Anda di halaman 1dari 348

Lingkup pekerjaan :

1. Bangunan gedung utama

A. Pekerjaan struktur

I. Pek. Persiapan

a. Pengukuran dan pasang bouwplank

Uitset dan bouwplank digunakan untuk menentukan letak,


posisi dan ukuran dari gedung / bangunan yang akan
dibangun sesuai dengan gambar kerja yang telah
direncanakan dan disetujui ( shop drawing ).

Contoh gambar pekerjaan pengukuran

Pada pekerjaan struktur, aspek pengukuran memegang


peranan penting pada setiap bidang pekerjaan yang ada. Oleh
karena itu pekerjaan pengukuran akan kami laksanakan
dengan sedetail dan seteliti mungkin. Maka karena itu, kami
akan menggunakan tenaga pengukuran yaitu surveyor yang
sudah berpengalaman selama beberapa periode
pembangunan.

Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, kami akan


mengajukan terlebih dahulu sistem pekerjaan dalam bentuk
request pekerjaan kepada konsultan dan direksi teknis.
Setelah ada persetujuan untuk memulai, maka kami akan
segera melaksanakan pekerjaan tersebut.

CONTOH ALAT-ALAT PENGUKURAN


Pengukuran dikerjakan kembali untuk memeriksa
kecocokkan data yang ada dengan lahan eksisting. Lay out
lahan pekerjaan diperiksa kembali. Titik BM yang ada
diperiksa kembali apakah sesuai dengan koordinat yang ada
dengan gambar atau sudah tergeser. Apabila tergeser, maka
kami akan melaporkan hal tersebut kepada konsultan dan
direksi teknis untuk merumuskan bagaimana pemecahannya.
Apakah dipasang kembali atau membuat titik BM yang baru.
Semua itu berdasarkan RKS, konsultan pengawas dan direksi
teknis harian lapangan.

Setelah ada keputusan, maka kami akan melaksanakannya


dengan pengawasan konsultan dan direksi teknis. Setelah
pekerjaan tersebut selesai, maka titik BM yang sudah ada,
semuanya diberikan pelindung agar tidak ada gangguan lagi
terhadap titik BM yang ada. Perlindungan yang ada bisa
berupa patok ataupun pagar keliling. Kemudian pengukuran
dilakukan kembali untuk memeriksa koordinat semua lay
out. Koordinat tiang pancang juga akan kami periksa kembali
apakah sudah sesuai dengan titik koordinat yang ada pada
gambar rencana kerja.
Selama pekerjaan berlangsung, dokumentasi photo pekerjaan
dilaksanakan untuk bukti pekerjaan ada dan diawasi
konsultan dan direksi teknis. Setelah pekerjaan selesai, maka
semua laporan, request pekerjaan, dokumentasi pekerjaan
dijadikan satu bundel dan diserahkan kepada konsultan dan
direksi teknis.

Pekerjaan pengukuran kami lakukan pada setiap awal,


pertengahan, dan akhir pekerjaan. Hal ini untuk memastikan
pekerjaan yang sudah selesai sesuai dengan ukuran gambar
rencana kerja.

Berikut tahapan pelaksanaan pekerjaannya :

 Tahap persiapan

Kami akan mengajukan request kerja kepada


konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis
lapangan, seperti sebagai berikut :

 Metode teknis pelaksanaan pekerjaan


 Sampel / contoh material ( jika diperlukan )
 Gambar shop drawing
 Warna material / hasil pekerjaan ( jika
diperlukan )

 Kami akan mempersiapkan semua peralatan yang


akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan berikut :

 Pesawat ukur theodolit


 Pesawat ukur waterpass
 Mistar ukur
 Prisma ukur
 Tripot
 Bak ukur
 Alat bantu pekerjaan
 Alat komunikasi seperti handy talkie yang
berfungsi jika jarak pengukuran jauh ( ± 50
meter ). Alat ini akan mempermudah
komunikasi antar surveyor dengan asistennya
sehingga kesalahan hasil pengukuran bisa
diminimalisir.

 Kami juga akan mempersiapkan tenaga kerja


berpengalaman yang akan bekerja pada bidangnya
yaitu :

 Surveyor
 Asisten surveyor
 Pekerja
 Drafter
 Administrasi teknik

 Material yang akan digunakan pada pekerjaan ini


adalah :

 Kayu bouwplank
 Papan bouwplank
 Paku
 Benang bangunan
 Dan lain-lain
Tahap pelaksanaan.

Setelah tahap persiapan selesai, request pekerjaan disetujui, maka selanjutnya


kami akan segera melaksanakan pekerjaan. Berikut tahapan pekerjaannya.

1. Melakukan pemeriksaan terhadap titik BM ( bench mark ) eksisting


yang ada.
2. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan letak dan koordinat titik BM
sesuai dengan gambar rencana kerja ( shop drawing ) yang sudah
disetujui oleh konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis
lapangan.
3. Pemeriksaan titik patokan untuk pengukuran seperti titik-titik BM
(benchmark) yang sudah ada.
4. Apakah sudah sesuai dengan koordinat dan arah mata angin yang
ada pada gambar rencana kerja atau tidak sesuai.
5. Jika titik BM tidak sesuai dengan koordinat yang ada pada gambar
rencana, maka kami akan menyampaikan secepatnya pada
konsultan pengawas dan direksi teknis yang ada.
6. Apakah akan dibuat lagi titik BM yang baru atau bagaimana,
keputusannya kami serahkan kepada hasil rapat tentunya.
7. Setelah ada keputusan hasil rapat bersama, akan segera kami
kerjakan secepat mungkin.
8. Kemudian pada titik BM yang difungsikan sebagai titik acuan/
patokan pengukuran pada pekerjaan nantinya akan kami berikan
perlindungan dari kondisi lingkungan sekitarnya.
9. Hal ini supaya nantinya titik BM yang sudah ada tidak rusa/ hilang/
hancur.
10. Dari titik BM tersebut, kami akan meneruskan ke titik as pinjaman
supaya pekerjaan nantinya akan lebih mudah.
11. Titik BM pinjaman tersebut kami tempatkan pada benda yang tidak
mudah bergoyang, jauh dari kegiatan manusia, tetap atau tidak
berpindah-pindah.
12. Seperti pada tiang beton yang ada di sekitar lapangan proyek, atau
pada puncak tower yang tetap bisa terlihat dengan jelas.
13. Setelah titik as pinjaman tersebut selesai, kami mulai menetapkan as
bangunan pada areal lahan proyek.
14. Titik as bangunan berfungsi untuk menjaga kesikuan dan kelurusan,
simetrisnya bentuk struktur gedung dari mulai dasar sampai ke atas.
15. Untuk pekerjaan marking struktur juga akan mengacu kepada titik as
bangunan tersebut.
16. Setelah ada as bangunan, maka kami melanjutkan ke pekerjaan
bouwplank dan as-as titik pemancangan.
17. Melakukan pekerjaan bouwplank berdasarkan denah yang ada pada
gambar rencana kerja.

Syarat-syarat pemasangan bouwplank :

1. Kedudukan harus kuat dan tidak mudah goyah


2. Berjarak cukup dari rencana alur penggalian, diusahakan bouwplank
tidak goyang akibat pelaksanaan galian.
3. Terdapat titik atau dibuat tanda – tanda.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak pada satu bidang ( horisontal )
dengan papan bouwpank lainnya.
5. Garis benang bouwplank merupakan as ( garis tengah ) daripada
pondasi dan dinding batu bata.
6. Bidang atas bouwplank kami ketam rata agar bidang atas papan dapat
membentuk bidang datar ( waterpass ).
7. Bidang atas bouwplank biasanya dipasang pada kedudukan ± 0.000.
8. Sudut pertemuan antara bouwplank kami buat sedemikian siku
sehingga pertemuan dinding menjadi mudah.

Pekerjaan pengukuran memegang peranan penting pada hasil pekerjaan nantinya.


Presisi daripada bentuk dan ukuran ditentukan dari kualitas pengukuran. Sehingga
kami akan sangat memperhatikan dengan demikian rupa sehingga hasil daripada
pekerjaan pengukuran tepat dan akurat dengan ukuran gambar rencana kerja (
shop drawing )

Pekerjaan pengukuran kami laksanakan pada setiap item pekerjaan yang ada
mulai dari awal sampai akhir pekerjaan selesai. Supaya pekerjaan berjalan dengan
teratur dan hasil pekerjaan nantinya bagus, siku, simetris, sesuai dengan ukuran
gambar rencana kerja ( shop drawing ).

Tahap akhir pekerjaan

1. Setelah pekerjaan selesai, maka kami akan melakukan pemeriksaan


bersama-sama dengan konsultan pengawas pekerjaan dan direksi
teknis lapangan.
2. Jika hasil pekerjaan sudah disetujui dan diterima oleh mereka, maka
kami akan melanjutkan pekerjaan setelahnya.
3. Jika hasil pekerjaan belum diterima, maka kami akan melaksanakan
perbaikan pada hasil pekerjaan tersebut.
4. Setelah pekerjaan selesai, maka kami akan membuatkan laporan
harian hasil pelaksanaan pekerjaan yang berupa gambar, tabel data,
maupun poto dokumentasi pekerjaan.
5. Kemudian laporan tersebut kami bundel / jilid / dengan rapi menjadi
beberapa rangkap dan kami serahkan kepada konsultan pengawas
pekerjaan dan direksi teknis lapangan.

CONTOH PEKERJAAN PAPAN BOUWPLANK


MENENTUKAN TITIK AS BANGUNAN GEDUNG
Kolom gedung adalah bagian tiang srukutur bangunan yang diletakan pada titik-
titik tertentu sealigus berfungsi sebagai garis as gedung bagi uitzet. keberadaanya
sangat penting dan perlu diperhatikan dari segi penggunaan bahan material,
metode pelaksanaan sampai dengan pengukuran yang pas.

Mengingat sangat fitalnya fungsi kolom ini maka angka toleransi maksimal
kesalahan dalam mengukur adalah 1mm. Disini kita akan coba menjelaskan
tentang cara surveyor mengukur kolom gedung. Sebelumnya kita gali terlebih
dahulu bagaimana sebenarnya syarat pengukuran kolom yang baik dan apa saja
alat yang dibutuhkan untuk mengukur.

Syarat ukuran kolom yang baik

1. Tegak, tidak miring karena dapat menyebabkan gedung miring, retak atau
bahkan runtuh.
2. Berada pada titik rencana, tidak bergeser atau meleset.
3. Ketinggian kolom sesuai elevasi rencana, pembuatan kolom beton bertulang
yang lebih tinggi dari rencana berarti ada pekerjaan bobok beton, pembuatan
kolom beton yang lebih rendah dari tinggi rencana berarti harus melakukan
cor ulang untuk menyambung.

Macam-macam istilah dalam pengukuran kolom gedung

 As kolom adalah titik pusat tempat kolom berdiri.


 Garis pinjaman, bisa berupa garis sejauh 1 m dari as kolom, sedangkan
pinjaman elevasi bisa berupa garis setinggi 1m dari finishing lantai. Pinjaman
berfungsi untuk mempermudah pengukuran.
 Elevasi adalah ketinggian bagian bangunan.

Peralatan untuk mengukur kolom

1. Water pass atau teodolit.


2. Rambu ukur
3. Sipatan lengkap dengan benang dan tinta hitam.
4. Sikat untuk membersihkan beton sebelum disipat.
5. Meteran.
6. Pensil.
7. Unting-unting untuk mengukur ketegakan kolom.
8. Dan alat lainya menyesuaikan kebutuhan.
CONTOH MENENTUKAN TITIK KOORDINAT
AS BANGUNAN GEDUNG

Cara surveyor mengukur kolom gedung

1. Menyiapkan semua peralatan ke lokasi kolom yang akan diukur.


2. Membaca gambar shopdrawing untuk melihat letak posisi kolom, bentuk dan
ukuranya.
3. Memasang teodolit tepat diatas garis pinjaman tegak lurus dengan lantai
dibawahnya, menyetel alat sehingga benar-benar tegak, datar dan siku dar
garis pinjaman bangunan.
4. Membidik teodolit pada area kolom yang akan diukur, surveyor lainya
memegang pensil untuk diarahkan posisi titik yang pas sesuai hasil bidikan
teodolit sehingga ditemukan dua titik rencana garis pinjaman.
5. Menyipat dua titik pinjaman dengan alat sipatan sehingga membentuk garis
pada lantai beton.
6. Mengukur posisi kolom berdasarkan garis pinjaman, jika pinjaman 1 m maka
posisi as kolom adalah sejauh satu meter dari garis pinjaman.
7. Setelah penentuan titik kolom selesai maka bisa dilanjutkan dengan
pemasangan besi tulangan dan bekisting. Lalu mengecek jarak bekisting dari
garis pinjaman apakah sudah sesuai atau belum.
8. Pengukuran ketegakan bekisting dengan unting-unting pada dua sisi yang
berbeda.
9. Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang pas dan benar-benar tegak
maka bisa dilakukan pekerjaan pengecorann, pengukuran tinggi kolom saat
pengecoran bisa dilakukan dengan cara mengukur sisa cor dari puncak kolom.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama


 Pekerjaan struktur
 Pembersihan selama pelaksanaan

Pembersihan kami lakukan di awal dan di menjelang pekerjaan berakhir. Kami


akan memberihkan areal lahan pekerjaan proyek dari semua barang/ kotoran/
sampah yang mengganggu dan bahkan membahayakan proyek. Untuk
pembersihan kami akan menggunakan alat bantu supaya mempercepat jalannya
pembersihan. Bahkan jika dibutuhkan maka kami akan mengadakan alat berat
untuk memperlancar proses pembersihan.

Dengan kondisi proyek yang mungkin padat, maka akan kami buat jalur lalu lintas
yang aman dan cepat sehingga kendaraan yang lewat lancar dan aman. Hasil dari
pembersihan ini akan kami buang ke tempat yang sesuai dengan instruksi
daripada konsultan pengawas dan direksi teknis.

CONTOH PEMBERSIHAN DENGAN MANUAL


CONTOH PEMBERSIHAN DENGAN MEKANIS
Persiapan

1. Mengukur kembali lahan/ areal/ lapangan yang akan dikerjakan.


2. Mempersiapkan peralatan.
3. Mempersiapkan personil pelaksana lapangan.
4. Menggunakan alat ukur seperti pesawat theodolite dan waterpass.
5. Bersama-sama dengan direksi lapangan melakukan pengukuran ulang
terhadap keadaan eksisting.
6. Hasil daripada pengukuran dituangkan ke dalam laporan pekerjaan.
7. Jika ternyata hasil daripada pengukuran tersebut tidak sama/ berbeda
dengan volume pekerjaan kontrak yang sudah ada, maka akan diadakan
rapat bersama untuk menentukan keputusannya secepatnya volume/ nilai
manakah yang akan dipakai/ dikerjakan di lapangan.
8. Setelah sudah ada keputusan rapat, maka kami (calon kontraktor
pelaksana) akan segera melakukan pekerjaan tersebut.

Pelaksanaan

1. Membersihkan permukaan areal/ lapangan yang akan dikerjakan dari


kotoran seperti akar-akar, tumbuhan liar, rumput-rumput, ilalang, semak
belukar.
2. Semua benda-benda yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan
nantinya akan kami singkirkan dari tempat pekerjaan menuju ke tempat
yang telah ditentukan oleh direksi lapangan.
3. Dalam pekerjaan ini, penggunaan alat-alat untuk membantu pekerjaan
baik itu mekanis atau manual tergantung dari volume pekerjaan dan
jumlah waktu pelaksanaan kerja yang sudah ditentukan.
4. Untuk manual, pembersihan cukup dengan menggunakan sekop, cangkul,
gerobak dorong.
5. Sedangkan pembersihan yang menggunakan alat berat yaitu :

a. Bulldozer
b. Excavator
c. Dump truck

6. Surveyor akan memberikan patok-patok/ papan bouwplank sebagai


batasan dari daerah yang harus kami bersihkan.
7. Pemberian patok berdasarkan gambar denah/ shop drawing.
8. Kami akan membersihkan daerah tersebut.
9. Kemudian hasil dari pembersihan tersebut akan kami buang ke tempat
yang telah ditentukan oleh direksi lapangan.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama


 Pekerjaan struktur
 Pekerjaan persiapan
 Pengadaan air kerja

Persediaan dan kualtias air kerja yang bersih memegang peranan penting dalam
kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu, kami menjaga agar pasokan air bersih tetap
lancar ke areal proyek. Karena itu sumber yang bersih pula yang akan kami
sediakan. Dalam penyediaannya bisa dengan sumur bor ataupun dengan membeli
air bersih ke PDAM.

Persiapan

1. Mempersiapkan peralatan.
2. Mempersiapkan personil pelaksana lapangan.
3. Mempersiapkan bahan.
4. Menentukan letak untuk penempatan air kerja yang tepat di tempat
proyek. Sehingga nantinya penyaluran air kerja mudah dan lancar ke
semua tempat yang memerlukan pengadaan air kerja.

Pelaksanaan

1. Menentukan sumber air kerja yaitu sumur bor atau dengan pengadaan air
bersih dari PDAM.
2. Sumber air bor :

a. Menentukan letak sumur bor


b. Penentuan berdasarkan gambar denah kerja/ shop drawing
c. Mengebor sumber air
d. Membuat penampungan air yaitu dengan menggunakan torn air.
e. Mempersiapkan mesin pompa air.
f. Dari sumur bor tersebut air dialirkan melalui pipa dengan
menggunakan mesin pompa air.
g. Mesin pompa air akan mengalirkan air tersebut ke torn penampung
air.
h. Dari torn air akan mengalirkan air kerja tersebut ke seluruh tempat di
proyek yang memerlukan penyaluran air kerja melalui pipa-pipa.
i. Memberikan perlindungan kepada sumber air yang sudah ada
sehingga terlindungi dari ganguan lingkungan sekitar.
j. Jika diperlukan lebih dari 1 bh sumur bor dibuatkan.

CONTOH AIR KERJA SUMUR BOR


CONTOH TOWER TORN AIR

SUMBER AIR DARI TRUK AIR


3. Sumber air PDAM :

a. Mendirikan torn-torn air pada tempat yang dianggap perlu pengadaan


air kerja.
b. Melakukan pemesanan ke PDAM-PDAM setempat.
c. Kemudian PDAM akan mengirimkan mobil tangki air ke proyek.
d. Mobil tangki akan mengalirkan air kerja ke torn penampung air kerja.
e. Torn-torn air tersebut akan mengalirkan air ke tempat yang
memerlukan pengadaan air kerja.

4. Melakukan pengujian terhadap material air kerja jika perlu.


Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama


 Pekerjaan struktur
 Pekerjaan persiapan
 Pengadaan listrik kerja
Listrik memegang kunci untuk kelancaran pekerjaan proyek. Karena sebagian
besar pekerjaan membutuhkan energi listrik. Seperti pekerjaan ringan dan
pekerjaan berat. Seperti memotong dengan cicrcle atau menggunakan mesin bar
bender.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Tukang listrik.

Persiapan

1. Sumber listrik proyek bisa ada 2 buah.


Yaitu dari mesin genset dan listrik PDAM.
2. Mempersiapkan bahan-bahan seperti kabel-kabel dan steker listrik.

Pelaksanaan

1. Sumber listrik mesin genset :

a. Membangun rumah genset sederhana yang terbuat dari tripleks, kaso


dan beratapkan seng.
b. Rumah genset akan dibuat dengan kokoh sehingga bisa melindungi
mesin genset tersebut dari pengaruh cuaca sekitar.
c. Mengadakan mesin genset dengan kapasitas yang bisa memenuhi
keperluan listrik proyek.
d. Kemudian dari mesin genset tersebut aliran listrik dialirkan melalui
kabel-kabel yang sudah disiapkan sebelumnya menuju tempat-tempat
yang membutuhkan aliran listrik/ penerangan.
e. Memberikan perlindungan terhadap kabel-kabel yang ada sehingga
tidak berbahaya/ membahayakan terhadap lingkungan sekitar/
pekerja.
f. Memberikan perlindungan terhadap steker-steker listrik yang sudah
disiapkan.
g. Dengan rutin, pekerja akan memeriksa ketersediaan air dan oli mesin
genset/ melakukan perawatan mesin genset sehingga pengadaan
listrik kerja di proyek bisa terus teralirkan.

CONTOH SUMBER LISTRIK DARI GENSET :


2. Sumber listrik PLN setempat :

a. Membuat trafo sederhana di sebuah tempat yang aman dan mudah


diawasi.
b. Mengadakan kabel dan memasangnya dari tiang listrik PLN terdekat.
c. Kabel dari tiang listrik PLN tersebut disambungkan ke trafo
sebelumnya tadi.
d. Kemudian dari trafo tersebut aliran listrik akan disalurkan ke semua
tempat di proyek yang membutuhkan pengadaan listrik kerja.
e. Memberikan perlindungan terhadap kabel-kabel yang ada sehingga
tidak berbahaya/ membahayakan terhadap lingkungan sekitar/
pekerja.
f. Memberikan perlindungan terhadap steker-steker listrik yang sudah
disiapkan.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama


 Pekerjaan struktur
 Pekerjaan persiapan
 Pagar proyek
Dalam hal keamanan proyek, kami akan membuat sistem penjagaan berkelanjutan dan pembangunan pagar proyek yang mengelilingi seluruh
areal proyek sehingga keamanan di dalam proyek terjaga keamanannya.

Kemudian kami akan membangun pos-pos jaga/ keamanan di setiap pintu masuk proyek sehingga semua kegiatan mobilisasi dan
demobilisasi akan termonitor dengan baik.

Untuk personil keamanan, kami akan bekerja sama dengan polisi/ babinsa/ bahkan militer jika diperlukan tergantung kondisi di sekitar
proyek.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Tukang.
3. Pekerja.
4. Surveyor.

Persiapan bahan/ material :

1. Kayu dolken
2. Semen portland
3. Pasir beton
4. Koral beton
5. Kayu kaso
6. Paku
7. Residu
CONTOH PAGAR PROYEK
Pelaksanaan :

1. Pengukuran lahan
2. Pembuatan bouwplank
3. Penggalian tanah
4. Pembuatan pondasi
5. Pemberian residu kepada pondasi pagar.
6. Pembuatan struktur pagar dahulu
7. Pekerjaan dinding pagar
8. Pekerjaan yang terdapat pada gambar rencana kerja
9. Pekerjaan finishing, (pengecatan jika diperlukan)
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan persiapan

 Direksi keet

Direksi keet adalah tempat bagi kami (kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas) untuk melaksanakan kegiatan teknis, yang hampir
sebagian besar adalah pekerjaan adiministrasi.

Direksi keet ditempatkan di salah satu areal pada proyek, dimana penempatan direksi itu bisa membuat kami lebih mudah untuk mengawasi
sebagian besar kegiatan-kegiatan pekerjaan yang terjadi di lapangan.

Biasanya direksi keet ditempatkan di dekat pintu masuk proyek dan mempunyai pemandangan yang luas ke arah bangunan-bangunan yang
sedang dikerjakan.

Bisa juga dengan arahan dan instruksi daripada konsultan pengawas dan direksi teknis. Bentuk direksi keet, spek bahan, material yang
digunakan semuanya sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Pekerja.
3. Tukang.
4. Kepala tukang
5. Mandor
6. Surveyor.
Persiapan bahan/ material :

1. Dolken kayu f 8-10/400 cm


2. Kayu
3. Kayu biasa
4. Besi strip
5. Semen Portland
6. Pasir pasang
7. Pasir beton
8. Koral Beton
9. Bata merah
10. Seng plat
11. Jendela nako
12. Kaca polos
13. Kunci tanam
14. Plywood 4 mm
CONTOH PEKERJAAN DIREKSI KEET
Pelaksanaan :

1. Pengukuran lahan
2. Pembuatan bouwplank
3. Penggalian tanah
4. Pembuatan pondasi
5. Pekerjaan membuat kolom dahulu.
6. Kemudian pekerjaan atap.
7. Pekerjaan dinding dan lantai.
8. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
9. Pekerjaan plumbing/ air kotor dan bersih.
10. Melengkapi alat-alat administrasi di dalam direksi keet tersebut.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan persiapan

 Papan nama proyek

Papan nama merupakan media yang menggambarkan informasi umum kepada masyarakat di sekitar lingkungan proyek.

Hal ini merupakan peraturan di pekerjaan.

Pemberian informasi yang akan ditulis di papan nama sesuai dengan persetujuan dari konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis
lapangan.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Pekerja.

Persiapan bahan/ material :

1. Papan kayu.
2. Kayu kaso.
3. Paku
4. Semen.
5. Pasir beton.
6. Air kerja.

CONTOH PEKERJAAN PAPAN NAMA

Peralatan kerja :

1. Cangkul
2. Sekop
3. Ember.
4. Alat bantu pekerjaan.

Pelaksanaan :

1. Menentukan lokasi daripada papan nama akan dibangun sesuai dengan persetujuan daripada konsultan pengawas pekerjaan dan
direksi teknis lapangan.
2. Setelah lokasi daripada papan nama ditentukan, maka kami akan mulai membangun papan nama tersebut.
3. Papan nama dibuat berdasarkan gambar rencana kerja (shop drawing).
4. Pertama akan kami buatkan pondasi.
5. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi.
6. Selanjutnya pekerjaan kolom pondasi, dilanjutkan dengan pemberian informasi umum.
7. Pemberian informasi bisa berupa spanduk / banner yang ditempelkan atau berupa tulisan dari cat.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan persiapan

 Gudang bahan dan alat

Gudang memiliki posisi penting sebagai tempat penyimpanan semua bahan dan material yang nantinya akan kami gunakan pada
pembangunan gedung ini. Untuk bentuk, ventilasi, dan tata cara penyimpanan akan kami susun sedemikian rupa sesuai dengan aturan yang
berlaku sehingga material dan bahan yang ada terlindung dari pengaruh suhu, cuaca, kerusakan atau kehilangan.

Karena setiap jenis material dan bahan yang kami gunakan berbeda-beda penanganannya dalam penyimpanan. Sehingga mutu dan
kualtiasnya tetap terjaga untuk jangka waktu tertentu. Setidaknya sampai proyek selesai.

Gudang ditempatkan di areal yang dekat pelaksanaan pekerjaan sehingga mobilisasi material dan bahan dari gudang kepada pekerja mudah
dan tentunya melancarkan pekerjaan.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Mandor
3. Kepala tukang
4. Tukang
5. Pekerja
6. Surveyor
CONTOH GUDANG BAHAN DAN ALAT

Persiapan bahan/ material :

1. Dolken kayu f 8-10/400 cm


2. Kayu
3. Kayu biasa
4. Besi strip
5. Semen Portland
6. Pasir pasang
7. Pasir beton
8. Koral Beton
9. Bata merah
10. Seng plat
11. Jendela nako
12. Kaca polos
13. Kunci tanam
14. Plywood 4 mm
Peralatan kerja :

1. Cangkul
2. Sekop
3. Ember.
4. Alat bantu pekerjaan.
5. Circle saw.
6. Alat ukur lengkap.

Pelaksanaan :

1. Menentukan lokasi gudang yang akan dibangun.


2. Pengukuran lahan
3. Pembuatan bouwplank
4. Penggalian tanah
5. Pembuatan pondasi
6. Pembuatan struktur dahulu
7. Pekerjaan dinding
8. Pekerjaan lantai
9. Pekerjaan yang terdapat pada gambar rencana kerja
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan persiapan

 Pengujian material beton

Beton yang digunakan pada pekerjaan ini adalah beton dengan mutu K 175 untuk pekerjaan struktur pondasi sumuran dan beton mutu K 300
untuk upper struktur. Sebelum menggunakan beton dengan mutu tersebut, kami akan mengadakan beberapa test uji lab untuk mengetahui
kualitas material yang digunakan dalam beton tersebut apakah memenuhi syarat yang ditentukan atau tidak.

Uji-uji tersebut terdiri dari :

1. Uji material
2. Job mix formula (JMF).
3. Slump test.
4. Kuat tekan beton.

Tenaga kerja

1. Logistik.
2. Laboratorium

Persiapan bahan/ material :

1. Semen PC
2. Kerikil beton
3. Pasir beton
4. Air kerja
5. Cetakan kubus/ silinder

Peralatan kerja :

1. Alat test lab

Pelaksanaan :

1. Material-material tersebut akan kami berikan kepada laboratorium untuk dibuatkan Job Mix sehingga kami dapat mengetahui dengan
material yang ada harus dicampur bagaimana dengan campuran komposisi yang sedemikian rupa sehingga mencapai mutu beton
yang disyaratkan.
2. Dari hasil job mix tersebut akan kami jadikan patokan pekerjaan beton struktur.
3. Sebelumnya, kami akan membuat benda uji (bisa kubus atau silinder) beton yang berpatokan pada komposisi campuran hasil job mix
yang ada. Kubus beton tersebut kami buat dalam wadah besi yang berbentuk kubus. Lalu setelah benda uji tersebut selesai kami buat,
kami berikan ke laboratorium untuk diuji apakah sudah mencapai kekuatan yang diinginkan atau belum.
4. Setelah benda uji (kubus/ silinder) mencapai kekuatan yang diinginkan, maka pekerjaan beton utama dapat segera kami kerjakan.
Pembuatan kubus beton dikerjakan setiap ada pekerjaan pengecoran beton jadi setiap struktur akan terlihat kekuatan betonnya.
5. Untuk material besi baja/ tulangan, setiap jenisnya akan kami berikan uji kekuatan terhadap kuat tariknya di laboratorium. Setelah
hasil uji sesuai dengan syarat yang diberikan, maka material tersebut bisa digunakan untuk pekerjaan.
CONTOH BENDA UJI KUBUS BETON

CONTOH BENDA UJI SILINDER


Slump test

Pekerjaan ini adalah untuk mengetahui kadar air yang terkandung didalam beton tersebut (slump). Untuk beton, akan ditentukan nilai slump
tertentu sehingga mutu beton tetap terjaga. Slump test dikerjakan setiap akan ada pengecoran beton. Dari tempat beton dibuat (mobil mixer
ataupun molen) tidak langsung.

1. Persiapan alat slump test yaitu kerucut abraham, tongkat besi, plat besi, sendok semen.
2. Mencari tempat yang datar untuk meletakkan plat besi.
3. Kerucut diletakkan diatas plat besi. Dengan lubang besar dibawah dan lubang kecil diatas.
4. Beton segar yang baru tiba dimasukkan ke dalam kerucut.
5. Dalam cara memasukkanya, dimasukkan per 1/3 tinggi, kemudian diaduk-aduk/ dipadatkan.
6. Begitu seterusnya sampai kerucut penuh.
7. Kemudian pada bagian atas kerucut setelah penuh, diratakan dengan tongkat besi.
8. Setelah itu, kerucut diangkat perlahan-lahan sampai beton keluar semuanya.
9. Akan ada penurunan pada beton tersebut.
10. Lalu kerucut itu diletakkan disamping beton tersebut, kemudian dibalik sehingga lubang kecil dibawah dan lubang besar diatas.
11. Kemudian dari atas kerucut diukur sampai atas beton yang disampingnya. Itulah nilai slump yang dicari.
12. Karena bidang atas beton tidak rata, maka pengukuran diambil 3 kali dan diambil rata-ratanya.
13. Jika nilai slump > syarat, beton ditolak. Jika sebaliknya, maka beton tersebut dapat digunakan.

CONTOH SLUMP TEST


Pengujian besi

1. Seperti halnya beton, untuk material pembesian pun akan kami adakan pengujian material.
2. Untuk besi merupakan uji kuat tarik.
3. Dari semua besi yang akan dipakai, akan kami berikan sampelnya masing-masing dengan ukuran tertentu untuk diberikan kepada
laboratorium penguji.
4. Lalu lab akan memberikan hasil pengujian material, jika lolos dari spesifikasi pekerjaan maka material besi tersebut bisa digunakan.
5. Jika tidak lolos, maka kami akan mencari pengganti dari material tersebut.
CONTOH UJI MATERIAL BESI
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan persiapan

 Mobilisasi & demobilisasi

Mobilisasi merupakan pengadaan semua semua personil, material, peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian dari
tempat awal ke tempat pekerjaan proyek. Mobilisasi peralatan kerja dari lokasi asalnya ke lokasi pekerjaan dilaksanakan sebelum pekerjaan
dimulai dan di periksa terlebih dahulu kondisi dan kelayakannya. Demobilisasi atau pemulangan dilakukan setelah akhir pekerjaan ditandai
dengan membawa peralatan kerja lokasi asalnya. Mobilisasi dan demobilisasi dilaksanakan sepanjang proyek berjalan. Tidak hanya diawal
dan diakhir proyek. Karena bisa saja pada saat proyek berlangsung, ada alat / personil yang harus didatangkan / dipulangkan karena
mengganggu / keadaan mendesak. Proses mobilisasi dan demobilisasi dimulai dengan :

 Menghitung bahan – bahan yang akan dimobilisasi ke job site.


 Menghitung transportasi yang dibutuhkan dalam perjalanan.
 Mengukur area yang akan dibangun.
 Menghitung peralatan yang digunakan.
 Menghitung tenaga kerja yang diperlukan pada saat melakukan pekerjaan yang sesuai dengan persetujuan pengawas lapangan.
 Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi akan didatangkan ke lokasi proyek melalui jalur darat atau laut tergantung
dari segi paling mudah dan cepat dalam hal pengadaan.
 Personil inti dan proyek akan didatangkan dari kantor pusat.
 Pekerja biasa akan diambil dari sekitar lokasi proyek / lokal.
 Sedangkan demobilisasi peralatan biasanya dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan konstruksi selesai.
MOBILISASI GENSET

MOBILISASI MOLEN BETON


MOBILISASI BAR BENDER

MOBILISASI BAR CUTTER


MOBILISASI VIBRATOR BETON

MOBILISASI ALAT UKUR


MOBILISASI SCHAFOLDING

MOBILISASI TORN AIR


MOBILISASI BAHAN DAN MATERIAL
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan tanah

 Galian poer

Pekerjaan galian akan dilaksanakan dengan menggunakan alat standar pertukangan maupun alat berat tergantung dari jumlah dan keras
tidaknya tanah yang akan digali. Pada proyek gedung ini pekerjaan galian akan dikerjakan dengan bantuan alat berat sehingga cepat selesai.
Penggalian dikerjakan dengan mengikuti alur bouwplank yang ada. Bouwplank dipasang dipinggir-pinggir alur galian yang akan dikerjakan.
Untuk elevasi pada bouwplank dipasang sesuai dengan elevasi lantai ± 0.000 untuk memudahkan pengawasan elevasi pada pelaksanaan
pekerjaan. Bouwplank dipasang pada pinggir kanan dan kiri dari as tengah galian. Berikut tahapan pelaksanaan pekerjaannya.

 Tahap persiapan

- Kami akan mengajukan request kerja kepada konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis lapangan, seperti sebagai
berikut :

Metode teknis pelaksanaan pekerjaan


Sampel / contoh material ( jika diperlukan )
Gambar shop drawing
Warna material / hasil pekerjaan ( jika diperlukan )

- Kami akan mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan berikut :

Cangkul, ember, sekop, alat standar pertukangan


Alat bantu pekerjaan
Alat ukur pesawat theodolit dan waterpass serta kelengkapannya.

CONTOH PENGGALIAN
- Kami juga akan mempersiapkan tenaga kerja berpengalaman yang akan bekerja pada bidangnya yaitu :

Surveyor dan asisten surveyor.


Drafter
Administrasi teknik
Kepala tukang
Tukang
Pekerja

- Material yang akan digunakan pada pekerjaan ini adalah :

Tanah yang akan digali.

 Tahap pelaksanaan kerja.

- Mengerjakan dahulu pembuatan papan bouwplank.


- Pembuatan papan bouwplank berdasarkan denah gambar rencana kerja ( shop drawing ) yang sudah disetujui oleh
konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis lapangan.
- Bouwplank galian ditempatkan di daerah galian yang tidak menggangu galian namun tetap digunakan sebagai patokan
pekerjaan.
- Elevasi papan permukaan atas bouwplank diberikan elevasi ± 0.000 , sama dengan elevasi lantai nantinya.
- Lalu penggalian dilakukan oleh tenaga kerja.
- Tanah bekas galian bisa diletakkan di samping kanan dan kiri dari lubang galian dengan jarak tertentu sehingga tidak
mudah jatuh ke dalam lubang galian kembali.
- Pada dinding galian dibuat miring sehingga tidak mudah terjadi longsor kembali.
- Penggalian dikerjakan sampai mencapai elevasi kedalaman yang sesuai dengan gambar rencana kerja shop drawing yang
sudah disetujui oleh konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis lapangan.
- Ukuran lebar atas, lebar bawah, tinggi tegak, tinggi miring diperiksa kesesuaiannya dengan gambar shop drawing yang
sudah disetujui direksi.
CONTOH METODE PENGGALIAN

 Tahap akhir pekerjaan

- Setelah pekerjaan selesai, maka kami akan melakukan pemeriksaan bersama-sama dengan konsultan pengawas pekerjaan
dan direksi teknis lapangan.
- Jika hasil pekerjaan sudah disetujui dan diterima oleh mereka, maka kami akan melanjutkan pekerjaan setelahnya.
- Jika hasil pekerjaan belum diterima, maka kami akan melaksanakan perbaikan pada hasil pekerjaan tersebut.
- Setelah pekerjaan selesai, maka kami akan membuatkan laporan harian hasil pelaksanaan pekerjaan yang berupa gambar,
tabel data, maupun poto dokumentasi pekerjaan.
- Kemudian laporan tersebut kami bundel / jilid / dengan rapi menjadi beberapa rangkap dan kami serahkan kepada
konsultan pengawas pekerjaan dan direksi teknis lapangan.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan tanah

 Urug tanah

Pekerjaan urugan tanah ada beberapa yaitu :

1. Urugan tanah pada pondasi


2. Urugan tanah kembali untuk peil bangunan

Berikut tahapan pelaksanaan pekerjaannya.

1. Urugan tanah pada pondasi.

 Mempersiapkan peralatan.
 Mengadakan/ mempersiapkan bahan.
 Mempersiapkan tenaga kerja.
 Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan pondasi selesai dikerjakan.
 Mengurug tanah pada lubang pondasi yang ada.
 Mengurug tanah dengan selapis demi selapis.
 Elevasi berdasarkan elevasi pada papan bouwplank.
 Lapisan tanah yang telah selesai diurug kami padatkan dengan bantuan alat pemadat seperti stamper selapis-lapis.
 Pengurugan tanah dilakukan sampai mencapai elevasi yang ditentukan.
2. Urugan tanah kembali untuk peil bangunan.

 Mempersiapkan peralatan.
 Mengadakan/ mempersiapkan bahan.
 Mempersiapkan tenaga kerja.
 Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan sloof beton selesai dikerjakan.
 Mengurug tanah tempat yang sudah ditentukan.
 Mengurug tanah dengan selapis demi selapis.
 Elevasi berdasarkan elevasi pada papan bouwplank.
 Lapisan tanah yang telah selesai diurug kami padatkan dengan bantuan alat pemadat seperti stamper selapis-lapis.
 Pengurugan tanah dilakukan sampai mencapai elevasi yang ditentukan.
Lingkup pekerjaan :

 Bangunan gedung utama

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan tanah

 Urug sirtu

Pekerjaan urugan sirtu untuk peninggian lantai.


Berikut tahapan pelaksanaan pekerjaannya.

1. Urugan sirtu peninggian lantai.

 Mempersiapkan peralatan.
 Mengadakan/ mempersiapkan bahan.
 Mempersiapkan tenaga kerja.
 Mengurug sirtu pada tempat yang telah ditentukan.
 Mengurug tanah dengan selapis demi selapis.
 Elevasi berdasarkan elevasi pada papan bouwplank.
 Lapisan tanah yang telah selesai diurug kami padatkan dengan bantuan alat pemadat seperti stamper selapis-lapis.
 Pengurugan tanah dilakukan sampai mencapai elevasi yang ditentukan.
TAHAPAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN MASING-MASING PEKERJAAN DARI AWAL
SAMPAI AKHIR

Supaya suatu pekerjaan konstruksi (PK) dapat berjalan lancer serta efektif, maka diperlukan
pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat didalamnya.
Sehubungan dengan ini maka pihak pelaksana dari suatu pekerjaan konstruksi membuat suatu
jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedule). Jadwal waktu kegiatan adalah urutan-urutan kerja
yang berisi jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan waktu awal dan akhir suatu pekerjaan.

Mengingat jadwal waktu ini merupakan dasar penentuan waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi maka pembuatan jadwal ini harus sudah selesai sebelum pelaksanaan dimulai. Jadwal
waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek yang bersangkutan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui
dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kontiunitas pekerjaan dapat
dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit proyek sehingga
diperoleh efesiensi kerja yang tinggi. Tujuan penjadwalan waktu adalah :

1. Sebagai pedoman bagi pelaksanaan untuk memudahkan melakukan pekerjaan agar


pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran.
2. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan
agar proyek dapat berjalan lancar dan efektif.
3. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga bila ada keterlambatan di dalam
pelaksanaan dapat segera diketahui untuk mengambil tindakan penanggulangannya.
4. Untuk menentukan target lamanya waktu yang diminta oleh pemilik agar dapat dipenuhi.

Sebagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembuatan jadwal waktu pelaksanaan
proyek adalah:

1. Situasi dan kondisi lapangan, dimaksud untuk mengetahui hambatan-hambatan atau


kemudahan-kemudahan yang terjadi di lapangan.
2. Faktor cuaca yang akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
3. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana seperti tenaga kerja, kemampuan dan
keterampilan, serta kapasitas alat-alat kerja.
4. Batasan waktu yang diberi oleh pemberi tugas.
5. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
6. Spesifikasi pekerjaan dilihat dari bestek yang direncanakan. Dari bestek dapat
ditentukan pekarjaan apa saja yang harus didahulukan dan mendapat preoritas kualitas
tertentu.

Ada beberapa cara teknik perencanaan jadwal kegiatan yang sering digunakan dalam pekerjaan
konstruksi ( PK )adalah:

1. Network Planning
2. Bar Chart
1. NETWORK PLANNING (NWP)

Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, sebuah perusahaan lebih


mengutamakan perencanaan yang matang dengan sedikit pekerja dari pada
menggunakan pekerja yang dominan tanpa perencanaan. Network Planning merupakan
cara atau teknik yang sangat membantu dalam sebuah perencanaan, penjadwalan dan
pengawasan sebuah pekerjaan proyek yang terdiri dari beberapa pekerjaan yang saling
berhubungan.

Semenjak tahun 1950, Network Planning ini telah mulai dikembangkan di Amerika
Serikat (US) oleh Du Pont Company. Ketika itu ada dua metode yang dikenal dalam
network planning, yaitu Program Evaluation and Review Technique (PERT) danCritical
Path Method (CPM). CPM bergantung pada PERT yang dapat mengatasi masalah
penjadwalan kerja. CPM lebih banyak mengarah pada bagian permasalahan biaya dan
waktu.

Menurut Tjuntu Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2004;176) mengatakan bahwa :

“Network Planning merupakan gambaran rencana jaringan kerja yang memperlihatkan


seluruh aktivitas yang terdapat di dalam proyek serta logika ketergantungan antar satu
dengan yang lain”.

Sedangkan menurut Eddy Harjanto (2003;338) menjelaskan bahwa:

“Perencanaan jaringan kerja (Network Planning) adalah salah satu model yang
banyak digunakan dalam menyelenggarakan proyek, yang produknya berupa informasi
mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja yang bersangkutan”.

Dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Network planning adalah
suatu perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek yang menggambarkan
hubungan ketergantungan antara tiap pekerjaan yang divisualisasikan dalam diagram
network.

a) PRINSIP DASAR NETWORK PLANNING

Pengelolaan sebuah proyek mencakup banyak manajemen dan koordinasi berbagai


macam bentuk kegiatan. Ketika beberapa tugas yang harus diselesaikan sudah
berada di atas meja kerja, maka hal ini menjadi suatu tantangan untuk menjaga
semua aspek proyek agar semuanya tetap berjalan dengan lancar.
Dalam sebuah pelaksanaan proyek konstruksi ataupun lainnya, haruslah
direncanakan dengan matang sebuah rancangan kegiatan kerja. Untuk dapat
membuat perencanaan kerja harus mencakup hal-hal :

- Membuat rencana, skedul dan diagram informasi proyek.


- Mengelola sebuah proyek dalam milestone. Milestone menyatakan suatu
peristiwa atau kondisi yang menandai penyelesaian sekelompok tugas yang
saling berhubungan atau penyelesaian suatu tahap dari sebuah proyek.
- Menelusuri perkembangan yang terjadi pada sebuah proyek yeng sedang
dilaksanakan.
- Menetapkan dan menjadwalkan sumber daya yang ada (Resources).

Proyek, secara sederhana adalah sebagai suatu urutan peristiwa yang dirancang
dengan baik dengan suatu permulaan dan suatu akhir yang diarahkan untuk
mencapai tujuan yang jelas dan dipimpin oleh orang, dengan beberapa parameter
seperti waktu, biaya dan kualitas.

b) LANGKAH-LANGKAH DALAM MENYUSUN NETWORK PLANNING

- Menginventarisasi kegiatan-kegiatan.

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dan pengidentifikasian lingkup proyek,


menyesuaikan, memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok-
kelompok kejadian yang merupakan komponen proyek.

- Menyusun hubungan antar kerja.

Pada langkah ini disusun kembali komponen-komponen pada langkah pertama


sesuai dengan logika ketergantungan.

- Menyusun network diagram.

Pada langkah ini hubungan antara kegiatan yang telah disusun pada langkah
kedua, disusun menjadi masa rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika
ketergantungan. Langkah ini mendiskripsikan proses produksi secara
keseluruhan.

- Menentukan waktu untuk setiap kegiatan.

Memberi kurun waktu pada setiap kegiatan yang dihasilkan, menyesuaikan


lingkup proyek, seperti pada langkah pertama. Terdapat perbedaan pokok dalam
memperkenalkan kurun waktu kegiatan antara CPM dan PERT. CPM
menggunakan angka perkiraan tunggal atau deterministic, sedangkan PERT
menggunakan tiga angka perkiraan atau probabilistik.

- Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada network diagram dari network
diagram yang telah disusun pada langkah ketiga, dilakukan perhitungan maju
dan perhitungan mundur, dari perhitungan tersebut dihitung float dan identifikasi
jalur kritisnya.
- Melakukan analisa waktu, biaya dan sumber daya.
- Setelah melakukan langkah tersebut diatas, maka dilanjutkan dengan
melakukan analisa waktu,biaya, dan sumber daya yang meliputi:

 Menentukan kurun waktu proyek yang paling optimal dilihat dari segi biaya.
Ditunjukkan untuk memilih berbagai alternatif, kurun waktu proyek dilihat dari
segi biaya.
 Meminimalkan fluktuasi sumber daya.Meningkatkan efisiensi pengelolaan
proyek dengan cara mencegah terjadinya naik turunyang terlalu tajam dalam
waktu relatif terhadap keperluan sumber daya

c) MANFAAT NETWORK PLANNING

Manfaat Network Planning bagi suatu proyek, antara lain:

- Perencanaan suatu proyek yang kompleks.


- Schedulling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan-urutan yang
praktis dan efisien.
- Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia.
- Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan-hambatan dengan keterlambatan-
keterlambatan.
- Menentukan trade off (kemungkinan pertukaran) antar waktu dan biaya.
- Menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek.

d) METODE NETWORK PLANNING (NWP)

- Program Evaluation And Review Technique (PERT)

PERT merupakan singkatan dari program evalution andreview technique atau


teknik menilai dan meninjau kembali program. Sistem ini mula-mula
diperkenalkan dalam rangka merencakan dan mengendalikan proyek besar dan
kompleks, yaitu pembuatan peluru kendali polaris. PERT memakai pendekatan
yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada banyaknya
faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang dengan cara
memakai tiga angka estimasi, yaitu :

a= Kurun waktu optimistik. Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan


bila segalasesuatunya berjalan mulus.
m = Kurun waktu yang paling mungkin. Kurun waktu yang paling sering terjadi
dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
b = Kurun waktu pesimistik. Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan
kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak baik.
Ketiga kurun waktu tersebut dimasukkan dala persamaan di bawah ini untuk
mengetahui fungsi dari a, b, m dalam hubungannya dengan perhitungan-
perhitungan dan pengaruhnya terhadapat metode PERT secara keseluruhan.

