Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian berlanjut dalam konteksnya meliputi banyak komponen yang
saling berkaitan erat, seperti fisik, biologi, sosial dan ekonomi. Dalam
kegiatan usahanya, pertanian berlanjut lebih mengontrol penggunaan input
bahan kimia, erosi diminimalisir, pengendalian gulma, pemeliharaan
kesuburan tanah dengan penambahan nutrisi tanaman dan menggunakan
prinsip-prinsip biologi dasar.
Pada dasarnya pertanian berlanjut merupakan sistem yang layak
diusahakan baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungannya. Secara
ekologis yang berarti kualitas suberdaya alam dipetahankan dan kemampuan
agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai
organisme tanah ditingkatkan. Secara ekonomi, berarti petani mendapat
penghasilan yang cukup untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat hidup dengan sejahtera dengan tetap menjaga dan merawat
lngkungan yang ada disekitarnya.
Dalam kenyataannya, konsep pertanian berlanjut ini sering mempunyai
hambatan yang menyebabkan konsep ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Indikator kegagalan pertanian berlanjut dapat dilihat dan diamati
dari segi ekologi, ekonomi dan sosial. Dalam konteks ini diperlukan
pengenalan tantang bagaimana cara mengelolah lahan secara terpadu dalam
suatu bentang lahan. Maka didalam laporan ini akan dibahas bagaimana hasil
kegiatan praktikum lapang, mengenai indikator kegagalan pertanian berlanjut
didaerah tropis yang selusai pelaksanaannya di tingkat lanskap.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Memperoleh dan memahami segala bentuk informasi yang berkaitan
dengan pertanian berlanjut bila dilihat dari aspek ekologi, sosial dan
ekonomi.

2. Mengerti dan memahami macam-macam tutupan lahan, sebaran tutupan


lahan dan interaksi antar tutupan lahan pertanian yang terdapat dalam
suatu bentang lahan
3. Mengerti dan memahami pengaruh pengelolaan lanskap pertanian
terhadap kondisi hidrologi, tingkat biodiversitas dan serapan karbon.
4. Mengerti dan memahami bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat di
sekitar area tersebut.
5. Dapat

menentukan

apakah

sistem

pertanian

di

wilayah

survei

nyata

tentang

materi

dikategorikan sebagai pertanian berlanjut atau tidak

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa

mampu

mengaplikasian

secara

perkulihaan Pertanian Berlanjut selama satu semester.


2. Mahasiswa dapat mengamati dan mengambil kesimpulan tentang
bagaimana kondisi biodiversitas, kualitas air dan karbon pada wilayah
survei
3. Mahasiswa dapat mengkategorikan apakah suatu lahan pertanian termasuk
ke dalam pertanian berlanjut atau tidak.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut semester genap 2014-2015
dilaksanakan pada tanggal 15, 16, 22, dan 23 November 2014 di dua lokasi, yaitu:
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang dan Dusun Kekep, Kota Batu. pembagian
pelaksanaan fieldtrip, yaitu:pada tanggal 15 November 2014 di Dusun Kekep
kelas A,B,C,D; tanggal 15 November 2014 Desa Tulungrejo kelas E,F,G,H;
tanggal 16 November 2014 di Dusun Kekep kelas I,J,K,L; tanggal 16 November
2014 Desa Tulungrejo kelas M,N,Q,AB; tanggal 22 November 2014 di Dusun
Kekep kelas O,R,S,T; tanggal 22 November 2014 Desa Tulungrejo kelas
U,V,W,X; tanggal 23 November 2014 di Dusun Kekep kelas Y,Z,AA,P; dan
tanggal 23 November 2014 Desa Tulungrejo kelas AC,AD,AE,UB Kediri.
Kegiatan dimulai pada pukul 06.00 13.00 WIB. Kelas J mendapatkan jadwal
tanggal 16 November 2014 di Dusun Kekep. Dengan pembagian kelompok, yaitu:
Dusun Kekep II
Kota Batu
Waktu
Kegiatan
06.00 - 08.00
Pemberangkatan
08.15 - 09.15
Plot 4
09.30 - 10.30
Plot 3
10.45 - 11. 45
Plot 2
12.00 - 13.00
Plot 1
13.00 - 14.30
Selesai - Pulang

Tanah
J1
J4
J3
J2

J2
J1
J4
J3

Kelas J
Materi
BP
HPT
J1, J2, J3, J4
J3
J2
J1
J4
J1, J2, J3, J4

Agribisnis
J4
J3
J2
J1

Susunan atau konfigurasi penggunaan lahan di Dusun Kekep, Kota Batu


adalah fragmen hutan terganggu di lereng bagian atas lanskap (plot 1), kebun
campuran atau agroforestri dilereng bagian tengah (plot 2), tanaman semusim di
lereng bagian tengan dan bawah (plot 3), serta campuran antara tanaman semusim
dan pemukiman di lereng bawah (plot 4). Dalam sekali pelaksanaannya, terdapat
4 kelas yang akan melakukan pengamatan di Dusun Kekep. Empat kelas tersebut
dipecah menjadi 2 grup, yaitu: Kekep I dan Kekep II. Grup Kekep I melakukan
pengamatan di bagian sebelah kiri sungai (dengan arah menghadang ke lereng

atas), sedangkan grup Kekep II dibagian sebelah kanan sungai. Berikut ini
penjeasannya:

Gambar 1. Lokasi fieldtrip Dusun Kekep, Kota Batu, Jawa Timur

Gambar 2. Gambar lokasi pengamatan (Plot 1 = fragmen hutan terganggu,


Plot 2 = Agroforestri, Plot 3 = tanaman semusim, Plot 4 = tanaman semusim dan
pemukiman)

Gambar 3. Ilustrasi pembagian grup dan teknis perpindahan antar plot


pengamatan

2.2 Metode Pelaksanaan


2.2.1 Pemahaman Karakteristik Lanskep

Alat dan bahan:


o Kompas
o Kamera dokumentasi
o Klinometer
o Alat tulis

Cara kerja:
1) Tentukan lokasi yang representatif sehingga kita dapat
melihat lanskap secara keseluruhan
2) Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
bentuk penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom
penggunaan lahan dan dokumentasikan dengan foto kamera.
3) Identifikasi jenis vegetasi yang ada, isikan hasil identifikasi
ke dalam kolom tutupan lahan.

4) Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai


tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan
kanopi dan seresahnya.
5) Isikan hasil pengamatan pada form.
6) Buatlah sketsa penggunaan lahan pada skala lanskap.
7) Buatlah sketsa transek lokasi pada skala lanskap.
8) Buatlah sketsa transek lokasi pada skala lanskap secara
menyeluruh (konfigurasi penggunaan lahan).
9) Tentukan tipe lanskap dan saran apa yang perlu dilakukan
berdasarkan hasil gambar sketsa No. 6 dengan menggunakan
arahan dari Tabel 1.
10) Tentukan besarnya tingkat heterogenitas penggunaan lahan,
bagaimana interaksi masing-masing penggunaan lahan bila
dikaitkan dengan usaha pertanian, yaitu: aspek penyinaran,
siklus air dan hara, sebaran hama dan penyakit, pollinator.

2.2.2 Pengukuran Kualitas Air


1. Prosedur pemilihan lokasi dan pengambilan contoh
a) Pemilihan lokasi pengambilan contoh.
b) Pengambilan contoh air.

Alat dan bahan:


o Botol air mineral bekas ukuran 1,5 L (4 buah)
o Spidol permanen
o Kantong plastik besar (ukuran 5 kg)

Cara kerja:
1) Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus
dalam kondisi yang alami (tidak ada orang yang
masuk dalam sungai). Hal ini untuk menghindari
kekeruhan air akibat gangguan tersebut.

2) Ambil contoh air dengan menggunakan botol


ukuran 1,5 L (sampai penuh) dan tutup rapat
rapat.
3) Beri label berisi waktu (jam, tanggal, buan,
tahun), tempat pengambilan contoh, dan nama
pengambil contoh.
4) Simpan baik baik contoh air dan segera bawa
ke laboratorium untuk dianalisa.

2. Pendugaan Kualitas Air secara Fisik dan Kimia


a) Pendugaan kualitas air secara fisik

Pengamatan kekeruhan air sungai, alat:


o Tabung trasparan dengan tinggi 45 cm, tabung
dapat dibuat dari tiga buah botol air kemasan
ukuran 600 mL yang disatukan.
o Secchi disc, dibuat dari plastik mika tebal
berbentuk lingkaran dengan diameter 5 cm,
dengan pemberat dari logam besi dan tali serta
meteran. Cara membaca Secchi disc, yaitu:
1) Tuangkan contoh air dalam tabung/botol
air mineral sampai ketinggian 40 cm.
2) Aduk air secara merata.
3) Masukkan Secchi disc ke dalam tabung
yang berisi air secara perlahan lahan dan
amati secara tegal lurus sampai warna
hitam putih pada Secchi disc tidak dapat
dibedakan.
4) Baca berapa centimeter kedalaman Secchi
disc tersebut.

Pengamatan suhu
o Alat yang digunakan adalah termometer standar

o Cara kerja, yaitu:


1) Catat suhu udara sebelum mengukur suhu
di dalam air.
2) Masukkan termometer ke dalam air
selama 1 2 menit.
3) Baca suhu saat termometer masih dalam
air, atau secepatnya setelah dikeluarkan
dari dalam air.
4) Catat pada form pengamatan.
b) Pendugaan kualitas air secara kimia
Pengamatan oksigen terlarut atau Dissolve Oxygen (DO), pH,
dan angka kekeruhan.

Alat yang digunakan adalah multi water quality checker.

Cara kerja:
1) Alat multi water quality checker dimasukkan ke
dalam contoh air yang telah diambil.
2) Liat

data

hasil

analisis

di

data

logger

(penggunaan alat akan dipandu oleh asisten lab).


3) Baca tingkat DO, pH, dan angka kekeruhan yang
tercatat (dibandingkan data tingkat kekeruhan
hasil pengukuran dari lapangan dengan hasil
pembacaan dari alat ini)
4) Isikan data pengukuran pada form yang telah
disediakan

dan

kelaskan

berdasarkan

kualitas air (PP No 82 tahun 2001).

2.2.3 Pengukuran Biodiversitas


2.2.3.1 Aspek Agronomi

Alat dan bahan:


o Petak kuadrat berukuran 1m x 1m
o Pisau

tabel

o Kamera dokumentasi
o Kertas gambar A3
o Buku Flora
o Kantong plastik
o Kalkulator Analitik
o Alkohol 75%

Cara kerja:
1) Buat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis.
2) Tentukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masingmasing tutupan lahan dalam hamparan lanskap.
3) Catat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan lahan
yang telah ditentukan
4) Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
5) Tentukan titik pengamatan yang dapat melihat seluruh
hamparan lanskap.
6) Gambarkan sketsa tutupan lahan lanskap di kertas yang telah
disediakan.

Pengelolaan gulma, yaitu:


1) Setiap titik pengamatan (biodiversitas tanaman) lakukan
identifikasi dan analisa gulma.
2) Tentukan 5 (dua) titik pengambilan sampel pada masingmasing tutupan lahan dalam hamparan lanskap secara acak
(dengan melempar petak kuadrat 1x1m).
3) Foto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh gulma
didalam petak kuadrat dapat terlihat jelas.
4) Identifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat.
5) Hitung umlah populasi gulma dan d1 (diameter tajuk
terlebar) dan d2 (diameter tajuk yang tegak lurus d1).
6) Bila terdapat gulma yang tidak dikenal, gunakan pisau untuk
memotong gulma sebagai sampel (selanjutnya digunakan
untuk identifikasi), semprot gulma dengan alkohol 75% biar
tidak layu, dan masukkan dalam kantong plastik.

7) Semua kantong plastik berisi sampel gulma diidentifikasi


dengan membandingkan dengan foto dari buku atau internet,
dan bila belum diketahui bisa ditanyakan ke asisten/dosen.
8) Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
9) Menghitung SDR.
10) Buatlah kesimpulan tentang kondisi ekologis hamparan
tersebut.

2.2.3.2 Aspek Hama Penyakit

Alat dan bahan:


o Sweep net
o Kantong plastik
o Kertas tissu
o Chloroform/etil asetat

Cara kerja:
1) Buat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis.
2) Tentukan titik (transek)

yang

titik pengambilan sampel pada jalur


mewakili

masing

masing

aagroekosistem/agroforestri dalam hamparan.


3) Tangkap serangga menggunakan sweep net dengan metode
yang benar, pada agroekosistem/agroforestri yang telah
ditentukan.
4) Kumpulkan semua serangga yang tertangkap sweep net dan
masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi secarik
kertas tissu.
5) Serangga yang telah terkumpul dibunuh dengan memberikan
etil asetat.
6) Semua kantong plastik berisi serangga (sudah mati) dibawa
ke laboratorium hama. Apabila belum segera diamati
hendaknya semua serangga tersebut disimpan di lemari
pendingin.

7) Asisten pratikum akan membantu pengamatan jenis peran


masing masing serangga yang telah dikumpulkan.
8) Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
9) Sajikan data dalam bentuk fiktorial.
10) Buatlah kesimpulan tentang kondisi ekologis hamparan
tersebut.

2.2.4 Pendugaan Cadangan Karbon

Alat dan bahan


o Kamera dokumentasi
o Alat tulis

Cara kerja
1) Tentukan lokasi yang representatif sehingga dapat melihat
lanskap secara keseluruhan.
2) Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
bentuk penggunaan lahan yang ada serta kerapatan dan
perkiraan umur pohon.
3) Catat hasil pengamatan yang dilakukan.
4) Identifikasi hasil pengamatan.

2.2.5 Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi

Alat dan bahan:


o Alat tulis
o Kamera dokumentasi

Cara kerja:
1) Wawancara dengan petani di sekitar lahan tersebut. Indikator
indikator yang ditanyakan, yaitu:
a. Jenis komoditas yang ditanam
b. Akses terhadap sumberdaya pertanian

c. Hasil produksi memenuhi kebutuhan konsumsi atau


tidak
d. Akses pasar
e. Pengetahuan petani mengenai kegiatan budidaya
pertanian yang dijalankan ramah lingkungan atau
tidak
f. Kepemilikan ternak
g. Kearifan lokal
h. Kelembagaan
i. Analisis usaha tani dan kelayakan usaha
2) Catat hasil wawancara di dalam form yang telah disiapkan.
3) Mendokumentasikan kegiatan wawancara.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kondisi Umum Wilayah
Fieldtrip ini dilaksanakan di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo
Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Lokasi dusun ini berada lebih-kurang di
tengah wilayah Kota Batu, dengan lereng bagian atas terdiri dari kawasan
hutan milik perhutani, yang kemudian disusul dengan lahan pertanian
intensif milik penduduk dan pemukiman penduduk. Di kawasan hutan
dusun ini terdapat beberapa sumber mata air yang menjadi sumber air bersih
bagi warga dusun Kekep maupun desa-desa di sekitarnya. Namun sejak
tahun 2000-an, beberapa sumber semakin mengecil debitnya dan bahkan
ada beberapa mata air yang mati. Saat pelaksanaan praktikum lapang dibagi
menjadi 4 plot.
Pada plot 1 pengamatan PB aspek tanah dengan penggunaan lahan
hutan produksi dengan dengan posisi lereng paling atas didapat kondisi
aktualnya di dominasi oleh tanaman tahunan seperti tanaman kayu, nangka,
pisang dan semak, dengan tingkat kerapatan kanopi dan tebal seresah tinggi
untuk tanaman tahunan dan tanaman kayu. Untuk jumlah keragaman spesies
untuk tanaman pisang yaitu 5, tanaman kayu dan semak masing-masing
lebih dari 30, dengan tingkat kerapatan dominan tinggi.
Pada plot 2 pengamatan PB aspek tanah dengan penggunaan lahan
agroforestri dimana kondisi aktualnya yaitu berupa tanaman wortel, cabai,
pisang, alpukat, manga, bawang merah, apel serta beberapa jenis tanaman
tahunan dengan tutupan lahan rapat dan jumlah seresah sedang dan dengan
tingkat kerapatan doniman rendah.
Pada plot 3 pengamatan PB aspek tanah pada lahan tanaman semusim
yaitu kubis, wortel, daun bawang, dan tanaman semak dengan kelerengan
tidak terlalu curam dan posisi berada di bawah. Untuk kerapatan tanaman
utama sedang dan tanpa adanya tanaman naungan diatasnya. Sedangkan
untuk jumlah seresah tergolong rendah dan tidak terlalu banyak gulma
dikarenakan petaninya sering membersihkan gulma dan seresah. Pada

kondisi aktual yang ada di lahan pengendalian erosi menggunakan sistem


terasiring.
Pada plot 4 pengamatan PB aspek tanah bertempat di sekitar
pemukiman penduduk dan berada pada lereng paling bawah. Pada plot 4
yang kelompok kami amati ini untuk aspek tanah ditemukan jenis
penggunaan lahan pertama yaitu pemukiman dengan tutupan lahan rumah
dengan posisi lereng berada di tenagh. Tingkat tutupan kanopi rendah dan
terdapat 15 spesies yang ada. Tingkat kerapatan pada penggunaan lahan
pemukiman ini tinggi.
Jenis penggunaan lahan kedua yaitu lahan tanaman semusim dengan
tutupan lahan yaitu seperti tanaman kubis, bunga kol, dan kacang hijau.
Posisi lereng untuk tanaman bunga kol berada di tengah dan tingkat tutupan
kanopi rendah dan juga tutupan seresah rendah. Tanaman bunga kol ini
yang dimanfaatkan adalah buahnya untuk dijual. Jumlah spesies yang
tumbuh sejumlah lebih dari 30 species dengan kerapatan sedang. Pada
tanaman kubis yang dimanfaatkan juga buahnya untuk dijual. Posisi lereng
untuk tanaman kubis ini berada di atas. Kanopi tanaman kubis pada lereng
tersebut rendah dengan tingkat tutupan seresah juga rendah. Jumlah species
yang tumbuh lebih dari 30 dengan tingkat kerapatan pada penggunaan lahan
ini sedang. Pada tanaman kacang hijau yang dimanfaatkan adalah biji atau
buahnya untuk dijual. Posisi lereng untuk tanaman kacang hijau ini berada
di atas. Kanopi tanaman kacang hijau ini rendah dengan tingkat tutupan
seresah juga rendah. Jumlah species yang ditemukan pada penggunaan
lahan ini lebih dari 30 species dengan tingkat kerapatan sedang.
Sedangkan untuk kondisi aktual disekitar sungai sebagai penggunaan
lahan ketiga yaitu tanaman tahunan dengan tutupan lahan yaitu bambu,
tanaman pisang, dan rumput gajah. Hal ini merupakan salah satu penerapan
pengendalian prefentif terhadap erosi, karena kita tahu bahwasanya familly
rerumputan mempunyai perakaran kuat yang sangat sesuai untuk konservasi
lahan terkait pengendalian erosi.
Sebagai perbandingan keberlanjutan dari aspek ekologi tiap plot
yang mempunyai keragaman spesies dan tingkat tutupan lahan paling tinggi

yaitu terdapat pada plot 1 (fragmen hutan terganggu), sedangkan keragaman


spesies yang paling rendah pada plot 4 (Tanaman semusim + pemukiman).
Kemudian untuk perbandingan dari aspek keberlanjutan pertanian, plot 2
dinilai paling optimal jika dibandingkan dengan plot lainnya. Hal ini karena
pada plot 2 menerapkan sistem agroforestri dimana menggabungkan
budidaya tanaman tahunan dan tanaman musiman pada satu kawasan yang
sama sehingga keragaman biodiversitasnya tinggi. dengan biodiversitas
yang tinggi, vegetasi dan speciesnya juga tinggi.
Tabel Kondisi Umum Wilayah Plot 1, 2, 3 dan 4 Tanaman Semusim dan
Pemukiman
No

Penggunaan

Tutupan

Lahan

lahan

1.

Pisang

Manfaat

Posisi

Tingkat tutupan

Jumlah

Kerap

C-

atan

Stock

lereng Kanopi

Seresah

species

B,D

80

Plot 1

Tanaman

>30

80

Hutan

kayu

15

250

Produski

Tanaman
tahunan

50

Nangka

T,B

>30

250

Pohon X

>30

80

Plot 2

Nangka

20

Agroforestri

Pisang

20

alpukat

B/D

T/P

10

20

Mangga

10

20

Aple

20

50

Wortel

>30

80

Bawang

10

20

Kubis

Plot 3

Daun

Tanaman

bawang

Semak
2.

merah
3.

semusim

Wortel

A/T

250

Tanaman
semak
4.

Rumah

15

Plot 4

Tanaman

Pemukiman

semusim

dan

Bunga kol

>30

tanaman

Kubis

>30

musiman

Kacang

B/BJ

>30

hijau

50

Tanaman
tahunan

10

Bamboo

B/D

Pisang

>30

Rumput
gajah

3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik


Fieldtrip ini dilaksanakan di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan
Batu Kota Batu. Bagian hulu dusun kekep merupakan kawasan hutan perhutani
dan bagian hilirnya merupakan kawasan pertanian hortikultura yang sangat
intensif dan pemukiman. Dusun ini terletak diwilayah sub DAS mikro bagian
DAS sumber Brantas yang dinamai DAS mikro Talun karena di hulu dusun ini
terdapat sebuah tempat wisata air terjun coban talun. DAS mikro ini memiliki
luas 200 ha yang terletak 1200-1500 mdpl. Kondisi biofisik DAS mikro talun
hampir seluruhnya merupakan perbukitan vulkanik. Sekitar 90% dari luasan
DAS mikro talun adalah kawasan perhutani, sisanya adalah kawasan tahura
dibagian hulu dan kawasan milik masyarakat dibagian hilir. DAS mikro talun
bermuara di kali Brantas, sebelah selatan dusun kekep. Di bagian hulu dusun
kekep terdapat beberapa sumber/mata air bersih bagi warga dusun kekep
maupun desa-desa di hilirnya. Namun, beberapa sumber mengalami penurunan
debit dan beberapa mata air ada yang mati sejak tahun 2000-an.

Karakteristik lansekap tersebut adalah fragmented, yaitu memiliki


ekosistem alami 10-60% dari bentang lanskap. Hal ini terlihat dari penggunaan
lahan disana yang didominasi lahan pertanian, baik semusim maupun
agroforestry. Sedangkan untuk kawasan hutan, sudah merupakan hutan produksi,
dimana hanya sebagian kecil saja yang tetinggal dari vegetasi alami. Terkait
dengan pertanian berlanjut, karakteristik fragmented tersebut, menandakan
bahwa intensifnya alih fungsi lahan dari ekosistem alami menjadi lahan
pertanian.

3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut Dari Aspek Biofisik


3.1.2.1 Kualitas Air
PLOT 1
Parameter

Satuan Lokasi Pengambilan Sampel Air


Plot 1
Plot 2
UL 1 UL 2 UL 3 UL 1 UL 2

Kekeruhan cm
o
Suhu air
C
o
Suhu
C
udara
DO
Mg/L
PH
-

UL 3

Plot 3
UL
UL
1
2

UL
3

Plot 4
UL
UL
1
2

35
20
29

32
20
26

35
20
29

UL
3

35
20

20
20

26

23

Kelas
(PP
No.
82
Thn
2001)
-

40
19
20,5

40
19
20,5

40
19,5
20,5

40
20
22

38
20
22,5

37
-

35
20
29

0,01
6,91

0,01
6,85

0,01
6,80

0,01
6,84

0,01
6,75

0,01
6,73

0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 IV


6,76 6,66 6,68 6,65 6,49 6,47 IV

Dari tabel diatas dapat dilihat dari hasil sampel yang diambil pada
setiap plot dengan hasil pengamatan yakni untuk pendugaan kualitas air
secara fisik dengan menggunakan Secchi disc dan pengamatan suhu. Plot 1
pengambilan sampel bertempat sungai daerah hutan terganggu, hasil dari
pengamatan yakni kekeruhan 40 cm serta suhu air berkisar 19-19,50C dan
suhu udara 20,50C. Pada plot 2 bertempat di lahan agroforestri yang
didapatkan data kekeruhan lebih dari 38-40 cm dan suhu air rata 200C dan
suhu udaranya 22-22,50C tetapi pada sampel ke 3 tidak bisa diidentifikasi
dikarenakan kendala hujan. Pada plot 3 yaitu daerah tanaman semusim
didapatkan data kekeruhan 35 cm dengan kisaran suhu air 200C dan suhu

udara 290C. dan pada plot 4 lahan tanaman semusim dan pemukiman,
kekeruhan 20-35 cm dengan suhu air 200C dan suhu udara berkisar 23-260C.
Dari data yang diatas dapat disimpulkan bahwa daerah tanaman semusim dan
pemukiman yang terletak pada plot 1, kekeruhan lebih tinggi dibandikan
dengan plot lainnya. Ini berarti jumlah sedimen yang terkandung pada air
yang ada di plot 1 lebih besar. Sedangkan suhu pada plot 1 juga merupakan
suhu terendah yaotu 19-19,50C dibandingkan plot yang lainnya.
Pengukuran kekeruhan disini berarti untuk mengetahui banyaknya
bahan-bahan terlarut dalam air misalnya lumpur, alga dan kotoran lokal
lainnya. Dimana tingkat kekeruhan air mencerminkan jumlah sedimen yang
terkandung dalam air sungai, yang berrati semakin besar jumlah sedimen
menunjukkan bahwa lereng bagian atas telah terjadi erosi tanah atau longsor
pada tebing sungai.
Pengukuran suhu udara didapatkan suhu yang paling tinggi yakni pada
plot 3 dengan suhu udara 290C, yang paling rendah yaitu pada plot 1 dengan
suhu 20,50C. Sementara suhu air yang tertinggi yaitu pada plot 3 dengan suhu
200C, sedangkan suhu air yang paling rendah yakni pada plot 1 dengan suhu
19-19,50. Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan
proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam air. Tinggi rendahnya suhu
akan berpengaruh pada kandungan oksigen dalam air, proses fotosintesis
tumbuhan air, laju organisme air dan kepekaan organisme terhadap
polusi,parasit dan penyakit.
Untuk hasil data pH sendiri dapat diketahui dari tabel pengamatan
kualitas air setiap plot mempunyai rata rata pH yakni pHnya 6,47-6,91. Dari
hasil pengamatan, plot 1 mempunyai pH yang paling tinggi yakni 6,91. pH
pada setiap plot masuk dalam kategori asam. Kondisi optimum pH air bagi
makhluk hidup adalah pada kisaran 6,5-8,2.
Untuk data Oksigen terlarut/Dissolve Oxygen (DO), plot 1 sampai plot
4 memiliki DO 0,01. Tempat fieldtrip dusun kekep I kualitas air yang diamati
masuk dalam kategori kelas 4. Menurut buku panduan fieldtrip Pertanian
Berlanjut, kualitas air yang masuk dalam kriteria kelas 4 merupakan air yang
peruntukannya dapat digunakan untyuk mengairi pertanaman dan atau

permukaan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan


kegunaannya tersebut. Semakin tinggi tingkat kelas suatu klondisi kualitas air
menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada skla lansekap tidak termasuk
dalam kategori pertanian berlanjut karena menunjukkan bahwa air sudah
tercemar.

