Anda di halaman 1dari 171

1.

PT ANGKASA PURA 1
Sejarah PT Angkasa Pura I (Persero) – atau dikenal juga dengan Angkasa Pura Airports -

sebagai pelopor pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di Indonesia bermula sejak

tahun 1962. Ketika itu Presiden RI Soekarno baru kembali dari Amerika Serikat.

Beliau menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan

Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan lapangan terbang di negara

maju.

Tanggal 15 November 1962 terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang

Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya adalah untuk

mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran di Jakarta yang saat itu

merupakan satu-satunya bandar udara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke

luar negeri selain penerbangan domestik.

Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN

Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional

Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta dari Pemerintah RI. Tanggal 20 Februari 1964 itulah

yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi perusahaan.


Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1965 tentang Perubahan dan

Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama

menjadi PN Angkasa Pura, dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola

bandar udara lain di wilayah Indonesia.

Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai (Denpasar), Pelabuhan Udara Halim
Perdanakusumah (Jakarta), Pelabuhan Udara Polonia (Medan), Pelabuhan Udara Juanda

(Surabaya), Pelabuhan Udara Sepinggan (Balikpapan), dan Pelabuhan Udara Hasanuddin

(Ujungpandang) kemudian berada dalam pengelolaan PN Angkasa Pura. Selanjutnya,

berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1974, status badan hukum perusahaan diubah menjadi

Perusahaan Umum (Perum).

Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara, berdasarkan PP Nomor 25

Tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986, nama Perum Angkasa Pura diubah menjadi Perusahaan

Umum Angkasa Pura I. Hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II yang

sebelumnya bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng, secara khusus bertugas

untuk mengelola Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.

Kemudian, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perum diubah menjadi Perseroan

Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia sehingga

namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero). Saat ini, Angkasa Pura Airports mengelola

13 tiga belas) bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia,


yaitu:

1.Bandara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar


Bandara Ngurah Rai Bali merupakan Bandara terbesar yang dikelola oleh Angkasa Pura
Airport. Amgkasa Pura Airport atau PT Angkasa Pura I (Persero) adalah BUMN yang bergerak
dibidang Pengelolaan Jasa Kebandarudaraan. Angkasa Pura Airport mengelola 13 Bandar Udara
yang tersebar di kawasan Tengah dan Timur Indonesia. Sebagai satu-satunya Bandara di Pulau
Bali, menjadikan Bandara Ngurah Rai sebagai Pintu Gerbang utama menuju Wilayah Tengah
dan Timur Indonesia.Bandara Ngurah Rai dibangun pada tahun 1930 oleh Departement Voor
Verkeer en Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip
sepanjang 700m dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya
berada di Desa tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan Udara
Tuban.

Bidang Usaha Bandara Ngurah Rai

PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah
perusahaan penyedia jasa kebandarudaraan (airports services). Terbagi atas 2 bidang usaha yaitu
Jasa Aeronautika dan Jasa Non-Aeronautika.

Jasa Aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan
penumpang, yang terdiri dari:

 Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara. Pelayanan
yang diberikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir pesawat (apron). Apron di Bandar
Udara I Gusti Ngurah Rai dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
 Apron Utara, seluas 300.200 M2. Memiliki daya tampung 37 parking stand yang
diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight). Mampu melayani pesawat
berbadan lebar (wide body) dengan type terbesar B747 seri 400;
Apron Selatan, seluas 74.125 M2. Memiliki daya tampung 16 parking stand.
Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled flight) dan charter.
Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body).
 Passenger Processing, adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang diberikan oleh PT
Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali adalah dengan
menyediakan gedung terminal penumpang berserta fasilitas penunjang lainnya seperti
fasilitas check in, transit, boarding dan trolley.
 Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
o Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta penumpang per
tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata
o Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta penumpang
per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.

Jasa Non-Aeronautika, adalah jasa layanan pendukung kebutuhan perusahaan penerbangan dan
penumpang. Dalam pemenuhannya PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara I Gusti
Ngurah Rai Bali bekerja sama dengan mitra usaha. Bidang usaha ini dapat dibagi menjadi 6
bagian, antara lain:

 Food and Beverages, jasa layanan penyedia makanan dan minuman, baik di dalam
maupun di luar terminal penumpang.
 Retail, layanan jasa penyedia perbelanjaan untuk kebutuhan penumpang (souvenir, buku,
dll), termasuk di dalamnya duty free shops.
 Advertising, layanan jasa penyedia ruang iklan sebagai media promosi dan publikasi.
 Property, layanan jasa penyedia sewa ruang usaha (space), di lingkungan Bandar Udara I
Gusti Ngurah Rai.
 Parkir Kendaraan, layanan jasa penyedia area parkir kendaraan penumpang maupun
penjemput dan pengantar. Terdiri dari gedung parkir 5 lantai dengan kapasitas 1.600 unit
kendaraan roda 4 dan lahan parkir yang mampu penampung 1.963 unit.
 Cargo Service, layanan pengelolaan pengiriman barang.

Fasilitas Bandara Ngurah Rai

Landasan Pacu
Berukuran 45 M x 3.000 M dengan konstruksi perkerasan beton dan aspal, PCN 83/F/C/X/T,
dapat digunakan pesawat kelas B 747-400 untuk menempuh jarak setara Denpasar – Tokyo tanpa
pembatasan beban.

Fasilitas Sisi Udara

 Aerodome Refference Code : 4E


 Runway Operation Category : Cat I
 Dimensi Runway : (3.000 x 45) M
 Runway Strip : (3.120 x 300) M
 Taxiway

–Perpendicular : 5
– Dimensi : 3 x (148,5 x 23) M (600 x 23) M (600 x 23) M
–Rapid Exit : 2
– Dimensi : 2 x (237,62 x 23) M

 Apron

 F1 : 9 ( F1 = B-747, A-300, A-330, A-340, B-777)


 F2 : 4 ( F2 = DC-10, A-310, A-320, A-319, MD-11, B-767)
 F3 : 25 ( F3 = B-737, DC-9, Fokker-100, MD-82, MD-90)
 F4 : – ( F4 = Fokker-50, Fokker-28, Fokker 27, Cassa-212, ATR-42, ATR-72)

Luas Apron : 269.367 M²


 Apron Cargo : Gabungan dengan pesawat penumpang
 Fire Fighting Category : Cat – IX
 Helipad : 675 M²
 Lahan GSE : 24.490 M²

Fasilitas Sisi Darat

 Terminal Penumpang Internasional : 65.898,5 M²


 Terminal Penumpang Domestik : 14.791,86 M²
 Parkir Kendaraan : 51.348 M²
 VIP I : 633 M²
 VIP II : 400 M²
 Cargo International Area : 3.708 M²
 Cargo Domestik Area : 2.574 M²
 Inflight Catering : 5.720 M² (PT. Angkasa Citra Sarana / ACS)
 Inflight Catering II : 3.040 M² (PT. Jasapura Angkasa Boga)
 Aircraft Refueling Capacity : (PT. Pertamina (Persero))
 3 Buah Tangki Pendam : 6.481.000 liter
 3 Buah Tangki Pendam : 13.528.000 liter
 Fasilitas Search&Rescue (SAR) : Tersedia
 Trolley : Tersedia

Landasan – taxi
Beberapa “landasan – taxi – keluar” dan “landasan – taxi – sejajar” dengan konstruksi aspal dan
beton meningkatkan kapasitas landasan pacu.

Pelataran Parkir Pesawat


Kapasitas Pelataran Parkir Pesawat adalah 7 posisi pesawat kelas B 747-400,6 posisi pesawat
kelas A 320, dan 25 posisi untuk kelas B 737, (dalam waktu bersamaan).

Helipad
Untuk pendaratan helikopter, tersedia tiga buah helipad.
Depot Pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara (DPPU).
Tersedia fasilitas DPPU dengan kapasitas simpan 6.540 kiloliter yang dioperasikan oleh
Pertamina untuk pelayanan pengisian BBM bagi pesawat udara, baik dengan menggunakan
hidran maupun kendaraan tanki, jenis bahan bakar avtur dan avigas.

Unit Pertolongan Kecelakaan


Tersedia Unit Pertolongan Kecelaka-an Penerbangan & Pemadam Kebakaran (PKP&PK) dengan
peralatan yang lengkap sesuai dengan Katagori 9 menurut persyaratan ICAO.

Penghargaan Yang Diperoleh Bandara Ngurah Rai :

 Penghargaan pelayanan publik dari departemen perhubungan tanggal 6 september 2005


 Bumn terbaik 2005 kategori infrastruktur, konstruksi, perhubungan dan kawasan industri
oleh investor (media investasi & keuangan)
 Bandara internasional terbaik di indonesia dari aspek keamanan & keselamatan tahun
2007 yang diberikan oleh departemen perhubungan republik indonesia.
 Peringkat satu dalam penyediaan dan pengelolaan toilet umum bersih tahun 2007 yang
diberikan oleh menteri kebudayaan dan pariwisata sebagai bandar udara internasional
terbersih.
 Penilaian unit pelayanan publik di lingkungan departemen perhubungan tahun 2007
 Wajib pajak terbaik kabupaten badung tahun 2007 (best region tax-payer of badung
regency year 2007)
 Penghargaan kecelakan nihil (zero accident) dalam melaksanakan program kesehatan dan
keselamatan kerja tahun 2008 yang diberikan oleh departemen tenaga kerja &
transmigrasi.
 Bandara berkinerja terbaik 2007 kategori Bandara Growth dan Take Off yang diberikan
oleh Direktur Utama PT. (Persero) Angkasa Pura I.
Penghargaan citra pelayanan prima pada tahun 2008 diberikan oleh MENPAN.
2. Bandara Juanda - Surabaya

Bandara Internasional Juanda, adalah bandar udara internasional yang melayani kota
Surabaya, Jawa Timur dan sekitarnya. Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten
Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh
PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri terakhir
Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda
adalah bandara terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-
Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang.

Bandara yang baru ini memiliki 11 airbridge atau garbarata. Bandara Juanda yang baru sudah
dioperasikan mulai dari tanggal 07 November 2006, walaupun baru diresmikan pada tanggal 11
November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Bandara Juanda baru terdiri dari
tiga lantai.

Mulain tanggal 14 Pebruari 2014 Terminal 2 (T2) Bandara Juanda Surabaya mulai dioperasikan.
Terminal 2 atau T2 Juanda adalah terminal lama Bandara Juanda yang telah direnovasi. T2
Bandara Juanda dipakai untuk semua penerbangan internasional dan sebagian domestik yaitu
untuk maskapai Garuda Indonesia, AirAsia dan Mandala Tiger.

Untuk lebih detilnya berikut ini letak dari beberapa maskapai penerbangan yang menempati T2
Juanda :

T2 Internasional

 Lion Air (Singapore)


 China Airlines
 Singapore Airlines
 Eva Air
 Cathay Pasific
 Jetstar / Value Air
 Garuda Indonesia

T2 Domestik

 Garuda Indonesia
 AirAsia
 Mandala Tiger

Sedangkan maskapai penerbangan yang masih menempati Terminal 1 atau T1 Bandara Juanda
adalah :

 Citilink Domestik
 Sriwijaya Domestik
 Batik Air Domestik
 Lion Air Domestik

Spesifikasi Bandara Juanda

 Name : Juanda International Airport


 Coordinates : 7° 22? 53? South, 112° 46? 34? East
 Distance from City : 20 Km
 Location Indicator : WARR / SUB
 Operating Hours : 06:00 – 24:00 Local Time (24 Hour on Request)
 Navigational Aids : NDB, ILS, DVOR/DME, Outer Marker, REXISTr (ASR & SSR),
RVR
 Rescue & Fire Fighting Service : CAT – 8 and Salvage equipment for Disabled Aircraft
 Runway Name : R10 / R28
Magnetic Angle 279 – 099
Dimension 3000 m x 45 m
Strengths PCN 83 F/D/X/T
Surface ASPHALT Concrete
 Runway Strip, Surface Rumput bergradasi, Wide 3200 x 300 m
 Nav Aid VOR/DME/NDB/ILS-Localizer/ILS-Glidepath/Middle Marker/ATIS.
 Vis. App. Aid PALS cat. 1 RWY 10, PALS & MALS RWY 28, PAPI
 Stand by Power 6000 KVA
 Apron Strengths : PCN 73 F/C/J
 Surface Concrete Rigid 124 M x 1036.5 M
 Taxiway Strengths : PCN 73 R/C/X/Y
Surface BETON
Wide N1 : 192 X 30 M
N2 : 358 X 30 M
N3 : 522 X 30 M
N4 : 360 X 30 M
N5 : 315 X 30 M
N6 : 641 X 30 M
N7 : 207 X 30 M
NP1 : 633 X 30 M
NP2 : 2848 X 30 M
 Stopway dan RESA, Surface Asphalt Concrete, Strength 83 F/D/X/T
 Parking Stand Kondisi Parking stand Temporary Bandara Juanda (Narrow Body Priority)
o 1,2,3,4,5A,5B,6,7,8,9,10,10A,11,12,T13,T14,T15,T16,T17,T18,18,19,20,21,22,2
3,24 Total 27 PS
o 25,26,27 untuk H1,H2,H3,H4 Total 4 Heli
o Yang terdiri dari 7 Aviobridge, 20 manual (remote), 4 Heli, 2 Wide body, 25
Narrow Body, 4 Heli
 Kondisi Parking stand Temporary Bandara Juanda (Wide Body Priority)
o 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,T16,T17,T18,18,19,20,21,22,23,24 Total 24 PS
o 25,26,27 untuk H1,H2,H3,H4 Total 4 Heli
o Yang terdiri dari 9 Aviobridge, 15 manual (remote) 4 Heli
o 7 Wide Body , 17 Narrow Body, 4 Heli
 Terminal
Terminal Domestik : 31.200 M2
Terminal Internasional : 22.400 M2
Terminal Cargo : 16.900 M2
Check-in Counter International : 25 (MUCS)
Domestic : 39 (MUCS)
Lounges Cek in Counter
International : 1255 M² (615 PAX)
Domestic : 1606 M² (787 PAX)
 Boarding / waiting
International : 2005 M² (983 PAX)
Domestic : 4525 M² (2218 PAX)
Arrival
International : 2008 M² (984 PAX)
Domestic : 2130 M² (1044 PAX)
 Parking Area Car : 27600 M² (1332 Car)
Motorbike : 2500 M² (900 Motorbike)
 Immigration Counters Departure : 6 Units
Arrival : VOA 2 Units
Non VOA 10 Units
3. Bandara Sultan Hasanuddin - Makassar

Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (bahasa Inggris: Sultan Hasanuddin


International Airport) (IATA: UPG, ICAO: WAAA) bandara ini bernama Lapangan Terbang
Kadieng terletak 30 km dari Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan. Bandara ini mempunyai
dua landasan pacu, yang pertama sepanjang 3.100 m x 45 m dan yang kedua 2.500 m x 45 m.
Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I.

Meskipun berstatus bandara internasional, sejak 28 Oktober 2006 hingga Juli 2008 sempat tidak
ada rute internasional kecuali penerbangan haji setelah rute internasional terakhir Hasanuddin,
Makassar-Singapura ditutup Garuda Indonesia karena merugi. Sebelumnya, Silk Air dan
Malaysia Airlines telah terlebih dahulu menutup jalur internasional mereka ke Hasanuddin. [1][2]
Air Asia membuka kembali rute Makassar-Kuala Lumpur mulai 25 Juli 2008. Disusul kemudian
Garuda Indonesia membuka kembali penerbangan langsung Makassar-Singapura mulai 1 Juni
2011.

Bandara ini mengalami proses perluasan dan pengembangan yang dimulai tahun 2004 dan
direncanakan selesai pada tahun 2009. Antara bagian dari pengembangan adalah terminal
penumpang baru berkapasitas 7 juta penumpang per tahun, apron (lapangan parkir pesawat) yang
berkapasitas tujuh pesawat berbadan lebar, landas pacu baru sepanjang 3.100 meter x 45 meter,
serta taxiway. Pengoperasian terminal baru dimulai pada 4 Agustus 2008 dengan menggunakan
landas pacu lama karena landas pacu baru masih sedang dikerjakan.

Sekarang, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Sudah Mengoperasikan Apron baru,
landas pacu terbaru serta 1 buah taxiway.[3]. Perpanjangan landasan tahap 2 dari 3,100 meter
menjadi 3,500 meter akan mulai dilaksanakan antara akhir tahun 2011 atau awal 2012, setelah
pembebasan lahan terlaksanakan. Perpanjangan landasan ini ditujukan agar kedepannya dapat
didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 secara maksimal.

4. Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan - Balikpapan

Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (IATA: BPN,
ICAO: WALL), dikenal juga dengan Bandar Udara Sepinggan, adalah bandar udara yang
melayani penerbangan untuk Kota Balikpapan, Kalimantan Timur dan diproyeksikan menjadi
gerbang utama menuju ibu kota negara yang baru.[1] Bandar udara ini dioperasikan oleh PT.
Angkasa Pura I dan dibuka pada tanggal 6 Agustus 1997.

Bandara ini memiliki luas 300 hektar dan merupakan bandar udara ke-4 terbesar dari 13 bandara
yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Rencana pengembangan pada lahan-lahan yang tersedia di
sekitar bandara ini terus dilaksanakan, antara lain hotel transit meeting room, restoran dan mini.
Sejarah

Terminal baru bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang sedang dalam tahap
konstruksi, namun masih selalu terendam banjir. [2][3]

Pesawat melintas di atas lalu lintas Jalan Mulawarman ketika akan mendarat.
Lion Air melintas di atas rumah warga.

Pembangunan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan telah
dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sebelum waktu kemerdekaan Indonesia. Itu digunakan
terutama untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda di daerah Balikpapan. Bandar udara ini
menjadi bandara sipil setelah pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Republik Indonesia pada tahun 1960. Bandar udara ini akhirnya dikelola
oleh Perum Angkasa Pura I (sekarang PT Angkasa Pura I) sesuai dengan Peraturan Pemerintah
(PP) No.1 pada tanggal 9 Januari 1987.

Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan telah direnovasi dua
kali selama 1991 sampai 1997. Fase pertama dimulai pada tahun 1991 dan berakhir pada tahun
1994, untuk merenovasi taxiway, terminal penumpang dan kargo dan juga memperpanjang
landasan pacu. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia mengumumkan Bandar Udara
Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sebagai bandara kelima di Indonesia
yang melayani embarkasi haji untuk wilayah Kalimantan yang terdiri dari provinsi Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Fase kedua renovasi terjadi pada tahun 1996 untuk merenovasi hanggar, depot bahan bakar, dan
gedung administrasi. Fase kedua selesai dan bandara akhirnya mulai era baru operasionalnya
dengan bangunan dan fasilitas baru pada tahun 1997.

Maskapai dan tujuan

Beberapa maskapai yang dilayani bandara ini adalah:

Maskapai Tujuan

Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—


Batik Air
Hatta, Tarakan

Citilink Banyuwangi, Denpasar/Bali, Makassar, Surabaya, Yogyakarta–Adisutjipto

Banjarmasin, Berau, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Maratua,


Garuda Indonesia Palangkaraya, Pontianak, Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto
Musiman: Jeddah, Madinah.

Banjarmasin, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Makassar, Manado,


Lion Air Palu, Pontianak, Semarang, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto
Musiman: Jeddah, Madinah

NAM Air Banjarmasin, Berau, Malinau, Tanjung Selor

Pelita Air Service Bontang

RB Fly
dioperasikan oleh Bandar Seri Begawan
Malindo Air

SilkAir Singapura

Sriwijaya Air Banjarmasin, Berau, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Palu, Surabaya,


Maskapai Tujuan

Tarakan, Yogyakarta–Adisutjipto

TransNusa Banjarmasin, Berau, Makassar, Palangkaraya, Palu, Tarakan

Wings Air Banjarmasin, Berau, Malinau, Mamuju, Palangkaraya, Tanjung Selor

XpressAir Melak

Kargo
Maskapai Tujuan

Cardig Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Singapura

My Indo Airlines Jakarta—Soekarno—Hatta, Singapura

Tri-MG Intra Asia Airlines Jakarta—Halim Perdanakusuma, Singapura

Transportasi Darat

Jalan Tol

Jalan Tol Balikpapan-Samarinda tersambung ke bandara.

Kecelakaan dan insiden

 Pada tanggal 25 Mei 2017, Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman
Sepinggan berhenti beroperasi karena landasan pacu amblas dan retak.
 Pada tanggal 30 Maret 2017, salah satu pesawat kehilangan kontak visual dengan bandar
udara saat akan mendarat. Seluruh penumpang dikabarkan mendarat dengan selamat di
Bandara Tarakan.
 Pada tanggal 5 Februari 2017, pesawat Sriwijaya Air yang sudah akan lepas landas
spontan membatalkan penerbangannya. Sebagian penumpang merasa mual.
 Pada tanggal 11 Januari 2017, pesawat Lion Air yang sudah melaju lepas landas tersendat
hingga dua kali dan terhenti di landasan pacu. Banyak penumpang yang mengumpat
karena gagal terbang.
 Pada tanggal 18 November 2016, pesawat Sriwijaya Air diterjang truk bandar udara
hingga badan pesawat bolong dan robek.
 Pada tanggal 1 November 2016, kru Garuda Indonesia kehilangan kontak visual dengan
bandar udara saat berupaya mendarat, pesawat Garuda Indonesia berputar-putar hingga 1
jam lamanya. Sedangkan landasan pacu dan bandar udara terendam banjir serta lumpur
secara merata. Untungnya pesawat mampu mendarat ke Bandara Internasional
Hasanuddin Makassar satu jam berikutnya, seluruh penumpang dikabarkan selamat.
Pesawat lain yang sudah mengudara tidak jadi mendarat dan kembali lagi, penerbangan
bandar udara lantas ditutup selama 3 jam.
 Pada tanggal 14 Juli 2016, pesawat Sriwijaya Air yang baru saja lepas landas nyaris
kecelakaan. Terjadi kerusakan pada kabin, gangguan indikator mesin diperparah dengan
tergoncangnya pesawat, lantas meminta izin pendaratan darurat. Sebagian penumpang
cedera, juga hidung berdarah (mimisan) bahkan hingga jatuh pingsan. Selain itu
penumpang lainnya menderita telinga berdengung sehingga segera dirawat dan
dilaksanakan pemeriksaan lanjutan. Tatkala musibah terjadi seluruh penumpang panik,
dokter pelabuhan mengatakan sebenarnya masih banyak penumpang yang menjadi
korban. Apalagi peristiwa naas ini menimbulkan trauma, namun para penumpang lainnya
tidak diarahkan dan tidak dipedulikan.
 Pada tanggal 7 November 2014, pesawat Lion Air ditabrak tangga bandar udara hingga
ekor pesawat terpotong.
 Pada tanggal 7 Agustus 2013, cuaca di Kota Balikpapan yang buruk memaksa helikopter
PT Intan Angkasa Airline Servis tujuan bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman
berputar-putar cukup lama di atas rumah warga. Warga setempat mengira helikopter
bakal jatuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pilot mengaku bingung harus mendarat di
mana, karena jarak pandang sangat minim. Pada jam 12 siang, helikopter mendarat
darurat di sebuah lapangan kecil di tengah permukiman warga. Beruntung tidak ada
korban jiwa dalam kejadian ini.
 Pada tanggal 12 Maret 2012, keempat ban belakang dari pesawat Batavia Air nomor
penerbangan Y6-883 yang transit ke Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan terperosok sedalam setengah meter karena amblasnya aspal
landasan pacu ketika mendarat. Akibatnya, bandar udara ini ditutup hingga 2 jam. Empat
penerbangan kemudian beralih mendarat menuju Bandara Banjarmasin, beberapa
penerbangan lainnya batal mendarat dan menunda keberangkatan. Pesawat baru
dievakuasi keesokan harinya.
 Pada tanggal 23 Oktober 2011, Lion Air nomor penerbangan JT-673 transit ke bandar
udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, keluar dari landasan pacu menuju semak-semak
sejauh 15 meter ketika mendarat. Sebelum keluar dari landasan pacu, pesawat sudah
mengerem sebanyak tiga kali. Keempat ban belakang pesawat juga terperosok ke dalam
tanah sedalam setengah meter. Akibatnya bandar udara ini sepenuhnya ditutup hingga 8
jam lebih. Penerbangan dari Jakarta, Surabaya dan Manado beralih mendarat ke Bandara
Banjarmasin dan Bandara Internasional Hasanuddin Makassar, beberapa penerbangan
lainnya batal mendarat dan menunda keberangkatan. Pesawat baru dievakuasi keesokan
harinya. Petugas maskapai Lion Air di Surabaya menjelaskan insiden ini bukan
disebabkan karena maskapainya, melainkan bandaranya sehingga percuma berganti
maskapai.[23] Beberapa tahun sebelumnya maskapai Garuda Indonesia dan Batavia Air
juga keluar dari landasan pacu masing-masing sejauh 90 meter dan 45 meter.
 Pada tanggal 13 November 2007, sesaat dari bandar udara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman, helikopter PT Asko jatuh terhempas di kawasan perbukitan Kota Balikpapan.
Helikopter rusak parah yakni baling-baling dan ekor patah, sementara pilot dan co-pilot
mengalami luka-luka dan shok. Helikopter tersebut baru dievakuasi 2 hari kemudian.[28]
 Pada tanggal 19 Februari 2006, pesawat Batavia Air nomor penerbangan P-7261
terjerembab keluar dari landasan pacu sejauh 20 meter mendekati pagar pembatas
bandara ketika mendarat. Menurut berbagai saksi, pesawat tersebut tidak mengalami
kerusakan mesin ataupun human error, dan mendarat secara sempurna. Namun beberapa
saat setelah mendarat, pesawat kehilangan kendali, langsung miring dan bablas masuk
zona hijau. Kecelakaan ini dinyatakan oleh PT Angkasa Pura I nyaris mengulangi tragedi
Lion Air di Solo akhir 2004 silam. Akibatnya Bandar Udara Internasional Sultan Aji
Muhammad Sulaiman Sepinggan ditutup hingga 3 jam dan semua penerbangan beralih
mendarat ke Bandara Banjarmasin. Pesawat Adam Air yang sudah terbang setengah jam
menuju bandar udara ini kembali lagi ke Jakarta. Hingga keesokan harinya pesawat
belum dievakuasi.

Kebisingan

Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dituntut warga
Sepinggan karena tingkat kebisingan yang tinggi. [34] Studi Universitas Indonesia menyatakan
kebisingan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
mengakibatkan 9% penduduk Sepinggan dan Gunung Bahagia menderita ketulian dan sulit
berkomunikasi. Mayoritas mengalami sulit tidur, berkomunikasi dan pendengaran. Seluruh
responden warga Sepinggan dan Gunung Bahagia merasa terganggu dan tidak nyaman. [35]
Kebisingan juga mengakibatkan warga di sekitar bandar udara mengeluarkan biaya kesehatan
hingga Rp 500.000,00 per tahunnya yang mana biayanya akan meningkat lagi saat musim haji.

Studi Institut Teknologi Sepuluh Nopember juga menegaskan, kebisingan Bandar Udara
Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sudah kelewat batas (bertentangan
dengan Peraturan Pemerintah 40/2012) serta merugikan penduduk Balikpapan di wilayah
Sepinggan, Balikpapan Selatan karena kawasan pemukiman penduduk menjadi tidak layak
ditinggali dalam jangka pendek maupun panjang.

5. Bandara Frans Kaisiepo - Biak


Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo adalah Bandar udara internasional yang terletak di
Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada masa
penjajahan Belanda di Indonesia dan pada masa Pembebasan Irian Barat.

Landasan pacu yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan Belanda yang
dibangun pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandar udara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura I.

Bandar udara ini menempati posisi keempat sebagai bandara dengan landasan pacu terpanjang di
Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Hang Nadim di Batam, Bandar Udara
Internasional Kualanamu di Medan, dan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di
Tangerang.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Garuda Indonesia Jayapura, Makassar, Nabire, Timika

Lion Air Makassar, Surabaya

Sriwijaya Air Jayapura, Makassar

Susi Air Manokwari, Nabire, Serui

Trigana Air Service Jayapura, Serui

6. Bandara Sam Ratulangi - Manado


Triton Tours - Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado adalah bandar udara yang
terletak di Kecamatan Mapanget, Kota Manado. Awalnya bandara ini dibangun oleh Jepang pada
tahun 1942 dengan panjang runway 700 m dan lebar 23 m. Dizaman Jepang, bandara ini diberi
nama Lapangan Udara Mapanget. Sebagai bentuk penghargaan terhadap salah satu pahlawan
nasional yang berasal dari Minahasa yaitu Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, bandara
ini oleh pemerintah Indonesia dinamakan Bandar Udara Sam Ratulangi. Di bandara ini terdapat
berbagai fasilitas yang lengkap mulai dari restoran, toko souvenir, kafetaria, perbankan, pos,
toilet umum dan lainnya.
Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi merupakan bandara kelas IB yang difungsikan
sebagai bandara pengumpul skala sekunder. Bandara ini dapat didarati oleh pesawat jenis A300
dan Boeing 737. Maskapai domestik yang masih aktif beroperasi di bandara ini diantaranya
adalah Batik Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Wings Air dan Xpress Air,
sedangkan maskapai internasional yang masih aktif beroperasi adalah Silk Air.

Informasi Umum
IATA : MDC ICAO : WAMM
Provinsi : Sulawesi Utara
Alamat : Jl. A. A. Maramis, Kel. Paniki Bawah, Kec. Mapanget, Kota Manado,
Sulawesi Utara, 95256
Telepon : (0431) 8111449 Fax : (0431) 811595
Email : mdc@angkasapura1.co.id
Jarak : 13 KM From : Kota Manado
10,60 KM From Provincial : Kota Manado
Capital
From Country
2.184,48 KM : Jakarta
Capital
Ketinggian : 265,70 mdpl
Kategori : Bandara Internasional
Kelas : IB Pengelola : PT. Angkasa Pura I
Jam Operasional : 07:00 – 18:00 WITA
Jenis pesawat yang
: A-300, B-737
dioperasikan
Layanan LLU : -
Layanan Meteorologi : Ada
Layanan DPPU : Tidak Ada
Layanan Internet : Tidak Ada
Sistem Bandara
Hirarki : PS (Pengumpul Kelas Sekunder)
Klasifikasi : 4D
Peran Utama Bandara : 1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi
4. Prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara
Fungsi Bandara : 1. Sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
Sumber: http://www.hubud.dephub.go.id

7. Bandara Syamsudin Noor - Banjarmasin

Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor (Inggris: Syamsuddin Noor International Airport)
(IATA: BDJ, ICAO: WAOO) adalah bandar udara yang melayani Banjarmasin di Kalimantan
Selatan, Indonesia. Letaknya di Kelurahan Syamsudin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan atau 25 km sebelah tenggara dari pusat Kota Banjarmasin, kota
terbesar di Kalimantan, dan terletak 10 kilometer selatan-barat dari pusat Kota Banjarbaru.
Memiliki luas area 257 hektare. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1936 dengan nama
Lapangan Terbang Ulin. Pada tahun 1975 bandara ini resmi ditetapkan sebagai bandara sipil dan
diubah namanya menjadi bandara Syamsudin Noor. Pada tahun 2011, Bandara Syamsudin Noor
mempunyai terminal domestik dengan luas 9.943 m² dan dapat menangani 3.013.191
penumpang. Salah satu di depan terminal yang mampu menangani pesawat berukuran sedang
yaitu Boeing 737-400 dan satu di terminal yang baru mampu menampung Airbus A330-300, dan
Boeing 747-400. Baru-baru ini, pada saat selesainya ekspansi pada tahun 2004, bandara telah
berurusan dengan tuduhan mark up. Aspal yang lebih besar dihentikan sampai Angkasa Pura
telah membayar utang bandara kepada pemerintah. Secara historis, Boeing 767-300ER
merupakan pesawat berbadan lebar pertama yang mendarat di bandara ini pada tahun 2004. Pada
awal 2013, bandara ini melayani 5,5 juta penumpang, padahal kapasitasnya hanya untuk 4,0 juta
penumpang. Otoritas telah mengalokasikan dana sebesar Rp5,1 triliun ($2,2 miliar) untuk

pengembangan dan diprediksi akan selesai dalam akhir tahun 2014.

Sejarah

 25 Desember 1941, Jepang mengebom Lapangan Terbang Ulin.

Bandara ini dibangun kembali pada mulanya oleh pemerintahan pendudukan Jepang pada tahun
1944 dan terletak disebelah utara Jalan Jend. Ahmad Yani Km 25 Kecamatan Landasan
Ulin,Banjarbaru. Tepatnya pada posisi koordinat 03 270 S 114 450 E, serta pada masa itu hanya
memiliki ukuran landasan panjang 2.220 meter dan lebar 45 meter.

Berakhirnya masa pendudukan Jepang di tandai serangan Belanda yang kiat meningkat sehingga
bandar udara yang dibuat Jepang hancur luluh lantak di bombardir oleh tentara sekutu, kemudian
pada tahun 1948 landasan tersebut di renovasi oleh pemerintahan pendudukan Belanda (NICA)
dengan Pengerasan landasan udara dengan fondasi batu setebal 10 cm.

Setelah sekian lama di pakai Belanda dalam perkuatan armada udaranya akhirnya pada tanggal
1961 Belanda Jatuh ke tangan Indonesia itu terbukti Saat pengakuan Belanda dan Dunia
Internasional kepada kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat) , pengelolaan lapangan
terbang Ulin kemudian dilakukan oleh Pemerintah Daerah / Dinas Pekerjaan Umum, dan pada
Pemerintahan RI (khususnya Departemen Pertahanan Udara dalam hal ini TNI AU) kemudian
pada akhirnya pengelolaan ini dilimpahkan sepenuhnya kepada Kementrian Perhubungan
Jawatan Penerbangan Sipil.

Dalam masa pembangunan mengisi kemerdekaan maka pada tahun 1974 landasan pacunya telah
mampu didarati oleh pesawat udara jenis Fokker F-28, dan pada tahun 1977 diresmikan landasan
pacu yang baru terletak sekitar 80 meter sebelah utara landasan pacu yang lama dengan
kemampuan DC-9 terbatas.

Peranan Lapangan Terbang Ulin sudah cukup banyak dalam mendukung kegiatan operasi, baik
operasi Udara maupun operasi darat, tentu dengan kiprah Lapangan Terbang tersebut telah
membawa harum bagi daerah Kalimantan Selatan, namun keharuman itu belumlah lengkap
apabila sederetan Pahlawan Nasional Putra Kalimantan Selatan tidak diabadikan seperti
mencantumkan nama pahlawan melalui nama jalan, lambang satuan, nama gedung atau sarana
umum lainnya.

Guna mengenang kembali jasa para Pahlawan Nasional yang berasal dari daerah Kalimantan
Selatan, maka Pemerintah Daerah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan
mengusulkan agar Lapangan Terbang Ulin dapat digantikan dengan nama Pahlawan Nasional
asal Putra Daerah Kalimantan Selatan.

Sederetan nama Pahlawan Nasional baik dari kalangan militer maupun sipil mulai diusulkan,
semula diusulkan untuk mengganti nama Lapangan Terbang Ulin dengan Lapangan Terbang
Supadio mengingat Komodor Udara Supadio adalah Panglima Komando Lapangan Terbang
Kalimantan yang pertama namun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum menyetujuinya,
kemudian diusulkan kembali nama putera daerah yang banyak andil dalam menegakkan negeri
ini seperti Pangeran Antasari dan Sjamsudin Noor. Dari kedua nama Pahlawan Nasional tersebut
mulai diperdebatkan, mengingat nama satuan yang akan diberikan merupakan unsur dari
penerbangan, maka untuk mengenang kembali jasanya yang banyak dalam menegakkan dan
memajukan penerbangan Nasional di mana pengabdian dan pengorbanan tanpa pamrih dari
almarhum Letnan Udara Satu Anumerta Syamsudin Noor, maka Pimpinan Pangkalan Udara
Banjarmasin saat itu mengusulkan penggunaan nama Syamsudin Noor yang telah gugur dalam
menunaikan tugas negara, patut menjadi contoh suri tauladan bagi segenap putra Indonesia dan
warga AURI pada khususnya.

Atas pengorbanan dan jasa-jasa Letnan Udara Satu Anumerta Syamsudin Noor maka pimpinan
Lapangan Terbang Ulin mengusulkan nama Syamsudin Noor sebagai pengganti nama Lapangan
Terbang Ulin. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan pembicaraan antara Pimpinan
Lapangan Terbang Ulin dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan, setelah tercapai
kesepakatan dengan pemerintah daerah Kalimantan selatan yang tertuang dalam Surat Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan Nomor 4 / DPRD / KPT / 1970 Tanggal
13 Januari 1970 tentang Perubahan Nama Lapangan Terbang Ulin menjadi Bandara Syamsudin
Noor, maka diusulkan oleh Lapanga Terbang Ulin kepada pimpinan Angkatan Udara di Jakarta
untuk mengganti namanya menjadi Bandara Syamsudin Noor, maka berdasarkan surat keputusan
Kepala Staf Angkatan Udara No 29 Tanggal 21 Maret 1970 nama Lapangan Terbang Ulin secara
resmi diganti dengan nama Bandara Syamsudin Noor, berlaku mulai tanggal 9 April 1970.

Dengan perkembangan yang begitu pesat maka pada tahun 1975 telah ditetapkan bahwa
Lapangan Terbang Ulin sebagai lapangan terbang sipil yang dikuasai sepenuhnya oleh
Departemen Perhubungan melalui keputusan bersama Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Menteri Perhubungan RI dan Menteri Keuangan RI
Nomor : Kep / 30 / IX / 1975, No KM / 598 / 5 / Phb-75 dan No Kep. 927.a / MK / IV / 8 / 1975.

Pada masa pemerintahan Gubernur Syahriel Darham, Bandara Syamsudin Noor sudah mampu
didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti jenis Boeing 767, sehingga pengembangan kedepan
Bandara Syamsudin Noor akan ditingkatkan menjadi Bandara Internasional.

Maskapai dan tujuan


Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Citilink Semarang, Surabaya, Yogyakarta–Internasional


Maskapai Tujuan

Garuda Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda


Indonesia Haji: Jeddah

Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Kupang,


Lion Air Makassar, Mataram—Lombok, Samarinda, Semarang, Surabaya, Yogyakarta–
Adisutjipto

Balikpapan, Batulicin, Kotabaru, Pontianak, Samarinda, Sampit, Surabaya,


NAM Air
Surakarta/Solo

Sriwijaya Air Balikpapan, Makassar, Surabaya

Susi Air Muara Teweh, Kotabaru

TransNusa Balikpapan

Wings Air Balikpapan, Batulicin, Kotabaru, Makassar, Palangkaraya, Samarinda

Xpress Air Banyuwangi, Yogyakarta—Adisutjipto

Statistik

Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi

Frekuensi
Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan
(Mingguan)

1 Jakarta 98 Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air

2 Surabaya 84 Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air

3 Balikpapan 35 Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air,


Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi

Frekuensi
Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan
(Mingguan)

Wings Air

Kalstar Aviation, Johnlin Air Transport, Wings


4 Kotabaru 28
Air

5 Yogyakarta 21 Garuda Indonesia, Lion Air

6 Makassar 18 Sriwijaya Air, Wings Air

7 Pangkalan Bun 11 Kalstar, Trigana Air

8 Bandung 7 Lion Air

9 Semarang 7 Lion Air

10 Tanjung 7 Airfast Indonesia

11 Muara Teweh 7 Susi Air

12 Sampit 7 Kalstar Aviation

13 Palangkaraya 3 Susi Air

14 Hong Kong 4 Cathay Pasific

15 Kuala Lumpur 3 Malaysia Airlines


Penerbangan tersibuk keluar dari Bandara Syamsudin Noor berdasarkan frekuensi

Frekuensi
Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan
(Mingguan)

Bandar Seri
16 2 Royal Brunei Airlines
Begawan

17 Singapura 2 Silk Air

18 Taipe-Taoyuan 2 China Airlines

19 Guangzhou 2 China Southern Airlines

20 Kaohsiung 2 China Airlines

21 Jeddah 2 Saudi

Haji

Embarkasi Haji Banjarmasin dibuka pada tahun 2003. Selama musim haji, bandara ini melayani
jamaah haji dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah untuk penerbangan langsung ke
Jeddah dengan berhenti sebentar di Batam. Terminal haji dibangun dalam rangka untuk
mengkoordinasikan peziarah dan terletak di seberang bandara. Juga, bandara ini sejak 2010
adalah bandara haji tersibuk di Indonesia dengan jumlah wisatawan Haji terbesar daripada
provinsi lainnya di Indonesia.

Perluasan

Pada bulan Desember 2012, pembebasan lahan sudah mencapai sekitar 82 hektare dari 102
hektare atau 85 persen dari pembukaan lahan yang diperlukan untuk perluasan bandara telah
diperoleh Sementara itu, Humas PT Angkasa Pura I, Awaludin mengatakan dana yang sudah
dikeluarkan PT Angkasa Pura untuk membayar ganti rugi lahan sebesar Rp237,7 miliar dari
Rp290 miliar dana yang disiapkan. Artinya masih tersisa sebesar Rp57 miliar. Dana itulah yang
dititipkan ke pengadilan.[6]. hingga saat ini masih belum tuntas 100% baik pembebasan lahan dan
perbaikan terminal sehingga proyek dihentikan sementara waktu. 12 Maret 2014 mendatang,
peletakan groundbreaking perluasan bangunan Bandara Syamsudin Noor.

Tahapan Proyek Bandara Syamsudin Noor

Tahap Tahun Deskripsi Status

Pembangunan Terminal seluas 36.000 m2 yang dapat


I 2014 Ditunda
menangani 5 juta penumpang per tahun

Perluasan areal parkir


2014 Ditunda
seluas 36.153 m2

Pembangunan Terminal seluas 50.000 m2 yang dapat


II 2016 Ditunda
menangani 7 juta penumpang per tahun

Perluasan areal parkir


2016 Ditunda
seluas 54.000 m2

Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Dari Bandara


2013 Diproses
Syamsudin Noor Ke Kota Banjarmasin atau Sebaliknya

I 2015 Pembuatan Taxi Way Pararel Ditunda

Perpanjangan Runway sepanjang 700 Meter arah timur


2014 Ditunda
menjadi 3.200 Meter

Transportasi Darat

Taksi

Biasanya taksi ada sampai penerbangan terakhir. dan Perusahaan penyedia Jasa Taksi Yakni : -
Arya Taxi - Kojatas Taxi - Kopatas Taxi - Banua Taxi - Banjar Taxi - Borneo Taxi - Angkutan
Kota dengan tujuan : Banjarmasin KM 6, Gambut, Banjarbaru, dan Martapura. Dan rencana pada
tahun 2015, Damri akan membuka rute bus dari Bandara menuju Kota Banjarmasin dengan
mengoperasikan 6 bus sedang.

Permasalahan

Pada terminal keberangkatan sudah penuh sesak dengan dengan penumpang lain, dan saat
bersamaan banyak pula jamaah umroh kembali ke tanah air sehingga membuat tempat parkir
bandara sesak dan di terminal kedatangan menjadi padat karena kecilnya luas bangunan teminal
kedatangan. Sementara lalu lintas pada ruas jalan di depan bandara tersebut terlihat padat
merayap. Bandara Syamsuddin Noor dinilai sebagai bandara terburuk se-Indonesia. Yakni
menduduki posisi terakhir dari 40 bandara yang terdapat di Indonesia. Alasan utamanya, kondisi
terminal penumpang domestik serta kualitas pelayanan di bandara tersebut sangatlah buruk.
Bahkan fasilitas yang tersedia di dalamnya juga belum cukup memadai. Termasuk pula kondisi
landasan pacunya yang sering mengalami kerusakan. Rencana pengembangan Bandara
Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sebagai bandara internasional terkatung-
katung akibat tidak kunjung selesainya proses pembebasan lahan milik masyarakat di sekitar
bandara.

Kecelakaan

 Pada tanggal 13 Januari 1980 pesawat DC-9 Garuda yang rusak berat akibat mendarat
keras.
 Pada tanggal 26 Agustus 1980 di 06.29 WITA, sebuah Viscount Vickers dari Far Eastern
Air Transport (registrasi PK-IVS) jatuh di dekat Jakarta selama penerbangan penumpang
terjadwal dari Banjarmasin yang dioperasikan atas nama Bouraq, menewaskan 31
penumpang dan enam awak on board. Para pilot telah kehilangan kendali atas pesawat
sementara mendekati Soekarno-Hatta International Airport ketika lift yang benar
terputus. Ia kemudian ditentukan bahwa ikat telah melampaui masa hidup mereka dengan
faktor tiga tanpa pernah diganti selama pemeriksaan pemeliharaan.
 Pada tanggal 4 Januari 1989, HS Bouraq 748 menderita kerusakan parah ketika pilot
harus melakukan pendaratan perut di Bandara Syamsudin Noor, menyusul kegagalan gigi
pendaratan dengan 47 penumpang dan lima awak.
 Pada tanggal 28 Agustus 1992, sebuah Bouraq Vickers Viscount PK-IVX Terbakar
dalam kebakaran mesin di Bandara Syamsudin Noor. Api dimulai selama menjalankan
take-off, tetapi pilot melihat itu saat lepas landas dan mengevakuasi 64 penumpang
(ditambah enam awak), sebelum pesawat itu ditelan oleh api, 23 orang cedera.
 Pada tanggal 16 Agustus 2013, Garuda Indonesia Boeing 737-800 NG PK-GMH dengan
nomor penerbangan GA 532 menderita kondisi Nose wheel US Ketika mengalami
masalah, pilot menginformasikan ke menara Air Traffic Control (ATC). Pesawat
memang sempat holding (berputar-putar) tetapi kemudian mendarat dengan selamat.
Semua penumpang selamat. Pesawat karena digerakkan secara manual sehingga rodanya
tidak bisa dibelokkan karena itu ditarik dengan towing menuju apron.

8. Bandara Ahmad Yani - Semarang

Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani (bahasa Inggris: General Ahmad Yani
International Airport) (IATA: SRG, ICAO: WAHS) adalah sebuah bandar udara yang terletak di
Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama bandara ini diambil dari salah satu nama
pahlawan revolusi Indonesia, Achmad Yani. Peresmian menjadi bandara internasional
berlangsung dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Singapura bulan Maret 2004.

Pesawat Fokker di lapangan terbang Simongan pada tahun 1930-an


Data bandara

 Landasan utama: 2.560 x 45 m [1][2]


 Jumlah penumpang setiap hari: 1.600 sampai 2.000 (2006)

Sejarah

Pada awalnya Bandara Achmad Yani adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih
dikenal dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng. Berdasarkan Surat Keputusan
Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal
31 Agustus 1966, maka Pangkalan Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara
Bersama Kalibanteng Semarang. Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka
pada tanggal 1 Oktober 1995, Bandar Udara Achmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar
Udara di bawah PT Angkasa Pura. Bandara Achmad Yani berubah menjadi bandara
internasional pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia membuka rute Semarang-Singapura.

Sekarang

Bandara Internasional Achmad Yani memiliki satu terminal di sebelah selatan landasan pacu,
dengan satu pintu masuk dan keberangkatan masing-masing untuk penerbangan domestik dan
internasional. Terminal ini memiliki luas 2.657 m2 dan kapasitas dalam negeri 180 penumpang.
Fasilitasnya meliputi toko cinderamata, gerai makanan, bank, money changer, hotel dan travel
booking, layanan taksi dan penyewaan mobil. Ini juga memiliki landasan 2.560 x 45 meter.

Maskapai dan Tujuan

Penumpang
Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Citilink Banjarmasin, Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—


Maskapai Tujuan

Soekarno—Hatta, Palembang, Surabaya

Garuda Indonesia Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore Pangkalan Bun, Surabaya
dan Explore Jet

Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Johor Bahru, Singapura,


Indonesia AirAsia
Penang

Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala


Lion Air
Lumpur—Internasional, Padang, Palembang, Pontianak, Surabaya

Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Ketapang,


Nam Air
Pangkalan Bun, Sampit, Surabaya

Malaysia Airlines Kuala Lumpur—Internasional

SilkAir Singapura

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar

TransNusa Jakarta—Halim Perdanakusuma, Kertajati

Trigana Air Service Pangkalan Bun

Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma,


Wings Air
Karimunjawa, Pangkalan Bun, Surabaya

Kargo
Maskapai Tujuan
Maskapai Tujuan

My Indo Airlines Jakarta–Soekarno–Hatta

Rencana masa depan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memulai proyek ini tahun 2005. Bandar Udara Internasional
Achmad Yani nanti akan memiliki fasilitas berikut ini:

1. Perpanjangan landasan — Landasan sepanjang 2.680 m yang mampu menampung


Boeing 767, Airbus A320, dan Airbus A330 baru-baru ini diresmikan oleh Gubernur
Jawa Tengah.[3][4][5][6][7]
2. Terminal baru yang lebih besar — Terminal baru ini akan dibangun di sebelah utara
runway, seluas 27.500 m2 yang akan mampu menampung 3.000.000 penumpang. Akan
dilengkapi dengan 25 counter check-in dan 3 garbarata.
3. Apron seluas 61.344 m2 yang mampu menampung 10 pesawat berbadan lebar. Perluasan
ini dijadwalkan selesai bulan Juli 2013.
4. Pembangunan akses jalan tol seperti Jalan Tol Bandara Achmad Yani dari Kaliwungu,
Kendal & Mangkang, Semarang terhubung dengan Tol Semarang-Batang dengan panjang
14 km.

Transportasi
Halte Bandara Achmad Yani adalah sebuah halte di Tambakharjo, Semarang Barat, Semarang
yang melayani koridor 4 TransSemarang.
9. Bandara Adisutjipto - Yogyakarta

Bandar Udara Internasional Adisutjipto (atau Adisucipto) (bahasa Inggris: Adisutjipto


International Airport) (bahasa Jawa: ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ,
translit. Papan Anggegana Internasional Adisutjipto) (IATA: JOG, ICAO: WAHH) adalah
bandar udara utama yang melayani daerah Yogyakarta di Jawa, Indonesia. Bandar udara ini
berjarak sekitar 9 KM dari Stasiun Yogyakarta, dan dapat dicapai dalam kurang lebih 20 - 30
menit menggunakan kendaraan bermotor.

Sejarah

Bandar Udara Internasional Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa
tempatnya berada Maguwoharjo. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu
dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.

Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo
di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan
terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta
Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di
ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk
operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di
Maguwo yang di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.
Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota C-47 dengan registrasi VT-CLA yang dikemudikan
oleh pilot berkebangsaan Australia, matan perwira RAAF, Noel Constantine dengan kopilot
berkebangsaan Inggris, yang juga mantan perwira RAF, Roy Hazelhurst. Dalam pesawat tersebut
turut pula Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman
Saleh, seorang operator radio Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Arifin dan seorang teknisi
berkebangsaan India, Bidha Ram ditembak jatuh oleh pesawat Belanda, P-40 KittyHawk dan
jatuh di Dusun Ngoto, Bantul dekat Yogyakarta, Indonesia.

Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan
diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan
udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan
peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952.
Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara
Adisutjipto.

Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU)
Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya
dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta
menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan
Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi
karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP
Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan
Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya diubah menjadi PT (PERSERO)
Angkasa Pura I.

Penerbangan internasional

Bandar Udara Internasional Adisutjipto menjelma menjadi bandar udara internasional pada
tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta -
Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia.
Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional.
Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan
menghadirkan AirAsia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala
Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan
mengoperasikan Boeing 737-400.

Bulan April 2008, AirAsia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari.

Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta -
Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Maskapai

Jumlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara Internasional
Adisutjipto, Yogyakarta, sepanjang 2016 meningkat sekitar 13 persen dibanding 2015.
Penumpang yang tercatat pada penghujung tahun 2016 berjumlah 7.208.557 orang. Sedangkan
tahun 2015, tercatat 6.380.336 orang. Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan
langsung dari Yogyakarta:

Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda

Balikpapan, Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—


Citilink
Soekarno—Hatta, Makassar, Malang, Medan, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya

Garuda Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—


Indonesia Hatta, Makassar, Malang, Samarinda, Surabaya

Indonesia
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Singapura
AirAsia

Lion Air Balikpapan, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Jakarta—


Maskapai Tujuan

Soekarno—Hatta, Kertajati, Kupang, Makassar, Mataram—Lombok, Medan,


Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda

Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palangkaraya, Palembang, Pangkal


NAM Air
Pinang, Pontianak, Tanjung Pinang

SilkAir Singapura

Sriwijaya Balikpapan, Bandar Lampung, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Malang,


Air Surabaya

Wings Air Bandung, Cirebon, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Kertajati, Malang, Surabaya

XpressAir Banjarmasin, Palembang, Pontianak, Samarinda, Tanjung Pinang

Angkutan umum

 Trans Jogja 1A Prambanan (Klaten)-Adisucipto-JEC


 Trans Jogja 1B Adisucipto-JEC-Condong Catur
 Trans Jogja 3A Giwangan-Adisucipto-Jokteng Kulon
 Trans Jogja 3B Giwangan-Adisucipto-Kotagede
 DAMRI Adisucipto-Kebumen
 DAMRI Adisucipto-Magelang
 DAMRI Adisucipto-Purworejo
 Kereta api Prambanan Ekspres Kutoarjo-Yogyakarta-Lempuyangan-Maguwo-Klaten-
Solo
10. Bandara Adi Soemarmo - Surakarta

Bandar Udara Internasional Adisumarmo (bahasa Jawa: ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ


ꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥꦥ, translit. Papan Anggegana Internasional Adisumarmo), (bahasa Inggris:
Adisumarmo International Airport), (IATA: SOC, ICAO: WAHQ) adalah bandar udara yang
terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Bandar udara ini berlokasi sekitar
14 km di utara Kota Surakarta[1]

Sejarah

Tempat parkir Adi Sumarmo yang berbentuk Gunungan.

Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan
Panasan. Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama
kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat.
Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh
Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis
militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan


oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946.

Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara
Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer.

Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial
pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-
Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.

Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan
Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari
Agustinus Adisucipto).

Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan
melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.

Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa
Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I
sampai dengan sekarang.

Data bandara

 Jarak dari Surakarta: 14 kilometer


 Koordinat: 07°30´58"S, 110°45´25"E
 Ketinggian: 12m8 meter
 Jumlah terminal: 3 Terminal penumpang, 2 terminal kargo, 11 tempat parkir pesawat
Data lapangan

 Runway 1: Heading 08R/26L, 4,000 m (13.123 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
 Fire Category VIII, Rescue and fire fighting
 Navigational Aids: VOR-DME, NDB
 Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway
 Runway 2: Heading 08L/26R, 3,000 m (9,843 ft), 68/F/C/X/T, ILS, Lighting: PAPI
 Fire Category XIII, Rescue and fire fighting
 Navigational Aids: VOR-DME, NDB
 Airfield Restrictions: Wide body ACFT 180 turn at the end of Runway

Fasilitas kargo

Kapasitas 48tonnes (105.000 lbs), gudang seluas 574m² (6,178sq ft), kawasan berikat, hanya
kargo domestik, karantina hewan, fasilitas kesehatan, peralatan X-ray, bahan berbahaya, GPU,
sabuk berjalan kargo, dan kursi roda.

Maskapai penerbangan
Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur–Internasional

Airfast
Charter: Timika
Indonesia

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Madinah

Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta,


Citilink Kunming, Madinah, Tasikmalaya
Musiman: Jeddah

Garuda Jakarta—Soekarno—Hatta
Indonesia Musiman: Jeddah[Note 1], Madinah[Note 2]
Maskapai Tujuan

Indonesia
Denpasar/Bali
AirAsia

Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta
Lion Air
Musiman: Jeddah[Note 3]

Malaysia
Kuala Lumpur–Internasional
Airlines

Nam Air Banjarmasin, Jakarta—Soekarno—Hatta

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Wings Air Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Surabaya

Transportasi

 Bus

Bus Tujuan Tarif

Damri Terminal Tirtonadi Rp20.000,00

Batik Solo Trans (BST) Koridor 1 (Bandara - Palur) Rp20.000,00

 Taksi Bandara
 Kereta Bandara

Insiden

 30 November 2004,Lion Air Penerbangan 538 dengan pesawat berjenis MD-82


tergelincir saat melakukan pendaratan di landasan pacu hingga keluar dari landasan.
Sebagai pusat pendidikan TNI Angkatan Udara

Lanud Adi Soemarmo yang terletak 11 km sebelah barat Kota Surakarta pada awalnya
merupakan lapangan terbang darurat yang dibangun tahun 1940. [2] Dengan datangnya tentara
Jepang tahun 1942 landasan tersebut digunakan sebagai basis militer penerbangan tentara
Jepang, maka dibangunlah landasan, bangunan-bangunan untuk kantor, asrama, gudang, dapur,
menara dan hanggar. Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Komite Nasional
Indonesia (KNI) Colomadu dan Badan Perjuangan mengadakan perundingan dengan Komandan
Butai Panasan. Hasil dari perundingan tersebut menghasilkan keputusan berupa pengosongan
oleh tentara jepang. Dengan penyerahan lapangan terbang panasan kepada pihak Badan
Perjuangan Panasan merupakan beban yang tidak ringan. Kegiatan tersebut dimanifestasikan
dalam bentuk organisasi yang dinamakan penerbangan Surakarta yang dibentuk tanggal 6
Pebruari 1946.

Peresmian tersebut diramaikan dengan demonstrasi penerbangan dan Joy Flight dengan pesawat-
pesawat yang didatangkan dari Yogyakarta. Organisasi ini merupakan cikal bakal lahirnya
pangkalan udara panasan. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi organisasi
ketentaraan di Indonesia menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), jawatan penerbangan lebur
menjadi satu yaitu TRI Angkatan Udara. Pada bulan Mei 1946 telah datang pesawat Cureng dari
markas tertinggi TRI Angkatan Udara di Yogyakarta yang membawa rombongan KSAU
Komodor Udara Suryadi Suryadarma, Wakil KSAU Komodor Udara R. Sukarnaen Martodisumo
dan Prof. DR. Abdul Rachman Saleh. Maksud kedatangan rombongan tersebut untuk menerima
penyerahan penerbangan Surakarta dari Divisi IV Surakarta yang terdiri dari Kolonel Sutarto,
Letkol Mursito dan Letkol Sudibyo. Secara resmi Penerbangan Surakarta menjadi Pangkalan
Udara Panasan yang merupakan integral dari Angkatan Udara. Sebagai Komandan Pangkalan
Udara Panasan dijabat oleh Opsir Muda Udara I Soeyono, Opsir Muda Udara II Ali Sutopo
sebagai wakil dan Opsir Muda Udara III Sartolo sebagai Kegartier Master.

Tanggal 16 Maret 1959 merupakan lembaran baru bagi Pangkalan Angkatan Udara Panasan
(Detasemen AU Panasan) yang telah ikut aktif mendukung pembangunan dalam pendidikan
anggota TNI AU. Detasemen AU Panasan membuka pendidkan Depot Batalyon Calon Prajurit
(Caper) angkatan pertama. Berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor: 306 tanggal 19
September 1959 terhitung mulai 1 September 1959 Depot Batalyon Calon Prajurit ditetapkan
menjadi Pusat Pendidikan Kemiliteran Angkatan Udara (PPKAU) yang berkedudukan di
Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Pendidikan Calon Prajurit Angkatan ke-2 dibuka tanggal 28
September 1959, selanjutnya Pendidikan Sekolah Dasar Perwira (SEDASPA) dibuka tanggal 18
Januari 1960. Tempat pendidikan tersebut mempunyai motto “Mendidik dan membangun atau
membangun dan mendidik” yang bermakna untuk menggembleng personel Angkatan Udara
yang berkualitas, bermental baja dan berdisiplin tinggi. Salah satu Alumnus PPKAU adalah
Marsekal TNI Rilo Pambudi (mantan KSAU).

PPKAU yang merupakan pusat pendidikan Angkatan Udara, pada tanggal 27 Juni 1965
diresmikan oleh Menteri/Panglima Angkatan Udara menjadi Wing Pendidikan (Wingdik)
Pangkalan Angkatan Udara Panasan dijabat oleh Kolonel Udara Suyoto sebagai Komandan
Pangkalan Angkatan Udara Panasan. Wingdik 4 membawahi 3 Kesatuan Pendidikan yaitu:
Kesatuan Pendidikan 010, Kesatuan Pendidikan 011 dan Kesatuan Pendidikan 004. Wing
Pendidikan 4 tidak hanya mendidik anggota-anggota TNI AU, tetapi juga tempat
penggemblengan para sarjana untuk menjadi militer. Sejalan dengan kemajuan sistem
manajemen dan penyempurnaan Organisasi TNI AU, maka mutlak diperlukan adanya pemisahan
wewenang, fungsi, tugas dan tanggung jawab antara Wing Pendidikan 4 dengan Pangkalan
Angkatan Udara Panasan. Berdasarkan radiogram No:165 tanggal 11 Juni 1966 dilaksanakan
pemisahan dan sekaligus diadakan penggantian Komandan dari Kolonel Udara Suyoto kepada
Mayor Udara Parjaman berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Pangau No:54/Pers-MP/1966
tanggal 17 Mei 1966. Wing Pendidikan 4 hanya mempunyai wewenang fungsi, tugas dan
tanggung jawab dibidang pendidikan, sedangkan tugas mengurus pemeliharaan/perawatan
kesatuan menjadi tugas dan tanggung jawab Pangkalan.

Perkembangan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan KASAU No: Skep/07/VIII/1977


tanggal 25 Juli 1977 Wing Pendidikan 4 Pangkalan Angkatan Udara Panasan berubah nama
menjadi Wing Pendidikan 4 Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi Soemarmo. Sebagai
Komandan Lanuma Adi Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Suharjo. Nama Adi Soemarmo
diambil dari nama seorang tokoh TNI AU yang gugur dalam peristiwa 29 Juli 1947. Pesawat
Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan dari palang merah internasional telah
ditembak oleh pesawat pemburu Belanda Kitty Hawk. Pesawat tersebut jatuh didaerah Ngoto
Yogyakarta. Tewas dalam pesawat tersebut selain Adi Soemarmo juga Komodor Muda Udara
Adi Sutjipto dan Komodor Udara Abdul Rachman Saleh. Pada tahun 1985 Wing Pendidikan 4
Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adi Soemarmo dilikuidasi menjadi Pangkalan Udara (Lanud)
Adi Soemarmo. Tugas pokoknya sebagai penyelenggara pendidikan calon prajurit TNI AU
maupun Sekolah Pembentukan dan Kejuruan. Disamping penyelenggara pendidikan Prajurit dan
calon Prajurit TNI AU Lanud Adi Soemarmo juga melaksanakan tugas-tugas operasi dan
Pertahanan Pangkalan.

Sebagai pusat pendidikan bagi Prajurit TNI Angkatan Udara

Lanud Adi Soemarmo melaksanakan fungsi dan kegiatannya sebagai tempat pendidikan TNI
Angkatan Udara yang mewakili lembaga pendidikan, antara lain:

 Skadron Pendidikan 401


 Skadron Pendidikan 402
 Skadron Pendidikan 403
 Skadron Pendidikan 404
 Skadron Pendidikan 405

Pada waktu Komandan Lanud Adi Soemarmo dijabat oleh Kolonel Pnb Surya Dharma S.IP
(1999) terdapat perubahan nama dan tambahan pada lembaga-lembaga pendidikan. Berdasarkan
Surat Keputusan KSAU No: Skep/4/III/1999 Lanud Adi Soemarmo membawahi 5 Skadron
Pendidikan (Skadik), yaitu Skaron Pendidikan 401, Skadron Pendidikan 402, Skadron
Pendidikan 403, Skadron Pendidikan 404 dan Skadron Pendidikan 405.

Dengan kekalahan Jepang oleh sekutu dan diikuti lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia yang sangat ditunggu-tunggu oleh bangsa Indonesia telah membawa semangat baru
bagi bangsa Indonesia, yaitu semangat sebagai bangsa yang merdeka dan berhak menentukan
nasib sendiri. Pangkalan-pangkalan di bawah kekuasaan Jepang secara berangsur dapat direbut
oleh para pejuang bangsa Indonesia, baik melalui pertempuran maupun secara diplomasi.
Pangkalan Udara Panasan dapat diambil alih oleh para pejuang bangsa Indonesia melalui
diplomasi di bawah kekuasaan Divisi IV Surakarta. Selanjutnya sebagai Komandan Devisi IV
Surakarta Kolonel Inf. Soetarto menyerahkan Pangkalan Udara Panasan kepada panitia yang
diketuai oleh Soejono. Dalam perkembangan berikutnya Pangkalan Udara Panasan
dimanifestasikan dalam sebuah organisasi yaitu Penerbangan Surakarta yang diresmikan pada
tanggal 6 Februari 1946, dihadiri oleh pembesar-pembesar militer dan sipil serta tokoh
masyarakat sekitar Surakarta.[3]

Sejalan dengan perkembangan organisasi ketentaraan di Indonesia seperti halnya Jawatan


Penerbangan telah berubah menjadi Tentara Republik Indonesia, maka jawatan-jawatan yang
menyelenggarakan penerbangan meleburkan diri menjadi Angkatan Udara. Pada bulan Mei 1946
telah datang empat buah pesawat jenis cureng ke Pangkalan Udara Panasan dari Pangkalan
Udara Maguwo Yogyakarta dengan membawa Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara S.
Suryadarma, Wakil Kepala Staf Komodor Udara R. Soekarnaen Martokusumo Dan Prof Dr.
Abdulrachman Saleh. Adapun maksud kedatangan rombongan tersebut adalah menerima secara
resmi organisasi penerbangan dari Devisi IV Surakarta, maka Pangkalan Udara Panasan resmi
menjadi bagian integral dari Angkatan Udara Indonesia yang selanjutnya bertugas menjaga
kedaulatan wilayah udara nusantara. sebagai Komandan Pangkalan Udara Panasan ditetapkan
Opsir Muda I Soejono dan wakilnya Opsir Udara II Ali Soetopo. Setelah terjadinya pergantian
beberapa kali komandan dan selesainya perang revolusi fisik, maka tibalah saatnya masa
pengisian kemerdekaan RI, demikian juga Pangkalan Panasan turut aktif mendukung
pembangunan dalam bidang pendidikan di TNI AU. Pada tanggal 16 Maret 1959 merupakan
lembaran baru bagi Pangkalan Udara Panasan, diawali dengan pembukaan Pendidikan Depot
Bataliyon Caper Angkatan I yang diikuti oleh 350 anggota, terdiri dari tamtama PPP, bintara
sandi dan PLLU, bertindak sebagai inspektur upacara dalam pembukaan pendidikan tersebut
adalah Letkol Udara Soejono Mewakili Kasau, selanjutnya Pangkalan Udara Panasan terhitung
mulai 1 September 1959 ditetapkan menjadi pusat pendidikan militer angkatan udara. Sesuai
dengan perkembangan serta tuntutan tugas dan organisasi, maka berdasarkan Surat Keputusan
Ksau Nomor Skep 07/VII/1977 tanggal 25 Juli 1977 Pangkalan Udara Panasan diubah namanya
menjadi Pangkalan Udara Adi Sumarmo. Sebagai pangkalan pendidikan mempunyai tugas dan
tanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan Sepa Milwa Abri, Secapa, Secaba, Secata,
Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum berkedudukan di bawah Wing Pendidikan 4. Dalam
perjalanannya sejak tahun 1999 lembaga pendidikan di Lanuma Adisumarmo bertambah, dan
lembaga-lembaga yang sudah ada mengalami perubahan nama yaitu:
1. Secapa berubah menjadi Skadik 401 yang tugas dan fungsinya mendidik Calon Perwira
Dan Siswa Ikatan Dinas Pendek (IDP).
2. Skadik 402 adalah lembaga pendidikan yang tugas dan fungsinya untuk mendidik siswa
sekolah dasar kecabangan Paskhas dan Pom AU.
3. Secaba berubah menjadi skadik 403 yang tugas dan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan pertama siswa calon bintara pria dan Wanita Angkatan Udara (WARA) dari
masyarakat umum (dikum) dan bintara pria dari tamtama (reguler).
4. Secata berubah menjadi Skadik 404 yang tugas dan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan sekolah pertama siswa calon tamtama.
5. Sejurpas, Sejurjasmil dan Seradum digabung menjadi Skadik 405 yang tugas dan
fungsinya mengelola pendidikan sekolah dasar tamtama Paskhas dan Pom AU, sekolah
jurusan bintara Paskhas dan Pom AU sekolah dan kejuruan jasmani militer, sekolah radar
umum dan darat, kursus bintara manjemen kejuruan jasmani militer dan kursus bintara
manajemen kejuruan pom.

Komandan 1985-sekarang

 Kolonel Pnb Poernomo (1985-1985)


 Kolonel Pnb Darmadji (1985-1988)
 Kolonel Pnb Jogyanto (1988-1990)
 Kolonel Pnb Mursabdo (1990-1991)
 Kolonel Pnb Sudiarto (1991-1992)
 Kolonel Pnb Iskak Karmanto (1992-1994)
 Kolonel Pnb Suparno Muanam (1994-1995)
 Kolonel Pnb Mulyanto Djojoadikusumo (1995-1997)
 Kolonel Pnb Herman Prayitno (1997-1997)
 Kolonel Pnb Sholeh Tridjoko (1997-1999)
 Kolonel Pnb Surya Dharma (1999-2000)
 Kolonel Pnb Boy Syahril Qomar (2001-2003)
 Kolonel Pnb Potler Gultom (2003-2005)
 Kolonel Nav Muhammad Safi'i (2005-2007)
 Kolonel Pnb Dedy Nitakomara (2007-2009)
 Kolonel Pnb Herry Irsal (2009-2010)
 Kolonel Pnb Hadi Tjahjanto (2010-2011)
 Kolonel Pnb Kusworo, S.E., M.M. (2011-2013)
 Kolonel Pnb Agus Radar Sucahyo (2013-2014)
 Kolonel Pnb Hendrikus Haris Haryanto, S.I.P. (2014-2015)
 Kolonel Nav Agus Priyanto (2015-2016)
 Kolonel Pnb Mohamad Tony Harjono (2016-2018)
 Kolonel Pnb Indan Gilang Buldansyah, S.Sos., (2018-2019)
 Kolonel Pnb Adrian P. Damanik (2019-Sekarang)

11. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah

Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid[1] (bahasa Inggris: Zainuddin Abdul Madjid
International Airport) (IATA: LOP, ICAO: WADL) sebelumnya juga dikenal dengan Bandar
Udara Internasional Lombok, adalah Bandara domestik dan internasional yang berlokasi di
Kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Bandara ini dioperasikan
oleh PT Angkasa Pura I.[2][3] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk
menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang Mataram. Terletak persis di jantung pulau
"eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu. Melayani penerbangan domestik maupun
international. Maskapai yang melayani rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati
Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air
Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk
Air dan AirAsia.
Pada tanggal 20 Oktober 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara
ini.[4] Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun tentu saja menggunakan
bahan-bahan modern baja galvanis.

Penamaan bandara

Bandara Internasional Lombok, NTB.

Bandara Udara Internasional Lombok atau disingkat sebagai BIL, mempunyai beberapa nama
yang diusulkan. Pada bulan Januari 2009 hasil jajak pendapat publik yang dilakukan di Lombok
menunjukkan bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) dipilih oleh 40,4% responden,
Bandara Internasional Sasak (BIS) 20%, Bandara Internasional Rinjani (BIR) 46 16,7%, Bandara
Internasional Mandalika (BIM) 10,9%, Bandara Internasional Selaparang (SIA) 8%, Bandara
Internasional Pejanggik (PIA) 2,9%, dan Bandara Internasional Arya Banjar Getas (ABGIA)
tetapi kini, Bandara Internasional Selaparang sudah tidak lagi berfungsi sebagai bandar udara,
oleh karena itu jajak pendapat tidak lagi didapatkan dari Bandara Internasional Selaparang (SIA).
Pada tanggal 5 September 2018, Bandara Internasional Lombok (BIL) digantikan nama menjadi
Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM).

Lokasi

Lokasi Bandara Internasional Lombok di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, pulau
Lombok, Indonesia. Bandara ini terletak sebelah tenggara Kota Mataram ibu kota provinsi Nusa
Tenggara Barat dan ± 8 kilometer selatan dari kota kecil Praya, ibu kota Kabupaten Lombok
Tengah.
Bandara ini dibangun di atas lahan seluas 550 hektare yang menelan biaya Rp.625 miliar
(US$73.100.000).

Tujuan

Ketika Bandara Internasional Lombok beroperasi, semua jadwal penerbangan yang ada di
Bandara Selaparang Lombok dipindahkan ke bandara baru.

Dikarenakan Bandara Selaparang tidak bisa didarati pesawat berbadan lebar maka diharapkan
bahwa pelayanan internasional dan domestik akan segera melengkapi rute untuk pesawat
berbadan lebar yang tidak bisa mendarat di Mataram.

Tahap-tahap pembangunan

Apron area Bandara internasional Lombok.

Landasan pacu, taxiway dan apron berada dalam tahap akhir instalasi konstruksi dan fasilitas di
kuartal 3 tahun 2010. Terminal dan fasilitas pendukung lainnya dalam tahap akhir penyelesaian
pada akhir September 2011. Tanggal pembukaan bandara sudah di jadwalkan dan kemudian
ditunda berkali-kali. Dan diumumkan untuk pembukaan resmi pada tanggal 1 Oktober ini
sebagian menanggapi kebutuhan mendesak untuk beroperasi sebelum dimulainya penerbangan
Haji pada akhir tahun 2011.

Tahap I (2006-2009)

 Runway: 45m x 2500m


 Apron: 52.074 m²
 Taxiway: 2 exit taxiway
 Terminal: 12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo)
 Parkir: 17.500 m²

Tahap II (2013-2015)

 Runway: 45m x 2750m


 Apron: 63.294 m²
 Taxiway: 2 exit taxiway
 Terminal: 16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun)
 Parkir: 29.100 m²

Tahap-III (2028)

 Runway: 45m x 3500m


 Apron: 74.514 m²
 Taxiway: taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway
 Terminal: 28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun)
 Parkir: 29.100 m²

Maskapai Penerbangan dan Tujuan


Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta

Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta,


Citilink
Surabaya

Garuda Bima, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Semarang, Sumbawa


Indonesia Besar, Surabaya

Lion Air Bandung, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar,


Maskapai Tujuan

Surabaya, Yogyakarta

Nam Air Bima, Denpasar/Bali

SilkAir Singapura

Wings Air Bima, Denpasar/Bali, Labuan Bajo, Semarang, Sumbawa Besar

12. Bandara Pattimura - Ambon

Bandara Internasional Pattimura adalah Bandara internasional yang terletak di Kota Ambon,
Provinsi Maluku, Indonesia. Bandara ini juga melayani kedatangan dalam negeri dengan luas
landasan 2.500 m² dan luar negeri dengan luas landasan 400 m2. Bandara ini berjarak 38
kilometer dari kota Ambon. Pada bandara ini terdapat fasilitas imigrasi, karantina, bea cukai,
gedung kargo, restoran, telepon umum dan kantor pos. Bandar Udara Internasional Pattimura
Ambon yang terdapat pada salah satu pulau di kepulauan Maluku merupakan daerah yang sangat
strategis. Kepulauan Maluku mempunyai banyak pulau yang terbagi dalam 2 (dua) Provinsi yaitu
Maluku Utara dengan ibu kota Sofifi dan Maluku dengan ibu kota Makarikil.

Bandar Udara Internasional Pattimura Ambon berada di pulau Ambon Provinsi Maluku terletak
pada posisi koordinat 03° 42’ 25’’ S dan 128° 05’ 23’’ T yang dikelilingi oleh lautan disebelah
Utara laut Seram, Selatan laut Banda dan Timur laut Arafura. Bandar Udara Pattimura yang
dahulu bernama Lapangan Terbang Laha Ambon dibangun pada tahun 1939 oleh Pemerintah
Penjajah Belanda. Pada tahun 1942 Lapangan Terbang Laha dikuasai oleh pendudukan Jepang
untuk melawan pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II. setelah kemerdekaan RI tahun 1945
Lapangan Terbang Laha dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Tahun 1975 berdasarkan surat keputusan bersama Menhankam/Pangab, Menteri Perhubungan


dan Menteri Keuangan. Pelabuhan Udara Pattimura ditetapkan sebagai Lapangan terbang sipil
dan sepenuhnya dikuasai oleh Departemen Perhubungan. Sejak tahun 1975 Pelabuhan Udara
Pattimura telah didarati pesawat asing Air North dari Darwin sampai tahun 1998. Pada tanggal
11 Oktober 1995 Pengelolaan bandar udara Pattimura Ambon dialihkan sepenuhnya kepada PT.
Angkasa Pura I (Persero) dan berstatus sebagai bandar Udara Kelas I. Pada tanggal 3 Maret 2004
Proyek Pengembangan Bandar Udara Internasional Pattimura diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia.

Maskapai
Maskapai Tujuan

Aviastar Banda, Kaisar, Kufar, Namlea, Namrole, Wahai

Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta,


Batik Air
Makassar, Surabaya

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore dan Langgur, Samulaki, Sorong, Ternate
Explore Jet

Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar

NAM Air Manado, Sorong

Sriwijaya Air Ternate

Susi Air Banda, Kufar, Namlea, Wahai


Maskapai Tujuan

Trigana Air Service Dobo, Langgur, Namrole, Saumlaki

Dobo, Langgur, Fak—Fak, Kaimana, Langgur, Manokwari,


Wings Air
Nabire, Saumlaki, Sorong

XpressAir Saumlaki

13. Bandara El Tari – Kupang

Bandar Udara Internasional El Tari (bahasa Inggris: El Tari International Airport) (IATA:
KOE, ICAO: WATT) adalah bandar udara yang terletak di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kode ICAO bandara diubah dari WRKK menjadi WATT pada tahun 2004. [1] Bandara ini
dinamai sesuai nama El Tari, Gubernur Nusa Tenggara Timur Ke 2 periode 1966-1978.

Maskapai Penerbangan
Maskapai Tujuan

Air Timor Dili


dioperasikan oleh
Maskapai Tujuan

TransNusa

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya

Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya

Denpasar/Bali, Ende, Jakarta—Soekarno—Hatta, Labuan Bajo, Makassar,


Garuda Indonesia
Surabaya, Tambolaka

Indonesia AirAsia Perth

Bandung, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta,


Lion Air
Makassar, Surabaya, Yogyakarta

Nam Air Denpasar/Bali, Makassar, Maumere, Tambolaka, Waingapu

Nam Air
dioperasikan oleh Alor, Bajawa, Ende, Larantuka, Ruteng
TransNusa

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya

Susi Air Kisar, Lewoleba, Sabu

Bajawa, Denpasar/Bali, Larantuka, Labuan Bajo, Lewoleba, Maumere,


TransNusa
Ruteng, Waingapu

Alor, Atambua, Bajawa, Denpasar/Bali, Ende, Labuan Bajo, Larantuka,


Wings Air
Mataram—Lombok, Maumere, Rote, Tambolaka, Waingapu

Pengembangan

 Dibangun Runway baru dengan panjang 3250 x 45 m. Digunakan untuk penerbangan


kusus Internasional.[butuh rujukan]
Kecelakaan dan insiden

 Pada 27 November 2009, Batavia Air Penerbangan 711, yang dioperasikan oleh Boeing
737-400 melakukan pendaratan darurat setelah terjadi masalah dengan roda di pesawat. [2]
 Pada 2 Desember 2009, Merpati Nusantara Airlines Fokker 100 PK-MJD melakukan
pendaratan darurat karena roda belakang sebelah kiri pesawat mengalami gangguan
sehingga tidak keluar sempurna. Tidak ada penumpang dan awak yang terluka dalam
kejadian ini.[3]
 Pada 9 September 2011, Susi Air dari Kisar, yang dioperasikan Grand Caravan
melakukan pendaratan darurat setelah roda bagian belakang pecah. Akibat kejadian ini
bandara sempat ditutup satu jam. [4]
 Pada 10 Juni 2013, Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 6517 mengalami hard
landing. 20 orang luka ringan, 5 orang lainnya mengalami luka serius.
 Pada 21 Desember 2015, Kalstar Penerbangan 676 tergelincir keluar runway. Semua
penmpang dinyatakan selamat

2. PT ANGKASA PURA II

PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau “Perusahaan”

merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan

jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat.

Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk

mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini

berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara Halim

Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.

Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan

Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian
pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum

Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14

tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan,

pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor

38 resmi berubah menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).

Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam

bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan

pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan

yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang

bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan

kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam

bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan

kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya.

Angkasa Pura II telah mengelola 16 Bandara, antara lain yaitu

1.Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta)


Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar di Indonesia. Bandara
Soekarno Hatta merupakan gerbang utama Indonesia dari dunia Internasional sehingga memiliki
peran yang sangat penting bagi cermin Negara Indonesia. Nama Bandara Soekarno Hatta diambil
dari dua tokoh pahlawan nasional sekaligus Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Pertama,
yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.

Di dunia penerbangan Bandara Soekarno Hatta sering juga disebut Bandara Cengkareng karena
letaknya berada di daerah Cengkareng. Bandara Soekarno-Hatta adalah salah satu bandara
dengan jumlah penumpang terbanyak di Indonesia. Hampir 2/3 total penumpang pesawat
Indonesia atau sekitar 32 juta orang/ tahun melewati bandara ini.

Data Umum Bandara Soekarno Hatta

 Kelas : Internasional
 Luas : 1740 Ha
 Alamat : Bandara Soekarno – Hatta, Tangerang
 Telepon : (021) 5507300
 Faksimili : (021) 5506823
 E-mail : ap2_cgk@angkasapura2.co.id

 Runway : 3,600 m x 60 m dan 3,600 m x 60 m


 Garbarata : 67
 Apron : A-B-C-Remote 299,704 m2

 A. 18 a/c
 B. 15 a/c
 C. 16 a/c

D-E-F-Remote 472,853 m2

 D. 16 a/c
 E. 8 a/c
 F. 19 a/c

o Strength : PCN 120


o Resa : 120
o Stand : 106
o Checkin Counter : 120 dan 24 Dom + 72 Int
o Parking : luas 64,129 m2 kapasitas 2,400 dan 51,330 m2 untuk 2,400
o Koordinat/Elevasi : 06?07’49,1080?LS dan 106?40’27,7680?BT
o Kode ICAO/IATA : WIII/CGK
o Jam Operasi : 24 Jam
o Jarak dari kota : ± 20 km di sebelah barat DKI Jakarta

Spesifikasi Bandara Soekarno Hatta

 Landasan

Arah : Timur – Barat (07 – 05) (07R – 25L) (07C – 25C)

 Dimensi : (3,660 x 60) m² (3,600 x 60 ) m²


 PCN : PCN 120/R/D/W/T PCN 120/R/D/W/T
 Taxiway

 N1 posisi Paralel dengan luas (3.897×23)m² 89631 dan (1.999×23)m² 45977


 N2 posisi Paralel dengan luas (3.757×23)m² 86411 dan
(3.211×23)m² 73853
 N3 posisi Cross (Sejajar Barat) dengan luas (2.008×23)m² 46184 dan
2.008×23)m² 46184

 Terminal 1 luas 312,522 m²


 Terminal 2 luas 564,000 m²
 Terminal Kargo : Luas Internasional : 36417m² 464,340,080 kg/th, Domestik : 12421m²
 Tersedia Hanggar

Fasilitas Penerbangan

 Telekomunikasi : VHF/HF,D-ATIS,AMSC,RECORDING SYSTEM,RADIO LINK,ATC


AUTOMATION
 Navigasi Udara : VOR/DME,NDB,PSR/SSR,MSSR Model A,C
 PKP – PK : CAT. IX
 Airfield Lightening PALS CAT. I, PAPI

Fasilitas Bandara

 Power Supply : PLN, MPS/Genset


 Water Supply : PDAM
 Peralatan Mekanikal : Timbangan, Conveyor belt, Trolley, Garbarata, Escalator,
Elevator, AC
 Keamanan : X-Ray,Walk Through Metal Detector,Hand Held Metal Detector,Security
CCTV,Explosive Detector
 Parkir Kendaraan

Terminal 1 : 64.129 m² 2.400 Kendaraan


Terminal 2 : 51.330m² 2.700 Kendaraan

 Meteo tersedia untuk Pengamatan dan Prakiraan


 Tersedia Bea Cukai, Imigrasi, Karantina
 Transportasi Darat : Taxi, Damri, Car Rental,Travel
 Pelayanan Umum : Bank, Telepon Umum, Restaurant & Kafetaria, Duty Free shop,
Drugs Store
 Penunjang Lain : Perkantoran/Administrasi,GD. VIP/VVIP, Airport Maintenance
Building, Aircraft Maintenance Hanggar, IPAL, GSE, Gd. Operasi, Gedung – gedung
lain

Informasi Terminal

Bandara Soekarno Hatta terletak di Cengkareng dan memiliki 3 terminal yaitu Terminal 1,
Terminal 2, dan Terminal 3.

Terminal 1

Terminal 1 adalah terminal untuk penerbangan domestik yang terbagi atas tiga sub terminal yaitu
Sub Terminal 1A, Sub Terminal 1B dan Sub Terminal 1C.

 Terminal 1A = Lion Air dan Wings Air


 Terminal 1B = Sriwijaya Air, Kartika Airlines, Batavia Air, Express Air
 Terminal 1C = Garuda Citylink, Airfast Indonesia, Loreva Air

Terminal 2

Terminal 2 terbagi atas tiga sub terminal yaitu Sub Terminal 2D, Sub Terminal 2E dan Sub
Terminal 2F. Terminal 2D dan 2E adalah sub terminal khusus untuk penerbangan international,
sedangkan Sub Terminal 2F di gunakan untuk penerbangan domestik Garuda dan Merpati.

Terminal 2D

 Quantast Airways
 Qatar Airways
 Air Asia
 Value Air
 Phillipine Airlines
 Singapore Airlines
 Thai Airlines
 China Airlines
 Cathay Airlines
 Malaysia Airlines
 Kuwait Airlines
 Japan Airlines
 Yemen Airlines
 Saudi Arabia Airlines
 Emirates Airlines
 China Southern Airlines
 Lufthansa Airlines
 Air India
 Eva Air

Terminal 2E

 Garuda Indonesia
 Lion Airlines
 Korean Air
 KLM Royal Dutch Airlines
 Gulf Air

Terminal 2F

 Garuda Indonesia
 Merpati Airlines

Terminal 3

Saat ini baru dibangun Terminal 3 pier 1 yang diperuntukan bagi penerbangan domestik AirAsia
dan Mandala. Terminal 3 Pier 1 adalah terminal yang bebas rokok.
2.Halim Perdanakusuma (Jakarta)

Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (bahasa Inggris: Halim Perdanakusuma


International Airport) (IATA: HLP, ICAO: WIHH) adalah sebuah bandar udara di Jakarta,
Indonesia. Bandar udara ini juga digunakan sebagai markas Komando Oara menjadi bandara
komersial mulai tanggal 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandar Udara
Internasional Soekarno–Hatta yang dinilai telah penuh sesak.[1]

Sejarah

Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter
van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924,
sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan
terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan). Pada tahun yang
sama, lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian
menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan,
pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan
mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di
Amsterdam.

Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran
yaitu dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru
saja diresmikan.

Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada
pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan
dijadikan pangkalan udara militer. Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan
terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang
almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.

Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di
kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran. Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi
penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan disana.
Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat. Namun
hasilnya justru tertuju kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng.
Kelak bandar udara tersebut dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Setelah
Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan
sipil untuk berfokus guna kepentingan militer. Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60
slot/jam untuk penerbangan berjadwal domestik maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan
untuk mengurangi padatnya jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.

Maskapai penerbangan dan tujuan

Domestik
Maskapai Tujuan

Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Bengkulu,


Denpasar/Bali, Jambi, Kupang, Makassar, Malang, Mataram—Lombok, Medan,
Batik Air Padang, Palembang, Pekanbaru, Samarinda, Semarang, Silangit, Surabaya,
Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta–
Internasional

Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Batam, Denpasar/Bali,


Malang, Mataram—Lombok, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang,
Citilink
Silangit, Surabaya, Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Way Kanan, Yogyakarta–
Adisutjipto, Yogyakarta—Internasional

Balikpapan, Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Makassar,


Garuda
Malang, Medan, Padang, Palembang, Samarinda, Semarang, Sibolga, Silangit,
Indonesia
Surabaya, Surakarta/Solo, Tasikmalaya, Yogyakarta–Adisutjipto

Pelita Air Charter: Cilacap, Dumai, Matak

Susi Air Cilacap, Pangandaran

TransNusa Charter: Cilacap, Matak


Maskapai Tujuan

Bandar Lampung, Bandung, Banyuwangi, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi,


Mataram–Lombok, Palembang, Pangkal Pinang, Pangkalan Bun, Pontianak,
Wings Air
Semarang, Surabaya, Surakarta/Solo, Tanjung Pandan, Tasikmalaya, Yogyakarta–
Adisutjipto

Internasional
Maskapai Tujuan

Singapura
Garuda Indonesia
Haji: Jeddah, Madinah

Lion Air Haji: Jeddah, Madinah

Saudia Haji: Jeddah, Madinah

Kargo
Maskapai Tujuan

Cardig Air Balikpapan, Singapura

Tri-MG Intra Asia Airlines Balikpapan, Singapura

Bandar Udara Express Train

Studi kelayakan Bandar Udara ke Bandar Udara Express Train telah selesai dan siap untuk
prakualifikasi korban . The Express Train rencana awal adalah dari Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta ( SHIA ) ke Manggarai, tetapi untuk menyadari kebutuhan transportasi dari
Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma ( HPIA ), sehingga rute tersebut memutuskan
untuk sejauh dari Manggarai ke HPIA . Rute ini akan 33 kilometer dari Halim - Cawang -
Manggarai - Tanah Abang - Sudirman - Pluit Terminal 2 & 3 SHIA di permukaan tanah, bawah
tanah dan ditinggikan, telah disepakati oleh Peraturan Menteri Nomor 1264 Tahun 2013 tentang
Kementerian Perhubungan . The Express Train memakan waktu 30 menit hanya antara dua
bandara bukannya 1-3 jam perjalanan.

3. Kualanamu (Medan)

Bandar Udara Internasional Kualanamu (bahasa Inggris: Kualanamu International Airport)


(IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang melayani Kota
Medan, Sumatra Utara. Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari
pusat kota Medan.[1] Bandara ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno–
Hatta Jakarta dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka, Jawa Barat.[2]
Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung
Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara. Pembangunan bandara ini
merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang
telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara
pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Bandara ini mulai
beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan.
Sejarah

Latar belakang pembangunan

Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan
kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi
keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.

Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada
tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar
mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi
pada 5 September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal
Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas
akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan permukiman. Hal ini menyebabkan munculnya
kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor
direncanakannya pemindahan bandara.

Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1 Juli
2006, baru 1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71
kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa
Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Perkembangan
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.

Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun
akhir 2012 yang termasuk jalan raya nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun
setelahnya.

Pada awal tahun 2013, perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara
ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis. Bandara ini dibuka pada 25 Juli 2013.[5]
Pada 27 Maret 2014, bandara ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian pembangunan beberapa bandara di
Pulau Sumatra.

Fasilitas dan infrastruktur


Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.

Interior ruang tunggu Bandara Kualanamu

Tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per
tahun,[7] sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta
penumpang per tahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area
komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree. Bandara Internasional
Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati pesawat sebesar
Boeing 777 & mempunyai 8 garbarata. Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini
sanggup didarati oleh pesawat penumpang Airbus A380, Antonov An-225, dan Boeing 747-8.
Bandara ini juga adalah bandara keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain
Surabaya, Jakarta, dan Batam.

Maskapai penerbangan

Terminal penumpang
Maskapai Tujuan
Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional, Penang

Chennai, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala


Batik Air
Lumpur—Internasional, Madinah

Cathay
Hong Kong
Dragon

Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Gunung Sitoli, Jakarta—Halim


Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala Lumpur–Internasional, Kuala
Citilink Lumpur–Subang, Lhokseumawe, Madinah, Padang Sidempuan, Pekanbaru,
Penang, Sibolga, Yogyakarta–Adisutjipto
Musiman: Jeddah

Flynas Charter: Jeddah

Amsterdam, Banda Aceh, Bandar Lampung, Gunung Sitoli, Jakarta—Soekarno—


Garuda
Hatta, London–Heathrow, Palembang, Warsawa–Chopin
Indonesia
Musiman: Jeddah, Madinah

Indonesia Bangkok—Don Mueang, Kuala Lumpur—Internasional, Penang, Phuket,


AirAsia Yogyakarta–Adisutjipto

Jetstar Asia
Singapura
Airways

KLM Amsterdam

Banda Aceh, Bandar Lampung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati,


Lion Air Padang, Palembang, Pekanbaru, Penang, Phuket, Yogyakarta–Adisutjipto,
Yogyakarta–Internasional
Maskapai Tujuan

Malaysia
Kuala Lumpur—Internasional
Airlines

Saudia Jeddah, Madinah

SilkAir Singapura

SriLankan
Kolombo
Airlines

Sriwijaya Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Padang, Penang, Phuket, Surabaya


Air Musiman: Kolombo

Susi Air Blangkejeren, Blangpidie, Silangit, Tapaktuan

Thai AirAsia Phuket

Bengkulu, Dumai, Gunung Sitoli, Jambi, Lhokseumawe, Meulaboh, Padang


Wings Air
Sidempuan, Sibolga, Silangit, Simeulue, Takengon

Terminal kargo
Maskapai Tujuan

Cardig Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Transportasi darat

Kereta api
Artikel utama: Kereta api Airport Railink Services

Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Araskabu di
kecamatan Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Araskabu sendiri
terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96 kilometer. Jarak tempuh dari Medan hingga
Kuala Namu berkisar 30-47 menit (kereta menuju bandara diprioritaskan dalam penggunaan rel
tunggal Medan-Kualanamu). Stasiun di bandara sudah selesai dan telah dioperasikan sejak 25
Juli 2013. Harga tiket kereta api Kualanamu-Medan PP adalah Rp80.000.00. Frekuensi
perjalanan terus ditingkatkan, dari awalnya 13 kali per arah pada awal pengoperasian, meningkat
menjadi 17-18 perjalanan, dan mulai Mei 2014, 20 kali per arah. Pada awalnya kereta api yang
dipakai adalah KRDE buatan INKA, lalu pada November 2013 kereta baru dari Korea Selatan
yang dilengkapi Wi-Fi mulai digunakan menggantikan KRDE INKA. Layanan kereta api ini
dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan perusahaan patungan PT Angkasa Pura II dan PT
Kereta Api Indonesia. Kereta api ini merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia.

Bus

Bandara ini terhubung melalui angkutan bus dengan kota Medan, Binjai, Pematangsiantar,
Kabanjahe, dan Gunung Sitoli.

Operator Rute Lokasi

Damri Terminal Amplas Medan

Damri Plaza Medan Fair Medan

Almasar Jalan Cemara Medan

ALS Jalan Ring Road Medan

ALS Binjai Super Mall Binjai

Paradep Jalan Sutomo Pematangsiantar

Almasar Kabanjahe Kabanjahe

Trans Medan Jalan Pisang Raya Gunung Sitoli


Jalan Raya dan Jalan Tol

Bandara Kualanamu terkoneksi dengan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi menuju ke


Medan.

Bandara ini juga menghubungkan dengan Jalan Raya Sultan Serdang untuk ke Medan dan Jalan
Bakaran Batu ke Deli Serdang.

Insiden

 Pada 18 Mei 2013, sebuah pesawat Boeing 737-400 Malaysia Airlines yang seharusnya
mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia, nyaris mendarat di Bandar Udara
Internasional Kualanamu. Pesawat ini belum sempat mendarat akan tetapi roda pesawat
sudah dikeluarkan. Begitu pilot sadar bahwa bandaranya salah ia langsung menerbangkan
pesawat kembali. Pesawat ini mendarat di Bandar Udara Internasional Polonia dengan
selamat.
 Pada tanggal 24 April 2015 Pesawat Lion Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT
303 dengan kode registrasi PK-LFT tujuan Jakarta gagal terbang diakibatkan mesin
pesawat meledak dan berasap. Penumpang lansung dievakuasi melalui pintu darurat. Tiga
orang dilaporkan patah tulang akibat melompat dari pintu darurat bagian tengah dan
langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Penumpang diganti pesawat lain dengan
nomor penerbangan yang sama pada pukul 16.30.
 Pada 3 Agustus 2017, terjadi kecelakaan senggolan sayap antara pesawat Lion Air
Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT 197 dengan kode registrasi PK-LJZ dari
Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh dengan pesawat Wings
Air ATR 72-500 dengan nomor penerbangan IW 1252 dengan kode registrasi PK-WFF
menuju Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Meulaboh, Aceh. Pesawat Lion Air
berusaha menghindar ke kanan runway, tetapi karena jarak terlalu dekat dan terbatasnya
ruang di runway akhirnya terjadilah tabrakan antar sayap tersebut. Akibatnya,bagian
sayap kedua pesawat ini mengalami kerusakan. Aktivitas penerbangan sempat ditutup
selama 20 menit.
4.Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang)

Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (bahasa Inggris: Sultan


Mahmud Badarudin II International Airport) (IATA: PLM, ICAO: WIPP) adalah Landas Pacu
aspal ukuran landas pacu 9.843ft dan 3.000m Dari bandar udara internasional yang melayani
kota Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya. Bandara ini terletak di wilayah KM.10
Kecamatan Sukarame. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh
PT Angkasa Pura 2. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-
1862), seorang Pahlawan Nasional Indonesia melawan VOC-Belanda yang pernah memimpin
Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819). Panjang landasan pacu (runway) Bandara
Sultan Mahmud Badaruddin II sehingga menjadi 11/29 berukuran 3571 oleh 45 meter (11716 ft
× 148 ft), lebar 45 meter di atas permukaan Aspal sejak September 2014

Sejarah Singkat

Pada tanggal 1 Januari 1920, karena suatu hal konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah
tangan kepada Palembang Maatschappij (Palembang MIJ) atau NV Palembang Maskapai.
Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda dikepalai oleh Jan Pieterszoon Coen
akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam
waktu 20 jam terbang. Maka Palembang MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu,
menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Kota
Palembang.

Pada tanggal 1 Januari 1950, bandara ini menjadi lapangan udara bersama baik untuk kegunaan
sipil status bandara ini menjadi Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II.

Pada tanggal 1 Januari , bandara ini resmi dikelola oleh Manajemen PT (Persero) Angkasa Pura
II.

Pada saat Provinsi Sumatera Selatan resmi terpilih sebagai tuan rumah PON XVI tahun 2004,
pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas bandara sekaligus mengubah status bandara
ini menjadi bandara internasional. Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
akhirnya berhasil rampung dan diresmikan pada 1 Januari 1990.

Peristiwa Woyla
Artikel utama: Garuda Indonesia Penerbangan 206

Pada tanggal 28 Maret 1981, lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan
mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad", membajak
pesawat Penerbangan 206 Garuda Indonesia setelah lepas landas dari Pelabuhan Udara Sipil
Talangbetutu ke Bandara Polonia, Medan. Pembajakan yang terjadi di Pelud Talang Betutu ini
dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla. Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut
berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan
dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba
dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah
mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat
tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang
Thai tanggal 31 Maret.

Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla yang berangkat dari Pelabuhan Udara Sipil
Talangbetutu ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpa Indonesia
dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.
Pengembangan

Suasana lobi check-in.

Bandara ini telah resmi menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh pesawat
yang berbadan besar pada 1 Januari 1970. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada
1 Januari 1990 dengan total biaya Rp366,7 miliar yang berasal dari ';'Japan International Bank
Corporation';' Rp251,9 miliar dan dana pendamping dari APBN sebesar Rp114,8 miliar Dengan
12 Kota Dengan Penerbangan Domestik Langsung Dan 3 Kota Dengan Penerbangan
Internasional Langsung.

Antara perkembangan yang dilaksanakan adalah perpanjangan landas pacu sepanjang 300 meter
x 60 meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, pembangunan tempat parkir kendaraan seluas
20.000 meter yang dapat menampung 1.000 kendaraan serta pembangunan gedung terminal
penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter persegi yang dapat menampung 1250 penumpang,
dilengkapi garbarata (aerobridge) dan terminal kargo dan bangunan penunjang lainnya seluas
1.900 meter persegi.

Hasil pengembangan ini membuat Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dapat
didarati pesawat Airbus A330, Boeing 747, Boeing 777, dan sejenisnya. Selain itu, arus
penumpang diproyeksikan akan naik dari 7.720 penumpang menjadi 16.560 penumpang. Setelah
itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badarudin II
untuk mempermudah akses ke Bandara.
Maskapai penerbangan dan tujuan

Maskapai yang saat ini beroperasi di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang :

Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Bandung, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—


Batik Air
Hatta

Bandung, Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—


Citilink
Soekarno—Hatta, Semarang, Surabaya

Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia
Haji: Jeddah

Garuda Indonesia
Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Jambi, Medan,
dioperasikan oleh Explore
Padang, Pangkal Pinang, Pekanbaru
dan Explore Jet

Jetstar Asia Airways Singapura

Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Padang, Pangkal


Lion Air Pinang, Semarang, Surabaya, Yogyakarta
Musiman: Jeddah[Catatan 1]

Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang, Yogyakarta

Scoot Singapura

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Wings Air Bandar Lampung, Bengkulu, Jambi, Lubuklinggau, Muara Bungo,


Maskapai Tujuan

Padang, Pagar Alam, Pangkal Pinang, Pekanbaru

XpressAir Bandung, Yogyakarta

Transportasi Darat

Kereta Api

Saat ini tengah dibangun Palembang LRT (kereta api ringan) yang akan menghubungkan bandar
udara ini dengan Jakabaring Sport City. Pembangunan ini ditargetkan akan selesai pada tahun
2018, di mana pada tahun tersebut akan diselenggarakan pesta olahraga antarnegara Asia Asian
Games 2018 di Jakarta dan Palembang.

Jalan Tol

Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II untuk mempermudah akses ke Bandara.

5.Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)


Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (IATA: PKU, ICAO: WIBB) adalah
sebuah bandar udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara
Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Dalam rangka menyambut PON XVII pada
tahun 2012, bandara ini diperluas sehingga nantinya dapat menampung pesawat yang lebih besar.
Bandara ini juga menjadi home-base bagi Skuadron Udara 12 TNI AU. Nama bandara ini
diambil dari nama Sultan Syarif Kasim II, seorang pahlawan Nasional Indonesia dari Riau.

Sejarah

Bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK. II) Pekanbaru adalah bandara peninggalan Sejarah
dari zaman kemerdekaan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Saat itu di sebut “Landasan
Udara” di mana landasan tersebut masih terdiri dari tanah yang di keraskan dan di gunakan
sebagai Pangkalan Militer. Awalnya Landasan pacunya adalah dari Timur menuju Barat dengan
nomor runway 14 dan 32. Pada awal kemerdekaan di bangun landasan pacu baru yang
terbentang dari arah utara menuju selatan dengan nomor runway 18 dan 36. Panjang landasan
lebih kurang 800 meter dengan permukaan landasan berupa kerikil yang di padatkan. Pada tahun
1950 landasan pacu di perpanjang menjadi 1.500 meter, dan pada tahun 1967 landasan di mulai
proses pengaspalan Runway, Taxi, dan Apron setebal 7 cm serta pertambahan panjang landasan
sepanjang 500 meter.

Pada tahun 1960 Pemerintah mengoperasikan bandara ini menjadi bandara Perintis dan
mengubah nama dari Landasan Udara menjadi “Pelabuhan Udara Simpang Tiga”. Nama
Simpang Tiga diambil karena lokasinya berada tiga jalan persimpangan yaitu jalan menuju Kota
Madya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Rapat Kepala
Kantor Perwakilan Departemen Perhubungan tanggal 23 Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara
Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Simpang Tiga terhitung tanggal 1 September 1985.

Pada 1 April 1994 Bandar Udara Simpang Tiga bergabung dengan Manejemen yang di kelolah
oleh PT. Angkasa Pura II (Persero). Dan di sebut dengan Kantor Cabang Bandar Udara Simpang
Tiga Yang kelak berubah nama menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang di tetapkan
melalui keputusan Presiden No.Kep.473/OM.00/1988-AP II tgl. 4 April 1998 dan di resmikan
oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid tgl 29 April 2000.
Pada tahun 2009 lalu, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II telah dimulai peluasan Bandara
Sultan Syarif Kasim II oleh pihak Angkasa Pura II yang bekerja sama dengan pemerintah
provinsi Riau. Peluasan ini direncanakan akan diselesaikan pada akhir 2011 dan dibangun
sebagai persiapan menghadapi Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang akan digelar pada 2012.
Peluasan ini dilakukan karena dinilai tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang melalui
menggunakan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang setiap tahunnya semakin meningkat.

Maskapai Penerbangan dan tujuan

Penumpang
Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala


Citilink
Lumpur–Internasional, Medan, Palembang, Yogyakarta–Adisutjipto

EastIndo Charter: Dumai, Jakarta—Pondok Cabe, Pangkalan Kerinci, Singapura

Garuda
Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta
Indonesia

Indonesia
Kertajati
AirAsia

Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kertajati, Medan, Surabaya, Yogyakarta–


Lion Air Adisutjipto, Yogyakarta–Internasional
Musiman: Jeddah[Catatan 1], Madinah[Catatan 2]

Malaysia
Kuala Lumpur–Internasional
Airlines
Maskapai Tujuan

Malindo Air Kuala Lumpur–Subang, Melaka

Scoot Singapura

Sriwijaya Air Musiman: Kolombo

Susi Air Dabo, Pasaman Barat, Tanjung Balai Karimun, Tembilahan

Wings Air Bengkulu, Dabo, Dumai, Jambi, Padang, Palembang

1. ^ Transit ke Thiruvananthapuram
2. ^ Transit ke Thiruvananthapuram

Kargo
Maskapai Tujuan

Asialink Batam

Cardig Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Republic Express Airlines Batam

Statistik

Penerbangan tersibuk keluar dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berdasarkan
frekuensi[butuh rujukan][2][3]

Frekuensi
Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan
(Mingguan)

Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink,


1 133
Jakarta Batik Air
Penerbangan tersibuk keluar dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berdasarkan
frekuensi[butuh rujukan][2][3]

Frekuensi
Peringkat Tujuan Maskapai penerbangan
(Mingguan)

2 35 Lion Air, Citilink


Batam

3 14 Lion Air
Medan

Kuala Lumpur-
4 10 AirAsia
KLIA

5 14 Pelita Air Service, Wings Air[4]


Dumai

6 Singapore 3 SilkAir

7 7 Indonesia Air Asia


Bandung

8 Melaka 5 Malindo Air

Kecelakaan dan insiden

Pada tanggal 28 April 1981, Douglas C-47A PK-OBK milik Airfast Indonesia jatuh pada saat
melakukan pendekatan merupakan penerbangan penumpang tidak berjadwal. Sembilan dari 17
orang dalam pesawat tewas.[5] Pada tanggal 14 Januari 2002, Lion Air Penerbangan 386 jatuh di
hutan riau. Pada 14 Februari 2011, penerbangan Lion Air 392 keluar landasan di Bandara
Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Tidak ada korban jiwa atau cedera. [6][7] Pesawat
itu mencoba mendarat tiga kali namun gagal. [8] Pada 15 Februari 2011 pesawat Lion Air yang
lain keluar landasan.

Mengenai dua insiden diatas, kemenhub telah melarang semua pesawat Boeing 737-900 ER
mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II ketika landasan pacu yang basah. Lion air akan
menaati larangan tersebut dan akan menggantinya dengan pesawat Boeing 737-400 yang lebih
kecil.

Pada tanggal 17 Juli 2012 pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 174, tergelincir
keluar landasan.

Galeri

Terminal lama sebelum dihancurkan pada tahun 2013

Gerbang Bandara International Sultan Syarif Kasim II

Check in Counter

Ruang tunggu

Ruang tunggu domestik

Crown Lounge

Gedung VVIP & VIP Lancang Kuning

Interior terminal keberangkatan

6.Husein Sastranegara (Bandung)

Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara (bahasa Inggris: Husein Sastranegara


International Airport) (IATA: BDO, ICAO: WICC)[1] adalah sebuah bandar udara internasional
yang terletak di Jalan Pajajaran Nomor. 156, kelurahan Husen Sastranegara, kecamatan Cicendo,
kota Bandung (ibu kota provinsi Jawa Barat).

Sejarah
Pesawat bomber Martin B-10 milik Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda di
Lapangan Terbang Andir (1937)

Pada awalnya Bandar Udara Husein Sastranegara merupakan sebuah peninggalan Pemerintah
Hindia Belanda dengan sebutan Lapangan Terbang Andir, yaitu suatu nama lokasi di mana
lapangan terbang tersebut berada. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot
militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September
1946. Pada masa penjajahan Jepang daerah tersebut dijadikan basis Pasukan Udara Angkatan
Darat Kekaisaran Jepang.

Pada tahun 1920 Belanda mendirikan sebuah lapangan terbang yang diberi nama Luchtvaart
Afdeling atau Vliegveld Andir. Setelah tahun 1942, lapangan terbang tersebut kemudian di
ambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945. Ketika Indonesia telah merdeka, keadaan lapangan
udara pada saat itu sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949.
Setelah itu, lapangan terbang tersebut di ambil alih oleh AURI sebagai pangkalan militer pada
tahun 1969 sampai 1973. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh
dipergunakan untuk penerbangan komersial.

Pada tahun 1974 mulai dilakukan kegiatan pelayanan lalu lintas dan angkutan udara komersial
secara resmi yaitu dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dengan nama Stasiun Udara Husein sastranegara Bandung untuk kepentingan kegiatan
penerbangan komersial sipil. Selanjutnya pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor: KM 68/HK 207/PHB-83 tanggal 19 Februari 1983, klasifikasi Pelabuhan
Udara ditingkatkan dari kelas III mejadi kelas II. Pada Tahun 1994 dilaksanakan Pengalihan
Pengelolaan Bandar Udara dari Departemen Perhubungan kepada PT. Angkasa Pura II sesuai PP
RI Nomor 26 Thn 1994 tanggal 30 Agustus 1994 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara
RI ke dalam Modal sahan PT. Angkasa Pura II.
Maskapai Penerbangan
Maskapai Destinasi

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Denpasar/Bali, Kuala Lumpur—Internasional, Palembang

Balikpapan, Denpasar/Bali, Makassar, Medan, Palembang, Pekanbaru,


Citilink
Pontianak, Silangit, Surabaya

Garuda Indonesia Batam, Denpasar/Bali, Singapura, Surabaya

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Bandar Lampung
Explore

Indonesia AirAsia Denpasar/Bali, Kuala Lumpur—Internasional, Singapura

Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar,


Lion Air Mataram–Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Pontianak, Surabaya,
Tanjung Pinang, Yogyakarta

Malindo Air Kuala Lumpur—Internasional

NAM Air Palangkaraya, Pangkal Pinang, Semarang, Surabaya

SilkAir Singapura

Thai Lion Air Bangkok—Don Mueang

Bandar Lampung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Malang, Semarang,


Wings Air
Surakarta/Solo, Yogyakarta

XpressAir Padang, Palembang, Pontianak, Tanjung Pinang


Transportasi Darat

Taksi

Taksi Primkopau Husein Sastranegara memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di
kota Bandung dan daerah sekitarnya termasuk Cimahi. Berbeda dengan bandara lainnya di
Indonesia, hanya Taksi Primkopau Husein Sastranegara yang diperbolehkan untuk mengantarkan
penumpang. Tiket taksi dapat dibeli di loket di pintu keluar bandara baik domestik atau
internasional. Bagaimana pun juga, seluruh taksi diperbolehkan untuk mengantarkan penumpang
menuju bandara.

Angkutan kota

Angkutan kota yang dikenal juga dengan angkot , tersedia setiap saat menuju ke terminal umum.
Angkot merupakan alternatif transportasi paling ekonomis. Angkutan kota (angkot) yang
melintasi kawasan Husein Sastranegara ini menuju ke Terminal Cicaheum, Ciroyom, Cibeureum
dan Cijerah.

Angkot dari bandara ini sangat mudah didapat karena lokasi bandara yang sangat dekat dengan
pusat kota. Bahkan dengan berjalan kaki, hanya dibutuhkan waktu 10-menit untuk menuju jalan
utama yang terlayani oleh angkot.

Sewa mobil

Bandara ini juga menyediakan sewa mobil dari operator lokal dan internasional meliputi: TRAC,
Avis, Thrifty dan Hertz.

Kereta api

Dengan berjalan dengan jarak 200-meter, anda akan mendapatkan Stasiun Andir.
7.Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh)

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, (Inggris: Sultan Iskandar Muda
International Airport, Aceh: Bandar Udara Antar Nanggroë Sultan Iskandar Muda), dikenal juga
dengan Bandar Udara Internasional Banda Aceh (Inggris: Banda Aceh International Airport)
(IATA: BTJ, ICAO: WITT) adalah sebuah bandar udara yang melayani Kota Banda Aceh dan
sekitarnya, yang terletak di wilayah Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Iskandar Muda, seorang Raja dari Aceh. Bandara ini
dikelola oleh PT Angkasa Pura II, untuk melayani rute domestik dan internasional. Saat ini sudah
ada tiga penerbangan internasional, yaitu Air Asia ke Kuala Lumpur dan Firefly ke Penang dan
Malindo Air ke Penang

Bandara ini juga pernah difungsikan sebagai basis pengiriman obat-obatan sesudah Gempa bumi
Samudera Hindia 2004, yang hilir mudik dari berbagai wilayah di Dunia, kepada para pengungsi
yang terisolir di berbagai wilayah yang dihantam Tsunami di Aceh. Setelah dilanda Tsunami
pada 26 Desember 2004, bandara ini telah direnovasi dan memiliki landasan pacu sepanjang
3.000 meter yang mampu menampung pesawat berbadan lebar. Pada 9 Oktober 2011 sebuah
Boeing 747-400 berhasil melakukan take off dan landing, yang membuktikan bahwa bandara ini
bisa dijadikan tempat transit bagi perusahaan penerbangan internasional.

Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda mendapatkan Bandara Terbaik Dunia untuk
Wisatawan Halal di Dunia Halal Tourism Awards 2016.
Sejarah

Bandara Sultan Iskandar Muda dibangun oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1943. Saat itu,
bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 1400 meter dan lebar 30 meter berupa huruf T
dari ujung selatan memanjang dari timur ke barat.

Pada tahun 1953 Bandara Sultan Iskandar Muda (pada waktu itu bernama Bandara Blang
Bintang) dibuka kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk tujuan pendaratan pesawat.
Landasan pacu hanya menggunakan landasan pacu dari Utara ke Utara sepanjang 1400 meter.
Pesawat pertama yang mendarat setelah dibuka kembali adalah DC-3 Dakota, dan beberapa
tahun kemudian, Convair 240.

Pada tahun 1968, bandara ini telah mengembangkan perluasan landasan pacu hingga 1.850 meter
dengan lebar 45 meter, dan celemek 90 x 120 meter, sehingga bisa menampung pesawat yang
lebih besar seperti Fokker F28.

Pada tahun 1993 dan 1994, Bandara Sultan Iskandar Muda kembali mengalami perkembangan
yang terkait dengan MTQ Nasional yang diadakan di Banda Aceh, dengan perluasan landasan
pacu 2250 x 45 meter, yang dapat menampung pesawat DC-9 dan B-737 dan didukung dengan
pemasangannya. Dari Radar yang terletak di Gunung Linteung sekitar 14 & nbsp; km dari
bandara.

Pada tanggal 9 April 1994, Bandara Sultan Iskandar Muda bergabung dengan PT (Persero)
Angkasa Pura II, berdasarkan surat Menteri Keuangan No. 533 / MK.016 / 1994 dan Surat
Menteri Perhubungan A. 278 / AU.002 / SKJ / 1994

Perubahan nama Bandara Blang Bintang ke Bandara Sultan Iskandar Muda adalah:

1. Surat Legislatif Daerah Istimewa Aceh Nomor 553.2 / 661 tanggal 4 April 1995
2. Surat Gubernur Daerah Khusus Aceh Nomor 553.2 / 8424 tanggal 11 April 1995
3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 1995 tanggal 11 Mei 1995 tentang
Perubahan nama Bandara Blang Bintang menjadi Bandara Sultan Iskandar Muda.
Pada tahun 1999, Bandara Sultan Iskandar Muda melanjutkan pengembangan dengan
menambahkan landasan pacu sepanjang 2.500 meter untuk dapat menampung pesawat A330,
untuk melayani keberangkatan para peziarah sehubungan dengan pemilihan Bandara Sultan
Iskandar Muda sebagai salah satu ziarah embarkasi / pelayaran .

Perkembangan terakhir dari bandara ini adalah pada tahun 2009 dimana panjang landasan pacu
kembali meningkat menjadi 3000 meter dengan lebar 45 meter, bangunan terminal baru
menggantikan bangunan terminal lama. Bandara ini diresmikan secara resmi oleh Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 Agustus 2009, saat Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono datang ke Aceh secara resmi untuk membuka Pekan Budaya Aceh tahunan
kelima (Pekan Kebudayaan Aceh).

Bandar udara ini pernah dilayani oleh Garuda Indonesia sebanyak 4 (empat) kali.

Pemegang kendali

Bandar udara ini kendali operasionalnya dipegang PT. Angkasa Pura II yang juga menaungi 11
Bandar udara lainnya.

Maskapai dan destinasi

Maskapai penerbangan penumpang


Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Bangkok Airways Phuket

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Citilink Medan

Firefly Penang

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta


Maskapai Tujuan

Musiman: Jeddah, Madinah

Indonesia AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Medan
Lion Air
Musiman: Jeddah[Catatan 1]

Malindo Air Penang

Susi Air Blangkejeren, Blangpidie, Kutacane, Meulaboh

Wings Air Phuket

Statistik
Tahun 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000

Peningkat
an 465.8 462.0 486.0 568.6 550.0 523.9 465.9 287.0 214.8 150.1 103.6 63.01
penumpa 65 89 96 53 42 58 00 91 66 25 46 4
ng

Kargo
(dalam
9.876 7.978 8.674 3.256 2.391 2.170 2.086 1.084 923 1.463 1.148 1.307
satuan
ton)

Peningkat
an 654 546 487 1.000 930 908 673 431 219 172 154 98
pesawat
8.Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang)

Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah (IATA: TNJ, ICAO: WIDN),
Sebelumnya Bandar Udara Kijang, adalah Bandar udara internasional yang terletak di Kota
Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Bandara ini dikelola PT. Angkasa Pura II.

Statusnya dari dulu adalah internasional, tetapi dikarenakan Kepulauan Riau belum pisah dari
Riau Daratan maka bandara ini jarang dipergunakan. Setelah tahun 2001 Kepulauan Riau resmi
menjadi provinsi baru di Indonesia, maka terjadilah pembangunan yang pesat di kota Tanjung
Pinang dan bandara ini diramaikan lagi oleh beberapa maskapai penerbangan yaitu Merpati pada
tanggal 19 Desember 2007, Sriwijaya Air pada awal bulan Februari 2008 dan Riau Airlines pada
pertengahan tahun 2005.

Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengucurkan dana untuk pengembangan Bandara ini. Proyek
mulai berjalan pada bulan Juni. Pengembangan bandara meliputi penambahan fasilitas seperti
radar dan landasan pacu ditambah sekitar 400 meter dari awalnya yang hanya 1.856 meter
menjadi 2.256 meter. Selain itu, gedung terminal bandara juga diperluas dari 2.118 meter persegi
menjadi 8.348 meter persegi. Dengan perluasan itu diharapkan dalam satu tahun mampu
melayani 600 ribu orang. Pada April 2008 bandara ini resmi berganti nama dari Bandar Udara
Kijang menjadi Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.

Nama bandara diambil dari nama Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga
memperoleh Bintang Maha Putra Adi Pradana.
Perpanjangan landas pacu hingga 3578 oleh 45 meter (11739 ft × 148 ft), dan sejak September
2014 sudah dipergunakan.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur–Internasional

China Southern
Charter: Guiyang
Airlines
Maskapai Tujuan

China Eastern
Charter: Guiyang
Airlines

Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta

Indonesia AirAsia Kuala Lumpur–Internasional

Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Semarang, Surabaya,


Lion Air
Yogyakarta–Internasional

NAM Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta–Adisutjipto

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Susi Air Dabo, Letung

Wings Air Dabo

XpressAir Matak, Natuna, Yogyakarta–Adisutjipto

Sejarah Singkat Lanud RHF

Pembuatan Lapangan Terbang Kijang dalam masa peralihan Pemerintahan Hindia Belanda ke
Pemerintahan Republik Indonesia sekitar tahun 1950-1952, Garuda (GIA) masih meneruskan
penerbangan KNILM dengan pesawat Catalina dimana agen Garuda ini sejak awal ditangani
oleh Rachmat Kadir. Tentara Jepang pernah merintis untuk mencari lokasi pembuatan Lapangan
Terbang Kijang (Bandara Raja Haji Fisabilillah) yang sekarang ada, tetapi maksud Jepang
tersebut tidak jadi terlaksana secara sempurna karena keburu kalah perang.

Tahun 1951-1952 tim survei dari Jakarta tiba di Tanjungpinang, dimana survei ini segera
dilanjutkan dengan pembangunan Lapangan Terbang oleh PU dan beberapa kontraktor
terkemuka pada saat itu. Tahun 1953 Lapangan Terbang Kijang diresmikan oleh Menteri
Perhubungan RI Adnan Kapau Gani, dalam bentuk lapangan terbang yang sederhana dengan
runway bouksit yang diperkeras serta fasilitas penerbangan lainnya yang masih sangat minim.
Tercatat pesawat yang melakukan pendaratan pertama kali di Lapangan Terbang Kijang adalah
pesawat Garuda (GIA) jenis Heron.

Dengan Surat Keputusan Kasau Nomor: 179 Tanggal 16 Juli 1958, terhitung 1 Juli 1958
Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang dinyatakan resmi berdiri. Dalam rangka pembinaan
tradisi dan memupuk "Sense of Bilongings" dari para anggota Detasemen Angkatan Udara
Tanjung Pinang secara pasti dan otentik tanggal 1 Juli 1958 dapat dijadikan patokan sebagai
"Hari Jadi Pangkalan Udara Tanjung Pinang (Lanud Rhf)" yang mulanya berstatus Detasemen
Angkatan Udara Tanjung Pinang.

Komandan Lanud RHF

Komandan Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) dari masa ke masa [6]:

1. Kapten Udara Intarso (1964-1967)


2. Kapten Pnb Hendro Sunarto (1967-1972)
3. Mayor Pnb M. Isnain Mahmud (1972-1974)
4. Kapten Pom Ngadijo (1974-1977)
5. Mayor Pnb Daniel Boroh (1977-1979)
6. Mayor Pnb Gandhy NS (1979-1982)
7. Mayor Pnb Djaja Subagdja (1982-1984)
8. Letkol Nav Atmadji (1984-1987)
9. Letkol Nav Giantono BS (1987-1989)
10. Letkol Pnb Slamet Widodo (1989-1991)
11. Letkol Pnb Sodik Sukarno (1991-1993)
12. Letkol Pnb Haryantoyo (1993-1996)
13. Letkol Pnb Sukanto Haryono (1996-1998)
14. Letkol Pnb Ilyanus Sanusi (1998-2000)
15. Letkol Pnb Emir Panji (2000-2002)
16. Letkol Pnb A. Rasyid Jauhari (2002-2004)
17. Letkol Pnb Irawan Nurhadi (2004-2005)
18. Letkol Pnb Sugiharto (2005-2006)
19. Letkol Sus M. Tawakal S. Sidik (2006-2008)
20. Letkol Pnb Nandang Sukarna, M.Si. (2008-2010)
21. Letkol Pnb Amran Rasjid (2010-2011)
22. Letkol Pnb M. J. Hanafie (2011-2013)
23. Letkol Pnb Hendrayansyah, S.Sos. (2013-2014)
24. Letkol Pnb I Ketut Sadewa Wahyu Wijaya (2014-2015)
25. Letkol Pnb Andy Ferdinand Picaulima, S.Sos. (2015-2016)[7]
26. Kolonel Pnb Ignatius Wahyu Anggono, S.E., M.M. (2016-2017)[2]
27. Kolonel Pnb M. Dadan Gunawan, S.T. (2017-2019)[8]
28. Kolonel Pnb Elistar Silaen, S.T. (2019)[9]
29. Kolonel Pnb. Andi Wijanarko (2019-sekarang)

9.Sultan Thaha (Jambi)

Bandar Udara Sultan Thaha (bahasa Inggris: Sultan Thaha Airport) (IATA: DJB, ICAO:
WIJJ), adalah bandar udara internasional yang terletak di Kota Jambi, Provinsi Jambi,
Indonesia. Bandara ini mulai bulan April 2007 dikelola oleh PT. Angkasa Pura II, yang
sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jambi. Saat ini ada 8 maskapai
penerbangan yang setiap harinya melakukan penerbangan sebanyak 23 kali, di antaranya Batik
Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, Nam Air, Sriwijaya Air, Susi Air, dan Wings Air.
Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Thaha Syaifuddin, seorang pahlawan Nasional
Indonesia dari Jambi.[3]

Sejarah

Bandara ini dibangun pada masa penjajahan dengan nama Lapangan Terbang Paalmerah.
Mulai tahun 2011 ini. Bandara Sultan Thaha akan ditingkatkan kemampuannya untuk melayani
penumpang pesawat yang terus meningkat serta peningkatan panjang dan lebar landasan
(Panjang dan lebar saat ini 2.220 meter dan 30 meter dan akan ditambah menjadi 2.600 meter
dan 45 meter). Peningkatan landasan ini dilakukan untuk melayani pesawat-pesawat berbadan
lebar, terutama dari Garuda Indonesia. Pihak Angkasa Pura juga akan menambahkan peralatan
Instrument Landing System (ILS) yang dapat membantu pesawat mendarat dalam cuaca buruk.
ILS adalah peralatan yang wajib dipasang di bandar udara berstandar internasional, sama seperti
tujuan peningkatan bandar udara ini, yaitu menjadikan Sultan Thaha Syaifuddin sebagai bandara
internasional pada tahun 2012[4].

Pengembangan

Terminal baru Bandar Udara Sultan Thaha yang sedang dalam tahap pembangunan.

Terminal baru Bandara Sultan Thaha dibuka pada tanggal 27 Desember 2015. Terminal ini
diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Juli 2016. Landasan pacu akan
dilebarkan menjadi 3000 meter x 45 meter yang akan bisa didarati pesawat berbadan lebar.
Fasilitas

Bandara Sultan Thaha menyediakan berbagai fasilitas untuk pengunjung. Tersedia Wi-Fi dan
kiosk untuk melihat status penerbangan. Terdapat beberapa toko yang menjual berbagai macam
makanan dan cinderamata, seperti Pempek Selamat, Rotiboy, dan AlfaExpress.

Maskapai Penerbangan
Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta

Citilink Jakarta–Soekarno–Hatta

Garuda
Jakarta–Soekarno–Hatta, Palembang
Indonesia

Lion Air Batam, Jakarta–Soekarno–Hatta, Medan

Sriwijaya Air Batam, Jakarta–Soekarno–Hatta

Susi Air Dabo

Bandar Lampung, Bengkulu, Lubuklinggau, Medan, Muara Bungo, Padang,


Wings Air
Palembang, Pekanbaru

10.Depati Amir (Pangkal Pinang)


Bandar Udara Depati Amir (bahasa Inggris: Depati Amir Airport) (IATA: PGK, ICAO:
WIPK) dikenal juga Bandar Udara Pangkal Pinang, adalah bandar udara yang terletak di Kota
Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa
Pura II sejak bulan Januari 2007. Pada awalnya bernama Pelabuhan Udara Pangkal Pinang yang
dibangun sejak penjajahan Jepang tahun 1942 sebagai pertahanan dari serangan tentara sekutu.
Sesuai dengan surat Sekjen Dephub No. 378/TLK/DEPHUB/VIII/85 tanggal 22 Agustus 1985
nama Pelabuhan Udara diubah menjadi Bandar Udara. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perhubungan No. SK.1/AU.106/PHB-99 tanggal 25 Agustus 1999, nama Bandar Udara
Pangkalpinang diubah menjadi Bandar Udara Depati Amir, yang merupakan UPT dari Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan.

Sejak 1 Januari 2007, Bandara ini diserahkan pengelolaannya kepada sebuah BUMN yang
membidangi pengelolaan beberapa bandara di wilayah barat Indonesia, yaitu PT. Angkasa Pura
II (Persero).

Bandara ini telah sekian kali mengalami perubahan fisik, baik wilayah Terminal penumpang,
fasilitas Landasan pacu, apron, maupun ruang udara. Terminal penumpang terus mengalami
perluasan. Landasan pacu, pada awalnya berupa hamparan rumput, kemudian tanah keras atau
biasa disebut runway strip. Seiring dengan bertambahnya kapasitas dan ukuran pesawat yang
semakin besar, landasan pacu dikembangkan dengan konstruksi aspal.
Pada tahun 1978, landasan tersebut dipindah bergeser ke arah barat sejauh sekitar 75 meter,
dengan panjang 1200m. Kemudian secara bertahap terus diperpanjang 1600 m, 1800m, 2000m
dan selanjutnya tahun 2013 runway telah mencapai panjang 2250m x 45m. Dalam sejarah
perpanjangan landasan pacu ini, pernah juga memotong sebuah jalan raya, hingga pada akhirnya
jalan raya tersebut dialihkan ke arah jalur yang lebih sesuai. Hingga saat ini runway bandara ini
telah mampu didarati pesawat tipe Boeing 737-800NG/900ER, & Airbus A320, walaupun dalam
kapasitas yang terbatas.

Tempat parkir pesawat (apron) juga telah beberapa kali mengalami overlay (penebalan aspal).
Hingga saat ini apron bandara ini telah mampu menampung 4 pesawat berbadan lebar sekaligus,
seperti tipe Boeing 737-800NG/900ER, & Airbus A320.

Untuk ruang udara yang dikendalikan oleh unit Pelayanan Lalu Lintas Udara Bandara Depati
Amir pada awalnya hanya melayani sebatas wilayah sekitar bandara hingga ketinggian 2500
kaki. Pada tahun 1992, batas wilayah berkembang, dengan batas horizontal hingga 30 Nm, dan
batas vertikal 15.000 kaki. Pada tahun 2008 setelah dikelola oleh PT. Angkasa Pura II, batas
horizontal diperlebar hingga jarak variatif 80 Nm, sedangkan batas vertikal hingga 24.500 kaki.

Sejak 1 Januari 2013 pengelolaan ruang udara pada Bandara Depati Amir beralih kepada Perum
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau yang juga dikenal
dengan AirNav Indonesia.

PT Angkasa Pura II akan melakukan Review Rencana Induk Bandara Depati Amir
Pangkalpinang. Hal ini dilakukan untuk merespon peningkatan jumlah penumpang yang
melebihi estimasi KP 623 tahun 2012 dan perubahan layout dalam pengembangan. Selain itu
pihak PT Angkasa Pura II mendukung rencana Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
untuk menjadikan Bandara Depati Amir Pangkal Pinang menjadi Bandara Internasional.

Rencananya pengembangan Bandara Depati Amir Pangkal Pinang akan dilakukan dalam tiga
tahap. Beberapa diantaranya, pada tahap pertama runway yang sekarang 2250 meter x 45 meter
akan diperpanjang menjadi 2600 mter x 45 meter. Sedangkan untuk apron dari 410 meter x 92 m
menjadi apron 420 meter x 123 meter. Dijelaskan oleh General Manager Bandara Depati Amir
Pangkal Pinang Chuanda, sampai dengan 2017, pergerakan penumpang mencapai 2.053.947
Pax/tahun. Diproyeksikan pergerakan penumpang akan mencapai 5.205.583 Pax/tahun.

Pada tanggal 14 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo.

Maskapai Penerbangan
Maskapai Tujuan

Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya

Garuda
Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang, Tanjung Pandan
Indonesia

Lion Air Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang, Surabaya

Palembang, Tanjung Pandan, Yogyakarta–Adisutjipto, Yogyakarta–


Nam Air
Internasional

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang

Susi Air Dabo

Wings Air Bandung, Dabo, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Palembang, Tanjung Pandan

11.Silangit (Tapanuli Utara)


Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja XII (bahasa Inggris: Sisingamangaraja XII
International Airport) (IATA: DTB, ICAO: WIMN), sebelumnya Bandar Udara Internasional
Silangit, adalah bandar udara yang terletak di Siborong-borong, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
Bandar udara ini memiliki ukuran landas pacu 2.400 m x 30 m. Jarak dari pusat kota sekitar
7 km.

Sejarah

Bandar Udara Silangit dibangun pada masa penjajahan Jepang. Pembangunan kembali bandara
ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter
sehingga menjadi 1.400 meter. Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara pun
mulai dilakukan dengan gencar. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas
pacu sepanjang 2.400 meter dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali
menjadi 3800 oleh 45 meter (12467 ft × 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar
secara reguler. Pada tanggal 18 Januari 2011, Bandara Silangit didatangi oleh Presiden RI
beserta rombongan yang menggunakan pesawat Boeing 737-500. Dengan kedatangan Presiden
tersebut, dinyatakanlah bahwa Bandara Silangit telah sanggup melayani pesawat sekelas A320,
A320neo, A330, & B737 Next Generation, & MAX.

Luas Terminal saat ini = 100 m2 (Terminal A) & 700 m2 (Terminal B), Fasilitas Navigasi =
NDB, AFIS, PAPI & DVOR/DME, Fasilitas Keamanan Penerbangan = X-Ray Baggage, X-Ray
Cabin, Walk-through Metal Detector & Handheld Metal Detector, Fasilitas Keselamatan
Penerbangan = PKP-PK Type V, Gunebo & Ambulance, Fasilitas Listrik = Generator Set 25 &
125 KVA, Airfield Lighting System (AFL), Apron Light & Apron Flood Light, Fasiitas
Terminal = Conveyor Belt, Timbangan Digital, Running Text, LCD Information, Fasilitas
Peralatan = Wheel Tractor Rotary Mower, Hand Mower, .

Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Bandara Silangit adalah
satu-satunya bandara kelas IV yang memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di
Indonesia. Pada 14 Desember 2012, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi
menyerahkan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT Angkasa Pura II (Persero).
Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara UPT menjadi bandara
komersial.

Sebagai Bandara ke 13 PT. Angkasa Pura II (Persero), pembenahan fasilitas pelanan terus
dilakukan hingga saat ini, renovasi toilet untuk pemenuhan standar toilet juara, renovasi
Musholla dan Tempat Wudhu yang layak, pembuatan Kid Zone, pengadaan Free Charging,
penguatan sinyal wifi, perbaikan area counter check in dan pembenahan Nursery Room, adalah
sebagian dari pembenahan tersebut.

Bandar Udara Silangit juga sedang mengupayakan kesempurnaan Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, demi mewujudkan program zero incident, zero accident & zero workplace
accident.

Saat ini Penerbangan silangit dilayani operator Wings Air untuk Rute Batam - Silangit, dan Susi
Air untuk Rute Medan - Silangit dan Gunung Sitoli - SIlangit. Program penerbangan langsung
Jakarta - Silangit terus diupayakan dengan optimal melalui pembenahan fasilitas keamanan dan
keselamatan penerbangan.

Progress penumpang dari dan ke Bandara SIlangit mencapai rata-rata 100% setiap tahunnya.
Pada Tahun ini penumpang dari dan ke Bandara SIlangit ditargetkan mencapai 25.000 pax,
meningkat 120 % dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 12.009 pax.

Bandara Silangit juga sedang dipersiapkan untuk melayani peningkatan wisatawan ke Danau
Toba dan area Tapanuli lainnya.
Fasilitas Pendukung

 Ruang VIP
 Mushola & Perangkat Sholat
 Wi-Fi
 Charger Ponsel
 Tempat Bermain anak
 Ruang Menyusui - Fasilitas air mineral, Tissue Basah, Diapers
 TV Informasi
 Surat Kabar dan majalah
 Toilet
 Kursi Roda
 Area Merokok

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur–Internasional

Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Citilink Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno–Hatta

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Susi Air Gunung Sitoli, Medan

Wings Air Gunung Sitoli, Medan, Padang

12.Banyuwangi (Jawa Timur)


Bandar Udara Internasional Banyuwangi (bahasa Inggris: Banyuwangi International Airport)
(IATA: BWX, ICAO: WADY (sebelumnya WARB)) terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan
Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Bandara dengan landas pacu 2.500 meter
dan lebar 45 meter ini dibuka pada 29 Desember 2010. Bandara ini diklaim sebagai bandara
hijau pertama di Indonesia[3].

Sejarah

Keberadaan Bandar udara Internasional Banyuwangi saat ini adalah merupakan buah gagasan
dari Bupati Banyuwangi Purnomo Sidik (1991-2000) diperiode akhir masa jabatanya pada saat
itu. Sebenarnya rencana awal lokasi pembangunan bandara Banyuwangi ini adalah di kecamatan
Glenmore dibekas lokasi Lapangan terbang Blambangan. Lapangan terbang Blambangan itu
sendiri adalah sebuah lapangan terbang pertanian yang dibangun pada dekade 1970an yang
hanya digunakan untuk kegiatan pertanian yang salah satunya adalah digunakan sebagai
landasan pesawat capung untuk menyemprot pestisida guna memberantas serangan hama wereng
yang terjadi pada waktu itu.

Pada saat itu anggaran untuk proyek pembangunan bandara baru tersebut sudah disiapkan
bahkan material bangunan sudah sempat dikirim menuju lokasi di Glenmore namun proyek itu
urung terlaksana karena bupati Purnomo Sidik mengundurkan dari jabatannya karena dianggap
tidak mampu menyelesaikan peristiwa pembunuhan orang-orang yang diduga dukun santet pada
pertengahan tahun 1998 yang dikenal dengan peristiwa Pembantaian Banyuwangi 1998 yang
terjadi waktu itu. Rencana pembangunan seterusnya dilanjutkan pada masa kepemimpinan
Bupati penggantinya yaitu Samsul Hadi. Namun setelah melalui tahap kajian lebih lanjut
ternyata lokasi bekas lapangan terbang Blambangan di Kecamatan Glenmore tersebut tidak layak
untuk dijadikan bandar udara karena topografi wilayah kecamatan Glenmore yang bergunung-
gunung. Kemudian, melalui keputusan menteri (Kepmen) nomor 49 tahun 2003, ditentukanlah
lahan untuk pembangunan bandara yang baru yaitu berada di wilayah Desa Blimbingsari yang
pada saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Rogojampi.

Pembangunan bandara dilokasi baru ini memakan waktu bertahun-tahun karena proses
pembebasan lahan yang tak kunjung selesai. Dalam perihal pembebasan lahan ini dua bupati
Banyuwangi terjerat dalam kasus korupsi penggelembungan harga tanah pembebasan lahan yang
merugikan negara sejumlah Rp 40,99 miliar. Dua bupati tersebut adalah Bupati Samsul Hadi
yang merugikan negara sejumlah Rp 21,23 miliar dan Bupati Ratna Ani Lestari senilai Rp 19,76
miliar.[5] Meski diiringi oleh dua kasus korupsi yang terjadi tetapi pembangunan bandara baru ini
tetap berlanjut secara bertahap dalam kurun waktu 2004 hingga 2008 dengan pendanaan yang
berasal dari APBN.

Pada tanggal 29 Desember 2008, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal melakukan
kunjungan singkat ke Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi dengan didampingi oleh Bupati
Ratna Ani Lestari beserta rombongan. Dalam kunjungan ini Menteri Perhubungan merasa
optimis bahwa penerbangan di Kabupaten Banyuwangi dapat berkembang pesat dengan adanya
bandar udara yang menurutnya cukup bagus dan ideal. Pada 23 Januari 2009, tim dari Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap Bandar Udara
Blimbingsari Banyuwangi. Beberapa waktu kemudian, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
mengeluarkan surat nomor 167/DBU/II/2009 tertanggal 9 Februari 2009 tentang pemanfaatan
Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi yang garis besar isinya adalah bahwa bandara dapat
digunakan untuk lepas landas dan mendarat pesawat jenis CASA. Tanggal 26 Desember 2010
dilakukan proving flight ( uji kelayakan terbang ) pesawat milik PT Sky Aviation oleh Direktorat
Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagai salah satu syarat akan diadakannya
penerbangan komersial dengan pesawat tersebut.
Pada tanggal 21 April 2009 bandara ini mulai digunakan oleh Bali International Flight Academy
(BIFA) untuk keperluan pelatihan lepas landas dan mendarat bagi para calon pilot. Untuk
penerbangan komersil, mulai dibuka pada 29 Desember 2010 oleh maskapai Sky Aviation
setelah sebelumnya diadakan uji kelayakan terbang pada 26 Desember 2010 menggunakan
pesawat C208 Grand Caravan. Penerbangan ini sekaligus menjadi tanda diresmikannya Bandara
Blimbingsari sebagai bandara komersil. Penandatanganan prasasti peresmian dilakukan oleh
Wakil Menteri Perhubungan saat itu Bambang Susantono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Pada tahun 2017 bandara ini berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi, melalui surat
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 830 tahun 2017. Dan pada 22 Desember 2017,
bandara ini dialihkan pengelolaannya ke Angkasa Pura II.

Perkembangan

Hanggar Sekolah Pilot Banyuwangi (BP3B)

Selain berfungsi sebagai bandara komersial, Bandar Udara Banyuwangi juga digunakan untuk
keperluan pendidikan penerbangan. Setelah sebelumnya Bali International Flight Academy
(BIFA) menggunakan bandara ini, Kementerian Perhubungan mendirikan Loka Pendidikan dan
Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (LP3B) yang diresmikan pada 23 Desember 2013[7] yang
kemudian berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi
(BP3B) melalui Permenhub RI PM/123/2015. Selain dua sekolah penerbangan di atas itu
terdapat Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).

Perkembangan fasilitas

Pada awal pembangunannya, Bandara Banyuwangi (saat itu masih bernama Bandara
Blimbingsari) memiliki panjang landasan 900 m dan lebar 23 m. Kemudian agar dapat dijadikan
bandara komersil, landasan diperpanjang hingga 1.400 m dan lebar 30 m di mana
pembangunannya dimulai tahun 2008. Dua tahun setelah beroperasi, landasan kembali
diperpanjang menjadi 1.800 m dengan ketebalan 27 PCN[8]. Tahun 2015, untuk pengembangan
menuju bandara internasional dan agar mampu mengakomodasi pesawat yang lebih besar,
landasan kembali diperpanjang menjadi 2.250 meter dengan ketebalan 40 PCN[9].

Pembangunan terminal hijau

Pada tahun 2015, Pemerintah mulai membangun terminal baru yang lebih besar. Pembangunan
terminal baru ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Timur senilai Rp 22,5 miliar dan
APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp 10,5 miliar. Anggaran ini dipergunakan untuk
pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir[10].

Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan
penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof
untuk pencahayaan alami di siang hari. Selain itu terminal baru ini mengadopsi bentuk ikat
kepala khas Suku Osing. Terminal yang didesain oleh Andra Matin ini diresmikan pada 2017.[11].

Salah satu ruangan dalam terminal baru

Konservasi air terminal baru


Ruang tunggu

Pintu kedatangan

Perkembangan rute

Baliho Penerbangan Garuda Indonesia ke Bandara Banyuwangi

Bandara ini membuka layanan penerbangan komersil dari maskapai Sky Aviation pada tanggal
29 Desember 2010. Pesawat yang digunakan adalah jenis Grand Caravan berkapasitas 9-10
orang dengan rute Banyuwangi-Surabaya[12]. Pada tanggal 25 April 2011, Sky Aviation
menambah armada di Bandara Banyuwangi dengan Fokker F50 berkapasitas 48 tempat duduk
dan beroperasi di rute yang sama[12]. Sky Aviation lalu menghentikan operasional rute ini pada
20 Oktober 2011 karena kalah bersaing dengan maskapai lain yang ada di Bandara Banyuwang.

Merpati Nusantara Airlines sempat membuka rute Bandung-Semarang-Surabaya-Banyuwangi


menggunakan pesawat MA60 berkapasitas 56 penumpang. Rute pulang pergi ini diresmikan 24
Agustus 2011, dihadiri oleh Bupati Abdullah Azwar Anas, Direktur Niaga PT. Merpati
Nusantara Airlines Tonny Aulia Achmad, perwakilan Kemenhub dan Forkopimda
Banyuwangi[14]. Rute ini ditutup 9 April 2013 karena masalah keuangan yang membelit
perusahaan tersebut .

Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya-
Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600 dan Bombardier CRJ1000 NextGen

Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya-
Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600

Mulai tahun 2017, diusahakan pembukaan rute langsung Jakarta Soekarno-Hatta ke Banyuwangi.
Rute ini pertama kali diisi oleh maskapai NAM Air pada 16 Juni 2017 menggunakan pesawat
Boeing 737-500 berkapasitas 150 tempat duduk. Dalam persemian ini dihadiri oleh Menteri
Pariwisata Arief Yahya dan Presiden Direktur Sriwijaya Group Chandra Lie[18]. Lalu, Garuda
Indonesia juga mengisi rute ini pada 8 September 2017 menggunakan pesawat Bombardier
CRJ1000 NextGen[19]. Maskapai Citilink membuka penerbangan rute ini pada 15 Februari 2018
yang melayani penerbangan 2 kali sehari menggunakan Boeing 737-500[20] dan kemudian
menggunakan Airbus A320 pada 9 Agustus 2018

Pada Desember 2018, Bandar Udara Banyuwangi secara resmi melakukan penerbangan perdana
rute internasional yakni Banyuwangi - Kuala Lumpur (Malaysia) dan sebaliknya.

Dalam perjalanannya hingga saat ini, dalam catatan PT Angkasa Pura II (Persero) jumlah
penumpang yang datang dan pergi dari bandara ini selama 2018 mencapai 366.155 penumpang,
lebih banyak dari tahun 2017 sebanyak 190.369 penumpang. Sementara maskapai yang melayani
penerbangan antara lain Batik Air, Citilink, Nam Air, Garuda Indonesia dan Wings Air

Transportasi dari dan ke Bandara

Bus DAMRI tersedia dari bandara menuju Kota Banyuwangi atau menuju ke Pelabuhan
Ketapang dan Stasiun Banyuwangi Baru. Selain itu terdapat Taksi Bosowa dan Taksi Ramayana
untuk transportasi dari dan ke bandara.
Insiden

 Pada 16 Januari 2017, pesawat Cessna 172 bernomor registrasi PK-MUA milik Mandiri
Utama Flight School (MUFA) yang diawaki seorang siswi penerbang bernama Regina
Marthalia, terbakar setelah sayap pesawat membentur landasan pacu. Regina selamat
setelah berhasil keluar sebelum api menghanguskan seluruh badan pesawat

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno–Hatta, Kuala Lumpur–


Citilink
Internasional, Malang, Manado, Samarinda, Surabaya

Garuda
Jakarta–Soekarno–Hatta
Indonesia

Nam Air Jakarta–Soekarno–Hatta

Wings Air Bandung, Denpasar/Bali, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Malang, Surabaya

Xpress Air Banjarmasin

Galeri

ATC tower Bandara Blimbingsari lama


Apron Bandara Blimbingsari (2011)

13.Kertajati (Jawa Barat)

Bandar Udara Internasional Kertajati (bahasa Inggris: Kertajati International Airport, Sunda:
ᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ), adalah bandar udara yang berada di
bagian timur laut dari Jawa Barat, Indonesia.[3] Bandar udara ini merupakan bandar udara
terbesar kedua di Indonesia berdasarkan luas setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-
Hatta[4], yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, kira-kira 68 kilometer di timur Bandung.
Bandar udara ini dibangun untuk melayani sebagai bandar udara internasional kedua di wilayah
metropolitan Bandung dan juga melayani Cirebon, bagian dari Jawa Barat dan Provinsi Jawa
Tengah.

Bandar udara ini diresmikan operasinya pada tanggal 24 Mei 2018, dengan Pesawat
Kepresidenan Indonesia mendarat sebagai yang pertama di bandar udara ini. Bandar udara ini
memiliki landasan pacu tunggal sepanjang 3.000 meter dan dapat menapung pesawat berbandan
lebar seperti boeing 777.[5] Bandar udara baru ini berfungsi sebagai penyangga untuk membantu
memudahkan lalu lintas udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Setelah
selesai, Bandar udara ini akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun,
dengan banyak ruang untuk ekspansi.[6] Bandar udara ini juga akan mengoperasikan terminal
kargo dengan perkiraan resmi pada 1,5 juta ton kargo pada tahun 2020. Upaya memaksimalkan
operasi bandara Kertajati, Pemprov Jabar pun akan merealisasikan pindahnya rute penerbangan
bandara Husein ke bandara Kertajati dengan pertimbangan kendala transportasi. [7]

Sejarah

Pembangunan Bandara Kertajati sendiri sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati
Soekarnoputri. Studi kelayakan Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, izin penetapan
lokasi pun dilakukan sejak 2005. Saat itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup
mendanai sendiri pembangunan bandara dengan APBD.

Namun, Pemprov Jawa Barat tak kunjung merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga
2011. Setelah dilakukan peninjauan ulang, pembangunan bandara ternyata membutuhkan alokasi
APBN.

Ia menyebut selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus
akibat pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014
untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi.

Tidak hanya itu saja, Bandara Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional
(PSN). Pembangunan sejak 2015 hingga 2017 kemudian dilakukan dengan menggunakan
anggaran Kementerian Perhubungan.

Adapun guna mengoperasionalkan bandara tersebut, Kementerian Perhubunga kemudian pada 22


Januari 2018 memfasilitasi penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa
kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT BIJB
dan PT Angkasa Pura 2.

Bandara ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp2,6 triliun. Saat ini, pembangunan
bandara sudah mencapai 98 persen, karena masih terdapat beberapa tahap pembangunan yang
masih harus diselesaikan.

Maskapai Penerbangan
Maskapai Tujuan
Maskapai Tujuan

Indonesia
Denpasar/Bali, Pekanbaru, Surabaya
AirAsia

Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar, Mataram–


Lion Air Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya, Yogyakarta–
Adisutjipto

Transportasi Darat

Shuttle

Shuttle sudah tersedia dari dan ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati antara lain: Lintas
Shuttle, CTU, PTrans dan Elang Cakra Ekspress dimulai sejak November 2018

Bus

Bus DAMRI siap melayani rute dari Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati,
Kabupaten Majalengka ke Bandung dimulai sejak Oktober 2018.

14.Tjilik Riwut (Palangkaraya).

Bandar Udara Tjilik Riwut (IATA: PKY, ICAO: WAGG), sebelumnya Bandar Udara
Panarung, merupakan sebuah bandara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Bandara
ini adalah bandara terbesar di Kalimantan Tengah. Bandara ini juga merupakan Embarkasi Calon
Jemaah Haji Kalimantan Tengah. Kini Bandar Udara Tjilik Riwut sedang dalam pembangunan
Hangar Lion Air dan Sekolah Penerbangan Lion Air yang dikelola oleh Lion Air. Tahun depan
landasan pacu di bandar udara ini akan di perpanjang menjadi 3,000 oleh 45 meter (10 ft
× 148 ft). Saat ini juga telah dibangun dan diresmikan terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut
dengan luas 29.124 meter persegi dengan tingkat dua dan dapat menampung penumpang
sebanyak 2.200 orang. Selain itu Bandar Udara Tjilik Riwut juga diusulkan menjadi bandara
internasional.

Sejarah

Sebelumnya Bandar Udara Tjilik Riwut mempunyai nama Pelabuhan Udara Panarung berdiri
pada tanggal 1 Mei 1958 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Residen Kalimantan Tengah
yaitu Bapak Tjilik Riwut. Pada saat itu dapat difungsikan dan didarati Pesawat Terbang jenis
Twin Otter (dari TNI-AU) Pada Tanggal 24 September 1973 Pelabuhan Udara Panarung oleh
Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah di serah terimakan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Sejak itu tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kalimantan Tengah beralih sepenuhnya kepada pemerintah pusat, sebagai tindak lanjut dari
serah terima tersebut oleh Menteri Perhubungan Bapak Prof. Dr. Emil Salim dinyatakan
Pelabuhan Udara Panarung Palangka Raya sebagai Pelabuhan Udara untuk lalu lintas udara
dalam negeri (Domestik) dengan menggunakan pesawat jenis Fokker 27.

Pelabuhan Udara Panarung Menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut Bertepatan dengan peringatan
Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 Nopember 1988 nama Tjilik Riwut (mantan Gubernur
Kalimantan Tengah), diabadikan untuk nama Bandar Udara Ibu kota Provinsi Kalimantan
Tengah Palangka Raya yang sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Panarung. Penggantian
nama menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut serta penandatanganan prasastinya dilakukan oleh
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Bapak Ir. Azwar Anas. Penggantian nama tersebut
sesuai dengan usul Gubernur Kalimantan Tengah, DPRD Kalimantan Tengah dan
rekomendasi/tanggapan Menteri Dalam Negeri. Pengabadian nama tersebut karena Tjilik Riwut
adalah seorang Pahlawan Nasional (Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 6 November
1988 No.108/TK/1988).
Pada tanggal 28 Maret 2019 terminal baru bandara ini mulai dioperasikan, semua aktivitas
penerbangan di terminal lama bandara dipindahkan ke terminal baru bandara.

Lalu pada tanggal 8 April 2019 terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Maskapai

Maskapai Tujuan

Buntok, Kuala Kurun, Kuala Pembuang, Muara Teweh, Pangkalan Bun, Puruk
Aviastar
Cahu, Tumbang Samba

Batik Air Surabaya, Yogyakarta–Internasional

Citilink Surabaya

Garuda
Jakarta–Soekarno–Hatta
Indonesia

Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Surabaya

Susi Air Muara Teweh

TransNusa Balikpapan, Pangkalan Bun

Wings Air Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Makassar, Samarinda, Sampit

Tragedi/kecelakaan

 29 Agustus 2011: Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 500 dengan nomor penerbangan
GA 551 gagal melakukan penerbangan dari Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya,
Kalimantan Tengah menuju Jakarta dikarenakan mengalami gangguan udara pada kabin
pesawat.Gangguan udara pada kabin pesawat itu baru diketahui ketika pesawat yang
ditumpangi 96 orang itu sudah lepas landas dari Bandar Udara Tjilik Riwut,
Palangkaraya, pukul 08.04 WIB. Setelah berada di udara kurang lebih 10 menit pilot
memutuskan kembali ke Bandar Udara Tjilik Riwut dengan alasan gangguan teknis.
 30 September 2011: Garuda Indonesia Boeing 737 500 Dengan Tujuan Jakarta ke
Palangka Raya, gagal mendarat karena Cuaca Kabut asap di Palangka Raya. insiden ini di
akibatkan karena Cuaca Berasap dan Jarak Pandang Pilot pun Sangat Sedikit. Pilot Pun
Akhirnya memutuskan untuk mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor di
Banjarmasin.
 22 April 2012: Garuda Indonesia Boeing 737 800NG Dengan No. penerbangan GA 550
Menabrak Burung Elang ketika Hendak Mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka
Raya. Tidak ada korban Jiwa dalam Insiden ini, Namun Moncong Pesawat yang tertabrak
Elang itu Rusak. Dan penerbangan ke Jakarta tertunda, dan Penumpang tujuan Jakarta
Diberangkatkan Pukul 20.00 Wib, Dengan Pesawat Pengganti Dari Jakarta.
 22 September 2012: Lion Air Boeing 737 900ER yang di Carter oleh rombongan
kontingen Kalteng pada PON XVIII sempat gagal mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut
Palangka Raya, Sabtu (22/9) pukul 00.15 dinihari. Kejadian ini terjadi ketika pesawat
sudah menyentuh landasan, namun Pesawat kembali terbang dan Berputar-putar di udara
selama 45 Menit, dan kemudian pesawat kembali mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut
Palangka Raya. Insiden ini terjadi karena ini Pesawat Carteran dan Pilot Belum pernah
Mendarat di Palangka Raya bahkan di Malam Hari.

Transportasi dari dan ke bandara

Taksi Bandara

Taksi Bandara sekarang merupakan harapan mutlak untuk Kamu yang mendarat di Bandara
Tjilik Riwut bila mengangkat tak sedikit barang bawaan dan tak dijemput oleh keluarga alias
rekanan kerja. Tarif taksi di Bandara Tjilik Riwut bervariasi tergantung dari tujuan dan juga
negosiasi, kisarannya merupakan kurang lebih Rp 50.000 – Rp 80.000 per penumpang untuk
menuju ke pusat kota Palangkaraya.
Angkot Taksi

Angkot alias Angkutan Kota di Palangkaraya di sebut dengan panggilan Taksi, sehingga jangan
bimbang ya kalau berkunjung ke Palangkaraya dan disuruh naik Taksi itu berarti Angkot,
sedangkan Taksi yang beneran taksi hanya melayani rute dari dan ke Bandara saja dan tak
keliling di dalam kota. Untuk naik Angkot Taksi ini Kamu wajib berlangsung terlebih dahulu ke
luar are Bandara, tarifnya kurang lebih Rp. 3000 per penumpang (tarif saat tulisan ini dibangun
dan bisa berubah sewaktu-waktu).

Ojek Sepeda Motor

Untuk Kamu yang merasa tarif taksi terlalu mahal maka Kamu bisa memakai jasa Ojek Sepeda
Motor. Tetapi ini pasti saja bila Kamu berangkat sendiri dan tak mengangkat barang bawaan
terlalu tak sedikit. Untuk naik ojek sepeda motor ini Kamu wajib berlangsung dahulu ke arah
belakang Bandara. Tarif merupakan sesuai negosiasi, tetapi umumnya merupakan kisaran kurang
lebih Rp. 10.000 untuk jarak tempuh tak lebih lebih 1-2 kilometer.

Mobil Sewa / Travel

Untuk Kamu yang bakal melanjutkan perjalanan ke luar kota Palangkaraya, semacam Sampit,
maka bisa meperbuat pemesanan mobil sewa alias travel sebelumnya. Kamu bakal dijemput
langsung ke Bandara dan diantarkan langsung ke kota tujuan Anda.

Bus Damri

Sampai saat tulisan ini dibangun bus Damri belum beroperasi di Bandara Tjilik Riwut, tetapi
telah masuk dalam rencana Perum Damri untuk mengoperasikan bus Damri di Bandara ini pada
tahun 2015.

Grab Car

Grab Car beroperasi di Bandara Tjilik Riwut sejak Agustus 2019.

15.Supadio (Pontianak)
Bandar Udara Internasional Supadio (Inggris: Supadio International Airport) (IATA:
PNK, ICAO: WIOO), sebelumnya bernama Bandar Udara Sei Durian atau Bandar Udara
Sungai Durian, adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Jaraknya dari Kota Pontianak adalah 17 km sebelah selatan.
Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Luas Bandar Udara Internasional Supadio adalah
528 ha.

Sejarah

Bandar udara ini awalnya dibangun pada awal tahun 1940-an sebagai Bandar Udara Sungai
Durian. Pada tahun 1980-an, bandar udara ini dinamai kembali sebagai Bandar Udara Supadio.
Sejak 1989, rute internasional dibuka dari Bandar Udara Supadio ke Bandar Udara Internasional
Kuching.

Perluasan

Bandar Udara Internasional Supadio sudah memiliki bangunan terminal baru dengan landasan
pacunya yang lebih panjang dan lebar, agar menjadi bandara kelas dunia. Pada 2012 tender untuk
pelapisan landasan pacu sepanjang 2.250 meter telah dilakukan dan pada awal 2013 pelapisan
akan dilakukan. Proyek tahun jamak untuk memperluas landasan pacu menjadi 2.500 meter juga
mulai pada tahun 2013. Sebelumnya, pada 2010-2011 landasan pacu telah diperlebar dari 30
meter menjadi 45 meter dan penambahan landasan pacu baru dengan panjang 3.500 meter x 60
Meter.[1]

Maskapai Penerbangan dan Tujuan


Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional, Kuching

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta

Bandung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya


Citilink
Charter: Guiyang

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Balikpapan, Ketapang, Palangkaraya, Putussibau, Sintang
Explore

Balikpapan, Bandung, Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar,


Lion Air
Semarang, Surabaya

Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Ketapang, Putussibau, Sintang, Yogyakarta

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Wings Air Ketapang, Kuching, Putussibau, Sintang

XpressAir Bandung, Yogyakarta


16.Minangkabau (Padang)

Bandar Udara Internasional Minangkabau (bahasa Inggris: Minangkabau International


Airport) (IATA: PDG, ICAO: WIPT) atau biasa disingkat BIM adalah bandar udara bertaraf
internasional utama di provinsi Sumatra Barat yang melayani penerbangan untuk Kota Padang.
Bandara ini berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping,
Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman.[3]

Bandar Udara Internasional Minangkabau mulai dibangun pada tahun 2002 dan dioperasikan
secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing.[4] BIM merupakan bandara
satu-satunya di dunia yang memakai nama etnis.[5]

Pada tahun 2006, bandar udara ini ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai tempat
embarkasi dan debarkasi haji untuk wilayah provinsi Sumatra Barat, Bengkulu dan sebagian
Jambi. Sejak 1 Januari 2012, jam operasional bandara ini diperpanjang oleh PT Angkasa Pura II
hingga pukul 00.00 WIB, yang sebelumnya hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB.

Pembangunan

Bandar Udara Internasional Minangkabau dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing
yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan setelah 34 tahun
lamanya digunakan.[3] Pembangunan bandara ini mulai dilakukan pada tahun 2001 dengan
menghabiskan biaya sekitar 9,4 miliar Yen, dengan 10% di antaranya (sekitar 97,6 miliar
Rupiah) merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB).
Konstruksinya melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya
dari Indonesia.[4]

Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan
pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter. [7] Penerbangan domestik dan internasional
dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap
tahunnya.[8] Pada tahun 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 m².
Dengan pengembangan itu nantinya akan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per
tahun.[8]

Bandar udara ini adalah bandara kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta yang
pembangunannya dilakukan dari awal. Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan
dalam tiga tahap, tahap keduanya dimulai pada tahun 2010. Setelah semua tahap selesai
pengerjaannya, panjang landasan bandara ini akan diperpanjang menjadi 3.600 meter, yang juga
dilengkapi dengan landasan penghubung (taxiway) paralel di sepanjang landasan.[9]

Transportasi Darat

Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat diakses baik menggunakan kendaraan pribadi,
maupun kendaraan umum seperti bus dan taksi yang beroperasi setiap hari dari Kota Padang dan
kota-kota lain di sekitarnya.[4] Selama tahun 2015, jumlah penumpang di bandara ini telah
mencapai 3,1 juta penumpang.[8] Sejalan dengan perkembangan bandara, pemerintah daerah
telah membangun jalan layang di perempatan jalan masuk menuju bandara, yang disusul dengan
pelebaran ruas jalan Tabing—Duku sepanjang 10 km yang merupakan bagian dari ruas jalan
Padang—Bukittinggi. [4]

Bus

Bandara ini terhubung melalui angkutan bus dengan Kota Padang.


Operator Rute Lokasi

Damri Pasar Raya Padang

Tranex Mandiri Lubuk Begalung Padang

Kereta api
Artikel utama: Kereta api Minangkabau Ekspres

Untuk menuju Kota Padang, PT (Persero) Kereta Api telah membangun jalur kereta api baru
sepanjang 4,2 km dari Stasiun Duku menuju Bandara Internasional Minangkabau.[10] Proyek ini
menjadikan Bandar Udara Internasional Minangkabau tercatat sebagai bandara kedua di
Indonesia yang dapat diakses melalui jalur kereta api. [11] Tertunda dari rencana semula, angkutan
kereta api yang akan menghubungkan Stasiun Simpang Haru, Padang ini ditargetkan selesai pada
Agustus 2016.[12] Kereta Bandara Minangkabau akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo
pada tanggal 21 Mei 2018,[13] dengan tarif dari Stasiun Padang ke Stasiun Bandara Internasional
Minangkabau hanya Rp10.000,00.

Maskapai dan tujuan

Sejumlah penerbangan yang dilayani bandara ini sama seperti bandara sebelumnya, yaitu Bandar
Udara Tabing. Untuk penerbangan domestik, antara lain dengan Jakarta, Surabaya, Batam,
Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Sipora, Yogyakarta, Palembang, Pekanbaru, Jambi, Gunung
Sitoli, Surabaya, dan Bandung. Sementara untuk penerbangan internasional yaitu dengan Kuala
Lumpur. Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat menampung Pesawat Airbus A300,
Airbus A319, Airbus A320, Airbus A320neo, Airbus A330, Airbus A330neo, Airbus A340,
Airbus A350, ATR 72, Boeing 747, Boeing 777, dan McDonnell Douglas MD-11. Kelengkapan
fasilitas yang jauh berbeda dengan Bandar Udara Tabing, terbukti menggairahkan aktivitas
penerbangan di bandara ini. Hingga saat ini tercatat sebanyak lima maskapai penerbangan
nasional dan satu maskapai penerbangan asing yang telah beroperasi di bandara ini, antara lain
adalah sebagai berikut.
Penerbangan ke Singapura yang dilayani oleh Tigerair Mandala ditutup setelah beberapa bulan
beroperasi karena rendahnya tingkat isian penumpang.

Statistik

 Rute penerbangan terbanyak adalah rute bandara ini dari dan ke Bandara Internasional
Soekarno-Hatta.[16]
 Jadwal penerbangan tersibuk terjadi pada pukul 14:10 WIB.
 Jadwal penerbangan terbanyak terjadi pada hari Minggu.
 Jadwal penerbangan terbanyak terjadi pada bulan Desember.

Penumpang

Berikut daftar penerbangan langsung melalui Bandara Internasional Minangkabau:

Maskapai Tujuan

AirAsia Kuala Lumpur—Internasional

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno–Hatta

Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno–Hatta, Palembang,


Citilink
Surabaya

Batam, Gunung Sitoli, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno–


Garuda
Hatta, Palembang
Indonesia
Musiman: Jeddah

Batam, Jakarta—Soekarno–Hatta, Kertajati, Medan, Semarang, Surabaya,


Lion Air Yogyakarta–Adisutjipto
Musiman: Jeddah, Madinah

NAM Air Jakarta—Soekarno–Hatta


Maskapai Tujuan

Saudia Musiman: Jeddah

Sriwijaya Air Jakarta–Soekarno—Hatta, Medan

Susi Air Kepulauan Batu, Mukomuko, Sipora

Bengkulu, Gunung Sitoli, Jambi, Padang Sidempuan, Palembang, Pekanbaru,


Wings Air
Silangit

Kargo
Maskapai Tujuan

Cardig Air Jakarta—Halim Perdanakusuma

Fasilitas

Bandara ini memiliki empat garbarata (pada tahap pembangunan terminal baru direncanakan
menjadi tujuh) yang menghubungkan terminal dengan pesawat. Fasilitas pendukung yang
dimiliki bandara ini adalah area bermain anak, toko yang menjual aneka suvenir, serta makanan
seperti California Fried Chicken, Kiosk, Roti O dan Minang Mart, Soto Kriuk, dan masih banyak
lagi.

Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi.

Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas

performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN

in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best I in Good

Corporate Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN Non-

Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good

Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun
2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company

dari Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport

untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009

kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize ‘INACRAFT Award 2010’ in

category natural fibers, GCG Award 2011 as Trusted Company Based on Corporate

Governance Perception Index (CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia

Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara

Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel

& Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872

jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif

Kasim II Pekanbaru, serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori

Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk

Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3

(Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional

Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng)

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk

membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa

berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada

pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, meningkatkan

kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian sosial terhadap


masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social
Responsibility.

3.BANDAR UDARA SWASTA


Sepuluh bandara itu adalah: 10 bandara yang dikelola pihak swastanisasi adalah

1.Raden Intan II (Lampung)

Bandar Udara Internasional Radin Inten II (bahasa Inggris: Radin Inten II International
Airport), (IATA: TKG, ICAO: WILL), sebelumnya WICT, adalah bandar udara internasional
yang melayani Kota Bandar Lampung di Provinsi Lampung, Indonesia. Nama bandar udara ini
diambil dari nama tokoh yaitu Radin Inten II yang merupakan Kesultanan Lampung terakhir
yang juga salah seorang Pahlawan Nasional asal Lampung. Bandar udara ini berlokasi di Jalan
Alamsyah Ratu Prawiranegara di Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Selatan berada di barat laut Kota Bandar Lampung.

Bandara ini mengadopsi gaya futuristik dan memiliki gedung parkir berlantai empat di bawah
pengelolaan PT. Angkasa Pura II. Pembangunan gedung parkir berkapasitas 800 hingga 1000
kendaraan ini bertujuan untuk mengantisipasi peningakatan arus wisatawan menuju destinasi
utama Lampung. Di antaranya arena berselancar Pantai Tanjung Setia, Taman Nasional Way
Kambas (ASEAN Heritage Park Way Kambas), habitat alam lumba-lumba Teluk Kiluan, dan
pesona bawah laut di Pulau Pahawang.
Bandar Udara Internasional Radin Inten II di Provinsi Lampung merupakan bandar udara umum
yang sudah di serah terimakan kepada PT Angkasa Pura II pada 14 Oktober 2019.

Bandara Radin Inten II Bandar Lampung resmi ditetapkan sebagai bandar udara bertaraf
internasional. Keputusan Bandara Radin Inten II sebagai bandar udara internasional sesuai
keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 2044 Tahun 2018 tentang
Penetapan Bandar Udara Radin Inten di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung sebagai
Bandar Udara Internasional.

Sejarah Bandar Udara

Bandar Udara Internasional Radin Inten II Lampung sebelumnya bernama Pelabuhan Udara
Branti adalah peninggalan Pemerintahan Jepang yang dibangun pada tahun 1943. Pada Tahun
1946 diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia Cq. Detasemen Angkatan Udara /
AURI. Dari tahun 1946 s.d 1955 Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Detasemen Angkatan
Udara / AURI dan pada saat itu belum ada penerbangan komersial/ reguler.

Pada tahun 1955, pengelolaan Pelabuhan Udara Branti dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil
(DPS) karena pada tahun tersebut Detasemen Angkatan Udara / AURI memiliki pangkalan udara
di Menggala Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 1956 Garuda Indonesian Airways merintis
membuka jalur penerbangan yang pertama kali dengan rute Jakarta – Tanjung Karang PP,
dengan menggunakan pesawat jenis Barron dan pada tahun itu juga penerbangan komersil
dimulai dengan frekuensi penerbangan tiga kali/minggu (jenis pesawat Barron diganti Dakota)
dengan panjang landasan pacu ± 900 M. Pada tahun 1963 secara resmi Bandar Udara Branti dari
AURI diserahterimakan kepada Residen Lampung dan pada tahun 1964 diserahkan
pengelolaannya kepada Djawatan Penerbangan Sipil (DPS).

Pada tahun 1975 (Pelita II Tahun I) dimulai pembangunan landasan baru yang terletak
disamping/sejajar dengan landasan lama. Pembangunan landasan baru dengan maksud untuk
dapat didarati pesawat jenis F -28 dan sejenisnya. Secara bertahap landasan dibangun dan pada
saat itu panjangnya mencapai ± 1.850 M. Pada tahun 1976 pembangunan landasan beserta Apron
yang baru telah selesai dan diresmikan penggunaannya pada bulan Juni 1976 oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara Bapak Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat F - 28 MK
3.000.

Pada tanggal 1 September 1985 istilah Pelabuhan Udara Branti dirubah menjadi Bandar Udara
Branti dengan singkatan Bandara Branti, sesuai dengan Telex Sekretaris Jenderal Departemen
Perhubungan No. 378/TLX/DEPHUB/VIII/85 Tanggal 22 Agustus 1985.

Sejak tanggal 11 Agustus 1989 PT. GIA tidak melayani jalur penerbangan Jakarta – Tanjung
Karang PP dialihkan kepada PT. MNA diterbangi 7 Flight/hari dengan pesawat CN-235,
disamping itu juga ada insidentil Flight / Penerbangan Carter. Selain untuk Jakarta – Bandar
Lampung PP, dilayani juga rute Palembang – Bandar Lampung PP.

Terminal baru yang selesai dibangun tahun 1995 diresmikan dalam pengoperasian oleh Menteri
Perhubungan pada tanggal 22 Mei 1995. Bandara Branti dirubah menjadi Bandar Udara Radin
Intan II berdasarkan SK. Menteri Perhubungan No. KM. 10 Tahun 1997, tanggal 10 April
1997 diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada tanggal 21 April 1997. Terhitung mulai tanggal
29 April 2004 PT. MNA yang tadinya mengoperasikan pesawat jenis Fokker F28 diganti dengan
pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737-200 (MZ – 202 / Flight II).

Pada Tahun Anggaran 2004 landasan pacu diperpanjang dari 1.850 M’ x 30 M’ menjadi 2.000
M’ x 30 M’. Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mulai membuka jalur penerbangan pada
tanggal 3 Mei 2005 dan Adam Air pada tanggal 5 September 2005 dengan jenis pesawat yang
sama yaitu Boeing 737 Series 200, sedangkan Riau Airlines pada tanggal 06 Nopember 2006
dengan jenis pesawat Fokker F50.

Pada Tahun Anggaran 2007 landasan pacu diperpanjang dari 2.000 M’ x 30 M’ menjadi 2.250
M’ x 30 M’. Pada Tahun 2008 Maskapai penerbangan Adam Air (1 Maret 2008) dan Riau
Airlines (2 Juni 2008) tidak melayani lagi jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin Intan II.
Maskapai penerbangan Batavia Air mulai membuka jalur penerbangan ke Bandar Udara Radin
Intan II pada tanggal 8 Agustus 2008.
Pada awal tahun 2009 Garuda Indonesia kembali membuka jalur penerbangan ke bandara ini
dengan pesawat Boeing 737-500. Selanjutnya landasan pacu kembali diperpanjang dan
diperlebar dari 2.250 M’ x 30 M’ menjadi 2.500 M’ x 45 M’ sehingga pada tahun yang sama
bandara ini bisa dimasuki pesawat Boeing 737-300 dan Boeing 737-400 secara penuh.

Selanjutnya pada 2010-2011 dimulai perluasan apron agar bandara ini dapat dimasuki pesawat
Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh.Apron Bandara Radin Intan II yang pada
saat itu hanya bisa menampung 3 pesawat Boeing 737 klasik,diperluas kapasitasnya untuk
menampung 5 pesawat secara bersamaan.Pada saat bersamaan dimulai juga konstruksi taxiway B
untuk mempercepat arus keluar-masuk pesawat dari apron nomor 4 dan 5.Pada tahun yang sama
pula,Lion Air pun membuka rute penerbangan ke Lampung.

Sejak tahun 2013 dimulailah renovasi tahap pertama dari Bandar Udara Radin Intan II.Renovasi
ini dianggap kurang sempurna karena hanya mengubah sedikit saja dari bentuk asli bandara ini.
Pada tahun 2014 kembali diadakan perluasan apron sehingga Bandara Radin Intan II dapat
menampung 6 pesawat secara bersamaan.

Lalu pada 2015 dilanjutkan lagi dengan konstruksi taxiway C dan perluasan apron,sehingga
apron dapat menampung 7 pesawat secara bersamaan. Disaat Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan melakukan kunjungan kerja ke Lampung,Jonan mengatakan bahwa Bandara Radin Intan II
harus dibenahi dan dibongkar total. Pada akhir 2015,maskapai Wings Air kembali membuka rute
penerbangan ke Lampung.

Pada tahun 2016,akhirnya dilakukan renovasi besar-besaran di bandara ini (Selengkapnya lihat:
Perluasan bandara).Salah satu bagian dari perluasan pada tahun 2016 ini adalah kembali
diadakannya perluasan apron dan konstruksi taxiway D,sehingga kapasitas apron meningkat dari
7 pesawat menjadi 8 pesawat,bahkan bisa menampung 10 pesawat dalam kondisi darurat.Selain
itu landasan pacu kembali diperpanjan dari 2.500 M’ x 45 M’ menjadi 3.000 M’ x 45 M’ agar
dapat dimasuki pesawat berbadan lebar. Ketika perluasan sudah selesai, beberapa maskapai
seperti Garuda Indonesia dan Lion Air mulai menambah frekuensi penerbangan ke Lampung.
Pada tahun 2017,maskapai penerbangan Batik Air mulai membuka penerbengan ke Lampung
dengan pesawat Airbus A320,di mana ini merupakan debut perdana A320 di bandara ini sejak
perluasan pertama pada tahun 2004.

Pada akhir tahun 2018 Bandara ini ditingkatkan menjadi bandara internasional, pemerintah
memberi waktu selama 6 bulan sejak diterbitkanya surat resmi peningkatan untuk otoritas
bandara mempersiapkan segala keperluan untuk penerbangan internasional seperti imigrasi, bea
dan cukai serta penambahan terminal 2 internasional yang akan dibangun tahun ini.

Pada tanggal 8 Maret 2019, Bandara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo menjadi bandara internasional, dengan menandatangani prasasti berbarengan dengan
peresmian Bandar Udara Silampari di Lubuk Linggau.

Pada 14 Oktober 2019 Pengelolaan Bandara Radin Inten II oleh AP II diresmikan. Dalam
perjanjian kerjasama. Tepatnya antara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan
PT Angkasa Pura II (Persero). Perjanjian itu tentang Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Barang
Milik Negara pada Bandara Kelas I Radin Inten II Lampung.

Maskapai penerbangan dan tujuan

Pesawat A320 milik Batik Air disambut dengan water salute ketika baru mendarat untuk pertama
kali di Bandara Internasional Radin Inten II

Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Citilink Bandung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jeddah, Palembang


Maskapai Tujuan

Garuda Indonesia Bandung, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang

Lion Air Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta

Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Yogyakarta–Adisutjipto

Wings Air Bandung, Bengkulu, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jambi, Krui, Palembang

Pajak Pelayanan Bandara


Maskapai Tujuan

Pajak Internasional Rp 100.000

Pajak Domestik Rp 30.000

Haji & Umrah

Bandara Internasional Radin Inten II Lampung juga telah 6 tahun berturut-turut melayani
embarkasi haji antara sejak 2010 hingga sekarang dengan kuota jumlah jamaah yang
diberangkatkan sebanyak 6.282 orang per tahun, sedangkan untuk calon jamaah haji Lampung
yang masuk dalam daftar tunggu saat ini lebih dari 80 ribu orang. Sehingga diperlukan waktu 16
tahun lagi untuk memberangkatkan haji yang saat ini masuk di dalam daftar tunggu (waiting
list). Dapat di jelaskan juga bahwa Lampung memiliki potensi umrah yang sangat cukup besar
dengan jumlah jamaah yang diberangkatkan setiap tahunnya sekitar sepuluh ribu orang.
Perluasan Bandara

Pemerintah Provinsi Lampung dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian


Perhubungan (Kemenhub) sejak Juni 2012 telah menandatangani MoU tentang pengembangan
dan pembangunan Bandar Udara Internasional Radin Intan II Lampung.

MoU bernomor G/454/III.06/HK/2012 dan HK.201/1/14/DRJU-2012 itu dijadikan dasar kedua


belah pihak untuk mengembangkan bandara terbesar di Provinsi Lampung tersebut menjadi
bandara bertaraf internasional. Targetnya, rencana pengembangan ini rampung pada Tahun
2017.[3]

Tahapan Proyek Bandara Internasional Radin Intan II

Tahap Tahun Deskripsi Status

2016 Pembangunan Terminal kedatangan dan keberangkatan di gedung lama Selesai


I
2016 Pemindahan areal parkir ke sebelah Terminal lama Selesai

2016 Pembangunan Terminal penumpang 3 lantai Selesai


II
2016 Pembangun areal parkir 4 lantai Selesai

Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Dari Bandara Internasional Raden


2016 Selesai
Inten II Ke Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar atau Sebaliknya

Pembangun Jaringan Rel Kereta Api dari Stasiun Tanjung Karang ke


2016 Proses
Bandara
III
2016 Pembuatan Taxi Way Pararel Proses

2016 Perpanjangan Runway bandara menjadi 3.000 Meter Selesai

2019 Pembangunan Terminal 2 Rencana


Tahun 2016, terminal bandara ditingkatkan menjadi tiga lantai yang diproyeksikan dapat memuat
lebih dari 3 juta penumpang per tahunnya dengan gedung parkir empat lantai hingga bisa
memuat 1000 kendaraan. Selain itu, sesuai rencana Kementerian Perhubungan, landasan pacu
diperpanjang menjadi 3.200 meter dari sebelumnya 2.500 meter. [4]

Bandara Internasional Radin Intan II mampu melayani 3.350 penumpang setiap hari. Ketika
beroperasi penuh pada 2017, jumlah penumpang yang mampu dilayani mencapai 8.000 per hari
atau tiga juta penumpang per tahun. Adapun apron mampu menampung 10 pesawat dengan 50
pergerakan pesawat per hari.

Jumlah pergerakan itu hanya berbeda tipis dengan Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang yang mencapai 60 pergerakan per hari.[5]

Karena itu, dibutuhkan lahan seluas 78 hektare dan pembebasannya dilakukan dalam dua tahap.

Penambahan landasan pacu tersebut merupakan prasyarat mutlak, agar dapat didarati pesawat
jenis Airbus yang banyak digunakan sebagai armada haji. [6]

Transportasi Darat

Taksi

Biasanya taksi ada sampai penerbangan terakhir. dan Perusahaan penyedia Jasa Taksi Yakni:

 Puspa Jaya Taxi

Bus Rapid Transit (BRT)

 Trans Lampung

Kereta Api

Untuk mendukung pembangunan Bandara Internasional Radin Intan II sebagai bandara


internasional tahun 2019, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga akan membangun jalur
kereta api (KA) Tanjungkarang – Bandara Internasional Radin Intan II Branti Lampung Selatan
guna mengurai kemacetan dan menata moda transportasi lebih baik. [7] Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) secara intensif akan mengoptimalkan moda transportasi kereta api menjadi pilihan
angkutan massal di Bandar Lampung. Mulai dari pembangunan kereta bandara hingga kereta
komuter di dalam kota dan antar kota.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Kementerian Perhubungan


akan membangun stasiun KA Bandara dan Skybridge yang mempermudah akses kereta menuju
Bandara Radin Inten II.

Pembangunan tersebut ditargetkan akan selesai akhir 2020. Secara biaya, proses pengerjaannya
membutuhkan Anggara sekitar Rp 50-100 miliar.

Dalam pembangunan tersebut akan berkolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan PT Kereta Api Indonesia. Saat ini jalur rel kereta dan jaringannya sudah ada, jadi tinggal
melakukan penyelesaian tanah serta pengadaan-pengadaan lainnya seperti, gerbong keretanya.

Pembangunan kereta bandara di Lampung sangat dibutuhkan untuk mengurangi kepadatan lalu
lintas jalan, terutama di Bandar Lampung. Dengan adanya angkutan massal kereta api, akan
dapat memangkas perjalanan dari Bandar Lampung menuju Bandara Radin Inten II. [8]

Data Bandara

terminal penumpang Bandara Radin Inten II saat ini memiliki luas 9 ribu meter persergi. Bandara
tersebut juga dilengkapi landasan pacu berdimensi 3.000 x 45 m, dengan luas apron mencapai
59.950 meter persegi untuk mengakomodir 8 parking stand pesawat dan gedung parkir yang
mampu menampung 1000 kendaraan.

Saat ini kapasitas terminal Bandara Raden Inten II mencapai 3,7 juta penumpang per tahun
dengan pergerakan penumpang sudah di atas 2 juta penumpang per tahun.

2.Mutiara (Palu)
Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (bahasa Inggris: Mutiara SIS Al-Jufrie Airport) (IATA:
PLW, ICAO: WAFF), sebelumnya Bandar Udara Masovu, adalah bandar udara yang terletak
di Jl. Abd. Rahman Saleh, Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.[1][2]

Nama

Nama ini diberikan oleh Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Palu pada 10 Oktober 1957,
sebagai bentuk keprihatinan. Soekarno saat itu menanyakan nama lapangan terbang ini kepada
Bupati Rajawali Pusadan. Ketika itu, lapangan terbang ini bernama Masovu yang artinya "Tanah
berdebu".

Menurut Soekarno, Palu merupakan salah satu kota rangkaian mutiara khatulistiwa.

"Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan
Mutiara."[3]

Bandara Mutiara pada pagi hari.


Rencananya nama bandara ini akan diganti setelah selesai dipugar dari bandara yang yang hanya
menerima penerbangan domestik menjadi bandara internasional. Nama bandara ini diusulkan
untuk diganti menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk menghormati pahlawan nasional asal
Sulawesi Tengah, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie.

Fasilitas

Bandar udara ini berada di ketinggian 86 meter (282 ft) di atas permukaan laut, memiliki dua
landas pacu permukaan beraspal dan beton nomor designasi 15R/33L berukuran 2.500 x 45
meter dan 15L/33R berukuran 3.450 x 60 merer. Landasan pacu ini bisa di darati pesawat jet
berbadan lebar.[1][4]

Pemerintah Sulawesi Tengah, sedang merombak bandar udara ini menjadi Bandar Udara
internasional mengingat tingginya minat penduduk Sulawesi Tengah terhadap transportasi udara.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar

Citilink Makassar

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Luwuk, Makassar

Lion Air Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Samarinda, Surabaya

SMAC Buol, Masamba, Toli—Toli

Sriwijaya Air Balikpapan, Makassar

Susi Air Rampi, Seko

TransNusa Balikpapan, Makassar

Wings Air Ampana, Gorontalo, Luwuk, Makassar, Morowali, Toli—Toli


Maskapai Tujuan

XpressAir Buol, Luwuk, Poso, Toli—Toli

3.Sultan Baabullah (Ternate)

Bandar Udara Internasional Sultan Babullah (kode IATA: TTE; kode ICAO: WAEE) adalah
bandar udara yang terletak di Kota Ternate, Maluku Utara.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta,


Batik Air
Makassar

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta


Maskapai Tujuan

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore dan Ambon, Manado
Explore Jet

Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta

NAM Air Manado

Ambon, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manado,


Sriwijaya Air
Surabaya

Wings Air Buli—Halmahera Timur, Manado, Morotai

XpressAir Labuha, Sanana

Kerusuhan Agustus 2007

Pada tanggal 22 Agustus 2007, bandar udara ini menjadi tempat dilakukannya demonstrasi yang
berujung pada kerusuhan oleh lebih dari 1.000 orang mengenai pemilihan gubernur. Beberapa
polisi dan pengunjuk rasa terluka, termasuk empat ditembak oleh polisi. [1]

4.Komodo (Labuhan Bajo)


Bandar Udara Komodo yang sebelumnya bernama Bandar Udara Mutiara II adalah Bandar
udara internasional yang terletak di, Kota Labuan Bajo, provinsi Kepulauan Flores, Indonesia.
Bandara ini terletak di Pulau Flores. Panjang landasan pacu (run way) Bandara Internasional
Komodo sehingga menjadi 13/31 berukuran 3300 oleh 45 meter (10827 ft × 148 ft), lebar 45
meter.

Pengembangan

Pengembangan lebih lanjut bandar udara ini akan di tingkatkan menjadi bandar udara
internasional. Fasilitas yang akan di tambah :

 Imigrasi
 Bea dan Cukai
 Fasilitas Kesehatan
 Fasilitas Landasan Pacu penambahan lampu di keliling landasan.

Maskapai Penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Aviastat Mandiri Denpasar/Bali, Selayar

Garuda Indonesia Denpasar/Bali, Ende, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kupang

NAM Air Denpasar/Bali

Susi Air Bima, Waingapu

TransNusa Aviation Mandiri Denpasar/Bali

Trigana Air Service Ruteng

Wings Air Denpasar/Bali, Ende, Kupang, Maumere


5.Sentani (Jayapura)

Bandar Udara Internasional Sentani (bahasa Inggris: Sentani International Airport) (IATA:
DJJ, ICAO: WAJJ) bandara yang sebelumnya merupakan Bandara Kelas 1 Khusus. Bandara
yang terletak di kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Berjarak kurang lebih 40 km dari pusat Kota
Jayapura. Merupakan bandara terbesar di Papua dan hub utama untuk menuju wilayah
pedalaman Papua sejak tanggal 14 Oktober 2019 dikelola PT Angkasa Pura I (Persero)

Frekuensi radio komunikasi

 TWR: 118.1
 JAYAPURA INFO: 2956 5580 6631 8834 11309
 ATIS: 128.8
 JAYAPURA APP: 119.1

Maskapai dan Tujuan

Penumpang
Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar

Citilink Makassar, Merauke


Maskapai Tujuan

Biak, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manokwari, Merauke, Nabire,


Garuda Indonesia
Sorong, Timika

Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Merauke, Sorong

Nam Air Dili, Nabire, Sorong

PNG Air Mount Hagen

Biak, Jakarta–Soekarno–Hatta, Makassar, Manokwari, Merauke, Surabaya,


Sriwijaya Air
Timika

Trigana Air
Dekai, Nabire, Oksibil, Wamena
Service

Wings Air Dekai, Kaimana, Wamena

XpressAir Manokwari, Sorong

Kargo
Maskapai Tujuan

Cardig Air Wamena

Tri-MG Intra Asia Airlines Wamena

Budaya kebersihan

Di Bandar Udara Sentani, anda bisa menemukan tanda larangan khas disamping tanda larangan
merokok, yaitu "Dilarang makan buah pinang" atau tanda larangan memakan buah pinang. Ini
dikarenakan seringnya orang Papua mengunyah buah pinang dan langsung membuang sari
buahnya sembarangan. Sehingga sari buahnya muncrat di mana-mana. Hal ini sering disebut
"meludah merah-merah".
Angkutan umum Bandara
Selain terdapat 4 angkutan taksi Bandara resmi yakni: (KPN PELUT, KOANGDARA, EMBUN
CYCLOP, DAN MUTIARA DAFON) terdapat juga bus DAMRI yang melayani hingga ke arah
kota Jayapura dengan tarif 50.000 rupiah.

6.Tjilik Riwut (Palangkaraya)

Bandar Udara Tjilik Riwut (IATA: PKY, ICAO: WAGG), sebelumnya Bandar Udara
Panarung, merupakan sebuah bandara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Bandara
ini adalah bandara terbesar di Kalimantan Tengah. Bandara ini juga merupakan Embarkasi Calon
Jemaah Haji Kalimantan Tengah. Kini Bandar Udara Tjilik Riwut sedang dalam pembangunan
Hangar Lion Air dan Sekolah Penerbangan Lion Air yang dikelola oleh Lion Air. Tahun depan
landasan pacu di bandar udara ini akan di perpanjang menjadi 3,000 oleh 45 meter (10 ft
× 148 ft). Saat ini juga telah dibangun dan diresmikan terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut
dengan luas 29.124 meter persegi dengan tingkat dua dan dapat menampung penumpang
sebanyak 2.200 orang. Selain itu Bandar Udara Tjilik Riwut juga diusulkan menjadi bandara
internasional.

Sejarah

Sebelumnya Bandar Udara Tjilik Riwut mempunyai nama Pelabuhan Udara Panarung berdiri
pada tanggal 1 Mei 1958 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Residen Kalimantan Tengah
yaitu Bapak Tjilik Riwut. Pada saat itu dapat difungsikan dan didarati Pesawat Terbang jenis
Twin Otter (dari TNI-AU) Pada Tanggal 24 September 1973 Pelabuhan Udara Panarung oleh
Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah di serah terimakan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Sejak itu tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kalimantan Tengah beralih sepenuhnya kepada pemerintah pusat, sebagai tindak lanjut dari
serah terima tersebut oleh Menteri Perhubungan Bapak Prof. Dr. Emil Salim dinyatakan
Pelabuhan Udara Panarung Palangka Raya sebagai Pelabuhan Udara untuk lalu lintas udara
dalam negeri (Domestik) dengan menggunakan pesawat jenis Fokker 27.

Pelabuhan Udara Panarung Menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut Bertepatan dengan peringatan
Hari Pahlawan Nasional tanggal 10 Nopember 1988 nama Tjilik Riwut (mantan Gubernur
Kalimantan Tengah), diabadikan untuk nama Bandar Udara Ibu kota Provinsi Kalimantan
Tengah Palangka Raya yang sebelumnya bernama Pelabuhan Udara Panarung. Penggantian
nama menjadi Bandar Udara Tjilik Riwut serta penandatanganan prasastinya dilakukan oleh
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Bapak Ir. Azwar Anas. Penggantian nama tersebut
sesuai dengan usul Gubernur Kalimantan Tengah, DPRD Kalimantan Tengah dan
rekomendasi/tanggapan Menteri Dalam Negeri. Pengabadian nama tersebut karena Tjilik Riwut
adalah seorang Pahlawan Nasional (Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 6 November
1988 No.108/TK/1988).

Pada tanggal 28 Maret 2019 terminal baru bandara ini mulai dioperasikan, semua aktivitas
penerbangan di terminal lama bandara dipindahkan ke terminal baru bandara.

Lalu pada tanggal 8 April 2019 terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Maskapai

Maskapai Tujuan

Buntok, Kuala Kurun, Kuala Pembuang, Muara Teweh, Pangkalan Bun, Puruk
Aviastar
Cahu, Tumbang Samba

Batik Air Surabaya, Yogyakarta–Internasional


Maskapai Tujuan

Citilink Surabaya

Garuda
Jakarta–Soekarno–Hatta
Indonesia

Lion Air Jakarta–Soekarno–Hatta, Surabaya

Susi Air Muara Teweh

TransNusa Balikpapan, Pangkalan Bun

Wings Air Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Makassar, Samarinda, Sampit

Tragedi/kecelakaan

 29 Agustus 2011: Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 500 dengan nomor penerbangan
GA 551 gagal melakukan penerbangan dari Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya,
Kalimantan Tengah menuju Jakarta dikarenakan mengalami gangguan udara pada kabin
pesawat.Gangguan udara pada kabin pesawat itu baru diketahui ketika pesawat yang
ditumpangi 96 orang itu sudah lepas landas dari Bandar Udara Tjilik Riwut,
Palangkaraya, pukul 08.04 WIB. Setelah berada di udara kurang lebih 10 menit pilot
memutuskan kembali ke Bandar Udara Tjilik Riwut dengan alasan gangguan teknis.
 30 September 2011: Garuda Indonesia Boeing 737 500 Dengan Tujuan Jakarta ke
Palangka Raya, gagal mendarat karena Cuaca Kabut asap di Palangka Raya. insiden ini di
akibatkan karena Cuaca Berasap dan Jarak Pandang Pilot pun Sangat Sedikit. Pilot Pun
Akhirnya memutuskan untuk mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor di
Banjarmasin.
 22 April 2012: Garuda Indonesia Boeing 737 800NG Dengan No. penerbangan GA 550
Menabrak Burung Elang ketika Hendak Mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka
Raya. Tidak ada korban Jiwa dalam Insiden ini, Namun Moncong Pesawat yang tertabrak
Elang itu Rusak. Dan penerbangan ke Jakarta tertunda, dan Penumpang tujuan Jakarta
Diberangkatkan Pukul 20.00 Wib, Dengan Pesawat Pengganti Dari Jakarta.
 22 September 2012: Lion Air Boeing 737 900ER yang di Carter oleh rombongan
kontingen Kalteng pada PON XVIII sempat gagal mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut
Palangka Raya, Sabtu (22/9) pukul 00.15 dinihari. Kejadian ini terjadi ketika pesawat
sudah menyentuh landasan, namun Pesawat kembali terbang dan Berputar-putar di udara
selama 45 Menit, dan kemudian pesawat kembali mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut
Palangka Raya. Insiden ini terjadi karena ini Pesawat Carteran dan Pilot Belum pernah
Mendarat di Palangka Raya bahkan di Malam Hari.

Transportasi dari dan ke bandara

Taksi Bandara

Taksi Bandara sekarang merupakan harapan mutlak untuk Kamu yang mendarat di Bandara
Tjilik Riwut bila mengangkat tak sedikit barang bawaan dan tak dijemput oleh keluarga alias
rekanan kerja. Tarif taksi di Bandara Tjilik Riwut bervariasi tergantung dari tujuan dan juga
negosiasi, kisarannya merupakan kurang lebih Rp 50.000 – Rp 80.000 per penumpang untuk
menuju ke pusat kota Palangkaraya.

Angkot Taksi

Angkot alias Angkutan Kota di Palangkaraya di sebut dengan panggilan Taksi, sehingga jangan
bimbang ya kalau berkunjung ke Palangkaraya dan disuruh naik Taksi itu berarti Angkot,
sedangkan Taksi yang beneran taksi hanya melayani rute dari dan ke Bandara saja dan tak
keliling di dalam kota. Untuk naik Angkot Taksi ini Kamu wajib berlangsung terlebih dahulu ke
luar are Bandara, tarifnya kurang lebih Rp. 3000 per penumpang (tarif saat tulisan ini dibangun
dan bisa berubah sewaktu-waktu).

Ojek Sepeda Motor

Untuk Kamu yang merasa tarif taksi terlalu mahal maka Kamu bisa memakai jasa Ojek Sepeda
Motor. Tetapi ini pasti saja bila Kamu berangkat sendiri dan tak mengangkat barang bawaan
terlalu tak sedikit. Untuk naik ojek sepeda motor ini Kamu wajib berlangsung dahulu ke arah
belakang Bandara. Tarif merupakan sesuai negosiasi, tetapi umumnya merupakan kisaran kurang
lebih Rp. 10.000 untuk jarak tempuh tak lebih lebih 1-2 kilometer.
Mobil Sewa / Travel

Untuk Kamu yang bakal melanjutkan perjalanan ke luar kota Palangkaraya, semacam Sampit,
maka bisa meperbuat pemesanan mobil sewa alias travel sebelumnya. Kamu bakal dijemput
langsung ke Bandara dan diantarkan langsung ke kota tujuan Anda.

Bus Damri

Sampai saat tulisan ini dibangun bus Damri belum beroperasi di Bandara Tjilik Riwut, tetapi
telah masuk dalam rencana Perum Damri untuk mengoperasikan bus Damri di Bandara ini pada
tahun 2015.

Grab Car
Grab Car beroperasi di Bandara Tjilik Riwut sejak Agustus 2019.

7.Juwata (Tarakan)

Bandar Udara Internasional Juwata (bahasa Inggris: Juwata International Airport) (IATA:
TRK, ICAO: WAQQ)[1] adalah bandar udara yang terletak di Kota Tarakan, provinsi
Kalimantan Utara. Bandara ini terletak hanya sekitar 3 km dari pusat kota. Bandar Udara
Internasional Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, dengan panjang runway 2500 meter x 45
meter, saat ini sudah didarati oleh pesawat jenis Boeing dan Airbus, serta pesawat – pesawat
perintis. Dari catatan statistik bandara, penumpang yang naik dan turun melalui Bandara Juwata,
setiap harinya sekitar 3000 penumpang. Saat ini Bandara Juwata sedang dilakukan pembangunan
untuk menjadikan sebagai bandar udara provinsi dan pintu gerbang bagi Kalimantan Utara.
Bandara ini merupakan penghubung bagi semua bandara domestik dan perintis yang ada di
Kalimantan Utara. Bandara Juwata adalah bandar udara pertama di Indonesia yang menerapkan
sistem Green Aiport pada apron pada saat pengisian bahan bakar avtur.

Sejarah

Bandara Juwata pertama kali dibangun pada masa penjajahan Belanda dan menjadi pangkalan
militer bagi pesawat-pesawat tempur milik Belanda. Pada tanggal 11 Januari 1942 pesawat
tempur milik Jepang mendarat pertama kalinya di Indonesia di Bandara Juwata untuk merebut
Hindia Belanda. Setelah merdeka, bandara ini awalnya beroperasi sebagai bandara perintis
dengan hanya menggunakan pesawat kecil dan pada awal tahun 2000, Bandara Juwata
ditingkatkan statusnya menjadi bandara domestik dengan panjang runway 1.850 meter yang
dilayani maskapai Bouraq Indonesia, Dirgantara Air Service, Citilink, Kartika Airlines, Mandala
Airlines, Merpati Nusantara Airlines dan Pelita Air Service. Pada tahun 1997, penerbangan
internasional pertama dilayani oleh Bouraq Indonesia untuk rute Tarakan-Tawau, tahun 2006
Malaysia Airlines juga membuka rute Tarakan-Tawau, penerbangan dari Tarakan-Tawau ditutup
pada tahun 2000 oleh Bouraq Indonesia dan 2010 oleh Malaysia Airlines. Dibulan Februari
tahun 2012 maskapai penerbangan Malaysia Airlines yang dioperasikan MASwings kembali
membuka rute Tarakan-Tawau setiap hari Senin, Rabu dan Kamis. Sejak 1 Juli 2012 MASwings
terbang setiap hari dengan rute Tarakan-Tawau dan Tarakan-Kota Kinabalu[2].

