Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITI LADA (Piper nigrumL)


DI LOKASI KECAMATAN BAKTIYA KABUPATEN ACEH UTARA

Disusunoleh :
KELOMPOK 5

Maholvi Akbar K
Sendang Maria Bulan
Istiqanissa
ProboLaksono
RiaKarlinaSimbolon
MarzukiTinambunan
Eli AndrianaBancin

(140310207)
(140310215)
(140310199)
(140310202)
(140310221)
(140310217)
(140310201)

Kelas :
AET-6

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSLALEH
ACEH UTARA
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmatnya sehinggga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
EvaluasiKesesuaianLahanPadaKomoditiLada (Piper Nigrum L) di Lokasi Kecamatan
Baktiya Kabupaten Aceh Utara dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada kekasih Allah yaitu
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan insyaAllah kita semua dapat
berkumpul dengan beliau di Surga Allah nanti.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih atas
bimbingan, arahan, dan bantuannya.Semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
Penyusun menyadari bahwasa nya penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, penyusun meminta maaf apabila ada kalimat-kalimat yang tidak berkenan
bagi pembaca. Dan penulis mengharapkan saran yang positif serta kritikan yang membangun
yang insyaAllah akan menjadi bahan perbaikan untuk kedepannya. Penulisberharap, semoga
informasi yang ada di dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.

Reuleut, 29Desember 2016


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Salah satu aktivitas manusia dalam rangka usaha pengembangan suatu penggunaan

lahan

adalah dengan

membuka area pertanian,baik dalam bentukn perkebunan,tegalan

maupun kebun campur. Meningkatnya kebutuhan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan


hidup dan persaingan dalam penggunaan lahan,baik untuk keperluan produksi pertanian
maupun non pertanian, memerlukan pemikiran yang paling menguntungkan dari sumberdaya
lahan yang terbatas, dan selain itu juga melakukan tindakan pelestarian untuk penggunaan
masa mendatang (Sitorus,1985)
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu di identifikasi melalui
kegiatan survey dan pemetaan sumber daya lahan. Data sumberdaya ini diperlukan untuk
kepentingan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan
dari kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh
pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan
tertentu. Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi
sumberdaya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi daearah penggunaan
lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan
diperoleh.
Lada merupakan salah satu bumbu dapur yang banyak manfaatnya.Harga ladapun
termasuk mahal dibandingkan bumbu dapur lainnya.keadaan ini membuka peluang usaha
dalam budidaya lada.Tanaman Lada yang dibudidayakan pada umumnya membutuhkan
tegakan atau tempat untuk merambat.Namun,dengan berkembangnya pengetahuan dan
teknologi

budidaya,sekarang

tanaman

lada

dapat

diperbanyak

dengan

cabang

buahnya.Tanaman yang dihasilkan memiliki sosok yang pendek sehingga terkenal dengan
sebutan Lada perdu.
1.2 Tujuan
Adapuntujuannyayaitu :
1.Untuk menentukan kesesuaian lahan dan klasifikasi lahan untuk budidaya tanaman lada
2.Untuk mengetahui cara menanganin factor pembatas pada kelas kesesuaian lahan
untuk budidaya tanaman lada

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lada
Lada berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, hal ini di indikasikan dengan
banyaknya jenis lada liar di wilayah tersebut.Tanaman lada kemudian menyebar ke
GhatBarat (India) yang terjadi jutaan tahun yang lalu. Tanaman lada yang saat ini di
budidayakan di Indonesia juga diprediksi berasal dari India karena pada tahun 100600SM
banyak koloni Hindu yang datang ke Pulau Jawa dengan membawa bibit lada.
Lada merupakan tanaman rempah penting bagi Indonesia. Lampung merupakan
provinsi penghasil lada terbesar di Indonesia pada tahun 2008-2010, namun pada tahun 2011
tergeser oleh provinsi Bangka Belitung. Klasifikasi tanaman lada menurut Badan Penelitian
Tanaman Rempah danObat (1996):
Divisi

: Spermatophyta(tanaman berbiji)

Sub divisi

: Angiospermae(biji beradadi dalambuah)

Kelas

: Dicotyledoneae(biji berkepingdua)

Ordo

: Piperales

Famili

: Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: Piper nigrumLinn.

Biji lada merupakan komoditi ekspor, yang sering di beri nama raja dari segala jenis
rempah-rempah, merupakan daya tarik yang kuat bagi para pedagang perorangan maupun
yang berbadan hukum,untuk dijadikan obyek perdagangan yang menyibukkan sepanjang
masa (Rismunandar,2000).
Ciri yang mendasar dari tanaman lada terletak pada malai bunga berporos tunggal,
berdiri sendiri, berputik lebih dari satu batang, berbuah tidak bertangkai, kelompak bunga
betina melekat pada poros malai, dan berdaun ilat (Rismunandar,2003).
2.2 Klasifikasi Lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan
menurut tingkatan sebagai berikut :

1. Ordo : keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan tergolong tidak sesuai
(N)
2.

Kelas : keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas yaitu : lahan sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marjinal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong
ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas.

Kelas S1 sangat sesuai : lahan tidak mempunyai factor pembatas yang berarti atau
nyata terhadap penggunaaan secara berkelanjutan atau factor pembatas yang
bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktifitas lahan secara nyata.

Kelas S2, cukup sesuai : lahan mempunyai factor pembatas, dan factor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan
(input).pembatas tersebut biasanya diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3, sesuai marginal : lahan mempunyai factor pembatas yang berat, dan
factor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitas memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Tanpa
bantuan tersebut petani tidak mampu mengatasinya.

Kelas N, tidak sesuai : lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai factor
pembatas yang sangat berat dan sulit diatasi.

3. Sub kelas : keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan
dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang
menjadi factor pembatas terberat. Factor pembatas ini sebaiknya dibatasi jumlahnya,
maksimum 2 pembatas tergantung peranan factor pembatas pada masing-masing
subkelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaikin
dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan yang diperlukan.
4. Unit : tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat
tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam
satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis
pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dari unit yang
lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolalaan yang diperlukan
yang sering merupakan pembedaan detail dari factor pembatasnya. Dengan

diketahuinya pembatas tingkat unit tersebut memudahkan penafsiran secara detail


dalam perencaanaan usaha tani.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Penentuan Tekstur Tanah


Tekstur tanah diklasifikasikan berdasarkan kandungan atau fraksi dari komponen

pasir (sand), lanau (silt) dan liat (clay), [Domenico dan Schwatz, 1990]. Tekstur tanah
dapat diketahui dengan suatu segitiga, dimana ukuran liat yang digunakan adalah butir tanah
dengan diameter lebih kecil dari 0.002 mm, termasuk didalamnya partikel koloid.
Dari data di lokasi kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat tekstur
tanah sebagai berikut :
Tekstur
Pasir
Debu
Liat

Nilai (%)
17,8 %
61,6 %
20,6 %

Dapat dilihat dari diagram diatas ditarik perpotongan dari Fraksi pasir,fraksi Debu,dan
Fraksi Liat terdapat Lempung Berdebu. Lempung berdebu termasuk fraksi halus. Tekstur ini

memiliki sifat terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan
dengan permukaan mengkilat.
Pengelompokan kelas tekstur adalah:

3.2

Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu


Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir
Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat )

Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan Terhadap Lada (Piper nigrum LINN)di


lokasi kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh.

Karakteristik Lahan
Temperatur ( tc)

Nilai

Kelas Kesesuaian Lahan

Temperatur rerata ( C)

22C

S2

Ketersediaan Air ( wa)


Curah Hujan (mm)

2600 mm

S2

Kelembapan Udara (%)

65 %

S1

Lama kering Bulan (bln)


Ketersediaan oksigen ( oa)

2 bulan

S2

Drainase

Terhambat

S3

Sedang

S1

120 cm

S1

KTK Liat (cmol)

15 cmol

S2

Kejenuhan Basa (%)

32

S3

pH H2o

6,5 %

S1

C-organik
Bahaya Erosi (eh)

0,3 %

S2

Lereng (%)

15 %

S2

Bahaya Erosi

Rendah

S2

Media Perakaran (rc)


Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman Tanah(cm)
Retensi Hara (nr)

MakakelaskesesuaianlahanuntuktanamanLada : Kelas : S3oa-1,nr-2


Kesesuaian lahan untuk tanaman Lada Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara
termasuk ke dalam kelas kesesuaian marginal (S3) dan sub kelas kesesuaian lahan S3oa-1,
nr-2 dengan faktor pembatas drainase dan kejenuhan basa.
Drainase di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara yatu terhambat.Tanah dengan
kondisi drainase Terhambat mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air
(pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama
sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman
lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi)
dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
Cara mengatasi Drainase.
Drainase yang terdapat pada lahan di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara
Terhambat. Adapun cara memperbaiki darainase ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu

1. Pembuatan saluran atau Parit


Pembuatan saluran atau Parit harus berdasaran peta kontur atau spot height sehingga arah
aliran bisa maksimum.
2. Pembuatan Saluran Rorak ( Silt Pit)
Rorak (Silt pit) bertujuan untuk menangkap air limpasan permukaan (dan juga tanah yang
tererosi).Dengan kejadian ini maka dapat diharapkan di satu pihak air dapat masuk kedalam
tanah.Rorak dibuat dengan menggali lubang berukuran dalam 60 cm,lebar 50 cm dan panjang
sekitar 4-5 meter .rorak dibuat memanjang searah dengan garis tinggi (tegak lurus kemiringan
) jarak horizontal antarrorak 10-15 m,dan jarak antara barisan rorak berkisar antaraberkisar
antara 10 meter sampai 20 meter.Rorak banyak digunakan untuk perkebunan.
3.3.1

Cara mengatasi Kejenuhan Basa


Untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dilakukan

cara sebagai berikut :


a. Pengapuran
Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau
masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan kadar
Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH
tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat
nyata antara takaran kapur dengan Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH
tanah, umumnya sekitar 3 t/ha, berkisar antara 1-5t/ha. Kapur yang baik adalah kapur
magnesium atau dolomit yang dapat sekaligus mensuplai Ca dan Mg.
b. Pemberian Bahan Organik.
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran
penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan
agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah
menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya
mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara.
c. Pemberian Pupuk
Pemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah kahat
hara,Pada saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di
Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau
kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap atau
tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlah
banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutup
kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan
tanah.Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation, akan banyak yang

hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat
kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah).
Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.
d.Pengelolaan Sistem Tanam.
Setiap tanaman mempunyai nilai keuntungan yang ekonomis yang berbeda,Pemilihan
waktu tanam yang tepat tidak hanya diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
baik,tetapi

seringkali

diperlukan

diperlukan

dalam

usaha

pengendalian

(otomo,dkk.1983)

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
1) Tekstur tanah pada lahan di Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara merupakan
lempung berdebu.
2) Kesesuaian lahan untuk tanaman Lada termasuk ke dalam kelas kesesuaian marginal
(S3) dan sub kelas kesesuaian lahan S3oa-1,nr-2 dengan faktor pembatas drainase dan
kejenuhan basa.
3) Solusi untuk memperbaiki drainase meliputi : Pembuatan saluran drainase harus
berdasaran peta kontur atau spot height.dan Pembuatan Saluran Rorak ( Silt Pit)
bertujuan untuk menangkap air limpasan permukaan (dan juga tanah yang tereros)
Dan Penanganan untuk kejenuhan Basa yaitu Pengapuran,pemberian pupuk,
Pemberian Bahan organik.

DAFTAR PUSTAKA
Sarpian T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Kanisius (Anggota
IKAPI)
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p.
Effendy.2011.Drainase
Untuk
Meningkatkan
Lahan
Rawa.
(http://download.portalgaruda.org/ diakses pada tanggal 28 Desember 2016)
Gerbang

Pertanian.2015.Mengatasi
Tanah
Masam
dan
Basa.
(http://www.gerbangpertanian.com/ diakses pada tanggal 28 Desember 2016)

Utomo,W.H.1989.Konservasi Tanah di Indonesia.Rajawali Pers.Jakarta.89-106

Anda mungkin juga menyukai