Disusunoleh :
KELOMPOK 5
Maholvi Akbar K
Sendang Maria Bulan
Istiqanissa
ProboLaksono
RiaKarlinaSimbolon
MarzukiTinambunan
Eli AndrianaBancin
(140310207)
(140310215)
(140310199)
(140310202)
(140310221)
(140310217)
(140310201)
Kelas :
AET-6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmatnya sehinggga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
EvaluasiKesesuaianLahanPadaKomoditiLada (Piper Nigrum L) di Lokasi Kecamatan
Baktiya Kabupaten Aceh Utara dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada kekasih Allah yaitu
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan insyaAllah kita semua dapat
berkumpul dengan beliau di Surga Allah nanti.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih atas
bimbingan, arahan, dan bantuannya.Semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
Penyusun menyadari bahwasa nya penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, penyusun meminta maaf apabila ada kalimat-kalimat yang tidak berkenan
bagi pembaca. Dan penulis mengharapkan saran yang positif serta kritikan yang membangun
yang insyaAllah akan menjadi bahan perbaikan untuk kedepannya. Penulisberharap, semoga
informasi yang ada di dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu aktivitas manusia dalam rangka usaha pengembangan suatu penggunaan
lahan
adalah dengan
budidaya,sekarang
tanaman
lada
dapat
diperbanyak
dengan
cabang
buahnya.Tanaman yang dihasilkan memiliki sosok yang pendek sehingga terkenal dengan
sebutan Lada perdu.
1.2 Tujuan
Adapuntujuannyayaitu :
1.Untuk menentukan kesesuaian lahan dan klasifikasi lahan untuk budidaya tanaman lada
2.Untuk mengetahui cara menanganin factor pembatas pada kelas kesesuaian lahan
untuk budidaya tanaman lada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lada
Lada berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, hal ini di indikasikan dengan
banyaknya jenis lada liar di wilayah tersebut.Tanaman lada kemudian menyebar ke
GhatBarat (India) yang terjadi jutaan tahun yang lalu. Tanaman lada yang saat ini di
budidayakan di Indonesia juga diprediksi berasal dari India karena pada tahun 100600SM
banyak koloni Hindu yang datang ke Pulau Jawa dengan membawa bibit lada.
Lada merupakan tanaman rempah penting bagi Indonesia. Lampung merupakan
provinsi penghasil lada terbesar di Indonesia pada tahun 2008-2010, namun pada tahun 2011
tergeser oleh provinsi Bangka Belitung. Klasifikasi tanaman lada menurut Badan Penelitian
Tanaman Rempah danObat (1996):
Divisi
: Spermatophyta(tanaman berbiji)
Sub divisi
Kelas
: Dicotyledoneae(biji berkepingdua)
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrumLinn.
Biji lada merupakan komoditi ekspor, yang sering di beri nama raja dari segala jenis
rempah-rempah, merupakan daya tarik yang kuat bagi para pedagang perorangan maupun
yang berbadan hukum,untuk dijadikan obyek perdagangan yang menyibukkan sepanjang
masa (Rismunandar,2000).
Ciri yang mendasar dari tanaman lada terletak pada malai bunga berporos tunggal,
berdiri sendiri, berputik lebih dari satu batang, berbuah tidak bertangkai, kelompak bunga
betina melekat pada poros malai, dan berdaun ilat (Rismunandar,2003).
2.2 Klasifikasi Lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan
menurut tingkatan sebagai berikut :
1. Ordo : keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan tergolong tidak sesuai
(N)
2.
Kelas : keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas yaitu : lahan sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marjinal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong
ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas.
Kelas S1 sangat sesuai : lahan tidak mempunyai factor pembatas yang berarti atau
nyata terhadap penggunaaan secara berkelanjutan atau factor pembatas yang
bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktifitas lahan secara nyata.
Kelas S2, cukup sesuai : lahan mempunyai factor pembatas, dan factor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan
(input).pembatas tersebut biasanya diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3, sesuai marginal : lahan mempunyai factor pembatas yang berat, dan
factor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktifitas memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Tanpa
bantuan tersebut petani tidak mampu mengatasinya.
Kelas N, tidak sesuai : lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai factor
pembatas yang sangat berat dan sulit diatasi.
3. Sub kelas : keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan
dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang
menjadi factor pembatas terberat. Factor pembatas ini sebaiknya dibatasi jumlahnya,
maksimum 2 pembatas tergantung peranan factor pembatas pada masing-masing
subkelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaikin
dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan yang diperlukan.
4. Unit : tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat
tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam
satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis
pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dari unit yang
lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolalaan yang diperlukan
yang sering merupakan pembedaan detail dari factor pembatasnya. Dengan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
pasir (sand), lanau (silt) dan liat (clay), [Domenico dan Schwatz, 1990]. Tekstur tanah
dapat diketahui dengan suatu segitiga, dimana ukuran liat yang digunakan adalah butir tanah
dengan diameter lebih kecil dari 0.002 mm, termasuk didalamnya partikel koloid.
Dari data di lokasi kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat tekstur
tanah sebagai berikut :
Tekstur
Pasir
Debu
Liat
Nilai (%)
17,8 %
61,6 %
20,6 %
Dapat dilihat dari diagram diatas ditarik perpotongan dari Fraksi pasir,fraksi Debu,dan
Fraksi Liat terdapat Lempung Berdebu. Lempung berdebu termasuk fraksi halus. Tekstur ini
memiliki sifat terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan
dengan permukaan mengkilat.
Pengelompokan kelas tekstur adalah:
3.2
Karakteristik Lahan
Temperatur ( tc)
Nilai
Temperatur rerata ( C)
22C
S2
2600 mm
S2
65 %
S1
2 bulan
S2
Drainase
Terhambat
S3
Sedang
S1
120 cm
S1
15 cmol
S2
32
S3
pH H2o
6,5 %
S1
C-organik
Bahaya Erosi (eh)
0,3 %
S2
Lereng (%)
15 %
S2
Bahaya Erosi
Rendah
S2
hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam hanya mempunyai daya ikat
kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah masam umumnya sangat rendah).
Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci.
d.Pengelolaan Sistem Tanam.
Setiap tanaman mempunyai nilai keuntungan yang ekonomis yang berbeda,Pemilihan
waktu tanam yang tepat tidak hanya diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
baik,tetapi
seringkali
diperlukan
diperlukan
dalam
usaha
pengendalian
(otomo,dkk.1983)
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1) Tekstur tanah pada lahan di Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara merupakan
lempung berdebu.
2) Kesesuaian lahan untuk tanaman Lada termasuk ke dalam kelas kesesuaian marginal
(S3) dan sub kelas kesesuaian lahan S3oa-1,nr-2 dengan faktor pembatas drainase dan
kejenuhan basa.
3) Solusi untuk memperbaiki drainase meliputi : Pembuatan saluran drainase harus
berdasaran peta kontur atau spot height.dan Pembuatan Saluran Rorak ( Silt Pit)
bertujuan untuk menangkap air limpasan permukaan (dan juga tanah yang tereros)
Dan Penanganan untuk kejenuhan Basa yaitu Pengapuran,pemberian pupuk,
Pemberian Bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Sarpian T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Kanisius (Anggota
IKAPI)
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p.
Effendy.2011.Drainase
Untuk
Meningkatkan
Lahan
Rawa.
(http://download.portalgaruda.org/ diakses pada tanggal 28 Desember 2016)
Gerbang
Pertanian.2015.Mengatasi
Tanah
Masam
dan
Basa.
(http://www.gerbangpertanian.com/ diakses pada tanggal 28 Desember 2016)