Pangkalan Udara Militer

Pembentukan Lanud Tarakan berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/ 05 / IV /2006 tanggal
21 April 2006 tentang Peningkatan Status Pos TNI AU Tarakan menjadi Lanud Tipe C Tarakan
yang sebelumnya didahului dengan keluarnya Surat Panglima TNI Nomor B/880-09/27/31/2006
tanggal 22 Maret 2006 tentang Persetujuan peningkatan status Pos TNI AU menjadi Pangkalan
TNI AU Tipe C Tarakan, pembentukan Lanud Tarakan pada dasarnya bagian dari strategi dan
upaya mewujudkan pertahanan Negara Indonesia dari potensi dan perkembangan ancaman yang
akan mengancam Negara Indonesia serta tuntutan organisasi dari Komando Operasi TNI
Angkatan Udara II yang ada di Makassar untuk memudahkan pengendalian tugasnya. Lanud
Tarakan adalah salah satu jajaran Koopsau II yang berada di Wilayah Kalimantan Timur,
Sebelum menjadi Lanud Tarakan , pada awalnya terlebih dahulu terbentuk Pos TNI AU
Perwakilan dari Lanud Balikpapan tetapi karena perkembangan situasi dan memanasnya wilayah
ambalat maka pimpinan TNI AU memutuskan untuk membentuk sebuah Lanud baru yang
kemudian bernama Lanud Tarakan yang berlokasi di samping Bandara Juwata Kelurahan
Karanganyar Pantai Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan Kalimantan Timur.[3]

Lanud Tarakan resmi berdiri pada tanggal 27 Juli 2009 yang diresmikan oleh Panglima
Komando Operasi TNI Angkatan Udara II saat itu dijabat oleh Marsekal Muda Yushan Sayuti
sebagai Komandan yang pertama dijabat oleh Letkol Pnb Erwan Andrian, berdasarkan
Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor Kep/11-PKS/VI/2009 tanggal 4 Juni 2009
tentang Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Angkatan Udara dan
Surat Perintah Pangkoopsau II Nomor Sprin/373/VII/2009 tentang Pelaksanaan tugas jabatan
Komandan Lanud Tarakan, diawal berdirinya Lanud Tarakan hanya diawaki oleh beberapa
personil yakni berjumlah 18 orang dengan rincian Perwira 6 orang ( Mayor Psk Agustinus Tangi
Bali, Kapten Adm Winarno, S.Sos., M.Sc., Kapten Kal Ryan Lukmasyah, ST, Lettu Pom Andri
Sandhya, Lettu Sus Hadi Prayitno ), Bintara 6 orang ( Sertu Aep Saepudin, Sertu Sugeng
Pramono, Sertu Leo Setyo Nugroho, Serda Trya Rahardi, Serda Hendri Agusaputra, Serda
Darwanto dan Tamtama 5 orang (Kopka Sugeng Haryanto, Praka Adi Palang, Pratu Dwi Cahyo,
Pratu Ismono, Pratu Semi Yusuf) dari 216 yang seharusnya mengawaki Lanud Tarakan.

Pada 6 Maret 2012, untuk mengenang jasa Almarhum, Lanud Tarakan dinamakan Lanud Marsda
TNI Suharnoko Harbani, berdasarkan Telegram Asrena KASAU NO B/301-
09/12/02/SRENAAU Tentang Penggantian Nama Pangkalan Udara TNI AU Koopsau II.
Kota-kota yang terhubung langsung dengan Tarakan

Landasan pacu Tarakan di bulan Mei 1945

Runway Bandara Juwata


Koridor bagian depan terminal bandara

Maskapai & Destinasi

Beroperasi
Maskapai Tujuan

Batik Air Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda

Garuda Indonesia Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Samarinda

Balikpapan, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Samarinda,


Lion Air
Surabaya

Malaysia Airlines
dioperasikan oleh Tawau
MASwings

Sriwijaya Air Balikpapan

Bunyu, Long Apung, Long Bawan, Malinau, Nunukan, Tanjung


Susi Air
Selor

Wings Air Berau, Gorontalo, Malinau, Palu


Statistik

Rute penerbangan tersibuk berdasarkan frekuensi mingguan

Ferkuensi
Peringkat Tujuan Maskapai Penerbangan
(Mingguan)

Batik Air, Citilink, Garuda Indonesia, Lion


1 Balikpapan 49
Air, Sriwijaya Air, Wings Air

2 Nunukan Kalstar Aviation, Susi Air 35

3 Malinau Kalstar Aviation, Susi Air 30

4 Tanjung Selor Kalstar Aviation, Susi Air 21

5 Makassar Kalstar Aviation, Lion Air 14

6 Tawau, Sabah MASwings 10

7 Long Bawan, Krayan MAF Indonesia, Susi Air 10

8 Long Apung, Kayan MAF Indonesia, Susi Air 10

Jakarta-Halim
9 Batik Air 7
Perdanakusuma

Jakarta-Soekarno-
10 Lion Air 7
Hatta

11 Surabaya Citilink, Lion Air 7

12 Tanjung Redeb Kalstar Aviation 7


Rute penerbangan tersibuk berdasarkan frekuensi mingguan

Ferkuensi
Peringkat Tujuan Maskapai Penerbangan
(Mingguan)

Kota Kinabalu,
13 MASwings 5
Sabah

14 Pulau Bunyu Susi Air 4

15 Sandakan, Sabah MASwings 2

8.Fatmawati (Bengkulu)

Bandar Udara Internasional Fatmawati Soekarno (IATA: BKS, ICAO: WIGG), sebelumnya
Bandar Udara Padangkemiling, adalah bandar udara internasional di yang terletak di Kota
Bengkulu, Provinsi Bengkulu, tepatnya di Jl. Raya Padang kemiling - Slebar - Bengkulu.
Sebuah pesawat Mandala Airlines parkir di Bandara Udara Fatmawati

Bandar udara dengan panjang landas pacu 2.239 m x 150 m[3] dengan permukaan aspal
merupakan bandar udara kelas I yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. [3] Jenis pesawat terbesar
yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah Airbus A320 dan Boeing 737.[3] Jarak dari kota
terdekat ke bandar udara ini adalah 14 KM.

Penerbangan
Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Tangerang—Soekarno—Hatta

Citilink Tangerang—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia Jakarta—Halim Perdanakusuma, Tangerang—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Batam, Palembang
Explore

Lion Air Batam, Tangerang—Soekarno—Hatta, Medan

Nam Air Tangerang—Soekarno—Hatta

Sriwijaya Air Tangerang—Soekarno—Hatta

Susi Air Enggano, Muko—Muko


Maskapai Tujuan

Bandar Lampung, Batam, Medan, Muara Bungo, Muko—Muko, Padang,


Wings Air
Palembang, Pekanbaru

9.Hananjoeddin (Tanjung Pandan)

Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin (bahasa Inggris: H.A.S. Hanandjoeddin


International Airport) atau sebelumnya dikenal juga dengan nama Bandar Udara Buluh
Tumbang (IATA: TJQ, ICAO: WIKT, sebelumnya WIKD dan WIOD) adalah sebuah Bandar
udara internasional yang terletak di Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka
Belitung. Bandar Udara ini telah melayani penerbangan domestik dan internasional dari Belitung
menuju Jakarta, Pangkal Pinang, Kuala Lumpur, Singapura, Bandar Lampung dan Palembang.
mengingat Belitung sebagai destinasi wisata baru, Bandara ini semakin membenahi infrastruktur
dan pelayanannya.

Pengembangan

Perpanjangan landas pacu hingga 3.660 m, dan Tahun 2016 sudah dipergunakan.

Diakhir tahun 2014 bandara ini sudah bisa didarati pesawat sekelas Boeing 737-800NG, 737-
900ER dan Airbus A320.

Pada tahun 2015, Bandara ini dibangun dengan dana Kabupaten Belitung,Renovasi Bandara
H.A.S Hanandjoedin ini Bertujuan untuk membenahi Infrastruktur Di kabupaten
Belitung,Karena Pulau Belitung termasuk dari proyek strategis nasional,Renovasi Bandara Ini
selesai Pada 2017. Dan resmi menjadi Bandar Udara Internasional.

Bandar Udara ini akan di fungsikan sebagai bandar udara transit Karena letaknya yang strategis
memiliki Landasan pacu yang panjang dan apron yang luas Dan pengembangan sebagai Bandar
Udara Internasional untuk mendongkrak Pariwisata Kususnya Di Pulau Belitung.
Maskapai Penerbangan dan tujuan
Maskapai Tujuan

Citilink Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang, Singapura

Indonesia AirAsia Jakarta–Soekarno–Hatta, Kuala Lumpur–Internasional

Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta

Nam Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Pangkal Pinang

Jakarta—Soekarno—Hatta
Sriwijaya Air
Charter: Kuala Lumpur–Internasional

Wings Air Bandung, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Pangkal Pinang

10.Matahora (Wakatobi).

Bandar Udara Matahora adalah bandar udara yang terletak di Pulau Wangi-wangi, Kecamatan
Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bandar udara ini memiliki ukuran
landasan pacu 2.000 × 30 m. Jarak dari kota Wangi-wangi sekitar 17 km. Sehingga menjadi
13/31 berukuran 2450 oleh 45 meter (8038 ft × 148 ft).

Bandara ini mulai dibangun pada tahun 2007 dengan investasi sebesar 100 miliar rupiah dari
pemerintah Sulawesi Tenggara.[2] Pada tanggal 21 Mei 2009, akhirnya bandara ini pun
diresmikan oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal sekaligus untuk meresmikan
penerbangan pertama Susi Air dengan jalur Wakatobi-Kendari.[3]. Pada tahun 2011 Pemerintah
Kabupaten Wakatobi bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam pengembangan sisi
udara dan sisi darat Bandar Udara Matahora agar dapat didarati pesawat Airbus A320 dan
Boeing 737.
Ekspansi

Penerbangan, Hijau Penerbangan Langsung, Kuning Transit

Pada 2012, landasan pacu yang sebelumnya 2.000 meter diperpanjang menjadi 2.500 meter
bersamaan dengan penambahan trotoar dari 5 cm sampai 12 cm untuk memfasilitasi Boeing 737,
MJ 900 dan PR 900.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Wings Air Kendari

Wings Air Makassar

4. Bandar udara yang di kelola oleh kementrian perhubungan udara

Adapun 10 bandara yang telah selesai dibangun dan beroperasi yakni :

1.Bandar Udara Letung – Anambas, Kepulauan Riau.

Bandar Udara Letung (IATA: LMU, ICAO: WIDL) adalah bandar udara domestik yang
terletak di Desa Bukit Padi, Kecamatan Jemaja Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi
Kepulauan Riau. Bandar udara ini dibangun pada tahun 2014[1] dan mulai beroperasi tahun
2016[2]. Pembangunan bandara ini selesai dan diresmikan pada Oktober 2019 [3].

Fasilitas

Bandar udara ini memiliki luas landasan pacu 1.400x30 meter dan apron seluas 125x70 meter
yang dapat menampung pesawat seperti ATR dan Cassa. Serta memiliki luas gedung terminal
penumpang 600 meter persegi.

Maskapai penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Wings Air Tanjung Pinang, Batam

2.Bandar Udara Namniwel di Maluku Utara.

Bandar Udara Namlea adalah bandar udara yang terletak di Kecamatan Namlea, Kabupaten
Buru, Maluku. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 750 × 23 m. Jarak dari kota
Namlea sekitar 6 km.

Pada Mei 2012 tidak ada penerbangan reguler komersial berjadwal yang terbang ke atau dari
bandara ini. Sebelumnya bandara ini dilayani oleh Nusantara Buana Air.

3.Bandar Udara Miangas, Sulawesi Utara.


Bandar Udara Miangas (IATA: MKF, ICAO: -) adalah bandar udara yang terletak di pulau
Miangas, Sulawesi Utara. Bandar udara ini termasuk yang terpencil di Indonesia, dan mulai
dioperasikan pada 12 Maret 2017. Bandar udara ini dibangun pada tahun 2012 dengan investasi
pembangunan sebesar Rp275 miliar[1][2]. Wings Air membuka penerbangan perdananya dari
Manado menuju Miangas, dan transit di Bandar Udara Melonguane.

Fasilitas

Bandar udara ini memiliki luas landasan pacu 1,400 per 30 meter yang dapat menampung
pesawat seperti ATR-72 dan apron dengan luas 130 x 65 meter yang cukup untuk
mengoperasikan tiga pesawat pada saat yang sama. [1] Bandara ini juga memiliki gudang terminal
yang berukuran 356 meter persegi.[2]

Maskapai dan tujuan


Maskapai Tujuan

Wings Air Manado, Melangguane

4.Bandar Udara Morowali, Sulawesi Tengah.


MOROWALI (BeritaTrans.com) – Bandara Morowali, Sulawesi Tengah sebentar lagi akan
beroperasi penuh. Presiden Joko Widodo direncanakan akan meresmikan Bandara yang akan
merangkai wilayah Sulawesi bagian tengah itu untuk meningkatkan konektivitas dan
memudahkan mobilitas masyarakat.

Bandara Morowali dibangun sejak tahun 2012 hingga 2017. Perencanaan keterwujudannya telah
dirintis sejak tahun 2007 diawali dengan pembebasan lahan dan tambak masyarakat setempat.

Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Udara sedikitnya telah menggelontorkan


dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Rp35 miliar.

Lahan yang tersedia untuk pembangunan Bandara Morowali seluas 158 hektar. Saat ini landasan
30×1.050 meter dengan target panjang 1.500 m.
BeritaTrans berkesempatan untuk datang dan menjelajah Bandara Morowali bersama Ditjen
Perhubungan Udara. Meski baru akan diresmikan, namun secara operasional, bandara ini sudah
mulai melayani penerbangan charter dan terbatas.Untuk charter menurutnya, dilakukan dengan
pesawat jenis Caravan. Sedangkan penerbangan terbatas sempat dilayani selama satu tahun
kemarin untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat Morowali yang dilayani 3x dalam satu
minggu dengan pesawat TransNusa.

Bandara Morowali bisa dibilang memiliki fasilitas yang sudah memadai dan lengkap. Saat
menjelajah area bandara, selain landasan dan apron untuk sisi airside, sisi darat juga sudah
dibangun secara maksimal, walau masih ada kekurangan yang masih dipernuhi.

“Di sini pelayanan bandara disiapkan dari pukul 06.00 hingga 17.00, hal itu mengingat navigasi
penerbangannya masih menggunakan Avis,” ungkapnya.

Fasilitas pelengkap lainnya untuk sisi darat di terminal, telah dipasang dua Xray, terminal
keberangkatan dan kedatangan dengan kapasitas 100 orang, konter chek in, dan enam konter
untuk area komersil. Area perkantoran juga telah tersedia dan perumahan karyawan Bandara
Morowali tengah dipersiapkan penyelesaiannya.
Area parkir kendaraan saat ini masih diselesaikan untuk persiapan saat diresmikan diproyeksikan
lahannya sudah rampung.

Untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan, di Bandara juga telah siap Pemadam
Kebakaran dan untuk penanggulangan kondisi darurat serta disiapkan satu mobil ambulance.

Iskandar optimistis dengan sumber daya manusia sebanyak 27 personel, pihaknya dapat
maksimal melayani pengguna jasa penerbangan selama di bandara.

5.Bandar Udara Werur, Papua Barat.

Bandar Udara Werur adalah bandar udara yang terletak di Werur, Kabupaten Tambrauw,
Papua Barat. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.200 × 23 m. Jarak dari Kota Fef
sekitar 47 km. Bandar Udara Werur adalah salah satu dari bandar udara di Indonesia yang
telah ada sejak masa Perang dunia ke 2. Bandara ini menjadi pintu gerbang udara bagi
Kabupaten Tambrauw.
Inilah Suasana Runway Bandara Werur

Maskapai Penerbangan dan tujuan


Maskapai Tujuan

Susi Air Kota Sorong

6.Bandar Udara Maratua, Kalimantan Timur.


Bandar Udara Maratua (bahasa Inggris: Maratua Airport) adalah sebuah bandar udara yang
terletak di Pulau Maratua, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, Indonesia. Bandar udara
tersebut dibangun untuk mengembangkan pariwisata dan juga memberikan strategi pertahanan
karena Pulau Maratua berada di dekat perbatasan dengan Malaysia dan Filipina.[1]

Persiapan dan pembiayaan untuk Bandar Udara Maratua dimulai pada 2008. Tiga tahun
kemudian, pembersihan lahan dimulai. Pada September 2015, peletakan batu pertama dari
bandar udara tersebut dilakukan dan dibangun dan pada 13 Februari 2017, sebuah pesawat ATR
72 sukses mendarat di Bandar Udara Maratua. [2] Bandar Udara Maratua sekarang melayani
beberapa maskapai penerbangan sejak akhir 2017. Selain melayani transportasi masyarakat lokal,
maskapai penerbangan juga mentransportasikan para wisatawan dalam dan luar negeri untuk
mengunjungi Kepulauan Derawan yang memiliki tempat-tempat wisata.[3] Presiden Indonesia
Joko Widodo secara resmi membuka bandar udara tersebut pada 25 Oktober 2018. [4]

Maskapai penerbangan dan destinasi


Maskapai Tujuan

Garuda Indonesia Balikpapan

Susi Air Berau

7.Bandar Udara Koroway Batu, Papua.

Bandar Udara Koroway Batu terletak di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua.
Pengelolaannya ditangani oleh satuan kerja (Satker) Bandara, Kementerian Perhubungan, Tanah
Merah. Saat ini bandara tersebut tengah dibenahi. Panjang landasan pacunya ditambah, dengan
demikian bandara ini akan mampu didarati pesawat-pesawat berbadan besar, seperti jenis ATR.
Berbeda dengan sebelumnya yang hanya bisa didarati oleh pesawat kargo berukuran kecil.

Pengerjaannya sendiri ditargetkan rampung akhir tahun ini.


Pengembangan Bandara Koroway Batu ini diharapkan memantik perkembangan positif bagi
pertumbuhan ekonomi daerah. Selain kian memudahkan distribusi barang dan jasa dari daerah
lain melalui jalur udara, juga mengangkat potensi kunjungan wisata ke Kabupaten Boven Digoel.

Terdapat beberapa kawasan menarik yang layak disambangi. Antara lain, lokasi bersejarah di
daerah Tanah Tinggi distrik Mandopo, yakni penjara tempat Bung Hatta dan para tokoh
pergerakan nasional lain pernah ditahan. Tempat yang dibangun Pemerintah Belanda 1927
tersebut, hingga kini masih kokoh berdiri.

8.Bandar Udara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.

Bandar Udara Internasional Kertajati (bahasa Inggris: Kertajati International Airport, Sunda:
ᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ ᮘᮘᮘᮘᮘᮘᮘ), adalah bandar udara yang berada di
bagian timur laut dari Jawa Barat, Indonesia.[3] Bandar udara ini merupakan bandar udara
terbesar kedua di Indonesia berdasarkan luas setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-
Hatta[4], yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, kira-kira 68 kilometer di timur Bandung.
Bandar udara ini dibangun untuk melayani sebagai bandar udara internasional kedua di wilayah
metropolitan Bandung dan juga melayani Cirebon, bagian dari Jawa Barat dan Provinsi Jawa
Tengah.

Bandar udara ini diresmikan operasinya pada tanggal 24 Mei 2018, dengan Pesawat
Kepresidenan Indonesia mendarat sebagai yang pertama di bandar udara ini. Bandar udara ini
memiliki landasan pacu tunggal sepanjang 3.000 meter dan dapat menapung pesawat berbandan
lebar seperti boeing 777.[5] Bandar udara baru ini berfungsi sebagai penyangga untuk membantu
memudahkan lalu lintas udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Setelah
selesai, Bandar udara ini akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun,
dengan banyak ruang untuk ekspansi.[6] Bandar udara ini juga akan mengoperasikan terminal
kargo dengan perkiraan resmi pada 1,5 juta ton kargo pada tahun 2020. Upaya memaksimalkan
operasi bandara Kertajati, Pemprov Jabar pun akan merealisasikan pindahnya rute penerbangan
bandara Husein ke bandara Kertajati dengan pertimbangan kendala transportasi.[7]

Sejarah

Pembangunan Bandara Kertajati sendiri sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati
Soekarnoputri. Studi kelayakan Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, izin penetapan
lokasi pun dilakukan sejak 2005. Saat itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup
mendanai sendiri pembangunan bandara dengan APBD.

Namun, Pemprov Jawa Barat tak kunjung merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga
2011. Setelah dilakukan peninjauan ulang, pembangunan bandara ternyata membutuhkan alokasi
APBN.

Ia menyebut selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus
akibat pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014
untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi.

Tidak hanya itu saja, Bandara Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional
(PSN). Pembangunan sejak 2015 hingga 2017 kemudian dilakukan dengan menggunakan
anggaran Kementerian Perhubungan.

Adapun guna mengoperasionalkan bandara tersebut, Kementerian Perhubunga kemudian pada 22


Januari 2018 memfasilitasi penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa
kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT BIJB
dan PT Angkasa Pura 2.
Bandara ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp2,6 triliun. Saat ini, pembangunan
bandara sudah mencapai 98 persen, karena masih terdapat beberapa tahap pembangunan yang
masih harus diselesaikan.

Maskapai Penerbangan
Maskapai Tujuan

Indonesia
Denpasar/Bali, Pekanbaru, Surabaya
AirAsia

Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Kupang, Makassar, Mataram–


Lion Air Lombok, Medan, Padang, Pekanbaru, Samarinda, Surabaya, Yogyakarta–
Adisutjipto

Transportasi Darat

Shuttle

Shuttle sudah tersedia dari dan ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati antara lain: Lintas
Shuttle, CTU, PTrans dan Elang Cakra Ekspress dimulai sejak November 2018

Bus

Bus DAMRI siap melayani rute dari Bandar Udara


Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Kabupaten
Majalengka ke Bandung dimulai sejak Oktober 2018.

9.Bandar Udara Samarinda Baru, Samarinda.


Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (IATA: SRI, ICAO:
WALS), adalah sebuah bandar udara di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Bandara yang
berlokasi di kawasan Sungai Siring ini beroperasi pada 24 Mei 2018 dan diresmikan oleh
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak[1] menggantikan bandara sebelumnya, yakni Bandar
Udara Temindung yang sudah tidak dapat dikembangkan.[2] Nama bandara ini diambil dari
Gubernur Kalimantan Timur yang pertama, APT Pranoto.

Meskipun belum ada bukti dan pengakuan tertulis bahwa bandara ini internasional, namun secara
lisan sudah ada kesepakatan antara Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dengan Kementerian
Perhubungan tentang status bandara ini sebagai bandara internasional.[3]

Bandara APT Pranoto sendiri memiliki luas area 13 hektare, terdiri dari sarana berupa gedung
administrasi, runway 2.250 kali 45 meter, apron, taxiway 173 kali 23 meter, hanggar luas
36.342,4 meter persegi, gedung ATC serta perumahan karyawan bandara.[4]

Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda atau Bandara APT. Pranoto,
direncanakan untuk menggantikan Bandara Temindung Samarinda yang sudah tidak bisa
dikembangkan lagi dengan panjang runway 1040x23 dan ditengah pemukiman warga dan sering
tergenang banjir ketika hujan deras melanda. Selain itu Bandara Temindung berada dilokasi
padat penduduk sehingga rawan akan bahaya kemanan dan keselamatan penerbangan. Oleh
karenanya diperlukan bandara pengganti yang lebih memenuhi standar keamanan dan
keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat samarinda dan sekitarnya
pada khususnya dan Kalimantan timur pada umumnya. Selain itu juga diharapkan dengan
dibangunnya Bandara APT. Pranoto Samarinda ini akan mempercepat perkembangan dan
konsep pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur dengan konsep multiply airport.

Bandara APT. Pranoto Samarinda merupakan Bandar udara yang direncanakan melayani
angkutan udara niaga dan non niaga, berjadwal dan tak berjadwal dengan rute penerbangan
dalam negeri dan luar negeri. Tipe pesawat yang dilayani terkritis adalah Boeing 737-900ER.
Namun untuk tahap awal dioperasikan untuk ATR 72/500 dan sejenisnya. Dengan letak
geografis yang memiliki daerah cakupan yang luas yaitu samarinda, tenggarong, bontang,
sangata dan kutai kartanegara.

Sejarah

Pada tahun 1987, survei untuk mencari lokasi bandara pengganti Temindung mulai dilakukan.
Ada empat pilihan lokasi, yakni Makroman, Loa Bakung, Pulau Atas, dan Sungai Siring.
Pemprov Kaltim yang kala itu dipimpin Gubernur Muhammad Ardans akhirnya menjatuhkan
pilihan pada Sungai Siring. Sejumlah persiapan pun mulai dilakukan, mulai dari melengkapi
perizinan sampai mengurus pematangan lahan.[5] Pemprov Kaltim bersama Pemerintah Kota
Samarinda pada tahun 1992 menyiapkan 300 hektare lahan di Sungai Siring.[6] Pada tahun
anggaran 1995/1996 Pemprov Kaltim mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk
pembebasan lahan seluas 300 hektare. Kemudian pada 1996 dilakukan studi analisis mengenai
dampak lingkungan (Amdal), RKL, dan RPL. Dilanjutkan dengan pembuatan rencana induk
Bandara Sungai Siring oleh Ditjen Perhubungan Udara.[7]

Proyek ini sempat tersendat akibat sengketa antara Pemkot Samarinda dan kontraktor bandara
waktu itu, PT NCR. Kemudian proyek bandara diambil alih oleh Pemprov Kaltim.[8][9][10]

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menerbitkan Sertifikat Bandar Udara


(SBU) pada 15 Mei 2018. SBU nomor 145/SBU-DBU/V/2018 itu ditandatangani langsung oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso. Dengan ditandatanganinya SBU
itu, maka Bandara APT Pranoto resmi dapat melayani penerbangan publik secara domestik.
Meskipun sementara Bandara APT Pranoto masih melayani penerbangan layaknya pelayanan
penerbangan Bandara Temindung.[11]
Pada 25 Oktober 2018, Bandara APT Pranoto diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko
Widodo[12] bersama dengan Bandara Maratua di Kabupaten Berau.[13]

Maskapai

Maskapai penerbangan yang akan melayani menurut tujuannya (berserta cargo) disusun sebagai
berikut:

Maskapai Tujuan

Batik Air Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno—Hatta, Makassar

Citilink Denpasar/Bali, Jakarta–Soekarno—Hatta

Garuda Indonesia Jakarta–Soekarno—Hatta

Susi Air Long Pahangai, Kayan Selatan

Wings Air Berau

XpressAir Balikpapan, Berau, Sendawar, Tanjungselor, Yogyakarta

10.Bandar Udara Tebelian, Kalimantan Barat.

Bandar Udara Tebelian (bahasa Inggris: Tebelian Airport) merupakan bandara internasional
yang terletak di Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang, Kapuas Raya. Bandara ini
diharapkan dapat diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan ditargetkan beroperasi pada 2017
mendatang akan menggantikan fungsi utama Bandara Susilo yang melayani penerbangan untuk
Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia. Bandara dengan luas 500 ha dan direncanakan memiliki
pacuan landas (runway) sepanjang 3.500 meter ini berjarak sekitar 15 km dari Kota Sintang.
Sejarah

Bandar Udara Internasional Tebelian dihadirkan sebagai alternative bagi penduduk Sintang dan
wilayah sekitarnya, termasuk Kabupaten Sekadau, Sanggau, Melawi, dan Putussibau untuk
mendapatkan akses jalur udara yang lebih mudah. Sementara ini terdapat beberapa bandara
rintisan di beberapa daerah tersebut namun hanya melayani rute penerbangan lokal. Sehingga
untuk menjangkau penerbangan rute domestic atau international harus melalui Bandara
Internasional Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie di Kuburaya yang harus ditempuh beberapa
jam.

Pemberian nama Bandar Udara Internasional Tebelian diambil dari nama lokasi bandara yang
terletak di Kecamatan Sungai Tebelian. Sehingga, nama Bandara Susilo yang terletak di Kota
Sintang tidak lagi digunakan untuk bandara yang baru tersebut. Sampai saat ini, Bandara
Internasional Tebelian Sintang belum mendapatkan kode penerbangan IATA hingga
dioperasikan secara penuh mendatang.

First Flight dan Perluasan

Pada tanggal 18 Agustus 2015 telah dilakukan first flight test (penerbangan perdana) untuk
mencoba penggunaan landasan pacu. Proses test flight yang dilakukan oleh pesawat jenis Twin
Otter dari maskapai AviaStar berjalan sukses hingga pesawat berhenti sempurna di depan
bangunan terminal utama.

Bandar Udara Tebelian menempati lahan seluas 500 Ha yang mulai dibangun pada tahun 2013
dan ditargetkan selesai pada 2017 lalu. Saat ini landasan pacu Bandara Tebelian sepanjang 1.650
meter dan masih akan dilakukan perluasan hingga 3.500 meter. Dengan demikian, diharapkan
bandara tebelian dapat didarati oleh pesawat dengan bodi besar, seperti jenis Boeing 737 Series
atau Airbus A320 series serta diharapkan mampu melayani embarkasi haji hingga rute
Internasional secara umum.

Maskapai Penerbangan

Berikut ini daftar maskapai yang saat ini telah beroperasi di Bandara Tebelian Sintang.
Maskapai Tujuan

Garuda Indonesia Pontianak

Nam Air Pontianak

Susi Air Ketapang, Putussibau

Wings Air Pontianak

Anda mungkin juga menyukai