LAPORAN PROYEK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS: Q
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
i
Penyusun : Kelompok 8
Kelas :Q
Anggota Kelompok :
I. PENDAHULUAN
Bentang lahan atau yang biasa disebut dengan lansekap merupakan daerah
hamparan penggunaan lahan yang meliputi lingkungan fisik yang didalamnya
terdapat iklim, topografi/relief, hidrologi tanah atau curah hujan, dan keadaan
vegetasi alami yang berpengaruh secara potensial terhadap penggunaan lahan
tersebut. Penetapan penggunaan lahan pada umunya didasarkan pada karakteristik
lahan dan daya dukung lingkungan yang dimiliki. Pemanfaatan penggunaan lahan
harus memperhatikan kapasitas maksimal dari daya dukung lingkungan, seperti
topografi lahan, curah hujan, dan kondisi vegetasi alami sehingga kendala seperti
erosi maupun degradasi lahan akibat limpasan permukaan dapat sedikit diatasi
dimana menggunakan pengelolaan lahan khususnya yang bertujuan untuk pertanian
perlu untuk memperhatikan keadaan lahan tersebut mulai dari sifat-sifat lahan, kelas
kemamuan lahan, hingga rekomendasi untuk kedepannya. Keadaan lingkungan
sekitar juga menjadi penunjang keadaan lahan yang baik untuk pertanian, seperti
kelerengan, ketinggian, panjang lereng, topografi, vegetasi, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor tersebut dapat menjadi pemicu permasalahan dalam penggunaan
lahan seperti erosi.
Lahan yang berada dekatan dengan dua pegunungan biasanya mempunyai
dampak yang buruk seperti terkenanya kerusakan yang di sebabkan oleh erosi dan
keadaan alam didaerah tersebut, salah satu kerusakan yang sering terjadi di lahan
Indonesia adalah terjadinya erosi dikarenakan limpasan permukaan yang tinggi
dapat menyebabkan lahan menjadi mudah terdegradasi atau mengalami erosi,
terlebih lagi jika lahan berada di kelerengan yang besar. Kegiatan praktikum lapang
yang dilakukan pada areal lahan yang diamati memiliki karakteristik tanah yang
cenderung memiliki kandungan pasir yang tinggi sehingga tanah akan mudah
tererosi, selain itu tingkat kemiringan yang cukup besar akan menyebabkan air hujan
yang turun dan didukung dengan gaya gravitasi juga menyebabkan tanah tersebut
akan mudah tererosi. Seiring berjalannya waktu, perubahan penggunaan lahan
semakin bertambah luasnya penggunaan lahan tegalan/ladang kemudian sawah
tadah hujan, dan permukiman. Hal ini sering terjadi dikarenakan dengan
pertumbuhan penduduk sehingga semakin meningkat kebutuhan akan lahan.
Padahal, Hutan memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan
lingkungan kemudia dimana potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi
2
populasi manusia dikarenakan apabila dikelola dengan benar dan bijaksana. Hutan
juga memberikan pengaruh kepada sumber alam lain. Peningkatan akitvitas
penduduk yang berada di pegunungan atau hutan umumnya meningkatkan
prokduktivitas pertanian dimana mereka membuka lahan baru atau ekspolitasi
secara terus menerus tanpa melihat dampak yang panjang akan di dapatkan jika
melakukan hal tersebut seperti penurunan produktifitas lahan secara baik kemudian
akan terjadinyaa degradasi lahan dan semiditasi lahan.
Terdapat kondisi ahli fungsi lahan di kawasan lereng Gunung Cikuray Jawa
Barat berda pada wilayah kabupaten Garut terjadi ahli fungsi lahan yang terjadi
dikawasan hutan lindung Gunung Cikuray, yang semula adalah kawasan resapan air
sebagian telah berubah menjadi lahan pertanian, kondisi tersebut menyebabkan
kelestarian dari hutan lindung dan hilangnya daerah resapan air sebagai penunjang
ketersediaan air di kawasan tersebut. Selain itu, alih fungsi lahan yang dilakukan
juga mengakibatkan degradasi lahan sehingga kawasan tersebut menjadi lahan
kritis. Upaya konservasi dan perbaikan perlu dilakukan untuk mengingat kualitas
lahan yang semakin buruk dapat menyebabkan berbagai dampak negatif bagi
lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Apabila kualitas lahan terus menurun dan
tidak dilakukan upaya pengelolaan yang baik, maka lahan yang dapat dimanfaatkan
dengan baik menjadi akan berkurang manfaatnya serta menjadi bencana. Kegiatan
perekonomian para masyarakat yang disana, sosial budaya dan keberlanjutan lahan
tidak akan terjadi. Maka dari itu pentingnya dilakukan konservasi dalam
permasalahan ini, sebagaimana yang kita ketahui pula, hutan merupakan sumber
penghidupan bagi semua mahluk terutama manusia.
1.2 Tujuan
Setelah data yang diperlukan yang yang berkaitan dengan penelitian ini
terkumpul, kemudian tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
dengan metode skoring. Skoring ini digunakan untuk penentuan kelas kemampuan
lahan berdasarkan USDA yang dimodifikasi (Arsyad, 2010) dengan variable
pengamatan yang diamati meliputi tekstur tanah, lereng, drainase, kedalaman efektif,
tingkaterosi, batu/kerikil, dan bahaya banjir. Setelah itu menetapkan klasifikasi kelas
kemampuan lahan dan rekomendasi penggunaan lahan yang sesuai.
Akibat dari alih fungsi lahan dari kawasan hutan lindung menjadi lahan
pertanian dampaknya sangat terlihat jelas, seperti pada kawasan lereng gunung
Cikuray terlihat bukit yang gundul serta kegiatan pertanian di lahan berlereng yang
dapat mengakibatkan kestabilan tanah terganngu dan memperbesar terjadinya erosi.
Lereng-lereng gunung seharusnya ditanami oleh tanaman yang berakar tunggang,
berkayu dan berumur panjang yang berfungsi menjaga tanah agar tidak terjadi erosi
7
serta sekaligus sebagai tempat resapan air. Berdasarkan arah alirannya, sungai-
sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS)
yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan
yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif
pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara.
Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah
aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki.
berat. Kemudian drainase cenderung agak baik sehingga diklasifikasikan sebagai d1.
Kedalaman efektif yang terdapat di gunung Cikuray adalah 77,8 cm atau antara 50-
90 cm yaitu masuk pada kategori k1.
lahan harus di atasi agar dapat mengoptimalkan lahan dengan baik. Permasalahan
lahan yang dapat dilihat dari hasil analisis adalah besarnya erosi yang melebihi nilai
EDP.Kawasan hutan lindung gunung Cikuray tedapat banyak sekali ahlifungsi lahan
seperti penebangan pohon liar, kebakaran hutan, dan aktivitas para pendaki gunung
yang cukup banyak tanpa memperhatikan etika lingkunga sehingga memiliki dampak
kerusakan ekosistem di Gunung Cukuray semakin masif. Menurut pendapat
(sarjono, 1998) dan (silviani 2008) Faktor penyebab kerusakan hutan lindung adalah
faktor ekonomi masyarakat di sekitar hutan yang digambarkan sebagai masyarakat
petani miskin. Sarjono, (1998) menyatakan bahwa penyebab tingginya perambahan
hutan adalah motivasi petani untuk memiliki lahan di kawasan hutan lindung.
Dimana aspek pengamanan hutan yaitu terbatasnya jumlah petugas pengawas
kehutanan mendorong berkembangnya dan pelaku ekonomi melakukan praktek
sehingga menyebabkan masuknya perambah hutan (Rachman Effendi, 2007)
kemudian maraknya suatu perambah yang di hutan menurut Andri (2002)
disebabkan belum terdapatnya sinkronnya program antar sektor kehutanan dan
pengembagan tanaman pangan dan hortikultura yang ditujukan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat disekitar hutan lindung pada daerah tersebut
atau terangkutnya tanah dan bagian-bagian dari tanah dari suatu tempat ke tempat
lain oleh media alami. Erosi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor iklim,
struktur, jenis tanah, vegetasi, topografi dan faktor pengelolaan tanah proses erosi
yang terjadi di alam tidak hanya terjadi karena adanya faktor dari hujan dan
kepekaan tanah melainkan juga dipengaruhi oleh vegetasi, kemiringan dan manusia,
Penggunaan teras bangku yang kurang optimal juga menyebabkan erosi tersebut
sangat besar, hal ini diperparah dengan tidak adanya tanaman penutup tanah
(covercrop) yang melindungi tanah dari dentuman air hujan, sehingga ketika hujan
turun yang didukung dengan kemiringan lahan yang curam serta penggunaan teras
yang kurang efektif maka akan menyebabkan limpasan permukaan air yang tinggi
dan menimbulkan erosi. Balai Penelitian Tanah (2005) mengungkapkan bahwa
tanaman penutup berfungsi untuk menahan dan mengurangi daya rusak butir-butir
hujan dan aliran permukaan, oleh sebab itu perlunya dilakukan teknik konservasi
secara mekanik dengan pembuatan teras yang optimal serta konservasi secara
vegetatif yaitu melakukan penanaman tanaman penutup tanah. Tingkat erosi akan
semakin meningkat dengan meningkatnya jika kegiatan penduduk membuka tanah-
tanah pertanian tanpa pengelolaan yang besar. Hilangnya kawasan hutan lindung
yang berubah menjadi lahan pertanian sangat berdampak buruk bagi kelangsungan
lingkungan terutama tanah yang ada di kawasan tersebut (Widianto et al., 2004).
12
Lahan pengamatan pada hutan lindung daerah Cikuruy memiliki tingat erosi
yang berbeda-beda dalam menanggulangi erosi yang terjadi diperlukanya konservasi
pada lahan. Dalam pelaksanaan konservasi diperlukanya rekomendasi konservasi
yang cocok dan sesuai dengan keadaan lahan sehingga dapat menanggulagi
maupun mempertahankan agar tidak terjadinya erosi pada lahan Upaya untuk
mengelola atau mengkonservasi lahan yang berada di daerah lereng gunung seperti
konservasi mekanik yaitu menurut Dariah et al. (2005), konservasi tanah mekanik
adalah segala perlakuan fisik mekanis yang diberikan kepada tanah dan pembuatan
bangunan dengan tujuan untuk mengurangi laju aliran permukaan dan erosi serta
meningkatkan kelas kemampuan tanah,kegiatan konservasi yang mekanik yang
dilakukan Daerah Cikuruy seperti dilakukan dengan membuat reboisasi yaitu dengan
pembuatan terasiring Dalam melakukan konservasi tanah, terasering dikenal dengan
istilah pembuatan teras demi teras seperti tangga pada lahan yang miring.
Terasering dilakukan agar jika akan terjadi hujan, air tidak akan langsung
hanyut begitu saja sehingga akan dapat mencegah terkikisnya tanah oleh air hujan
dan bencana longsor bisa dicegah. Manfaat terasiring lainnya untuk konservasi
tanah antara lain sebagai penambah daerah resapan air, mengurangi tingkat
kecuraman lereng, dan memperlambat kecepatan air yang turun dan konservasi
vegetatif adalah Upaya konservasi tanah dan air (KTA) merupakan suatu kegiatan
13
V. KESIMPULAN
Terdapat permasalahan lahan yang dapat dilihat dari hasil analisis adalah
besarnya erosi yang melebihi nilai EDP. Kawasan hutan lindung gunung Cikuray
tedapat banyak sekali alih fungsi lahan seperti penebangan pohon liar, kebakaran
hutan, dan aktivitas para pendaki gunung yang cukup banyak tanpa memperhatikan
etika lingkunga sehingga memiliki dampak kerusakan ekosistem di Gunung Cukuray
semakin masif. Dampaknya, masyarakat di sekitar Gunung Cikuray mulai
kekurangan air bersih. Sedangkan saat musim hujan, tingkat erosi yang semakin
tinggi menjadi ancaman longsor bagi beberapa daerah yang memiliki tingkat
kemiringan yang tinggi. Maka, diperlukannya pelaksanaan konservasi upaya untuk
mengelola atau mengkonservasi lahan yang berada di daerah lereng gunung seperti
agroforestri maupun tegalan dengan kelerengan besar adalah dengan menggunakan
metode konservasi sipil maupun dengan teknik konservasi vegetatif konservasi sipil
yang dilakukan seperti pembuatan teras atau terasering. Teknik konservasi secara
vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman penutup tanah atau
penerapan sistem agroforestri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Andri. 2002. Kelola hutan bersama masyarakat. www.aphi-pusat.net. Diakses pada
25 November 2020
Anugrah, Bayu. 2018. Aplikasi Batang Bambu (Gigantochloa apus) Sebagai Penguat
Teras Bangku (Bench Terrace) Untuk Konservasi Tanah dan Air. Skripsi.
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Arifin, Moch. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurusan Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua IPB Press. Bogor.
Atmojo .2006. Kajian Erosi Lahan pada Das Dawas Kabupaten Musi
Banyuasin – Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 3,
No. 1.
Diniyati, D., Fauziyah, E., & Sulistiyati, T. (2007). Strategi rehabilitasi hutan lindung di
kabupaten Garut. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 4(2), 163-
176.
Hasanah, U., M.R. Alibasyah., dan T. Arabia. 2014. Pengaruh Lereng dan Pupuk
Organik Terhadap Kehilangan Hara pada Areal Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) di Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah. J.
Manajemen Sumberdaya Lahan 3(2): 480-488
18
Hermon, D., 2010. Prediksi Erosi yang Diperbolehkan (Edp) dan Degradasi Fisik
Tanah Daerah Gunung Padang Sumatera Barat. Jurnal Hidrolitan. Hal 18-25
Visitgarut. 2019. Agrowisata Desa Dangiang. Diakses pada 21 november
2020
Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Survey Invetigasi Desain Jaringan Air Baku di
Kabupaten Garut. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kountur, R. (2005). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta :
Penerbit PPM.
Mawardi. 2011. Peranan Teras Kredit Sebagai Pengendali Laju Erosi Pada Lahan
Bervegetasi Kacang Tanah, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang,
Teknis. 6(3): 105 -113
Melfianora. (2019). Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur. Diakses
dari: osf.io/efmc2
Rachman Effendi, Indah Bangsawan, and Muhammad Zahrul M. 2007. Kajian pola-
pola pemberdayaan masyarakat sekitar hutan produksi dalam mencegah
illegal logging. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol.4 No.4
Ramadhani, A. and Hidayat, O., 2020. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) di Kecamatan Samarang, Pasirwangi,
Leles, Cilawu, Bayongbong, dan Tarogong Kaler Kabupaten
Garut. Composite: Jurnal Ilmu Pertanian, 2(02), pp.56-65.
Ramadhani, A. and Hidayat, O., 2020. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) di Kecamatan Samarang, Pasirwangi,
Leles, Cilawu, Bayongbong, dan Tarogong Kaler Kabupaten
Garut. Composite: Jurnal Ilmu Pertanian, 2(02), pp.56-65.
Ritung, S., K. Nugroho, A. Mulyani dan E. Suryani.2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Susetyo, B., W. Widiatmika, H.S. Arifin, M. Machfud, &N.H. Arifin. 2014. Analisis
Spasial Kemampuan dan Kesesuaian Lahan untuk Mendukung Model
Perumusan Kebijakan Manajemen Lanskap di Sempadan Ciliwung, Kota
Bogor. Majalah Ilmiah Globe. 16(1): 55.
LAMPIRAN
Bahaya banjir - -