Resume Jurnal :”Factors affecting soil loss at plot scale and sediment yield at
catchment scale in a tropical volcanic agroforestry landscape”
Wilayah pegunungan tropis sangat rentan terhadap erosi tanah karena
topografinya yang tinggi dan iklim yang memiliki curah hujan tinggi. Khususnya di
Jawa sebagian besar lahan pertanian di dataran tinggi dibuat bertingkat, tetapi
masalah sedimentasi belum teratasi secara sempurna. Hal ini yang mendasari
penelitian dalam jurnal untuk mengukur sedimentasi pada daerah volkan.
Kerusakan tanah akibat erosi lembaran diukur pada skala petak oleh Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat Nasional (CSAR) dari Indonesia dan Departemen
Ilmu Tanah Universitas Brawijaya antara tahun 2001 dan 2006 di Way Ringkih (WR)
dan Way Tebu (WT). ukuran plot 4x10m di tangkapan Way Ringkih dan terdiri dari
pengukuran kehilangan tanah dibawah kelas 5 dengan umur kopi monokultur 1,3,5,7
dan 20 tahun setelah penanaman kopi pada tahun 2000/2001. Pengukuran
kehilangan tanah dibawah 5 jenis penggunaan lahan kopi monokultur tanpa naungan
(SC), kopi naungan sederhana dengan Gliricidia, Kopi naungan sederhana dengan
Paraserianthes falcataria, kopi multistrata dengan buah dan pohon kayu serta pohon
penambat N (Erythrinasp. dan Gliricidia sepium) dan hutan tropis tua.
Hasil dari penelitian menunjukkan data kehilangan tanah untuk plot erosi di DAS
Way Ringkih agak tinggi yaitu berkisar antara 33 hingga 37 Mg ha -1.. Skala
tangkapan SY, per satuan luas melebihi kehilangan tanah skala petak dala hal ini
studi kasus berhubungan dengan faktor 3 hingga 10. Tanah longsor, erosi tebing
sungai dan aliran erosi dari jalan setapak kecil adalah proses erosi yang dominan
yang menjelaskan perbedaan kehilangan tanah pada skala petan dan SY di
tangkapan skala.
Koefisien run off pada bawah kopi monokultur memiliki rerata yang secara
signifikan lebih tinggi (10–15%) dari pada hutan (4%) atau di bawah naungan sistem
kopi (4-7%). Di daerah yang stabil secara litologi kehilangan tanah tetap di bawah
1,8 Mg ha−1 thn −1
dan koefisien limpasan di bawah 2,5% di bawah semua tipe
penggunaan lahan dan juga plot tanah kosong atau kebun kopi monokultur. Kurang
dari 20% dari daerah tangkapan menghasilkan hampir 60% dari hasil sedimen. Hal
itu dapat menurangi efek negatif di luar situs misalnya waktu penyimpanan waduk
akan sangat bermanfaat dari peningkatan penilaian litologipada lanskap gunung
berapi dan sumber sedimen potensial. Di daerah-daerah yang sensitif secara litologi
yaitu pergeseran dari sistem-sistem kopi tanpa naungan dapat menghasilkan
pengurangan limpasan permukaan dan hilangnya tanah, meskipun erosi air pada
skala petak bukan merupakan penyumbang utama bagi hasil sedimen di daerah
tangkapan air. Kuantifikasi efek penggunaan lahan pada proses erosi yang dominan
seperti tebing sungai dan erosi dasar sungai, tanah longsor dan erosi aliran
terkonsentrasi pada jalan setapak dan jalan dapat berkontribusi untuk upaya yang
lebih bertarget dan insentif yang relevan untuk mengurangi sedimentasi di sungai.
Resume Jurnal: “Transition to agroforestry significantly improves soil quality:
A case study in the central mid-hills of Nepal”
Sebagian penduduk Nepal bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi
kebutuhannya. Hampir 72% penduduk Nepal bermata pencaharian petani. Namun,
perkembangan dalam sektor pertanian belum dijalankan secara optimal oleh
Pemerintah maupun pihak tertentu. Program pengembangan pertanian telah
dikenalkan sejak abad 20 untuk mengembangkan pertanian. Antara tahun 1960-
1990an produktivitas sereal telah mengalami puncak kejayaan dibandingkan dengan
negara lain produksi sereal perkapita akhirnya menurun karen fasilitas irigasi yang
buruk, dan kurangnya infrastruktur yang mendukung.
Penelitian secara acak menggunakan 8 teras berukuran sedang pada masing-
masing agroekosistem. Pada 24 teras diambil 4 sampel tanah komposit yang diambil
pada setiap tanah. Semua sampel diambil pada akhir periode panen utama dan
musim hujan antara pertengahan September dan pertengahan Oktober 2010,
sampel tanah dikeringkan pada suhu sebesar 40oC dan dianalisis dengan standar
metode analitik di Laboraturium Departemen Geografi.
Tiga agrosistem dibandingkan dengan dengan dasar kesuburan tanah: yang
matang artinya memiliki banyak bahan organik, sepenuhnya berkembang sistem
agroforestry (AF); sistem konvensional dominan (CS) yang dicirikan oleh
monocropping; dan sistem yang telah dalam transisi ke AF selama dua tahun (TS).
Hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pH tanah, kandungan
aluminium, saturasi basa, konduktivitas listrik, organik materi dan kandungan
nitrogen, dan kapasitas pertukaran kation antara tanah AF dan CS, menunjukkan
lebih tinggi kualitas tanah dan kondisi tanah yang lebih subur di tanah AF. Kualitas
tanah yang kontras harus sebagian besar dikaitkan dengan praktik pengelolaan
lahan yang berbeda. Setelah dua tahun transisi, data tanah TS sudah menunjukkan
konvergensi menuju nilai AF dalam beberapa parameter. Penelitian ini memberikan
kuantitatif bukti bahwa sistem wanatani memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas
tanah dan jangka panjang secara signifikan produktivitas tanah, dengan efek positif
yang muncul sesaat setelah konversi dari konvensional sistem monocropping.
Resume Jurnal:” Earthworms, soil fertility and aggregate-associated soil
organic matter dynamics in the Quesungual agroforestry system”
Pertanian tradisional di Amerika Laatin yang masih menerapkan sistem ladang
berpindah. Hal itu mengakibatkan tanah yang mudah tererosi dan membutuhkan
periode yang panjang untuk memulihkan kesuburan tanah dengan periode panjang
bera (tanah dibiarkan/diistirahatkan). Berhubungan dengan hutan utuh, ladang
berpindah dapat mengurangi C stock dengan input bahan organik (SOM) yang
sangat penting untuk produktivitasdalam jangka panjang.
Penelitian didalam jurnal dilakukan di Lapangan Lempira Departemen Honduras
Barat. Wilayah dengan pegunungan yang ditutupi dengan hutan tropis sub lembab
diselingi dengan tanaman tahunan dan rumput. Tanah disana cenderung dangkal
dan berbatu dengan tanah yang terdiri dari jenis Entisols paling mendominasi. Plot
penelitian memiliki kemiringan antara 20 dan 65% terksturnya lempung berliat. Suhu
bervariasi antara 22 hingga 27oC. Curah hujan rata-rata 1400mm tahun-1 dengan
musim kering yang berbeda dari bulan November hingga akhir April. Komoditas
jagung ditanam pada awal Mei dan dipanen pada bulan Oktober. Penelitian awal
pada sistem Quesungual oleh Pusat Internasional untuk Pertanian Tropis (CIAT)
berusaha untuk mengevaluasi sistem dengan membuat plot percobaan untuk
memonitor perubahan sifat tanah dan produksi tanaman dari waktu ke waktu. Plot-
plot ini adalah dipasang pada tahun 2003 dengan membersihkan lahan yang tidak
digarap (hutan) yang terletak di Jl tiga peternakan dengan tipe tanah, lereng, dan
sejarah manajemen yang serupa (> 10 tahun bera).
Sampel tanah (0–15 cm) dikumpulkan sebelum pembukaan hutan dan
pembentukan petak QSMAS pada tahun 2003 dan di plot SB dan SF pada tahun
2005 untuk menentukan konsentrasi tanah awal C dan N. Tanah diambil sampelnya
pada tahun 2006 dan 2007 untuk ketersediaan C dan N dan P dalam tanah, serta
untuk fraksinasi dan penentuan agregat C dan N dalam fraksi ukuran agregat yang
berbeda. Populasi cacing tanah dinilai dalam Juli 2007. Jumlah dan biomassa cacing
tanah lebih tinggi di bawah QSMAS daripada di bawah SB (13,4 vs 0,8 g segar
biomassa m−2; masing-masing). Interaksi yang signifikan antara sistem tanam dan
pemupukan menunjukkan hal itu QSMAS meningkatkan ketersediaan tambahan P
anorganik, 3 kali lebih banyak di bawah QSMAS daripada untuk SB. Perbandingan
dengan SF, menunjukkan bahwa kedua sistem tanam menghasilkan kerugian
dramatis C (rata-rata 5 g C kg−1 tanah) sejak pelaksanaan pengobatan, dan bahwa
kehilangan ini terutama terkait dengan gangguan C kaya besar macroaggregates (>
2000 µm). Setelah memperhitungkan perbedaan C tanah dasar antara plot, tidak ada
yang utama perbedaan dalam total kerugian SOM ditemukan antara QSMAS dan
manajemen SB. Namun, sebelumnya pembentukan petak QSMAS menunjukkan
bahwa tingkat keseluruhan kerugian C sejak pembentukan perawatan adalah lebih
rendah untuk QSMAS daripada SB. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
sistem agroforestri Quesungual menawarkan potensi besar untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan kesehatan biologis di wilayah ini relatif terhadap pertanian
tebas-dan-bakar tradisional.
---0---