Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341539875

BAB 2 - NUTRISI TANAMAN

Book · May 2020

CITATIONS READS

0 15,058

1 author:

Sufardi Sufardi
Syiah Kuala University
45 PUBLICATIONS   37 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Genetic Improvement View project

EFEKTIVITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN FUNGI SELULOLITIK TAHAN KEKERINGAN SEBAGAI PUPUK HAYATI SPESIFIK LOKASI TERHADAP KUALITAS BIOLOGI
TANAH DAN HASIL JAGUNG View project

All content following this page was uploaded by Sufardi Sufardi on 21 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB II

NUTRISI TANAMAN

Tumbuhan pada prinsipnya sama dengan manusia yaitu membutuhkan zat


makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Perbedaannya terletak pada cara mengolah dan memperoleh makanan dari
habitatnya. Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme (makhluk hidup)
yang bersifat autotropik yaitu mampu memproduksi sendiri makanan dari
alam dengan melakukan asimilasi (sintesis) dari unsur-unsur yang sederhana
membentuk zat makanan yang kompleks yang dapat pula dikosumsi oleh
makhluk hidup lainnya termasuk manusia dan hewan (Dris et al., 2002).
Sebagai sumber energi untuk melakukan asimilasi, tumbuhan
menggunakan sinar matahari untuk berfotosintesis (Barker dan Pilbeam,
2007). Hasil fotosintesis ini, tumbuhan mampu memproduksi bebrbagai
senyawa kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin sebagai
zat makanan yang akan dikonsumsi oleh manusia dan hewan. Berdasarkan
pengertian itu pula maka manusia dan hewan dikenal sebagai organisme
heterotropik yaitu hanya mampu menkonsumsi makanan yang siap saji
(kompleks) tanpa mampu melakukan sintesis di dalam tubuhnya. Dengan
demikian, zat makanan tumbuhan adalah berupa unsur-unsur sederhana.
Unsur-unsur sederhana yang dibutuhkan oleh tumbuhan ini dikenal dengan
unsur hara (nutrients) atau nutrisi tanaman.

2.1. Definisi dari Ruang Lingkup


Unsur hara atau disebut juga dengan nutrisi tanaman ialah unsur-unsur
(elemen) kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan proses-
proses fisiologis agar kehidupan tanaman tersebut berlangsung dengan baik.
Saat ini, tidak kurang dari enam belas jenis unsur diketahui memiliki peranan
yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Jones et al., 1991). Nama-nama
unsur dan bentuk yang diserap oleh tanaman dapat dilihatpada Tabel 2.1.

27
28 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Selain 16 macam unsur tersebut, masih ada beberapa unsur yang lain yang
juga dipertimbangkan sebagai unsur hara tanaman seperti : silikon (Si),
natrium (Na), kobalt (Co), dan vanadium (V). Unsur-unsur ini ternyata
diketahui penting pada beberapa organisme, terutama jika unsur utama tidak
tersedia. (Chapman, 1978).

Tabel 2.1. Bentuk unsur hara yang diserap tanaman dan kemungkinan pupuk
yang dapat diberikan untuk mencukupi hara tersebut.
Jenis pupuk yang dapat
Nama Unsur Unsur Bentuk diserap
Diberikan
Karbon C CO2
Hidrogen H H2O, H2, H+ Udara atmosfer, hujan
Oksigen O O2, CO2
Nitrogen N NO3- NH4+ Urea, Amonium sulfat (ZA)
KNO3, NaNO3
Fosfor F H2PO3, HPO4- ES, TSP, SP-36, Ca(H2PO4)2
Guano, Apatit
Kalium K K+ KCl, K2SO4, (ZK), KNO3
Kalsium Ca Ca2+ CaCO3, dolomit [Ca,Mg(CO3)2],
CaO, Ca(OH)2
Magnesium Mg Mg2+ Dolomit, MgSO4
Sulfur S SO42- ZA, K2SO4, S elementer
Besi Fe Fe2+ FeSO4
Mangan Mn Mn2+ MnCl2, MnSO4
Seng/Zinc Zn Zn2+ ZnSO4
Tembaga Cu Cu2+ CuSO4
Boron B H2BO3-, HBO32- Borax
Molibdenum Mo MoO42- NH4 molibdat
Khlor Cl Cl- CaCl2, NaCl
Sumber: Tisdale et al. (1997)

Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa hampir semua unsur kecuali C, H,


dan O diserap tanaman dalam bentuk ion atau bentuk terlarut, baik dalam
bentuk kation atau anion. Tiga unsur utama yakni karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O) merupakan senyawa yang terlibat langsung dalam proses
fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau ketika klorofil menerima
cahaya matahari. Di dalam proses ini, molekul air (H2O) dipisahkan dan
kation H+ bersenyawa dengan karbon dioksida (CO2) membentuk karbohidrat
dan molekul oksigen (O2). Reaksi fotosintesis dapat ditunjukkan pada
persamaan berikut (Salesburry dan Ross, 2005) :
Sinar Mh
CO2 + H2O C6H12O6 + O2 (2)
Klorofil

Unsur C, H, dan O secara langsung dapat diserap melalui udara (CO2, O2)
dan air. Molekul air (H2O) diserap tanaman melalui absorpsi akar dan karbon

BAB II NUTRISI TANAMAN


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 29

dioksida (CO2) masuk secara difusi ke daun tanaman lewat stomata (Jones et
al., 1991). Proses fotosintesis dipengaruhi dan tergantung pada ketersediaan air
dan status unsur hara (nutrisi) dalam tanaman. Tiga belas unsur lainnya
diasimilasikan oleh tanaman melalui absorpsi akar dalam bentuk ion yang
terdapat di dalam larutan tanah. Unsur nitrogen (N) selain diserap melalui tanah,
juga sebagian besar berasal dari udara atmosfer (80%). Dari atmosfer ini, N
difikasi oleh mikrobia simbiotik pada akar tanaman legum.

2.2. Komponen Bahan Tanaman

Tumbuhan pada prinsipnya sama dengan manusia yantu membutuhkan


zat makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Perbedaannya terletak pada cara mengolah dan memperoleh makanan dari
habitatnya. Tumbuhan merupakan organisme autrotop karena mampu
mengolah unsur-unsur sederhana menjadi zat nutrisi yang kompleks yang
dikonsumsi oleh hewan dan manusia sebagai organisme heterotrop.
Komposisi utama bahan tanaman segar adalah air yang bisa mencapai
90 hingga 95% (Mengel dan Kikrby, 2007), tetapi kandungan air dari
tanaman ini berbeda antara bagian tanaman. Di dalam biji relatif
mengandung air yang lebih rendah dibandingkan dengan di dalam daun, dan
kadar air tertinggi umumnya terdapat di dalam buah. Dengan demikian
persentasi bahan kering tanaman hanya sekitar 5,0-12% dan hal ini sangat
tergantung dari spesies tanaman. Selanjutnya, jika dianalisis kandungan unsur
yang terkandung di dalam tanaman maka umumnya unsur C,H, dan O
merupakan bagian yang paling besar dan ketiga unsur ini dikenal sebagai
penyusun utama senyawa organik tanaman. Karbon (C) merupakan unsur
penyusun utama yang besarnya diperkirakan antara 56-58% dari bahan
kering tanaman, sedangkan H dan O bervariasi antara 10 – 25%. Selebihnya
adalah unsur hara mineral yang komposisinya dalam tubuh tanaman
bervariasi. Menurut Epstein (2004), rata-rata komposisi hara mineral di
dalam bobot kering tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. menunjukkan bahwa komposisi N, K, dan Ca di dalam


tanaman relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan unsur Mg, P, dan S
serta unsur lainnya. Komposisi ketiga unsur mineral tersebut biasanya lebih
dari 0.5 % dari bobot kering tanaman, sedangkan unsur Cl sampai Mo
jumlahnya sangat kecil (<0,01%).

BAB II NUTRISI TANAMAN


30 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Tabel 2.2. Rata-rata Konsentrasi Hara Mineral dalam Bahan Kering


Tanaman pada Taraf Mencukupi

µmol/g Mg/kg No.atom


Unsur Simbol %
Bahan kering (ppm) Relatif
Nitrogen N 1000 - 1,50 1.000.000
Kalium K 250 - 1,00 250.000
Kalsium Ca 125 - 0,50 125.000
Magnesium Mg 80 - 0,20 80.000
Fosfor F 60 - 0,20 60.000
Sulfur S 30 - 0,10 30.000
Khlor Cl 3,00 100 - 3.000
Boron B 2,00 20 - 2.000
Besi Fe 2,00 100 - 2.000
Mangan Mn 1,00 50 - 1.000
Seng Zn 0,30 20 - 300
Tembaga Cu 0,10 6 - 100
Molibdenum Mo 0,001 0,10 - 1

Sumber: Epstein (2004)

2.3. Unsur Hara Esensial dan Non-esensial


Sebagian besar unsur hara tanaman telah ditemukan pada abad ke 18
oleh ahli-ahli tanaman, namun belum diketahui apakah unsur tersebut
esensial atau bukan. Sejak tahun 1980-an, tiga peneliti yaitu : De Saussure,
von Sachs, dan Knop telah menetapkan melalui kajian hidroponik terhadap
unsur Ca, Fe, Mg, N, P dan S pada tanaman dan ternyata unsur-unsur ini
menjadi esensial bagi perkembangan tanaman (Jones et al., 1991). Pada
tahun 1922, Mn terbukti esensial, B dan Zn menambah daftar esensial pada
tahun 1926. Kemudian pada tahun 1939, Mo ditemukan sebagai unsur
esensial dan pada tahun 1954, Cl terbukti esensial. Adapun sejarah penemuan
unsur-unsur esensial selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Unsur esensial merupakan unsur hara yang mutlak diperlukan oleh


tanaman agar kelangsungan hidupnya berjalan normal. Menurut Arnon &
Stout (1939) dalam Prassad dan Power (1997), suatu unsur dikatakan esensial
jika memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Unsur tersebut secara langsung terlibat di dalam gizi tanaman dan jika
kekurangan unsur tersebut, tanaman hara menghasilkan pertumbuhan
yang tidak normal, gagal melengkapi siklus hidupnya, atau tanaman
akan mati sebelum waktunya (premature death)

BAB II NUTRISI TANAMAN


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 31

2. Unsur tersebut harus spesifik dan tidak dapat digantikan oleh unsur yang
lain. Persyaratan kedua ini tidak mutlak karena ada indikasi bahwa
beberapa unsur dapat mengganti unsur lain meskipun sifatnya parsial.
Sebagai contoh, fungsi K dapat diganti secara parsial oleh Na.
3. Unsur tersebut harus memberikan efek langsung pada pertumbuhan atau
metabolisme tanaman dan bukan oleh pengaruh tidak langsung seperti
oleh antagonis dengan unsur yang lain, serta akan memperlihatkan
gejala yang spesifik jika terjadi kekurangan. Sebagai contoh, kekurangan
P memperlihatkan daun berwarna hijau keunguan, kekurangan N
menimbulkan gejala klorosis, dan sebagainya. Ketiga kriteria di atas
dikenal dengan kriteria esensialitas (criteria of essensiality).
Tabel 2.3. Penemu dan penemu esensialitas untuk unsur-unsur esensial
Simbol Penemu Tahun Penemu Esensialitas Tahun
C ** ** De Saussure 1804
H Cavendish 1766 De Saussure 1804
O Priestley 1774 De Saussure 1804
N Rutherford 1772 De Saussure 1804
P Brand 1772 Ville 1860
S ** ** Von Sachs, Knop 1865
K Davy 1807 Von Sachs, Knop 1860
Ca Davy 1807 Von Sachs, Knop 1860
Mg Davy 1808 Von Sachs, Knop 1860
Fe ** ** Von Sachs, Knop 1860
Mn Scheele 1774 McHargue 1922
Cu ** Sommer 1931
**
Lipman & McKinnon 1931
Zn ** ** Sommer & Lipman 1926
Mo Hzelm 1782 Arnon & Stout 1939
B Gay Lussac Sommer & Lipman 1926
1808
& Thenard
Cl Scheele 1774 Broyer et al. 1954
Sumber : Glass (1989)

Berdasarkan pada kriteria di atas, sampai dengan tahun 1954, ke


enambelas unsur hara yang telah disebutkan pada Tabel 12 dianggap sebagai
unsur esensial tanaman, yaitu : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu,
B, Mo, dan Cl. Walaupun demikian, berdasarkan hasil-hasil penelitian
berikutnya telah pula ditemukan beberapa unsur yang juga tidak kalah
pentingnya seperti unsur esensial. Takahashi & Miyake (1977 dalam Mengel
dan Kikrby, 2007) telah mengusulkan Si sebagai unsur esensial, dan Brown
et al. (1987) mengusulkan Ni sebagai unsur esensial (Jones, 1998). Sejumlah
unsur yang lain juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II NUTRISI TANAMAN


32 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

tanaman walaupun tidak ditemukan kriteria-kriteria yang memenuhi sebagai


unsur esensial. Unsur-unsur ini telah ditemukan berfungsi secara parsial
sebagai unsur esensial di dalam tanaman yang sering dikenal sebagai unsur-
unsur bermanfaat (beneficial elements). Marschner’s (2011) memasukkan ke
dalam katagori ini untuk unsur-unsur seperti : sodium (Na), silicon (Si),
cobalt (Co), nickle (Ni), selenium (Se), dan alumunium (Al). Basiony (1984
dalam Jones et al., 1998) juga telah menemukan bahwa vanadium (V) juga
bermanfaat pada tanaman
Uraian di atas menunjukkan bahwa ada unsur esensial dan adapula
unsur yang tidak esensial (non-esensial). Walaupun demikian, tidak mudah
menetapkan bahwa suatu unsur itu tidak esensial pada tanaman, karena
disebabkan beberapa hal berikut :
1. Menghilangkan salah satu unsur dari medium secara lengkap merupakan
hal yang tidak mungkin (mustahil), sehingga non-esensialitas pada
hakikatnya tidak dapat dibuktikan. Oleh karena itu, semua unsur-unsur
ada dalam tanaman yang belum terbukti esensial harus dianggap sebagai
suatu saat kemungkinan dibuktikan sebagai suatu unsur yang esensial.
2. Sebagian organisme dapat mensubstitusi salah satu unsur esensial
dengan unsur lainnya, sehingga seolah-olah unsur-unsur tersebut tidak
memenuhi kriteria esensialitas. Sebagai contoh, Ca dapat digantikan
oleh Sr, Mo dapat digantikan oleh unsur V
3. Suatu organisme mungkin membutuhkan suatu unsur hara jika
menggunakan suatu substrat tertentu tetapi tidak membutuhkan jika
menggunakan substrat lainnya, sehingga esensialitas dalam hal ini
tergantung kepada kondisi khususnya jenis substrat yang tersedia.

2.4. Klasifikasi Unsur Hara


2.4.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Metabolik
Mengel dan Kikrby (2007) membangi unsur hara menurut fungsi
metabolik ke dalam empat kelompok sebagaimana disajikan pada Tabel 2.4.
Kelompok pertama merupakan kelompok unsur hara yang terdiri atas karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Unsur-unsur dalam kelompok ini
berfungsi sebagai pembentuk senyawa organik tanaman seperti karbohidrat,
protein, lemak, asam amino, dan vitamin serta berbagai senyawa organik
lainnya seperti asam nukleat, gula dan sebagainya. Di dalam tanaman,
kelompok unsur ini merupakan unsur esensial yang paling utama karena jika
salah satu dari unsur ini tidak tersedia, maka tanaman gagal melangsungkan
proses hidupnya. Komposisi senyawa organik yang dibentuk dari ke lima

BAB II NUTRISI TANAMAN


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 33

unsur ini bisa mencapai 90-95 persen dari bobot kering tanaman (Salisburry
dan Ross, 1995).

Tabel 2.4. Pengelompokkan unsur hara berdasarkan fungsi metabolik di


dalam jaringan tanaman.

Kelompok Unsur Esensial Fungsi di dalam Tanaman


I C, H, O, N, S Penyusun utama senyawa organik
II P, B Reaksi-reaksi pemindahan energi dan
Karbohidrat

III K, Mg, Ca, Cl Fungsi tidak spesifik atau komponen-


komponen spesifik dari senyawa organik,
atau memelihara keseimbangan ion

Cu, Fe, Zn, Mn, Transpor elektron dan katalis untuk enzim-
IV
Mo enzim

Sumber : Mengel dan Kirkby (2007)


Kelompok II merupakan unsur-unsur yang terlibat di dalam proses dan
reaksi-reaksi pemindahan energi dan karbohidrat. Ada dua unsur yang masuk
dimasukkan dalam kategori II ini yaitu fosfor (P) dan boron (B). Fofor
mempunyai fungsi utama sebagai senyawa berenergi tinggi yang terlibat di
dalam transfer energi, sedangkan boron terlibat dalam berbagai reaksi
enzimatis yang berperan di dalam transfer karbohidrat atau gula di dalam
tubuh tanaman. Kelompok III merupakan sekumpulan unsur yang fungsinya
tidak spesifik namun lebih bersifat sebagai pengimbang dan lebih berperan
secara fungsional. Kelompok ini meliputi unsur K, Mg, Ca, dan Cl yang
banyak berperan sebagai katalisator dan co-faktor dari berbagai aktivitas
enzimatis. Kelompok IV adalah unsur-unsur yang banyak terlibat sebagai
pembawa elektron dan katalis pada berbagai reaksi enzimatis. Kelompok
terakhir ini terdiri atas unsur Cu, Fe, Zn, Mn, dan Mo yang ke semua tersebut
merupakan unsur mikro.

2.4.2. Klasifikasi Menurut Fungsi Osmotik dan Regulasi


Sebagian unsur hara terlibat sebagai pengatur osmotik dan regulasi di
dalam tanaman. Unsur-unsur yang terlibat di dalam fungsi-fungsi di atas
meliputi sebagian besar dari ion metal seperti kalium (K), magnesium (Mg),
dan kalsium (Ca), dan unsur non esensial silikon (Si) dan natrium (Na).
Kalium berperan sebagai pengatur osmotik sel yang berkaitan dengan proses
translokasi nutrisi dan air di dalam tubuh tanaman. Magnesium, kalsium, dan

BAB II NUTRISI TANAMAN


34 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

logam seperti Cu, Zn, Mn, Cl, dan lain-lain terlibat sebagai pengatur pada
proses-proses metabolisme tanaman yang berhubungan dengan fungsi
sebagai ekseptor dan ko-faktor enzim (Mengel dan Kikrby, 2007).

2.4.3. Klasifikasi Menurut Kebutuhan Kuantitatif


Berdasarkan kebutuhan secara kuantitatif unsur-unsur yang
berhubungan dengan nutrisi tanaman dapat dipilahkan kepada tiga kelompok,
yaitu : unsur hara makro (macronutrients), unsur hara mikro (micronutrients),
dan unsur-unsur meracun (toxic elements) atau unsur limbah (waste elements)
(Mengel dan Kikrby, 2007).
1. Unsur Hara Makro (macronutients)
Unsur hara makro ialah unsur yang konsentrasinya dalam jaringan tanaman
lebih besar dari 0,1 persen dari berat kering mutlak. Temasuk ke dalam unsur-
unsur makro ini adalah : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan (Na, Si)
2. Unsur Hara Mikro (micronutrients)
Unsur hara mikro merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang relatif sedikit dan konsentrasi dalam jaringan tanaman
biasanya lebih kecil atau sama dengan 0,01 persen (100 ppm). Termasuk ke
dalam unsur-unsur mikro ini adalah : Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl, dan (Co).