3.1.2.2 Biodiversitas Tanaman


ASPEK BP
PLOT 1
Tabel Pengamatan Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan Plot 1
Tirik

Semusim/

Informasi Tutupan Lahan & Tanaman dalam

Pengamatan

Tahunan/

Lanskap

Sampel

Campuran

Luas

Tutupan Lahan

Populasi

Sebaran

Acak

Pinus

Sedang

Acak

Pisang

Banyak

Acak

Alpukat

Sedikit

Acak

Rumput

Banyak

Tanam

Fragmen
Plot 1

Jarak

Hutan
Terganggu

Gajah
Acak

Durian

Sedikit

Pada PLOT 1 berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan


penggunaan lahannya adalah fragmen hutan terganggu, sehingga tidak bisa
ditentukan jarak tanaman serta luas pada setiap tutupan lahannya.Selain
pengukuran biodiversitas dari tanaman tahunan yang ada di plot 1 diukur pula
tingkat keragaman gulma yang ada di lokasi pengamatan.

Identifikasi dan Analisis Gulma dan Tanaman Tahunan Plot 1


Kelebatan Gulma
Titik pengambilan sampel

Lebat

Agak Lebat

Jarang

(>50%)

(25%-50%)

(<25%)

Plot 1 (Gulma)
Plot

60%
(Tanaman

40%

Tahunan)

Pengamatan Biodiversitas Gulma Plot 1


Nama Lokal

Nama Ilmiah

Lokasi

Jumlah Fungsi

Sampel

Babandotan

Teki Ladang

Ageratum conyzoides
L.
Cyperus iria

Dapat digunakan
Plot 1

untuk

pestisida

nabati
Plot 1

Tanaman obat
Pengendalian

Rumput
Teki

Cyperus rotundus

Plot 1

13

system pergiliran
tanaman

(rotasi

tanaman)
Rumput

Pennisetum

Gajah

purpureum

Rumput
Gajah Mini
Grinting

Ditanam
Plot 1

mampu menahan
Plot 1

schamach
Cynodon dactylon

baku

pakan ternak

Pennisetum
purpureum

bahan

untuk

Plot 1

rumput-rumput
216

liar lainya

110

Cover crop

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat


yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka dimana pun
gulma tumbuh selalu dicabut, disiangi, dan bahkan dibakar. Gulma tidak
hanya berfungsi sebagai rumput liar, akan tetapi bias juga berfungsi sebagai
tanaman obat. Selain itu, bisa juga sebagai tempat hidup musuh alami
sehingga gulma tidak harus disiangi, dibasmi, maupun dibakar, melainkan
perlu dikelola supaya lebih bermanfaat.
Pada lansekap plot 1 hutan didominasi oleh rerumputan yaitu rumput
gajah dikarenakan di plot 1 ini merupakan kawasan hutan pinus milik

perhutani, untuk mengurangi bahaya erosi selain melakukan rekayasa


kelerengan bisa juga dengan menanam rumput gajah. Dengan banyaknya
rerumputan di plot 1 ini, juga sebagai tempat musuh alami, sehingga semakin
banyak biodiversitas yang ada di lansekap plot 1 untuk itu perlu adanya
pengelolaan dan kontrol terhadap populasi rerumputan yang ada, agar tidak
menjadi penghambat terhadap tanaman utama yaitu pinus.

PLOT 2
Tabel Pengamatan Biodiversitas Gulma Plot 2
Gulma

Jumlah Gulma Plot Ke-

Nama

Nama

Lokal

Latin

Grintin

Cynod

on
dactylo
n (L.)
Pers

total

20

15

35

D1

D2

Semang

Marsil

gi

ea

Rumput

Cyperu -

Teki

drumm
ondii
L.
Krokot

Portul
aca
olerac
ea, L.

rotund
us L.

Tabel identifikasi dan analisis gulma Plot 2


Titik pengambilan

Kelebatan Gulma

sampel

Lebat (>50%)

Agak
(25%-50%)

Lebat

Jarang (<25%)

3
4

Gulma yaitu tumbuhan liar yang dapat berkembang biak secara


vegetatif maupun generatif dan bijiyang dihasilkan secara vegetatif maupun
generatif

adalah

dengan

hizoma,stolon,dll.

Pembiakan

melaluispora

umumnya dilakukan oleh bangsa pakisan sedangkan pembiakan biji


dilakukan oleh bangsa gulma semusim atau tahunan. Hal ini dapat
menghambat pertumbuhan tanaman budidaya jika populasinya terlalu banyak,

namun tidak perlu disiangi sampai bersih, karena akan mengurangi tutupan
lahan. Jika disiangi sampai bersih, maka lahan akan menjadi terbuka sehingga
rentan terhadap erosi maupun longsor, apalagi dengan kelerengan yang cukup
curam. Erosi dapat menyebabkan degradasi lahan sehingga akan mengganggu
keberlanjutan pertanian di lanskap tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan
pengelolaan gulma agar tidak mengganggu tanaman budidaya, dan justru
mendukung keberlanjutan lahan pertanian.

PLOT 3
Tabel Pengamatan Biodiversitas Tanaman Semusim Plot 3
NO

Penggunaan

Tutupan Lahan

Lahan
1

Lahan Budidaya

Wortel

Lahan Budidaya

Kubis

Lahan Budidaya

Bawang Pre

Lahan Budidaya

Terong

Tabel Pengamatan Biodiversitas Gulma Plot 3


Gulma

Jumlah gulma titik ke

D1

D2

Nama lokal

Nama ilmiah

Total

Krokot

Portulaca oleracea L.

27

12

Teki

Cyperus rotundus

47

32

86

28

Cynodon dactylon

22

21

14

Chromolaena odorata 4

10

11,5

11

45

68

Rumput
Grinting
Kirinyuh
Bayam duri

Tomat

Amaranthus
Spinousus
Solanum
Iycopersicum

Tabel identifikasi dan analisis gulma Plot 3


Titik pengambilan
sampel

Kelebatan Gulma
Lebat (>50%)

(25%-50%)

Lebat

Jarang (<25%)

1
2

Agak

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki.


Karena tumbuhan tersebut merugikan baik dari segi ekonomi, fisik, biologi
maupun kimia. Dari segi fisik dan biologi, gulma menyebabkan adanya

kompetisi antara gulma tesebut dengan tumbuhan budidaya. Dengan adanya


kompetisi tersebut, akan menurunan nilai ekonomi suatu hasil panen.
Sebaiknya gulma perlu dilakukan pengendalian jika memang telah
mengganggu tanaman budidaya. Pengendaliannya dapat dilakukan secara
mekanis, ataupun dengan kimia. Mekanis dengan menangani secara langsung
(di ambil dengan tangan) dan kimia dengan menggunakan herbisida. Gulma
ini ada yang dimanfaatkan sebagai habitat hidup musuh alami. Namun tidak
semua gulma yang ada ini menjadi tempat hidup musuh alami. Hanya gulma
yang memiliki cirri-ciri memiliki bunga dan akar tidak terlalu panjang. Tidak
hanya dimanfaatkan sebagai musuh alami, gulma-gulma ini juga bermanfaat
untuk mengurangi tingkat erosi. Ada pula beberapa gulma yang dapat
mengendalikan gulma lain, yaitu gulma yang mengeluarkan alelokimia.
Berdasarkan data pengamatan gulma di lahan, maka gulma yang ada
termasuk banyak, terutama didominasi oleh teki-tekian. Hal ini dapat
menghambat pertumbuhan tanaman budidaya jika populasinya terlalu banyak,
namun tidak perlu disiangi sampai bersih, karena akan mengurangi tutupan
lahan. Jika disiangi sampai bersih, maka lahan akan menjadi terbuka sehingga
rentan terhadap erosi maupun longsor, apalagi dengan kelerengan yang cukup
curam. Erosi dapat menyebabkan degradasi lahan sehingga akan mengganggu
keberlanjutan pertanian di lanskap tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan
pengelolaan gulma agar tidak mengganggu tanaman budidaya, dan justru
mendukung keberlanjutan lahan pertanian.

Form Pengamatan Biodiversitas tanaman pangan dan tanaman tahunan plot 3


Titik

Semusim/

Informasi tutupan lahan dan tanaman lanskap

pengambilan

tahunan/campuran Luas

Jarak

Populasi

Sebaran

sampel

tanam

tutupan
lahan
Plot 3

Semusim (kubis)

1 ha

30x30

1111

rapat

cm

Pengambilan kelima titik pengamatan untuk biodiversitas gulma kelompok


kami mengambil semua titik pada tanaman kubis. Dengan luas lahan 1 ha dan
jarak tanam 30x30cm didapatkan populasi kubis sebanyak 1111. Data populasi
didapatkan dari pembagian antara luas lahan dengan jarak tanam. Sebaran
tanaman kubis pada lahan tersebut rapat.

PLOT 4
Data pengamatan Biodiversitas gulma ASPEK BP plot 4

Nama lokal

Jumlah gulma

D1

D2

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

17

19

21

21

24

Babandotan 3

18

16

30

Bayam duri -

19

21

Semanggi

23

23

16

Rumput

total

teki
Krokot

Nama lokal

Nama ilmiah

Fungsi

Rumput teki

Cyperus rotundus

Pengendalian

system

pergiliran

tanaman (rotasi tanaman)


Krokot

Portulaca oleraceae L.

Dapat mengundang pollinator karena


tanaman krokot berbunga

Babandotan

Ageratum conyzoides L.

Dapat digunakan untuk pestisida


nabati

Bayam duri

Amaranthus caudatus

Semanggi

Marsilea

Dapat digunakan sebagai obat

Drummondii Bisa

L.

dijadikan

bahan

makanan walaupun kurang lazim di


Indonesia

Tabel identifikasi dan analisis gulma PLOT 4


Titik pengambilan Kelebatan Gulma

sebagai

sampel

Agak

Lebat (>50%)

(25%-50%)

Lebat

Jarang (<25%)

Pada lahan budidaya, ada beberapa spesies tumbuhan yang hdup. Ada
tumbuhan yang meang ditanam, dan ada tumbuhan yang tumbuh dengan
sendirinya dan cenderung merugikan. Tumbuhan yanng ditanam yaitu
tanaman budidaya. Yang mana pada plot 4 adalah kubis. Dan ada beberapa
gulma / tanaman pengganggunya adalah rumput teki, krokot, babandotan ,
bayam duri dan semanggi. Memang tidak semua gulma itu menguntungkan,
namun gulma-gulma yang merugikan itu perlu dikendalikan dengan
mencabut, menyiangi, atau bahkan dikendalikan dengan herbisida.

Form Pengamatan Biodiversitas tanaman pangan dan tanaman tahunan plot 4


Titik

Semusim/

Informasi tutupan lahan dan tanaman lanskap

pengambilan

tahunan/campuran luas

sampel

Jarak

Populasi

Sebaran

62.500

Rapat

tanam

tutupan
lahan
Plot 4

Semusim (kubis)

1 ha

40x40

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada plot 4 penggunaan


lahannya adalah lahan persawahan yang ditanami tanaman kubis, pada lahan

tersebut dapat diketahui populasi dengan membagi luas lahan dengan jarak tanam.
Sebaran tanaman kubis pada lahan tersebut rapat karena kubis merupakan
tanaman budidaya utama pada lahan tersebut.

3.1.2.3 Biodiversitas Hama Penyakit


PLOT 1
klasifikasi
Kingdom

Dokumentasi Pribadi

Literatur

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Hesperiidae

Genus

: Erionata

http://en.wikipedia.org/wi

Spesies

: E.thrax

ki/Erionota_thrax

Phylum : Arthropoda - Arthropods


Class : Insecta - Insects
Order : Orthoptera - Grasshoppers,
Crickets, Katydids
Suborder : Caelifera - Grasshoppers
Superfamily : Pyrgomorphoidea

A. crenulata

Family : Pyrgomorphidae

http://potokitomyshot.blogspot.com

Subfamily : Pyrgomorphinae
Tribe : Atractomorphini
Genus : Atractomorpha
Species name : A. crenulata
Scientific name : Atractomorpha
crenulata (Fabricius, 1793)

Kingdom: Animalia
Phylum:

Arthropoda

Class:

Arachnida

Order:

Araneae

Suborder: Araneomorphae
Family:
Genus:

http://www.ozanimals.co
m

Lycosidae
Lycosa

Lycosa sp

Phylum : Arthropoda
Class : Insect
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Species : nigricornis
Scientific Name : Valanga

Valanga nigricornis

zh.wikipedia.org

nigricornis
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insect

Ordo

: Coleoptera

Keluarga

: Curculionidae

Genus

: Cosmopolites

Spesies

:Cosmopolites

http://rahendrapanjiamoks
a.blogspot.com
Cosmopolites sordidus

sordidus

Kingdom:

Animalia

Phylum:

Arthropoda

Class:

Insecta

Order:

Hymenoptera

Family:

Formicidae

Subfamily:

Myrmicinae

Tribe:

Solenopsidini

Genus:

Solenopsis

http://en.wikipedia.org/wi
ki/ Solenopsis_sp

Solenopsis sp

Kingdom:

Animalia

Phylum:

Arthropoda

Class:

Insecta

Order:

Diptera

Family:

Tephritidae

Genus:

Bactrocera

Subgenus:

Bactrocera

Species:

B. dorsalis

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Arthropoda

Upafilum:

Hexapoda

Kelas:

Insecta

Ordo:

Lepidoptera

http://en.wikipedia.org/wi
ki/Bactrocera_dorsalis

Dacus dorsalis Hend

(tidak termasuk) Obtectomera


Superfamili:

Pyraloidea

Famili:

Crambidae

Upafamili:

Schoenobiinae

Genus:

Scirpophaga

Spesies:

S. innotata

http://en.wikipedia.org/wi
ki/ Scirpophag_ innotata

Scirpophaga innotata

Lokasi
Pengambilan
Sampel

NamaLokal

Nama Ilmiah

Jumlah Fungsi
(H,
MA,
SL,)

Plot 1

Ulatdaun

Erienotathrax

BelalangHijau

Oxyachinensis

SL

Laba-laba

Lycorasp

MA

BelalangKayu

Valanganigricornis

SL

UretKumbang

Cosmopolites
sordidus

No.

SemutHitam

Solenopsissp

LalatbuahDacus

DacusdorsalisHend. 9

PenggerekBatang Odoiporuslongicolis 4
(Oliv)

Total

15

MA

58

Berdasarkan hasil pengamatan segitiga fiktorial pada plot 1


menunjukkan bahwa titik-titik koordinat bergerombol di sekitar titik sudut
hama.

Keadaan ini menggambarkan bahwa ekosistem tersebut miskin

terhadap serangga lain dan musuh alami atau sangat labil, serta memerlukan
penanganan khusus dalam upaya pengembangan tindakan preventif.

Rekomendasi yang Ditawarkan untuk Perencanaan Agroekosistem yang


Sehat dan Berlanjut dalam Segi Hama dan Penyakit Tanaman plot 1
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
areal pengamatan memerlukan penanganan yang intensif agar tidak terjadi
peledakan hama. Oleh karena itu, rekomendasi yang ditawarkan untuk
perencanaan agroekosistem yang sehat dan berlanjut adalah pengaplikasian
pengendalian hama terpadu dengan cara pendekatan tentang pengendalian
OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui
pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Strategi yang harus diterapkan adalah memadukan semua tekhnik atau
metode pengendalian OPT yang kompatibel, berupa pemanfaatan musuh
alami, pengelolaan ekosistem melalui budidaya tanaman sehat, pengendalian
fisik dan mekanis serta penggunaan pestisida secukupnya sehingga tidak
menimbulkan hama yang resisten, ledakan haman sekunder dan tercemarnya
lingkungan. Dengan strategi tersebut maka nantinya akan mengoptimalkan
produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani,
menciptakan hasil pertanian yang sehat dan ramah lingkungan akibat
penggunaan pestisida, serta kerusakan tanaman tetap pada ambang ekonomi
yang tidak merugikan.

PLOT 2
Arthropoda yang ditemukan pada plot 2
Lokasi
No. pengambilan
sampel

Nama
lokal

Fungsi
Nama ilmiah

Jumlah

(H, MA,
SL)

PLOT 2

Laba-laba

Lycosa sp.

PLOT 2

Belalang

Valanga

Kayu

Nigricornis

PLOT 2

PLOT 2

Ngengat

Dudusa Vethi

PLOT 2

Ulat

Spodoptera

Lalat

Drosophila

Mimik

sp

MA

SL

47

19

H
1

Exiguna
Klasifikasi

Dokumentasi pribadi

Literatur

Kingdom : Animalia
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Arachnidae

Ordo

: Aroneceae

Famili

: Lycosidae

Genus

: Lycosa

Spesies

: Lycosa sp.

http://www.ozanimals.c
om

Kingdom : Animalia
Filum

: Arthopoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Acridoidea

Genus

: Valanga

Spesies

:Valanga Nigricornis

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Noctuidae

Genus

: Spodoptera

Spesies

: Spodoptera

zh.wikipedia.org

www.bugwood.org

Exiguna
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Drosophilidae

Genus

: Drosophila

Spesies

: Drosophila sp

http://en.wikipedia.org/
wiki/Drosophila

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Notodontidae

Genus

: Dudusa

Spesies

: Dudusa Vethi

No.

www.flickriver.com

Lokasi

Jumlah individu yang berfungsi

pengembalia

sebagai

n sampel

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

PLOT 2

67

73

91,7%

4,1%

4,1%

JumlahIndividu

Persentase

Presentase

TitikPengambila
nSampel

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

Plot 2titik 1

11

12

91,6%

8,4%

Plot 2titik 2

17

100%

Plot 2 titik3

23

24

95,8%

4,2%

Plot 2titik 4

77,7%

22,3%

Plot 2titik 5

11

81,8%

18,2

Agroekosistem

Hubungan Segitiga fiktorial dengan Agroekosistem


Tabel . Presentase Keragaman Arthropoda
TitikPengambilanSamp
el/Agroekosistem

JumlahIndividu

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

67

73

91,8%

4,1%

4,1%

Plot 1
Plot 2
Plot 3

Plot 4

Tabel. Prosentase Keragaman Serangga Plot 2


TitikPengambilanSamp
el/Agroekosistem
Plot 4

JumlahIndividu

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

67

73

91,8%

4,1%

4,1%

Berdasarkan hasil pengamatan segitiga fiktorial pada plot 2


menunjukkan bahwa titik-titik koordinat bergerombol di sekitar titik sudut
hama.

Keadaan ini menggambarkan bahwa ekosistem tersebut banyak

terdapat populasi hama.

Rekomendasi yang Ditawarkan untuk Perencanaan Agroekosistem yang


Sehat dan Berlanjut dalam Segi Hama dan Penyakit Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
areal pengamatan pada plot 2 sudah menunjukkan ekosistem yang seimbang,
terbukti dari jumlah musuh alami yang jumlahnya sedikit daripada jumlah
hama dan serangga lain. Jadi untuk rekomendasi pada plot 2 ini adalah harus
selalu menjaga keseimbangan ekosistem yang ada dengan cara melakukan
rotasi tanaman supaya tidak terjadi ledakan

PLOT 3
Arthropoda yang ditemukan pada plot 3
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

:Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Odonata

Subordo

: Anisoptera

Superfamil

:Libelluloidea

Famili

: Libellulidae

Genus

: Orthetrum

Species

: Orthetrum

Dokumentasi Pribadi

Literatur

http://id.wikipedia.org/wi
ki/Capung

Sabina
Kingdom

: Animalia

Divisio

: Arthropoda

Kelas

: Insekta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Noctuidae

Genus

: Spodoptera

Spesies

: Spodoptera

litura

www.bugwood.org

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Famili

: Minochilas

Genus

: Menochilus

Spesies

: Menochilus

www.meloidae.com

sexmaculatus
Kingdom

: Animalia

Divisi

: Rhopalocera

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Nymphalidae

Genus

: Ypthima

Spesies

: Ypthima

http://id.wikipedia.org/wi
ki/Kupu-kupu

baldus
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Arachnida

Ordo

: Araida

Famili

: Lycosidae

Genus

: Lycosa

Spesies

: Lycosa sp.

www.satwaunik.com

Tabel. Arthropoda yang ditemukan pada plot 3


Fungsi
Lokasi
Titik 1

Titik 2

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Jumlah

(H, MA, SL)

Capung

Orthetrum sabina

MA

Ulat Grayak

Spodoptera litura

Kumbang Spot

Menochilus

MA

sexmaculatus

Titik 3

Kupu-kupu

Ypthima baldus

SL

Titik 4

Ulat Grayak

Spodoptera litura

Titik 5

Laba-laba

Lycosa sp.

MA

Tabel . Prosentase Keragaman Arthropoda


Titik

1
2
3
4
5

Jumlah individu

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

2
0
0
2
0

1
1
0
0
1

0
0
1
0
0

3
1
1
2
1

67 %
0%
0%
100 %
0%

33 %
100 %
0%
0%
100 %

0%
0%
100 %
0 %
0%

Hubungan Segitiga fiktorial dengan Agroekosistem


Tabel. Prosentase Keragaman Serangga Plot 4
Jumlah individu
PLOT
3

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

50 %

37,5 %

12,5 %

Gambar. segitiga fiktorial plot 3

Berdasarkan hasil pengamatan segitiga fiktorial pada plot 3


menunjukkan bahwa titik-titik koordinat bertemu di sekitar titik sudut hama.
Keadaan ini menggambarkan bahwa ekosistem tersebut banyak terdapat hama
sehingga perlu tindakan lebih lanjut untuk mengurangi hama dan
meningkatkan keanekaragaman di plot 3 ini, supaya ada keseimbangan
ekosistem.

Rekomendasi yang Ditawarkan untuk Perencanaan Agroekosistem yang


Sehat dan Berlanjut dalam Segi Hama dan Penyakit Tanaman

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa


areal pengamatan pada plot 3 belum menunjukkan ekosistem yang tidak
seimbang, terbukti dari jumlah hama yang lebih banyak daripada jumlah
musuh alami dan serangga lain. Jadi untuk rekomendasi pada plot 3 ini adalah

harus selalu menjaga keseimbangan ekosistem yang ada dengan cara


melakukan penanaman tanaman pagar seperti andong yang berfungsi sebagai
penahan tanah supaya tidak terjadi longsor,selain itu juga penanaman gulma
berakar dangkal dan berbunga berdaun lebar (legum) untuk tempat bernaung
musuh alami, agar dapat mengurangi penggunaan pestisida. Selain menjaga
ekosistem musuh alami dapat juga melakukan rotasi tanaman supaya tidak
terjadi ledakan hama, misalnya dari tanaman wortel dirotasi dengan tanaman
kubis, seledri dll.

PLOT 4
Arthropoda yang ditemukan pada plot 4
Tabel . Arthropoda yang ditemukan pada plot4
Lokasi
Pengambilan

Fungsi
Nama Lokal

Nama Ilmiah

Jumlah

Sampel

Plot 4 titik 1

(H, MA,
SL)

Capung

Agriocnemis femina

MA

Semut Hitam

Dolichoderus

MA

SL

thoracicus
Plot 4 titik 2

Lalat Buah

Drosophila
melanogaaster

Plot 4 titik 3

Plot 4 titik 4

Kepik

Nezara viridula

Tomcat

Paederus littoralis

Kumbang

Menochillus

MA

Kubah spot M

sexmaculatus

Belalang hijau Oxya chinensis

Capung

Agriocnemis femina

MA

Semut Hitam

Dolichoderus

MA

MA

cancrivora 1

MA

thoracicus
Plot 4 titik 5

Laba-Laba

Lycora sp

Katak

Fejervarya
Gravenhorst

Capung

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

:Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Odonata

Subordo

: Anisoptera

Superfamil

:Libelluloidea

Famili

: Libellulidae

Genus

: Orthetrum

Species

: Orthetrum

Agriocnemis femina

Dokumentasi Pribadi

MA

Literatur

http://id.wikipedia.org/wi
ki/Capung

Sabina
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Diptera

Family

: Tephritidae

Genus

: Bactrocera

Subgenus

: Bactrocera

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Famili

: Minochilas

Genus

: Menochilus

Spesies

: Menochilus

sexmaculatus

www.bugguide.net

www.meloidae.com

Kerajaan

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Acrididae

Genus

: Oxya

Spesies

: Oxya

http://sv.wikipedia.org/w
iki/Oxya_chinensis

chinensis
Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Drosophilidae

Genus

: Drosophila

Spesies

: Drosophila

http://ms.wikipedia.org/
wiki/Lalat_buah

melanogaster
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amfibia

Bangsa

: Anura

Suku

: Ranidae

Genus

: Fejervarya

Spesies

http://id.wikipedia.org/wi
ki/Kodok_dan_katak

Fejervarya

cancrivora
Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hempitera

Famili

: Pentatonimae

Genus

: Nezara

Spesies

: Nezara

viridula

http://en.wikipedia.org/w
iki/Nezara_viridula

Ordo

: Hymenoptera

Devisi

: Holometabola

Kelas

: Insecta

Family

: Formicidae

Genus

: Lacius

http://id.wikipedia.org/wi

Spesies

: Lasius

ki/Semut

Fuliginosus

Gambar.7 Kumbang Kubar Spot M


Jumlah Individu

Titik

Presentase

Pengambilan
Sampel

/ Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

Agroekosistem
Plot 4 titik 1

100%

Plot 4 titik 2

67%

33%

Plot 4 titik 3

50%

50%

Plot 4 titik 4

100%

Plot 4 titik 5

100%

Hubungan Segitiga fiktorial dengan Agroekosistem


Tabel . Prosentase Keragaman Arthropoda
Titik

Pengambilan Jumlah Individu

Sampel/Agroekosistem

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

19

23

13%

82%

5%

Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4

Tabel. Prosentase Keragaman Serangga Plot 4


Titik

Pengambilan Jumlah Individu

Sampel/Agroekosistem
Plot 4

Presentase

Hama

MA

SL

Total

Hama

MA

SL

19

23

13%

82%

5%

Gambar segitiga fiktorial plot 4

Berdasarkan hasil pengamatan segitiga fiktorial pada plot 4


menunjukkan bahwa titik-titik koordinat bergerombol di sekitar titik sudut
musuh alami. Keadaan ini menggambarkan bahwa ekosistem tersebut banyak
terdapat populasi musuh alami.
Rekomendasi yang Ditawarkan untuk Perencanaan Agroekosistem yang
Sehat dan Berlanjut dalam Segi Hama dan Penyakit Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
areal pengamatan pada plot 4 sudah menunjukkan ekosistem yang seimbang,
terbukti dari jumlah musuh alami yang jumlahnya lebih banyak daripada

jumlah hama dan serangga lain. Jadi untuk rekomendasi pada plot 4 ini
adalah harus selalu menjaga keseimbangan ekosistem yang ada dengan cara
melakukan rotasi tanaman supaya tidak terjadi ledakan hama.

3.1.2.4 Cadangan Karbon

No

Penggunaan
Lahan

Tutupan
Lahan

Manfaa
t

Posisi
Lereng

1
2
3
4
5
6
7
8

Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry
Agroforestry

Pohon X
Nangka
Alpukat
Pisang
Mangga
Apel
Wortel
bawang
merah

K
B
B
B/ D
B
B
B
D

A
T
T
T/ B
T
T
B
B

Tingkat Tutupan
Kanopi
T
S
S
S
S
T
R
R

Seresah
S
S
S
S
S
S
R
R

Jumlah
Spesies

Kera Cpatan Stock

> 30
5
6
10
10
20
>30
10

T
R
R
R
R
S
T
R

Total C-Stock
Plot 1. Data Cadangan Karbon Hutan

NO Penggunaan
lahan
1
Agroforestry
2
Hutan

Tutupan
lahan
Pisang
Tanaman
kayu
3
Hutan
Tanaman
tahunan
4
Agroforestry nangka
5
Hutan
semak
Total C-Stock

80
20
20
20
20
50
80
20
310

manfaat Posisi
lereng
B,D
T
K
A

Tingkat tutupan
kanopi Seresah
T
T
-

Jumlah kerapatan Cspesies


stock
5
T
80
>30
T
80

15

250

B
-

B
T,B

5
>30

S
T

50
250
710

Plot 2. Data Cadangan Karbon Agroforestry

No

Penggunaa Tutupan Lahan


n
Lahan
1
Pemukiman Rumah
Tanaman
semusim
2
Tegalan
Bunga kol
3
Tegalan
Kubis
4
Tegalan
Kacang hijau
Tanaman tahunan
6
Sungai
Bambu
7
Sungai
Pisang
8
Sungai
Rumput gajah
Total C-Stock

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah

Jumlah
Spesies

Kerap
atan

15

CStock

1
B
B
B/ BJ

T
A
A

R
R
R

R
R
R

>30
>30
>30

S
S
S
50

P
B/D
D

B
B
B

T
T
T

Plot 3. Data Cadangan Karbon Tanaman semusim

Plot 4. Tanaman semusim dan Pemukiman

T
T
T

10
5
>30

S
S
S
51

Keterangan :
Manfaat: Bu (buah), D (Daun), A (Akar), Bi (Biji), K (kayu)
Posisi lereng: A (Atas), T (tengah), B (bawah)
Tingkat tutupan canopy dan seresah: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Kerapatan: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Tabel Nilai C-Stock pada berbagai tenis penggunaan lahan dan kerapatan
pohon

Peran lansekap dalam menyimpan cadangan karbon bergantung pada


No.

Penggunaan
lahan

Tutupan
Lahan

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat
Tutupan
Kanopi

1
2
3
4

Jumlah
Spesies

Kerapat
an

CStock

Tanaman
Semusim
Tanaman
Semusim
Tanaman
Semusim

Kubis

Seresa
h
R

Daun
bawang
Wortel

Hutan

Tanaman
semak

A/T

250

Total C-Stock

253

tingkat luasan tutup lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis
pepohonan baik tipe tumpangsari (campuran) atau monokultur. Namun
demikian besarnya karbon tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan
lahan tergantung pada jenis kerapatan dan umur pohon Oleh karena itu ada
dua parameter yang diamati oada setiap penggunaan lahan yaitu jenis pohon
dan biomassa yang dinilai dengan Above Ground C-Stock. Ada tiga macam
penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang pertama adalah hutan produksi
dengan tutupan lahan pisang dengan C-Stock 80, tanaman kayu dengan CStock 80, tanaman tahunan dengan C-Stock 250, nangka dengan C-Stock 50,
dan semak dengan C-Stock 250. Sehingga C-Stock pada penggunaan lahan

hutan sebesar 710/ha. Penggunaan lahan yang kedua adalah agroforestry


dengan tutupan lahan antara lain pohon X dengan C-Stock 80, nangka dengan
C-Stock 20, alpukat dengan C-Stock 20, pisang dengan C-Stock 20, mangga
dengan C-Stock 20, apel dengan C-Stock 50, wortel dengan C-Stock 80,
bawang merah dengan C-Stock 20. Sehingga C-Stock pada penggunaan lahan
agroforestry sebesar 310/ha. Penggunaan lahan yang terdapat pada plot 3
adalah tanaman semusim dengan tutupan lahan antara lain kubis dengan CStock 1, daun bawang dengan C-Stock 1, wortel dengan C-Stock 1, tanaman
semak dengan C-Stock 250. Sehingga C-Stock pada penggunaan lahan
tanaman semusim sebesar 253/ha.
Maka dapat diketahui bahwa penggunaan lahan hutan produksi lebih
banyak menyimpan cadangan karbon daripada penggunaan lahan agroforestry
dan tanaman semusim. Tutupan lahan seperti pepohonan yang memiliki
kerapatan pohon lebih tinggi, berat jenis pohon dan umur tanaman dapat
menyimpan carbon dalam jumlah yang lebih banyak sehingga semakin
banyak tutupan lahan berupa tanaman pohon, maka cadangan carbon dilahan
tersebut semakin banyak dan merupakan indikator pertanian berlanjut.

3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi


3.1.3.1 Economically Viable (Keberlangsungan Secara Ekonomi)

PLOT 1 (Kelompok 1)
Kemampuan Masyarakat Menghasilkan untuk Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-hari dari bidang pertanian (perhitungan pendapatan usahatani)
Identitas Petani
Nama

: Bapak Tanto

Pekerjaan

: Petani

Luas Lahan

: 0,15 Ha (Sawah)

Status Lahan

: Milik sendiri

Jenis Tanaman

: Kubis dan Wortel


Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi

Jenis
Tanaman
Kubis
Wortel

Luas
Lahan
(m2)
750 m2
750 m2

Jumlah
Produksi
(kg)
3500
3500

Harga/kg
(Rp)
1000
2000

Nilai Produksi
(Rp)
3.500.000
6.000.000

Tabel 3. Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman


Jenis Tanaman

Unit
1500 m2
2625 buah

Luas Lahan (ha)


Sewa Lahan (Rp)
Bibit
Pupuk
-Za
-Urea
-Phonska
Pestisida Kimia
endure
Pestisida Kimia II
Pestisida Organik
Tenaga kerja
- Dalam Keluarga
- Luar Keluarga
Biaya Lain-lain
- Bensin
Jumlah Biaya

Harga/Unit
(Rp)
50.000

Jumlah Biaya
(Rp)
3.750.000

40

105.000

2 sak
100 kg
100 kg
700 ml

95.000
1.200
1.400
150.000

190.000
120.000
140.000
1.050.000

2 pack
-

110.000
-

220.000
-

2 orang
7 orang
16 liter

40.000
40.000
8.500

80.000
280.000
104.000
5.819.000

Penerimaan Kubis

=PxQ
= Rp 1000 x 3.500 kg
= Rp 3.500.000

Penerimaan Wortel = Rp 2000 x 3.000 kg


= Rp 6.000.000
Total Penerimaan = Rp 3.500.000 + Rp 6.000.000
= Rp 9.500.000
R/C Ratio = Penerimaan/Biaya
= Rp 9.500.000 / Rp 5.819.000 = 1,63

Berdasarkan hasil perhiungan R/C ratio, didapatkan hasil


sebesar 1,63. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha tani yang
dilakukan tersebut layak secara finansial atau ekonomi karena setiap 1
rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,63
rupiah dengan menanam kubis dan wortel.

Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input


produksi
Pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Family Income)
merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya yang
dibayarkan atau explisit cost. Explisit cost tidak menghitung biaya
tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan milik sendiri, bunga modal
sendiri dan penyusutan (Herdt, 1978). Perhitungan GFFI dapat
dirumuskan sebagai berikut:
GFFI = Y . Py ri . Xi
Keterangan:
Y

= jumlah produksi yang diperoleh dari usahatani (unit)

Py

= harga produksi (Rp/unit)

ri

= harga input ke-i

Xi

= jumlah penggunaan input ke-i

Dengan diketahui:
Y

= 6.500 kg

Py

= Rp 2.000/kg

ri . Xi = Rp 5.819.000
Sehingga nilai GFFI dari usahatani kubis dan pakchoi yang dilakukan
oleh petani responden ialah sebagai berikut:
GFFI

= Y . Py ri . Xi

= (6.500 kg x Rp 2.000/kg) - Rp 5.819.000


= Rp 13.000.000 Rp 5.819.000
= Rp 7.181.000,Dari hasil perhitungan, besarnya GFFI atau pendapatan kotor
yang diperoleh petani responden tersebut ialah Rp 7.181.000. Besaran

tersebut dapat dikatakan sebagai penghasilan yang diperoleh selama


sekali musim tanam kubis dan wortel.

PLOT 2 (Kelompok 2)
Kemampuan

Masyarakat

Menghasilkan

untuk

Pemenuhan

Kebutuhan Sehari-hari dari bidang pertanian (perhitungan


pendapatan usahatani)
Berikut data usaha tani dari hasil wawancara petani :
BIAYA VARIABEL/ TV
Tenaga Kerja

BIAYA TETAP/ TF

@25000x2TK x 4

200.000

Urea

100000/50kg

100.000

TSP

175000/50kg

175.000

Ponska

200000/50kg

200.000

NPK Mutiara

425000/50kg

425.000

Bibit

@80 x 2000

160.000

@280000 x 1 L

280.000

Pupuk

Pestisida
Biaya Lain-lain

Pajak Lahan

500000/th

500.000

Cangkul

50000/th

50.000

Sabit

25000/th

25.000

Alat Penyiraman

40000/th

40.000

Peralatan

Biaya Lain-lain

200.000

200.000

TVC : Rp. 1.640.000,-/musim

TFC : Rp. 815.000,-/th

Rp. 1.640.000,- x 3 = Rp Rp. 4.920.000,-/th

Rp. 815.000,- : 3 = Rp. 271.666,-/musim

(dikali 3 karena dalam 1 tahun panen 3x)

(dibagi 3 untuk per musim)

TOTAL BIAYA / TC : Rp. 5.735.000,-/th


TOTAL BIAYA / TC : Rp. 1.911.666,-/musim

PENERIMAAN
Kubis

2 ton x 3000/kg

Rp. 6.000.000

Wortel

8 kw x 3000/kg

Rp. 2.400.000

Total Penerimaan / TR

Rp. 8.400.000/musim
Rp. 25.200.000/th

BEP
BEP UNITmusim
BEP
HARGAmusim

271.666/{3000-(1.640.000/2800kg)}

271.666/3000-

585,71 = 112,52 kg/musim


1.911.666/2800 = Rp. 682,73,-

R/C RATIO
TR/Tcmusim

8.400.000/1.911.666 = 4,39

Jumlah penjualan per unit lebih dari nilai BEP yang telah dihitung, usaha ini
dinyatakan layak dari perhitungan BEP unit. Dari harganya sendiri, usaha ini juga
dinilai layak karena melebihi dari BEP harga yang ditemukan. Dengan nilai R/C
rasio lebih dari 1, maka usaha tani tersebut dinyatakan layak. Usahatani ini bisa
dikatakan layak karena GFFI, BEP dan R/C ratio yang didapat cukup besar,
dimana masing-masing mendapat GFFI = Rp 6.488.334, BEP = Rp 112,52 dan
R/C ratio 4,39

Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input


produksi
a. Hasil panen
Dari hasil panen, petani mendapatkan laba Rp. 6.488.334,per musimnya. Uang ini cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup petani.
b. Ternak (2 ekor kambing, milik sendiri)
Petani masih belum menjual hasil ternaknya, tapi bila dijual
kambing tersebut akan menghasilkan Rp. 11.000.000,- untuk 2
ekor kambing dewasa.

