Anda di halaman 1dari 112

Thn.

2020/2021
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Daftar Isi

Daftar Isi 2
Jadwal Pelaksanaan Fieldtrip Virtual 3
Asisten Praktikum 4
Penanggung Jawab Materi 5
Teknis Pelaksanaan Fieldtrip Virtual 6
Latar Belakang 8
Deskripsi Lokasi dan Teknis Pelaksanaan Fieldtrip 10
Materi I: Pemahaman Karakteristik Lanskap 12
Pengantar Materi II, III, IV: Pengenalan Indikator Keberhasilan
Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik (Air, Biodiversitas,
Karbon) 28
Materi II: Pengukuran Kualitas Air Sebagai Indikator Pertanian
Berlanjut (Kekeruhan, Suhu, pH, DO) 30
Materi III: Pengukuran Biodiversitas dari Aspek Agronomi
Sebagai Indikator Pertanian Berlanjut 37
Materi IV: Pendahuluan-Pemanfaatan Perangkap Serangga dan
Konsep Segitiga Penyakit dalam Pertanian Berlanjut 51
Materi V: Indikator Keberhasilan Pertanian Berlanjut dari Aspek
Sosial Ekonomi 63
Tabel Resume Indikator Pertanian Berlanjut 79

2
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Jadwal Pelaksanaan Fieldtrip Virtual


Pelaksanaan Fieldtrip Pertanian Berlanjut secara virtual ini akan
dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2020 melalui e-learning yang
tersedia di vlm2.ub.ac.id dan Google Classroom/Google Meet. Susunan
kegiatan secara detail disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rundown Fieldtrip Virtual
Hari, tgl Waktu Durasi Kegiatan
(WIB) (menit)
Minggu, 13 08.00-08.10 10 Pengisian presensi
Desember 2020 08.10-08.30 20 Pemutaran video
pendahuluan
08.30-09.30 60 Plot 1. Pemukiman +
tanaman semusim
Pemutaran video dan
pengerjaan tugas
09.30-10.30 60 Plot 2. Tanaman semusim
Pemutaran video dan
pengerjaan tugas
10.30-11.30 60 Plot 3. Agroforestri
Pemutaran video dan
pengerjaan tugas
11.30-12.30 60 Plot 4. Hutan produksi
Pemutaran video dan
pengerjaan tugas
12.30-13.00 30 Pemutaran video penutup
dan pengisian angket

3
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

4
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Asisten Praktikum
Kelas
Agroekoteknologi
Jurusan/Nama
Asisten
N
o Kelas
Tanah BP HPT Sosek

1 A Sulis Nanok Dennis Vania


2 B Dinna Helen Yogo Dewi
3 C Luqman Wiga Rizka Astriana
4 D Eka Fahmi Reza Rizka
5 E Eka Adit Yogo Jimmy
6 F Tania Rizko Faridatul Zulfan
7 G Irma Eggy Ihsan Safri
8 H Fytria Rizko Fachri Ella
9 I Rizki Bahrul Mia Fauzan
10 J Rifqi Al-J Zalfa Ito Sabil
11 K Dinna Laksmana Ihsal Amanda
12 L Eka Tarisa Okty Rizwanda
13 M Sulis Hadi Bagas Yanuar
14 N Mila Lutfi Gallyndra Diana
15 O Rizki Melina Ito Fajar
16 P Rifqi Al-J Shobar Khodijah Vena
17 Q Ummi Nurul Mia Yoga
18 R Khanza Zalfa Rizky -

5
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Kelas Agribisnis
Jurusan/Nama
Asisten
N
o Kelas
Tanah BP HPT Sosek

1 S Tania Ferota Satrya Enggar


2 T Ummi Ferota Okty Robi
3 U Irma Laksmana Satrya Aini
4 V Dinna Meirizka Bagas Izdihar
5 W Rizki Melina Gallyndra Karomah
6 XX Fytria Lutfi Khodijah Bella
7 Y Rifqi Al-J Adit Dennis Ayu
8 Z Luqman Wiga Rizky Rizka
9 AA Khanza Agus Ihsan Rahma
10 AB Mila Agus Fachri Eka

Penanggung Jawab Materi


Penanggung jawab umum : Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D.
Penanggung jawab praktikum : Aditya Nugraha Putra, S.P., M.P.

1. Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, S.P.,


Materi I M.Sc.
2. Rika Ratna Sari, S.P., M.P.
3. Christanti Agustina, S.P., M.P.
1. Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, S.P.,
Materi II M.Sc.
2. Danny Dwi Saputra, S.P., M.Si.

6
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi III 1. Medha Baskara, S.P., M.T.


2. Dr. Uma Khumairoh, S.P., M.Sc.
Materi IV 1. Luqman Qurata Aini, S.P., M.Si., Ph.D.
2. Mutala’liah, S.P., M.Sc.
3. Sabiha Ramadani, S.P., M.P., M.Sc.
Materi V 1. Dr. Ir. Suhartini, M.P.

7
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

TEKNIS PELAKSANAAN FIELDTRIP VIRTUAL


Fieldtrip Pertanian Berlanjut secara virtual ini disusun dengan
harapan mahasiswa bisa merasakan sensasi fieldtrip secara langsung di
lapangan. Sebelum melakukan kegiatan fieldtrip virtual, mahasiswa
diharapkan membaca dan memahami teknis pelaksanaan Fieldtrip, sebagai
berikut:
1. Masing-masing mahasiswa mengakses e-learning yang tersedia di VLM
(vlm2.ub.ac.id), kemudian menuju kategori Pertanian Berlanjut
menggunakan enroll-key: PB2020.
2. Mahasiswa WAJIB mengisi presensi yang telah disediakan oleh asisten.
3. Mahasiswa memutar video fieldtrip yang telah tersedia di e-learning.
4. Fieldtrip akan dilaksanakan di 4 plot penggunaan lahan yaitu (1)
pemukiman + tanaman semusim, (2) tanaman semusim, (3)
agroforestri, dan (4) hutan produksi pinus. Pemutaran video akan
dilakukan secara berurutan sesuai rute fieldtrip. Terdapat 4 video yang
akan diputar.
5. Masing-masing titik pengamatan berdurasi kurang lebih 60 menit. Video
yang telah selesai diputar, tidak dapat diputar kembali.
6. Setelah selesai memutar video mengenai penjelasan fieldtrip dari
berbagai aspek pada suatu plot, mahasiswa wajib mengerjakan tugas
yang telah disediakan oleh asisten (waktu pengerjaan dan submit tugas
melalui VLM adalah 25 menit).
7. Setelah memutar video dan menjawab pertanyaan pada plot 1,
mahasiswa melanjutkan memutar video dan menjawab pertanyaan
untuk plot 2, 3, dan 4 dengan teknis yang sama dengan poin 6.
8. Pelaksanaan kegiatan fieldtrip virtual akan dilakukan secara serentak
dan bersama-sama. Mahasiswa yang terlambat tidak dapat mengulang
kembali video yang terlewat.
9. Fieldtrip akan membutuhkan waktu kurang lebih selama 5 jam, sehingga
mahasiswa diharapkan memastikan kondisi jaringan dan daya baterai
perangkat agar tidak ada yang terlewat. Disarankan menggunakan
perangkat laptop untuk kemudahan pelaksanaan fieldtrip.

8
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

10. Asisten praktikum akan melakukan evaluasi dan diskusi pada akhir
kegiatan secara daring melalui Google Classroom/Google Meet.
11. Mahasiswa akan mendapatkan dummy data untuk setiap pengukuran
yang dilakukan di lapang. Data tersebut kemudian dianalisis dan diisikan
dalam Modul Panduan Fieldtrip ini.
12. Modul Panduan Fieldtrip ini disetorkan ke asisten praktikum melalui
kolom yang telah tersedia di VLM paling lambat pada hari Senin, 14
Desember 2020 pukul 13.00 WIB.

9
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang
layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang
lahan pengelolaannya difokuskan pada pemanfaatan biodiversitas
tanaman pertanian dalam mempertahankan polinator, pengendalian
gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan
kualitas air), dan pengurangan emisi karbon. Banyak macam
penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang
mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa
faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi, dan
kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Jika diperhatikan dengan saksama, kondisi lanskap mulai dari Kota
Malang menuju lokasi fieldtrip sangat jelas letak perbedaannya.
Perbedaan komposisi lanskap tersebut menunjukkan adanya
perbedaan interaksi antar tutupan lahan dengan segala aktivitas
yang ada didalamnya. Fieldtrip dilakukan di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Ngantang. Desa Tulungrejo terletak di bawah DAS
Kalikonto dengan total luasan 636 ha jenis penggunaan lahan yang
berbeda. Erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada tahun 2014
menyebabkan berbagai kerusakan pada infrastruktur maupun bidang
pertanian. Beberapa komoditas di lokasi fieldtrip tidak mampu
bertahan akibat dari erupsi, hamper semua tanaman tertutupi oleh
abu vulkanik dan berdampak pada gagal panen. Selain itu, dengan
adanya pandemi Covid-19 yang menghasruskan adanya pembatasan
interaksi fisik antar masyarakat, berdampak pada segala aspek salah
satunya adalah sosial ekonomi di Desa Tulungrejo. Petani cenderung

10
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

mencari alternatif lain dalam upaya untuk mempertahankan


keberlanjutan lahan khususnya pada tanaman semusim yang diolah
di tengah-tengah adanya pembatasan interaksi fisik. Sehingga,
selama pandemi petani cenderung menanaman tanaman untuk
pakan ternah dan petani juga masih bertumpu pada hasil panen kayu
di lahan agroforestri.
Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa
indikator kegagalan pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi,
biofisik dan sosial. Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa akan
dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan
penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan
bentang lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan.
Tujuan pelaksanaan praktikum lapangan (fieldtrip) ini adalah:
1. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar
tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan;
2. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap pertanian terhadap
kondisi hidrologi, tingkat biodiversitas, dan cadangan karbon.