3. Unsur Meracun (toxic elements)


Unsur meracun merupahan unsur-unsur yang memberikan efek yang
dapat meracuni tanaman atau dianggap sebagai limbah industri. Termasuk ke
dalam unsur-unsur meracun adalah : (1) unsur-unsur mikro yang dapat
meracuni tanaman jika berlebihan seperti Fe, Mn, Zn, Cu, dan B, dan (2)
unsur-unsur dari buangan limbah/industri (industrial waste), seperti Flour
(F), alumuniaum (Al), nikel (Ni), timah hitam (Pb), cadmium (Cd), iodium
(I), stronsium (Sr),, chrome (Cr), selenium (Se), arsenic (As), perak (Ag), dan
merkuri (Hg) (Barker dan Pilbeam, 2007).

Dari kriteria konsentrasi, maka bisa saja suatu unsur hara yang dikenal
sebagai unsur mikro pada kebanyakan tanaman, akan menjadi unsur makro
pada tanaman tertentu (Rasyid et al., 2009). Sebagai contoh, unsur Cl dalam
tanaman kelapa ternyata konsentrasi normalnya berkisar 0,5 – 2,0 persen
sehingga bisa dianggap sebagai unsur makro pada tanaman tersebut. Jika
konsentrasi suatu unsur hara esensial di dalam jaringan tanaman berada di
bawah titik tertentu, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan tanaman
dikatakan defisien (kahat) dalam unsur tersebut. Konsentrasi dalam jaringan
yang paling rendah untuk mencapai pertumbuhan maksimum atau mendekati
maksimum disebut dengan konsentrasi kritis (critical concentration) yang

BAB II NUTRISI TANAMAN


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 35

memisahkan antara daerah respons (tanggap) dari daerah cukupan hara


(sufficiency zone), dimana tanaman tidak akan tanggap terhadap pemberian
hara yang bersangkutan (Goetz dan Fergus, 2003).

Pada titik kecukupan hara, penyerapan hara tetap jalan tetapi tidak
menunjukkan peningkatan hasil. Sebaliknya jika konsentrasi di dalam
jaringan melebihi ambang kecukupan hara, maka titik ini disebut dengan
konsentrasi berlebihan dan jika pada konsentrasi ini terjadi keracunan, maka
konsentrasi ini disebut dengan titik meracun atau titik toksisitas (toxicity
point) atau titik di atas level kritis (upper critical level). Konsentrasi kritis
dan berlebihan setiap unsur hara berbeda-beda dan juga bervariasi antar
spesies tanaman (Rengel, 1999; Prassad dan Power, 1997; Marschner’s,
2011). Sebagai pedoman umum, konsentrasi unsur-unsur esensial dalam
jaringan tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Konsentrasi unsur-unsur esensial dalam jaringan tanaman


Kisaran Konsentrasi Konsentrasi
Unsur Simbol
Konsentrasi Kritis Berlebihan
Nitrogen N 0,0 – 3,5 % 2,70% >2.80%
Kalium K 0,2 – 11 % 1,00% >2,30%
Kalsium Ca 0,02 – 5,0 % 0,50% >7,00%
Magnesium Mg 0,02 – 2,5% 0,05% >1,20%
Fosfor P 0,1 – 1,5% 0,20% >1,50%
Sulfur S 0,1 – 1,5% 0,15% >0,60%
Khlor Cl 100 - 2.500 ppm 200 ppm >2.500 ppm
Boron B 10 - 100 ppm 15 ppm >1.000 ppm
Besi Fe 10 - 700 ppm 60 ppm >250 ppm
Mangan Mn 10 - 400 ppm 10 ppm >1.000 ppm
Seng Zn 5 - 100 ppm 10 ppm >320 ppm
Tembaga Cu 1 - 20 ppm 2 ppm >22 ppm
Molibdenum Mo 0,02 – 50 ppm 0,3 ppm >50 ppm

Sumber : Mengel & Kirkby (2007). 1 ppm = 10-4%

Tabel 2.5 memperlihatkan bahwa unsur yang dimulai dari N, P, K, Ca,


Mg, P dan S ternyata konsentrasinya di dalam jaringan tanaman berkisar dari
0 hingga 5 % yang besarnya bergantung pada masing-masing jenis unsur. Hal
ini menunjukkan bahwa konsentrasinya lebih dari 0,1 % sehingga
dimasukkan ke dalam kelompok unsur makro (Chapman, 1978). Selanjutnya
unsur-unsur mulai dari Cl hingga Mo ternyata satuannya dinyatakan dalam
ppm yang menunjukkan bahwa kadarnya di dalam tanaman relatif kecil
sehingga digolongkan sebagai unsur mikro dengan konsentrasi lebih kecil
dari 0,01 % atau biasanya kurang dari 100 ppm kecuali unsur Cl pada

BAB II NUTRISI TANAMAN


36 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

tanaman tertentu yang jumlahnya bisa mencapai 0,5 % (Fageria et al., 2010;
Epstein dan Bloom, 2007).

2.5. Rangkuman

Unsur hara atau disebut juga dengan nutrisi tanaman ialah unsur-unsur
(elemen) kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan proses-
proses fisiologis agar kehidupan tanaman tersebut berlangsung dengan baik.
Saat ini, tidak kurang dari enam belas jenis unsur diketahui memiliki peranan
yang penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S,
Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, dan Cl. Hampir seluruh unsur hara diserap tanaman
dalam bentuk ion kecuali C, H, dan O yang masing-masing diserap dalam
bentuk CO2, air, dan O2. Ketiga unsur terakhir ini terdapat bebas di udara dan
di dalam tanah, sedangkan unsur hara yang lainnya umumnya diserap
tanaman dari dalam tanah atau melalui pemupukan.
Unsur esensial merupakan unsur hara yang mutlak diperlukan oleh
tanaman agar kelangsungan hidupnya berjalan normal. Menurut Arnon &
Stout (1939) suatu unsur dikatakan esensial jika memiliki tiga kriteria sebagai
berikut, yaitu : (1) secara langsung terlibat di dalam gizi tanaman dan jika
kekurangan unsur tersebut, (2) unsur tersebut harus spesifik dan tidak dapat
digantikan oleh unsur yang lain, dan (3) unsur tersebut harus memberikan
efek langsung pada pertumbuhan atau metabolisme tanaman dan bukan oleh
pengaruh tidak langsung seperti oleh antagonis dengan unsur yang lain, serta
akan memperlihatkan gejala yang spesifik jika terjadi kekurangan.
Berdasarkan jumlahnya di dalam jaringan tanaman, maka unsur hara
dibagi atas dua kelompok yaitu unsur hara makro yaitu C, H, O, N, P, K, Ca,
Mg, S dan unsur hara mikro yaitu Fe, Mn, Zn, B, Mo, Cu, dan Cl. Unsur
amkro ialah setiap unsur yang di dalam tanaman jumlahnya mencapai lebih
dari 0,1 % dari bobot kering tanaman, sedangkan unsur hara mikro ialah
unsur yang komposisinya di dalam jaringan tanaman kurang dari 100 ppm
atau 0,01 % dari bobot kering tanaman. Selain itu, unsur hara juga dapat
diklasifikasi berdasarkan fungsi fisiologis dan fungsi osmotik.
Konsentrasi dalam jaringan yang paling rendah untuk mencapai
pertumbuhan maksimum atau mendekati maksimum disebut dengan
konsentrasi kritis (critical concentration). Titik kritis ini merupakan zona
responsif dari unsur hara. Pada titik kecukupan hara, penyerapan hara tetap
jalan tetapi tidak menunjukkan peningkatan hasil. Sebaliknya jika konsentrasi
di dalam jaringan melebihi ambang kecukupan hara, maka titik ini disebut
dengan konsentrasi berlebihan dan jika pada konsentrasi ini terjadi
keracunan, maka konsentrasi ini disebut dengan titik meracun atau titik
toksisitas (toxicity point) atau titik di atas level kritis (upper critical level).