PLOT 3 (Kelompok 3)
Kemampuan Masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari

dari

bidang

pertanian

(perhitungan

pendapatan

usahatani)!
Untuk komoditas tanaman yang paling dominan adalah tanaman
wortel tetapi petani juga menanam tanaman terong. Modal berasal
dari uang sendiri dan tidak meminjam uang pada bank. Untuk bibit
dan pupuknya semua serba beli. Untuk hasil panennya semua dijual
pada tengkulak dengan harga wortel Rp 3.000/kg. Untuk komoditas
terong harga perkilonya Rp 2.000/ kg. Harga jual pada komoditas
wortel dan terong yang diterima petani dari tengkulak memang
tinggi karena harga pasar untuk komoditas tersebut pada saat itu juga
sedang tinggi.
Penghasilan yang didapat mastarakat untuk pengembalian input
produksi:

Tenaga kerja
Petani di desa Kekep menggaji 7 orang buruh dengan upah
sebesar Rp 35.000/ orang. Karena pada sistem pertanian pada
desa Kekep ini adalah gotong royong yaitu, jadi pada saat salah
satu warga ada yang sedang membutuhkan tenaga kerja untuk
mengelola lahannya maka warga lainnya ikut membantu. Begitu
seterusnya saling gotong royong.

Bibit,
Untuk bibit petani membeli, dan harga bibit wortel Rp
50.000/kaleng. Pada lahan di plot 3 yang seluas 6000 m2
memerlukan bibit wortel sebanyak 90 kaleng. Penggunaan
bibitnya yaitu dengan cara disebar baru pada waktunya tiba
dilakukan penjarangan untu menghasilkan wortel yang besar.

Pupuk,

Untuk kebutuhan pupuk tanaman wortel, menggunakan pupuk


kandang dan pupuk kimia dengan cara membeli. Harga pupuk
kandang 1 karungnya Rp. 13.000.

Kelayakan Usahatani
Pendapatan kotor petani (Tanaman wortel)
= Penerimaan total Biaya yang dibayarkan
= Rp 15.000.000 1.343.000
= Rp 13.657.000
R/C Ratio =
=

= 11,16 (layak)

PLOT 4 (Kelompok 4)
Produksi, Nilai Produksi, Penggunaaan Input dan Biaya Usahatani
Tanaman Kubis

Jenis

Luas Tanam Jumlah

Tanaman

(ha)

Produksi (kg)

Kubis

180 m2

10 ton

Harga/kg

Nilai Produksi

Rp 2.000

Rp. 20.000.000

Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman Kubis


Jenis Tanaman

Unit

Harga/unit

Jumlah Biaya

Luas Lahan

180 m2

Bibit

720

40

28.800

Pupuk
-

Urea ( Pupuk N)

1 sak/ 50 kg

Rp 95.000/sak

Rp 95.000

NPK

2 sak/ 50 kg

Rp 450.000/sak

Rp 900.000

Organik

1 karung/25 kg

Rp 15.000/karung

Rp 15.000

300 ml

150.000

150.000

Pestisida kimia
-

Curakron

Pestisida
organic/nabati/hayati
Tenaga Kerja

Dalam Keluarga

Rp 40.000

Rp 120.000

Luar Keluarga

Laki laki 3

Rp 40.000

Rp 120.000

Perempuan 4

Rp 20.000

Rp 80.000

12 liter

8.500

102.000

Biaya Laim lain


Transport
Jumlah Biaya

1.610.800

Pendapatan kotor petani (Tanaman Kubis) = Penerimaan total Biaya


yang dibayarkan
= Rp 20.000.000 1.610.800
= Rp 18.389.200
Kelayakan usahatani Tanaman Kubis
R/C Ratio =
=

= 12,4 (layak)

Produksi, Nilai Produksi, Penggunaaan Input dan Biaya Usahatani


Tanaman Wortel
Jenis

Luas Tanam Jumlah

Tanaman

(ha)

Produksi (kg)

Wortel

100 m2

3 ton

Harga/kg

Nilai Produksi

Rp 3.000

Rp. 9.000.000

Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman Wortel


Jenis Tanaman

Unit

Harga/unit

Jumlah Biaya

Luas Lahan

100 m2

Bibit

1.600

40

64.000

Pupuk
-

Urea ( Pupuk N)

1 sak/ 50 kg

Rp 95.000/sak

Rp 95.000

NPK

1 sak/ 50 kg

Rp 450.000/sak

Rp 450.000

Organik

1 karung/25 kg

Rp 15.000/karung

Rp 15.000

Pestisida kimia
-

200 ml

Curakron

Pestisida

100.000

100.000

organic/nabati/hayati
Tenaga Kerja
Dalam Keluarga

Rp 40.000

Rp 80.000

Luar Keluarga

Laki laki 2

Rp 40.000

Rp 80.000

Perempuan 3

Rp 20.000

Rp 60.000

12 liter

8.500

102.000

Biaya Laim lain


Transport
Jumlah Biaya

1.046.000

Pendapatan kotor petani (Tanaman Wortel) = Penerimaan total Biaya


yang dibayarkan
= Rp 9.000.000 1.046.000
= Rp 7.954.000
Kelayakan usahatani Tanaman Wortel

R/C Ratio =
=

= 8,6 (layak)

Intepretasi hasil perbandingan :


Dari hasil wawancara J1, J2, J3 dan J4 semua petani mendapatkan
penghasilan dari hasil pertanian dan sedikit tambahan dari penjualan ternak.
Kesemua usaha tani para petani dari plot pertama sampai plot 4 adalah
layak, karena nilai r/c ratio-nya lebih dari satu. Dari hasil perhitungan
BEP unit dan harga juga sudah berada di atas.

3.1.3.2 Ecologically Sound (Ramah Lingkungan)


Kelompok 1 (PLOT 1)
Kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organism tanah) perlu

dipertahankan dan ditingkatkan. Berdasarkan hasil wawancara yang kami


lakukan, bahwa dalam pembudidayaan tanamannya petani tersebut
menggunakan bibit kubis yang beli, sedangkan bibit wortel membuat sendiri
dengan cara tanaman wortel yang berbunga ditanam kembali dan yang tua
dicabut.
Dalam pemberian pupuk juga menggunakan pupuk kimia dan pupuk
kandang, pupuk yang digunakan adalah urea, mutiara, dan Za. Untuk pupuk
kandang dibuat sendiri dari hasil kotoran ternak. Selain itu, pemberian
pupuk dalam usaha tani ini tidak berlebihan, sesuai dosis yang dibutuhkan
oleh tanaman yang dibudidayakan yaitu wortel dan kubis. Dari hal tersebut
dapat diketahui bahwa system pertanian yang dilakukan mulai berorientasi
pada ramah lingkungan, namun dari sebagian besar inputnya masih terdiri
dari bahan kimia yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan pestisida
kimia. Kemudian dilihat dari pola tanamnya, bapak tersebut menggunakan
monokultur sehingga biodiversitas rendah.
Pada pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan, Petani di daerah
tersebut individualis, dapat dilihat dari tidak adanya kelembagaan seperti
kelompok tani pada masyarakat setempat, sehingga rendahnya teknologi
yang diterima oleh masyarakat tersebut tidak ada penyuluhan.
Tidak ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian, karena
lahan tersebut menjadi media sebagai mata pencaharian para penduduk desa
yang sebagian besar sebagai petani. Dalam 2 tahun terakhir ini tidak ada
pembukaan areal hutan untuk pertanian dan tidak ada perubahan luasan
hutan yang dikelola oleh petani yang dimanfaatkan masyarakat di desa.
Selain itu, juga terdapat peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan.yaitu:
lahan yang ada di atas sungai harus di beri plot-plot atau pembatas dari
bebatuan yang di semen supaya tanah tidak langsung masuk ke sungai.
Namun, tidak ada sangsi bagi yang melanggar, jika ketahuan melanggar
hanya diberi teguran dan dianjurkan untuk membuat plo-plotan tersebut.
Dan juga terdapat tempat yang dilindungi oleh masyarakat, yaitu di tempat

yang terdapat mata air. Tempat tersebut dilindungi supaya mata airnya tetap
terjaga, tidak dicemari oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab.
Kelompok 2 (PLOT 2)

Kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi dilingkungan lanskap


Yang dimaksud

kualitas dan kemampuan agroekosistem

dilingkungan lanskap ini merupakan kemampuan ekosistem untuk tetap


menghasilkan produksi yang diinginkan oleh petani namun kualitas serta
kemampuannya tetap terjaga dan tetap berlanjut untuk tetap menopang
keberlanjutan kegiatan pertanian. Kualitas dan kemampuan agroekosistem
yang ada di Dusun Kekep sudah baik karena tidak sepenuhnya
menggunakan pupuk anorganik maka dari itu kualitas organism dalam
tanah juga terjaga. Namun lebih diharapkan lagi untuk lebih ditingkatkan
penggunaan pupuk organic agar tidak hanya organism tanah yang terjaga
tetapi juga kualitas air dan udara bisa lebih baik lagi.
Sistem Pertanian berorientasi pada ramah lingkungan di keragaman hayati
Keragaman hayati pada lahan pertanian ini tidak terlalu baik,
karena petani masih memonokulturkan tanamannya. Tanaman kubis
ditanam hanya dengan kubis dan begitu juga dengan wortel. Lebih baik
lagi jika melakukan kegiatan pertanian dengan system tumpang sari (untuk
holtikultura) atau agroforestri (untuk tanaman perkebunan). Hal ini
dikarenakan petani tetap menggunakan bahan kimia berupa pupuk kimia
(urea, NPK maupun SP 36) selain itu pestisida juga tetap digunakan oleh
petani, dan kebetulan sewaktu fieldtrip dilakukan petani juga sehabis
melakukan penyemprotan pestisida.
Pelestarian Sumber Daya yang dilakukan masyarakat
Menurut keadaan yang kami lihat langsung, belum termasuk
pelestarian yang baik karena masih menggunakan pestisida secara terus
menerus dan sangat bertolak belakang dengan upaya pelestarian.
Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Cara meminimalisasi resiko-resiko alamiah yang bisa dilakukan petani :
a. Penanaman tanaman tahunan untuk mencegah erosi.

b. Pembuatan terasering yang juga untuk pencegahan erosi.


c. Melakukan penanaman secara tumpang sari untuk meminimalisir OPT.
d. Penggunaan pupuk organic.
e. Tidak melakukan sanitasi secara berlebihan (tanaman liar yang
berbunga tidak perlu disanitasi karena bisa bermanfaat sebagai tempat
tinggal musuh alami).

Kelompok 3 (PLOT 3)
Berdasarkan hasil wawancara kami dilapang, kemampuan dan kulitas
agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dibuktikan dengan masih tetap
produktifnya lahan tersebut ditandai dengan hasil panen yang masih cukup
tinggi mencapai 5 ton/ 6000m2. Ini membuktikan bahwa kemampuan dan
kualitas agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dan untuk saat ini adalah
perlu menjaga keadaan tersebut agar tetap mempunyai kualitas dan
kemampuan yang tinggi dimasa yang akan datang.
Pada petani yang kami wawancarai, menyatakan bahwa dalam
pembudidayaan tanman menggunakn pupuk kimia dan pupuk kandang, serta
dalam penanggulangan hama dan penyakit. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa sistem pertanian yang dilakukan mulai berorientasi pada ramah
lingkungan, namun sebagian besar inputnya masih terdiri dari bahan kimia
yang tidak ramah lingkungan. Kemudian dilihat dari pola tanamnya, petani
tersebut menggunakan sistem tanam monokultur sehingga biodeversitasnya
rendah.

Kelompok 4 (PLOT 4)
Agroekosistem yang ada sudah baik maka kualitasnya juga baik
(Kelompok 4) Pupuk dan pestisida yang dipakai petani masih tergolong
pestisida dan pupuk kimia, namun petani juga sudah mulai menerapkan
sedikit-sedikit pupuk organik (pupuk kandang) (Kelompok 4)

Perbandingan :
Dari data keempat kelompok yang ada mengenai ecological adjust bisa
dibandingkan bahwa kualitas ekosistem yang ada sudah baik dan mengenai
pertanian ramah lingkungannya, keempat titik sudah mulai mengarah ke
pertanian ramah lingkungan namun mereka juga masih menggunakan pupuk
dan pestisida kimia. Dengan kegiatan pertanian yang masih menggunakan
bahan kimia serta penanaman tanaman yang masih monokultur tentu petani
seharusnya sadar dengan resiko yang kemungkinan didapat

dan

meminimalisir resiko tersebut dengan usaha-usaha yang sudah ada ditabel


kelompok dua.

3.1.3.3 Socially Just (Berkeadilan-Menganut azas keadilan)


PLOT 1 (Kelompok 1)
Sistem pertanian yang berkeadilan sosial (socially just equitable)
adalah sistem pertanian yang menghargai martabat, hak asasi individu dan
kelompok-kelompok dan memperlakukannya secara adil. Sistem tersebut
menyediakan akses ke informasi, pasar, dan usaha tani lain yang terkait
dengan sumberdaya, khususnya lahan.
Kriteria pertanian berkelanjutan (Suistainable agriculture) menurut
SEARCA (2005) adalah sistem pertanian yang : berkelangsungan ekonomi
(economically viable), ekologis dan bersahabat atau ramah lingkungan
(ecologically sound and friendly/ enviromentally), berkeadilan sosial
(socially just equitable), cocok secara budaya (culturally approopriate).

Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian adalah berupa


hak-hak
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani pemilik lahan yang
bernama Pak Tanto, beliau memiliki hak penggunaan fungsi lahan.
Pak Tanto memiliki hak penggunaan fungsi lahan pertanian atas
lahan yang dimilikinya seluas 1500 m2 yang merupakan lahan
sawah.

Keanekaragaman,

kepemilikan

keanekaragaman hayati

dan

melestarikan

Lahan yang dimiliki oleh Pak Tanto merupakan lahan milik pribadi
dan

dikelola

sendiri

oleh

Pak

Tanto.

Komoditas

yang

dibudidayakan oleh Pak Tanto adalah komoditas kubis dan wortel.

Pemuliaan dan Pengembangan


Berdasarkan

hasil

wawancara,

kegiatan

pemuliaan

dan

pengembangan tanaman yang dibudidayakan dilakukan dengan


cara pembuatan bibit sendiri untuk bibit wortel, pembuatannya
dengan cara tanaman wortel yang berbunga ditanam kembali dan
yang tua dicabut, penanaman tanaman, hingga perawatan tanaman
seperti : pemberian pupuk pupuk kandang dan pupuk an-organik
seperti urea, mutiara, dan Za. Selain itu juga dilakukan
pengendalian hama secara kimia menggunakan pestisida.

Saling menukar dan menjual benih


Untuk bibit kubis Pak Tanto membeli dari toko pertanian sedang
kan untuk bibit wortel Pak Tanto membuat sendiri bibitnya.

Memperoleh Informasi Pasar


Hasil pertanian kubis dan wortel milik Pak Tanto dijual dipasar
dengan harga standar untuk kubis dan di bawah harga standar
untuk wortel. Untuk kubis dibeli oleh tengkulak dengan harga yaitu
Rp 1000/kg, sedangkan untuk wortel dibeli oleh tengkulak dengan
harga Rp 2000/kg . Informasi pasar yang diperoleh Pak Tanto
cukup baik sehingga beliau dapat menjual hasil panennya ke pasar
sesuai harga pasar/ sesuai harga musim.

Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi)


Artinya semua bentuk kehidupan baik tanaman, hewan, dan
manusia dihargai secara proporsional. Untuk karakter humanistik
terhadap tanaman dan hewan kami menyimpulkan bahwa Pak
Tanto kurang menerapkan pada lahan yang dibudidayakannya
sekarang. Karena Pak Tanto lebih memilih untuk menggunakan
bahan-bahan kimia atau an-organik dalam proses budidayanya,
seperti pupuk anorganik dan penggunaan pestidida untuk
menanggulangi hama dan penyakit pada tanaman budidayanya.

Walaupun Pak Tanto masih menggunakan pupuk kandang, tetapi


hanya

digunakan

pada

saat

awal

musim

tanam.

Untuk

penanggulangan hama dan penyakit, Pak Tanto menggunakan


pestisida kimia dan untuk budidayanya lebih banyak menggunakan
pupuk an-organik atau pupuk kimia.

PLOT 2 (Kelompok 2)
Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian (hak)
Petani memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian dan
dibantu sedikit oleh hasil ternaknya. Jadi, petani mendapatkan hak yang
terpenuhi dari mengelola lahan pertanian tersebut.
Penggunaan fungsi lahan pertanian
Untuk kategori penggunaan fungsi lahan pertanian masih
digunakan untuk monokultur sawah dengan kepemilikan lahan adalah milik
petani sendiri seluas 654 meter persegi.
Keanekaragaman, kepemilikan, dan melestarikan keanekaragaman hayati
Untuk aspek keanekaragaman hayati, sangat disayangkan karena
pada plot tiga yang keseluruhannya adalah monokultur padi maka tingkat
keanekaragamannya sangat kecil. Dan dampak langsung yang bisa
dirasakan oleh petani adalah berkembangnya hama yang menyerang
tanaman budidaya mereka. Hal ini bisa terjadi karena tidak ada tempat
tinggal yang tersedia bagi para musuh alami.
Penulisan dan pengembangan
Keanekaragaman merupakan hal yang sangat penting dan harus
dijaga dalam sebuah system pertanian. Karena selain dapat menekan hama
dan gulma, keanekaragaman yang ada (khususnya keanekaragaman tanaman
budidaya) dapat mencegah terjadinya gagal panen. Sebagai contoh tumpang
sari antara padi dengan ubi jalar yang ditanam disekitar pematang sawah.
Jika padi yang menjadi komoditas unggulan terancam gagal panen, maka
paetani masih bisa memanen ubi kalar dan diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Maka dari itu ada baiknya petani sadar akan
keragaman ini dan mulia mengurangi praktek monokultur mereka sedikit

demi sedikit. Dari hasil wawancara juga didapat informasi bahwa pupuk
juga masih dibeli dan pupuk kandang hanya sedikit saja yang diolah
langsung oleh petani di daerah tersebut. Padahal jika sadar akan hal itu
petani bisa mengurangi biaya yang mereka gunakan untuk pembelian pupuk
kimia selama ini dan jika memungkinkan petani juga bisa menjual pupuk
tersebut, sehingga dampaknya dapat dirasakan petani dalam hal ekonomi
masing-masing rumah tangga.
Saling menukar dan menjual benih ke masyarakat
Petani tidak melakukan tukar dna menjual benih kepada
masyarakat. Dalam penyediaan benih, petani membeli dari pihak luar
seharga Rp. 80,-/bibit.
Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas demand-suply)
Petani mendapat akses baik untuk informasi pasar tetapi seluruh
hasil panennya dijual dan dipasarkan ke para tengkulak.

Hal ini

dikarenakan mereka malas harus pergi ke pasar, transportasi dan segala


macam. Mereka juga berpikir bahwa selisih menjual ke tengkulak dan ke
pasar tidak berbeda jauh. Padahal hal ini berdampak juga pada pendapatan
petani, sebab jika petani bisa menjual hasil panen sendiri tentu mereka bisa
menentukan sendiri harga dagangan dan tanpa terkena potongan harga
tengkulak.
Karakter humanistic (semua bentuk kehidupan dihargai secara proporsional)
Tidak semua bentuk kehidupan dihargai. Yang paling dominan
adalah kubis dan wortel. Kehidupan musuh alami juga terganggu dengan
adanya pestidida kimia yang digunakan oleh petani. Begitu juga dengan
mikroorganisme tanah yang ada juga terganggu.
Martabat dasar semua mahluk hidup dihargai
Martabat makhluk hidup tidak semuanya dihargai dengan baik.
Ada makhluk hidup yang diprioritaskan, yaitu kubis dan wortel. Dan ada
makhluk hidup yang diabaikan yaitu musuh alami.

PLOT 3 (Kelompok 3)
Penggunaan fungsi lahan pertanian

Kondisi penggunaan lahan disana kurang sesuai karena para petani


menanam tanaman semusim sedangkan kondisi didaerah tersebut memiliki
kelerengan yang sangat curam sehingga cocok ditanami tanaman tahunan
agar dapat mengendalikan laju erosi dan longsor.
Keanekaragaman, kepemilikan
Keanekaragaman hayati sudah cukup baik karena dalam satu landscape
terdapat beberapa macam tanaman sehingga dapat mengurangi serangan
hama dan penyakit.
Pemuliaan dan pengembangan
Petani sudah menggunakan pemuliaan dan pengembangan. Perkembangan
yang diikuti yaitu perkembangan teknologi dan informasi. Teknologi
saprodi terbaru juga mudah mereka terima. Penggunaan berbagai varietas
tahan juga sudah mereka coba gunakan.
Saling menukar dan menjual benih ke masyarakat
Petani tidak melakukan tukar menukar bibit, melainkan membeli dari orang
luar daerah/penjual benih langsung.
Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas demand-suply)
Petani tidak mendapat akses baik untuk informasi pasar karena itu seluruh
hasil panennya dijual dan dipasarkan ke para tengkulak.
Karakter humanistic (semua bentuk kehidupan dihargai secara
proporsional)
Tidak semua bentuk kehidupan dihargai. Yang paling dominan adalah
tanaman semusim yang ditanam oleh petani. Hal ini menyebabkan semua
rangkaian kehidupan dalam ekosistem tersebut terganggu.
Martabat dasar semua mahluk hidup dihargai
Martabat makhluk hidup tidak adil dihargai. Seperti yang disebutkan di atas,
ada yang diutamakan dan ada yang disingkirkan.

PLOT 4 (Kelompok 4)
Penggunaan fungsi lahan pertanian

Berdasarkan hasil wawancara di lapang, kemampuan dan kulitas


agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dibuktikan dengan masih tetap
produktifnya lahan tersebut ditandai dengan hasil panen yang masih cukup
tinggi mencapai 10 ton/280 m2. Ini membuktikan bahwa kemampuan dan
kualitas agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dan untuk saat ini adalah
perlu menjaga keadaan tersebut agar tetap mempunyai kualitas dan
kemampuan yang tinggi dimasa yang akan datang.
Keanekaragaman, kepemilikan
Keanekaragaman hayati sudah cukup baik karena dalam satu landscape
terdapat beberapa macam tanaman sehingga dapat mengurangi serangan
hama dan penyakit.
Pemuliaan dan pengembangan
Petani sudah menggunakan teknik pemuliaan dan pengembangan.
Perkembangan teknologi dan varietas tahan juga terus mereka ikuti. Mereka
termasuk petani yang mudah menerima inovasi-inovasi terbaru.
Saling menukar dan menjual benih ke masyarakat
Petani tidak melakukan tukar menukar bibit, melainkan membeli dari orang
luar daerah/penjual benih langsung.
Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas demand-suply)
Informasi pasar sudah didapatkan dengan lumayan baik, tetapi para petani
masih menjual ke tengkulak karena mereka masih berpikir selisih harga
tidak akan jauh.
Karakter humanistic (semua bentuk kehidupan dihargai secara
proporsional)
Kehidupan tidak berjalan sesuai proporsi karena masih ada yang dominan
yaitu tanaman yang ditanam oleh petani.
Martabat dasar semua mahluk hidup dihargai
Martabat semua makhluk hidup ada yang dihargai dan ada yang tidak
dihargai. Hal ini karena tuntutan ekonomi yang dijadikan alasan utama.

Interpretasi :

Penggunaan lahan di Desa kekep seluruhnya adalah penanaman monokultur


dan hal ini sangat beresiko dengan pentebaran hama di lahan pertanian.
Resiko itu juga didapat akibat dari rendahnya keanekaragaman yang ada
didaerah tersebut. Bibit yang didapat oleh petani ada yang dibuat sendiri dan
ada juga yang dibeli dari penjual benih. Benih yang dibuat sendiri adalah
benih wortel yang ada di plot 1 (kelompok 1).
Untuk informasi pasar kebanyakan petani sudah mendapatkan informasi
pasar yang baik sehingga bisa mendapatkan kemudahan dalam pemasaran
hasil panen mereka. Dan yang terakhir mengenai karakteristik humanistik
dan saling menghargai antar kehidupan mahluk hidup. Keseimbangan
ekosistem pada semua plot hampir sama yaitu semua didominasi oleh
tanaman semusim yang ditanam oleh petani

3.1.3.4 Culturally Acceptable (Berakar pada Budaya Setempat)


PLOT 1 (Kelompok 1)
Selaras/sesuai dengan sistem budaya yang berlaku
Masyarakat

tidak

menggunakan

pranoto

mongso

untuk

melakukan aktivitas pertanian. Untuk menanam tanaman, masyarakat


tergantung pada musim tanam yang terjadi saat itu. Sistem budaya yang
berlaku bisa dilihat dari adanya peraturan di desa tersebut tentang
pemanfaatan lahan, yaitu lahan yang ada di atas sungai harus di beri
plot-plot atau pembatas dari bebatuan yang disemen agar tanah tidak
langsung masuk ke sungai. Tidak ada sangsi bagi yang melanggar,
hanya jika ketahuan melanggar cukup diberi teguran dan dianjurkan
untuk membuat plo-plotan tersebut.
Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilai-nilai
dasar kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja
sama dan rasa kasih sayang
Hubungan yang terjalin dapat dikatakan tidak terlalu erat, hal ini
dapat dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa di desa
tersebut tidak ada panutan dalam pengelolaan usaha tani dalam hal ini
adalah tidak adanya tokoh masyarakat. Tidak ada kegiatan pertanian

yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, dan kerjasama, serta tidak


adanya kelembagaan yang dibangun di tengah-tengah masyarakat.

Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaaan mampu


menyesuaikan

diri

dengan

perubahan

kondisi

usahatani

yang

berlangsung
Masyarakat setempat, salah satu contohnya Bapak Tanto sudah
dapat dikatakan mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi usahatani, hal ini dibuktikan dengan kepemilikan ternak yang
berjumlah 2 ekor sapi sebagai pekerjaan sampingan. Dan tentunya
untuk mengurangi biaya pembelian pupuk dengan menggunakan
kotoran ternak sapi. Pupuk kandang tersebut selain digunakan sendiri
juga dijual kepada petani lain, sehingga dapat menambah penghasilan
tersendiri selain dari hasil usahatani serta kondisi usahatani yang tidak
menentu. Untuk rotasi tanaman, Pak Tanto menanam tanaman kubis
dan wortel yang nantinya dijual ke pasar dengan harga yang wajar.
PLOT 2 (Kelompok 2)
Selaras/sesuai dengan sistem budaya yang berlaku
Pertanian yang dilakukan tidak bertentangan dengan budaya
setempat. Budaya yang berhubungan dengan pertanian adalah budaya
Bersih Desa. Bersih Desa dilakukan dengan mengadakan hajatan,
wayangan, selamatan dan tayuban sebagai bentuk syukur atas hasil
panen dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan diadakannya Bersih Desa
ini mereka berharap panen pada musim selanjutnya bisa lebih baik dan
terhindar dari segala macam musibah dan marabahaya.

Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilai-nilai


dasar kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja
sama dan rasa kasih sayang
Hubungan antar warga masih terjalin dengan baik. Di Desa Kekep
ini masih terjadi gotong royong pada saat terjadi bencana alam berupa
banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di desanya. Pada tahun
2009 lahan pertanian terendam banjir dari meluapnya air sungai di

daerah lahan pertanian tersebut, hal ini membuat warga bergotong


royong untuk memperbaiki semua yang rusak. Tapi untuk kegiatan
panen, tidak ada gotong royong yang dilakukan. Untuk kegiatan
pertanian sendiri, tidak ada kelompok tani dan tidak ada orang yang
dituakan.

Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu


menyesuaikan

diri

dengan

perubahan

kondisi

usahatani

yang

berlangsung terus
Masyarakat petani Desa Kekep ini termasuk masyarakat yang
fleksibel dan luwes. Hal ini bisa dilihat bahwa mereka sekarang sudah
tidak menggunakan Pranoto Mongso (penanaman sesuai dengan
perkiraan musim) dikarenakan iklim yang sangat tidak bisa diprediksi
sebagai akibat dari pemanasan global. Masyarakat juga sudah bisa
menerima adanya teknologi yang masuk. Pada saat banjir besar tahun
2009 yang merusak seluruh lahan pertanian yang ada juga diatasi
dengan baik oleh masyarakat. Mereka tidak membutuhkan waktu lama
untuk memulihkan lagi lahan pertanian tersebut sebagai sumber mata
pencaharian mereka.

PLOT 3 (Kelompok 3)
Selaras/ sesuai dengan sistem budaya yang berlaku
Masyarakat memiliki budaya gotong royong yang tinggi dalam
penggelolaan pertanian mereka namun dam menentukan peraturaperaturan untuk budidaya pertanian mereka ditentukan secara
individualis tanpa campur tangan dari pihak lain, hal ini diperburuk
denga tidak adanya campur tangan dari pemerintah.
Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilai-nilai
dasar kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja
sama, dan rasa kasih sayang.
Tidak adanya hubungan persaudaran dan kekerabatan yang erat
antar petani disana sehingga petani disana saling gotong royong dan

bahu-membahu. Walaupun belum ada organisasi seperti kelompok tani


namun hubungan antar petani sangat rukun.
Fleksibel dan luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu
menyesuaikan

diri

denga

perubahan

kondisi

usahatani

yang

berlangsung.
Masyarakat setempat memang mampu menyesuaikan diri dengan
kondisi usahatani yang berlangsung, dapat dilihat dari cara pola tanam
mereka dalam merotasi komoditas dilahan pertanian mereka pada waktu
tertentu, sehingga mampu mencegah degradasi pada lahan pertanian
dan dapat mencegah menurunnya produktifitas yang dihasilkan. Dapat
dilihat juga dari banyaknya petani yang memiliki ternak dan pekerjaan
sambilan untuk mengantisipasi kondisi usahatani yang tidak menentu.

PLOT 4 (Kelompok 4)
Selaras/ sesuai dengan sistem budaya yang berlaku
Pertanian yang dilakukan masih sesuai dengan adat dan sistem
budaya yang berlaku. Petani tidak boleh membuka lahan di lahan yang
dilindungi oleh warga sesuai dengan kepercayaan yang masih ada yaitu
melindungi pedah kerawah yaitu tempat peninggalan sesepuh yang
yang pertama kali membuka lahan untuk pemukiman di daerah tersebut.
Tempat tersebut dilindungi karena merupakan tempat peninggalan
sesepuh sejarah di desa tersebut. Di desa Kekep terdapat peraturan
pemanfaatan lahan yairu lahan yang berada pada dekat sumber air tidak
boleh diolah oleh masyarakat. Jika peraturan tersebut dilanggar maka
warga akan dikenakan sangsi berupa peringatan atau nderes pinus
selama beberapa musim.
Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilainilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga
diri, kerja sama, dan rasa kasih sayang.
Terdapat seorang tokoh masyarakat di desa tersebut yaitu kapala
dusun/kamituo, beliau dipercaya oleh masyarakat sebagai pembimbing
dalam hal moral dan juga usahataninya. Masyarakat di desa tersebut

tidak menggunakan pronoto mongso dalam menentukan masa


tanamnya. Kelembagaan yang ada di desa tersebut diantaranya
kelembagaan sarana produksi pertanian berupa toko-toko pertanian,
lembaga keuangan yaitu bank BRI, dan koperasi.
Fleksibel dan luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan
mampu menyesuaikan diri denga perubahan kondisi usahatani
yang berlangsung.
Narasumber pada plot 4 yaitu Pak Nuredi

tidak mengetahui

secara pasti sejak kapan lahan tersebut dibuka karena sejak kecil baliau
dan orang tuanya sudah tinggal di desa Kekep. Selama dua tahun
terakhir ada pembukaan lahan oleh Perhutani yang dimanfaatkan untuk
pertanian, warga yang mengelola lahan tersebut harus membayar pajak
dan menanam kayu pinus. Petani dengan mudah bisa menyesuaikan
diri, dari peraturan-peraturan baru, pembukaan lahan baru, teknologi
baru dan juga informasi-informasi yang ada, mereka bisa menerima
dengan mudah semua inovasi tersebut.

Interpretasi Perbandingan Culturally acceptable (berakar pada


budaya setempat)
Petani dari plot 1, 2, 3 dan 4 sama-sama menggunakan sistem
pertanian yang tidak bertentangan dengan budaya setempat yang ada.
Menurut wawancara petani plot 1 dan plot 3 tidak ada hubungan
persaudaraan dan kekerabatan yang erat antar petani. Tidak adanya
orang yang dituakan, panutan dan tokoh masyarakat adalah alasan dari
kelompok 1. Menurut plot 2, walaupun tidak ada kelompok tani tapi
masyarakat hidup dengan rukun. Hal ini berbeda dengan plot 1,
walaupun tidak ada orang yang dituakan dan tidak ada kelompok tani
tapi kerukunan dan hubungan antar warga masih baik, terbukti dari
gotong royong warga saat terjadi bencana. Tetapi pada plot 4 ada
seorang yang dituakan yaitu kepala dusun/kamituo yang membimbing
dalam hal moral dan usaha taninya. Dari hasil wawancara petani plot 1,

2, 3 dan 4 semua petani termasuk petani yang fleksibel dan luwes dalam
mengadaptasi perubahan-perubahan yang ada pada daerah tersebut.

3.2 Pembahasan Umum


3.2.1 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan
Indikator

Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

Produksi (sosek) Vvv

vvv

vvv

vvv

Air (tanah)

Vvvv

vvvv

vvvv

vvvv

Karbon(tanah)

Vvvv

vv

vvv

Vv

Hama (hpt)

Vv

vv

vvv

Gulma (bp)

vv

vv

Vv

Keberhasilan

Dari data tersebut terlihat bahwa dari aspek produksi pada plot 1 plot 2,
plot 3 dan plot 4 ini sangat layak untuk dilakukan. Banyaknya produksinya
juga tidak teramat tingginya. Tapi dengan para petani yang mau untuk
menerima arahan, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang
cukup baik, sangat mendukung keberlanjutan system pertaniannya.
Air pada semua plot sangat baik dan dapat mendukung keberlanjutan
system pertanian yang ada di Kekep. Di lihat dari ph semua plot adalah netral.
Untuk kekeruhannya cukup terpenuhi untuk melakukan keberlajutan pada
system pertanian yang ada di Kekep. Karena kekeruhannya rata-rata 30 cm.
suhunya juga cukup stabil. Tidak ada perubahan suhu secara drastic. Yaitu
sekitar 19 200 C. Untuk kebutuhan carbonya dapat memenuhi . hal tersebut
didukung dengan adanya tempat atau lokasi (paa transek) terlihat agroforestri.
Hama pada plot 1 agak baik. Maksudnya, pada plot 1 ini hamanya cukup
banyak. Sehingga seharusnya dilakukan suatu usaha untuk mengurangi hama
yang ada. Pada plot 2 hamanya sangat banyak sekali. Jika harus memilih suatu
tindakan, lebih baik dengan menambah tanaman pagar untuk mengundang
musuh alaminya. Atau bisa juga dengan pestisida. Pada plot 3, musuh alami
dan hamanya cukup mendekati batas keseimbangan. Perlu sedikit upaya untuk

menyeimbangkannya. Bisa dengan mengurangi hamanya atapun dengan


menambah musuh alaminya. Pada plot 4 sangat banyak terdapat musuh
alaminya. Dan hal tersebut juga kurang baik. Karena tidak seimbang. Lebih
baik dengan membuang tanaman pagar yang ada / disediakan.
Pada aspek gulmanya, pada plot 1 ini perlu dikendalikan. Karena terlalu
banyak gulma yang tumbuh di daerah tersebut.untuk polt 2,3 dan 4 sama. Yaitu
gulmanya sedang. Tidak perlu dilakukan pengolahan secara intensif. Atau tidak
teralu penting untuk dibasmi dengan menggunakan herbisida. Cukup dengan
dikendalikan secara manual. Yaitu dengan mengambili satu persatu gulma
yang tumbuh. Jika hal tersebut memanglah memungkinkan.
Dapat kami simpulkan bahwa keberlanjutan pertanian yang ada di desa
Kekep, Batu tersebut dapat berlanjut dengan beberapa perbaikan. Produksi
yang ada di desa tersebut cukup tinggi. Dan didukung oleh karakter para petani
yang mudah menerima budaya budaya yang baru. Yang mampu untuk
mengadaptasinya dan mencobanya. Untuk cadangan karbonya mencukupi. Air
yang ada juga memiliki ph yang netral. Yang mampu mendukung adanya
system pertanian. Untuk hama dan gulma bisa dilakukan tindakan pemberian
herbisida ataupun persida.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa keberlanjutan pertanian yang ada di desa
Kekep, Batu tersebut dapat berlanjut dengan beberapa perbaikan. Produksi yang
ada di desa tersebut cukup tinggi. Dan didukung oleh karakter para petani yang
mudah

menerima

budaya

budaya

yang

baru.

Yang

mampu

untuk

mengadaptasinya dan mencobanya. Untuk cadangan karbonya mencukupi. Air


yang ada juga memiliki ph yang netral. Yang mampu mendukung adanya system
pertanian. Untuk hama dan gulma bisa dilakukan tindakan pemberian herbisida
ataupun pestida.

4.2 Saran
Untuk jadwalnya lebih di share. Karena dengan begitu kesimpulannya
mahasiswa/praktikan dapat mempersiapkan terlebih dahulu, lebih sabar untuk
menghadapi praktikan serta selalu santai tapi tetap tersenyum. Dan saran untuk
laporan ini diharapkan benar-benar dilakukan pemberdayaan ke para petani yang
belum bisa memaksimalkan produksi.

LAMPIRAN

SKETSA PENGGUNAAN DI LOKASI PENGAMATAN


PLOT 4

Plot 3

Plot 2

Plot 1

SKETSA TRANSEK
Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

SKETSA TUTUPAN LAHAN


Plot 1

Gambar Tempat dan Proses Pelaksanaan Fieldtrip Pertanian Berlanjut

Gambar Beberapa Gulma yang Ditemukan di Lahan

Anda mungkin juga menyukai