NAMA : SUMARNA
NIM : 17.61.2146
JURUSAN : MANAJEMEN PARIWISATA
JENJANG : PASCA SARJANA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan puja syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulisan jurnal ilmiah ini dapat terselasaikan
tepat pada waktunya.
Penulisan jurnal ini merupakan bentuk dari pembelajaran untuk dapat
mengembangkan diri dari aspek kepariwisataan dan membantu pemerintah daerah
dalam pengembangan destinasi wisata yang lebih baik. Dalam hal ini penulis
melakukan penelitian yang terfokus pada desa wisata untuk membentuk dampak
positif (multyflier efeck) untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya masyaralat
desa Kartika Jaya. Pengembangan desa wisata Kartika Jaya didasarkan dari
potensi wisata yang dimiliki sangat menjanjikan karena dengan keindahan alam
yang indah, eksotosme pulau tiban, hutan mangrove yang lestari serta pola
perilaku masyarakat desa itu sendiri. Dengan adanya unggulan tersebut penulis
ingin mengembangkannya menjadi destinasi wisata yang unggul dan bersaing.
Dalam hal penulisan jurnal ilmiah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu yuanti Dr. Dra. Sru Yuwanti, MA, MPD selaku dosen manajemen
infrastruktur sekolah tinggi ilmu ekonomi indonesia (stiepari)
semarang.
2. Bapak kepala desa Kartika Jaya yang telah memberikan izin dan
mempasilitasi kami untuk melakukan penelitian.
3. Bapak / ibu / saudara pengelola desa wisata yang telah membatu kami
dalam melakukan penelitian ini.
4. Ayah serta Ibundaku tercinta dan seluruh keluarga yang telah banyak
memberi dorongan, dukungan, arahan serta nasehat dalam penulisan
jurnal ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
5. Serta ucapan terima kasih kepada rekan-rekan serta sahabat dan semua
pihak yang telah banyak memberi arahan serta informasi dan bantuan-
bantuan yang lainya dalam menyelesaikan jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan jurnal ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan
jurnal ini, akhirnya penulis berharap semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data........................................................ 4
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
1. Gambaran umum Desa Kartika Jaya .................................. 6
2. Sejarah desa kartika jaya .................................................... 6
3. Potensi pariwisata desa kartika jaya ................................... 8
4. Hasil dan Pembahasan ...................................................... 10
A. Kajian umum infrastrukturdesa kartika jaya ............. 11
B. Kajian pengembangan infrastruktur penunjang
kawasan wisata pulau tiban ........................................ 14
BAB IV KESIMPULAN.................................................................... 20
Lampiran
3
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DESA WISATA
KARITIKA JAYA SEBAGAI PENUNJANG
OBYEK WISATA PULAU TIBAN
DI KABUPATEN KENDAL – JAWA TENGAH
SUMARNA
STIEPARI
Semarang 2018
Abstrak
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia pariwiata Indonesia dewasa ini semakin
berkebang seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi global.
Kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional
tergolong besar. Pada tahun 2016 devisa dari sektor pariwisata sebesar USD
13.568 miliar berada di posisi ke dua setelah CPO USD 15.965 miliar, dan
pada tahun 2019 sektor pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa
terbesar di indonesia yaitu USD 14.717 miliar, melampaui sektor migas, batu
bara dan minyak kelapa sawit. (merdeka.com)
Seiring dengan perkembangan tersebut untuk menunjang
keberlangsungan sektor pariwisata di perlukan destinasi dan jenis wisata yang
baik serta didukung dengan struktur dan infratruktur yang memadai guna
memberikan kepusaan pengunjung.
Di dalam pengembangan suatu wilayah wisata, infrastruktur memiliki peran
penting sebagai fasilitas penunjang dan mediator antara sistem ekonomi dan
sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan alam.
Struktur diperlukan untuk mendorong kualitas wisata itu sendiri serta pada
lingkungan sekitarnya.
Pariwisata saat ini merupakan salah satu kebutuhan, dan yang paling banyak
diminati masyarakat adalah wisata alam (bahari). Salah satu wisata bahari di
kabupaten kendal terdapat di desa kartika jaya. Desa wisata kartika jaya perlu
mendapat perhatian prioritas dalam pengembangan infrastruktur agar
pariwisata dapat berkembang dan menjadi icon wisata di kabupaten kendal.
Desa ini merupakan salah satu desa wisata yang memiliki potensi untuk di
kembagkan. Desa ini memiliki keindahan alamnya yang indah, keberagaman
tradisi dan budaya menjadikan daerah ini memilikin potensi pariwisata yang
sangat tinggi. Keberagaman daya tarik yang ada di desa ini seperti pantai,
sungai Lingen, hutan mangrove, pulau tiban , tambak ikan dan udang, desa
5
yang masih asri, dan lahan pertanian, serta lokasinya yang berada di dekat
kota serta akses jalan menuju desa ini relatif mudah dijangkau menjadikan
desa wisata ini layak dijadikan objek wisata. Dengan kesadaran masyarakat
akan dampak positif pariwisata menginspirasi masyarakat setempat membuka
dan mengelola desa ini menjadi daerah tujuan wisata walaupun dengan
keadaan serba kekurangan dan terbatas. Keterbatasan struktur dan
infrastrukur sertaa kemampuan pengelolaan menjadi kendala dalam
menjalankan pariwisata di tempat ini. Hal demikian penulis termotivasi untuk
menuangkan pemikiran untuk membantu dalam mengembangkan dan
memanjukan desa wisata ini menjadi desa wisata yang unggul dan menjadi
daerah tujuan wisata primadona masyarakat regional, nasional maupun
internasional.
Desa kartika jaya memiliki daya tarik wisata yang indah namun jumlah
pengunjung masih relatif sedikit, hal ini dikarenakan masih kurangnya
infrastruktur seperti akses jalan menuju destinasi wisata yang masih sempit,
kasar dan bergelombang, darmaga penyebrangan yang terkesan seadanya,
alat tranportasi pengangut wisata menuju pulau tiban masih tidak standar baik
standar keselamatan dan kenyamanan, pantai yang tidak dirawat sehingga
terkena abrasi dan fasilitas wisata yang tidak dipelihara.
Infrastruktur dalam pengelolaan sampah pada desa ini juga belum
dikelola dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya sampah yang
mengotori pantai. Hal yang terpenting dalam pengembangan desa wisata
Kartika Jaya adalan penciptaan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan
harus terjamin sehinggan wisatawan dapat leluansa tenang dan nyaman untuk
berwisata, pembentukan kesadaran masyarakat dalam hal saling
membutuhkan, penerima, pendorong industri pariwisata dan penciptaan
masyarakat sadar wisata yang dapat memberi citra positif bagi para
wisatawan.Pengembangan destinasi wisata sangat terpengaruh oleh peran
pemerintah, industri dan masyarakat. Oleh karena itu untuk kemajuan
kepariwisataan ( desa wisata Kartika Jaya) )diharapkam semua stake holders
dapat saling mendukung satu sama lain.
6
BAB II
METODE PENELITIAN
7
4) Metode Pengolahan Data/Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan
metode deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan data secara rinci dan
sistematis dan selanjutnya dibuat suatu kesimpulan secara umum
dimana data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi,
observasi di objek desa wisata Kartika Jaya.
Pada metode penelitian analisis data ini merupakan bagian yang
paling pokok dalam kegiatan penelitian ilmiah, sebab analisa yang
dilakukan dapat diberikan makna yang diperlukan terhadap data yang
dikumpulkan dalam penelitian tersebut kemudian disusun dan dianalisis
berdasarkan metode yang dipilih yaitu dengan menggunakan teknik
analisis SWOT, agar dapat menyajikan informasi yang aktual dan valid
untuk menjawab permasalahan yang ada.
Dengan format penelitian deskriptif kualitatif, maka analisis
data dilakukan melalui interprestasi berdasarkan pemahaman intelektual
yang dibangun oleh pengalaman empiris. Interprestasi dan analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengumpulan data, melalui teknik dokumentasi untuk
memperoleh data sekunder serta wawancara dan observasi
untuk data yang bersifat primer.
2) Menghubungkan berbagai informasi yang relevan yang
diperoleh sehingga menjadi sebuah paparan yang dapat
menjawab permasalahan yang ada.
3) Penyimpulan yaitu penarikan kesimpulan atas dasar analisis
data dan merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan.
8
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
9
(sekarang Kodam IV Diponegoro) yang pada waktu itu Bapak Soeharto
sebagai Pangkostrad / Panglima Mandala.
Dimasa Orde Baru, sejalan dengan perkembangan pembangunan dan
stabilitas negara sudah terjamin, pada tahun 1972 tempat ini sudah tidak
menjadi arena latihan perang, akan tetapi beralih fungsi menjadi Proyek
Pemukiman Angkatan Darat (PROKIMAD) atau Proyek Resetlement
Kodam VII Diponegoro yang diperuntukkan para Prajurit TNI AD yang
telah memasuki masa purna tugasnya beserta keluarganya yang belum
memiliki tempat tinggal sekaligus sebagai upaya penghormatan dan
kesejahteraan terhadap para pejuang Tentara Nasional Indonesia yang
telah ikut berjuang mempertahankan NKRI.
Pada tanggal 09 Maret 1972 dikirim sebanyak 36 KK (Lettu
Soekardi dan kawan-kawan) untuk menempati proyek ini, yang hingga
sekarang tanggal tersebut dipakai sebagai hari jadi pemukiman Desa
Kartikajaya.
Pada tanggal 09 Maret 1973 diberangkatkan lagi gelombang kedua
sebanyak 64 KK (Kapten Mansyoer dan kawan-kawan), sedangkan
gelombang ketiga pada tanggal 09 Maret 1974 sebanyak 130 KK (Letkol
Sucipto dan kawan-kawan).
Setelah melalui proses yang sangat panjang Panglima Kodam VII
Diponegoro tempat ini (Bleder) diajukan menjadi wilayah desa sendiri
(surat Panglima Kodam VII Diponegoro No. B/190/II 1978 tanggal 16
Pebruari 1978 perihal Pengajuan Proyek Resetlement Kodam VII
Diponegoro menjadi Desa), kepada Bapak Soeparjo Roestam yang kala itu
menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Setelah dirapatkan dengan desa-desa yang berbatasan langsung
dengan wilayah Bleder maka keluar keputusan oleh Bapak Gubernur Jawa
Tengah No. 146/55/82 tanggal 25 Pebruari 1982 tentang Penetapan
Desa Persiapan Bleder Kec. Patebon Kab. Dati II Kendal menjadi Desa
Difinitif dengan nama Desa Kartikajaya dengan luas wilayah 359 Ha,
Kode Desa 33.24.14.2018.
10
Maka sejak saat itu Desa Kartikajaya telah berdiri sendiri dan
menata wilayahnya sendiri sehingga pada saat ini kemajuan dan
perkembangan diberbagai bidang sudah banyak terlihat.
11
untuk memperingati hari jadi Desa Kartikajaya, terdapat juga kesenian
Barongan dan seni tari Kuda Lumping. Ketika pengunjung disuguhkan dan
dimanjakan dengan berbagai macam hal-hal yang menarik bahkan
terjadwal, maka mereka akan datang lagi dikemudian hari dan pastinya
akan memposting setiap momen dan itulah promosi tambahan untuk
pariwisata Desa Kartikajaya
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak didalam
bidang pelayanan yang mengkompromikan berbagai eleman terukur antara
lain sistem transportasi dan hospitality service (akomodasi, makanan dan
minuman, wisata, serta pelayanan lain seperti jasa keuangan, keamanan dan
kenyamanan). Infrastruktur beserta fasilitas pendukung lainnya adalah
termasuk komponen penunjang pariwisata Mc.Intosh (1995), sedangkan
infrastruktur yang termasuk dalam komponen suatu kawasan wisata meliputi
prasarana jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, dan sarana wisata yang
meliputi sarana akomodasi, restoran, dan rumah makan (Musenaf 1995).
Menurut Yoeti (1985) menyebutkan bahwa salah satu obyek
penawaran dalam pemasaran pariwisata adalah infrstruktur, beberapa hal
yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya bidang pariwisata adalah
adanya infrastruktur sebagai penunjang, seperti :
a. Recreative and Supportive Plan
b. Residential Tourist Plan, adanya penginapan / hotel, tempat makan dan
minum.
c. Sarana peribadatan, dengan menikmati liburan wisatwan juga dapat
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
d. Sarana penjualan, seperti toko, kios-kios yang menjual barang-barang
seperti souvenir atau benda-benda yang dikhususkan untuk wisatawan
e. Utilitas, tersedianya saluran air bersih, listrik drainase juga sanitasi yang
memadai dan MCK / toilet yang cukup.
f. Transportasi, tersediannya sarana transportasi dari jalan raya utama
menuju ke lokasi wisata, sehingga memudahkan wisatawan untuk
mencapai lokasi wisata.
13
Berdasarkan beberapa sumber teori diatas, maka variable infrastruktur
pariwisata dalam pengembangannya dalam kajian ini meliputi : fasilitas
penginapan / akomodasi, sarana rekreasi wisata bahari (hutan mangrove,
perahu untuk alat tranfortasi menujju pantai tiban dan untuk berkeliling di
sekitar hutan mangruf, area memancing, agro wisata/tambak udang dan
lainnya), fasilitas tempat makan dan minum, fasilitas pelayanan kesehatan,
fasilitas layanan keuangan, fasilitas perbelanjaan (toko souvenir), penyediaan
air bersih, listrik, sistem drainase, persampahan, telekomunikasi, sanitasi,
jaringan jalan, moda transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya.
14
teratur dan kumuh untuk tanggul darmaga serta penempatan perahu-
perahu yang tidak tertata.
Moda transoprtasi menuju pantai tiban hanya berupa perakayu yang
tidak terawat dan terkesan seadanya, dan walaupun sudah ada hibah
dari dinas perikanan berupa speed boad namun keadaanya pun tidak
baik dan tidak memiliki standar sebagai perahu penumpang, dengan
kata lain keselamatan dan kenyamanan penumpang masih belum
menjadi prioritas.
Jalur menuju pantai tiban dengan perahu rentan dengan kerusakan
tanggul tambak petani karena dilalui oleh perahu wisatawan juga
masyarakat umum.
2. Sarana rekreasi wisata pulau tiban
Pulau tiban merupakan salah satu daya tarik utama sebagai destinasi
wisata di desa kartika jaya. Jumlah wisatawan yang berkunjung di pulau
ini lumayan banyak, namun masih tidak diimbangi dengan fasilitas
wisata atau sarana rekreasi yang cukup. Wisatawan yang berkunjung
hanya menikmati pemandangan alam yang berupa pemandangan pantai
dan hutan mangrove. Di tempat ini hanya disediakan tempat duduk dari
kayu yang terkesan apa adanya.
3. Akomodasi wisata
Desa karika jaya sebagai destinasi wisata tidak terdapat akomodasi
penginapan baik berupa homestay, pondok wisata, hotel dan sebagainya
sehingga kegiatan wisata bagi wisatawan tergolong singkat.
4. Usaha layanan makan dan minum
Keberadaan usaha penyedia makan dan minum sangat penting pada suatu
destinasi wisata. Desa kartika jaya dan pulau tiban sebagai destinasi yang
banyak dikunjungi wisatawan ketersediaan usaha makan dan minum
masih sangat terbatas. Disamping itu juga usaha penyedia makan dan
minum sangat sederhana baik makanan yang dijual maupun tempat
makan. (hanya berupa warung –warung kecil)
5. Usaha souvenir atau oleh-oleh
15
Desa kartika jaya dan pulau tiban hanya berupa seperti desa biasa, tidak
nampak seperti daerah tujuan wisata, hal ini terlihat karena tidak terdapat
usaha wisata sebagai penyedia kebutuhan wisatawan termasuk usaha
souvenir atau oleh-oleh.
6. Area parkir
Area parkir untuk wisatawan yang berkunjung ke pulau tiban sangat
sempit dan tidak muat untuk jumlah kendaraan yang banyak, sehingga
sering kali kendaraan parkir di bahu jalan, hal ini sangat menggangu
ketertiban dan kenyamanan wisatwan.
7. Utilitas
Utilitaas di kawasan wisata harus tersedia guna mendukung
keberlangsungan pariwisata.
Desa kartika jaya sudah dijangkau dengan saluran air bersih, namun
untuk pulau tiban masih belum dijangkau. Untuk kebutuhan air
(musola dan toilet) hasur diangkut dari desa kartika jaya
menggunakan perahu. Sementara air bersih sangat dibutuhkan oleh
wisatwan.
Listrik di pulau tiban masih belum ada, hal ini dikarenakan jauhnya
jarak pulau dengan daratan di desa.
Toilet umum
Toilet umum keadaanya tidak terawat bahkan tidak berfungsi dengan
baik, hal ini sangat mengganggu kenyamanan wisatawan yang
membutukhan toilet tersebut.
Musholla
Mushollah dipulau tiban pun juga tidak terawat dan juga sering tidak
ada air untuk berwudhu.
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah Khusunya pulau tiban belum maksimal, terlihat
sampah banyak berserakan di area wisata dan di bibir pantai. Hal ini
sangat menggangu keindahan lama dan menggangu ekosistem dan
mencemari lingkungan.
16
B. Kajian Pengembangan Infrastruktur Penunjang Kawasan Pulau
Tiban.
Infrasuktur dalam kawasan wisata mutlak dibutuhkan. Peranan
infrastruktur sangat besar untuk mempengaruhi pembangunan baik dari
sektor ekonomi maupun sosial. Keberadaan infrastruktur khususnya pada
sektor pariwisata dapat mencerminkan kualitas pariwisata.
Kemajuan pariwisata di kabupaten kendal sangat membutuhkan
infrastruktur yang baik khususnya di desa kartika jaya dalam menunjang
pariwisata pulau tiban.
Dengan adanya pembangunan infrastruktur di desa katika jaya maka
sangat memungkinkan desa ini dan pulau tiban untuk dikembangkan
menjadi pariwisata yang unggul memiliki daya saing yang tinggi.
Pembangunan infrastruktur membutuhkan biaya atau anggaran
yang cukup besar, hal ini yang menyebabkan terhambatnya
pembangunan infrastruktur di desa katrika jaya maupun untuk pulau
tiban. Selain itu peran serta masyarakat sang sangat minim
mengakibatkan pemeliharaan sarana dan prasarana wisata menjadi lemah
sehingga daya guna menjadi sangat singkat. SDM masyarakat juga
mempengaruhi kualitas wisata khususnya dalam hal pemahaman tata
laksana infrastruktur yang memiliki daya guna tinggi, namun
kenyataanya SDM masyarakat setempat masih rendah sehingga masih
banyak yang tidak peduli dengan mafaat infrastruktur pariwisata.
Bangunan infrastruktur penunjang yang seharusnya dapat meningkatkan
nilai tambah bagi obyek wisata justru berbalik menjadi unsur yang sangat
mengurangi dan merugikan nilai estetis obyek wisata Pulau Tiban.
Untuk pengembangan pariwisata kabupaten kendal dibutuhkan
infrastruktur penujang wisata dengan meningkatkan kualitas infrastruktur
yang sudah ada serta penyediaan infrastruktur sesuai dengan kebutuhan,
seperti sarana jalan, transportasi, listrik, air bersih, akomodasi, musholla,
lahan parkir, tempat perbelanjaan oleh-oleh, makanan dan minuman dan
sebagainya.
17
Berdasarkan penjelasan mengenai gambaran keadaan obyek wisata
pulau tiban serta faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan
infrastruktur penunjang wisata Pulau Tiban, dapat diperoleh analisis
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta ancaman
yang dimiliki oleh Pulau Tiban dalam pengembangan infrastruktur
penunjang pariwisata.
Analisis SWOT ini digunakan untuk menentukan strategi dalam
pengembangan infrastruktur kawasan wisata Pulau Tiban.
18
Strategi Pengembangan Infrastruktur Penunjang
Wisata di Pulau Tiban
STRENGTHS WEAKNESS
1. Meningkatkan penataan fasilitas, 1. Meningkatkan kesadaran
kualitas, dan sarana penunjang masyarakat dan
wisata. melibatkannya dalam
2. Peningkatan pelayanan memelihara dan merawat
infrastruktur yang sampai dengan sarana dan prasarana wisata.
destinasi wisata sehingga 2. Mewujudkan kerjasama dan
OPPOR pegembangan obyek wiasata membetuk kebijakan
TUNITIES lebih cepat tercapai. pengembangan pariwisata
3. Mengoptimalkan fungsi yang terencana dan terpaadu
transportasi menuju obyek wisata secara berkesinambungan.
Pulau Tiban, sehinggan 3. Pengembangan infrastruktur
wisatawan merasa aman dan pendukung lainya untuk
nyaman. percepatan pengembangan
destinasi pulau tiban.
PERUMUSAN STRATEGI
Perumusan strategi pengembangan infrastruktur desa kartika jaya dalam
meningkatkan kualitas pariwisata dirumuskan mengacu pada kebijakan
pemerintah daerah, hasil kajian dan analisis SWOT diatas.
Adapun perumusan strategi tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut :
a. Penyediaan dan peningkatan kualitas infrastrukur desa karika jaya.
Penyediaan infrastruktur untuk menigkatkan kulaitas pariwisata dalam hali ini
adalah faktor pendukung utama. Disamping itu kualitas infrastruktur juga
menentukan tingkat kualitas pariwisata pulau tiban di desa kartika jaya.
19
Infrastruktur yang perlu untuk diadakan dan ditingkatkan diantaranya :
Perbaikan dan pengembangan jalan raya yang rusak serta melakukan
lebaran jalan yang sempit agar pengunjung wisata dan masyarakat dapat
dengan nyaman melakukan perjalanan.
Pembenahan darmaga penyebrangan wisata ke pulau tiban dengan
konsep yang minimalis namun memiliki keindahan dan standar
keselamatan.
Pengadaan tempat pelayanan kesehatan yang terpadu untuk memberi
kesejahrteraan masyarakat maupun pengunjung wisata yang
membutuhkan layanan kesehatan.
Membangun sistem pembuangan air limbah.
Air limbah untuk dipisahkan dan dibuatkan pembuangan yang aman. Air
cuci, air mandi serta limbah dapur dibuat saluran khusus, limbah toilet
karus langsing masuk kedalam septic tank agar tidak mencemari
lingkungan.
Diadakan sarana wisata seperti akomodasi penginapan, tempat makan
dan minum, sarana tranportasi, tempat penjualan cindera mata, atm,
layanan informasi wisata yang lebih bagus, musholla yang nyaman,
tempat parkir dan fasilitas lainnya yang diperlukan wisatawan untuk
kenyamanan dalam berwisata.
b. Meningkatkan kualitas infrastruktur penujang wisata.
Prasarana penunjang juga perlu perhatian khusus dalam penetuan kualitas
pariwisata. Di kawasan pulau tiban banyak sekali sarana penunjang wisata
yang harus di adakan dan ditingkatkan kulalitasnya. Pengadaan infrastruktur
tanpa pemeliharaan juga tidak berarti. Kenayakan fasilitas wisata yang ada di
pantai tiban tidak terawat dan terpelihara dengan baik sehingga masa pakai
menjadi singkat bahkan dtdak dapat dipakai lagi. Oleh karena itu perawatan
dan pemeliharaan penting dilakukan agar dapat menjaga kualitas sarana yang
sudah ada dukungan anggaran pun juga penting.
20
Strategi peningkatan kualitas infrastruktur penunjang wisata dalah
sebagai berikut :
Melakukan perbaikan dan membangun kembali fasilitas wisata yang sudah
rusak seperti toilet, musolla, bangku pengunjung.
Melakukan pengecatan pada fasilitas wisata agar tidak teroksidasi oleh
angin laut.
Menjaga kebersihan fasilitas wisata.
Melakukan perawata secara berkala dan berkesinambunagn.
Menjaga kebersihan dan keindahan area wisata.
Memperluas jaringan air besih dan listrik sampai di pulau tiban.
Pemeintah mendukung kelangsungan wisata di desa kartika jaya dan
pulau tiban dengan membeikan pendampingan untuk peningkatan mutu
SDM agar dapat mengelola destinasi wisata dengan professional, juga
memberikan bantuan dana dalam pengadaan dan pemeliharaan sarana
wisata.
c. Meningkatkan kesaadaran mayarakat dan melibatkanya dalam menjaga
dan memelihara sarana penunjang pariwisata.
Masyarakat merupakan salah satu elemen penting yang harus dilibatkan
dalam pengembangan pariwisata. Keterlibatan masyarakat dalam
penembanga ini adalah masyarakat mendukung dan sadar serta memiliki
tanggung jawab yang tinggi dalam menjaga dan memelihara sarana
penunjang pariwiata yang ada di desa kartika jaya dan pulau tiban.
pelibatan masyarakat dapat dilakukan melalui bebrapa tahapan sebagai
berikut:
Pegelola atau perwakilan desa kartika jaya melakukan pendekatan
kepada perkumpulan masyarakat untuk memberikan sosialisasi
pemahaman tentang pemerilaharaan kawasan wisara berikut fasilitas
wisata, sehingga masyarakat memiliki perasaan memiliki kawasan wisata
dan memelihara fasilitas yang ada.
21
Mengadakan pertemuan rutin dengan mengundang perwakilan kelompok
forum yang ada untuk berdiskusi bertsama untuk rencana program
pembangunan infrastruktur wisata.
Memfasilitasi masyarakat untuk melakukan kerja bakti bersama di dalam
kawasan wisata.
Melibatkan masyarakat sebagai pengelola dan atau mengisi pekerjaan
yan ada di kawasan wisata pulau tiban.
d. Membentuk dan meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dan
swasta.
Pemerintah dalam pemangku kepentingan daerah perlu melakukan kerja
sama dengan pihak swasta guna memberikan kesempatan untuk melakukan
investasi. Dengan adanya investor yang masuk di desa kartika jaya maka
pembengunan pariwisata di seda ini akan sangat cepat berkembang.
Pemerintah daerah berkewajiban melaksanakan koordinasi, perencanaan dan
pelaksanaan serta monitoring pengembangan sarana dan prasarana penunjang
wisata serta meningkatkan keterpaduan antara perencanaan pengembang
wilayah yang mampu menjadi penggerak perekonomian daerah secara
berkesinambungan, dengan demikian keterpaduan antar sektoral dapat
terwujud, sehingga seluruh lembaga yang ada berjalan secara
berkesinambungan.
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
24