BAB II NUTRISI TANAMAN


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 37

Konsentrasi kritis dan berlebihan setiap unsur hara berbeda-beda dan juga
bervariasi antar spesies tanaman.

2.6. Glossarium

1. Nutrisi Tanaman : zat kimia (unsur hara) yang dibutuhkan oleh


tanaman untuk melangsungkan daur hidupnya.
2. Toksisitas : suatu fenomena tumbuhan yang memperlihatkan tanda-
tanda keracunan dari unsur-unsur tertentu akibat berlebihan.
3. Trace elements : unsur-unsur renik berupa ion logam yang memberikan
efek meracun pada tanaman. Unsur ini sering juga disebut dengan unsur-
unsur meracun (toxic elements).
4. Unsur esensial : unsur hara yang mutlak diperlukan oleh tumbuhan agar
dapat melangsungkan proses-proses hidup secara normal.
5. Unsur hara makro : unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar yang di dalam jaringan tanaman lebih dari 0,1 persen bobot
kering tanaman.
6. Unsur hara mikro : unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit yang di dalam jaringan tanaman kurang dari 0,01 persen
(atau < 100 ppm) dari bobot kering tanaman.

2.7. Daftar Pustaka

Barker, A.V., and D.J. Pilbeam. 2007. Handbook of Plant Nutrition. Taylor
and Francis Publ. CRS Press.
Chapman, H.D. 1978. Diagnostic Criteria for Plants and Soil. Univiversity of
California, Reverside.
Dris, R., F. H. Abdelaziz, and M. Jain. 2002. Plant Nutrition. Growth and
Diagnosis. Sience Publisher.
Epstein, E., and A.J. Bloom. 2004. Mineral Nutrition of Plants: Principles
and Perspectives. 2nd Eddition. John Wiley & Sons, New York.
Fageria, N., K.Virupax, C. Baligar, and C.A. Jones. 2010. Growth and
Mineral Nutrition of Field Crops, Third Edition. CRC Press.
Fageria, N.K. 2008. The Use of Nutrients in Crop Plants.
Boca Raton, FL: CRC Press.

BAB II NUTRISI TANAMAN


38 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Goetz, S., and S. Fergus L. 2003. Trees, Crops and Soil Fertility: Concepts
and Research Methods. Publisher: CABI.
Havlin, J.L., S.L. Tisdale, W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1998. Soil Fertility
and Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. 6th. Edition.
Prentice Hall, London.
Jones, J.B. B. Wolf., and H.A. Mills. 1991. Handbook of Plant Analysis.
Mac.Micro Publ. Athens.
Jones, J.B. 1998. Plant Nutrition Manual. CRC Press.
Jones, J.B. 2012. Plant Nutrition and Soil Fertility Manual. John Wiley and
Sons., New York.
Marschner’s, P. 2011. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press.
London.
Mengel, K. dan E.A. Kirkby, 2007. Principles of Plant Nutrition. Inter.
Potash. Inst.
Prassad, R. and J.F. Power. 1997. Soil Fertility Management for Sustainable
Agriculture. CRC Lewis Publ. New York.
Rasyid, A., J. Ryan, and G. Estefan. 2009. Soil and Plant Analysis
Laboratory Manual. CSR Press.
Rengel, Z. 1999. Mineral Nutrition of Crops: Fundamental Mechanisms and
Implications. CRS Publ. Press.
Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1995. Plant physiology. 5th ed. Wadsworth
Publ. Co., Inc. Boulder, CO.

BAB II NUTRISI TANAMAN

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai