Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum 7 Senin, 14 Oktober 2019

Mata Kuliah: Manajemen Program dan Event Wisata

PERENCANAAN EVENT
(Studi Kasus : Jawa Barat)

Disusun oleh:
Fathurochmat Wicaksono (J3B817115)

Dosen :
Ira Resmayasari, S.S, M.Par, MoT

Asisten Dosen:
Alvionita Ritawati, S.Hut
Shinta Amalia, A.Md

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Perencanaan 3
B. Kawasan Alami 4
C. Pendekatan Demand 4
III. KONDISI UMUM 7
A. Letak, Kondisi, Status Kawasan 7
B. Kondisi Fisik 7
C. Kondisi Biotik 8
D. Aksesibilitas 8
IV. METODE PRAKTIKUM 9
A. Waktu dan Lokasi 9
B. Alat dan Bahan 9
C. Tahapan Kerja 9
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
A. Inventarisasi demand di Curug Cipamingkis 10
B. Karakteristik Pengunjung 10
C. Karakteristik Demand 11
D. Program Wisata 14
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20

i
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Alat dan Bahan 9
2. Karakteristik Responden 10
3. Intinerary Kegiatan 2D1N 15
4. Intinerary Kegiatan 1 Day 16

ii
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Logo Curug Cipamingkis 7
2. Kondisi Biotik di Curug Cipamingkis 8
3. Aksesibiitas Menuju Curug Cipamingkis 8
4. Goa Kecil di Curug Cipamingkis 10
5. Rekapitulasi Motivasi Pengunjung Terhadap Objek Wisata 11
6. Air Terjun Cipamingkis 12
7. Spot foto di Curug Cipamingkis 12
8. Rekapitulasi Kegiatan Wisata di Curug Cipamingkis 13
9. Sketsa Sederhana Kawasan 17

iii
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Gambar Foto Kelompok dan Aktivitas Wawancara dengan Pengunjung 20
2. Gambar Fasilitas dan Papan Interpretasi di Curug Cipamingkis 20

iv
Fathurochmat Wicaksono Manajemen Program dan Event Wisata
J3B817115
Culture Hallmark Event Provinsi Jawa Barat
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya merupakan identitas daerah ataupun identitas kelompok masyarakat


tertentu. Budaya berfungsi sebagai nilai atau tata cara pada suatu masyarakat. Setiap
daerah memiliki budayanya masing-masing. Budaya ini sebagai ciri khas dan
pembeda antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hampir setiap
daerah memiliki kebudayaannya masing-masing dengan ciri khasnya masing-
masing. Seperti halnya provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki budaya
yang bernama budaya sunda. Budaya sunda adalah budaya yang kaya akan nilai-
nilai budaya meliputi tarian, sastra, Bahasa, sistem mata pencaharian dan lainnya.
Budaya sunda hingga pada saat ini masih banyak yang bertahan keberadaannya.
Lebih banyak juga yang terkikis oleh masifnya arus informasi dan globalisasi. Perlu
adanya solusi untuk melestarikan budaya supaya tetap terjaga dan lestari hingga
generasi penerus nanti. Solusi untuk melestarikan budaya tersebut dengan cara
mengadakan event.
Hallmark event adalah event yang identik dengan identitas suatu daerah.
Hallmark Event adalah cara untuk melestarikan budaya sunda. Event ini perlu untuk
dilaksanakan supaya dapat mengedukasi kembali masyarakat sunda mengenai
identitas asli daerahnya. Selain itu budaya sunda setiap daerah memiliki perbedaan-
perbedaan yang unik antara satu daerah dengan yang lainnya. Dengan adanya
pelaksanaan ini dapat menjadi ajang pameran keanekaragaman budaya sunda. Hal
inilah yang mendasari dilaksanakan perencanaan Hallmark Event dengan studi
kasus Provinsi Jawa Barat.

B. Tujuan

Praktikum perencanaan Event memiliki beberapa tujuan. Tujuan ini disusun


guna mempermudah dalam proses pembahasan, terutama membuat kesimpulan
yang sesuai dengan tujuan yang diberikan. Adapun tujuan perencanaan ini
dilaksanakan yaitu:
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat sunda mengenai identitas asli
daerahnya.

2. Menjadikan budaya sunda sebagai daya Tarik wisata sehingga akan mudah
untuk dilestarikan.

3. Mempersatukan keberagaman budaya sunda.


Fathurochmat Wicaksono Manajemen Program dan Event Wisata
J3B817115
Culture Hallmark Event Provinsi Jawa Barat
C. Manfaat

Manfaat yang terjadi dari pelaksanaan Event yaitu :

1. Menjadi wadah silaturahim masyarakat budaya di Jawa Barat

2. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Barat


3. Meningkatkan perekonomian Jawa Barat
4. Muncul kebanggan terhadap kebudayaan sendiri
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan

Perencanaan (Louise E. 1984) merupakan kegiatan untuk menetapkan


tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses dimana manajer menetapkan
tujuan, menilai masa depan, dan mengembangkan tindakan yang dirancang untuk
mencapai tujuan ini. Perencanaan (Handoko H 1995) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Perencanaan (Steller 1986) adalah hubungan antara apa yang ada
sekarang dengan bagaimana yang seharusnya, dimana bertalian dengan kebutuhan,
prioritas, penentuan tujuan, program dan alokasi sumber.
1. Batasan Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah memutuskan terlebih dahulu apa yang harus
dilakukan. Perencanaan adalah penentuan suatu tindakan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan
yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa (who)
kapan (when) dimana (where ) mengapa (why) dan bagaimana (how) jadi
perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.
2. Unsur Perencanaan
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan.
b. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan.
c. Dimana tindakan tersebut dilakukan.
d. Kapan tindakan tersebut dilakukan.
e. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut.
f. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
3. Bentuk-bentuk Perencanaan
a. Recana Global (Global Plan)
Analisa penyusunan recana global terdiri atas strenght yaitu kekuatan
yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan. Weaknesses yaitu
memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi. Treath
yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi.
b. Rencana Stategik (Strategic Plan)
Rencana stategik (strategic plan) merupakan bagian dari rencana global
yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun kerangka kerja yang akan
dilakukan untuk mencapai rencana global, dimensi waktunya dalam jangka
panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan dengan sistem prioritas. Mana yang
akan dicapai terlebih dahulu. Merupakan proses prencanaan jangka panjang
yang tersusun dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
4

c. Rencana Operasional (Operational Plan)


Rencana ini meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan
operasional dan bersifat jangka pendek. Rencana sekali pakai ( single use
plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan
dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana
pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu perusahaan.
Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar
untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih
dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.

B. Kawasan Alami

Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya. Kawasan merupakan wilayah dalam batasan fungsional tertentu. Kawasan
menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mendefinisikannya sebagai wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya. Kawasan alami merupakan suatu unit baik berupa fisik maupun biologi
yang menunjukkan suatu kondisi alami dengan adanya tipe atau vegetasi yang unik
serta adanya suatu asosiasi biotik, edafis, dan ciri khas ekologi dan perairan
(Wikipedia, 2010). Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam
adalah contoh dari kawasan alami.
Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam
terbagi menjadi 2, yaitu kawasan Cagar Alam (CA) dan kawasan Suaka
Margasatwa (SM). Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. (Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya).

C. Pendekatan Demand

Permintaan adalah permintaan yang efektif apabila dapat diukur dengan


jumlah wisatawan, yaitu jumlah wisatawan yang meninggalkan atau mengunjungi
suatu negara, kawasan atau kota, menggunakan moda transportasi tertentu,
melakukan aktivitas wisata tertentu atau sejumlah aktivitas lainnya seperti
bermalam pada jenis akomodasi tertentu atau mengunjungi taman nasional
(Pearce,1989). Oleh karena itu, kebutuhan wisatawan tersebut meliputi atraksi
wisata dan aktivitas wisata, jasa wisata, transportasi, dan informasi wisata.
Permintaan terhadap produk industri pariwisata dapat dibagi atas.
1. Permintaan actual (actual demand)
Permintaan sejumlah orang yang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata,
atau sejumlah wisatawan yang nyata berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata,
jumlah ini dapat dihitung berdasarkan total kehadiran pengunjung di suatu
destinasi.
5

2. Permintaan potensial (potential demand)


Permintaan sejumlah orang secara potensial sanggup dan mampu melakukan
perjalanan wisata, namun saat ini belum melakukan kegiatan wisata, dapat
diketahui setidaknya dari beberapa aspek demografi maupun aspek lainnya
berdasarkan suatu analisa.
3. Permintaan laten (latend demand)
Permintaan sejumlah orang yang tidak atau belum sadar atas kebutuhan dan
keinginan perjalanan wisata.
Hukum permintaan (the law of demand) pada hakikatnya semakin rendah harga
suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang. Sebaliknya jika
semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap
barang tersebut. Unsur-unsur penting dalam permintaan adalah wisatawan dan
penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis
utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada suatu kelompok. Demand
wisata (Avenzora 2008) adalah suatu permintaan wisata terhadap ruang, waktu dan
harga tertentu. Suatu demand wisata akan berkaitan dengan siapa yang meminta apa
dan berapa banyak yang diminta dan kapan waktu permintaan tersebut.
Aspek permintaan (Gunn, 1988) di dalam pariwisata merupakan gambaran
orang yang mempunyai keinginan dan mampu untuk melakukan perjalanan wisata
dan juga dikatakan seseorang yang melakukan perjalanan, menggunakan fasilitas
dan jasa wisata diluar tempat tinggalnya dan bersifat sementara. Unsur permintaan
pariwisata (Mill dan Morrison, 1985) berarti jumlah total dari orang-orang yang
melakukan perjalanan dengan cara menggunakan fasilitas wisata beserta
pelayanannya di tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka maupun tempat
mereka bekerja. Hal ini berarti aspek permintaan dari pariwisata memiliki
kaitannya dengan motivasi wisatawan untuk melakukan perjalananan sesuai
tujuannya.
Wisatawan merupakan seseorang yang melakukan perjalanan untuk memenuhi
kebutuhan dirinya melihat objek wisata, tata cara hidup masyarakat dan
kebudayaannya (Yoeti, 2008). Wisatawan selama di dalam perjalanannya
membutuhkan beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan
angkutan, penginapan, makan minum, hiburan, pelayanan selama perjalanan dan
konsumsi barang keperluan pribadi (Smith, 1991) yang menyatakan bahwa minat
wisatawan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar daya tarik atraksi wisata yang
ada. Atraksi wisata yang menarik akan dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-
banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama, serta
memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Perlu adanya suatu
korelasi antara penyediaan atraksi (supply) dan kebutuhan (demand) wisatawan.
Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memiliki motivasi tujuan yang
berbeda-beda untuk menikmati objek wisata yang dituju. Hakikatnya motif wisata
orang untuk mengadakan perjalanan tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Motif-
motif wisata yang dapat diduga, dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok
(Mc.Intosh di dalam Yoeti, 2008) yaitu,
1. Motivasi fisik yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan
badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya.
2. Motivasi budaya yaitu motif wisatawan datang ke tempat wisata lebih memilih
untuk mempelajari, mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan
6

bangsa atau daerah lain daripada untuk menikmati atraksi yang dapat berupa
pemandangan alam flora atau fauna.
3. Motivasi interpersonal yaitu motif yang berhubungan dengan keinginan untuk
bertemu dengan keluarga, teman atau berkenalan dengan orang-orang tertentu
atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.
4. Motivasi status atau prestise yaitu motif yang berhubungan dengan gengsi atau
status seseorang. Maksudnya ada anggapan bahwa orang yang pernah
mengunjungi suatu tempat dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak
pernah berkunjung ke tempat tersebut.
III. KONDISI UMUM

A. Letak, Kondisi, Status Kawasan

Lokasi Curug Cipamingkis berada di petak 30 C masuk wilayah RPH


Cipamangkis BKPH Bogor Perum Perhutani KPH Bogor Kecamatan Sukamakmur,
Kabupaten Bogor, perbatasan Bogor dengan Cianjur. Terletaknya sekitar 50 km
dari pusat Kota Bogor. Membutuhkan waktu untuk bisa sampai ke Curug
Cipamangkis dari Bogor Kota yaitu 90 Menit sampai 120 Menit. Wana Wisata
Curug Cipamangkis merupakan salah satu tempat destinasi wisata yang dikelola
oleh Perum Perhutani dan LMBH Puncak Mandiri KPH Bogor yang mempunyai
daya tarik berupa air terjun yang indah dengan fenomena alam yang asri dan
menyejukan serta banyak fasilitas yang manarik antara lain Jembatan Cinta, Rumah
Pohon, Kolam Renang, Taman Baratayuda, Camping Ground, Deck Love, Stones
Graden, Spot Selfi, dan fasilitas penginapan Villa Bernuansa bambu yang indah dan
cocok untuk berekreasi dan bermalam saat berlibur. Tiket yang ditawarkan
pengelola kepada wisatawan sebesar Rp 33.000/orang dengan pembagian Rp
15.000 untuk perhutani dan Rp 18.000 untuk fasilitas dan wahana, sementara untuk
wisatawan mancanegara dikenakan biaya Rp 53.000/orang dengan pembagian Rp
35.000 untuk perhutani dan Rp 18.000 untuk fasilitas dan wahana. Curug
Cipamangkis ini buka setiap hari pada pukul 08.00-18.00 WIB.

Gambar 1 Logo Curug Cipamingkis


Sumber: Dokumen Pribadi, 2018

B. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan komponen-kompenen penyusun ekosistem dalam


suatu kawasan yang terdiri dari benda-benda tidak hidup meliputi air, tanah,
udara, iklim dan topografi. Curug Cipamingkis memiliki luas pengelolaan yaitu
16,50 Ha. Suhu yang berada dilokasi ini cukup sejuk dengan rata-rata suhu yaitu
19˚C. Air Terjun Cipamangkis sendiri memiliki ketinggian yang cukup tinggi
yaitu 10 sampai 15 meter. Curug Cipamangkis juga berada di 900 Mdpl.

7
8

C. Kondisi Biotik

Kondisi Biotik yang berada di Curug Cipamangkis terbagi menjadi dua yaitu
Flora dan Fauna. Secara umum flora yang terdapat di Curug Cipamangkis
merupakan tumbuhan liar seperti rerumputan dan tanaman hias. Selain itu, terdapat
beberapa fauna yang dapat dijumpai pada saat menuju Curug Cipamangkis seperti
burung, serangga, tupai, kupu-kupu dan beberapa satwa lain.

Gambar 2 Kondisi Biotik di Curug Cipamingkis


Sumber: Dokumen Pribadi, 2018

D. Aksesibilitas

Rute yang bisa dilalui untuk bisa sampai ke Curug Cipamangkis terdiri dari
2 rute yang berbeda, yaitu rute yang memiliki tempat asal Depok atau Bogor
bisa melalui jalur Sentul menuju arah wisata Jungel Land lalu ambil arah kanan
memasuki jalur menuju Wisata Alam Gunung Pancar. Lalu berjalan lurus terus
sampai bertemu dengan papan petunjuk arah menuju Curug Cipamangkis dan
melewati SMAN 1 Sukamakmur.
Rute kedua bagi wisatawan yang berasal dari daerah DKI Jakarta, bisa
melewati jalur Tol Jogorawi menuju ke Tol JOOR kemudian berjalan lurus
sampai di exit pintu tol Gunung Putri. Kemudian melewati Mayor Oking dan
Pasar Baru Citereup. Kemudian mengikuti petunjuk arah untuk sampai di
daerah Jonggol dan Jl. Kp Ciherang.

Gambar 3 Aksesibiitas Menuju Curug Cipamingkis


Sumber: www.googlemaps.com
IV. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi

Praktikum perencanaan kawasan berdasarkan pendekatan deman pada


kawasan alami dilakukan dengan mencari data atau informasi mengenai penawaran
wisata. Tugas pratikum diberikan pada Sabtu, 17 November 2018 bertempat di CA
K07. Pengambilan data praktikum yang dilakukan di Curug Cipamingkis
dilaksanakan pada Kamis, 20 September 2018. Hasil praktikum akan
dipresentasikan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2018 di CA K07.

B. Alat dan Bahan

Alat adalah benda yang digunakan untuk melakukan praktikum dan mengolah
data, sedangkan bahan adalah segala sesuatu yang nantinya akan diolah menjadi
data. Praktikum yang dilakukan memerlukan beberapa alat dan bahan (Tabel 1).
Tabel 1 Alat dan Bahan
No Nama Bahan dan Alat Kegunaan
1 Laptop Untuk menyusun laporan, rekap data, dan PPT
2 Alat Tulis Mencatat data
3 Kamera Mendokumentasikan kegiatan praktkum
4 Literature Bahan dalam pembuatan laporan
5 Microsoft Word Mengerjakan dan menyusun laporan
6 Microsoft Power Point Menyusun Power Point
7 Microsoft Excel Merekap hasil data kuisoner

C. Tahapan Kerja

Praktikum perencanaan kawasan berdasarkan pendekatan demand pada


kawasan alami dilaksanakan dengan beberapa tahapan dan metode kerja. Tahapan
dan metode kerja dibuat guna mempermudah melakukan observasi. Adapun
tahapan dan metode kerja diawali dari pengambilan data. Pengambilan data
dilaksanakan langsung di lokasi pengamatan dengan cara menyebar kuesioner.
Kuesioner disebar secara acak tanpa mempertimbangkan karakteristik pengunjung.
Penyeberan kuesioner tersebut digunakan untuk mendapatkan data karaktersitik
pengunjung dan permintaan. Selanjutnya, data tersebut akan diolah menjadi output
berupa landasan perencanaan berdasarkan demand.

9
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Inventarisasi demand di Curug Cipamingkis

1. Deskripsi Curug Cipamangkis


Curug Cipamingkis berada di petak 30 C masuk wilayah RPH Cipamangkis
BKPH Bogor Perum Perhutani KPH Bogor Kecamatan Sukamakmur,
Kabupaten Bogor, perbatasan Bogor dengan Cianjur. Curug ini memiliki tinggi
sepanjang 10 meter. Suhu yang berada di kawasan Curug Cipamangkis ini
relatif dingin dengan kisaran suhu mencapai 20˚C-18˚C. Curug Cipamangkis
ini dikelilingi oleh pepohonan dan hutan yang cukup luas dengan ketinggian
900 Mdpl dan memiliki luas lahan sebesar 16,50 Ha.
Curug Cipamangkis ini memiliki keunikan dan mitosnya sendiri.
Masyarakat percaya bahwa siapapun orang yang belum memiliki pasangan dan
dia berenang di kolam air curug cipamingkis, maka orang tersebut akan segera
mendapatkan jodoh. Maka dari itu banyak wisatawan yang datang dengan
tujuan untuk berenang di dalam kolam air curug cipamangkis yang dipercaya
dapat mendapatkan jodoh. Keunikan yang dimiliki oleh air terjun cipamingkis
ini adalah terdapatnya sebuah gua kecil yang berada di sebelah kanan air terjun,
masyarakat percaya bahwa tempat tersebut dulunya digunakan oleh seseorang
yang ingin mencari kesaktian dengan cara betapa selama tujuh hari tujuh
malam.
Daya tarik merupakan suatu unsur penting dalam kawasan objek wisata
yang menjadi alasan utama pengunjung untuk mengunjungi kawasan wisata
tersebut. Curug Cipamingkis memiliki sebuah daya tarik dan atraksi yang
ditawarkan kepada wisatawan diantaralainnya yaitu panorama, rumah pohon,
spot foto, terapi ikan, kolam renang, dan air terjun. Daya tarik dan atraksi
tersebut menjadi penawaran yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk
pengunjung.

Gambar 4 Goa Kecil di Curug Cipamingkis


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

10
10

B. Karakteristik Pengunjung

Hasil identifikasi karakteristik responden didapatkan dari wawancara


yang dilakukan secara langsung pada kawasan Curug Cipamingkis. Hasil
identifikasi dibahas mengenai karakteristik responden yang dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 Karakteristik Responden
No Karakteristik Pengunjung Responden Presentase (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 12 60
b. Perempuan 8 40
2. Usia
a. 6-12 tahun 0
b. 13-24 tahun 10 50
c. 25-45 tahun 7 35
d. >45 tahun 3 15
3. Status Pernikahan
a. Menikah 9 45
b. Belum menikah 11 55
4. Pendidikan terakhir
a. SD/MI 0 -
b. SMP/MTs 0 -
c. SMA/SMK 10 50
d. Diploma (D1/D2/D3) 8 40
e. Sarjana (S1/S2/S3) 2 10
5. Pekerjaan
a. Pelajar/Mahasiswa 7 35
b. Pegawai Swasta 6 30
c. PNS 3 15
d. Pegawai BUMN/BUMD 0 -
e. Lainnya 4 20
6. Pendapatan per bulan
a. <Rp.500.000 3 15
b. Rp 500.000-Rp 1.000.000 7 35
c. Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 4 20
d. Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 6 30
e. > Rp 5.000.000 0 -
Berdasarkan hasil dari tabel diatas dengan mewawancarai 20 orang
responden yang berbeda-beda meliputi, jenis kelamin, usia, status pernikahan,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan. Karakterstik jenis kelamin
didominasi oleh responden jenis kelamin laki- laki berjumlah 12 orang dengam
persentase yaitu 60% dan perempuan berjumlah 8 orang dengan persentase 40%.
Usia responden didominasi oleh responden yang memiliki rentang usia dari umur
13-24 tahun yang berjumlah 10 orang dengan persentase 50%. %. Status pernikahan
responden didominasi oleh responden yang belum menikah dengan 11 dengan
presentase 55%. Pendidikan terakhir responden didominasi oleh responden
berpendidikan SMA dengan jumlah 10 orang dan presentase 50%. Pekerjaan
responden didominasi oleh responden yang memiliki status pekerjaan mahasiswa
yang rata-rata mengayam pendidikan sarjana dengan jumlah 7 dan presentase 35%.
pendapatan responden didominasi oleh responden yang memiliki rata-rata
penghasilan perbulan sebesar Rp 500.000-Rp1.000.000 dengan jumlah 7 orang dan
persentase 35%.

10
11

C. Karakteristik Demand

Pendekatan deman pengunjung terhadap objek wisata dilakukan dengan


cara memberi memberi tingkat penilaian pada setiap site yang terdapat di kawasan
wisata Curug Putri Pelangi. Selain itu, indikator penilaian juga diperoleh dari
karakteristik aktivitas berdasarkan segi lama waktu dan tingkat kepuasan.
Berdasarkan grafik penilaian obyek wisata, tingkat penilaian tertinggi yaitu pada
atraksi air terjun (Gambar 5). Air terjun di Curug Cipamingkis memang menjadi
daya tarik utama di kawasat tersebut. Pengunjung tertarik dengan bentuk air terjun
dan keindahannya. Selain itu, mitos atau cerita dari air terjun tersebut juga menjadi
dari pengunjung baik yang datang dari daerah asal kawasan wisata maupun dari
luar.

Keterangan: 1. Sangat tidak termotivasi, 2. Tidak termotivasi, 3. Agak tidak


termotivasi, 4. Biasa saja, 5. Agak termotivasi, 6. Termotivasi, 7. Sangat termotivasi
Gambar 5. Rekapitulasi Motivasi Pengunjung Terhadap Objek Wisata
Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018

Daya tarik dan objek kawasan wisata terdapat di objek wisata Curug
Cipamingkis meliputi beberapa bagian seperti Topografi Kawasan, Air Terjun,
Rumah Pohon, Spot Foto, dan Kolam Berenang. Dari hasil rekapitulasi diatas dapat
diketahui bahwa tingkat motivasi pengunjung terhadap objek wisata dapat diketahui
bahwa pengunjung lebih termotivasi kepada lokasi atau objek wisata Air Terjun
yang menjadi objek utama dari Curug Cipamingkis. Air terjun memiliki angka
penilaian tertinggi dengan perolehan angka 7 yaitu sangat termotivasi.
Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang ke kawasan Wisata Curug
Cipamingkis memiliki motivasi ingin melihat air terjun yang menjadi daya tarik
utama dari Curug Cipamingkis ini, hal ini pula mendasari bahwa motivasi yang
dimiliki pengunjung untuk datang ke Curug Cipamingkis adalah motivasi fisik.
Permintaan pengunjung terhadap kawasan air terjun adalah perlunya ada ruangan
ganti yang mempuni disana dan harus ada pihak pengamanan dari pengelola
kawasan jika ada sesuatu hal yang tidak membahayakan pengunjung, pihak
pengamanan juga harus dilengkapi dengan kesiapan kotak P3K yang lengkap
seperti perban, tandu, obat merah, dan lain-lain.

11
12

Gambar 6 Air Terjun Cipamingkis


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
Kemudian untuk permintaan pengujung pada objek wisata terendah terdapat
pada spot foto dengan perolehan nilai 5 atau agak termotivasi. Hal ini dikarenakan
spot foto digunakan sebagai penunjung kegiaan wisata yang berada di Curug
Cipamingkis. Permintaan pengunjung terhadap kawasan spot foto ini adalah
perlunya penambahan spot foto diberbagai kawasan yang rendah dikarenakan ada
beberapa yang terletak di kawasan yang tinggi yang membuat pengunjung enggan
untuk menggunakan objek tersebut Karen factor keselamatan. Hal ini pula
mendasari bahwa motivasi yang berada diobjek spot foto tersebut adalah motivasi
prestis, karena pengunjung hanya berfoto dan yang nantinya foto tersebut akan di
upload ke social media.

Gambar 7 Spot foto di Curug Cipamingkis


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
13

Penilaian pengunjung terhadap aktivitas diambil untuk mengetahui tingkat


kepuasan pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Curug Cipamingkis.
Aktivitas yang diidentifikasi mengenai permintaan dari perngunjung meliputi
aktualisasi diri dan rekreasi wisata. Penilaian dari pengunjung tersebut dapat dilihat
pada Gambar di bawah ini.

Keterangan: 1. Sangat tidak suka, 2. Tidak suka, 3. Agak tidak suka, 4. Biasa saja, 5.
Agak suka, 6. suka, 7. Sangat suka
Gambar 8 Rekapitulasi Kegiatan Wisata di Curug Cipamingkis
Sumber: Hasil Analisis Priadi, 2018

Permintaan atau demand dari aktivitas pengunjung berkaitan dengan


pemenuhan motivasi wisata di Curug Cipamingkis. Berdasarkan hasil data
rekapitulasi diatas penilaian tertinggi terhadap aktivitas kawasan wisata tersebut
adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan di Curug Cipamingki, aktivitas rekreasi
terseut meliputi berfoto, berenang, atau hanya sekedar menikmati suasana alam
yang berada disana. Permintaan yang terdapat pada aktifitas rekreasi pengunjung
ini adalah adanya area bermain anak atau area ramah anak yang bisa digunakan
oleh pengunjung yang membawa anak, misalnya areakolam renang khusus anak
atau taman bermain anak didalam kawasan wisata dan hal tersebut dapat menjadi
daya tarik tambahan bagi suatu kawasan wisata jika terealisasi oleh pihak pengelola.
Aktivitas yang menjadi motivasi bagi pengunjung lainnya adalah aktualisasi
diri yang merupakan suatu kebutuhan dan percapaian tertinggi dari pengunjung.
Aktivitas yang berkaitan dengan pengaktualisasian diri tersebut seperti stasus sosial
dan prestise dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung. Alasan utama yang
mendasari pengunjung untuk datang ke Curug Cipamingkis ini adalah
menunjukkan kepada lingkungan sosial dari pengunjung bahwa telah melakukan
kegiatan wisata di Curug Cipamingkis, pengunjung melakukan aktivtas aktualisasi
diri dengan cara meng-upload beberapa momen yang berbentuk foto di media sosial
sehingga merasa puas terhadap apa yang diperoleh oleh pengunjung setelah
melakukan kegiatan wisata di Curug Cipamingkis.

13
14

D. Program Wisata

1. Latar Belakang
Perencanaan program yang terdapat di kawasan wisata Curug Cipamingkis
diselenggarakan berdasarkan pertimbangan dari beberapa hal. Latar belakang yang
dijadikan dasar sebagai pembentuk program tersebut adalah isu-isu dan
kecenderungan pengunjung. Selain itu, dasar pembentukan porgram wisata di
Curug Cipamingkis juga adalah karakteristik sumberdaya wisata dan fasilitas.
Kawasan wisata Curug Cipamingkis memiliki karakteristik dan keistimewaan
khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa kawasan wisata lain. Kawasan Curug
Cipamingkis ini memiliki tataruang landskap yang menarik. Kawasan ini dikelilingi
oleh banyak pepohonan dan pegunungan yang indah, serta banyak satwa seperti
burung dapat memerikan daya tarik tambahan yang dimana ada beberapa
pengunjung yang senang dengan adanya keberadaan satwa burung tersebut. Hal ini
membuat pegunjung merasa tidak bosan dan selalu ingin kembali. Selain itu di
Kawsan Curug Cipamingkis ini juga sering terdengar seuah mitos yang dimana jika
wisatawan berendam didalam air terjun, maka orang tersebut akan mendapatkan
jodohnya dan jika seseorang tersebut sudah memiliki pasangan, maka hubungan
mereka akan bertahan selamanya.
Latar belakang lain yang dapat dijadikan dasar pembentukan program
wisata adalah karakteristik kawasan wisata. Selain menawarkan beberapa atraksi,
kawasan wisata Curug Cipamingkis juga menawarkan berbagai bentuk aktivitas
wisata. Contoh dari aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung adalah
Outbound dan Berkemah. Curug Cipamingkis menawarkan site untuk melakukan
aktivitas tersebut. Tentunya, aktivitas tersebut didukung dengan pemberian fasilitas
seperti site berkemah dan beberapa peralatan outbound lainnya. Bentuk penawaran
kegiatan bermalam tersebut dapat dijadikan alasan dalam pembuatan suatu program
wisata yang sesuai dengan karakteristik kawasan wisata.
2. Sasaran
Sasaran dari program wisata ini adalah seluruh lapisan masyarakat dengan
berbagai karakteristik kehidupan. Pola pengelolaan sasaran hanya dibatasi pada
penentuan kapasitas kunjungan. Program wisata ini tidak ditawarkan padai segmen
atau jenis wisatawan khusus. Program wisata ini dirancang dan ditawarkan kepada
khalayak seperti pada paket wisata destinasi pada umumnya. Pengunjung dengan
ketertarikan yang berbeda dapat menikmati program wisata di Curug Cipamingkis.
Program wisata yang memiliki karakteristik kegiatan bermalam secara umum dapat
dinikmati semua jenis pengunjung. Target atau sasaran utama dari paket ini adalah
kelompok atau komunitas keluarga. Kapasitas yang ditawarkan kepada sarapan
tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasi dan seasonalitas kawasan wisata.
3. Tujuan
Tujuan dari perancangan program wisata yang terdapat di kawasan Curug
Cipamingkis dapat dibagi berdasarkan beberapa kepentingan. Kepentingan yang
dipertimbangkan adalah nilai manfaat, pengalaman dan pengaruh terhadap
beberapa hal. Contohnya adalah kepentingan dari lokasi atau kawasan wisata.
Program wisata bermalam tersebut dirancang untuk meningkatkan jumlah
kunjungan terhadap kawasan wisata tersebut. Peningkatan jumlah kunjungan
15

wisatawan tersebut merupakan bentuk representasi dari tujuan yang ditetapkan


dalam program yang dirancang. Orientasi jumlah dan kepuasan menjadi tujuan
utama dari destinasi selaku penyedia site atau area.
Kepentingan lain yang dipertimbangkan adalah dari sisi pengunjung.
Permintaan pengunjung pada beberapa aspek menjadi pertimbangan dalam
perancangan program wisata. Kecendrungan back to nature dari wisatawan menjadi
fokus utama dasar pembentukan program. Perancangan program dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan pengunjung diharapakan dapat
menjadi output positif. Output dari tujuan tersebut adalah memberikan manfaat
serta kesan pengalaman menarik yang dapat diterima oleh pengunjung.

4. Intinerary
Itinerary merupakan rangkain kegiatan yang terdapat dalam perencanaan
program wisata. Rangkaian program tersebut disusun secara rapi pada setiap
segmen kegiatan. Secara umum, bentuk dari rangkaian kegiatan tersebut dibagi
menajadi bagian pembukaan (penyambutan), isi (kegiatan inti), perpisahan dan
penutupan (Tabel 3).
Tabel 3. Intinerary Kegiatan 2D1N
No Program Waktu Aktivitas Lokasi
1. Penyambutan 09.00-10.00 a. Penerimaan Area depan dan
Peserta kawasan pintu
b. Greeting masuk
c. Pembacaan
susunan
kegiatan

2. Persiapan 10.00-10.30 a. Istirahat Area gazebo dan


sejenak pondok teduh
b. Ice Breaking
c. Pembagian
Kelompok

3. Outbound 10.30-13.00 a. Outbound Site air terjun


dan sekitar
kolam renang
4. ISOMA 13.00-15.00 a. Istirahat Area gazebo dan
b. Sholat pondok teduh
c. Makan

5. Mendirikan 15.00-16.00 a. Persipan Camping


Tenda mendirikan Ground
tenda

6. Games & 16.00-18.00 a. Camping


Persiapan acara Mempersipkan Ground
malam semua
kebutuhan acara
malam
b. Mini Games

7. ISOMA 18.00-19.30 a. Istirahat Camping


b. Sholat Ground
c. Makan
16

No Program Waktu Aktivitas Lokasi

8. Acara Malam 19.30-22.00 a. Camping Lapangan


b. Pensi

9. Istirahat Tidur 22.00-06.00 a. Tidur Camping


Ground
10. Kegiatan Pagi 06.00-08.00 a. Senam Pagi Camping
b. Sarapan Ground

11. Persiapan 08.00-10.00 a. Mandi Camping


Pulang dan b. Foto Bersama Ground dan
Penutupan c. Penutupan Curug

Tabel 4. Intinerary Kegiatan 1 Day


No Program Waktu Aktivitas Lokasi
1. Penyambutan 09.00-10.00 a. Penerimaan Area depan dan
Peserta kawasan pintu
b. Greeting masuk
c. Pembacaan
susunan
kegiatan

2. Persiapan 10.00-10.30 a. Istirahat Area gazebo dan


sejenak pondok teduh
b. Ice Breaking
c. Pembagian
Kelompok

3. Outbound 10.30-13.00 a. Outbound Site air terjun


dan sekitar
kolam renang
4. ISOMA 13.00-15.00 a. Istirahat Area gazebo dan
b. Sholat pondok teduh
c. Makan

5. Pensi 15.00-16.30 a. Penampilan Lapangan


dan Hiburan

6. Persiapan 16.30-17.00 a. Foto Bersama Area depan dan


Pulang dan b. Penutupan kawasan pintu
Penutupan masuk

E. Sketsa Kawasan
Sketsa kawasan wisata Curug Cipamingkis dibuat berdasarakan rancangan
program yang telah disusun. Sketsa kawasan tersebut merupakan miniatur dari
keberadaan objek wisata maupun fasilitas yang terdapat di Curug Cipamingkis.
Sketsa sederhana kawasan wisata Cutug Cipamingkis dapat dijadikan ilustrasi
pelaksanaan program wisata yang telah dirancang. Program wisata yang telah
dirancang disesuaikan dengan bentuk penawaran seperti atraksi, aksesibilitas,
amenitas, dan ansilaris.
17

Gambar 9. Sketsa Sederhana Kawasan


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
18

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil praktikum perencanaan kawasan berdasarkan pendekatan demand


pada kawasan alami yang berstudi kasus di Curug Cipamingkis memiliki beberapa
kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik setelah melakukan praktikum
yaitu,
1. Curug Cipamingkis merupakan sebuah kawasan wisata alami dengan air terjun
sebagai objek utamanya. Kawasan wisata tersebut juga memiliki beberapa
fasilitas pendukung seperti area parkir, mushola, gazebo, warung makan, toilet,
dan kamar ganti.
2. Kawasan wisata Curug Cipamingkis didominasi oleh pengunjung yang
memiliki karakteristik berjenis kelamin laki laki dengan persentase 60% dan
didominasi oleh wisatawan dengan usia 13 sampai 24 tahun dengan persentase
50%. Status pernikahan yang mendominasi adalah single dengan persentase
55%. Selain itu tingkat pendidikan terakhir didominaasi oleh SMA/SMK
dengan persentase 50%. Pekerjaan dari pengunjung didominasi oleh
pelajar/mahasiswa dengan persentase 35%. Tingkat pendapatan didominasi
oleh pengunjung berpenghasilan 1 juta – 3juta dengan persentase 35%.
3. Demand pengunjung terhadap objek wisata dibagi berdasarakan daya tarik
yang terdapat di Curug Cipamingkis. Nilai penilaian tertinggi yaitu pada atraksi
wisata air terjun yang memang menjadi daya tarik utama. Motivasi pengunjung
terhadap fasilitas wisata teringgi yaitu pada fasilitas ticketing, shelter, warung,
dan kamar mandi.
4. Program wisata yang dirancang di kawasan wisata Curug Cipamingkis
disesuaikan berdasarkan latar belakang, sasaran, tujuan, dan rangkaian
kegiatan. Latar belakang pembentukan program adalah karakteristik kawasan
tersebut. Sasaran dan tujuan disesuaikan dengan orientasi program wisata.
5. Sketsa kawasan wisata Curug Cipamingkis menampilkan miniatur daya tarik
dan fasilitas yang terdapat di kawasan tersebut. Sketsa kawasan tersebut dapat
dijadikan sebagai ilustrasi penyelenggaran program wisata yang telah
dirancang.

B. Saran

Hasil praktikum perencanaan kawasan berdasarkan pendekatan demand


pada kawasan alami yang berstudi kasus di Curug Cipamingkis memiliki beberapa
saran. Adapun saran yang diberikan setelah melakukan praktikum yaitu,
1. Fasilitas yang terdapat di kawasan tersebut sebaiknya perlu mendapatkan
perbaikan dan penambahan dalam rangka mendukung kegiatan wisata.
2. Tata cara pelayanan yang baik dan sopan sebaiknya perlu dikuasai oleh seluruh
pegawai yang terdapat di kawasan wisata tersebut.
3. Penataan kawasan seperti fasilitas dan atraksi wisata sebaiknya dikelola dengan
analisis dampak dalam rangka mendukung keberlanjutan jangka panjang dari
keberadaan kawasan wisata tersebut.
19

DAFTAR PUSTAKA

Abidin H. 2012. Kawasan Pelestarian Alam.


https://penelitihukum.org/tag/pengertian-kawasan-pelestarian-alam/.
(Diakses pada 23 November 2018).
Anonim. 2015. Definisi Identifikasi Menurut Para Ahli.
http://www.landasanteori.com/definisi-identifikasi-menurut-para-ahli.
(Diakses pada 23 November 2018).
Anonim. 2015. Teori Permintaan (Demand).
http://cyeberfu.blogspot.co.id/2015/04/teori-permintaan-demand.html.
(Diakses pada 23 November 2018).
Astuti, N. 2010. Permintaan dan Penawaran.
https://pyia.wordpress.com/2010/05/20/ekonomi/. (Diakses pada 10
November 2017).
Gilarso. 2007. Teori Permintaan. http://www.tipepedia.com/2015/08/teori-
permintaan-lengkap- menurut.html. (Diakses pada 23 November 2018).
Handoko. 1995. Resume Buku Manajemen Karangan T. Hani Handoko.
https://id.scribd.com/doc/55537135/Resume-Buku-Manajemen-Karangan-
T-Hani-Handoko. (Diakses pada 23 November 2018).
Handri, M. 2005. Permintaan Pengunjung Terhadap Fasilitas.
http://journal.usm.ac.id/jurnal/permintaan-pengunjung-terhadap-
fasilitas.html/ (Diakses pada 23 November 2018).
Louise E. 1984. Principles of management. New York : Random House
Pearce. 1989. Permintaan Terhadap Perjalanan Wisata.
http://demandwork.wordpress.com/2015/12/25/permintaan-terhadap-
perjalanan-wisata.html/ (Diakses pada 23 November 2018).
Sugiarto P. 2012. Pengertian dan Kriteria Penetapan Kawasan Suaka Alam (KSA),
fungsi serta pemanfaatannya.
https://tnrawku.wordpress.com/2012/09/27/kriteria-penetapan-kawasan-
suaka-alam-ksa-fungsi-dan-pemanfaatannya/. (Diakses pada 23 November
2018).
Yoeti, A. 2008. Perencanaan Permintaan Wisatawan Terkait Waktu dan Destinasi.
http://permintaanwisata.wordpress.com/2010/11/09/definisi-konsep-
berkaitan-dengan-wisata.html//. (Diakses pada 23 November 2018).
20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Foto Kelompok dan Aktivitas Wawancara dengan


Pengunjung

Lampiran 2. Gambar Fasilitas dan Papan Interpretasi di Curug Cipamingkis

Anda mungkin juga menyukai