Oleh:
NURHIDAYAH
05.03.21.2466
Oleh:
NURHIDAYAH
05.03.21.2466
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal praktik kerja
lapang yang akan dilaksanakan di Desa Mattanetebua, Kecamatan Palakka. Dalam
pembuatan proposal ini, banyak kesulitan yang penulis alami terutama disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan.
1. Bapak Dr. Muhammad Taufik, S.Pt., M.Si Selaku pembimbing I dan Bapak
Drs. Syamsuddin, M.Pd. selaku pembimbing II.
2. Bapak Muhammad Azhar, S.Pt., M.Si selaku Ketua Jurusan Penyuluhan
peternakan.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal Praktik
Kerja Lapangan (PKL) I ini.
Penulis telah berusaha menyelesaikan proposal ini namun penulis
menyadari bahwa saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan proposal praktik kerja lapang ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Usaha Ternak Sapi Potong 5
B. Peranan Agribisnis Peternakan Bagi Perekonomian 5
C. Inseminasi Buatan (IB) Pada Hewan 6
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak 7
III. METODE PELAKSANAAN 8
A. Waktu dan Tempat 8
B. Materi Kegiatan 8
C. Prosedur Pelaksanaan 9
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
v
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan I (Magang Bidang) 8
2. Alokasi Tahapan Kegiatan PKL I (Magang Bidang D-IV, Tahun 2022 9
vi
DAFTAR GAMBAR
……………………….???????????????????????
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Format Jurnal Harian Kegiatan PKL 1 (Magang Bidang) D-IV 13
2. Format Lembar Konsultasi Kegiatan PKL 1 (Magang Bidang) D-IV 14
3. Surat Keterangan Pelaksanaan Kegiatan 15
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas wilayah terbesar di
Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 273 juta jiwa
dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per tahun. Dengan kondisi demografi
seperti ini, maka pemenuhan kebutuhan pangan yang memadai merupakan
salah satu yang harus segera diatasi sehingga keberhasilan ketahanan pangan
nasional dapat terpenuhi.
Sektor peternakan sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan.
Sektor peternakan merupakan sektor yang mampu menyediakan kebutuhan
protein hewani, yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Produk peternakan seperti daging, telur, dan susu memiliki kandungan nutrisi
dengan komposisi asam amino esensial yang penting dibutuhkan untuk
menciptakan masyarakat yang cerdas dan sehat.
Pemerintah telah menargetkan produksi penyediaan protein hewani
sebesar 4,65 juta ton yang berasal dari berbagai hewan ternak seperti kambing
kerbau, kambing, domba, ayam, itik dan babi. Di Indonesia, produksi daging
domba dan kambing terhadap daging secara keseluruhan memberikan
kontribusi sebesar 2,4%. Ternak domba dan kambing mempunyai pasar
tersendiri khususnya ketika Hari Raya Idul Adha (Hari Raya Qurban) dan
Aqiqah (pemotongan domba atau kambing saat seorang anak lahir).
Dalam pengembangbiakkan hewan ternak, masalah utama yang menjadi
kendala adalah terbatasnya pejantan unggul dan potensi reproduksi ternak
betina yang belum dimanfaatkan secara optimal. Penerapan teknologi
reproduksi seperti pengolahan semen, penyerentakan berahi dan inseminasi
buatan (IB) merupakan alternatif tepat guna untuk mengatasi masalah
tersebut. Melalui teknologi reproduksi, semen yang diperoleh dari pejantan
unggul dapat diolah sehingga lebih banyak jumlah domba betina yang dapat
dibuahi dan meminimalkan pengaruh negatif pada domba jantan yang
dijadikan sumber semen. Sebagai ilustrasi, pada perkawinan alami seekor
1
pejantan hanya mampu membuahi 50 – 70 ekor ternak betina/tahun,
sedangkan dengan inseminasi buatan, seekor pejantan mampu membuahi
5.000 – 10.000 ekor betina/tahun. Bahkan beberapa pejantan unggul diketahui
telah menghasilkan 100.000 – 200.000 anak selama masa hidupnya.
Pemilihan teknologi reproduksi yang akan diterapkan tentu harus
didasarkan pada kebutuhan, kondisi obyektif peternakan dan kemampuan
finansial. Pada kondisi peternakan di Indonesia saat ini, penerapan IB secara
luas dapat menjadi pilihan karena sesuai dengan kondisi obyektif peternakan
secara umum. Guna meningkatkan keberhasilan angka kebuntingan hasil IB
pada domba dan kambing dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
dengan memperbaiki kualitas semen (cair dan beku), meningkatkan
konsentrasi spermatozoa yang diinseminasikan, melakukan inseminasi tepat
waktu, dan tentu harus ditopang oleh perbaikan manajemen peternakan secara
keseluruhan.
Kabupaten Bone membuktikan diri sebagai lumbung produksi
peternakan sapi terbesar di Sulsel. Setelah Pohuwato, Gorontalo, daerah ini
juga menjadi pemasok bibit sapi untuk Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Pemerintah Kabupaten Mamuju memesan sebanyak 600 ekor bibit ternak sapi
di Bone. Kerja sama itu dituangkan dalam penandatanganan nota
kesepahaman atau MoU antara pemerintah daerah Mamuju dan Bone, di Kota
Makassar. Bahkan, bibit sapi asal Bone disebut sudah dikirim ke Kalimantan
dan Sulawesi Utara. Bahkan, bibit sapi asal Bone disebut sudah dikirim ke
Kalimantan dan Sulawesi Utara.
Secara kuantitas dan kualitas keberhasilan pembangunan peternakan di
Bone telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan daerah.
Sektor peternakan di Kabupaten Bone berada pada peringkat empat se-
Indonesia. Data statistik tahun 2016, jumlah produksi ternak sapi di Bone
sekitar 405.000 ekor. Populasi ternak sapi di Bone rata-rata meningkat 10%
setiap tahun dihitung dari jumlah bibit atau anak sapi yang lahir. Sekitar 4%
diantaranya dijual ke luar daerah. Sedangkan 6% lainnya dipelihara oleh
masyarakat Bone.
2
B. Tujuan
Tujuan umum dari pelaksanaan PKL I (Magang Bidang) D-IV adalah
menjadikan Wilayah Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang
meliputi daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan tujuan khususnya
adalah memberi bekal dan pengalaman kepada mahasiswa agar mampu
melakukan wirausaha di bidang pertanian dan peternakan, yang meliputi
aspek:
1. Pengetahuan: pengenalan organisasi/unit agribisnis dan bisnis inti yang
diusahakan, termasuk pengenalan permasalahan pada unit usaha, dan
rumusan pemecahan masalahnya.
2. Keterampilan: meningkatkan keterampilan, merencanakan wirausaha
minimal salah satu subsistem agribisnis.
3. Sikap: menumbuhkan mental/jiwa wirausaha, rasa percaya diri, tangguh,
kreatif, inovatif, dinamis, disiplin, dan bertanggung jawab.
C. Manfaat
1. Manfaat PKL I (Magang Bidang) D-IV bagi mahasiswa adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menganalisis
permasalahan dan merumuskan pemecahan masalah pada unit usaha
agribisnis.
b. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam merencanakan
wirausaha pada minimal salah satu sub sistem agribisnis.
c. Mewujudkan mental/jiwa wirausaha, menumbuhkan rasa percaya
diri, tangguh, kreatif, dinamis, disiplin, bertanggungjawab, dan
inovatif pada mahasiswa.
2. Manfaat bagi pihak terkait seperti pelaku usaha mikro, kecil, menengah
atau besar, perusahaan agribisnis maupun pelaku utama yang sukses
adalah :
3
Peternakan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
dan sumber pendukung lainnya yang berdampak pada kemajuan
perekonomian dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia.
Agribsinis peternakan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan perekonomian Indonesia. Terbukti pada tahun
1997-1998, sektor ini mampu menjadi satu-satunya sektor yang
menyelamatkan perekonomian negara dengan pertumbuhan yang positif.
Meskipun negara sedang mengalami krisis ekonomi, ternyata sektor
peternakan mampu tumbuh sebanyak 6% dibandingkan dengan pertanian
yang berada dibawah 2% saja. Dengan segala upaya yang dilakukan
pemerintah dan masyarakat, diharapkan sektor peternakan, khususnya sapi
potong, dapat dijadikan sebagai sektor utama dalam rangka membangun
kehidupan bangsa. Sehingga Indonesia dapat bangkit dan menjadi negara
yang maju dalam segala bidang termasuk dalam hal ekonomi yang didukung
oleh kekuatan peternakan yang tangguh.
6
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan usaha tani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Adapun beberapa faktor di dalam penelitian ini yang diduga dapat
berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan para peternak yaitu:
1. Jumlah Kepemilikan Sapi
Kepemilikan sapi yang masih produktif, khususnya betina menjadi salah
satu faktor penting. Dimana agar dapat mengikuti program IB maka
peternak harus memiliki sapi betina agar dapat menghasilkan keturunan
yang baik. Maka di sini, semakin banyak jumlah sapi produktif yang
dimiliki, maka semakin besar pula peluang peternak untuk meningkatkan
pendapatannya.
2. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin kelangsungan
hidup usaha peternakan. Pemberian pakan yang baik dan berkualitas akan
mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas dari ternak itu sendiri.
3. Obat dan Vaksin
Pemberian vaksin dan obat-obatan secara berkala berguna untuk
melakukan pencegahan penyakit sehingga ternak tetap sehat dan dapat
berproduksi secara optimal.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang menjalankan kegiatan
produksi dengan tenaga dan pikirannya, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan meningkatkan kualitas dan keterampilan tenaga
kerja, maka hal ini juga membawa pengaruh terhadap pendapatan usaha.
5. Inseminasi Buatan
Banyak manfaat yang bisa didapatkan peternak untuk memberikan kawin
suntik kepada hewan ternaknya. Selain menghemat tenaga, penggunaan IB
juga menghemat biaya usaha peternakan sehingga menjadi lebih efisien.
7
III. METODE PELAKSANAAN
B. Materi Kegiatan
Materi PKL I Magang Bidang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan I (Magang Bidang)
No. Materi Rincian Kegiatan Output
1. Kegiatan Analisis Menganalisis potensi Hasil kajuan desa
Wilayah wilayah desa dengan secara partisipatif
menggunakan dengan menggunakan
pendekatan secara instrument PRA
partisipatif PRA (participatory Rural
(participatory Rural apparatial) atau lainnya.
apparatial) atau
8
teknik lainnya.
Menganalisis
Hasil kajian masalah
masalah yang
Kegiatan Analisis secara partisipatif
dihadapi
Masalah dengan menggunakan
2. petani/peternak atau
petani/peternak teknik wawancara
pelaku utama
atau pelaku utama dengan petani/peternak
menggunakan teknik
atau pelaku utama.
wawancara.
Menentukan tujuan
yang akan dicapai Magang kegiatan dalam
atau penyelesaian bentuk keikutsertaan
Kegiatan Magang masalah sesuai mahasiswa dalam
3.
Bidang dengan masalah yang penyelesaian masalah
dihadapi petani/peternak atau
petani/peternak atau pelaku utama.
pelaku utama.
C. Prosedur Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan PKL I (Magang Bidang) D-IV dapat dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Alokasi Tahapan Kegiatan PKL I (Magang Bidang) D-IV, Tahun 2022.
No. TAHAPAN KEGIATAN WAKTU (HARI)
1. Persiapan :
a. Survei calon lokasi 3
b. Pembekalan 1
c. Penyusunan proposal 7
2. Pelaksanaan :
a. Pelaksanaan PKL I (Magang 21
Bidang) D-IV dan pembuatan laporan
PKL I (Magang Bidang) D-IV
9
3. Pengakhiran :
a. Konsultasi dan perbaikan laporan 7
b. Ujian PKL I (Magang Bidang) D-IV
1
di lokasi
Total 40
10
4. Pelaksanaan PKL I (Magang Bidang) D-IV di unit agribisnis sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan perencanaan di
proposal.
5. Mahasiswa dalam melaksanakan PKL I (Magang Bidang) D-IV
dibimbing oleh pembimbing internal (2 orang) dan eksternal (1 orang).
6. Pengakhiran pelaksanaan PKL I (Magang Bidang) D-IV yaitu
penyusunan laporan dan ujian PKL I (Magang Bidang) D-IV.
Penyusunan laporan dibuat rangkap 5. Sedangkan untuk bahan ujian,
mahasiswa mempersiapkan portofolio kegiatan PKL I (Magang Bidang)
D-IV dan laporan PKL I (Magang Bidang) DIV yang telah disetujui oleh
pembimbing internal. Ujian diawali dengan penyajian portofolio kegiatan
PKL I (Magang Bidang) D-IV dan mempresentasikan hasil PKL I
(Magang Bidang) D-IV, selanjutnya dilakukan ujian secara lisan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Barozah, Ahmad. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Sperma
Hewan Ternak Di Desa Bigaran Borobudur Magelang. Skrispi.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Cyrilla, L dan Ismail. 1998. Usaha Peternakan. Bogor: Institut Peternakan Bogor.
Hasan, Ali M. 1997. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-
Masalah Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ditjennak. 2016.Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016.
DirektoratJenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian,Jakarta.
Hernanto, Fadholi. 1994. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hirshleifer, Jack. 1985. Teori Harga dan Penerapannya. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kusriatmi, K., Oktaviani, R., Syaukat, Y., & Said, A. (2016). Peranan Teknologi
Inseminasi Buatan (IB) pada Produksi Sapi Potong di Indonesia. Jurnal
Agro Ekonomi, 32(1), 57. https://doi.org/10.21082/jae.v32n1.2014.57-74
Nugroho, Bambang. 1990. Ilmu Usaha Peternakan. Malang: Universitas
Brawijaya.
Tagama, T.R. 2005. Inseminasi Buatan. BritZ Publisher, Jakarta.
12
LAMPIRAN
13
Lampiran 2. Format Lembar Konsultasi Kegiatan PKL 1 (Magang Bidang)
D-IV
LEMBAR KONSULTASI
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN
KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
TAHUN 2022
14
Lampiran 3. Surat Keterangan Pelaksanaan Kegiatan
Mengetahui,
Pembimbing Ekstern Penyelenggara Kegiatan,
(………………………….…..) (………………..…..…………)
15