11
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Deskripsi Lokasi dan Teknis Pelaksanaan Fieldtrip


Fieldtrip Pertanian Berlanjut pada semester ganjil 2020-2021 ini
akan dilaksanakan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang. Lokasi
ini dipilih karena sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk
kegiatan fieldtrip yaitu memiliki keanekaragaman jenis penggunaan
lahan dalan satu lanskap.

Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang. Lokasi ini masuk dalam


kawasan Sub Daerah Aliran Sungai Kalikonto. Susunan/konfigurasi
penggunaan lahan di lokasi ini adalah hutan produksi pinus di lereng
bagian atas lanskap (plot 4), kebun campuran atau agroforestri di
lereng bagian tengah (plot 3), tanaman semusim di lereng bagian
tengah dan bawah (plot 2), serta campuran antara tanaman semusim
dan permukiman di lereng bawah (plot 1). Adapun ilustrasi lokasi dan
ketampakan masing-masing plot disajikan pada Gambar 1 dan 2.

12
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Gambar 1. Lokasi fieldtrip pertama adalah di Desa Tulungrejo,


Kecamatan Ngantang, Malang, Jawa Timur.

Plot 4 Plot 3

Plot 2 Plot 1

Gambar 2. Gambaran lokasi pengamatan (Plot 1 = pemukiman +


tanaman semusim, Plot 2 = tanaman semusim, Plot 3 = agroforestri,
Plot 4 = hutan produksi pinus)

13
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi I: Pemahaman Karakteristik Lanskap

Tujuan:

1. Mahasiwa mampu mengidentifikasi jenis penggunaan lahan (land


use) dan jenis tutupan lahan (land cover) pada skala lanskap;

2. Mahasiswa memahami karakteristik lanskap sehingga mampu


menentukan tindakan yang diperlukan guna mencapai pertanian
berlanjut.

Pengantar:

Lanskap adalah sebidang lahan yang bisa kita lihat secara


komprehensif di sekitar kita TANPA melihat secara dekat/secara
tertutup pada komponen tunggal dan yang terlihat familiar dengan
kita. Pengertian lain lanskap adalah konfigurasi khusus dari topografi,
tutupan lahan, tata guna lahan, dan pola pemukiman yang
membatasi beberapa aktivitas dan proses alam serta budaya.
Terdapat 4 kunci dasar untuk mempelajari karakteristik lanskap yaitu:

1. Komposisi lanskap, misalnya tipe habitat/land use

2. Struktur lanskap, misalnya susunan berbagai macam land use


pada suatu lanskap

3. Managemen lanskap

4. Konteks regional

14
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pemahaman karakteristik lanskap berguna untuk penentuan tipe


lanskap yang terbentuk. Setiap tipe memilki perlakukan atau
tindakan yang berbeda-beda dalam hal konservasi, perbaikan,
rekontruksi, dan pengelolaan.

15
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Alat dan bahan:


1. Kompas
2. Kamera dokumentasi
3. Klinometer
4. Alat tulis
Cara kerja:
1. Tentukan lokasi yang representatif sehingga kita dapat melihat
lanskap secara keseluruhan;
2. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
bentuk penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom
penggunaan lahan dan dokumentasikan dengan foto kamera;
3. Identifikasikan jenis vegtasi yang ada, isikan hasil identifikasi ke
dalam kolom tutupan lahan;
4. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan
kanopi dan seresahnya;
5. Isikan hasil pengamatan pada form berikut ini:

16
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 1. Pemukiman + tanaman semusim

17
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 2. Tanaman semusim

18
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 3. Agroforestri

19
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 4. Hutan produksi


6.

Buatlah sketsa penggunaan lahan pada skala lanskap.


Plot 1. Pemukiman + tanaman semusim

20
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

21
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 2. Tanaman semusim

22
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

23
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

24
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 3. Agroforestri

25
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

26
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

27
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 4. Hutan produksi

28
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

29
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

7. Buatlah sketsa transek penggunaan lahan pada skala lanskap.


Plot 1. Pemukiman + tanaman semusim

30
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

31
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 2. Tanaman semusim

32
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

33
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

34
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 3. Agroforestri

35
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

36
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

37
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 4. Hutan produksi

38
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

39
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

8. Buatlah sketsa transek lokasi pada skala lanskap secara


menyeluruh (konfigurasi penggunaan lahan).

40
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

41
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

9. Tentukan tipe lanskap dan saran apa yang perlu dilakukan


berdasarkan hasil gambar sketsa no. 6 dengan menggunakan
arahan dari Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi lanskap pertanian berdasarkan tingkat kerusakan
habitat dan fragmentasi
Intact Variegated Fragmented Relictual
Tipe 60-90% 10-60% <10%
Lanskap 90% habitat
habitat asli habitat asli habitat asli
asli tersisa
tersisa tersisa tersisa
Habitat alami
terpecah
Habitat asli Habitat asli NA (not
Konservasi (fragmen)
(=matrix) (=matrix) applicable)
dalam kondisi
baik
Kualitas
Daerah habitat alami
Perbaikan NA NA
penyangga yang telah
terpecah
Rekontruksi Daerah
NA NA  
(dibangun) penyangga
Matriks Matriks
Kelola NA NA
pertanian pertanian

Uraian:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

42
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

…………………………………………………………………………………………………………
……………

43
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pengantar Materi II, III, IV: Pengenalan Indikator


Keberhasilan Pertanian Berlanjut dari Aspek
Biofisik (Air, Biodiversitas, Karbon)

Tujuan:

Mahasiswa memahami indikator keberhasilan pertanian berlanjut


dari aspek biofisik (air, biodiversitas, dan karbon).

Pengantar:

Indikator keberhasilan pelaksanaan sistem pertanian berlanjut


pada skala lanskap apabila ketiga aspek utama terpenuhi yaitu aspek
ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan (biofisik). Berdasarkan
aspek biofisik terdapat 3 indikator utama untuk menilai keberhasilan
sistem pertanian berlanjut yaitu: air, biodiversitas, dan karbon.

Indikator air secara tidak langsung mencerminkan bagaimana


pengelolaan lahan pada skala lanskap dengan batasan DAS.
Parameter yang diukur adalah kualitas air meliputi tingkat kekeruhan
(turbidity), suhu, pH dan oksigen terlarut. Tingkat kekeruhan air
mencerminkan jumlah sedimen yang terkandung dalam air sungai,
yang berarti semakin besar jumlah sedimen menunjukkan bahwa di
lereng bagian atas telah terjadi erosi tanah dan/atau longsor pada
tebing sungai. Jadi, besarnya erosi terkait dengan penggunaan lahan
dan praktek konservasi tanah dan air. Tingginya erosi menunjukkan
bahwa pengelolaan lahan tidak memenuhi kaedah konservasi tanah
dan air.

44
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Indikator biodiversitas menggambarkan keaneka- ragaman hayati


meliputi keberadaan flora dan fauna. Keberadaan fauna terkait erat
sebagai inang atau tempat hidup bagi fauna yang ada, hal ini penting
mengingat fungsinya dalam polinasi, siklus air dan hara , penyerapan
(sekuestrasi) karbon, pengendalian hama dan penyakit (musuh
alami), menjaga keutuhan rantai makanan, dan penyebaran biji.
Semakin tinggi tingkat biodiversitas pada suatu bentang lahan
diharapkan dapat mengurangi berbagai masukan dari luar pada
proses pertanian seperti penggunaan pestisida diganti musuh alami,
penggunaan pupuk kimia tergantikan oleh pupuk organik yang
diambil dari alam sekitar, pengolahan tanah dikurangi oleh masukan
seresah dan lain-lain.

Indikator karbon terkait dengan isu pemanasan global yang


berkembang saat ini adalah berhubungan dengan keberadaan pohon
dan ekosistem yang terbentuk. Emisi karbon dapat dikurangi dengan
menjaga keberadaan hutan karena berfungsi sebagai penyerap karbon
di udara dan menyimpannya dalam waktu yang lama. Peran lanskap
dalam menyimpan karbon bergantung pada besarnya luasan tutupan
lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe
campuran (agroforestri) atau monokultur (perkebunan). Namun
demikian besarnya karbon tersimpan di lahan bervariasi antar
penggunaan lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon.
Oleh karena itu ada tiga parameter yang diamati pada setiap
penggunaan lahan yaitu jenis pohon, umur pohon, dan biomassa yang
diestimasi dengan mengukur diameter pohon dan mengintegrasikannya
ke dalam persamaan alometrik.

45
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pengenalan indikator keberhasilan pertanian berlanjut dari aspek


biofisik ada empat indikator utama, yaitu:

a. Indikator air, melalui pengamatan kualitas air meliputi tingkat


kekeruhan, suhu, pH dan oksigen terlarut;

b. Indikator biodiversitas dari sisi agronomi;

c. Indikator biodiversitas dari sisi hama penyakit, dan


d. Indikator cadangan karbon (diberikan saat tutorial kelas)

46
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi II: Pengukuran Kualitas Air Sebagai


Indikator Pertanian Berlanjut (Kekeruhan, Suhu,
pH, DO)

Pengantar:
Dewasa ini penurunan kualitas air tidak hanya terjadi di daerah
hilir, tetapi juga di daerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi lahan
pertanian dan permukiman merupakan faktor utama penyebab
terjadinya penurunan kualitas air sungai di daerah hulu melalui
sedimentasi, penumpukan hara, dan pencemaran kimia pestisida.
Kondisi ini mempengaruhi kesehatan manusia dan keberadaan
makhluk hidup yang ada di perairan. Penumpukan unsur hara di
perairan memicu blooming algae, akumulasi racun pestisida dapat
membunuh hewan air dan menimbulkan berbagai jenis penyakit bagi
manusia. Oleh sebab itu perlu adanya monitoring atau pendugaan
kualitas air.
Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai yaitu fisik
(kekeruhan dan suhu), kimia (pH dan oksigen terlarut) dan biologi
(makroinvertebata). Namun demikian, pada fieldtrip ini pendugaan
secara biologi tidak dilakukan. Berikut ini penjelasan singkat masing-
masing indikator:
a. Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-
bahan terlarut dalam air misalnya lumpur, alga, detritus, dan
kotoran lokal lainya. Apabila kondisi air semakin keruh maka
cahaya matahari yang masuk ke air semakin berkurang sehingga
mengurangi proses fotosintesis tumbuhan air. Hal ini

47
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan


air juga berkurang sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air
juga berkurang. Metode cepat untuk mengukur kekeruhan
dilapangan dapat dilakukan dengan menggunakan ‘Secchi disc’
atau piringan yang berwarna hitam-putih. ‘Secchi disc’ ini
digunakan sebagai tanda batas pandangan mata pengamat ke
dalam air, semakin keruh air, batas pengelihatan mata semakin
dangkal;
b. Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam
keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi dalam di
dalam air. Tinggi rendahnya suhu berpengaruh pada kandungan
oksigen di dalam air, proses fotosintesis tumbuhan air, laju
metabolisme organisme air dan kepekaan organisme terhadap
polusi, parasit dan penyakit;
c. Skala pH (tingkat kemasaman) berkisar antara 0 – 14 dengan
pembagian sebagai berikut: pH < 7 tergolong masam, pH = 7
tergolong netral, pH > 7 tergolong basa. Kondisi optimum pH air
bagi makhluk hidup adalah pada kisaran 6,5 – 8,2. Kondisi pH
yang terlalu masam atau terlalu basa akan mematikan makhluk
hidup;
d. Oksigen terlarut/dissolved oxygen (DO) merupakan oksigen yang
ada di dalam air yang berasal dari oksigen di udara dan hasil
fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan
tumbuhan dan hewan air, kekurangan oksigen terlarut akan
mematikan tumbuhan dan hewan air.

48
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Menurut PP no 82 tahun 2001 pasal 8 mengklasifikasikan kualitas


atau mutu air menjadi empat kelas yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
bahan baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kriteria kualitas air pada masing-masing kelas berdasarkan nilai DO,
dan pH dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi kualitas air berdasarkan nilai DO dan pH
Parameter Satuan Kelas
I II III IV
DO mg/liter 6 4 3 0
pH - 6-9 6-9 6-9 5-9

49
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi kualitas air


menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada skala lanskap tidak
termasuk dalam kategori pertanian berlanjut karena menunjukkan
bahwa air sudah tercemar.

Prosedur Pemilihan Lokasi dan Pengambilan Contoh


1. Pemilihan lokasi pengambilan contoh

Pemilihan lokasi pengambilan contoh tergantung pada tujuan


dilakukan pemantauan. Pada fieldtrip ini, pemantauan dilakukan
untuk mengetahui dampak penggunaan lahan terhadap kualitas air.
Lokasi pengambilan contoh akan dilakukan di 4 (empat) tipe
penggunaan lahan yang ada dalam satu aliran sungai. Lokasi tersebut
adalah:

1. Hutan/perkebunan pinus;

2. Agroforestri;

3. Pertanian intensif (sayur-sayuran) atau sawah;

4. Pertanian intensif + permukiman.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi pengambilan


contoh adalah hindari lokasi yang berada pada peralihan antara dua
tipe penggunaan lahan (misalnya antara agroforestri dengan sawah).

2. Pengambilan contoh air

50
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pengambilan contoh air perlu dilakukan untuk mengukur


parameter dissolve oxygen (DO) dan pH di laboratorium. Adapun alat
yang diperlukan untuk pengambilan contoh antara lain:
a. Botol air mineral bekas ukuran 1.5 l (4 buah)
b. Spidol permanen
c. Kantong plastik besar (ukuran 5 kg)

Langkah-langkah pengambilan contoh air:


a. Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam kondisi
yang alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini
untuk menghindari kekeruhan air akibat gangguan tersebut;
b. Ambil contoh air dengan menggunakan botol ukuran 1,5 L
(sampai penuh) dan tutup rapat-rapat;
c. Beri label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat
pengambilan contoh, dan nama pengambil contoh;
d. Simpan baik-baik contoh air dan segera bawa ke laboratorium
untuk di analisis.

51
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pendugaan Kualitas Air secara Fisik dan Kimia


1. Pendugaan kualitas air secara fisik
a. Pengamatan kekeruhan air sungai
Alat yang diperlukan untuk mengukur kekeruhan adalah:
a. Tabung transparan dengan tinggi 45 cm, tabung dapat dibuat
dari tiga buah botol air kemasan ukuran 600 ml yang
disatukan;
b. Secchi disc, dibuat dari plastik mika tebal berbentuk
lingkaran dengan diameter 5 cm, dengan pemberat dari
logam besi dan tali serta meteran.
Cara membaca ‘Secchi-disk’:
a. Tuangkan contoh air adalam tabung/botol air mineral sampai
ketinggian 40 cm;
b. Aduk air secara merata;
c. Masukan ‘Secchi-disk’ ke dalam tabung yang berisi air secara
perlahan-lahan; dan amati secara tegak lurus sampai warna
hitam-putih pada ‘Secchi-disk’ tidak dapat dibedakan;
d. Baca berapa centimeter kedalaman ‘Secchi-disk’ tersebut;
Konsentrasi sedimen hasil pengukuran ‘Secchi-disk’ dapat
diduga dengan mempergunakan persamaan berikut:
Konsentrasi sedimen (mg/l) = 9,7611e-0,136D
Keterangan: D adalah kedalaman secchi disc (cm).

52
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Gambar 4. Pendugaan konsentrasi sedimen dengan ‘Secchi disc’.

b. Pengamatan suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air adalah
termometer standar (tidak perlu menggunakan termometer khusus
pengukur air). Langkah dalam pengukuran suhu adalah:
a. Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air;
b. Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit;
c. Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau
secepatnya setelah dikeluarkan dari dalam air;
d. Catat pada form pengamatan.

2. Pendugaan kualitas air secara kimia


b. Pengamatan oksigen terlarut atau Dissolve Oxygen (DO), pH dan
angka kekeruhan
Pengukuran parameter dissolve oxygen (DO), pH dan tingkat
kekeruhan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat
‘water quality multi-checker’.
a. Alat water quality multi-checker dimasukkan ke dalam
contoh air yang telah diambil;
b. Lihat data hasil analisis di data logger (penggunaan alat akan
dipandu oleh asisten lab);
c. Baca tingkatan DO, pH, dan angka kekeruhan yang tercatat
(bandingkan data tingkat kekeruhan hasil pengukuran dari
lapangan dengan hasil pembacaan dari alat ini)

53
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

d. Isikan data pengukuran pada form yang telah disediakan dan


kelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP No. 82 Tahun
2001).

54
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Tabel 3. Data pengamatan kualitas air secara fisik dan kimia


Lokasi Kedalaman
Suhu DO
Pengambilan Ulangan Secchi-disk pH Kelas*
(°C) (mg/L)
Air (cm)
Plot 1 1
2
3
Plot 2 1
2
3
Plot 3 1
2
3
Plot 4 1
2
3
*) kelas klasifikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

55
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi III: Pengukuran Biodiversitas dari Aspek


Agronomi Sebagai Indikator Pertanian Berlanjut
Tujuan:

1. Mengetahui keanekaragaman spesies tanaman yang ada pada


masing-masing bentuk tutupan lahan dalam skala lanskap;
2. Mengidentifikasi jenis gulma dominan di masing-masing tutupan
lahan maupun dalam skala lanskap;
3. Menentukan jenis-jenis tanaman yang menguntungkan
berdasarkan informasi penggunaan lahan dan data fisik lahan.
Pengantar

Pengembangan usaha budidaya pertanian pada awalnya


bertujuan untuk mendapatkan produksi pangan sebesar-besarnya
sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Untuk mencapai tujuan
tersebut dikembangkan pola pertanian intensif yang selanjutnya
dikenal dengan revolusi hijau (green revolution). Namun kesuksesan
dalam mencapai hasil maksimal tersebut juga mempunyai dampak
yang serius diantaranya kerusakan lingkungan (ekosistem),
marjinalisasi petani gurem, ketidakmandirian petani dan
ketidaksehatan produk pertanian yang dikonsumsi masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan tersebut selanjutnya dikembangkan
konsep pertanian berkelanjutan yang lebih condong pada
kepentingan perlindungan lingkungan (konservasi) dan
pemberdayaan petani untuk dapat menjamin pemenuhan dan
pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi
sekarang maupun dimasa mendatang.

56
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Sistem pertanian berkelanjutan merupakan pendekatan sistem


dan holistik/ terintegrasi dimana sistem pertanian sebagai suatu
sistem usaha tani dan pendekatan sistem yang berhubungan dengan
faktor biofisik, sosial, ekonomi dan budaya. Beberapa upaya yang
dilakukan dalam pertanian berkelanjutan diantaranya dengan
meningkatkan kemandirian petani terhadap sarana produksi
pertanian (benih/bibit, pupuk, pestisida, dan hormon pengatur
tumbuh dll) termasuk mengurangi penggunaan bahan anorganik dan
diganti dengan bahan organik, meningkatkan biodiversitas tanaman
pangan dan tanaman lainnya pada suatu lahan pertanian, serta
pengelolaan yang tepat pada gulma (perubahan cara pandang petani
terhadap gulma).
Keragaman Tanaman Pangan/Tahunan

Informasi penggunaan lahan pertanian (landuse) dan tanaman-


tanaman yang ada di atasnya sangat penting bagi pengelolaan lahan
skala lanskap. Penggunaan lahan dengan hamparan tanaman
semusim, tanaman tahunan maupun kombinasi diantara keduanya
mempunyai karakteristik berbeda-beda baik secara ekologi, sosial
maupun ekonomi. Pengelolaan budidaya tanaman skala lanskap
terdiri dari perencanaan tanaman beserta sistem budidayanya,
keterkaitan antar penggunaan lahan serta rencana upaya konservasi
lahan skala plot maupun skala lanskap. Salah satu upaya konservasi
dalam budidaya pertanian diantaranya menerapkan pemilihan
tanaman budiaya berdasarkan kemiringan lahan. Proporsi tanaman
pangan semusim dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan
lahan dapat dilihat pada Tabel 3.

57
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Tabel 3. Ketentuan proporsi penggunaan lahan sebagai lahan tanaman


pangan semusim dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan
lahan (Sumber: SP2UK, P2LK Jatim, 1991)
Kemiringan Lahan Tanaman Tahunan
No Tanaman Pangan (%)
(%) (%)
1 < 15 75 25
2 15-30 50 50
3 30-45 25 75
4 >45 0 100
Pada lahan pertanian tanaman semusim, pola tanam harus diatur
sedemikian rupa supaya permukaan tanah dapat terlindungi
tanaman sepanjang tahun dan mampu menekan laju erosi. Faktor
iklim yang harus dipertimbangkan adalah curah hujan, yang
merupakan faktor penentu neraca lengas lahan. Sebagai arahan
umum adalah (1) curah hujan >200 mm/bulan selama 5-7 bulan
berturutan dapat untuk bertanam padi gogo, dan (2) curah hujan
100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturutan masih cocok untuk
palawija. Pengaturan jarak tanam sangat tergantung dari bidang olah
yang tersedia. Pengaturan barisan tanaman dapat dimulai dari
pangkal teras atau 50 cm dari bibir teras. Barisan jagung dan ubikayu
dimulai 50 cm dari pangkal teras. Jumlah barisan jagung dan ubikayu
selanjutnya tergantung dari bidang olah yang tersedia.
Untuk tanaman tahunan, kemampuan tanaman untuk menaungi
dan umur berproduksi menjadi pertimbangan utama dalam
penataan tanaman tahunan terutama pada lahan yang miring.
Tanaman tahunan juga dapat dikelompokkan ke dalam zone
agroklimat dengan menggunakan kriteria iklim, kedalaman air tanah,
dan ketinggian tempat. Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman
tahunan bagi suatu daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan

58
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

penting a.l. sesuai dengan kondisi agroklimat setempat, sesuai


dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (tanaman disenangi
petani, teknologinya mudah, tidak memerlukan masukan tinggi,
sesuai dengan ketersediaan tenagakerja), serta mendukung usaha
konservasi tanah dan air.
Pengelolaan Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada


tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut,
maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan
dibakar. Namun bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan
memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa
gulma yang bermanfaat diantaranya adalah jenis rumput seperti akar
wangi (Vetivera zizanoides) yang dapat digunakan untuk konservasi
tanah, dan daun yang muda untuk pakan ternak. Pemanfaatan lain dari
gulma diantaranya sisa penyiangan gulma dapat menjadi media
penyimpan unsur hara termasuk sebagai mulsa atau untuk membuat
kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai tinggi
disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat. Berdasarkan
kenyataan ini, pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak
selalu diasumsikan dapat menurunkan dan merugikan produktivitas
lahan, tetapi di sisi lain dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan
bagi beberapa aktivitas makhluk hidup.
Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman, berturut-turut
dipengaruhi oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya
menghadapi berbagai upaya pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta
spesies yang mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok
tanam dan pola pengelolaan tanah. Untuk mendapatkan pengetahuan

59
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

yang memadai terhadap vegetasi gulma yang akan ditemui di lapang,


maka perlu diketahui pengelompokan spesies-spesies gulma yang
tumbuh di berbagai pola tutupan lahan.
Pengelompokan Spesies Gulma

Guna mempermudah pengenalan spesies-spesies gulma diadakan


pengelompokan berdasarkan daur hidupnya, morfologinya, saat
berkecambah dan tumbuhnya, serta kepekaannya terhadap jenis
herbisida.
Pengelompokan Berdasar Daur Hidup Gulma
Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan itu
berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan
tersebut menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh
menjadi tumbuhan baru. Daur hidup gulma akan menentukan lama
gulma tumbuh dan kemudahan pengendaliannya.
1. Gulma Semusim

Gulma ini berkecambah dan berkembang biak terutama dengan


biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang dimaksud adalah
pada musim yang sama dan berkisar antara 4 - 16 minggu
(bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan
muda muncul dari biji-bijinya.

2. Gulma tahunan

Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ


vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi lapis
(bulb), subang (corm), dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya
lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat

60
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

mencapai tiga - empat musim apabila didukung oleh lingkungan


tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya
mati, tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan
menumbuhkan tunas-tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu,
biasanya gulma tahunan lebih sulit dikendalikan dibanding gulma
semusim.
Pengelompokan Berdasar Morfologi Daun Gulma

Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma


dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam
kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis),
memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita
(ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput
biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae).

b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki
penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis).
Contoh yang termasuk kelompok ini antara lain Cyperus rotundus
dan Fymbristilis miliaceae.
c. Kelompok berdaun lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang
(oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik
(oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus)
dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang

61
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma


daun lebar terdiri dari spesies-spesies kelasDicotyledonae,
termasuk didalamnya marga-marga Euphorbiaceae,
Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae,
Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.
Identifikasi Gulma di Lapang

Dalam mengidentifikasi macam spesies gulma di lapang, dapat


dilakukan cara-cara sebagai berikut:
1. Membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar, foto
atau ilustrasi gulma yang tersedia;
2. Membandingkan dengan determinasi dari spesies gulma
yang kita duga;
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi;
4. Konsultasikan pada ahli di bidang yang bersangkutan.
Cara (1) yang paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di
tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto
gulma. Dalam menempuh cara (2) dan (3) sedikit banyak kita harus
memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi yang
dapat dipelajari pada buku. Bila ada spesies gulma yang sukar
diidentifikasi, maka dapat dilakukan dengan metode (4) maupun
dengan herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan
akarnya). Metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah
metode estimasi visual (visual estimation), yakni metode analisis
dengan pandangan mata dan pencatatan macam spesies gulma
beserta skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing (Soekisman
et. al., 1984).

62
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Metode estimasi visual merupakan pengumpulan data kualitatif.


Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana suatu spesies
gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas
(seringnya ditemukan) dan pola komposisi macam spesiesnya. Untuk
memperoleh data kualitatif tersebut perlu ditentukan macam
peubah pengamatannya, penetapan luas dan jumlah petak contoh,
serta penyebaran hasil-hasil pengamatannya.
Alat dan Bahan

1. Petak kuadrat berukuran 1m × 1m atau 0,5 m × 0,5 m


2. Pisau
3. Kamera
4. Kertas Gambar A3
5. Buku flora
6. Kantong plastik
7. Kalkulator analitik
8. Alkohol 75%
Cara kerja:

Biodiversitas Tanaman Pangan & Tahunan

1. Buat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis;


2. Tentukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masing-
masing tutupan lahan dlm hamparan lanskap;
3. Catat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan lahan
yang telah ditentukan;
4. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut;

Form pengamatan biodiversitas tanaman pangan dan tahunan

63
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Titik Semusim/ Informasi tutupan Lahan &


pengambilan Tanaman dalam lanskap
Tahunan/
sampel tutupan
Jarak
Lu
Campuran tana Populasi Sebaran
as
lahan m

5. Tentukan titik pengamatan yang dapat melihat seluruh


hamparan lanskap;
6. Gambarkan sketsa tutupan lahan lanskap di kertas dibawah
ini!

64
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot (……). ………………………………………………………………………………............

65
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

66
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Pengelolaan Gulma
1. Setiap titik pengamatan (biodiversitas tanaman) lakukan
identifikasi dan analisa gulma;
2. Tentukan 5 (lima) atau 3 (tiga) titik pengambilan sampel pada
masing-masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap secara
acak (dengan melempar petak kuadrat 1×1m); seperti gambar
dibawah ini.

3. Foto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh gulma


didalam petak kuadrat dapat terlihat jelas;
4. Identifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat;
5. Hitung jumlah populasi gulma dan d1 (diameter tajuk terlebar)
dan d2 (diameter tajuk yang tegak lurus d1)
6. Bila terdapat gulma yang tidak dikenal, gunakan pisau untuk
memotong gulma sebagai sampel (selanjutnya digunakan untuk
identifikasi), semprot gulma dengan alkohol 75% biar tidak layu,
dan masukkan dalam kantong plastik;

67
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

7. Semua kantong plastik berisi sampel gulma diidentifikasi dengan


membandingkan dengan foto dari buku atau internet, dan bila
belum diketahui bisa ditanyakan ke asisten/dosen;

68
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


Gulma Jumlah Gulma Plot ke- D1 D2
Nama Lokal Nama Ilmiah 1 2 3 4 5 Total

69
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

70
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

1. Menghitung SDR
a. Kerapatan adalah jumlah dari tiap-tiap spesies dalam tiap
unit area
jumlah spesies tersebut
Kerapatan Mutlak ( KM )=
jumlah plot
KM spesies tersebut
Kerapatan Nisbi(KN )= ×100 %
jumlah KM seluruh spesies

b. Frekuensi ialah parameter yang menunjukkan perbandingan


dari jumlah kenampakannya dengan kemungkinannya pada
suatu petak contoh yang dibuat.
plot yang terdapat spesies tersebut
Frekuensi Mutlak ( FM )=
jumlah seluruh plot
FM spesies tersebut
Frekuensi Nisbi( FN )= ×100 %
jumlah FM seluruh spesies
c. Dominansi ialah parameter yang digunakan untuk
menunjukkan luas suatu area yang ditumbuhi suatu spesies
atau area yang berada dalam pengaruh komunitas suatu
spesies.
Luas basal area spesies tersebut
Dominansi Mutlak ( DM )=
luas seluruh area contoh
DM suatu sp esies
Dominansi Nisbi ( DN )= ×100 %
jumlah DM seluruh spesies
d 1 a 22
Luas Basal Area=
4

d. Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV)

71
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Importance Value (IV) = KN + FN + DN e. Menentukan


Summed Dominance Ratio (SDR)
Summed Dominance Ratio (SDR)= IV/3
Tabel. Perhitungan Analisa Vegetasi 21 Hari Setelah Tanam
Spesie KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
s

Dari tabel SD, hitung indeks keragaman Shannon-Weiner (H`)



H =−∑ ❑( ¿ ln ln ¿ )
❑ N N
Keterangan:
H = Indeks keragaman Shannon-Weiner (H`)
ni = Jumlah angka penting suatu jenis spesies
N = Jumlah total angka penting seluruh spesies
ln = Logaritme natural (bilangan alami)

72
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman H’:


H’ < 1,0 :
● Keanekaragaman rendah,
● Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya
tekanan ekologis yang berat ,dan ekosistem tidak stabil
1,0 < H’ < 3,322 :
● Keanekaragaman sedang,
● produktivitas cukup,
● kondisi ekosistem cukup seimbang,
● tekanan ekologis sedang.
H’ > 3,322 :
● Keanekaragaman tinggi,
● stabilitas ekosistem mantap,
● produktivitas tinggi,
Buatlah kesimpulan tentang kondisi ekologis hamparan tersebut:
………………………………………………………………………………………………....
.
………………………………………………………………………………………………....
.………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………………....
.
………………………………………………………………………………………………....
.

73
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

………………………………………………………………………………………………....
.………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………....

74
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi IV: Pendahuluan-Pemanfaatan Perangkap


Serangga dan Konsep Segitiga Penyakit dalam
Pertanian Berlanjut
Tujuan:
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait beberapa alat
perangkap serangga yang digunakan untuk memonitoring jenis
serangga yang ada dan mahasiswa dapat memahami terkait
intensitas serangan penyakit di dalam suatu kawasan pertanian.

Bentuk Pembelajaran
Pada praktikum ini akan ditunjukkan beberapa macam perangkap
serangga sederhana (pitfall, yellow sticky trap, dan sweep net) yang
akan digunakan pada saat fieldtrip. Selain itu, mahasiswa akan
diberikan cara perhitungan intensitas penyakit untuk mengetahui
serangan penyakit yang ada pada suatu kawasan pertanian. Dan
mahasiswa diberi tugas untuk membuat buku saku terkait komunitas
serangga dan jenis penyakit pada kawasan pertanian monokultur
sampai hutan.
Pengantar
Macam-macam jenis perangkan yang digunakan untuk menangkap
serangga:
a. Jaring Serangga (Sweep net)
Sweep net merupakan salah satu alat untuk menangkap serangga
yang aktif terbang. Metode yang digunakan adalah sweeping, contoh
serangga yang dapat ditangkap menggunakan metode ini yaitu Ordo
Odonata. Sweep net digunakan untuk menangkap serangga yang
aktif terbang (Ubaidillah dan Suhardjono 1999 cit. Septianella, 2015).
Pengambilan sampel serangga dalam suatu lahan dapat dilakukan
dengan pola zigzag. Cara kerja alat ini yaitu dengan mengayunkan

75
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

sweep net sebanyak 3 kali kemudian serangga yang tertangkap di


dalamnya, dimasukkan ke dalam plastik. Begitu seterusnya sampai
mengikuti pola pengambilan sampel. Kecepatan ayunan sweep net
harus stabil dan tidak terlalu cepat (Upton dan Mantle, 2010).
b. Perangkap Jatuh (Pitfall trap)
Pitfall trap yaitu perangkap yang digunakan untuk menangkap
serangga yang ada di permukaan tanah. Pitfall digunakan untuk
menangkap serangga yang aktif pada siang dan malam hari.
Pemasangan alat ini dilakukan pada pukul 08.00 – 17.00 WIB untuk
siang dan malam pada pukul 18.00 - 08.00 WIB. Pemasangan
perangkap diletakkan dengan sistem diagonal (Siregar, 2014).
Cara pembuatan pitfall yaitu dengan menggunakan gelas plastik
(aqua cup) berdiameter 9 cm dimasukkan ke dalam lubang sampai
permukaan gelas sejajar dengan permukaan tanah. Setiap gelas
plastik dituangkan dengan larutan deterjen sebanyak 150 ml ke
dalamnya dengan dosis 23 gram deterjen ke dalam 25 liter air.
Deterjen berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan air,
sehingga serangga yang tertangkap tidak dapat keluar dari perangkap
(Upton dan Mantle, 2010). Setelah dituangkan deterjen kemudian
dipasangkan tiang bambu setinggi 25 cm dan dikaitkan mangkuk
plastik diletakkan 3 - 4 cm di atas permukaan gelas untuk
menghindari air hujan masuk kedalam gelas. Serangga yang
tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan
kedalam botol sampel untuk diidentifikasi di Laboratorium (Siregar,
2014).
c. Perangkap Kuning (Yellow sticky trap)
Perangkap kuning (yellow sticky trap) yaitu perangkap yang
digunakan untuk menangkap serangga yang ada di atas permukaan
tanah. Perangkap kuning merupakan teknik pengendalian yang
dirancang berdasarkan preferensi serangga terhadap warna tertentu.
Yellow sticky trap merupakan perangkap berupa kertas perekat

76
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

berwarna kuning. Metode ini juga efektif untuk tujuan monitoring


populasi hama. Pengendalian dengan penggunaan perangkap kuning
ini cukup efektif untuk beberapa jenis hama, seperti hama lalat
pengorok daun (Liriomyza huidobrensis) dan kutu daun sebagai
vektor penyakit keriting pada cabai yang disebabkan oleh Gemini
virus, kutu aphids, thrips, dan lalat buah serta semua golongan
serangga yang tertarik dengan gelombang yang dipancarkan benda
berwarna kuning (Meilin 2018). Yellow sticky trap diletakkan di
tengah lahan dengan ketinggian sedikit di atas tegakan tanaman
(Balingtan, 2018).
d. Pan trap
Pan trap merupakan metode perangkap sederhana dan efisien untuk
mengumpulkan serangga terbang, perangkap ini dapat digunakan
untuk menangkap serangga dengan ordo hymenoptera, diptera dan
coleoptera. Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah panci kecil
berwana yang diisi dengan air sabun. Warna yang umum digunakan
adalah kuning, biru, putih, dan merah. Untuk menggunakan
perangkap, cukup meletakkan mangkuk diatas permukaan tanah
dengan berisika air sabun. Air sabun berfungsi untuk mengurangi
tegangan air, sehingga serangga akan jatuh ke perangkap dan tidak
dapat terbang kembali.
Konsep Segitiga dan Perhitungan Intensitas Penyakit
1. Segitiga Penyakit
Perkembangan penyakit tumbuhan sangat tergantung kepada tiga
komponen yaitu patogen, inang dan lingkungan. Interaksi ketiga
komponen penyakit ini digambarkan sebagai segitiga, yang disebut
sebagai segitiga penyakit. Setiap sisi dari segitiga menggambarkan
secara proporsional satu komponen dari penyakit. Jika salah satu
komponen tidak mendukung, maka penyakit tidak akan terjadi.
Sebagai contoh, bila patogen tidak virulen, atau patogen dalam
keadaan tidak aktif, maka penyakit tidak akan terjadi walaupun

77
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

kedua komponen (inang dan lingkungan) mendukung terjadinya


penyakit. Demikian pula pada tumbuhan dan lingkungan (Abadi,
2003).

Infeksi merupakan proses patogen berhasil kontak dengan


sel/jaringan yang rentan dan berhasil memanfaatkan nutrisi inang
tersebut. Keberhasilan infeksi ditampakkan dalam bentuk gejala
sakit. Lama infeksi sangat tergantung pada patogen, inang dan
lingkungan yang mendukung (Abadi, 2003).
2. Intensitas Penyakit
Penyakit tumbuhan adalah ketidaknormalan pada tumbuhan akibat
serangan patogen atau gangguan faktor lingkungan yang
dinampakkan dalam bentuk gejala kerusakan pada tumbuhan.
Penyebab penyakit terbagi menjadi dua yaitu biotik (jamur, bakteri,
virus, dan nematoda) dan abiotik (suhu, pH tanah, dan keracunan
pertisida) (Abadi, 2003). Pengamatan penyakit dinyatakan dalam
suatu nilai atau angka yang disebut dengan intensitas penyakit.
Penilaian penyakit dibagi menjadi dua cara yaitu :
a. Menghitung jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sakit
(Metode mutlak)

78
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Intensitas penyakit dinyatakan dalam persen pada bagian


tanaman yang sakit terhadap jumlah tanaman atau jumlah
tanaman yang diamati seluruhnya. Perhitungan dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

a
IP= × 100 %
a+b
Keterangan:
IP :Intensitas Penyakit
a : Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sakit
b : jumlah tanaman atau bagian yang sehat
Metode ini digunakan untuk penyakit yang dapat
menyebabkan tanaman mati secara menyeluruh misalnya
penyakit layu dan damping off . Selain itu,metode ini dapat
digunakan untuk penyakit yang tidak menyebabkan kematian
namun dapat mengakibatkan kehilangan hasil secara total.
Misalnya penyakit gosong bengkak pada tanaman jagung
(Ustilago maydis).
b. Menggunakan skala deskriptif (Metode skoring)
Metode skoring merupakan angka yang menggambarkan
tingkat kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang terserang
penyakit. Skor yang diperoleh dalam pembagian gejala penyakit
terbagi menjadi beberapa kategori tingkat serangan, mulai dari
tingkat serangan rendah hingga tingkat serangan tinggi. Tingkat
skoring serangan penyakit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

79
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Intensitas serangan penyakit dapat dihitung dengan menggunakan


rumus:
Ʃ (n × v)
IP= ×100 %
Z ×N
Keterangan :
I : Intensitas Serangan Penyakit
n : Ʃ daun yang terserang
V : nilai kategori tingkat serangan
Z : nilai kategori tingkat serangan tertinggi
N : Ʃ daun yang diamati

Deskripsi Tugas Fieldtrip


Mahasiswa melakukan pengamatan di satu bentang lahan yang
sudah ditentukan. Sebelum dilakukan pengamatan terkait aspek HPT,
mahasiswa harus menganalisis karakter ekosistem yang diamati, di
antaranya adalah: ketinggian tempat, kondisi bentang lahan dan

80
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

faktor abiotik. Selain itu, juga dilakukan wawancara kepada petani


setempat terkait dengan pola tanam dan perilaku petani dalam
membudidayakan tanamannya.
Variabel pengamatan yang diamati untuk aspek hama adalah
mengamati keragaman serangga yang ada di lahan tersebut dengan
memanfaatkan berbagai perangkap serangga, sedangkan untuk
aspek penyakit adalah mengamati jenis penyakit dan intensitas
penyakit. Dari hasil pengamatan, mahasiswa diminta untuk
menganalisis bagaimana pengaruh karakter ekosistem dan faktor
abiotik terhadap keragaman serangga dan intensitas penyakit
dengan berdasar pada konsep segitiga penyakit.

81
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

LEMBAR PENGAMATAN FIELDTRIP


ASPEK HPT PERTANIAN BERLANJUT
SEMESTER GANJIL 2020/2021
Lembar Pengamatan Serangga
Titik Peran
Nama
Pengambilan Musuh Serangga
serangga Hama Total
sampel Alami Lain
Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Catatan: semua spesimen yang ditemuan harap didokumentasi

82
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

83
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Lembar Pengamatan Penyakit


Nama Jenis Patogen Jumlah Daun Jumlah Daun Intensitas
Penyakit dan Gejala dalam 1 yang Penyakit
tanaman terserang

84
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Catatan: semua spesimen yang ditemukan harap didokumentasi

Komposisi peranan Arthropoda dalam hamparan plot 1 (pemukiman +


tanaman semusim)
Titik pengambilan Jumlah individu Persentase
sampel Hama MA SL Total Hama MA SL
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Total
Komposisi peranan Arthropoda dalam hamparan plot 2 (tanaman semusim)
Titik pengambilan Jumlah individu Persentase
sampel Hama MA SL Total Hama MA SL
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Total
Komposisi peranan Arthropoda dalam hamparan plot 3 (agrofrestri)
Titik pengambilan Jumlah individu Persentase
sampel Hama MA SL Total Hama MA SL
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Total
Komposisi peranan Arthropoda dalam hamparan plot 4 (hutan
produksi)
Titik pengambilan Jumlah individu Persentase
sampel Hama MA SL Total Hama MA SL
Titik 1
Titik 2

85
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Titik 3
Titik 4
Total

SEGITIGA FIKTORIAL
Penyajian fiktorial semacam ini selain dapat memperlihatkan
komposisi peran juga menggambarkan dinamika peran dari waktu ke
waktu.
PLOT 1

PLOT 2

86
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

PLOT 3

PLOT 4

87
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

88
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Penjelasan singkat:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

89
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Materi V: Indikator Keberhasilan Pertanian


Berlanjut dari Aspek Sosial Ekonomi
Tujuan:
1. Mahasiswa memahami tentang indikator pertanian
berkelanjutan dari aspek sosial ekonomi;
2. Mahasiswa bisa mengevaluasi keberlanjutan pertanian dari
aspek sosial ekonomi dengan melakukan wawancara kepada
petani yang mengelola usaha tani dalam sebuah landskap.
Pengantar
Sumberdaya alam termasuk di dalamnya sumberdaya pertanian
agar bisa memberikan manfaat untuk generasi sekarang dan juga
bagi generasi yang akan datang, diperlukan pengelolaan yang
memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability). Dalam
pembangunan dibidang pertanian, peningkatan produksi seringkali
diberi perhatian utama, namun ada batas maksimal produktivitas
ekosistem. Jika batas ini dilampaui, maka ekosistem akan mengalami
degradasi. Seringkali pula pemilihan investasi atau penggunaan
sumberdaya pertanian, selalu menjadikan pertimbangan finansial
sebagai dasar pertimbangan utama, artinya apabila dihadapkan pada
beberapa pilihan penggunaan lahan, maka keputusan akan diambil
pada aktivitas yang memberikan keuntungan finansial yang terbesar.
Hal ini cenderung mengabaikan aspek lingkungan. Agar sistem
bertanian bisa berkelanjutan, maka harus mempetimbangkan tidak
hanya aspek finansial semata, dan juga tidak hanya mengejar
produksi yang tinggi semata, namun juga harus memperhatikan

90
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

aspek ekologis, produktivitas jangka panjang serta sosial ekonomi


yang lainnya.

1. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture)


Pertanian berkelanjutan (FAO, 1996) merupakan pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan
kelembagaan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. Dengan
demikian pembangunan di sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan harus mampu mengkonservasikan tanah, air, tanaman
dan sumber genetik binatang, tidak merusak lingkungan, secara
teknis tepat guna, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat
diterima masyarakat.
Kriteria pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menurut
SEARCA (2005) adalah sistem pertanian yang: (1) berkelangsungan
hidup secara ekonomi (economically viable); (2) ekologis dan
bersahabat atau ramah lingkungan (ecologically sound and
friendly/environmentally); (3) berkeadilan sosial (socially just
equitable); (4) cocok secara budaya (culturally appropriate); dan (5)
merupakan pendekatan sistem dan holistik / terintegrasi (systems
and holistic/ integrated approach).
Sistem pertanian yang layak secara ekonomi mempunyai
pengembalian yang layak dalam investasi tenaga kerja dan biaya
yang terkait dan menjamin penghidupan yang layak bagi keluarga
petani. Sistem ini minimal dapat menyediakan makanan dan

91
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

kebutuhan dasar yang lain bagi keluarga petani. Economically viable


juga berarti minimisasi biaya eksternalitas dari kegiatan usaha tani
(SEARCA, 1995).
Eksternalitas adalah efek samping yang dihasilkan oleh satu pihak
baik di dalam aktivitas produksi maupun konsumsi yang mengenai
pihak lain, namun efek samping tersebut tidak diperhitungkan dalam
mekanisme pasar. Jika efek samping tersebut menimbulkan manfaat
bagi pihak lain, maka disebut eksternalitas yang positif (contoh
pohon, ruang terbuka hijau, hutan). Jika efek samping tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka disebut eksternalitas
yang negative (contoh:pencemaran knalpot kendaraan bermotor,
pencemaran pabrik, pemakaian pestisida kimia yang berlebihan).
Dengan demikian dalam konteks pertanian berlanjut maka biaya
ekternalitas harus diminimalkan. Secara ekonomi lingkungan,
pencemaran optimal itu tidak berarti bahwa pencemaran itu harus
nol atau tidak ada pencemaran sama sekali, atau bahkan tidak ada
aktivitas. Namun pencemaran yang optimal adalah pencemaran
dimana alam masih mampu mengasimilasi pencemaran tersebut.
Sistem pertanian yang berkeadilan sosial (socially just equitable)
adalah sistem pertanian yang menghargai martabat, hak asasi
individu dan kelompok-kelompok dan memperlakukannya secara
adil. Sistem tersebut menyediakan akses ke informasi, pasar dan
usaha tani lain yang terkait dengan sumberdaya, khususnya lahan.
Akses tersebut tidak membedakan jenis kelamin, status sosial, agama
dan suku. Praktek-praktek atau metode-metode yang diterapkan
dapat diterima masyarakat. Sedangkan sistem pertanian yang cocok
secara budaya (culturally appropriate) memberikan perhatian kepada

92
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

nilai-nilai budaya, termasuk kepercayaan-kepercayaan religius dan


tradisi-tradisi serta pengetahuan teknis tradisional (indigenous
technical knowledge) dalam pembangunan sistem pertanian,
perencanaan dan programnya. Sistem ini mengenalkan sistem
pengetahuan dan visi petani yang dipertimbangkan sebagai mitra
dalam proses pembangunan. Sistem pertanian berkelanjutan
merupakan pendekatan sistem dan holistik/terintegrasi (systems and
holistic/ integrated approach), yaitu sistem pertanian yang berdasar
pada ilmu pengetahuan yang holistik memperlihatkan pertanian
sebagai suatu sistem usaha tani dan pendekatan sistem yang
berhubungan dengan faktor-faktor biofisik, sosial, ekonomi dan
budaya (SEARCA, 1995).
Tujuan keseluruhan dari pertanian yang berkelanjutan adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini dapat dicapai melalui
(SEARCA, 1995): (1) pembangunan ekonomi; (2) memberikan
prioritas pada ketahanan pangan (food security);(3) menempatkan
nilai yang tinggi pada pembangunan sumberdaya manusia dan
pemenuhan kebutuhannya; (3) pemberdayaan dan pembebasan
petani; (4) menjamin suatu lingkungan yang stabil (aman, bersih,
seimbang dan dapat diperbarui); dan (5) memfokuskan pada tujuan
produktivitas jangka panjang.

Cara kerja:
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Kegiatan praktikum akan
dilakukan dengan:
1. Penjelasan dan diskusi di kelas;
2. Kunjungan dan observasi lapangan (Fieldtrip);

93
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

3. Wawancara petani;
4. Pembuatan laporan;
5. Presentasi dan diskusi.
Dalam mengevaluasi keberlanjutan dari aspek sosial ekonomi
dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut
(dengan melakukan wawancara terhadap petani).

94
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Plot 3
1.Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin
beragam jenis tanaman, semakin berkelanjutan).
Tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan? Lahan sawah:
Jenis tanaman:
Lahan tegal: Lahan tegal (Agroforestry):
Jenis tanaman: K opi, nangka , durian, pisang dan sengon
Jenis tanaman:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Selanjutnya lakukan penilaian jenis tanaman tersebut dengan skor
dibawah ini.
Jenis tanaman untuk lahan sawah:
5 jenis atau lebih : Skor 5
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1
Jenis tanaman untuk lahan tegal:
5 jenis atau lebih : Skor 5
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1

95
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

1. Akses terhadap sumber daya pertanian: Berapakah luas lahan


yang Bapak/ibu kuasai?
Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Petani
Sakap Jumlah
Jenis Lahan Tanah Milik Sewa
(bagi hasil) (ha)
Sawah (ha) 1 1
Ha Ha
4 4
Tegal (ha)
Pekarangan (ha)
Jumlah (ha) 1
Ha
4

Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan


skor di bawah ini (lingkari yang sesuai).
(1) Penguasaan lahan sawah :
Milik sendiri 100% Skor: 5
Milik sendiri sebagian Skor: 4
Sewa > 50% Skor: 3
Sakap > 50% Skor 2
Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1
(2) Penguasaan lahan tegal :
Milik sendiri 100% Skor: 5
Milik sendiri sebagian Skor: 4
Sewa > 50% Skor: 3
Sakap > 50% Skor 2
Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1

96
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

(3) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri atau


membeli, berapa persen? :
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(4) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri atau
membeli, berapa persen? :
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(5) Pupuk: membuat sendiri/ membeli, berapa persen?
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(6) Modal:
100 % milik sendiri Skor 5
75% milik sendiri Skor 4
50% milik sendiri Skor 3
25% milik sendiri Skor 2
0% milik sendiri Skor 1

97
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

2. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim:


padi/jagung/sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi?
100 % terpenuhi Skor 5
75% terpenuhi Skor 4
50% terpenuhi Skor 3
25% terpenuhi Skor 2
0% terpenuhi Skor 1
3. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang
Bapak/Ibu budidayakan?
(a) Jenis tanaman :
……………………………………………………………………….
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
(b) Jenis tanaman nangka : ……………………………………..
…………………………………
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
(c) Jenis tanaman : ………………………………………………………………………..
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
(d) Jenis tanaman :
………………………………………………………………………..
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3

98
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Tidak tersedia Skor 1

99
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

4. Apakah petani mengetahui usaha tani yang dilakukan ramah


terhadap lingkungan apa tidak.
Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usaha tani yang
Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek
lingkungan (ramah lingkungan)?
Sebutkan alasannya.
Jawab:
(a) Ya, alasannya:
(Ya, alasannya: ya, pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang hasil dsri kotoran sapi kepemilikan ternak
sendiriwalaupun masih menggnakan
p upuk kimia berupa ZA, Phonska, dan urea namun
penggunaan tidak t erlalu berlebihan dan sesuai dengan
takaran. Serta komoditas yang d itanam juga tidak
memerlukan pemupukan yang intens ditambah
pengendalian hama pun dilakukan secara mekanis tanpa
penyemprotan kimia. Pak trisino menganggap bahwa
apabila pemanfaatan bahan kimia
terlalu berlebihan maka dapat merusak tanah dalam
waktu yang akan
datang, sehingga sebisa mungkin mengolah lahan
agroforestry miliknya
secara ramah lingkungan.
(b) Tidak, alasannya:
……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

100
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

………………………………………………………………………………………
…..
5. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak
sumber pendapatan semakin berkelanjutan).
Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu:
Pertanian : ( ya / tidak)
Peternakan: (ya / tidak)
Lainnya: sebutkan ....................................................................
Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini.
3 jenis sumber penghasilan atau lebih: Skor 5
2 jenis sumber penghasilan Skor 3
1 jenis sumber penghasilan Skor 1
6. Kepemilikan ternak:
Memiliki ternak (sapi/kambing): Skor 5
Menggaduh ternak (sapi/kambing) Skor 3
Tidak punya ternak Skor` 1
7. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana
cara pengelolaannya.
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……… Skor
Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum diaplikasikan
di lahan (diproses menjadi kompos) 5
Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk pupuk 3
Kotoran ternak dibuang 1

101
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

8. Kearifan lokal:
Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat
(a) Kepercayaan/adat istiadat:
(Kepercayaan/adat istiadat: melakukan bersih desa di waktu
sakral biasanya dihari setelah panen raya, kegiatan berupa
pembuatan tumpeng dari hasil panen petani

(b) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk


melakukan aktivitas pertanian): menentukan tanaman pada
komoditas pak trisin
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………….……………………………………………………..
(c) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau
pengendalian hama/penyakit : menggunakan pupuk kandang
pada awal panen, serta pengendalian hama secara mekanis
seperti pengendalian penyakit rabuk yang dikendalikan
dengan hanya dikelopes kulit kulit ppohon yang terserang.

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………….……………………………………………………..

Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang


menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama
(misalkan gotong royong, tolong menolong, dsb).
Sebutkan dan jelaskan. Kegiatan musyawarah pada

102
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

kelompok tani rukun makmur , yaitu kegiatan


berupa diskusi bersama terkait dengan permasalaahn
yang sedang dihadapi oleh petani dalam mengenola
komoditasnya serta kendala lain yang dihadapi.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….………………………………
9. Kelembagaan
Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait
dengan pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga
keuangan dsb.=kelembagaan tani rukun makmur
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………….
………………………………………………………………………………………….
11.Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam
pengelolaan usaha tani, sebutkan. sesama petani yang telah
berhasil mengelola ppertaniannya, serta ketua kelompok tani
dan PPL
…………………………………………………………………………………………...……………..
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…...
12.Analisis usaha tani dan kelayakan usaha
(a) Lakukan wawancara kepada petani tentang komoditas yang
ditanam, berapa jumlah produksi dan harga jualnya,
penggunaan input dan harga masing-masing input. Hasil
wawancara tersebut isikan dalam Tabel 8.

103
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Jika dalam satu lahan ditanami lebih dari satu macam komoditas
(tumpang sari), tanyakan semua produksi tanaman dan penggunaan
inputnya. Hindari perhitungan ganda;
(b) Hitung berapa nilai produksi dan biayanya;
(c) Hitung pendapatan kotor usaha tani (Gross Farm Family
Income);
(d) Hitung kelayakan usaha dengan rumus R/C rasio.
Apabila usaha tani tersebut layak secara finansial maka akan lebih
berkelanjutan dari aspek finansial. Dalam arti usaha tani tersebut
mampu membiaya biaya-biaya yang harus dikeluarkan sehingga akan
lebih berlanjut jika dibandingkan dengan usaha tani yang tidak layak
secara finansial.

Tabel 2. Produksi, Nilai Produksi, Penggunaaan Input dan Biaya Usaha tani

104
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Luas Jumlah Nilai


Harga/u
Jenis Tanaman Tanam Produksi Produks
nit
(ha) (kg) i (Rp)
Kopi 1000 m2 500 4500/kg
Nangka 250 m2 10 5000/ biji
Durian 500 m2 30 10.000/biji
Pisang 250 m2 40 45.000/unit
Sengon 500 m2 500 kg=5 batang 250.000/
batang

105
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Tabel 3. Penggunaan Input dan Biaya Usaha tani Tanaman


Harga/ Jumlah
Kopi Unit
Unit Biaya
Luas Lahan (ha) 1000 m2 0 0
Sewa lahan (jika menyewa) (Rp)
Bibit 10 8000
Pupuk Urea = 2.000/kg
5kg 1.400/kg
Urea (Pupuk N) ZA =2,5 9.800/kg
TSP/SP 36 (Pupuk P) kg 0
Phonska
KCL (Pupuk K) Lainnya =2,5 kg
sebutkan: Pupuk
kandang
=1kg
Pestisida kimia 0
Pestisida organik/nabati/hayati 0
Tenaga Kerja Dalam 0
Keluarga
Luar Keluarga
Biaya lain-lain 0
Jumlah biaya 0

Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman


Harga/ Jumlah
Sengon Unit
Unit Biaya
Luas Lahan (ha) 500m2
Sewa lahan (jika menyewa) (Rp) 0
Bibit 5 50.000
Pupuk Pupuk

106
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

kandang
Urea (Pupuk N)
TSP/SP 36 (Pupuk P)
KCL (Pupuk K) Lainnya
sebutkan:

Pestisida kimia
Pestisida organik/nabati/hayati
Tenaga Kerja Dalam
Keluarga
Luar Keluarga
Biaya lain-lain
Jumlah biaya

Pendapatan kotor usaha tani (Gross Farm Family Income =


GFFI) merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya yang
dibayarkan atau explisit cost. Explicit cost tidak menghitung biaya
tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan milik sendiri, bunga modal
sendiri dan penyusutan (Herdt, 1978).

GFFI = penerimaan total – biaya yang dibayarkan

107
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

n
GFFI =Y . Py−∑ ❑riXi
i=1
Keterangan:
Y = jumlah produksi yang diperoleh dari usaha tani (unit)
Py = harga produksi (Rp/unit)
ri = harga input ke-i
Xi = jumlah penggunaan input ke-i

Kelayakan usaha secara finansial dihitung dengan menggunakan


R/C rasio denga rumus sebagai berikut:
R
R/C Ratio=
C
Jika R/C > 1, maka usaha tani tersebut layak secara finansial
Jika R/C = 1, maka usaha tani tersebut impas
Jika R/C < 1, maka usaha tani tersebut tidak layak secara finansial

Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lanskap Pertanian


1. Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari
mana saja asal para penduduk desa? Pembukaan
tahun1816. Bermula dari hutan dan d ibuka untuk
permukiman dan lahan pertanian

...............................................................................................................
...............................................................................................................
..

108
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

2.Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan


pertanian di desa ini?
(1) Bila tidak, apa alasannya? ? T idak, dikarenakan untuk
pemetakan lahan
sudah ditentukan oleh pemerintah dan tidak diizinkan untuk
dialihfungsikan

...............................................................................................................
...............................................................................................................
..
(1) Bila ya, digunakan untuk apa dan berapa luasannya?
...............................................................................................................
...............................................................................................................
..
3.Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2
tahun terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan
siapa yang membuka (penduduk desa setempat/ dari
luar desa) tidak ada
...............................................................................................................
...............................................................................................................
.. ............................................................................................................
...............................................................................................................
.....
1. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani yang
dimanfaatkan masyarakat di desa?
(1) Bertambah, digunakan untuk apa?
...............................................................................................................
...............................................................................................................

109
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

.. ............................................................................................................
.... Berkurang digunakan untuk apa?
...............................................................................................................
...............................................................................................................
.. ............................................................................................................
....
(2) Tidak ada perubahan
...............................................................................................................
.
2. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan?
(2) Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan
tersebut? Ada apabila ada
pengalihfungsiaan lahan tanpa izin dari pemerintah desa maka
akan
dikenakan sanksi.

...............................................................................................................
...............................................................................................................
..
Apa ada sangsi bila tidak mematuhi
5.peraturan tersebut? Bila ya, sebutkan
sangsinya dan siapa yang akan memberi
sangsi; Sanksinya y aitu petani tersebut
tidak akan diberikan bantuan yang
m emadai layaknya petani lainnya. , yang memberikan sanksi
a dalah pemerintah desa.

110
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

6.Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan


masyarakat dilindungi? Bila ya, apa saja dan dimana tempatnya?
pendopo
...............................................................................................................
. .............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
....
1. 7.Mengapa tempat tersebut dilindungi? ? Sebab sebagai tempat
yang biasa digunakan
oleh masyarakat desa dalam melngsungkan kegiatan adat setempat
ataupun
kegiatan lainnya.

...............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
....

111
PANDUAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2020/2021

Tabel Resume Indikator Pertanian Berlanjut


Indikator Tulungrejo I Tulungre
Keberhasilan Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 1 Plot 2 P
Produksi              
Air              
Karbon              
Hama              
Gulma              
Catatan : √ = Kurang, √√ = Sedang, √√√ = Baik, √√√√ = Sangat Baik
Plot 1 = pemukiman + tanaman semusim, Plot 2 = tanaman
semusim, Plot 3 = agroforestri,
Plot 4 = hutan produksi
Kesimpulan:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………

112

Anda mungkin juga menyukai