Pengembangan Bandara
Internasional Juanda Surabaya
oleh :
Dimensi RESA
Dimensi Taxiway
Taxiway Shoulder
Perencanaan Exit Taxiway
Penggolongan Kategori Pesawat yang beroperasi di bandara Internasional Juanda
Surabaya berdasarkan Kecepatan menurut FAA
Sumber : http://elearning.ians.lu/aircraftperformance
Dari data di atas, didapatkan nilai jarak dari ujung runway ke aiming point (D1) dan jarak
dari titik touchdown ke lokasi exit taxiway (D2) berdasarkan Ve 30°,45°, 90°sebagai berikut:
Menurut Basuki, 1986. Nilai D2 harus ditambahkan faktor koreksi
elevasi dan faktor koreksi temperatur dengan beberapa ketentuan
berikut :
Untuk setiap penambahan ketinggian 300 meter dari MSL perpanjangan
sebesar 3%. Elevasi runway Bandara Internasional Juanda berada pada
ketinggian 3 meter di atas MSL.
Untuk setiap kenaikan suhu 5,6°C dari 15°C. Suhu di runway adalah
29,5°C,
Tebal Subbase
Untuk mendapatkan ketebalan lapisan permukaan (surface) dan base di atas
lapisan subbase, digunakan pula grafik 5.5. Dengan ploting nilai CBR 39 %
diperoleh ketebalan sebesar 10,9 in = 27,69 cm
Maka untuk ketebalan lapis subbase adalah (52,05 – 10,9) in =41,1 5
in = 104,52 cm.
Tebal Permukaan (Surface)
Berdasarkan persyaratan yang tertera pada grafik 5.5 bahwa untuk tebal lapisa n
surface daerah kritis = 4 in = 10,16 cm, sedangkan untuk daerah non kritis =
3 in = 7,62 cm.
Tebal Base Course
Ketebalan base course adalah 52,05 in – (41,15 in + 4 in) = 6,9 in =
17,53 cm
Tebal minimum Base
Untuk menentukan tebal minimum base, dengan ploting nilai tebal perkerasan
total pada grafik perencanaan tebal minimum base coarse yang diperlukan, lalu
k
tarik garis horizontal hingga menyentuh CBR subgrade 4 %, setelah itu taria
garis ke arah bawah hingga menyentuh absis bawah. Dari hasil ploting pad9
grafik di bawah ini, didapat nilai tebal minimum base sebesar 12 in. Karena 6, l
in < 12 in, maka tebal base dihitung dengan cara 12 in – 6,9 in = 5,1 in. Hasi
dari selisih tersebut dijadikan pengurangan untuk subbase.
Perkerasan Lentur
Daerah Kritis Dengan
Metode FAA
Perkerasan Lentur
Daerah Non Kritis
Dengan Metode FAA
Perhitungan perencanaan Apron dan Struktur
Perkerasan
Jenis pesawat yang dilayani Bandara Internasional Juanda terdiri dari
berbagai kelas yaitu kelas A, B, dan C.
Perkerasan Kaku
Dengan
Metode FAA
Layout Perencanaan Pengembangan Bandara di Sisi Timur
KESIMPULAN
Adapun hal – hal yang dapat disimpulkan dari hasil analisa perhitungan dan
perencanaan dalam Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut:
Badan Standarisasi Nasional, 2005. SNI 03-7095-2005 Tentang Marka dan Rambu Pada Daerah Pergerakan
Pesawat Udara di Bandar Udara.
Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2004. Standar Manual bagian 139 Aerodrome. Jakarta
Direktorat Jendral Perhubungan. 2005. SKEP 77-VI-2005 Tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian
Fasilitas Teknik Bandar Udara
Horonjeff, R., and F.X. McKelvey, 1988, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara (Terjemahan),
Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta, Penerbit Erlangga.
SNI 03-7095-2005 – Marka dan Rambu Pada Daerah Pergerakan Pesawat Udara di Bandar
Udara –
Undang-undang No 15 tahun 1992 tentang Penerbangan dan PP No. 70 tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan
Zadly, 2010. Penentuan Jumlah Exit Taxiway Berdasarkan Variasi Jenis Pesawat Dan Kerapatan Jadwal
Penerbangan Pada Bandara Internasional Juanda Surabaya.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH