Daerah-
daerah tersebut merupakan daerah yang telah melaksanakan prograikm reklamasi
(Munir dan Diah, 2017). Menurut Permen ESDM Nomor 26 tahun 2018 tentang
pedoman pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik dan pengawasan
pertambangan mineral dan batubara, diutarakan bahwa reklamasi adalah kegiatan
yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukkannya.
Upaya reklamasi lahan bekas penambangan terbuka dilakukan dengan
menutup kembali kolong yang terbuka dengan tanah penutup (overburden) hasil
galian dari blok tersebut. Tanah penutup diratakan dan dipadatkan dengan sistem
teras bangku datar dengan lebar bangku teras >5 m, tinggi vertikal interval <2 m,

7
dan kemiringan tebing teras ±60%. Pengaturan bentuk lahan dengan membentuk
teras bangku bertingkat. Jumlah bangku teras disesuaikan dengan volume tanah
penutup dan ruang yang tersedia di areal penimbunan. Teras bangku merupakan
teknik konservasi yang paling efektif mencegah erosi pada tanah yang mempunyai
solum dalam dan berstruktur baik, namun dengan biaya konstruksi lebih mahal
Beban biaya konstruksi ini menjadi lebih murah, karena dilakukan sejalan dengan
biaya untuk kegiatan penambangan itu sendiri. Dengan konstruksi ini diharapkan
kapasitas bangku teras meresapkan aliran air permukaan memadai dan juga
pemanfaatan bangku teras untuk budidaya tanaman mudah dilakukan. Agar
reklamasi lahan ini optimal juga dilengkapi saluran pembuangan air untuk
mengurangi kecepatan aliran air limpasan dengan membuat saluran pengelak,
saluran pembuangan air, dan dam pengendali (Subowo, 2011).
Zulkarnain (2014) telah melaksanakan penelitian terhadap lahan bekas
tambang batubara yang telah direklamasi selama kurun waktu 5 tahun, hasil
analisis tanah pada lahan bekas tambang batubara yang telah direklamasi selama
kurun waktu 5 tahun menunjukkan bahwa : KTK tanah sebesar 19,00 me 100 g-1
tanah (tergolong sedang), KB sebesar 100% (tergolong sangat tinggi), C-organik
sebesar 1,30% atau setara dengan 2,24% bahan organik (tergolong rendah) dan P
tersedia sebesar 6,30 ppm (tergolong rendah). Berdasarkan kriteria yang ada maka
status kesuburan tanah tersebut tergolong sedang.

2.3. Pupuk Kandang Kotoran Ayam


Pupuk Kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor,
kalium dan hara lainnya. Unsur nitrogen adalah salah satu hara utama bagi
sebagian besar tanaman yang dapat diperoleh dari pupuk kandang. Kekurangan
kalium pada sebagian lokasi tertentu tanaman tidak dapat dikoreksi dengan
takaran umum pupuk kandang. Kebutuhan beberapa tanaman dapat diperoleh
dengan aplikasi pupuk kandang >25 t /ha-1. Nitrogen dari pupuk kandang
umumnya dirubah menjadi bentuk nitrat tersedia. Nitrat adalah mudah larut dan
bergerak kedaerah perakaran tanaman. Bentuk ini sama dengan bentuk yang bisa
diambil oleh tanaman dari sumber pupuk anorganik dari pabrik (Hartatik dan
Widowati, 2006).

8
Pupuk kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi
tergantung jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak. Biasanya petani
selain mengusahakan lahan juga mengusahakan ternak, sehingga pukan
merupakan komponen pupuk pertanian. Akan tetapi pukan yang tersedia kurang
mencukupi kebutuhan, sehingga penggunaannya kadang kurang memberikan
peningkatan hasil yang berarti dan kontinu (Hartatik dan Widowati, 2006).
Baherta (2009) dalam (Yuliana et al., 2015) menjelaskan kandungan kotoran
ayam dalam setiap tonnya adalah 10 kg N, 8 kg P2O5 dan 4 kg K2O. Jumlah
pemberian pupuk kandang ayam rata-rata yang biasa diberikan di indonesia
berkisar 20-30 ton/ha.
Selain itu, pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak
tanah, menyediakan unsur hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan
belerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molybdenum) selain itu,
pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, aktivitas
mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah.
Pupuk kandang ayam dapat memberikan kontribusi hara yang mampu mencukupi
pertumbuhan bibit tanaman, karena pupuk kandang ayam mengandung hara yang
lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya (Santoso et al., 2004).
Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk tanaman merupakan suatu siklus
unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumber
daya alam yang terbarukan, disisi lain penggunaan pukan dapat mengurangi unsur
hara yang bersifat racun bagi tanaman. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk
kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim
pertama. Hal ini terjadi karena pukan ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit
yang sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006).

2.4. Peranan Bahan Organik


Pemberian bahan organik pada tanah tentunya dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah tersebut. Sifat tanah secara kimia dapat meningkatkan ketersediaan unsur
hara yang mana ketersediaan unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk dapat
tumbuh dan secara fisik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga perakaran

9
tanaman dapat berkembang. Menurut Sutanto (2002), penggunaan bahan organik
pada tanah memberi keuntungan antara lain struktur tanah menjadi lebih baik,
mengandung kurang lebih 16 macam unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman, aktifitas mikroorganisme menguntungkan lebih baik, dan
mudah diperoleh di pedesaan. Hardjowigeno (2003), menambahkan bahwa
pemberian bahan organik ke tanah akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia
dan biologi tanah secara simultan, pengaruhnya adalah memperbaiki aerase tanah,
menambah kemampuan tanah menahan unsur hara, meningkatkan kapasitas
menahan air, meningkatkan daya sangga tanah, sebagai sumber unsur hara dan
sumber energi bagi mikroorganisme tanah.
Menurut hasil penelitian Rusnetty (2000), menunjukkan bahwa pemberian
bahan organik pada tanah dapat meningkatkan pH, P Tersedia, N Total, KTK,
Kdd dan menurunkan Al-dd, erapan P, fraksi Al dan Fe dalam tanah, sehingga
dapat meningkatkan kandungan P tanaman, dan yang mana pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil tanaman. Menurut Bagaskara (2011), unsur makro N, P, dan
K mempunyai peranan masing-masing untuk tanaman diantaranya unsur nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan daun dan pembentukan batang serta cabang.
Khususnya pada tanaman kacang-kacangan yang memiliki nodul akar, dapat
memanfaatkan bakteri yang ada di udara. Unsur fosfor diperlukan bagi tanaman
untuk perkembangan biji dan akar. Sementara unsur kalium berfungsi untuk
membentuk bunga dan buah serta membantu tanaman melawan penyakit.

2.5. Deskripsi Tanaman Sengon


Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) merupakan jenis tanaman
kehutanan cepat tumbuh (fast growing species) yang banyak dibudidayakan di
Indonesia (Siregar dan Saimima, 2011). Sengon menjadi tanaman unggulan yang
dibudidayakan oleh petani dan masyarakat pada beberapa lahan hutan rakyat.
Karakter lain tanaman sengon adalah tajuknya yang ringan dan terbuka, sehingga
sangat potensial untuk dibudidayakan secara agroforestri bersama tanaman
pangan (Wijayanto dan Pratiwi, 2011). Hutan sengon juga merupakan tegakan
yang dapat dikelola secara agroforestri dengan beberapa tanaman pertanian
(Indrajaya, 2013).

10
Sengon dapat tumbuh mulai dari pantai 1600 mdpl, tetapi pada umumnya
pertumbuhannya akan optimum jika tumbuh pada kisaran 0-800 mdpl. Sedangkan
di Pulau Jawa, jenis ini diduga tumbuh paling baik pada ketinggian antara 250-
400 mdpl, pada iklim lembab dan panas dengan suhu rata-rata pertahun berkisar
antara 26°C-30°C. Jenis ini dapat ditanam pada tapak yang tidak subur tanpa
pemupukan, namun demikian pada lahan-lahan dengan drainase yang jelek, jenis
ini tidak tumbuh dengan baik (Hidayat, 2002).

11
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di areal konsesi pertambangan batubara PT
Nan Riang yang berada di Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muaro Tembesi,
Kabupaten Batanghari, Provinsi jambi (Lampiran 1). Lama penelitian ini
diperkirakan selama 6 bulan dari bulan September hingga Februari 2020.
Tabel 1. Rencana jadwal penelitian
Rencana Bulan Ke -
Kegiatan I II III IV V VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Areal
Persiapan Bibit
Pembuatan
Lubang Tanam
Pemberian
Perlakuan
Pupuk Kandang
Penanaman
Pemeliharaan
Tanaman
Pengukuran
Analisis Data
Laporan

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit tanaman sengon
solomon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby dan Grimes) umur 4 bulan yang
lolos quality control, kapur dolomit, NPK (15:15:15) dan pupuk kandang kotoran
ayam. Alat yang digunakan adalah ajir, parang, tali rafia, cangkul, dodos,
timbangan digital, meteran, jangka sorong, alat tulis, alat dokumentasi, kertas
label, alat penyiraman, oven dan lain-lain.

3.3. Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), kelompok
didasarkan atas pemotongan arah aliran air. Perlakuan yang dicobakan dosis
pupuk kotoran ayam yang terdiri dari 5 taraf. Masing- masing taraf perlakuan

12
diulang 5 kali sehingga diperoleh 25 petak percobaan (Lampiran 3). Setiap satuan
petak percobaan terdiri dari 9 tanaman sehingga diperoleh total bibit sebanyak
225 tanaman. Setiap petak percobaan diambil 9 tanaman sampel (Lampiran 4).
Perlakuan dosis pupuk kandang kotoran ayam pada lubang tanam yang
dicobakan didasarkan atas hasil analisis C-Organik awal tanah bekas tambang
batubara. Dosis yang dicobakan untuk meningkatkan C-Organik mencapai
kandungan C-Organik tanah dalam kriteria sedang (2,5%) menurut kriteria
penilaian sifat kimia tanah (Lampiran 5). Perhitungan seperti pada Lampiran 6.
Untuk mencapai C-Organik kriteria sedang dibutuhkan 3,2 kg pupuk kandang
kotoran ayam per lubang tanam. Atas dasar hal tersebut disusunlah perlakuan
sebagai berikut :
b0 : tanpa pupuk kandang
b1 : 1,5 kg per lubang tanam
b2 : 3 kg per lubang tanam
b3 : 4,5 kg per lubang tanam
b4 : 6 kg per lubang tanam
Model persamaan Rancangan Acak Kelompok :
Yij = µ +ti + βj + ϵij
Ket :
i = 1,2,3,4,5dan j = 1,2,3,4,5
Yij = Nilai pengamatan pada faktor taraf pupuk kandang kotoran ayam
ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
ti = Pengaruh perlakuan taraf pupuk kandang kotoran ayamke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
ϵij = Pengaruh acak/ galat

3.4. Pelaksanaan Penelitian


3.4.1. Persiapan Areal
Kegiatan awal dalam persiapan areal yaitu pemilihan lokasi yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu disposal tidak aktif. Selanjutnya dilakukan
pembagian kelompok/ulangan berdasarkan kelerengan dan petak percobaan.

13
Setelah itu dilakukan pembersihan gulma disekitar lokasi tanam lalu dilakukan
pemasangan ajir menggunakan bambu setinggi 1 m sesuai jarak tanam yaitu 3
meter x 3 meter untuk mempermudah pembuatan lubang tanam.

3.4.2. Persiapan Bibit


Bibit sengon diperoleh dari areal pembibitan PT Nan Riang. Bibit yang akan
digunakan adalah bibit yang lolos seleksi dengan umur 4 bulan berbatang tunggal
lurus, batang sudah berkayu, bebas dari serangan hama dan penyakit, tinggi 65 cm
- 70 cm, diameter 4 mm – 6 mm dan jumlah daun 4-5 helai.

3.4.3. Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dengan mengunakan cangkul dan dodos, dengan
ukuran lubang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm seperti Lampiran 7. Selanjutnya
dibiarkan terbuka selama 7 hari.

3.4.4. Pemberian Perlakuan Pupuk Kandang


Tanah lapisan atas dimasukkan terlebih dahulu ke lubang tanam, lalu
ditambahkan pupuk kandang kotoran ayam sesuai perlakuan dan kapur dolomit
0,385 kg/lubang tanam (± setara dengan 1 kali Al-dd, Lampiran 8) sebagai pupuk
dasar, lalu dicampurkan merata dan diinkubasi selama 1 minggu.

3.4.5. Penanaman
Langkah awal membuat lubang tanam seukuran polybag, lalu tanaman
dimasukkan secara tegak lurus dengan kondisi tanaman telah dilepaskan dari
polybag lalu ditutup kembali dengan tanah yang tersisa atau lapisan bawah. Pupuk
NPK (15:15:15) diberikan satu minggu setelah tanam dengan dosis yang sama
yaitu 100 g per pokok tanaman. Pupuk diberikan di dalam lubang pada jarak 10
cm dari pokok tanaman dan kedalaman lubang 15 cm.

14
3.4.6. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiraman,
penyiangan, dan pengendalian hama penyakit. Bila ada tanaman yang mati maka
dilakukan penyulaman. Bila tanaman sampel yang mati maka dilakukan
penggantian tanaman sampel. Penyiraman dilakukan pada pagi hari atau sore bila
tidak terjadi hujan berturut - turut selama dua hari. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara terpadu apabila dibutuhkan.

3.5. Variabel yang Diamati


3.5.1. Variabel Sifat Kimia Tanah
Pada sebelum dan akhir penelitian dilakukan pengambilan tanah pada setiap
petak percobaan (Lampiran 4), yaitu di dekat zona perakaran (disisi kiri dan
kanan) tanaman sampel dengan kedalaman 0-20 cm menggunakan bor tanah
untuk penetapan sifat kimia tanah. Parameter dan metoda analisis beberapa sifat
kimia tanah disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Parameter dan Metoda Analisis
No. Variabel Satuan Metode Keterangan
Sebelum dan Akhir
1. pH H2O - pH Meter
Penelitian
Sebelum dan Akhir
2. Al-dd me/100gr Metode KCL 1N
Penelitian
Metode Wakley and Sebelum dan Akhir
3. C-Organik %
Black Penelitian
Ekstraksi NH4OAc pH 7 Sebelum dan Akhir
4. KTK me/100gr
1N Penelitian
Sebelum dan Akhir
5. N-total % Metode Kjeldahl
Penelitian

3.5.2. Variabel Tanaman


3.5.2.1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman awal dilakukan 1 minggu setelah penanaman
(t0), pengukuran selanjutnya dengan interval 2 minggu (t1, t2, sampai t8).
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari tanda garis putih yang dibuat (± 5 cm
diatas leher akar) sampai titik tumbuh tertinggi tanaman. Alat yang digunakan
dalam mengukur tinggi tanaman adalah meteran dengan satuan centimeter. Hasil

15
pertambahan tinggi tanaman selama penelitian diperoleh dari selisih antara
pengukuran tinggi terakhir (t8) dengan pengukuran awal (t0).

3.5.2.2. Diameter Tanaman


Pengukuran diameter dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi
tanaman. Agar standar pengukuran tidak berubah, maka pengukuran dilakukan
pada tanda garis putih di tempat pengukuran tinggi. Alat yang digunakan untuk
mengukur diameter tanaman adalah jangka sorong dengan satuan mm.

3.6. Analisis Data


Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka
data dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam (analisist of
variance = ANOVA) dengan taraf 1% dan 5%, kemudian dilanjutkan dengan uji
duncan multiple range test (DMRT) dengan taraf 5% untuk melihat perbedaan
diantara perlakuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan


Kacang Jenis Pelanduk Dan Gajah. http//baskara90.wordpress.com/2011/01/
03/Pengaruhpemberian-pupuk-npk-terhadappertumbuhan-kacang-jenis-
pelanduk-dangajah/. Diakses pada tanggal 30 Januari 2019.
Dinas Energi dan Sumber Mineral Provinsi Jambi. 2017. Jumlah Izin Usaha
Perusahaan (IUP) 2017. Provinsi Jambi, Jambi.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Hartanto H. 2011. Cara Pembudidayaan Sengon. Brilliant Book. Yokyakarta.
Hartatik W dan L.R Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Organik
Fertilizer and Bio Fertilizer (Pupuk Kandang). Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Hidayat J. 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes Falcataria (L.) Nielsen.
No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta.
Indrajaya Y. 2013. Penentuan daur optimal hutan tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dengan metode Faustmann. Jurnal
Penelitian Agroforestry 1(1):31-40.
Manalu DP. 2017. Evaluasi Sifat Kimia dan Kesuburan Tanah Di Areal
Reklamasi Pasca Tambang Batubara (Studi Kasus di PT. Nan Riang, Desa
Ampelu Mudo, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari). Skripsi
[Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Marlina N, RIS Aminah, Rosmiah, dan LR Setel. 2015. Aplikasi Pupuk Kandang
Kotoran Ayam pada Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Biosaintifika, Vol.7
No. 2 Tahun 2015. Palembang
Mashud N dan E Manaroinsong. 2014. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang
Batubara untuk Pengembangan Sagu. Balai Penelitian Tanaman Palma Vol.
15 No. 1. Manado.
Munir M dan RRDN Setyowati. 2017. Kajian Reklamasi Lahan Pasca Tambang
di Jambi, Bangka, dan Kalimantan Selatan. Klorofil Vol. 1 No. 1, 2017: 11-
16. Surabaya.
Muswita, P Murni, dan L Herlina. 2008. Pengaruh Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg). Vol. 1 No. 1. FKIP
Universitas Jambi.
Pattimahu DV. 2004. Restorasi lahan kritis pasca tambang sesuai kaidah ekologi.
http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/debby_pattimahu.pdf. diakses
pada tanggal 22 Februari 2019.

17
Purnamayani R, J Hendri, dan H Purnama. 2016. Karakteristik Kimia Tanah
Lahan Reklamasi Tambang Batubara di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar
Nasional Lahan Suboptimal 2016. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP). Jambi.
Purnamayani R, E Salvia, dan H Purnama. 2017. Revegetasi Lahan Bekas
Tambang Batubara Melalui Aplikasi Pupuk Kandang dan Mikoriza.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2017. ISBN : 978-979-587-
748-6. Palembang.
Rusnetty. 2000. Beberapa Sifat Kimia Erapan P, Fraksionasi Al dan Fe Tanah,
Serapan Hara, serta Hasil Jagung Akibat Pemberian Bahan Organik dan
Fosfat Alam pada Ultisols Sitiung. Disertasi [Tidak Dipublikasikan].
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Santoso B, F Haryanti, dan SA Kadarsih. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk
Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Serat Tiga Klon Rami
di Lahan Aluvial Malang. Jurnal Pupuk Vol. 5 No. 1.
Saputra D. 2018. Respon Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria) Terhadap Pemberian Top Soil di Lahan Pasca Tambang
Batubara. Skripsi [Tidak Dipublikasikan]. Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Jambi.
Setyowati RDN, NA Amala, dan NNU Aini. 2017. Studi Pemilihan Tanaman
Revegetasi Untuk Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Jurnal
Teknik Lingkungan Vol. 3 No. 1 September 2017: 14-20. Fakultas Sains
dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Simanjorang BN. 2017. Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman di
Areal Reklamasi Pasca Tambang Batubara (Studi Kasus di PT. Nan Riang,
Desa Ampelu Mudo, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari).
Skripsi [Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Siregar UJ dan PA Saimima. 2011. Study alfa-amylase inhibitor pada pohon
sengon provenan kediri, Solomon dan Subang. Jurnal Silvikultur Tropika
2(1):52-58.
Subowo G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya
Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya
Lahan dan Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 5 No 2.
Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan
Batubara Sanggatta, Kalimantan Timur. J. Teknik Lingkungan 10 (3) : 337-
336.
Sukarman R, Kainde, J Rombang, dan A Thomas. 2012. Pertumbuhan Bibit
Sengon (Paraserianthes falcataria) Pada Berbagai Media Tumbuh. Jurnal
Eugenia Vol. 18 No. 3 Desember 2012. Fakultas Pertanian Unsrat Manado.

18
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tantiasari RP. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur Dolomit
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe (Capsicum frutescens L.)
Pada Tanah Berpasir. Skripsi [Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Pertanian
dan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Wicaksono AP dan I Mansur. 2014. Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon
(Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) Terhadap Pemupukan dan
Pengapuran di Areal Bekas Tambang. Jurnal Silvikultur Tropika. 5(3): 181-
187.
Wijayanto N dan E Pratiwi. 2011. Pengaruh naungan dari tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap pertumbuhan tanaman
porang (Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur Tropika 2(1):46-
51.
Yuliana, E Rahmadani, dan I Permanasari. 2015. Aplikasi Pupuk Kandang Sapi
dan Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) di Media Gambut. Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 2,
Februari 2015 : 37-42. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
dan Peternakan, UIN Suska Riau.
Zulkarnain. 2014. Status Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batubara
yang Telah Direklamasi. Media Sains Volume 7 No. 1 April 2014. ISSN
2085-3548.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Peta Administrasi Kecamatan Muara Tembesi

20
Lampiran 2. Gambar Peta Lokasi Penelitian

21
Lampiran 3. Denah Percobaan Menurut RAK
b
I b2 b0 b4 b1 b3
a

II b3 b2 b0 b4 b1

III b0 b3 b1 b2 b4

IV b4 b1 b2 b3 b0

V b1 b4 b3 b0 b2

Keterangan :
I, II, III, IV = Ulangan / Kelompok
a = Jarak antar kelompok (3 m)
b = Jarak antar perlakuan (3 m)
= Arah Aliran Air

22
Lampiran 4. Denah Tanaman dalam Petak Percobaan

3m

3m

Keterangan :

Jarak tanam =3mx3m

Keterangan: Tanaman sampel untuk variabel tanah dan tanaman.

23
Lampiran 5. Perhitungan Dosis pupuk kandang yang diperlukan

Volume Lubang Tanam = 40 cm x 40 cm x 40 cm

= 64.000 cm3

BV = 1,2 kg/l

Berat tanah = Volume x Bv

= 64.000cm3 x 1,2 g/cm3

= 76.800 g

Kriteria sedang C – organik tanah = 2,5 %

C – organik aktual = 1,5 %

Selisih =1%

1
C – organik diperlukan = 100 𝑥 76,8

= 0,768 kg

Sumber C – organik pupuk kandang kotoran ayam = 24 %

100
Bahan organik yang diperlukan = 𝑥 0,768 kg
24

= 3,2 kg

Dibutuhkan 3,2 kg untuk meningkatkan C – Organik tanah menjadi kriteria


sedang.

24
Lampiran 6. Kriteria penilaian sifat kimia tanah

Sangat Sangat
Parameter tanah* Satuan Rendah Sedang Tinggi
rendah tinggi
C % <1,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-5,0 >5,0
N % <0,1 0,1-0,2 0,21- 0,51- >0,75
0,50 0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 (HCl 25%) mg/100g <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 (Bary 1) ppm <10 10-15 16-25 25-35 >35
P2O5 (Olsen) ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O (HCl 25%) mg/100g <10 10-20 21-40 41-60 >60
K2O (Morgan) ppm <8 8-12 12-21 21-36 >36
KTK tanah cmol +/kg <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan kation:
Ca2+ cmol +/kg <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg2+ cmol +/kg <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
K+ cmol +/kg <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na+ cmol +/kg <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Kejenuhan basa % <20 20-35 36-60 61-80 >80
Kejenuhan % <5 5-20 21-30 31-60 >60
Aluminium
Cadangan % <5 5-10 11-20 21-40 >40
mineral
Salinitas/DHL dS/m <1 1-2 2-3 3-4 >4
Persentase Na- % <2 2-3 4-10 11-15 >15
tukar/
ESP
Reaksi tanah Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
masam masam alkalis
pH-tanah (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
Sumber: Pusat Penelitian Tanah, 1983 dalam Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan Tanah (2014).

25
Lampiran 7. Lubang Tanam

Lubang tanam yaitu 40 cm x 40 cm x 40 cm = 64.000 cm3 / 64 L

40 cm 40 cm

40 cm

26
Lampiran 8. Dosis Kapur yang dibutuhkan
Rata-rata hasil analisis Al-dd yaitu 54,5 me Al-dd/kg.

100% Al-dd dinetralkan :

Kebutuhan Kapur berdasarkan Ca = 1 x Aldd x Mr/valensi

= 1 x 54,5 me/kg x 40/2 mg/me

= 1090 mg/kg

= 1,09 g/kg

Kapur Dolomit [CaMg(Co3)2] = 184/40 x 1,09 g/kg

= 5,014 g/kg

Volume Lubang Tanam = 40 cm x 40 cm x 40 cm

= 64.000 cm3

= 64 liter

BV = 1,2kg/l = 64 liter x 1,2 kg/liter

= 76,8 kg

Jumlah dolomit tiap lubang tanam:

100% Al-dd = 5,014 g dolomit/ kg x 76,8 kg

= 385,07 g dolomit/ lubang tanam

= 0.385 kg dolomit/lubang tanam

27
Lampiran 9. Pengujian Sampel Tanah

28

Anda mungkin juga menyukai