Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MAGANG

KENDALA BUDIDAYA TANAMAN SAWI DI DESA SUNGAI


BULAN KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

BERTY SHINTIA DEBY


C1011171113

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
LAPORAN MAGANG

KENDALA BUDIDAYA TANAMAN SAWI DI DESA SUNGAI


BULAN KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

BERTY SHINTIA DEBY


C1011171113

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Magang

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020

LAPORAN MAGANG
KENDALA BUDIDAYA TANAMAN SAWI DI DESA SUNGAI
BULAN KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

Tanggung jawab yuridis material pada

BERTY SHINTIA DEBY


C1011171113

Telah dipresentasikan dan diuji


pada tanggal :..........................…

Mengetahui
Ketua Prodi Agroteknologi Pembimbing

Maulidi, SP., M.Sc Ir. Warganda, MMA


NIP. 197606052005011002 NIP.196002101987031005

Laporan ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk Kelulusan
Mata Kuliah Magang

Tanggal :......................…

Disahkan
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr.Ir. Fadjar Rianto


NIP. 197550804200502001
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah


Subhana Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya. Sholawat dan
salam senantiasa penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam beserta kelurga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Budidaya Tanaman
Sawi di Desa Sungai Bulan, Kecamatan Singkawang Utara”. Laporan ini berisikan
ulasan kegiatan magang. Penulisan laporan magang ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
Selama pelaksanaan magang hingga penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ir Warganda M.MA, selaku Dosen Pembimbing Praktek
Magang yang telah memberi bantuan, doa, bimbingan, saran dan dorongan, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada:
1) Kedua Orang Tua dan saudara tercinta yang telah memberikan dukungan tiada
henti baik material, semangat dan maupun dorongan sehingga laporan ini dapat
disusun.
2) Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Denah suswati, MP selaku Dekan Fakultas pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
3) Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS Selaku ketua jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
4) Bapak Maulidi, SP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.
5) Bapak I.r Warganda M.MA selaku Dosen Pembimbing Magang.
6) Bapak Arifin S Selaku Supervisor Magang.
Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, sehingga
diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai Budidaya Tanaman
Timun.

Pontianak, September 2020

Berty Shintia Deby


NIM .C1011171113

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Metode Pendekatan 3
II. PELAKSANAAN MAGANG 4
A. Waktu dan Tempat Magang 4
B. Gamabaran Umum Lokasi Magang 4
C. Manfaat 5
D. Batasan Masalah 5
E. Pelaksanaan Kegiatan 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 11
A. Jarak tanam tidak beraturan 11
B. Banyaknya gulma disekitar penanaman sawi 12
C. Hama yang menyerang tanaman sawi 13
D. Residu pestisida 14
IV. PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Pembuatan Bedengan 6
Gambar 2. Pembuatan Bedengan 6
Gambar 3. Penanaman benih sawi 7
Gambar 4. Pembersihan gulma 7
Gambar 5. Penyiraman tanaman sawi 8
Gambar 6. Pemupukan 9
Gambar 7. Penyemprotan pestisida 9
Gambar 8. Panen sawi 10
Gambar 9. Penanaman terlalu rapat dan ada yang jarang 11
Gambar 10. Gulma 12
Gambar 11. Hama bekicot dan ulat grayak 13
Gambar 12. Penyemprotan pestisida 15

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Jalan Magang 18
Lampiran 2. Lembar Kendali Magang 19
Lampiran 3. Surat Permohonan Magang 20
Lampiran 4. Surat Pernyataan Covid 21
Lampiran 5. Kegiatan Magang Harian 22
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Magang 25

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak
heran bila kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Tanaman sawi (Brassica juncea L.)
merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek
yang tinggi karena banyaknya permintaan konsumen terhadap sawi untuk dibuat
sayur dan produk olahan makanan lainnya. Selain memiliki kandungan vitamin dan
zat gizi yang penting bagi kesehatan, tanaman sawi dipercaya dapat menghilangkan
rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula
sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun mempercayai tanaman ini mampu
bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk
banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi
kerja ginjal (Haryanto et al., 1995)
Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat
dilakukan oleh petani ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis tanaman ini.
Budidaya tanaman sawi selain mudah dilaksanakan, juga sangat cepat menghasilkan
karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek, mulai dari awal penanaman hingga
siap panen. Tanaman sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah.
Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan sehingga dapat ditanam
di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup
untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7.
Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah
tanaman sawi berupa protein 2.3 g. Lemak 0.3 g, karbohidrat 4.0 g, Ca 220 mg, P
38.0 g, Fe 2.9 g, vitamin B 0.09 mg, dan vitamin C 102 mg (Hayanto et al., 1995).
Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya
mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau mengatasi penyakit rabun ayam
(Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita.
Kandungan nutrisi lain pada tanaman ini berguna juga dalam menjaga kesehatan
tubuh manusia (Rukmana, 1994).

1
2

Perguruan Tinggi yang merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan


menghasilkan para Sarjana yang memiliki keahlian di bidangnya terus dituntut untuk
dapat meningkatkan pembangunan di bidang pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura selalu berusaha untuk meluluskan para Sarjana yang
bermutu dalam bidang pertanian. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, para
Mahasiswa Agroteknologi Budidaya Pertanian yang telah mencapai 110 sks
diharuskan untuk mengikuti kegiatan Magang, dengan tujuan agar Mahasiswa dapat
mempelajari dan menganalisa potensi serta kendala yang dihadapi dalam
pengembangan usaha pertanian dan perkebunan pada masa sekarang dan masa yang
akan datang.

B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan magang di Desa Sungai Bulan Kecamatan
Singkawang Utara
Tujuan Umum :
1. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
memecahkan permasalahan dalam bidang pertanian.
2. Memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal penulis dalam dunia kerja.
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja dalam budidaya tanaman
sayuran.
Tujuan Khusus :
1) Melihat dan memahami secara langsung teknik budidaya tanaman sawi (Brassica
juncea L.) di lokasi magang.
2) Mengetahui dengan jelas kendala dalam budidaya tanaman sawi (Brassica
juncea L.) di lokasi magang.
3

C. Metode Pendekatan
Dalam melaksanakan kegiatan magang ini digunakan beberapa metode
pendekatan yaitu :
1. Metode Observasi
Mahasiswa terjun langsung kelapangan untuk mengamati serta melihat keadaan
yang sebenarnya terjadi di lapangan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan di
lapangan.
2. Metode Wawancara
Mahasiswa melakukan dialog dan bertanya langsung dengan pihak terkait yang
ada di lapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan di
lapangan dan bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis di lapangan.
3. Studi Pustaka
Penulis menggunakan berbagai literatur yang bisa memperkuat isi tulisan seperti,
buku, jurnal dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
tentang budidaya tanaman sawi.
4. Dokumentasi
Selama melaksanakan kegiatan di lapangan mahasiswa menggunakan foto atau
gambar untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun.
II. PELAKSANAAN MAGANG

A. Waktu dan Tempat Magang


Kegiatan magang dilaksanakan selama satu bulan, terhitung mulai tanggal 13
juli 2020 sampai dengan 13 agustus 2020. Kegiatan magang tersebut dilaksanakan
pada lokasi lahan budidaya sawi milik Bapak Solihin dan Ibu Nuriah di Desa Sungai
Bulan, Kecamatan Singkawang Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Lahan tersebut
memiliki luasan sebesar 6000 meter dan disekitarnya terdapat sungai kecil yang
mengalir yang memudahkan petani untuk menyiram tanaman.

B. Gambaran Umum Lokasi Magang


1. Letak dan Luas Lahan
Kegiatan magang yang dilaksanakan pada lokasi lahan budidaya milik Bapak
Solihin dan Ibu Nuriah berlokasi di desa sungai bulan Kecamatan Singkawang Utara,
Provinsi Kalimantan Barat. Keadaan umum lokasi magang terletak di belakang
perumahan dan di sekitar lokasi magang terdapat sungai kecil sehingga memudahkan
untuk menyiram tanaman. Lahan Budidaya tanaman sawi milik Pak Solihin dan Ibu
Nuriah ini memiliki luas lahan sekitar 6000 meter. Secara geografis lahan budidaya
sawi milik petani yang terletak di desa sungai bulan, kecamatan singkawang utara ini
terbagi dalam 7 wilayah desa yaitu :
a) Sungai Bulan
b) Sungai Garam
c) Sungai Rasau
d) Naram
e) Semelagi Kecil
f) Setapuk Besar
g) Setapuk Kecil
2. Tanah dan Topogafi
Topografi wilayah pada lahan budidaya tanaman sawi milik petani pada umunya
adalah tanah dengan permukaan datar dan disekitarnya terdapat sungai kecil yang
mengalir. Pada musim hujan kondisi lahan agak becek namun tidak tergenang. Jenis
tanah di lokasi lahan budidaya padi milik petani terdiri atas tanah aluvial.

4
5

3. Keadaan Penduduk
Penduduk yang menempati areal Desa Sungai Bulan yang merupakan lokasi
lahan budidaya tanaman padi milik Petani terdiri dari berbagai suku yang sebagian
besar adalah penduduk dari suku Melayu dan sebagian kecil penduduk dari suku
madura, serta dayak. Jumlah penduduk Desa Sungai Bulan 3.135 jiwa, dengan
perincian laki-laki 1590 jiwa, dan perempuan 1545 jiwa. Mata pencaharian utama
penduduk di desa tersebut adalah bertani dan buruh bangunan sebagai mata
pencaharian utama.

C. Manfaat
Manfaat yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan magang adalah :
1) Mahasiswa dapat mengetahui berbagai agronomis serta metode
2) Pelaksanaan kerja di lapangan.
3) Menambah pengetahuan tentang tata cara dan sistem kerja di lapangan.
4) Bertambahnya ilmu dan wawasan terkait budidaya tanaman sawi.
5) Mengetahui dan mempelajari secara menyeluruh kegiatan
6) Pemeliharaan dan pemupukan di lapangan.
7) Serta dapat memperdalam ilmu dari perkuliahan dengan
8) Mengaplikasikan teori ke lapangan.

D. Batasan Masalah
Upaya untuk meningkatkan produksi sawi di Desa Sungai Bulan Kecamatan
Singkawang Utara tidak terlepas dari masalah di lapangan. Masalah-masalah tersebut
di lapangan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Efisiensi penggunaan lahan
2) Frekuensi penyiangan gulma
3) Serangan hama
4) Kedisiplinan dalam aplikasi pestisida
6

E. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan budidaya sawi di Desa Sungai Bulan Kecamatan Singkawang Utara
yaitu :
1. Pembuatan Bedengan
Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20 - 30 cm supaya
gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar
mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm
dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam
(pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.

Gambar 1. Pembuatan Bedengan

2. Pemberian Pupuk Dasar


Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, berupa pupuk kotoran ayam
dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran
ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2 .

Gambar 2. Pembuatan Bedengan


7

3. Penanaman Benih Sawi


Penanaman dilakukan dengan menaburkan benih langsung ke bedengan. Jika ada
yang tidak tumbuh atau mati perlu penyulaman, yaitu penggantian tanaman dengan
tanaman baru yang diambil dari bedengan lain.

Gambar 3. Penanaman benih sawi

4. Pembersihan Gulma
Penyiangan dilakukan 2 kali dalam satu minggu atau disesuaikan dengan kondisi
gulma. Bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan
penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada di
sekitar penanaman sawi ataupun kita bisa menggunakan arit atau parang untuk
membersihkan gulma yang ada.

Gambar 4. Pembersihan gulma


8

5. Penyiraman Tanaman
Pertama yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah penyiraman.
Penyiraman tergantung pada musim. Jika musim penghujan datang dan curah hujan
berlebihan, maka pengurangan air harus dilakukan. Tetapi jika sebaliknya, yakni jika
air kurang karena datangnya musim kemarau, maka harus dilakukan penambahan air,
agar kecukupan bagi tanaman sawi senantiasa terpenuhi jika tidak terlalu panas,
penyiraman dilakukan sehari sekali pada pagi hari dan sore hari awal tanam sampai
panen. Sedangkan jika hari hujan penyiraman tidak dilakukan dikarenakan tanaman
mendapat air dari air hujan yang turun.

Gambar 5. Penyiraman tanaman sawi

6. Pemupukan
Pada umur 2 minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150
kg/ha (15 gr/m2 ). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan
pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman, jika
perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2 ) pada umur 10 dan 20 hari setelah
tanam.
9

Gambar 6. Pemupukan

7. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan
drainase lahan. OPT utama adalah ulat grayak dan bekicot. Pengendalian
menggunakan insektisida yang disemprotkan kebagian tanaman supaya nantinya
menjadi racun buat hama.

Gambar 7. Penyemprotan pestisida

8. Pemanenan
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan
dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen
sawi + 40 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti
warna, bentuk dan ukuran daun.
10

Gambar 8. Panen sawi


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Efisiensi Penggunaan Lahan


Pada lahan atau bedengan penanaman sawi di Desa Sungai Bulan Kecamatan
Singkawang Utara tidak menerapkan penanaman dengan jarak tanam yang sesuai,
sehingga terdapat petakan atau bedengan dengan menyisakan lubang kosong tanpa
ditanami. Penanaman yang dilakukan terlalu lebar dan ada juga yang lebih rapat
yaitu sekitar 40 cm x 30 cm dan ada juga yang hanya menanam 15 cm x 10 cm.
Dampak dari jarak tanam yang tidak beraturan membuat kurang optimalnya produksi
sawi pada areal penanaman tersebut dikarenakan pada saat panen terlihat ada
beberapa sawi yang nampak kecil/kerdil karena jarak tanam yang terlalu sempit.

Gambar 9. Penanaman terlalu rapat dan ada yang jarang

Menurut Sarif (2015) penanaman dilakukan langsung dengan memasukkan


benih sawi kedalam lubang tanam yang disediakan dengan jarak tanam 25 x 25 cm
kemudian lubang ditutup dengan tanah. Jarak tanam berkontribusi pada pengaturan
ruang guna menjaga kompetisi sumberdaya berupa hara, air, cahaya dan lain untuk
peningkatan biomassa tanaman. Abas (2013) menyatakan bahwa penerapan
perlakuan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm dan 20 x 30 cm dapat mempengaruhi
parameter tinggi tanaman dan total luas daun. Hasil penelitian Abas (2013)
menyatakan bahwa perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm pada tanaman sawi
memberikan pengaruh pada peningkatan indeks luas daun tanaman caisin sebesar
59,40

11
12

B. Frekuensi Penyiangan Gulma


Tindakan penyiangan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
menekan pertumbuhan gulma. Gulma sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman jika tidak dikendalikan melalui penyiangan. Gulma merupakan
inang beberapa hama dan penyakit, juga menyebabkan persaingan untuk
mendapatkan unsur hara, air, ruang tempat tumbuh dan sinar matahari. Gulma yang
paling banyak tumbuh pada areal penanaman sawi adalah jenis gulma berdaun lebar
dan jenis rerumputan yaitu Borreria alata (goletrak) dan alang alang. Gulma dapat
tumbuh dikarenakan adanya ruang pada lahan penanaman sawi dengan jarak tanam
yang terlalu lebar dan meninggalkan ruang kosong sehingga gulma mudah tumbuh.
Penyiangan gulma harus dilakukan secara terjadwal misalnya seminggu sekali
sehingga gulma yang ada tidak mudah tumbuh dan mengganggu tanaman.
Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dan melakukan
penyiangan menggunakan arit atau parang. Dampak yang timbul jika pengendalian
gulma tidak dilakukan secara terjadwal adalah membuat adanya persaingan antara
tanaman dengan gulma baik persaingan nutrisi, cahaya matahari, air dan tempat
hidup yang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman itu sendiri.

Gambar 10. Gulma

Jumin (2005) menambahkan bahwa tingkat persaingan gulma dengan tanaman


juga tergantung kerapatan gulma, lamanya gulma bersama tanaman, serta umur
tanaman saat gulma mulai bersaing. Penyiangan gulma pada tanaman sawi dilakukan
pada umur ± 2 minggu setelah tanam. Kemudian dilakukan penyiangan susulan
setiap dua minggu sekali, terutama pada musim hujan. Apabila penanaman dilakukan
13

dengan cara menyebarkan benih langsung di lapangan, dilakukan penjarangan


tanaman 10 hari setelah tanam atau bersamaan dengan waktu penyiangan gulma.
Pengendalian gulma kadangkala sebagai suatu hal yang diabaikan oleh petani
karena dianggap membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Sehingga
perlu dilakukan upaya pola penyiangan yang tepat di sesuaikan dengan tingkat stres
tanaman terhadap keberadaan gulma. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan
mencari intensitas penyiangan yang tepat yang dapat mempertahankan hasil tanaman
(Ahadiyat dan Tri Harjoso, 2012).

C. Serangan Hama
Ulat grayak biasanya menyerarang sawi pada bagian daun dan biasanya
membuat daun menjadi bolong dan tak jarang habis dimakan. Bagian daunnya
terkadang sering tidak beraturan dalam segi bentuk, hal ini karena serangan ulat ini
yang menyerang dari berbagai arah. Bekicot memakan berbagai tanaman budidaya,
oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama bagi tanaman. Bagian tanaman
yang diserang adalah tunas muda, cabang, serta batang. Bekas gigitan hama ini
mengundang serangan jamur atau bakteri yang menyebabkan tanaman layu dan mati.
Dampak yang ditimbulkan jika serangan hama ulat grayak dan bekicot tidak
dikendalikan membuat tanaman rusak dan bahkan ada yang mati, serangan hama ini
dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi terhadap sawi pada suatu
areal.

Gambar 11. Hama bekicot dan ulat grayak


Kehilangan hasil akibat serangan S. litura dapat mencapai 80%, bahkan gagal
panen apabila tidak dikendalikan (Marwoto & Suharsono, 2008). Pengendalian
terhadap serangga ini umumnya masih menggunakan insektisida kimia sintetik (Laoh
14

dkk., 2003; Razak et al., 2014) sehingga peluang terbentuknya strain-starin baru yang
lebih resisten semakin besar (Suharsono & Muchlish, 2010). Pengendalian ulat
pemakan daun oleh petani masih tergantung pada penggunaan insektisida sintetik
yang diyakini praktis dalam aplikasi dan hasil pengendalian jelas terlihat. Namun,
petani cenderung menggunakan insektisida dengan takaran yang berlebihan,
sehingga penggunaan insektisida perlu dikelola dan dikendalikan secara efektif dan
aman bagi lingkungan (Haryanto, 2003).
Cara pertama mengatasi serangan bekicot adalah dengan melakukan penyiangan
dengan rutin. Hindari juga menumpuk rumput atau plastik dan perkakas lain didekat
areal tanam agar tidak menjadi tempat persembunyian bekicot atau keong.
Pengendalian Achatina fulica dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebun.
Kebersihan tanaman harus diperhatikan, terutama keberadaan gulma harus
disingkirkan. Gulma yang berada pada area tanaman biasanya menjadi sarang hama
ini untuk berkembangbiak dan tempat untuk persembunyian dari serangan musuh.
Cara lain untuk pengendalian hama ini yaitu dengan cara ditangkap langsung pada
bagian tanaman yang diserang selain itu dengan menggunakan bahan kimia seperti
metocol dan mesurol (Pracarya, 2007).

D. Kedisiplinan dalam Aplikasi Pestisida


Penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, interval waktu aplikasi yang
pendek dan terlalu dekat waktu panen akan menyebabkan tertinggalnya residu
pestisida pada bahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia yang
mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Residu pestisida adalah zat tertentu yang
terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini
mencakup juga senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit,
senyawa hasil reaksi dan zat pengotor yang dapat bersifat toksik (Sakung, 2004).
Dampak residu pestisida yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen,
namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya
berupa gangguan pada syaraf dan metabolisme enzim. Residu pestisida yang terbawa
bersama makanan akan terakumulasi pada jaringan tubuh yang mengandung lemak.
Akumulasi residu pestisida ini pada manusia dapat merusak fungsi hati, ginjal, sistem
syaraf, menurunkan kekebalan tubuh, menimbulkan cacat bawaan, alergi dan kanker.
15

Gambar 12. Penyemprotan pestisida

Hal ini mengakibatkan timbulnya dampak negatif seperti gejala resistensi,


resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil,
mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna. Pengurangan
penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara pengendalian
lain yang aman dan ramah lingkungan, di antaranya dengan memanfaatkan
musuh alami dan penggunaan pestisida nabati (Samsudin, 2008).
Menurut Tuhumury ( 2012 ) kandungan residu pestisida pada sayuran daun
lebih banyak dibanding sayuran buah karena ketiga jenis sayuran daun tersebut
mempunyai OPT yang lebih beragam dibanding OPT pada kacang panjang
sehingga penggunaan pestisida pada sayuran daun lebih beragam dan
aplikasinya dilakukan dengan mencampur sekaligus beberapa jenis pestisida.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian permasalahn budidaya sawi di Desa Sungai Bulan
Kecamatan Singkawang Utara dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Efesiensi penggunaan lahan yang kurang baik dengan jarak tanam yang kurang
sesuai membuat gulma mudah tumbuh pada lahan sehingga terjadinya
persaingan antara gulma dan tanaman yang membuat produksi sawi menurun.
2) Frekuensi penyiangan gulma yang tidak terjadwal membuat banyaknya gulma
yang tumbuh dan berkembang.
3) Serangan hama ulat grayak dan bekicot membuat petumbuhan dan produksi sawi
di Desa Sungai Bulan Kecamatan Singkawang Utara menurun.
4) Kurangnya kedisplinan dalam pengaplikasian pestisida oleh petani sawi di Desa
Sungai Bulan Kecamatan Singkawang Utara menimbulkan residu yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.

B. Saran
Ada beberapa hal yang perlu dibenahi untuk memperbaiki kinerja kedepannya:
1) Penanaman sawi pada lahan atau bedengan sebaiknya harus memperhatikan
jarak tanam yang sesuai sehingga tanaman bisa tumbuh secara optimal.
2) Melakukan pengendalian gulma secara terjadwal dan jangan membiarkan gulma
menutupi tanaman.
3) Hama yang ada pada tanaman sawi harus segera dikendalikan tetapi
menggunakan cara yang tidak merusak lingkungan atau berbahaya buat
tanaman.
4) Penggunaan pestisida pada tanaman sawi harus sesuai dosis anjuran dan kapan
harus diberikan jangan sampai pemberian pestisida sembarangan tanpa
memikirkan efek buat konsumen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abas, M. Z. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica Juncea L.)
Berdasarkan Variasi Jarak Tanam dan Varietas. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Negeri Gorontalo.

Ahadiyat, Yugi R dan Tri Harjoso. 2012. Karakter Hasil Biji Kacang Hijau Pada
KondisiPemupukan P dan Intensitas Penyiangan Berbeda .J. Agrivigor
11(2):137-143

Haryanto, E. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya

Jumin. H. B. 2005. Dasar- Dasar Agronomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

Laoh, JH, F Puspita, dan Hendra. 2003. Kerentanan larva Spodoptera litura F.
terhadap virus nuklear polyhedrosis. Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Pekan Baru, Riau. Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 145-151

Marwoto dan Suharsono.2008. Strategi dan komponen teknologi pengendalian ulat


grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Jurnal Litbang
Pertanian 27 (4): 131-136.

Pracaya. 2007. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Swadaya

Prahasta, A. 2013. Budidaya Usaha Pengolahan Buah Naga. Bandung: Pustaka


Grafika.

Razak, TA.,Santhakumar,T., Mageswari., and Santhi,S. 2014. Studies on efficacy of


certain neem products against Spodoptera litura (Fab.). J Biopest 7:160-163.

Sakung, J. 2004. Kadar Residu Pestisida Golongan Organofosfat pada Beberapa


Jenis Sayuran. Jurnal Ilmiah Santina 1: 520-525.

Samsudin.2008. VirusPatogen Serangga:Bio – Insektisida RamahLingkungan.


Diakses 2 November 2020 dari http://www.pertaniansehat.or. Id

Sarif, P. 2015.Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)Akibat


Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. e-J. Agrotekbis 3 (5) : 585-591

Suharsono dan Muchlish, A. 2010. Identifikasi sumber ketahanan aksesi plasma


nutfah kedelai untuk ulat grayak Spodoptera litura F. Balai Penelitian Tanaman
Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang. Buletin Plasma Nutfah 16 (1):
29-37.

Tuhumury,CNG. 2012. Residu Pestisida Produk Sayuran Segar di Kota Ambon.


Agrologia Vol. 1, No. 2, Oktober 2012, Hal. 99-105

17
18

Lampiran 1. Surat Keterangan Jalan Magang


19

Lampiran 2. Lembar Kendali Magang

Lampiran 3. Surat Permohonan Magang


20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Covid


21

Lampiran 5. Kegiatan Magang Harian


22
23
24
25

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Magang

Penyiangan dan pembuatan bedengan dengan menggunakan cangkul

Penggemburan tanah dan bedengan yang sudah terbentuk

Pemberian pupuk dasar kotoran ayam


26

Penanaman benih sawi

Pencabutan gulma

Penyiraman tanaman
27

Pemberian pupuk

Pemanenan

Foto bersama petani

Anda mungkin juga menyukai