Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


KEMITRAAN

Judul:
PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MENUJU

DESA WISATA SEJARAH BONJERUK

Oleh :
Lalu Adi Permadi, SE., MM. (NIDN: 0008067507)
G. A. Sri Oktaryani, MM. (NIDN: 0015107807)
Siti Sofiyah, M.Sc. (NIDN: 0029068303)
Iwan Kusuma Negara, SE., MM. (NIDN: 0024087801)

Dibiayai oleh Sumber Dana DIPA BLU PNBP Universitas Mataram


Tahun Anggaran 2019

KELOMPOK PENELITI BIDANG ILMU


MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul PPM : PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN


. MENUJU DESA WISATA SEJARAH
BONJERUK
2 Ketua Tim Pengusul:
.
a. Nama Lengkap : Lalu Adi Permadi, SE., MM.
b. NIP : 19750608 200604 1001
c. NIDN : 0008067507
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis / Manajemen
f. Perguruan Tinggi : Universitas Mataram
g. Alamat :
h. Telepon / email :
3 Anggota Tim:
.
Anggota 1 : G. A. Sri Oktaryani, MM.
Anggota 2 : Siti Sofiyah, M.Sc.
Anggota 3 : Iwan Kusuma Negara, SE., MM.
4 Lokasi Kegiatan:
.
Desa / Kecamatan : Bonjeruk / Jonggat
Kabupaten : Lombok Tengah
Provinsi : Nusa Tenggara Barat
5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan : 6 (enam) bulan
.
6 Luaran Yang Dihasilkan : 1. POKDARWIS yang mampu mengelola fasilitas Desa
. Wisata Sejarah Bonjeruk
2. Artikel
7 Pembiayaan PNBP UNRAMπ : Rp 4.315.000,- (Empat Juta Tiga Ratus Lima Belas Ribu
. Rupiah)

Mataram, 13 November 2019


Mengetahui,
Ketua Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Ketua PPM,
Manajemen,

Prof. H. Thatok Asmony, MBA, DBA Lalu Adi Permadi, SE., MM.
NIP. 19600617 198903 1001 NIP. 19750608 200604 1001

Mengetahui, Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua BP2EB FEB
Universitas Mataram Universitas Mataram

Dr. Muaidy Yasin, M.S Dr. Wahyunadi, M.Si.


NIP. 19600810 198703 1002 NIP. 19681231 199303 1009

Menyetujui
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram
Ketua,

Muhamad Ali, Ph.D


NIP. 19720727 199903 1002
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Pengabdian : PENYULUHAN DAN


PENDAMPINGAN MENUJU DESA WISATA
SEJARAH BONJERUK

2. Tim Pelaksana : a. Lalu Adi Permadi, SE., MM.


b. G. A. Sri Oktaryani, MM.
c. Siti Sofiyah, M.Sc.
d. Iwan Kusuma Negara, SE., MM.

3. Objek (khalayak Sasaran) : Anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)


Wirajaya Putra Jonggat

4. Masa Pelaksanaan : 6 (enam) bulan

5. Usulan Biaya : Rp 4.315.)000,- (Empat Juta Tiga Ratus


Lima Belas Ribu Rupiah

6. Lokasi Pengabdian Mitra : Desa Bonjeruk

7. Mitra yang Terlibat : POKDARWIS Wirajaya Putra Jonggat

8. Permasalahan yang Dihadapi :


9. Solusi yang Ditawarkan :
Memberikan ceramah tentang manajemen SDM, pemasaran, keuangan dan
manajemen pariwisata
Melakukan pendampingan secara kontinyu selama kegiatan pengabdian pada
masyarakat.
10. Kontribusi mendasar pada Khalayak Sasaran :
Memberikan pengetahuan tentang manajemen pada anggota POKDARWIS
Wirajaya Putra Jonggat agar kelompok ini menjadi lebih solid sehingga nantinya
kelompok ini dapat mengelola sendiri fasilitas-fasilitas wisata sejarah yang ada di
Desa Bonjeruk.

11. Rencana Luaran :


a. POKDARWIS Wirajaya Putra Jonggat yang mampu mengelola organisasi
manajemen dan pemasaran Desa Wisata Sejarah Bonjeruk;
b. Artikel yang dipublikasikan pada Jurnal
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, dengan
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan pengabdian
masyarakat dengan judul PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MENUJU DESA
WISATA SEJARAH BONJERUK. Laporan penelitian ini merupakan bagian dari
kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian. Selesainya laporan ini tidak
lepas dari bantuan semua pihak yang turut berperan dari sebelum dimulainya pengabdian
kami di Desa Bonjeruk sampai berakhirnya penyusunan laporan ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Mataram
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
3. Wakil Dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram
4. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram
5. Ketua Badan Perencanaan dan Penelitian FEB Unram
6. Ketua Jurusan Manajemen FEB Unram
7. Kolega kami Bapak Ibu Dosen di lingkungan FEB Unram
8. Staf kependidikan di FEB Unram
9. Keluarga kami di rumah
10. Para Mahasiswa kami
11. Kepala Desa Bonjeruk beserta jajarannya
12. Ketua Kelompok Sadar Wisata Wirajaya Putra Jonggat Bonjeruk
13. Masyarakat Desa Bonjeruk
Kami sebagai penyusun laporan ini, menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan
ini, oleh karena itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik beserta saran yang
membangun, sebagai penyemangat dalam membuat makalah laporan di masa yang akan
datang agar lebih baik.

Mataram, Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
RINGKASAN 7
BAB I PENDAHULUAN 9
A. Analisis Situasi 9
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 14
1. Identifikasi Masalah 14
2. Rumusan Masalah 15
C. Tujuan Dan Manfaat 15
1. Tujuan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat 15
2. Manfaat Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat 16
BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN 17
A. Solusi 17
B. Target Luaran 19
BAB III METODE PELAKSANAAN 20
A. Khalayak Sasaran Kegiatan 20
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 20
C. Metode Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat 20
C. Keterlibatan Mitra 22
D.. Rancangan Evaluasi 23
E. Langkah-Langkah Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat 23
D. Jadwal Kegiatan 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
A. Kegiatan Pelatihan 25
A.1. Hasil Kegiatan Pelatihan 26
B. Kegiatan Pendampingan 27
B.1. Hasil Kegiatan Pendampingan 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 31
JUDUL: PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MENUJU DESA WISATA
SEJARAH BONJERUK

RINGKASAN

Bonjeruk merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jonggat,


Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Bonjeruk
memiliki beberapa tempat bersejarah yang menarik untuk dikunjungi. Untuk
menunjang kegiatan pengembangan desa wisata yang berbasis masyarakat, pada
tahun 2018 dibentuklah Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) sebagai cikal bakal
pengelola Desa Wisata Sejarah Bonjeruk. Permasalahan yang teridentifikasi
antara lain:
1. Masyarakat setempat belum sadar dan paham akan konsep desa wisata sejarah
di Desa Bonjeruk.
2. Kelompok Sadar Wisata belum mampu melakukan manajemen dan pemasaran
pariwisata dengan baik.
3. Kelompok Sadar Wisata belum mampu memberdayakan masyarakat melalui
pariwisata.
Mengingat di Desa Bonjeruk ini sudah terdapat Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) maka pengembangan desa wisata akan dimulai dari peningkatan
kapasitas POKDARWIS ini. Solusi yang kami tawarkan adalah dengan
melakukan pembinaan intensif pada POKDARWIS “Wirajaya Putra Jonggat”
dikarenakan POKDARWIS ini memang belum lama terbentuk dan masih perlu
untuk dibekali dengan ilmu-ilmu manajemen yang terkait dengan pengelolaan
Desa Wisata Sejarah.
Pendampingan dilakukan oleh tim pengabdian dengan mengupayakan
pertemuan rutin dengan kelompok sadar wisata yang mau menerima tim
pengabdian. Kelompok tersebut adalah Pokdarwis Wirajaya Putra Jonggat. Tim
pengabdian berkunjung ke Bonjeruk seminggu sekali.
Kegiatan manajemen sumber daya manusia Kelompok Sadar Wisata
Wirajaya Putra Jonggat yang didampingi oleh tim pengabdian UNRAM adalah
rekrutmen anggota, pelatihan anggota, pemberian motivasi kepada anggota dan
pembuatan struktur organisasi. Kegiatan manajemen keuangan kelompok yang
disupervisi oleh tim pengabdian adalah pembuatan anggaran dan penyusunan
laporan keuangan. Sementara kegiatan manajemen pemasaran yang didampingi
oleh tim pengabdian adalah program-program pemasaran yang sudah dilatih oleh
tim. Hasil Evaluasi Pendampingan secara keseluruhan terdapat peningkatan
kinerja organisasi dari Kelompok Sadar Wisata Wirajaya Putra Jonggat. Hal yang
mengindikasikan terjadinya peningkatan kinerja kelompok tersebut adalah :
Dibuatnya brosur dan kartu nama kelompok, Peningkatan jumlah anggota aktif
yang terbukti dari masuknya 31 orang penggiat seni Desa Bonjeruk sebagai
anggota divisi atraksi seni dari kelompok sadar wisata tersebut, Dibuatnya neon
box yang dipasang di depan sekretariat kelompok sadar wisata itu, Berhasil
mengorganisir Promosi Memaos Takepan dengan Grup Cempaka Wangi yang
dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah.
BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Bonjeruk merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa

Bonjeruk memiliki beberapa tempat bersejarah yang menarik untuk

dikunjungi. Nama desa ini sendiri berasal dari nama pohon jeruk tempat

ditemukannya sebuah sumur. Di masa lampau, di Bonjeruk berdiri

Kerajaan Jonggat. Salah satu raja atau Datu yang terkenal dari kerajaan ini

bernama “Raden Nune Umas”. Nama beliau sekarang diabadikan menjadi

nama masjid di daerah Bonjeruk. Masjid inilah yang menjadi salah satu

objek wisata utama di Desa Bonjeruk. Adapun wisata sejarah lainnya

antara lain, makam bupati pertama Lombok Tengah, makam Datu Jonggat

dan masih banyak lagi (Widjaje, 2018).

Menurut Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Dinas Pariwisata

Kabupaten Lombok Tengah L. M. Zulfa Halim, pemerintah kabupaten

sangat berkepentingan mempromosikan Desa Wisata Sejarah Bonjeruk

mengingat desa ini sangat potensial untuk dikembangkan, ini dari

berbagai sudut baik dari sudut arsitektural, tata ruang, peninggalan sejarah

dan budaya. Untuk itu L. M. Zulfa Halim mengangkat Gerbang Tua di

Gedeng Beleq Bonjeruk sebagai salah satu icon pariwisata Lombok

Tengah yang dicantumkan dalam booklet pariwisata Lombok Tengah dan

majalah salah satu maskapai penerbangan nasional (Wawancara di Praya


tanggal 26 Oktober 2018).

Potensi Desa Bonjeruk ini diharapkan dapat dikembangkan

sebagai atraksi wisata yang menarik dan dikelola secara professional

dalam kerangka desa wisata berbasis masyarakat. Menurut Lucchetti dan

Font (2013) Community based Tourism adalah pariwisata yang

melibatkan partisipasi masyarakat dan bertujuan untuk mendatangkan

keuntungan bagi masyarakat lokal dengan mengizinkan wisatawan untuk

mengunjungi komunitas-komunitas lokal dan belajar tentang budaya

mereka dan mengenali alam sekitar. Ini sejalan dengan pernyataan

Kementerian Pariwisata (2016) bahwa “pemberdayaan masyarakat

merupakan salah satu pilar dalam strategi pengembangan destinasi

pariwisata, dimana masyarakat memegang peranan yang sangat penting

dalam pariwisata sebagai tuan rumah di daerahnya masing-masing”.

Untuk menunjang kegiatan pengembangan desa wisata yang

berbasis masyarakat, pada tahun 2018 dibentuklah Kelompok Sadar

Wisata (pokdarwis) sebagai cikal bakal pengelola Desa Wisata Sejarah

Bonjeruk dengan nama Bonjeruk Permai. Perkembangan kelompok

bentukan pemerintah desa ini menjadi negatif mana kala terjadi

perpecahan. Sebagian anggota Pokdarwis Bonjeruk Permai keluar dan

membentuk Kelompok Sadar Wisata Baru dengan dukungan dari

keturunan Lalu Wirasaid bin Raden Nune Umas. Kelompok Sadar Wisata

ini diberi nama Wirajaya Putra Jonggat (WPJ), untuk mengenang Lalu

Wirasaid. Namun WPJ pun mengalami kendala dalam pengelolaannya


kemudian Awal dibentuknya lembaga ini memiliki 25 anggota, akan tetapi

sekarang tinggal 12 anggota saja yang masih aktif. Pengurangan jumlah

pengelola desa wisata dikarenakan anggotanya mempunyai pekerjaan

lain, sedangkan kegiatan kepariwisataan ini mereka anggap sebagai

pekerjaan sampingan saja (Wawancara dengan Didik Supriadi, Sekretaris

Pokdarwis WPJ, awal Januari 2019).

Dalam pengembangan desa wisata tentunya tidak terlepas dari

adanya tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Mayoritas masyarakat

Bonjeruk berpendidikan SMP-SLTA dengan pekerjaan sebagai buruh tani.

Masyarakat Bonjeruk masih beranggapan kalau sektor pariwisata tidak

menjanjikan bila dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh tani.

Pelibatan masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata

Sejarah Bonjeruk belum nampak dalam kegiatan pariwisata. Bahkan

masyaratkat tidak mengetahui tentang apa itu desa wisata sejarah. Di sisi

lain kelompok Bonjeruk Permai tidak memberikan ruang untuk

anggotanya untuk berkembang, namun terus berpromosi. Hal ini

memberikan persoalan bagi Bonjeruk Permai dan pemerintah desa yang

mendukung mereka, mengingat tujuan wisata itu belum memiliki

manajemen yang baik. Sementara WPJ yang fokus pada wisata sejarah

belum berkembangan optimal. Hal ini terjadi mereka belum mampu

melakukan pengembangan manajemen pariwisata. (Wawancara dengan

Didik Supriadi, Sekretaris Pokdarwis WPJ, awal Januari 2019).

Dalam perkembangannya Wisatawan datang ke Bonjeruk secara


sporadis. Namun jumlahnya tidak signifikan. Kelompok Bonjeruk Permai

berhasil melakukan promosi namun belum mampu menyediakan spot

wisata. Demikian juga belum ada sarana dan prasarana wisata di

Bonjeruk. Wisatawan akan merasa nyaman dan betah apabila di obyek

wisata terdapat sarana dan prasarana yang lengkap. Terkadang wisatawan

yang datang ke Desa Wisata Sejarah Bonjeruk berasal dari luar negeri.

Sayangnya kelompok-kelompok sadar wisata belum mampu melayani

mereka dengan baik. Hal ini karena keterbatasan kemampuan manajemen

wisata. Kedua kelompok pengerak pariwisata di Bonjeruk belum mampu

melakukan manajemen kelompok dan destinasi wisata yang ada di desa

tersebut.

Selain permasalahan kelompok, tantangan lain pengembangan

desa wisata sejarah di Bonjeruk adalah masyarakat desa itu sendiri yang

belum memahami arti desa wisata. Pemberdayaan masyarakat dalam

pengembangan desa wisata tidak akan berhasil apabila masyarakat belum

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemberdayaan. Karena saat ini masih

ada beberapa masyarakat yang belum dapat mengikuti kegiatan

pemberdayaan masyakat di Desa Wisata Sejarah Bonjeruk. Salah satu

penyebabnya adalah karena tidak dapat membagi waktu antara kegiatan

pemberdayaan dengan waktu bekerja atau sekolah. Walaupun sudah ada

yang pernah mendapatkan pelatihan, namun belum memaksimalkan

kemampuannya karena daya tangkap yang rendah, sehingga masyarakat

atau pelaku wisata belum bisa membuat souvenir atau kerajinan yang
dapat dijual dan menjadi buah tangan bagi wisatawan.

Sulistiyani (2004: 83) mengemukakan bahwa tahap-tahap yang

harus dilalui dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah meliputi: 1)

tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan

peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri; 2)

tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan; dan 3) tahap

peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada

kemandirian. Sedangkan Hutomo (2000: 7-10) menyebutkan bahwa

kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dikelompokkan ke

dalam beberapa kegiatan, yaitu bantuan modal, bantuan pembangunan

prasarana, bantuan pendampingan, penguatan kelembagaan dan

penguatan kemitraan.

Soemarno (2010: 2-4) menyebutkan bahwa suksesnya

pembangunan sebuah desa wisata dapat ditempuh melalui upaya-upaya

seperti pembangunan SDM, kemitraan, kegiatan pemerintahan di desa,

promosi, festival/pertandingan, membina organisasi masyarakat, dan kerja

sama dengan universitas.

Pelibatan masyarakat dalam pembangunan mutlak dilakukan

karena masyarakat yang mengerti kondisi, kebutuhan, dan sikap

masyarakat setempat. Masyarakat lokal Desa Wisata Sejarah Bonjeruk


memiliki peluang untuk mengembangkan potensi-potensi sumber daya

yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Selain

itu, masyarakat lokal memainkan peranan penting dalam pengambilan

keputusan, mempengaruhi, dan memberi manfaat bagi kehidupan dan

lingkungannya. Berdasarkan latar belakang di atas, dirasa perlu untuk

melakukan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Penyuluhan Dan

Pendampingan Menuju Desa Wisata Sejarah Bonjeruk”. Dalam

Pengabdian Masyarakat ini nantinya akan didahulu dengan penelitian

untuk mendalami permasalahan masyarakat di Bonjeruk sehingga

diketahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sejarah Bonjeruk serta

faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat tersebut.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang teridentifikasi antara lain:

4. Masyarakat setempat belum sadar dan paham akan konsep desa wisata

sejarah di Desa Bonjeruk.

5. Kelompok Sadar Wisata belum mampu melakukan manajemen dan

pemasaran pariwisata dengan baik.

6. Kelompok Sadar Wisata belum mampu memberdayakan masyarakat

melalui pariwisata.
2. Rumusan Masalah

Dari masalah-masalah yang diidentifikasi dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

mengembangkan wisata sejarah di Desa Bonjeruk,

Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah?

b. Bagaimana meningkatkan peranan kelompok sadar wisata

dalam pemberdayaan masyarakat dalam kerangka perintisan

desa wisata sejarah di di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah?

c. Bagaimana meningkatkan kapasitas kelompok sadar wisata

dalam perintisan desa wisata sejarah di di Desa Bonjeruk,

Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah?

C. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Tujuan diselenggarakannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini

adalah:

a. Untuk memberikan pemahaman dan kesadaran akan

pentingnya desa wisata sejarah bagi masyarakat Desa

Bonjeruk Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

b. Untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

mengembangkan wisata sejarah di Desa Bonjeruk,


Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

c. Untuk meningkatkan kapasitas manajemen kelompok sadar

wisata sebagai kelompok manajemen dan pemasaran

pariwisata di di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah.

2. Manfaat Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pengabdian kepada

masyarakat ini adalah:

1. Mewujudkan cita-cita masyarakat Bonjeruk untuk menjadikan

desanya sebagai Desa Wisata Sejarah.

2. Mewujudkan Pokdarwis Wirajaya Putra sebagai organisasi yang

memiliki manajemen baik dalam mengelola dan memasarkan Desa

Wisata Sejarah.
BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN

A. Solusi

Ekowisata atau ekoturisme sebagaimana dikutip dari Wikipedia,

adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan

mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya

ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan

pariwisata konvensional. Dampak tersebut bisa berupa kerusakan lingkungan,

terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran

masyarakat setempat, dan persaingan bisnis yang mulai mengancam

lingkungan, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.

Selain dikenal karena keindahan alamnya, Lombok juga menyimpan

keindahan kearifan lokal dan sejarah budaya masyarakat setempat yang dapat

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya dalam pengenalan

dan pengembangan ekowisata di Lombok. Kegiatan ekowisata di Indonesia

diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009. Kegiatan tersebut

meliputi: (1) wisata pemandangan; (2) wisata petualangan; (3) wisata

penelitian; (4) wisata sosial, konservasi, dan pendidikan serta (5) wisata

sejarah.

Lokasi wisata berbasis sejarah tersebar merata di lima kabupaten di

Lombok, salah satunya ada di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini tidak terlepas dari sejarah panjang
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Lombok seperti Kerajaan Karangasem

dan Majapahit serta bukti-bukti peninggalan selama zaman penjajahan. Oleh

karena itu, potensi wisata sejarah yang ada di Desa Bonjeruk layak untuk

dikembangkan dan mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat setempat.

Namun di Bonjeruk masyarakat setempat belum sadar dan paham

konsep pengembangan desa wisata sejarah di Desa Bonjeruk. Selain itu

Kelompok Sadar Wisata baik yang dibentuk oleh pemerintah desa maupun

swadaya masyarakat belum mampu melakukan manajemen dan pemasaran

pariwisata dengan baik. Kelompok-kelompok Sadar Wisata ini secara belum

mampu memberdayakan masyarakat melalui pariwisata karena masih sibuk

menata manajemen kelompok.

Mengingat di Desa Bonjeruk ini sudah terdapat Kelompok Sadar

Wisata (POKDARWIS) maka pengembangan desa wisata akan dimulai dari

peningkatan kapasitas POKDARWIS ini. Solusi yang kami tawarkan adalah

dengan melakukan pembinaan intensif pada POKDARWIS “Wirajaya Putra

Jonggat” dikarenakan POKDARWIS ini memang belum lama terbentuk dan

masih perlu untuk dibekali dengan ilmu-ilmu manajemen yang terkait dengan

pengelolaan Desa Wisata Sejarah.

B. Target Luaran

Berdasarkan permasalahan dan solusi yang ditawarkan di atas, maka

yang menjadi target luaran dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini

adalah
1. Didapatkan Buku Pedoman Pengelolaan Desa

Wisata Sejarah di Bonjeruk

2. Berkembangnya POKDARWIS “Wirajaya Putra

Jonggat” menjadi sebuah organisasi yang lebih solid

dan dinamis. Sehingga ke depannya POKDARWIS

ini mampu untuk mengelola fasilitas-fasilitas wisata

yang akan dikembangkan ataupun dibangun di Desa

Bonjeruk dan juga mampu untuk memberikan

edukasi tentang Desa sadar wisata pada masyarakat

setempat mengingat bahwa Ekowisata merupakan

upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus

melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya

masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai

sumber pendapatan yang berkesinambungan.


BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Khalayak Sasaran Kegiatan

Khalayak sasaran kegiatan pengabdian ini adalah penduduk setempat di

Desa Bonjeruk

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Mei

2019.

C. Metode Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

1. Analisis Kondisi Desa Bonjeruk

Kegiatan Pengabdian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Pendekatan

PRA merupakan sekelompok pendekatan atau metode yang

memungkinkan masyarakat Desa untuk saling berbagi,

meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang

kondisi dan kehidupan Desa, serta membuat rencana dan tindakan

nyata (Chambers, 1996). Beberapa teknik penerapan PRA anatar

lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran Kebutuhan

Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan

Rencana Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dan

lain-lain.
Gambar 1. Tahapan-Tahapan Pembentukan Desa Wisata

Sumber: Tim PPPSD Unila, 2017

Secara konsep, pembangunan desa wisata dapat dilihat

pada Gambar 1. Gambar 1 menjelaskan apa saja yang harus

dilakukan dalam pembentukan desa wisata. Dalam hal ini, Desa

Bonjeruk masih pada tahap selanjutnya yaitu perintisan desa

wisata. Dalam tahap rintisan ini penguatan kapasitas kepada

stakehoder terkait menjadi keharusan untuk dilakukan. Oleh

karena itu, teknik FGD dan pelatihan juga akan dilakukan dalam

pengabdian masyarakat ini dengan tetap menggunakan pendekatan

PRA.

2. Metode Presentasi dan Diskusi


Tim pengabdian kepada masyarakat akan mengadakan sebuah kegiatan

pengenalan dan sosialisasi yang bertempat di Desa Bonjeruk dimana

dalam acara ini akan diisi dengan presentasi dan ceramah dari

beberapa narasumber yang akan memaparkan tentang bagaimana

manajemen pariwisata, manajemen sumber daya manusia, manajemen

pemasaran, dan manajemen keuangan dalam mengelola desa wisata.

Para peserta kegiatan terdiri dari perangkat desa, kelompok sadar

wisata (POKDARWIS), dan penduduk setempat yang tinggal di Desa

Bonjeruk. Pada akhir kegiatan Tahap I ini akan diadakan diskusi antara

tim pengabdian kepada masyarakat dan narasumber dengan para

peserta terutama POKDARWIS tentang masalah yang dihadapi dan

perbaikan-perbaikan apa saja yang harus dilakukan demi

mengembangkan desa wisata sejarah Bonjeruk menjadi lebih baik lagi.

3. Metode Pendampingan

Dalam tahap ini, tim pengabdian kepada masyarakat akan melakukan

pendampingan kepada POKDARWIS dengan cara rutin mendatangi

kelompok tersebut agar mampu mengelola fasilitas yang ada di Desa

Wisata Sejarah Bonjeruk.

C. Keterlibatan Mitra

Keterlibatan mitra seperti Pokdarwis Wirajaya Putra Jonggat, Pemerintah

Desa Bonjeruk, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah, serta

masyarakat desa mampu memberikan tambahan motivasi dan informasi dalam

programpengabdian ini. Tentunya hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi


pengembangan dsa wisata

D.. Rancangan Evaluasi

1. Kegiatan pengabdian dalam bentuk pelatihan dievaluasi melalui:

• Tes kemampuan awal sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan

dilaksanakan

• Tanya jawab selama pelatihan berlangsung

• Tes akhir untuk mengetahui keberhasilan peserta pelatihan

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Langkah-langkah kegiatan dalam pengabdian ini melalui tahapan-tahapan

berikut ini:

1. Analisis situasi dan kondisi desa dengan PRA

2. Pelatihan Desa Wisata:

3. Pendampingan Manajemen Pokdarwis Wirajaya Putra Jonggat

4. Evaluasi
D. Jadwal Kegiatan

Kegiatan ini memerlukan waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan dengan perincian

sebagai berikut :

Tabel 1: Perincian Kegiatan Utama Pengabdian Masyarakat

BULAN

KEGIATAN
1 2 3

1. Persiapan V

2. Pelaksanaan V

3. Penyusunan Laporan V
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pelatihan

Tim pengabdian kepada masyarakat mengadakan sebuah kegiatan

pengenalan dan sosialisasi yang bertempat di Desa Bonjeruk dimana dalam acara

ini akan diisi dengan presentasi dan ceramah dari beberapa narasumber yang akan

memaparkan tentang bagaimana manajemen pariwisata, manajemen sumber daya

manusia, manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan dalam mengelola desa

wisata. Para peserta kegiatan terdiri dari perangkat desa, kelompok sadar wisata

(POKDARWIS), dan penduduk setempat di Desa Bonjeruk. Pada akhir kegiatan

Tahap I ini akan diadakan diskusi antara tim pengabdian kepada masyarakat dan

narasumber dengan para peserta terutama POKDARWIS tentang masalah yang

dihadapi dan perbaikan-perbaikan apa saja yang harus dilakukan demi

mengembangkan desa wisata sejarah Bonjeruk menjadi lebih baik lagi.

Pelatihan manajemen pemasaran pariwisata yang dilakukan dalam

pengabdian ini adalah

1. Pemahaman Produk Wisata Sejarah

2. Pembuatan Paket Wisata, Penetapan Harga dan Promosinya yang

terdiri dari :

a. Membuat rencana bisnis wisata

b. Membuat kemasan paket wisata sejarah Bonjeruk, Tour de

Jonggat dan paket soft tracking, Para peserta pelatihan


diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip

dasar dalam menyusun paket wisata sejarah, paket Tour de

Jonggat dan paket tracking, yaitu menyangkut rute perjalanan.

c. Pelatihan membuat brosur. Peserta pelatihan juga dilatih cara

membuat brosur paket agrowisata. Pelatihan kegiatan

pembuatan brosur ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu

i. uji coba paket yang ditawarkan dengan menyusuri

lapangan dan obyek sacara langsung

ii. pembuatan brosur paket wisata sejarah

d. Pembuatan perangkat promosi yang terdiri dari baliho dan

spanduk dengan menggunakan Corel Draw dan Adobe

Photoshop.

A.1. Hasil Kegiatan Pelatihan

Dari semua kegiatan pelatihan yang dilakukan maka peserta pelatihan

mampu membuat perencanaan bisnis wisata, mengkemas rute perjalanan wisata

sejarah Bonjeruk / soft tracking yang dibutuhkan wisatawan, sekaligus mampu

menyusun dan menghasilkan brosur paket wisata Tour de Jonggat. Brosur yang

dihasilkan akan disebarkan ke tempat-tempat kunjungan wisatawan di daerah

pusat pariwisata Kuta Lombok untuk menarik minat wisatawan Sejarah / soft

tracking berkunjung ke Desa Bonjeruk sehingga dapat meningkatkan

perekonomian desa dan membuka lapangan pekerjaan untuk para pemuda di Desa

Bonjeruk sebagai tour guide.


B. Kegiatan Pendampingan

Pendampingan dilakukan oleh tim pengabdian dengan mengupayakan

pertemuan rutin dengan kelompok sadar wisata yang mau menerima tim

pengabdian. Kelompok tersebut adalah Pokdarwis Wirajaya Putra Jonggat. Tim

pengabdian berkunjung ke Bonjeruk seminggu sekali. Kegiatan-kegiatan

pokdarwis yang didampingi oleh Tim Pengabdian adalah :

1. Manajemen Sumber Daya Manusia Organisasi

2. Manajemen Keuangan

3. Manajemen Pemasaran

Kegiatan manajemen sumber daya manusia Kelompok Sadar Wisata

Wirajaya Putra Jonggat yang didampingi oleh tim pengabdian UNRAM adalah

rekrutmen anggota, pelatihan anggota, pemberian motivasi kepada anggota dan

pembuatan struktur organisasi. Kegiatan manajemen keuangan kelompok yang

disupervisi oleh tim pengabdian adalah pembuatan anggaran dan penyusunan

laporan keuangan. Sementara kegiatan manajemen pemasaran yang didampingi

oleh tim pengabdian adalah program-program pemasaran yang sudah dilatih oleh

tim.

B.1. Hasil Kegiatan Pendampingan

Hasil Evaluasi Pendampingan secara keseluruhan terdapat peningkatan

kinerja organisasi dari Kelompok Sadar Wisata Wirajaya Putra Jonggat. Hal yang

mengindikasikan terjadinya peningkatan kinerja kelompok tersebut adalah :

1. Dibuatnya brosur dan kartu nama kelompok


2. Peningkatan jumlah anggota aktif yang terbukti dari masuknya 31

orang penggiat seni Desa Bonjeruk sebagai anggota divisi atraksi seni

dari kelompok sadar wisata tersebut

3. Dibuatnya neon box yang dipasang di depan sekretariat kelompok

sadar wisata itu

4. Berhasil mengorganisir Promosi Memaos Takepan dengan Grup

Cempaka Wangi yang dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Lombok Tengah.


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan di Desa Bonjeruk dengan

sasaran anggota kelompok-kelompok Sadar Wisata di desa itu dapat disimpulkan

bahwa :

1. Terjadi peningkatan kinerja kelompok sadar wisata setelah adanya

penyuluhan dan pendampingan oleh tim pengabdian dari FEB

UNRAM.

2. Terjadi peningkatan kemampuan manajemen pemasaran pariwisata

dari kelompok sadar wisata Wirajaya Putra Jonggat.

Saran-saran untuk untuk pengabdian berikutnya adalah

1. Pengabdian terkait dengan manajemen desa wisata di Bonjeruk perlu

dilakukan lebih lanjut.

2. Kerja sama dengan berbagai pihak terkait terutama Dinas Pariwisata

Propinsi NTB dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah

perlu digalang agar kegiatan pengabdian ini lebih mengena lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019. Data Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat


www.disbudpar.ntbprov.go.id (diunduh pada tanggal 26 Februari 2019)

Antara, M. dan Arida, S., 2015. Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis
Potensi Lokal, Konsorsium Riset Pariwisata Universitas Udayana Bali
Agustus 2015

Idrus, S. A. J. A., 2016. Pemberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam


Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Barang-Barang Kerajinan
Bernilai Ekonomi Untuk Menambah Penghasilan Keluarga Di Desa
Sedau Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat
pasca.uinmataram.ac.id › 2019/04 ›
Ali-Jadid-2016-Artikel-PENGABDIAN

Rai I. N., Sudama I. P., Semarajaya C. G. A., Wiraatmaja W., 2016.


Pengembangan Agrowisata Terpadu Berbasis Tanaman Jeruk Di Desa
Kerta Kecamatan Payangan Gianyar, Jurnal Udayana Mengabdi, Volume
15 Nomor 2, Mei 2016

Utama, I G. B. R. dan Junaedi, I W. R., 2018. Program Kemitraan Masyarakat


Desa Wisata Blimbingsari, Melaya, Jembrana, Bali, Jurnal Paradharma 2
(2) : 67 – 74, i. – Oktober 2018

Vitasurya, V. R., 2016. Adaptive Homestay Sebagai Bentuk Partisipasi


Masyarakat Untuk Melestarikan Desa Wisata Pentingsari – Yogyakarta
May 2016 https://www.researchgate.net/

Wikipedia, www.wikipedia.com (diunduh pada tanggal 26 Februari 2019)

Yulia, F., 2018. Peran Keluarga Bekerja Dalam Mensosialisasikan Nilai Agama
Pada Anak di RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar, JOM FISIP VOL. 5 NO. 1 – April 2018
LAMPIRAN
1. Materi Pengabdian
PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SADAR
WISATA
Lalu Adi Permadi
Jurusan Manajemen FEB UNRAM

Disampaikan dalam pendampingan dan penyuluhan wisata di Bonjeruk Jonggat


Lombok Tengah

1. Pendahuluan

Djogo, Sunaryo, dan Sirait (2003) menyebutkan bahwa pada umumnya


definisi lembaga mencakup konsep pola perilaku sosial yang sudah mengakar dan
berlangsung terus menerus atau berulang. Kelembagaan berisikan dua aspek
penting yaitu; “aspek kelembagaan” dan “aspek keorganisasian”. Aspek
kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku sosial dimana inti kajiannya adalah
tentang nilai (value), norma (norm), custom, folkways, usage, kepercayaan,
gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi dan lain-lain. Sedangkan aspek
keorganisasian meliputi struktur atau struktur sosial dengan inti kajiannya terletak
pada aspek peran (role). Lebih jauh aspek struktural mencakup: peran, aktivitas,
hubungan antar peran, integrasi sosial, struktur umum, perbandingan struktur
tekstual dengan struktur faktual, struktur kewenangan atau kekuasaan, hubungan
antar kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai, aspek solidaritas, klik, profil
dan pola kekuasaan.

Menurut Kapucu, Healy, dan Arslan (2011) kapasitas merupakan suatu


sumberdaya, tingkat kepemimpinan, kemampuan atau keahlian masyarakat yang
memadai, tingkatan tertentu pada pelembagaan (perubahan hal-hal baru yang
bernilai baik). Kapasitas instutusi atau kelembagaan dapat dilihat dari level-level
kapasitas masyarakatnya yaitu tingkat sistem, tingkat organisasi, dan tingkat
individu (UNDP, 1997) lebih jelas digambarkan pada gambar 1 berikut.
Sistem

Organisasi

individu

Gambar 1. Tingkat Kapasitas Kelembagaan (UNDP, 1997)

Kapasitas kelembagaan tingkat sistem terdiri dari hubungan antar individu,


kelompok informal, dan organisasi formal yang menghasilkan jaringan hubungan
sosial yang disebut dengan modal sosial (Chaskin, 2001). Mengingat penelitian ini
mengenai desa wisata, untuk mengukur kapasitas kelembagaan tingkat sistem
akan mengacu pada penelitian Damayanti (2014) yaitu kebijakan Dinas Pariwisata
Provinsi dan Kabupaten serta kebijakan Pemerintah Desa yang berhubungan
dengan pembangunan dan pengelolaan desa wisata, dan kemitraan yang dilakukan
Pemerintah Desa dengan lembaga lain di luar desa.

Milen (2006) menyebutkan bahwa tingkatan organisasi berhubungan dengan


perangkat struktur, kultur dan pengelolaan organisasi yang mendukung para
individu untuk menunjukkan kinerja terbaiknya. Mengingat penelitian ini
dilakukan pada ranah pariwisata, maka indikator-indikator yang dirasa cocok
untuk mengukur kemampuan dan kapasitas organisasional para pengelola desa
wisata akan mengacu pada pendapat Damanik dan Weber (2006) yaitu
kemampuan organisasi untuk memimpin dan berkoordinasi, kemampuan
organisasi untuk melakukan kemitraan eksternal kemampuan organisasi untuk
mengembangkan produk-produk pariwisata, serta kemampuan organisasi untuk
melakukan promosi destinasi wisata.
Tingkatan kompetensi atau kapasitas individu dapat diukur melalui beberapa
indikator. Dari konsep JICA (2004) dalam Hamzah dan Khalifah (2012)
indikator-indikator tersebut meliputi pengetahuan, keahlian/ keterampilan,
kesadaran dan sikap. Berdasarkan indikator kapasitas individu yang diteorikan
para ahli, maka peneliti mengambil beberapa indikator kontekstual dengan
pengelolaan desa wisata. Indikator-indikator ini merujuk pada penelitian Noho
(2014) karena penelitiannya terkait kapasitas masyarakat dalam mengelola
pariwisata yaitu kesadaran dalam merintis pengembangan potensi wisata,
pengetahuan tentang konsep desa wisata kemampuan melayani wisatawan,
kemapuan mengolah souvenir atau cinderamata, serta kemampuan mengelola
atraksi wisata.

Kapasitas organisasi kelompok sadar wisata adalah kemampuan


organisasi dalam mengelola Desa Wisata. Kapasitas organisasi dapat dilihat
dari kepemimpinan dan koordinasi, kemitraan eksternal, kapasitas untuk
mengembangkan atraksi wisata serta kapasitas untuk mempromosikan desa
wisata.

2. Kepemimpinan dan Koordinasi Kelompok Sadar Wisata

Pada organisasi kelompok sadar wisata (POKDARWIS), ketua harus


berperan sebagai koordinator lapangan serta pemimpin bagi pengelolaan Desa
Wisata. Tipe kepemimpinan yang dibutuhkan dalam POKDARWIS adalah tipe
kepemimpinan tunggal dengan gaya kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan
demokratis yang diterapkan di dalam organisasi POKDARWIS yaitu pemimpin
selalu berusaha mengutamakan kerjasama dalam usaha mencapai tujuan serta
menyelesaikan berbagai konflik dengan musyawarah. Namun kelemahan dari
kepemimpinan jenis ini adalah apabila seorang pemimpin tidak dapat mengambil
keputusan dengan tepat dan terjadi kontra antar anggota, pada saat pengambilan
keputusan tidak terjadi titik temu hanya saling berdebat satu sama lain.
Pengambilan keputusan juga tidak selalu sesuai karena suara terbanyak belum
tentu keputusan yang terbaik. Selain itu, kepemimpinan tunggal dalam suatu
organisasi juga memiliki kelemahan yakni ketergantungan terhadap pemimpin
sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus menunggu komando dari
pemimpin.

Untuk memperkuat kapasitasnya POKDARWIS sebagai organisasi harus


mengadakan rapat rutin setiap 1 bulan sekali dan evaluasi setiap ada kegiatan
paket wisata. Sementara itu pembagian tugas dalam POKDARWIS berdasarkan
skill atau pengetahuan anggota POKDARWIS.

Namun, struktur organisasi harus ditata sehingga memudahkan koordinasi.


Karena kegagalan koordinasi akan menimbulkan konflik dalam organisasi.
Apabila koordinasi menimbulkan konflik, maka akan menyebabkan organisasi
POKDARWIS tidak dapat berjalan secara optimal.

3. Kemitraan Eksternal

Pengelolaan Desa Wisata tidak dapat berjalan hanya dengan mengandalkan


pendapatan yang dihasilkan dari desa wisata itu sendiri. Perlu adanya bantuan dari
berbagai pihak di luar desa wisata untuk meningkatkan pendapatan desa wisata.
POKDARWIS harus memiliki kapasitas yang baik dalam aspek kemitraan
eksternal. Organisasi dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak di luar Desa
Wisata seperti Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten atau Provinsi.

4. Kapasitas Untuk Mengembangkan Atraksi Wisata

POKDARWIS harus mampu mengembangkan potensi wisata menjadi


atraksi wisata agar tidak terjadi kejenuhan wisatawan. Pengelola desa wisata harus
menyadari bahwa desa wisata harus memperlihatkan keberagaman atraksi wisata
sehingga atraksi wisata tidak terkesan monoton. Dalam berbagai kasus desa
wisata dilakukan penggabungan atraksi wisata. Penggabungan atraksi wisata
tersebut dapat dilakukan dengan memadukan potensi wisata alam dengan potensi
wisata budaya.
5. Kapasitas Untuk Mempromosikan Desa Wisata

POKDARWIS harus mampu memiliki kapasitas yang baik dalam hal


promosi Desa Wisata. Peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan dengan
pelatihan pemasaran pariwisata. Pelatihan dapat dilakukan bekerja sama dengan
forum desa wisata, praktisi pariwisata dan akademisi di bidang pariwisata. Pada
awalnya promosi dapat dilakukan dengan sederhana yaitu dengan menggunakan
brosur wisata, kemudian promosi Desa Wisata dapat dilakukan melalui media
sosial seperti instagram, facebook, dan blog juga melakukan kegiatan promosi
dengan cara membawa brosur desa wisata ketika melakukan studi banding di desa
wisata lain, serta adanya Festival Desa Wisata yang mungkin membuat Desa
Wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar.

6. Kapasitas Individu Dalam Pengembangan Desa Wisata

Individu yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berperan dalam


pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata antara lain anggota POKDARWIS,
tokoh kesenian, pengelola homestay dan villa, petani, pengurus PKK, pengelola
souvenir atau cinderamata dan pengelola konveksi. Kapasitas individu adalah
kemampuan individu dalam mengelola Desa Wisata.

● Kapasitas Individu Untuk Merintis Pengembangan Potensi Wisata

Kapasitas masyarakat dalam untuk merintis pengembangan potensi wisata


dapat diukur dari parameter masyarakat mengenali jenis-jenis potensi yang ada di
desanya dan adanya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan potensi
tersebut menjadi atraksi wisata.

Kapasitas masyarakat dalam mengenali jenis-jenis potensi wisata di Desa


Wisata dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu masyarakat yang memahami
seluruh potensi di Desa Wisata baik itu potensi alam maupun budaya, dan yang
kedua adalah masyarakat yang memahami beberapa potensi Desa Wisata.
Masyarakat yang memahami seluruh potensi wisata di Desa Wisata adalah
anggota POKDARWIS, sedangkan masyarakat yang memahami beberapa potensi
Desa Wisata yaitu pengelola homestay, villa, pengelola cinderamata dan konveksi
serta tokoh kesenian.

Kapasitas individu dalam mengembangkan potensi wisata menjadi atraksi


wisata sesuai dengan kapasitas dan peran yang dimiliki individu. Bagi anggota
POKDARWIS belum memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan desa wisata
pada saat bergabung dengan POKDARWIS mendapatkan pelatihan yang diadakan
baik oleh POKDARWIS maupun oleh Dinas Pariwisata.

Masyarakat Desa Wisata selain anggota POKDARWIS juga mendapatkan


pelatihan untuk meningkatkan kapasitasnya. Pelatihan yang dijalani sesuai
dengan peran yang dimiliki. Untuk pengelola homestay, Pemerintah Desa dan
Dinas Pariwisata mengadakan pengarahan mengenai homestay. Untuk pengelola
konveksi, Dinas Koperasi dan UKM mengadakan pelatihan mengenai sablon.
Sedangkan untuk pengelola souvenir, pelatihan yang dilakukan yaitu mengikuti
studi banding ke tempat pembuatan souvenir ke luar daerah.

● Kapasitas Individu Mengenai Pengetahuan dan Pemahaman Konsep


Desa Wisata

Pengetahuan mengenai konsep desa wisata akan mempengaruhi sikap dan


pelaku wisata dalam mengelola desa wisata. Pada akhirnya pengetahuan mengenai
konsep desa wisata akan mengantarkan pelaku wisata untuk menggunakan konsep
wisata yang dicetuskan atau tidak. Konsep Desa Wisata yaitu desa wisata terpadu.

Desa Wisata terpadu yaitu mengintegrasikan keberagaman jenis wisata yang


ada yaitu wisata alam, wisata religi atau budaya, agar keberagaman jenis wisata
dapat saling mendukung satu sama lain, sehingga nanti akan muncul kegiatan
wisata utama dengan didukung oleh kegiatan-kegiatan wisata lainnya.

Kapasitas individu mengenai pengetahuan dan pemahaman konsep desa


wisata kurang baik. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat mengenai
konsep desa wisata terpadu terbatas hanya menyebutkan berbagai potensi wisata
namun belum dapat mengaplikasikan konsep desa wisata terpadu di dalam
pengembangan sebuah Desa Wisata, sehingga saat ini pengembangan difokuskan
pada wisata andalanya seperti wisata alam dan wisata budaya.

● Kapasitas Individu Dalam Mengelola Atraksi Wisata

Pengelolaan atraksi wisata berkaitan dengan proses yang terencana dan


teorganisasi sehingga menghasilkan serangkaian tindakan yang
berkesinambungan. Kapasitas individu dalam mengelola atraksi wisata dilihat dari
3 indikator yaitu kemampuan mengelola paket wisata, kemampuan mengelola
sarana penunjang desa wisata serta kemampuan merawat objek wisata.

Dalam konteks pengelolaan Desa Wisata, kemampuan pengelola dapat


dilihat dari pengelolaan paket wisata edukasi maupun paket wisata keluarga.
Pengelolaan paket wisata ini dimulai dari pengelola menawarkan paket wisata
kepada wisatawan sampai dengan kegiatan evaluasi.

Pengelola perlu memahami mekanisme pengelolaan paket wisata mulai dari


menawarkan paket kepada wisatawan sampai dengan kegiatan evaluasi. Kegiatan
evaluasi merupakan kegiatan rutin pengelola setelah diadakannya paket wisata.

Selain pengelolaan paket wisata, kapasitas pengelola juga dapat diukur dari
kondisi sarana penunjang desa wisata. Sarana Desa Wisata terdiri dari loket masuk
desa wisata, sekretariat, kondisi objek wisata, serta kondisi WC umum. Kapasitas
pengelola dalam mengelola sarana desa wisata dinilai kurang dilihat dari
minimnya sarana WC Umum serta minimnya informasi mengenai peta wisata.

● Kapasitas Individu Dalam Mengolah Souvenir/Cinderamata

Dalam hal usaha cinderamata, Desa Wisata perlu mengembangkan potensi


cinderamata berupa hal-hal memberikan kenangan kepada wisatawa seperti
kalung, gelang, dan lain-lain serta konveksi. Masyarakat perlu dilatih agar
memiliki kapasitas yang baik dalam mengolah cinderamata. Mereka mampu untuk
mendirikan usaha cinderamata serta mengolah cinderamata dan konveksi

7. Kapasitas Masyarakat Dalam Melayani Wisatawan


Pelayanan terhadap wisatawan merupakan salah satu faktor keberhasilan
dalam mempertahakan kunjungan desa wisata (Noho, 2014). Pelayanan
wisatawan yang akan dibahas meliputi pemanduan wisata (guiding) dan layanan
akomodasi (homestay). Dalam hal pemanduan wisata (guiding) kapasitas anggota
POKDARWIS harus mampu memenuhi kuantitas dan kualitas tenaga pemandu
wisata. Untuk itu Desa Wisata perlu mendapatkan pelatihan guiding untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat, sedangkan dalam penyediaan akomodasi,
masyarakat sebagai pengelola homestay harus memiliki kapasitas yang baik dalam
melayani wisatawan. Selain itu kondisi homestay harus siap secara fisik, untuk itu
harus dilakukan penilaian dan penataan kondisi homestay. Agar mampu menilai
dan menata homestay maka perlu dilakukan pelatihan pengembangan homestay
oleh dinas terkait bekerja sama dengan POKDARWIS dan pemerintah desa.

8. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengelola Desa Wisata perlu menerima program peningkatan kapasitas


kelembagaan berupa pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan
dari lembaga terkait. Program-program tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas pengelola Desa Wisata baik kapasitas secara individu maupun secara
organisasi. Berikut beberapa program yang perlu dilaksanakan oleh Desa Wisata :

● Studi banding
● Pembinaan mengenai homestay.
● Kerja sama dengan pengelola desa wisata lain melalui Forum Komunikasi
Desa Wisata sehingga terwujud kegiatan seperti Festival Desa Wisata.
PERANCANGAN BROSUR PEMASARAN DESA WISATA
Iwan Kusuma Negara
Jurusan Manajemen FEB UNRAM

Disampaikan dalam pendampingan dan penyuluhan wisata di Bonjeruk Jonggat


Lombok Tengah

1. Pengertian Brosur
Brosur adalah salah satu media yang digunakan untuk promosi. Brosur juga
berfungsi untuk memberikan informasi tentang suatu produk yang di tawarkan
kepada orang lain. Bentuk umum dari brosur adalah selembar kertas yang berisi
gambar dan kata-kata. Ada beberapa brosur yang sering ditemukan dikehidupan
sehari-hari ,antara lain brosur peneriman siswa/mahasiswa baru, mengenai
makanan, kursus bahasa Inggris, dan lain-lain.
Brosur adalah terbitan bukan berkala yang dapat terdiri dari satu sampai
sejumlah kecil halaman, tidak memiliki relevansi dengan terbitan lain, dan
selesai dalam satu terbit. Halaman brosur sering dijadikan satu, tapi tidak
menggunakan jilid kertas. Definisi brosur menurut UNESCO, brosur adalah
terbitan tidak berkala yang tidak dijilid kertas, lengkap (dalam satu kali
terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 situs,
diluar perhitungan sampul.
Penerbitan brosur tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil
halaman. Jika brosur leboh dari 1 lembar, maka brosur atau juga pamflet akan
dicetak pada kedua sisi, serta dapat dilipat dengan pola lipatan tertentu hingga
dapat membentuk panel yang terpisah. Informasi yang dalam sebuah brosur
biasanya ditulis dalam bahasa yang ringkas dan mudah dipahami. Biasanya untuk
desain brosur lebih menarik dan berwarna warni untuk menarik minat
pembacanya.
Ada beberapa aspek dari brosur yang dapat dimodifikasi untuk membuat alat
pemasaran yang lebih efektif seperti pelapis untuk kilau menambahkan, kertas
saham untuk daya tahan, dan ukuran meningkat untuk gambar yang lebih besar
dan isi lagi. Tapi ada satu lagi fitur-fiturnya yang bisa di sesuaikan setelah
brosur cetak dan sebelum preps untuk pengiriman.
2. Tujuan Brosur
Ada beberapa tujuan dari pembuatan brosur, antara lain adalah :
1. Media informasi (Information)
2. Media Promosi (Promotion)
3. Untuk meningkatkan suatu produk (To increase attractiveness for a product)
4. Menampilkan identitas suatu produk (As an identy for a product)
3. Ciri-Ciri Brosur
Berikut ini merupakan ciri-ciri atau karakteristik brosur, adalah :
● Pada umumnya mempunyai pesan tunggal yang ingin disampaikan.
● Bertujuan untuk dapat meniformasikan, mengedukasi, serta juga
membujuk atau juga mempengaruhi orang/pelanggan untuk membeli suatu
produk yang ditawarkan
● Penerbitannya hanya sekali.
● Desain yang dibuat semenarik mungkin supaya menarik perhatian publik.
● Pendidistribusiannya dengan secara tersendiri oleh pembuat brosur
tersebut.
● Memiliki isi yang jelas dan ringkas.
4. Fungsi Brosur
Fungsi utama dari sebuah brosur adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai suatu produk yang ingin ditawarkan kepada konsumen
secara detail dan penyampainnya secara lisan dan juga sebagai alat iklan atauppun
juga alat promosi, yang menarik
Bila brosur terdiri dari satu halaman umumnya dicetak pada kedua sisi dan
dilipat dengan pola lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah panel yang
terpisah, lipatan berkontribusi pada daya tarik brosur. Itu membuat ekstra
berguna, dan bahkan dapat menambahkan sebagai efek yang melengkapi desain
dan tata letak brosur dan yang penulis ketahui tentang jenis lipatan dan
deskripsi yang sesuai dengan jumlah bagian dan jumlah lipatan adalah :
1. Tidak kali lipat jenis brosur ini dapat juga disebut sebagai selebaran. Ini
tidak memiliki lipatan dan kedua belah pihak yang digunakan untuk
percetakan.
2. Single-lipat adalah salah satu yang memiliki dua bagian menciptakan total
empat halaman atau panel. Hal ini biasanya membagi, berarti dibagi persis di
area. Flip mungkin memancang, mengakibatkan brosur lagi. Hal ini juga
dapat melintang yang pada gilirannya menciptakan sebuah brosur yang lebih
luas, ini juga disebut juga sebagai bi-lipat tetapi sebenarnya dilipat hanya
sekali dan menciptakan dua bagian.
3. Surat lipat flip ini juga dikenal sebagai No 10 kali lipat karena cocok
menjadi No. 10 amplop. Sama dengan kasus kebingungan nama bi-lipatan,
lipatan surat yang dipertukarkan dengan tri-lipatan. Hal ini salah karena
lipatan surat hanya dua kali, menciptakan tiga bagian dengan enam halaman.
4. Gulungan lipatan atau dikenal sebagai lipat perbarel, lipatan menyerupai
gulungan surat lipat dalam hal ini memiliki tiga bagian dan enam halaman.
Namun, panel terdalam lebih kecil dari panel lain.
5. Akordeon lipatan. Accordion kali lipatan di kenal orang lain sebagai z-lipat,
meskipun tingkat lipat dapat membuat brosur memiliki bagian lebih dari
actual z-lipat. Untuk mencapai efek ini , kertas dibagi menjadi beberapa
bagian dan dilipat seperti akordeon kanvas. Ini mungkin memiliki enam atau
delapan halaman, tergantung pada jumlah lipatan yang di buat.
6. Prancis lipatan. Sebuah lipatan Prancis di buat dengan melipat kertas
melintang dan sama-sama, dan kemudian lipat lagi sama dengan cara yang
sama. Hasil ini untuk brosur empat halaman yang tampak seperti kartu
ucapan. Trens lain untuk kali lipat Prancis termasuk persegi panjang kali
lipat dan sudut kanan lipat.
7. Gerbang lipat. Lipatan gerbang adalah salah satu yang memiliki delapan
panel yang dihasilkan, empat di depan dan empat di belakang. Panel pada
setiap ujung dilipat ke dalam, menuju tengah halaman.
8. Parallel lipat juga disebut setengah dan setengah, jenis flip dihasilkan oleh
melintang membagi dua kertas dan kemudian lipat lagi menjadi setengah
sama memanjang. Hal ini menciptakan total delapan panel yang sama pada
bagian belakang dan depan dengan empat bagian terlihat.
Dalam pembuatan brosur ini digunakan jenis lipatan tri-lipat karena jenis ini
sering digunakan dalam pembuatan brosur pada umumnya dan juga mudah
untuk di mengerti oleh para pembacanya.
Saat ini penulis berusaha untuk membantu memperkenalkan Pokdarwis
Wirajaya Putra Jonggat kepada masyarakat luas dengan menggunakan media
cetak brosur. Dengan cara ini orang akan lebih mengenal Pokdarwis Wirajaya
Putra Jonggat tentu saja dengan tampilan yang tepat, sesuai dan dapat menarik
perhatian banyak orang.
Penulis akan memberikan tampilan yang berbeda dalam brosur yang akan
penulis buat. Mulai dari penggunaan warna, penempatan teks, dan lain-lain.
Karena setiap warna mempunyai arti tersendiri, selain itu warna juga
memegang peranan sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat
mengenai sesuatu.
Setiap warna memiliki makna dan arti yang berbeda. Sehingga jika
memungkinkan pilihlah warna sesuai dengan informasi yang ingin berikan.
Berikut contoh arti warna :
1. Pemilihan warna yang tepat dapat menambah energi dalam
brosur anda, karena Merah : Power, energi, kehangatan, cinta,
nafsu, agresi, bahaya.
2. Kuning : Optimis, Harapan.
3. Biru : Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tekhnologi,
Kebersihan, Keteraturan.
4. Hijau : Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan.
5. Oranye : Energy, Keseimbangan, Kehangatan.
6. Ungu/Jingga : Spiritual, Misteri, Kebangsawanan,
Transformasi, Keangkuhan.
7. Coklat : Tanah/Bumi, Kepercayaan, Kesenangan, Daya Tahan.
8. Abu Abu : Intelek, Masa Depan (Milenium), Kesederhanaan,
Kesedihan.
9. Hitam : Kekuatan, Seksualitas, Kecanggihan, Kematian,
Misteri, Ketakutan, Kesedihan, Keanggunan
Typografi adalah Pemilihan jenis font sangat mendukung estetika
tampilan teks dari sebuah brosur. Typografi juga dapat dijadikan
alternatif pengganti gambar karena font dapat dimodifikasi
sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi gambar.
5. Layout Brosur
Dalam pembuatan brosur itu harus mempunyai cover dan layout yang menarik,
dan adapun pengertian dari cover itu sendiri adalah sampul atau bagian depan
brosur (atau bentuk media publikasi multipage design lainnya) yang harus
didesign dengan unsur-unsur dapat menarik perhatian khalayak dan cover adalah
bagian inti yang dapat menggambarkan secara sekilas dari isi sebuah publikasi
multipage design tersebut.
Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam
sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Tujuan utama layout adalah
menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah
cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.
Layout atau posisi tata letak berkaitan erat dengan bentuk brosur, ukuran brosur
dan content isi brosur, baik teks, gambar, maupun desain lainnya. Banyak sekali
tipe layout yang ada mungkin jumlah tidak terbatas. Meskipun demikian secara
garis besar layout dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sumbu
koordinatnya. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :

a. Horisontal

b. Vertikal
c. Diagonal

d. Radial

e. Acak

f. Kombinasi

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melaukan proses layout adalah


mengumpulkan elemen-elemen desain sebagai berikut :
1.Teks judul
2. Teks subjudul
3. Teks isi/naskah
4. Gambar latar belakang
5. Gambar latar depan/utama/ilustrasi
6. Ornamen/hiasan
7. Logo
8. Banner

6. Cara Pembuatan Brosur dengan MS Word


Media untuk untuk pembuatan brosur itu sendiri sangat banyak software yang bisa
digunakan, misalnya menggunakan template dari Microsoft Word, atau software
desain lainnya.
Menggunakan Desain atau Templat Brosur
1. Buka Microsoft Word.
2. Tikkan brochure pada bilah pencarian yang ada di atas jendela program,
kemudian tekan tombol Enter.
3. Kemudian silahkan anda desain brosur akan dicari di basis data program.
Pada Microsoft Word versi Mac, jika
4. Anda tidak melihat halaman templat, klik pilihan “File” pada bilah menu
yang ada di atas layar dan pilih “New from Template…” dari menu
drop-down.
5. Pilih desain brosur. Carilah brosur yang ingin digunakan dan klik
desainnya. Setelah itu, halaman pratinjau brosur akan ditampilkan.
6. Klik tombol Create. Tombol ini berada di sisi kanan pratinjau brosur.
Setelah itu, Word akan memuat desain brosur. Proses ini biasanya hanya
memakan waktu selama beberapa detik saja.
7. Masukkan informasi pada brosur. Langkah yang diambil akan beragam,
tergantung kepada desain yang Anda pilih.
8. Simpan brosur yang sudah dibuat. Untuk menyimpannya: Windows – Klik
“File”, klik “Save As”
7. Contoh Brosur
Berikut ini adalah beberapa contoh brosur yang bisa anda jadikan sebagai
reverensi anda.

Contoh
Brosur Kursus
 

Contoh Brosur Makanan


 
Contoh
Brosur Wisata
 
1. Daftar Hadir Peserta
3. Dokumentasi
2.

Anda mungkin juga menyukai