- CRITICAL PATH METHOD (CPM)

Critical Path Method (CPM) yang dikenal juga dengan metode jalur kritis dalam
rangka mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksud
untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki
ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain dan kontruksi CPM
memperkirakan kurun waktu kegiatan atau aktivitas proyek dengan pendekatan
deterministik atau satu angka yang mencerminkan adanya kepastian.

Contoh NWP :
2. PEMENUHAN KEBUTUHAN PERALATAN, TENAGA DAN BAHAN PER BULAN
( SCHEDULE / JADWAL TENAGA, BAHAN, MATERIAL, PERALATAN )

Dalam menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi maka akan kami
perhatikan dalam pengadaan / mobilisasi peralatan, tenaga, dan bahan-bahan. Untuk
memenuhi target kami dalam hal di atas, maka kami susun dalam sebuah jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang di dalamnya sudah tercakup jadwal :

a) PERALATAN
b) TENAGA
c) BAHAN

Langkah-langkah kegiatan yang saling berhubungan memerlukan pengaturan jadwal


yang akurat, sehingga tidak menimbulkan pekerjaan yang saling tindih.

a) PEMERIKSAAN JADWAL KONSTRUKSI & JADWAL LAPANGAN

Jadwal konstruksi adalah susunan rencana kegiatan konstruksi berdasarkan waktu


pelaksanaan, kegiatan konstruksi pada umumnya dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu
tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan konstruksi dan tahapan perawatan. Atau
dalam hal ini adalah diagram / schedule pelaksanaan pekerjaan yang kita sebut
dengan kurva S yang diajukan dalam kontrak penawaran pekerjaan.

Sedangkan untuk jadwal lapangan adalah schedule yang kami (kontraktor) susun
berdasarkan implementasi yang sebenarnya dilapangan dengan tetap berpedoman /
lama kerja (durasi) tidak lebih dari kepada jadwal konstruksi yang sudah dibuat.

b) PENYESUAIAN JADWAL LAPANGAN DENGAN JADWAL KONSTRUKSI

Jadwal konstruksi memuat awal dan akhir jadwal lapangan. Berdasarkan pada awal
dan lamanya pekerjaan konstruksi tersebut maka kontraktor dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan pekerjaan dan diharapkan menjadi lebih siap dari segi waktu dan
peralatan, bahan, material yang digunakan. Oleh sebab itu kami akan sangat
memperhatikan dan mencermati jadwal konstruksi, tentunya pada jenis-jenis
pekerjaan yang ada sifatnya kritis (dalam metode network planning pekerjaan).

Jadwal konstruksi yang sudah ada juga dapat digunakan untuk melakukan
persiapan-persiapan untuk mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan mana saja yang
memerlukan kegiatan dahulu serta menyusun kebutuhan-kebutuhan peralatan,
personil, peralatan pendukung lainnya serta metode pelaksanaan pekerjaan yang
dibutuhkan. Dengan demikian persiapan dapat dilakukan dengan matang dan bagus.
c) PEMERIKSAAN ULANG JADWAL LAPANGAN

Sebelum pekerjaan lapangan dimulai jadwal lapangan diperiksa ulang, apakah


jadwal lapangan tersebut masih sesuai dengan jadwal konstruksi. Apabila jadwal
konstruksi mengalami perubahan maka jadwal lapangan akan disesuaikan.
Perubahan jadwal konstruksi masih dimungkinkan karena ada perubahan design,
perubahan volume, dan lain-lain. Setiap ada perubahan design yang ada kaitannya
dengan pekerjaan di lapangan maka kami akan membahas dahulu dengan konsultan
dan direksi agar perubahan tersebut segera ada keputusannya sehingga tidak
menghambat pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal lapangan.

d) IDENTIFIKASI JADWAL LAPANGAN

Penentuan awal pekerjaan lapangan. Jadwal konstruksi yang sudah ada dapat
digunakan untuk melakukan pekerjaan persiapan-persiapan, mengidentifikasi
pekerjaan yang membutuhkan perlakukan segera. Kebutuhan peralatan, personil,
perlengkapan dan metode-metode pengukuran dapat dipersiapkan dengan cermat
dan matang.

Kemudian kami akan mengidentifikasikan kelompok dan jenis-jenis bahan, peralatan


dan material dalam jadwal pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Seperti contohnya yaitu :

- Untuk material beton digunakan pada pekerjaan :

 Beton

 Pile cap
 Tie beam
 Lantai basement
 Kolom
 Balok
 Plat beton

- Untuk material keramik pada pekerjaan

 Lantai
 Dinding

- Dan lain-lain.

Lalu monitoring dan pengarahan, mutual check, laporan administrasi dan lainnya
dalam pelaksanaan pekerjaan. Identifikasi pekerjaan tersebut diatas dibuat dasar
untuk menyusun jadwal lapangan sesuai dengan jenis dan kelompok pekerjaan
sejak awal hingga proyek selesai.
Identifikasi pekerjaan untuk pekerjaan pengukuran

Kegiatan Kegiatan Peralatan Personil keterangan


konstruksi pengukuran
Clearing / Pengecekan Pesawat Surveyor Waktu
pembersihan hasil perataan waterpass Asisten mengikuti
jadwal
konstruksi
Pemeriksaan Pengukuran Total Surveyor Waktu
dan poligon. station Asisten mengikuti
penentuan jadwal
titik referensi Pengukuran Pesawat konstruksi
dengan waterpass
menggunakan
waterpass
Penentuan Stake out Total Surveyor Waktu
tapak station Asisten mengikuti
bangunan jadwal
Theodolite konstruksi

Pesawat
waterpass

e) KETERKAITAN JADWAL LAPANGAN DENGAN JADWAL KONSTRUKSI

Dalam menyusun jadwal lapangan harus selalu dikaitkan dengan jadwal konstruksi.
Disusun secara berurutan sesuai dengan urutan pekerjaan konstruksi yang
memerlukan pekerjaan dukungan.

f) KELOMPOK PEKERJAAN YANG SAMA

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi gedung bertingkat tinggi masih banyak


pekerjaan yang sama yang berkaitan dengan pekerjaan jadwal lapangan, yang
memerlukan peralatan dan metode pekerjaan yang sama. Pekerjaan-pekerjaan
dalam jadwal konstruksi yang berkaitan dengan pekerjaan dalam jadwal lapangan
dikelompokkan dan disusun secara berurutan sesuai dengan jenisnya, sehingga
penyusunan jadwal lapangan dan pelaksanaannya lebih mudah.
g) JADWAL KONSTRUKSI

(TERLAMPIR DALAM LAMPIRAN SCHEDULE KERJA)

h) PENYUSUNAN JADWAL KERJA SECARA URUT

(TERLAMPIR DALAM LAMPIRAN SCHEDULE KERJA)

i) RANGKUMAN / RESUME PEKERJAAN

Setelah jadwal konstruksi yang dipelajari kemudian dimengerti, kami bersama


menyusun kebutuhan alat, bahan, material yang akan digunakan sesuai dengan
jenis pekerjaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut disusun dengan jelas dan lengkap
baik itu dari segi jenis, waktu yang dibutuhkan, serta spesifikasi yang ditentukan.

Untuk mempermudah langkah kerja jadwal lapangan, perlu dikelompokkan


penggunaan peralatan, bahan, dan material yang sesuai dengan pekerjaan
konstruksi yang sedang dilakukan. Setelah kebutuhan peralatan disusun dan
pengelompokkan penggunaan peralatan sesuai dengan jenis pekerjaan dilakukan
maka kami akan membuatkan laporan kebutuhan alat, bahan dan material kemudian
kami akan mengkoordinasikannya.

Laporan tersebut dibuat dengan memuat hal-hal pokok di dalamnya yaitu :

- Bahan-bahan / material

 Nama
 Jumlah / volume
 Tipe
 Spesifikasi
 Perkiraan

- Peralatan kerja

 Nama
 Jumlah / volume
 Tipe
 Spesifikasi
 Perkiraan
- Tenaga ahli / personil inti

 Nama
 Jabatan
 Jobdesk
 Schedule pelaksanaan pekerjaan
 Jumlah / volume

Hal-hal yang mendukung kinerja kami dalam jadwal lapangan, adalah tersedianya
bahan-bahan, alat, dan material yang cukup dan sesuai dengan volume pekerjaan
yang terlibat. Dengan memeriksa jadwal pekerjaan lapangan, maka dapat ditentukan
jumlah, jenis, dan lama waktu penggunaan peralatan ukur.

Penyusunan peralatan, bahan dan material, serta tenaga kerja perlu dibuat sehingga
nantinya tidak terjadi tumpang tindih penggunaannya antara pekerjaan yang satu
dengan pekerjaan yang lainnya. Kebutuhan tersebut baik dari jumlah, jenis dan
spesifikasi dan lama penggunaan perlu disusun dan akan kami koordinasikan untuk
realisasi secepatnya dalam penggunaannya di lapangan.

3. PEMENUHAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN ∞ JADWAL PELAKSANAAN


GAMBAR METODE KERJA DAN DIAGRAM ALIR

I. PEKERJAAN PRELIMINARIES

1. Pembersihan lokasi

Jadwal kerja

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Pembersihan 5 days Mon 01/06/15 Fri 05/06/15 14SS

Gambar metode kerja :

Pembersihan dengan manual


Pekerjaan dengan mekanis

Diagram alir pekerjaan :


2. Papan nama proyek

Gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


3. Pagar proyek

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Pagar proyek 1 day Mon 01/06/15 Mon 01/06/15 4SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


4. Direksi keet

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Direksi keet 7 days Mon 01/06/15 Sun 07/06/15 5SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


5. Barak kerja

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Barak kerja 7 days Mon 01/06/15 Sun 07/06/15 6SS

Gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


6. Air kerja

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Air kerja 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15

Contoh Gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


7. P3K

Task Name Duration Start Finish Predecessors


P3K 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 8SS

Diagram alir pekerjaan :


8. Bak penampungan air + instalasi

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Bak penampungan air 3 days Mon 01/06/15 Wed 03/06/15 6SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


9. Testing material

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Testing material 5 days Mon 01/06/15 Fri 05/06/15 13SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


10. Shop drawing dan as built drawing

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Shop & as built drawing 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 9SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


11. Laporan dan administrasi

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Lap. & administrasi 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 12SS

Gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


12. Mobilisasi dan demobilisasi

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Mobilisasi dan demobilisasi 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 14SS

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Mobilisasi 7 days Mon 01/06/15 Sun 07/06/15 13SS

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Demobilisasi 7 days Mon 21/12/15 Sun 27/12/15 14;8FF

Contoh gambar kerja mobilisasi alat berat :

Diagram alir pekerjaan :


13. Mesin genset

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Sewa genset 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 17SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


14. Listrik kerja

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Listrik kerja 210 days Mon 01/06/15 Sun 27/12/15 14SS

Gambar kerja :

MESIN GENSET INSTALASI PENERANGAN


PENERANGAN PROYEK

Diagram alir pekerjaan :


II. PEKERJAAN TANAH

1. Timbunan peninggian elevasi dengan sirtu

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Timbunan dengan sirtu 2 days Sun 28/06/15 Mon 29/06/15 29SS+10 days

Gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


III. PEKERJAAN STRUKTUR

1. Pondasi tiang pancang

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Tiang pancang 25 days Mon 08/06/15 Thu 02/07/15 14

Diagram alir pekerjaan :


2. Pile cap

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Pile cap 15 days Sat 13/06/15 Sat 27/06/15 24SS+5 days

a) Galian tanah

Diagram alir pekerjaan :


b) Urugan pasir

Diagram alir pekerjaan :

c) Lantai kerja

Diagram alir pekerjaan :


d) Urugan kembali bekas galian

Diagram alir pekerjaan :

e) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


f) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

g) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


3. Pondasi batu kali

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pondasi batu kali 10 days Tue 30/06/15 Thu 09/07/15 30SS

a) Galian tanah pondasi

Diagram alir pekerjaan :


b) Urugan pasir bawah pondasi

Diagram alir pekerjaan :

c) Pasangan batu kosong

Diagram alir pekerjaan :


d) Pasangan batu gunung

Diagram alir pekerjaan :

e) Urugan tanah bekas galian

Diagram alir pekerjaan :


4. Pedestal kolom

Task Name Duration Start Finish Predecessors


kolom 15 days Thu 18/06/15 Thu 02/07/15 26SS+5 days

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Pengecoran beton

Diagram alir pekerjaan :


5. Tie beam

Task Name Duration Start Finish Predecessors


Tie beam 15 days Thu 18/06/15 Thu 02/07/15 28SS

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Pengecoran beton

Diagram alir pekerjaan :


6. Pekerjaan lantai basement

Task Name Duration Start Finish Predecessors


lantai basement 15 days Tue 30/06/15 Tue 14/07/15 29SS;21

a) Urugan pasir

Diagram alir pekerjaan :


b) Cor beton rabat

Diagram alir pekerjaan :

c) Plat beton basement

Task Name Duration Start Finish Predecessors


lantai basement 15 days Tue 30/06/15 Tue 14/07/15 29SS;21

Diagram alir pekerjaan :


7. Kolom

Task Name Duration Start Finish Predecessors


kolom lt. 1 15 days Sun 05/07/15 Sun 19/07/15 30SS+5 days

Task Name Duration Start Finish Predecessors


kolom lt. 2 20 days Wed 15/07/15 Mon 03/08/15 35SS+5 days

Task Name Duration Start Finish Predecessors


kolom lt. 3 25 days Sat 25/07/15 Tue 18/08/15 39SS+5 days

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


8. Balok latai

Task Name Duration Start Finish Predecessors


balok latei (sama arsitek) 30 days Tue 04/08/15 Wed 02/09/15 60SS;71SS;84SS

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


9. Tangga

Task Name Duration Start Finish Predecessors


tangga beton 5 days Fri 10/07/15 Tue 14/07/15 35SS

Task Name Duration Start Finish Predecessors


tangga lt. 2 10 days Mon 20/07/15 Wed 29/07/15 39SS

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


10. Balok struktur

Task Name Duration Start Finish Predecessors


balok lt. 3 25 days Mon 20/07/15 Thu 13/08/15 36SS+5 days
balok elv. 11.50 20 days Thu 30/07/15 Tue 18/08/15 40SS+5 days
balok elv. 15 20 days Sun 09/08/15 Fri 28/08/15 43SS+5 days

a) Bekisting

Diagram alir pekerjaan :


b) Pembesian

Diagram alir pekerjaan :

c) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


11. Plat lantai

Task Name Duration Start Finish Predecessors


plat beton lt. 2 20 days Fri 10/07/15 Wed 29/07/15 34SS
plat beton lt. 3 25 days Mon 20/07/15 Thu 13/08/15 38SS
plat elv. 11.50 20 days Thu 30/07/15 Tue 18/08/15 41SS

a) Steel floor decking


Diagram alir pekerjaan :

b) Pembesian wiremesh

Diagram alir pekerjaan :


c) Cor beton

Diagram alir pekerjaan :


12. Pekerjaan atap

a) Pedestal kolom

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pedestal kolom 10 days Tue 16/06/15 Thu 25/06/15 49SS+3 days

Diagram alir pekerjaan :

b) Kuda-kuda IWF

Task Name Duration Start Finish Predecessors


kuda-kuda iwf 20 days Sun 21/06/15 Fri 10/07/15 47SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


c) Foot plate

Task Name Duration Start Finish Predecessors


foot plate 5 days Sat 13/06/15 Wed 17/06/15 53SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


d) Angker baut

Diagram alir pekerjaan :


e) Plat pengaku

Diagram alir pekerjaan :


f) Plat penyambung

Diagram alir pekerjaan :


g) Plat dudukan gording

Diagram alir pekerjaan :


h) Baut penyambung

Diagram alir pekerjaan :

i) Baut dudukan gording

Diagram alir pekerjaan :


j) Gording kanal C

Task Name Duration Start Finish Predecessors


gording kanal c 20 days Fri 26/06/15 Wed 15/07/15 48SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


k) Trekstang

Task Name Duration Start Finish Predecessors


tresktang 15 days Wed 01/07/15 Wed 15/07/15 50SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


l) Ikatan angin

Task Name Duration Start Finish Predecessors


ikatan angin 15 days Wed 01/07/15 Wed 15/07/15 51SS

Diagram alir pekerjaan :


m) Jarum keras

Diagram alir pekerjaan :


n) Cat zincromate

Task Name Duration Start Finish Predecessors


cat zinchromate 10 days Mon 08/06/15 Wed 17/06/15 14

Diagram alir pekerjaan :


o) Lapisan insulasi

Task Name Duration Start Finish Predecessors


lapisan atap 10 days Sat 11/07/15 Mon 20/07/15 52SS+10 days

Diagram alir pekerjaan :


p) Penutup atap

Task Name Duration Start Finish Predecessors


penutup atap zincalum 10 days Thu 16/07/15 Sat 25/07/15 54SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


q) Nok atap zincalum

Task Name Duration Start Finish Predecessors


nok atap 10 days Tue 21/07/15 Thu 30/07/15 55SS+5 days

Diagram alir pekerjaan :


IV. PEKERJAAN ARSITEKTUR

1. Pekerjaan lantai

Task Name Duration Start Finish Predecessors


5. pek. Arsitek lt. 1 55 days Wed 15/07/15 Mon 07/09/15
pek. Lantai 20 days Fri 14/08/15 Wed 02/09/15 63SS+15 days
6. pek. Arsitek lt. 2 50 days Sat 25/07/15 Sat 12/09/15
pek. Lantai 20 days Fri 14/08/15 Wed 02/09/15 74SS+10 days
7. pek. Arsitek lt. 3 60 days Tue 04/08/15 Fri 02/10/15
pek. Lantai 25 days Thu 03/09/15 Sun 27/09/15 87SS+15 days

Buat kepalaan pemasangan keramik

Pemasangan keramik keseluruhan


Diagram alir pekerjaan keramik :

2. Pekerjaan dinding

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Dinding 20 days Mon 20/07/15 Sat 08/08/15 31SS+15 days
pek. Dinding 20 days Sat 25/07/15 Thu 13/08/15 36SS+10 days
pek. Dinding 25 days Tue 04/08/15 Fri 28/08/15 40SS+10 days;56

Gambar kerja kolom praktis


Gambar kerja dinding bata

Diagram alir pekerjaan dinding bata :


3. Pekerjaan pintu dan aksesories

Task Name Duration Start Finish Predecessors


67SS+10
pek. Pintu + aksesories 15 days Mon 24/08/15 Mon 07/09/15 days;59SS+10
days
70SS+10
pek. Pintu + aksesories 15 days Mon 24/08/15 Mon 07/09/15 days;79SS+10
days
83SS+10
pek. Pintu + aksesories 20 days Sun 13/09/15 Fri 02/10/15 days;91SS+10
days

Contoh gambar kerja pintu :

Diagram alir pekerjaan :


4. Pekerjaan jendela dan aksesories

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. jendela + aksesories 15 days Mon 24/08/15 Mon 07/09/15 61SS
pek. jendela + aksesories 15 days Sat 29/08/15 Sat 12/09/15 72SS+5 days
pek. jendela + aksesories 20 days Sun 13/09/15 Fri 02/10/15 85SS

Contoh gambar kerja jendela :

Diagram alir pekerjaan :


5. Pekerjaan plafond

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Plafond 25 days Thu 30/07/15 Sun 23/08/15 60SS+10 days
pek. Plafond 25 days Tue 04/08/15 Fri 28/08/15 71SS+10 days
pek. Plafond 30 days Wed 19/08/15 Thu 17/09/15 84SS+15 days

Contoh gambar kerja plafond :

Diagram alir pekerjaan :


6. Pekerjaan tangga

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Fin. Tangga 15 days Wed 15/07/15 Wed 29/07/15 33
pek. Fin. Tangga 15 days Thu 30/07/15 Thu 13/08/15 37

Contoh gambar kerja pekerjaan tangga :

Diagram alir pekerjaan :


7. Pekerjaan meja beton

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Meja beton / kounter 5 days Thu 30/07/15 Mon 03/08/15 60SS+10 days
pek. Meja beton / kounter 5 days Thu 30/07/15 Mon 03/08/15 71SS+5 days
pek. Meja beton / kounter 10 days Fri 14/08/15 Sun 23/08/15 84SS+10 days

Diagram alir pekerjaan :


8. Grill penutup saluran

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pek. Grill tutup saluran 5 days Fri 14/08/15 Tue 18/08/15 59SS
grill besi sal. Air 5 days Mon 24/08/15 Fri 28/08/15 70SS+10 days
grill besi sal. Air 10 days Sun 13/09/15 Tue 22/09/15 83SS+10 days

Diagram alir pekerjaan :


9. Pekerjaan pengecatan

Task Name Duration Start Finish Predecessors


pengecatan 20 days Thu 30/07/15 Tue 18/08/15 60SS+10 days
pengecatan 20 days Tue 04/08/15 Sun 23/08/15 71SS+10 days
pengecatan 25 days Fri 14/08/15 Mon 07/09/15 84SS+10 days

Diagram alir pekerjaan :


10. Pekerjaan railling

Task Name Duration Start Finish Predecessors


railling 10 days Tue 04/08/15 Thu 13/08/15 71SS+10 days
railling 15 days Wed 19/08/15 Wed 02/09/15 84SS+15 days

Diagram alir pekerjaan :


11. Water proofing

Task Name Duration Start Finish Predecessors


water proofing 5 days Thu 30/07/15 Mon 03/08/15 71SS+5 days
water proofing 10 days Fri 14/08/15 Sun 23/08/15 84SS+10 days
water proofing 10 days Sun 09/08/15 Tue 18/08/15 95SS

Diagram alir pekerjaan :


12. Pekerjaan rangka utama alumunium composite panel (ACP)

Task Name Duration Start Finish Predecessors


9. pek. ACP 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15
ACP tipe A 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15 95SS+10 days
ACP tipe B 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15 99SS

Diagram alir pekerjaan :


13. Pekerjaan alumunium composite panel (ACP)

Task Name Duration Start Finish Predecessors


9. pek. ACP 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15
ACP tipe A 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15 95SS+10 days
ACP tipe B 40 days Wed 19/08/15 Sun 27/09/15 99SS

Diagram alir pekerjaan :


14. Fixture, furnishing dan equipment

14.1. Kloset duduk

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kloset duduk 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 144;147
lt. 2 kloset duduk 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 145;148
lt. 3 kloset duduk 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 146;149

Diagram alir pekerjaan :


14.2. Wastafel

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kran wastafel 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 wastafel 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 wastafel 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14.3. Jet washer

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 jet washer 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 jet washer 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 jet washer 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14.4. Kran wastafel

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kran wastafel 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 kran wastafel 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 kran wastafel 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14.5. Kran air dinding

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kran air dinding 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 kran air dinding 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 kran air dinding 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14.6. Floor drain

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 floor drain 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 floor drain 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 floor drain 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14.7. Kitchen zink

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kitchen zink 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 kitchen zink 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 kitchen zink 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


15. Signage

Task Name Duration Start Finish Predecessors


11. signage 10 days Mon 28/09/15 Wed 07/10/15
tulisan 10 days Mon 28/09/15 Wed 07/10/15 99
lambang 10 days Mon 28/09/15 Wed 07/10/15 129SS

Diagram alir pekerjaan :


16. Pekerjaan Ground reservoir

Task Name Duration Start Finish Predecessors


12. utilitas 90 days Fri 14/08/15 Wed 11/11/15
ground reservoir 50 days Fri 14/08/15 Fri 02/10/15 59SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


17. Pembuatan sumur bor

Task Name Duration Start Finish Predecessors


12. utilitas 90 days Fri 14/08/15 Wed 11/11/15
sumur bor 50 days Fri 14/08/15 Fri 02/10/15 133SS

Contoh gambar kerja sumur bor :

Diagram alir pekerjaan :


18. Reserve osmosis sea water treatment system

Task Name Duration Start Finish Predecessors


12. utilitas 90 days Fri 14/08/15 Wed 11/11/15
mesin reserve osmosis 90 days Fri 14/08/15 Wed 11/11/15 134SS

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


V. FURNITURE DAN KITCHEN

Task Name Duration Start Finish Predecessors


13. furniture & kitchen 66 days Fri 23/10/15 Sun 27/12/15
furniture lt. 1 66 days Fri 23/10/15 Sun 27/12/15 177
furniture lt. 2 61 days Wed 28/10/15 Sun 27/12/15 178
furniture lt. 3 61 days Wed 28/10/15 Sun 27/12/15 179

1. Tempat tidur

Diagram alir pekerjaan :


2. Meja makan

Diagram alir pekerjaan :


3. Kursi makan

Diagram alir pekerjaan :


4. Meja prasmanan

Diagram alir pekerjaan :


5. Cover tiang

Diagram alir pekerjaan :

6. Panel dinding

Diagram alir pekerjaan :


7. Meja receptionist

Diagram alir pekerjaan :


8. Kursi receptionist

Diagram alir pekerjaan :


9. Credenza

Diagram alir pekerjaan :


10. Meja beton

Contoh gambar kerja meja beton

Diagram alir pekerjaan :


11. Kitchen zink

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kitchen zink 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 kitchen zink 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 kitchen zink 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Contoh gambar kerja kitchen zink

Diagram alir pekerjaan :


12. Kran air

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 kran air dinding 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS

Diagram alir pekerjaan :

13. Floor drain

Task Name Duration Start Finish Predecessors


10. fixture & finishing 35 days Wed 23/09/15 Tue 27/10/15
lt. 1 floor drain 5 days Wed 23/09/15 Sun 27/09/15 103SS
lt. 2 floor drain 5 days Sat 03/10/15 Wed 07/10/15 111SS
lt. 3 floor drain 5 days Fri 23/10/15 Tue 27/10/15 119SS

Diagram alir pekerjaan :


14. Meja saji

Diagram alir pekerjaan :


15. Blast feezer

Diagram alir pekerjaan :


16. Blast chiller

Diagram alir pekerjaan :


17. Open rack kontainer

Diagram alir pekerjaan :


18. Extra kursi makan

Diagram alir pekerjaan :

19. Extra meja makan

Diagram alir pekerjaan :


VI. MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

1. Sistem plumbing

Task Name Duration Start Finish Predecessors


14. plumbing 85 days Thu 30/07/15 Thu 22/10/15
sistem plumbing utama 30 days Sun 13/09/15 Mon 12/10/15 133SS+30 days

1.1. Booster pump

Contoh gambar kerja :

Diagram alir pekerjaan :


1.2. Transfer pump

Diagram alir pekerjaan :


1.3. Roof tank

Contoh gambar kerja roof tank :

Diagram alir pekerjaan :


1.4. Pemipaan

Contoh gambar kerja pemipaan :

Diagram alir pekerjaan :


1.5. Sistem air kotor

Task Name Duration Start Finish Predecessors


14. plumbing 85 days Thu 30/07/15 Thu 22/10/15
sist. Air ktor lt. 1 55 days Thu 30/07/15 Tue 22/09/15 144SS
sist. Air ktor lt. 2 60 days Tue 04/08/15 Fri 02/10/15 145SS
sist. Air ktor lt. 3 70 days Fri 14/08/15 Thu 22/10/15 146SS

Diagram alir pekerjaan :


1.6. Sistem air bersih

Task Name Duration Start Finish Predecessors


14. plumbing 85 days Thu 30/07/15 Thu 22/10/15
sistem air bersih lt. 1 55 days Thu 30/07/15 Tue 22/09/15 60SS+10 days
sistem air bersih lt. 2 60 days Tue 04/08/15 Fri 02/10/15 71SS+10 days
sistem air bersih lt. 3 70 days Fri 14/08/15 Thu 22/10/15 84SS+10 days

Diagram alir pekerjaan :


2. Sistem fire hydrant

Task Name Duration Start Finish Predecessors


15. fire hydrant (FH) 60 days Wed 23/09/15 Sat 21/11/15
143SS+10
sist. Fh lt. 1 60 days Wed 23/09/15 Sat 21/11/15
days;60;63
143SS+10
sist. Fh lt. 2 60 days Wed 23/09/15 Sat 21/11/15
days;71;74
143SS+10
sist. Fh lt. 3 60 days Wed 23/09/15 Sat 21/11/15
days;84;87

Diagram alir pekerjaan :


3. Sistem tata udara (AC)

Task Name Duration Start Finish Predecessors


16. sist. Tata udara (AC) 55 days Mon 24/08/15 Sat 17/10/15
ac lt. 1 30 days Mon 24/08/15 Tue 22/09/15 63
ac lt. 2 30 days Sat 29/08/15 Sun 27/09/15 74
ac lt. 3 30 days Fri 18/09/15 Sat 17/10/15 87

Diagram alir pekerjaan :


4. Penyambungan listrik

Task Name Duration Start Finish Predecessors


17. PLN 90 days Tue 29/09/15 Sun 27/12/15
penyambungan daya 90 days Tue 29/09/15 Sun 27/12/15 17FF

Diagram alir pekerjaan :

4.1. Biaya
4.2. Pengadaan material gardu
4.3. Material JTM
5. Sistem kelistrikan gedung

Task Name Duration Start Finish Predecessors


18. elektrikal 85 days Mon 24/08/15 Mon 16/11/15
elk. Lt. 1 60 days Mon 24/08/15 Thu 22/10/15 60;63
elk. Lt. 2 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15 71;74
elk. Lt. 3 60 days Fri 18/09/15 Mon 16/11/15 84;87

Diagram alir pekerjaan :

5.1. Panel listrik


5.2. Pentanahan
5.3. Kabel distribusi
6. Instalasi penerangan dan fixtures

Diagram alir pekerjaan :


7. Instalasi stop kontak dinding

Diagram alir pekerjaan :


8. Instalasi saklar tunggal

Diagram alir pekerjaan :


9. Instalasi saklar double

Diagram alir pekerjaan :


10. Kabel tray

Diagram alir pekerjaan :

Contoh gambar kerja


11. Sistem fire alarm

Task Name Duration Start Finish Predecessors


19. sist. Fire alarm (fa) 85 days Mon 24/08/15 Mon 16/11/15
sist. Fa lt. 1 60 days Mon 24/08/15 Thu 22/10/15 60;63
sist. Fa lt. 2 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15 71;74
sist. Fa lt. 3 60 days Fri 18/09/15 Mon 16/11/15 84;87

Diagram alir pekerjaan :


12. Instalasi tata suara

Task Name Duration Start Finish Predecessors


20. sist. Tata suara 65 days Mon 24/08/15 Tue 27/10/15
peralatan utama 60 days Mon 24/08/15 Thu 22/10/15 60;63
sist. Ts lt. 1 60 days Mon 24/08/15 Thu 22/10/15 63
sist. Ts lt. 2 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15 74
sist. Ts lt. 3 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15 84

Diagram alir pekerjaan :


13. Pekerjaan penangkal petir

Task Name Duration Start Finish Predecessors


21. penangkal petir 30 days Sat 06/06/15 Sun 05/07/15
penangkal petir 30 days Sat 06/06/15 Sun 05/07/15 4

Diagram alir pekerjaan :


14. Pekerjaan elevator / lift

Task Name Duration Start Finish Predecessors


22. pek. Lift 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15
elevator 60 days Sat 29/08/15 Tue 27/10/15 60;71;84

Diagram alir pekerjaan :


Dalam pembuatan meubel, sebaiknya ditanamkan pengertian bahwa lahirnya sebuah meubel hal
tersebut untuk menghindari duplikasi desain produk sehingga diharapkan seseorang pembuat
meubel tidak hanya bisa sekedar menjiplak dari yang ada atau mengkopi dari desain orang lain
yang ada di pasaran, dengan demikian diharapkan juga bisa menginterprestasikan gambar kerja
dengan baik.

Dalam pembuatan meubel, setidaknya terdapat 3 kompetensi dasar yang menentukan dalam
hasil akhir/ finishing produk tersebut. Kompetensi tersebut adalah :

1. Menginterprestasikan gambar kerja


2. Merencanakan kebutuhan bahan
3. Membuat gambar kerja dan daftar komponen.

PENGETAHUAN DESAIN

Kata desain mengandung arti yang sangat luas yaitu suatu sistem yang berlaku untuk segala
macam jenis perancangan, di mana titik beratnya adalah melihatnya sesuatu masalah/obyek
tidak secara terpisah atau sendiri, melainkan sebagai suatu keseluruhan di mana satu masalah
saling kait mengkait yang dapat digambarkan sebagai berikut :
contoh skema desain :

Merancang adalah proses mencipta bentuk melalui sketsa dari yang belum ada menjadi
nyata/kenyataan dengan maksud tertentu, biasanya karya rancang adalah untuk memenuhi
kebutuhan praktis misalnya kursi, tidak hanya tampak menarik, tetapi harus berdiri kokoh,
nyaman diduduki, dan aman digunakan.

Sehingga desain adalah upaya manusia untuk memecahkan kebutuhan fisik dengan pendekatan
penyelesaian melalui keterampilan, dengan pertimbangan ekonomis, teknologi, bahan, estetis
(keindahan) atau keseluruhan. Dalam budaya industri, desain adalah suatu upaya penciptaan
model, kerangka, bentuk, pola atau corak yang direncanakan dan dirancang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia/pemakai, dalam hal ini disebut juga konsumen akhir.

Problem solving merupakan pemecahan masalah dalam mewujudkan sebuah produk baru (new
product) atau penemuan baru (invention). Metode praktis berpikir inovatif adalah salah satu cara
sederhana dalam membuat gagasan desain yang memiliki unsur kebaruan. Langkah ini dapat
dipakai untuk mendapatkan produk baru mulai dari Perencanaan, Konsep, Desain, Gambar Kerja
dan Pembuatan Model/ Prototype.
Contoh konsep perencanaan produk

Prinsip desain :

1. PROPORSI

Perbandingan antara bentuk elemen besar dan kecil. Proporsi menyangkut suatu
hubungan bagian dengan bagian yang lain atau bagian dengan keseluruhan, atau antara
satu obyek dan obyek yang lainnya. Proporsi bertalian erat dengan hubungan antara
bagian-bagian di dalam suatu komposisi, hubungan ini dapat berbentuk suatu besaran,
kuantitas atau tingkatan.

contoh proporsi :
Dalam prinsip desain terdapat beberapa skala yang lazim dipakai dalam desain yaitu
skala mekanik dan skala visual, skala mekanik adalah perhitungan sesuatu fisik
berdasarkan sistim ukuran standar, bisa dengan cm, mm, inci, kaki dan lain sebagainya,
sedangkan skala visual adalah merujuk pada besarnya sesuatu yang tampak karena
diukur terhadap benda-benda lain disekitarnya.

Kita dapat mengatakan berskala kecil jika kita mengukurnya dengan membandingkan
terhadap benda-benda lain yang umumnya jauh lebih besar ukurannya, begitu pula
sebaliknya.

2. KESEIMBANGAN

Prinsip keseimbangan dalam desain adalah menyangkut kepekaan kita terhadap ketidak-
teraturan dan keseimbangan, karena ketidakseimbangan akan menimbulkan perasaan
tidak tenang, tidak sesuai, sehinggga untuk mendapatkan keseimbangan harus
mempertimbangankan ”bobot visual”, yaitu suatu elemen yang ditentukan oleh ukuran,
bentuk, warna dan tekstur. Ada dua kelompok keseimbangan yang perlu kita mengerti
adalah keseimbangan formal dan keseimbangan informal.

a. KESEIMBANGAN FORMAL

Keseimbangan formal adalah keseimbangan yang dapat dicapai dengan menata


elemen-elemen sebelah kanan dan kiri garis simetris yang mempunyai bobot visual
sama contoh: meja dapur dan lampu sebelah kanan dan kiri adalah sama sama
jumlahnya maupun penataanya dan mempunyai jarak yang sama terhdap garis
pusat.
b. KESEIMBANGAN INFORMAL

Keseimbangan informal (asimetris) adalah keseimbangan yang dicapai dengan


menata elemen yang tidak sama, misal mebel yang tidak sama (asimetris ) di kanan
dan kiri garis, meja dan elemen dinding di kanan dan kiri garis sumbu tidak sama.

3. KESELARASAN

Harmoni dapat didefinisikan sebagai keselarasan atau kesepakatan yang menyenangkan


dari beberapa bagian atau kombinasi beberapa bagian dalam satu komposisi. Suatu
perencanaan yang unsurnya selaras, akan terasa sebagai suatu kesatuan, bukan
sekadar penggabungan dari beberapa bagian yan lepas satu sama lainnya. Untuk
mendapatkan keharmonian dapat digunakan unsur-unsur yang sama, akan tetapi
harmoni jika dipaksakan dalam penggunaan unsur-unsur dengan aspek yang sama
dapat menghasilan komposisi dengan suatu kesatuan tanpa daya tarik.

4. KESATUAN DAN KERAGAMAN

Prinsip keseimbangan dan harmoni, dalam mencapai kesatuan, tidak mengesampingkan


usaha mengejar variasi dan daya tarik, untuk mencapai kesatuan yang diinginkan dapat
diusahakan tetap mempertahankan elemen yang paling dominan yang terus
berulangulang, sedangkan keragaman merupakan bagian yang dapat memperkaya
perbedaan namun tetap bernuansa satu.
MENDESAIN PERABOT

Sebagai bagian dari bangunan termasuk mebel/perabot dan tatanan interior di dalamnya,
mendesain mebel yang selama ini termasuk hal yang hanya menjadi minat seseorang makin
lama menjadi tantangan banyak orang. Sesungguhnya merupakan kesadaran pemilik akan
pentingnya perabot dalam suatu ruangan, dengan cara mempertahankan bangunan lama,
perabot lama menjadi daya tarik sendiri, terutama di negara kita, mebel antik lebih banyak disukai
meski faktanya telah direproduksi dan di eksport, masih banyak orang yang lebih mementingkan
keuntungan materi semata, dibanding memikirkan keuntungan nonmateri.

Beberapa mebel lama yang antik, seperti peninggalan-peninggalan atau bangunan lama yang
hingga kini masih bisa dinikmati keindahannya, misalnya gedung sekaligus interiornya,
merupakan hasil karya yang abadi, makin lama menjadi makin disukai dan makin dicari. Perabot
lama dalam bentuknya pada umumnya terdapat banyak ukiran maupun lengkungan, bahkan di
lingkungan keraton masih menyisakan perabot antik masa kolonial. Seiring dengan masuknya
pedagang dari Cina, India, dan Eropa, semakin kelihatan pengaruh mereka terhadap model
mebel pada zaman itu. Sampai sekarang merupakan karya desain perabot yang baik untuk
dipelajari.

Rumusan ini dapat digunakan untuk menentukan besaran sebuah mebel meskipun juga harus
memperhatikan penempatanya / tempat kedudukanya dan beberapa tuntutan lainnya seperti
kesesuaian dengan penggunannya, barang yang disimpan di dalamnya dan kemudahan
transportasi.
Penting untuk diperhatikan dalam melahirkan sebuah mebel adalah bentuk secara keseluruhan,
serat kayu, dan tampak dari depan serta konstruksi yang sesuai dengan keadaan yang
diharapkan, artinya konstruksi dapat knock down (bongkar pasang) atau mati, dapat didorong
atau berdiri tetap itu semuanya harus dipikirkanya sebelum mebel diproduksi.

Untuk meja satu biro dapat dipakai sekretaris, guru, kepada departemen, dengan dua tempat laci
kanan dan kiri pemakai. Ukuran meja dapat disesuaikan dengan pemakai, alat kerja yang
digunakan, sifat pekerjaan.

Ketinggian Kredensa dapat disamakan dengan tingginya meja, namun dapat disesuaikan dengan
kebutuhan khusus akibat fungsi lain, misalnya untuk sekat orang bekerja, untuk pembatas ruang,
bahkan dapat dibuat lebih rendah, karena fungsi lain, misal di atas ditaruh buku, ordner, sedang
pintu depan bisa dibuat geser (sliding door), atau kupu-tarung.
Mebel dari papan

Mebel terbuat dari papan kayu, dikonstruksi sedemikian rupa sehingga papan-papan itu langsung
menerima beban dan berfungsi langsung sebagai penyangga pada sistem konstruksinya,
sebagai contoh dinding samping berfungsi sebagai kaki penyangga dan penutup dinding. Mebel
sejenis ini lebih ramping dibanding dengan konstruksi rangka.

Mebel dengan konstruksi rangka


Almari ini terbuat dari papan kayu diperkuat dengan bingkai, sehingga papan dapat dibuat tipis,
dan rangka lebih tebal, papan isian pada rangka dapat juga dipakai papan buatan, mebel
konstruksi rangka dengan kaki papan disusun sedemikian rupa dapat berdiri lebih stabil asal
papan kaki dibuat lebih rata dan kuat. Konstruksi sambungan rangka dengan pen dan lubang
dengan bantuan lem dan sekerup. Konstruksi mebel semacam ini akan lebih kuat dan stabil.
Untuk mendapatkan mebel yang baik, serat kayu pada isian harus disusun sedemikian rupa
sehingga rapi dan terkesan langsing. Pada sambungan papan isian biasa digunakan lidah alur,
takik separo, dowel, lamelo dengan perkuatan lem putih. Selain itu ada baiknya papan isian ini
dapat memakai kayu lapis seperti multipleks, blockboard, teakblock, dan lain-lain.

Konstruksi rangka terpisah

Konstruksi rangka terpisah mirip dengan konstruksi rangka diatas namun hanya sebagian badan
mebel dengan papan. Sedangkan untuk kaki dengan rangka kayu masip. Sambungan badan dan
kaki dengan lidah alur, atau dowel yang diperkuat dengan lem dan sekerup agar lebih kuat.
Untuk memperkuat kedudukan badan mebel, pada sisi bawah ditumpu kayu (ambang bawah)
yang menghubungkan konstruksi kaki samping-samping dengan perkuatan sekerup.

Mebel dengan konstruksi papan buatan

Yang dimaksud papan buatan adalah papan/lembaran multipleks, block-board, teak-block dan
sejenisnya. Pembuatan sambungan mebel dengan bahan sejenis ini sedikit berbeda dengan cara
yang dilakukan untuk pembuatan mebel kayu pada umumnya, karena konstruksi sambungan
yang kita buat dapat dilakukan dengan lebih sederhana, misal dengan dowel, lamelo, lidah alur,
dan dapat dengan konstruksi knock-down.
Mebel jenis almari

Disamping ini terdapat beberapa contoh mebel dari kiri ke kanan antara lain:

 Langsung terletak pada lantai dengan pintu tanpa bingkai.


 Dengan kaki, konstruksi mebel dengan rangka, pintu tanpa bingkai.
 Dengan kaki berdiri sendiri, sedang badan mebel menumpang di atasnya, pintu tanpa
bingkai.
 Konstruksi mebel dengan bingkai, sehingga ada perlu papan isian (panel).
 Badan mebel terletak langsung di lantai dengan pintu rol, membuka ke atas / ke bawah.
 Badan mebel ditumpu kaki yang terpisah, biasanya badan mebel terbuat dari papan buatan
(multipleks).
 Mebel langsung terletak di lantai, papan penutup atas dibuat lebih lebar, dan semua
pembuka memakai laci.
 Mebel ini dibuat dengan kaki lebih tinggi, biasanya terbuat dari papan buatan (multipleks),
biasanya mebel seperti ini dilengkapi dengan meja.
 Pintu ganda dan tunggal, Penentuan pintu ganda atau pintu tunggal adalah sangat
tergantung dari lebar mebel, karena dengan pintu ganda diharap engsel kuat dan mampu
menahan beban yang diterimanya, tahan lama. Harus dipikirkan daun pintu agar tidak
memakan tempat saat dibuka sehingga tidak dapat mengganggu sirkulasi orang yang lewat
didepannya.
 Almari dengan laci atas Apabila diperlukan penyelesaian dapat dilakukan untuk atas dengan
laci, dan bawah dengan pintu berengsel. Konstruksi laci dapat menggunakan peluncur metal
(buatan pabrik), atau peluncur kayu bahkan tanpa peluncur. Sedangkan mebel berdiri
langsung di lantai dengan tumpuan merata dengan papan supaya mebel dapat berdiri stabil.
 Stabilitas Mebel harus mampu menerima dorongan dari samping, maupun pada waktu
pengangkatan, untuk itu yang diperkuat adalah konstruksi sambungan pada sudut, penutup
belakang, perkuatan konstruksi arah diagonal. Kekuatan ini tidak hanya mebel dalam
keadaan kosong, namun juga pada waktu berisi penuh.

 Ukuran dan mobilitas mebel harap dipikirkan dalam perencanaan, terutama yang berkaitan
dengan tinggi plafon, lobang pintu, tikungan pada tagga, lebar tangga, kemampuan untuk
mengangkut / mengangkat, sehingga dalam membuat mebel yang perlu diperhatikan, antara
lain:

1. Lebar
2. Tinggi
3. Tebal
4. Sistem konstruksi
Pintu ganda dan tunggal

Penentuan pintu ganda atau pintu tunggal adalah sangat tergantung dari lebar mebel, karena
dengan pintu ganda diharap engsel kuat dan mampu menahan beban yang diterimanya, tahan
lama. Harus dipikirkan daun pintu agar tidak memakan tempat saat dibuka sehingga tidak dapat
mengganggu sirkulasi orang yang lewat didepannya.

Almari dengan laci atas

Apabila diperlukan penyelesaian dapat dilakukan untuk atas dengan laci, dan bawah dengan
pintu berengsel. Konstruksi laci dapat menggunakan peluncur metal (buatan pabrik), atau
peluncur kayu bahkan tanpa peluncur. Sedangkan mebel berdiri langsung di lantai dengan
tumpuan merata dengan papan supaya mebel dapat berdiri stabil.
MERENCANAKAN KEBUTUHAN BAHAN

A. BAHAN KERJA

Bahan kerja untuk pembuatan mebel kayu harus memenuhi syarat kekeringanya (kadar
air), cacat /serat, kelas, umur dan pada umumnya kayu tua lebih tahan terhadap
serangan hama.

Proses penyediaan bahan mebel mulai dari bahan glondongan/kayu bulat menjadi bahan
mebel seperti pada alur gambar diatas adalah kayu glondong digergaji dengan ukuran
sesuai dengan perencanaanakan menghasilkan bahan mentah kayu masip, sedang
sisanya/limbahnya dapat diproses menjadi bahan block board seperti berikut:

Pada umumnya papan blok terdiri dari 5 lapis (satu lapisan muka, dua lapisan silang,
satu lapisan inti dan satu lapisan belakang). Lapisan muka, lapisan silang dan lapisan
belakang terdiri dari lembaran finir sedangkan lapisan inti terdiri dari strip-strip kayu solid
berdimensi kecil (lebar < 1 cm – 12 cm dan tebal 1 cm – 2 cm).

Konstruksi papan blok sama dengan kayu lapis yaitu saling tegak lurus antar lapisan.
Untuk lebih jelasnya secara ringkas proses pembuatannya terlihat pada skema diatas
(Gb. 2.22.).

Persiapan strip-strip kayu untuk inti menurut Tsoumis (1991), strip inti dibuat dari kayu
yang bebas dari cacat-cacat yang serius, umumnya dengan kayu yang berat jenisnya
rendah dan stabilitas yang cukup tinggi, jenis yang umum digunakan adalah spruce, fir,
pine, poplar dan berbagai jenis kayu tropika.

Selanjutnya dinyatakan bahwa strip berubah-ubah dalam ukuran lebar, tebal dan
panjang, lebar bervariasi dari ukuran kurang dari 1 cm – 12 cm, ketebalan 1 – 2 cm. Strip
biasa diproduksi dengan menggergaji, tetapi strip yang tipis (0,6 – 0,8 cm) dibuat dengan
mesin rotari. Ukuran strip umumnya sempit dan lebar strip dirancang dengan arah
tangensial yang mempunyai kecendrungan alami melengkung jika digunakan, dan
idealnya disusun berlawanan menurut lingkaran tumbuh namun prosedurnya tidak
praktis dan pada industri diproduksi secara acak.

Inti dibuat dengan mesin dan jarang dengan tangan, mesin secara terusmenerus
memotong strip dari awal sampai akhir, perekat diberikan sambil dipanaskan dan keluar
setelah dilapisi, dimana bahagian panjang panel dirancang sebelumnya. Sedangkan inti
yang dibuat secara manual, setelah diolesi perekat disusun berdampingan menghasilkan
luasan panel dan di kempa.

Dalam produksi lanjutan masing-masing lembaran inti ditempatkan terpisah dan dikempa
secara pelan dan bergiliran. Setelah tertata ukuran akhir, panjang dan lebar digergaji, inti
diketam (diserut) untuk menghasilkan permukaan yang halus untuk persiapan pelapisan
finir. Seleksi dan persiapan finir menurut Tsoumis (1991), pembuatan papan blok, sama
halnya seperti untuk pembuatan kayu lapis, lembaran finir juga harus diseleksi. Untuk
tujuan dekoratif (Furniture, dinding penutup), finir lapisan permukaan harus dari kayu
yang berkualitas tinggi yang diseleksi dari segi penampilan dan warna. Sebaliknya untuk
lapisan belakang dan lapisan silang dibuat dari kualitas yang rendah dari jenis yang
sama atau jenis lainnya. Papan blok untuk tujuan konstruksi kriteria utama adalah
kekuatan bukan nilai dekoratif.

Selanjutnya dinyatakan, finir yang bernilai dekoratif diutamakan dari produksi hardwood
(oak, walnut, birch, elm dan kayu-kayu tropis seperti jati, mahoni, meranti dll.) dan pada
umumnya dibuat dengan cara slicing. Namun demikian finir yang dibuat dari softwood
(pine, douglas-fir, spruce) dan hardwoods (poplar, beech, maple dan kayu tropika) dibuat
hampir selalu dengan cara rotari, biasanya dengan ketebalan 0,6 mm – 0,8 mm untuk
finir indah, dan 1,5 mm – 3 mm untuk kegunaan lainnya. Persyaratan lainnya, finir harus
mempunyai permukaan dengan ketebalan seragam, dan kadar air yang sesuai.
Kebanyakan finirdikeringkan sampai kadar air kurang dari 5 %. Setelah pengeringan
pinggir finir dikuatkan dengan penempelan pita kertas berlobang supaya ujungnya
terpelihara, kemudian disimpan dengan rapi sebelum direkat.

Pelapisan inti dengan finir yaitu inti akan dilapisi setelah dikondisikan (agar kadar airnya
sama dengan kadar air lingkungan). Ketidak sempurnaan pemesinan akan
menyebabkan kurangnya kualitas permukaan pada waktu pelapisan sertelah
pengeringan, selanjutnya penguapan kandungan air perekat akan menghasilkan
penyusutan, bekasnya seperti depresi akan terlihat pada permukaan finir panel.
Penyusunan lapisan (finir dan inti) ditata secara paralel dan silang.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perekat dipakai dengan cara roller, spray, lapisan tirai
(curtain coating) yaitu suatu sistem dimana lembaran tipis dari perekat (adhesive)
dilewatkan di atas finir, conveyor di bawah waduk perekat, garis rekat yang dibentuk di
atas finir adalah paralel.

Penyebaran perekat pada luasan permukaan finir sangat beragam yaitu dari 100 gr/m2 –
500 gr/m2 dan ini tergantung dari beberapa faktor: kontak dengan kayu, jenis perekat
dan cara aplikasi. Kebanyakan perekat dibutuhkan untuk mengikat poroduk dalam
bentuk encer. Pedoman penggunaan perekat dibantu dengan mengikuti instruksi pabrik,
tetapi pengujian daya ikat perekat dibutuhkan untuk control kualiti produk. Aplikasi
perekat diikuti oleh pelapisan panels, pelapisan manual atau semi manual bahkan
system automatic.

B. ISTILAH DAN SINGKATAN BAHAN

Penggunaan singkatan-singkatan yang sudah lazim dapat menghemat waktu. Singkatan


- singkatan ini harus jelas dan tidak menimbulkan salah pengertian. Singkatan yang
digunakan dalam gambar harus sama seperti yang tertera pada daftar material maupun
data pokok material penggunaan singkatkan terus di masyarakatkan supaya tidak terjadi
salah persepsi atau salah mengartikan singkatan
Singkatan bahan sintetis

C. DAFTAR BAHAN

Dari satu segi, daftar bahan digunakan untuk kalkulasi dan sebagai dasar penyelesaian
dengan atau tanpa gambar kerja.
D. PENYUSUNAN BERDASARKAN KELOMPOK BAHAN

Sistem ini memiliki keuntungan bahwa setiap kelompok material terlihat dengan jelas
pada satu urutan. Pada bagian pemotongan dapat dilihat pembagian pada daftar atas
dasar golongan-golongan yang ada, misalnya daftar untuk lembaran, kayu masif, finir,
dan bahan pelapis. Kelengkapan dan kaca dapat disesuaikan dengan formulir yang telah
ditetapkan.

Kerugian pada sistem ini adalah, bahwa pada pencatatan, bagian benda kerja yang
sama harus dicantumkan beberapa kali penggambaran dan ukurannya, misalnya untuk
lembaran, lis sisi, dan finir. Pada penyelesaiannya, luas benda kerja tidak dapat
langsung diketahui.

E. PENYELESAIAN SECARA BLOK

Satu bagian benda kerja serta bahan-bahan yang terkait diselesaikansecara bersama-
sama dan satu kali jalan, misalnya bahan dasar, lis-lis sisi, kelengkapan. Keuntungannya
adalah penyelesaian yang lebih fleksibel pada suatu proses kerja. Penyelesaian secara
blok memberikan informasi tentang volume dan keterangan suatu benda kerja yang
nyata. Terutama pada pekerjaan seri dapat dilaksanakan pengerjaan tanpa gambar.
Kerugiannya adalah tercampurnya kelompok bahan.
Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen

Gambar kerja

Gambar kerja adalah sebuah rencana teknik sebagai landasan penyelesaian sebuah obyek.
Gambar ini harus mencantumkan informasi yang lengkap, baik secara grafis maupun dengan
teks.

Gambar kerja dapat mengvisualisasi rencana kerja yang memperagakan suatu penetapan dan
pembentukan benda kerja / produk. Misalnya tentang: bentuk benda kerjanya; ukuran (ukuran
pokok dan detail, ukuran untuk melakukan sesuatu); konstruksi (susunan bagian benda, cara
memasang); bahan (jenis kayu, lembaran, engsel, kunci, bahan lain seperti kaca, kain, dsb);
penampilan akhir permukaan benda (mentah, politur, vernis, cat duco, dsb),biasanya disebut
reka oles atau finishing.

Petunjuk mengenai hal di atas harus jelas, sehingga tukang yang menerima gambar tidak perlu
bertanya lagi, semua keterangan yang di perlukan secara umum adalah untuk mempermudah
penyelesaian pekerjaan. Misalnya, gambar konstruksi yang berkali-kali dipakai, pada lembaran
konstruksi khusus, pada lembaran normalisasi harus ada tanda khusus, pada gamba hanya
cukup diberi keterangan singkat (bisa juga dengan warna) cara ini bisa dipakai pada pekerjaan
job order maupun produksi massal/seri.

Gambar kerja yang baik adalah dapat memberi arahan jelas dengan urutan kerja mulai ukuran
keseluruhan sampai ukuran rinci, alat yang dipakai, metode pengerjaan dan penyelesaian akhir.
Gambar kerja meliputi: tampak, potongan vertikal, potongan horizontal dan gambar detail untuk
konstruksi yang dipandang rumit. Bagian-bagian dari gambar kerja adalah gambar keseluruhan,
gambar detail, dan gambar satuan. Dalam penggunaannya secara umum gambar dapat
dibedakan menjadi :

Contoh gambar sketsa :


Penggambaran

Menurut kebiasaan dalam pandangan geometri, pada menggambar teknik, ketentuan pandangan
dalam industri kayu adalah sebagai berikut :

 Pandangan muka dan penampang frontal dibuat di atas dan segera di bawahnya digambar
pandangan atas dan penampang horisontal.
 Pandangan samping dan penampang vertikal umumnya dibuat di sebelah kanan. Kalau
kedudukan di sebelah kiri memberikan keterangan yang lebih jelas, pandangan samping dan
penampang vertikal harus dibuat di sebelah kiri.
 Pandangan samping dan penampang samping yang terlihat dari sebelah kanan pandangan
muka ditempatkan di sebelah kiri pandangan muka. Pandangan samping dan penampang
samping yang terlihat di sebelah kiri pandangan muka, ditempatkan di sebelah kanan
pandangan muka. Susunan ini menjadi kebiasaan dalam keadaan normal.
 Kalau perabot mempunyai beberapa bagian, lebih-lebih pada perabot yang bentuk dasarnya
empat persegi panjang atau bujur sangkar, maka pandangan samping dan penampang
samping ditempatkan di kanan kiri.
 Pada perabot berbentuk dasar siku-siku, dapat dipertimbangkan dua jalan yaitu menggambar
perabot itu dalam keadaan siku atau menggambar perabot itu dibagi dua.

Gambar penampang

Beberapa ketentuan dalam penggambaran penampang agar bisa dibaca dengan baik dan tidak
membingungkan :

Ketentuan penting untuk juru gambar

 Dengan garis penunjuk tempat penampang, dapat terlihat di mana penampang itu berada.
 Garis penunjuk tempat penampang dibuat di tempat bagian benda akan dipotong.
 Semua bagian yang tidak dilewati oleh garis penampang, tidak boleh diberi garis miring
(arsir). Karena ini berarti bahwa bagian itu dilihat dari bagian muka, atas atau samping.

Ketentuan penting untuk bagian produksi

Dengan garis penunjuk tempat penampang, seorang tukang tahu persis dimana tempat
penampang tersebut. Gambar yang tidak bergaris penampang tidak akan jelas dan akan sulit
dibaca.

Simbol garis-titik-garis dengan tanda panah

Panah menunjukkan dari mana penampang itu kelihatan. harus digambar pada skala 1:1.
Bagian-bagian yang digambar dalam skala 1:1, pada penampang potongan 1:10 diberi tanda
lingkaran. Hubungan antara gambar-gambar detail potongan harus jelas. Kalau hal itu sudah
jelas dari susunan, cukuplah kalau kelompok detail potongan yang berkaitan diberi huruf
potongan di bagian atas kiri. Kalau gambar potongan dalam posisi tidak sebidang, maka setiap
potongan detail harus diberi huruf penjelasan.

Pemberian ukuran

Dalam gambar kerja, keterangan tentang ukuran bidang dan ukuran kerja sangatlah penting.
Semua keterangan ukuran lubang dan ukuran kerja harus ada dengan lengkap, tepat
penempatannya dan jelas terbaca. Di dalam memberi ukuran harus dibedakan antara ukuran luar
dan ukuran dalam, tempat yang diberi ukuran juga harus tepat.
Ukuran luar adalah jarak yang dapat kita lihat pada suatu benda dari luar. Sedangkan ukuran
dalam adalah ukuran yang hanya kelihatan dari dalam dan harus diatur di dalam. Sistem garis
ukuran :

 Garis ukuran : garis tipis 0,25-0,3 mm


 Garis bantu ukuran : garis tipis, digaris sampai bidang yang kita inginkan ukurannya.
 Garis batas ukuran : garis pendek miring 45 derajat. Atau biasa dipakai bentuk lain (titik,
tanda panah, dll)
 Angka ukuran : angka yang menunjukkan besarnya ukuran.
 Ukuran penampang adalah ukuran pembuatan kerangkakerangka perabot misalnya : ukuran
untuk membuat kotak almari, rangka pintu, kerangka kaki, dan lain lain.

Simbol

Tanda gambar, simbol menggaris (mengarsir) penampang merupakan tanda keterangan.


Tujuannya ialah untuk membedakan penampang dari pandangan dan untuk memberi keterangan
tentang macam bahan yang sama,macam engsel, dan alat penahan atau konstruksi yang sama.

Simbol dan arsir

Cara mengarsir gambar kerja yang dikecilkan. Dalam gambar semacam ini, semua penampang
diberi warna abu-abu muda dengan pensil atau ilustrator dengan cat warna transparan. Dengan
demikian jelas terlihat bahwa di bagian itu benda tersebut dipotong. Tetapi garis batas benda
harus tetap lebih hitam, sehingga pertemuan dua garis masih dapat dilihat.

Kelengkapan/asesoris mebel

Pada umumnya, kunci dan engsel tidak digambar mendetail pada gambar kerja. Hanya posisi
tingginya kunci atau engsel serta titik tengah putaran engsel dan titik tengah lubang kunci
ditentukan. Pada kunci rel harus diberi keterangan antara sisi pintu dan titik tengah lubang kunci.
Ukuran batas luar sebuah engsel atau sebuah kunci spesial harus digambar. Ini penting artinya
untuk menentukan ukuran tebal daun atau benda lain. 3.6. Pengambilan ukuran pada bangunan
Persiapan

Pengambilan ukuran pada bangunan termasuk tugas yang penuh tanggung jawab. Kesalahan
atau ketidak-lengkapan ukuran memustahilkan rencana yang sempurna, menimbulkan lebih
banyak tambahan pekerjaan, dan banyak membuang waktu. Kesalahan ukuran, yang tidak
langsung diketahui, secara ekstrem bisa memaksa pengulangan pembuatan dari awal.
Pengambilan ukuran yang lengkap dan teliti adalah syarat mutlak bagi semua pekerjaan yang
harus dikerjakan tepat ukuran. Untuk pengambilan ukuran di tempat pembangunan, diperlukan
alat-alat dan alat bantu yang sesuai. Berikut adalah peralatan dan alat bantu yang dibutuhkan
dalam pengambilan ukuran.

Peralatan untuk mengambil ukuran, adalah sebagai berikut :

 Meteran lipat,meteran panjang


 Meteran teleskop
 Siku
 Siku swai/putar
 Waterpas
 Unting
 Kaliper
 Alat pemerata (laser)
 Lat panjang/lis panjang
 Kunci tusuk kombinasi untuk membuka macam-macam

Alat bantu untuk mengambil ukuran, adalah sebagai berikut:

 Kapur tulis
 Paku dan palu
 Landasan gambar
 Kertas blok dan pensil
 Tangga
 Kamera foto

Pembuatan sketsa

Ukuran pokok, tinggi ruang maupun keterangan umum dibuat pada denah berskala 1:50.
Pencatatan ukuran detail, seperti ukuran pintu dan jendela, sambungan pipa air, listrik dan
sebagainya, hanya dapat dicatat dengan baik pada sketsa dinding yang dibuat dalam skala 1:20
atau 1:10. Urutan-urutan dalam pencatatan ukuran adalah urutan pokok, ukuran detail, dan
penjumlahan ukuran detail untuk mengontrol ukuran pokok.

Sketsa ukuran hanya dianggap lengkap apabila sudut antar dinding juga diperiksa. Untuk itu
diperlukan sudut dengan panjang kaki yang besar (panjang kaki 80-100 cm). Penggunaan siku
kecil tidak dianjurkan sebab keadaan tembok yang tidak rata dapat memberikan gambaran yang
salah. Kesikuan sudut dinding dapat juga dicari dengan mengukur diagonal ruang atau sebagian
sisi.
Metode yang berlaku pada pengambilan ukuran perabot sama seperti yang berlaku pada
pengambilan ukuran bangunan. Perbedaannya adalah lebih banyaknya detail yang harus
disketsa dan diukur. Profil harus digambar dalam skala 1:1, dan profil yang tidak dapat didefinisi
secara jelas dengan lingkaran dan garis lurus harus digambar dengan sablon tetap atau sablon
profil.

Daftar komponen

Dalam pengorganisasian pekerjaan yang banyak variasi dan jenisnya daftar komponen sangat
diperlukan untuk memudahkan pelaksanakan perkerjaan. Daftar komponen dapat berfungsi
sebagai kontrol pelaksanaan pekerjaan karena daftar komponen berisi tentang jenis bahan yang
dipergunakan, jumlah, ukuran dan posisi bahan itu ditempatkan. Daftar komponen digunakan
untuk kalkulasi dan sebagai dasar penyelesaian dengan atau tanpa gambar kerja. Bila daftar
komponen digunakan untuk dasar perhitungan, cukup bila tercantum jenis bahan, jumlah, ukuran
yang digunakan .

Dasar penyelesaian, baik dengan tangan maupun dengan komputer, hanya diisi bila disamping
ukuran, jumlah, kualitas, dan keterangan bagian tercakup juga cara penyelesaian seperti gambar
sisi-sisi dan keterangan cara pemasangan.
Dalam menyusun daftar komponen ada dua cara penyusunan sebagai berikut:

Penyusunan berdasar pada kelompok bahan

Keuntunganya adalah bahwa setiap kelompok material terlihat jelas pada satu urutan pada
bagian pemotongan dapat diadakan pembagian pada daftar atas dasar golongan-golongan yang
ada, misalnya daftar untuk lembaran, kayu masif, finir, dan bahan pelapis kelengkapan kaca
dapat disesuaikan dengan formulir yang telah ditetapkan.

Kerugian pada sistim ini adalah bahwa pada pencatan bagian benda kerja yang sama harus
dicantumkan beberapa kali penggambaran dan ukuranya misalnya untuk lembaran, lis-lis sisi,
dan finir. Penyusunan berdasar pada kelompok bahan, adalah sebagai berikut:

 Lembaran
 Kayu masif
 Finir
 Bahan pelapis
 Kelengkapan Kaca
PENGAJUAN SHOP DRAWING, SAMPLE MATERIAL DAN WARNA

Sebelum memulai kerja kami membuat daftar shop drawing, brosur yang didalamnya terdapat
sample material dan warna. Shop drawing dan approval material yang kami buat diajukan kepada
konsultan pengawas dan owner untuk di setujui, shop drawing menunjukkan ukuran, keadaan di
lapangan, dimensi peralatan, cara pemasangan yang sebenarnya. Shop drawing tersebut kami
koordinasikan dengan disiplin bidang kerja yang lain. Dalam hal ini bagian sipil kaitannya dengan
aplikasi di lapangan. Shop drawing dan material serta warna yang tidak disetujui oleh konsultan
pengawas dan owner , akan kami perbaiki untuk kemudian diajukan ulang.

PEMESANAN MATERIAL

Setelah shop drawing dan color scheme di setujui dilanjutkan dengan pemesanan
barang dan produksi, barang-barang yang dipesan adalah item barang-barang keluaran dari
pabrikan sesuai dengan pabrikan pendukung yang dipersyaratkan. Selain barang-barang
pabrikan ada beberapa barang yang dibuat dengan handmade, barang-barang tersebut kami
buat di workshop kami dengan tenaga ahli furniture dan peralatan yang memadai.

1. PROSES PRODUKSI

1.1 Jalur Produksi (Production Run)

Perancangan atau desain dari imajinasi hingga realitas melewati beberapa proses yakni
:searching, planning, inventing dan constructing. Perancangan menjadi sebuah proses selektif
terhadap kelemahan serta kekurangan dalam proses produksi. Beragam problematika dalam
proses produksi menuntut reflek dan fleksibilitas untuk dapat menentukan prosedur kerja
/produksi yang lebih efisien serta efektif.

Mata rantai kerja produksi khususnya di furniture workshop, secara berurutan adalah desain,
produksi, intermediasi.Mata rantai produksi di workshop merupakan tahapan yang sangat kritis,
karena menyangkut tenaga kerja, bahan baku serta operasi mesin.

Proses produksi disusun atas :

Parts Manufacture,

Persiapan bahan dan peralatan dengan menggunakan Jig dan Fixtures yang telah lebih
dahulu dipersiapkan oleh divisi lain seperti Tooling Division Selanjutnya pemotongan
menjadi bagian-bagian dasar. Dilanjutkan dengan Pembentukkan (shaping), pembuatan
sambungan (jointing) hingga finishing komponen dasar tersebut. Mesin-mesin yang
disiapkan oleh tooling division secara umum antara lain :

1. Mesin Gergaji Belah dan potong


2. Mesin ketam kayu/serut (planner)
3. Mesin Bor (Drilling)
4. Mesin Profil Kayu
5. Mesin Router kayu
6. Mesin amplas kayu
7. dll

Peralatan-peralatan tersebut akan dijelaskan secara detail pada bagian material dan alat.

Sub Assembly,

Set-up, perangkaian antar komponen (assembly), pengencangan (fastening), pemolesan


atau penyelarasan (finishing)

Final Assembly,

Set-up, perangkaian antar komponen (assembly), pengencangan (fastening), pemolesan


atau penyelarasan (finishing)

Inspection,

Uji kualitas (checking &Testing) melalui kontrol standar bentuk, dimensi, finishing,
feedback dari pekerja maupun operator

Re-work.

Perbaikan (repairing), pengepasan (refitting), finishing ulang, atau reject

1.2 Mutu Kerja

a. Durabilitas, teknik pertukangan (workmanship) yang baik dan teliti hingga mampu
menghasilkan mutu kuat awet yang dapat diandalkan dari segi material, konstruksi,
finishing.

b. Ekonomis, mempertimbangkan penghematan bahan dan upah tukang, yakni melalui


minimalisasi penggunaan bahan terbuang, serta pola kerja yang praktis.

c. Material, menentukan bahan yang pantas dan tepat berdasar fungsi dan makna
desain.

d. Konstruksi, merancang sistem konstruksi yang sederhana, praktis dan logis,


sehingga dapat dilaksanakan dengan mudah, baik secara manual maupun masinal.

e. Standar Keselamatan Kerja, secara teoritis proses/teknik produksi barang yang baik
mensyaratkan konsistensi dalam beberapa hal, yakni :
Keselamatan dan kesehatan,
Adalahpertimbangan terhadap penggunaan peralatan pelindung wajah dan tubuh,
penggunaan bahan, serta memastikan kecermatan dan kebersihan kerja guna
menghindari cidera maupun efek kesehatan bagi konsumen melalui ketidakrapihan
wujud produk.Beberapa hal diatas sangat tegas diatur dalam regulasi standar kerja
Eropa (DIN atau EU Norms).

1.3. Perkembangan Teknologi Workmanship

Furnitur menempati posisi kedua setelah fashion sebagai produk trendy yang sangat
cepat perubahannya karena permintaan pasar.Setiap tahun negeri skandinavia
menyelenggarakan pameran produk dan insustri kayu dan furnitur yang selalu diminati
oleh kaum industrialis maupun masyarakat eropa umumnya.Produk-produk mutakhir
selalu dipamerkan mulai dari sambungan (joinery), bahan furnitur, bahan finishing,
furnitur-furnitur terbaik, hands-tool, sampai mesin-mesin berat yang pendukung produksi
furnitur dan perkayuan.

Hal ini menjadi indikasi derasnya perkembangan dunia tentang industri furnitur beserta
seluruh komponen pendukungnya. Segala sesuatu yang dikembangkan tidak sekedar
menjadi produk yang memenuhi tuntutan estetika, namun mengimbangi isu-isu popular
yang tengah berkembang seperti bahan-bahan kimia ramah lingkungan, segmentasi
usia, material baru, dll. Hal ini juga menjelaskan demikian banyaknya pembaharuan-
pembaharuan yang telah terjadi.

2. MATERIAL FURNITUR
2.1 Kayu

Di seluruh dunia terdapat 43.000 spesies jenis tumbuhan kayu yang telah teridentifikasi, 30.000
diantaranya diproduksi menjadi berbagai macam jenis bahan, dan 10.000 yang dieksploitasi
secara komersial. Namun hanya beberapa spesies yang khusus dikonsumsi untuk pekerjaan
interior, furnitur, dan kerajinan karena alasan ketersediaan, karakter dan nilai komersial.

Klasifikasi Kayu

Setiap jenis pohon merupakan exogen, yang artinya menghasilkan serat kayu melalui lapisan
umur kayu tahunan (annual ring).Lapisan umur kayu tersebut berada dibalik kulit luar kayu (bark),
membentuk struktur kerucut tipikal.Melalui potongan atau irisan batang kayu dengan beberapa
garis-garis didalamnya yang banyak memberikan informasi tentang karakter kayu.Klasifikasi kayu
dibagi menjadi Jenis Kayu Kuat, Kayu Lunak, dan dapat ditambahkan dengan jenis rerumputan
raksasa seperti bambu, palem, dls.
Kayu Kuat (Hardwoods)

Merupakan klasifikasi kayu yang dilihat berdasarkan kekuatannya yang mempengaruhi proses
produksi, durabilitas, dan nilai komersil. Kayu kelas kuat biasanya ditandai dengan warna yang
cenderung gelap, urat kayu (grain) yang jelas, serta garis tahun (annual ring) yang cenderung
lebar.Contohnya, kayu jati, sonokeling, African Ebony, dls.
Kayu Lunak (Softwoods)

Merupakan klasifikasi kayu ditinjau berdasarkan tingkat lunaknya dan kelas awetnya, biasa
ditandai dengan warna yang cenderung terang dan serat yang rapat.Beberapa contohnya adalah
kayu albasiah, ramin, sungkai, dls.
Berikut ini adalah anatomi lapisan pohon teriris horizontal :

 Selimut/Kulit luar (bark), melindungi bagian dalam kayu dari gangguan alam (kimiawi,
fisikal).
 Kulit dalam (bast), berfungsi sebagai penyalur makanan
 Kambium
 Daging kayu (sapwood), setiap bagian tengah yang diapit 2 garis tahun (annual ring)
mengalirkan air ke dahan untuk proses fotosintesis
 Jantung kayu (heartwood), ditandai dengan perbedaan warna yang lebih gelap
merupakan tulang tengah pohon.
 Inti / mata kayu (pith)

Gambar struktur lapisan kayu

Secara umum masa tebang pohon dapat dilakukan kapan saja, namun baik pula
mempertimbangkan pemotongan pada musim panas yang dapat menyebabkan pengeringan
kelembaban pohon secara drastis.
Metode Potong

Kayu Jati, Kayu Mahoni, Kayu Sungkai, Kayu Ramin, Kayu Nyatoh, Kayu Sonokeling, Kayu
Pinus, Kayu Karet, Kayu Kamper (lokal : kayu yang tersedia untuk digunakan sebagai bahan
dasar mebel). Bahan-bahan ini disediakan dalam bentuk logs atau gelondongan atau dengan
pesanan (melalui saw mills/ penggergajian) dalam bentuk balok atau papan. Beberapa metode
pemotongan adalah sbb :

 Irisan lurus/potongan tangensial (plain-sawn), merupakan pemotongan secara lurus


horizontal/vertical
 Irisan perempat/potongan radial (quarter-sawn), merupakan pemotongan dengan
membagi seluruh lingkar pohon menjadi 4 bagian per 45 derajat.
 Irisan lurus (billet-sawn), merupakan irisan seperti plain-sawn namun dibagi dua pada
bagian tengah.

Gambar urat kayu


Gambar profil potongan kayu

Sisa bagian kulit kayu yang terpotong juga tetap mempunyai nilai komersil, baik diproduksi untuk
partikel/chip board juga dijual secara satuan dengan harga yang lebih murah.Sisa bagian kulit
luar (bark) menyisakan sedikit lapisan daging kayu yang lazim disebut dengan bahbir dan biasa
digunakan untuk kriya kerajinan berukuran kecil.

Gambar metode potong kayu


Gambar urat kayu berdasarkanmetode potong kayu

A. Sifat-sifat fisik kayu


Berat Jenis kayu :
makin berat makin kuat kayunya. Perhatikan rongga sel yang membentuk pori-pori, untuk
menentukan berat/kuat atau ringan/kurang kuatnya kayu.
Keawetan kayu :
Ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur,
rayap, bubuk, cacing laut dan serangga lainnya (ukuran : tahunan) Semakin keras semakin tahan
terhadap serangan dari unsur-unsur tersebut di atas. Contoh : Kayu Jati memiliki tectoquinon,
kayu Ulin memiliki Silica dll., sehingga kayu-kayu ini awet secara alami. Zat-zat seperti ini
mencegah serangan serangga tersebut.
Warna kayu :
warna cenderung putih (K.Kungkai), kuning (K.Ramin, K.Pinus), putih dan kemerah-
merahan (K.Mahoni), hitam-ungu (K.Sonokeling), coklat (K.Jati, K.Nyatoh, K.Kamper) Warna
yang ada pada kayu ditentukan oleh : struktur anatomi kayu, umur kayu, kekeringan kayu. Warna
pada kayu pada umumnya adalah campuran dari beberapa jenis warna.
Higroskopik :
menyerap dan melepasnya air atau kelembaban dari kayu, yang mengakibatkan
kembang atau susutnya kayu
Tekstur :
halus (k.ramin),
sedang (k.Jati),
kasar (k.Kamper).
Kualitas estetis serat :
berpadu, serat berselang-seling (k.renghas,k. kapur),
berombak (k.merbau),
berpilin (k.damar,k. bintangur)
Berat kayu :
sangat berat (k.balau),
berat(k.Jati),
agak berat(k.sungkai),
ringan (k.balsa, k. pinus)
Kekerasan :
Sangat keras (k.Balau/Bengkirai/Ulin),
keras (k.Jati/Sonokeling),
sedang (k.Mahoni),
lunak (k.Balsa/pinus)
Kesan raba :
kasar, halus, licin, dingin dsb. Hal ini tergantung dari tekstur, kadar air dan zat ekstraktif
di dalam kayu.
Contoh : k.Jati agak berlemak kalau diraba.
Bau dan rasa :
kesan ini erat hubungannya dengan kesan raba.
Bau keasam-asaman pada k.Ulin,
bau zat penyamak pada k.Jati dll.
Nilai dekoratif :
kualitas serta, warna dan tekstur dalam kesatuan pola tertentu.
Contoh : k. Sonokeling, Sonokembang, Renghas, Eboni, Jati, Pinus, Sungkai
B. Sifat Mekanik Kayu
Keteguhan tarik :
kekuatan tarik terbesar ialah sejajar arah serat.
Keteguhan tekan/ kompresi :
keteguhan tekan tegak lurus arah serat kayu lebih kecil daripada keteguhan tekan sejajar
arah serat kayu.
Sifat-sifat mekanik lain seperti :
keteguhan geser, lengkung, kekakuan, keuletan, kekerasan dan keteguhan belah yang
lebih sesuai dipertimbangkan untuk kebutuhan bangunan dan keperluan khusus lainnya.
C. Sifat-sifat Kimia Kayu
Pengenalan sifat kimia dari kayu diperlukan untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap
serangan dari serangga perusak kayu.Pada umumnya kayu dari pohon berdaun lebar terdiri dari
zat kimia sbb. :
- Karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), Non-karbohidrat (lignin) dan unsur kayu yang
diendapkan selama proses pertumbuhan atau zat ekstraktif.

Kelembaban Relatif
Tiap jenis kayu apapun memiliki kelembaban relatif yang tetap diperlukan oleh kayu
tersebut. Ambang batas normal kelembaban kayu biasa berbeda-beda bila mengacu peraturan
Departemen Kehutanan, di negara eropa terdapat standar dengan klasifikasi berdasarkan
penggunaan kayu pada bangunan, contohnya untuk kategori interior ruang tamu, ruang tidur,
kantor dan juga eksterior. Namun umumnya untuk bahan interior berkisar 10 s/d 14 per cent (+/-
6 s/d 9 liter per M3). Pengukuran terhadap kadar kelembaban kayu menggunakan alat
hygrometer.
Metode Pengeringan Kayu
 Pengeringan alami (air drying)
Metode pengeringan dengan cara menumpuk (stacking) kayu dan membiarkan
kelembabannya menguap selama beberapa minggu.

Gambar metode pengeringan kayu

 Pengeringan buatan (kiln drying)


Metode yang serupa dengan cara menumpuk namun dibantu pengeringannya
menggunakan udara panas yang dilairkan antar rongga tumpukan kayu.
Penciutan dan Pemuaian
Bagaimanapun baiknya jenis kayu siap pakai apapun secara alamiah ia terikat terhadap
sifat fisik dan kimiawinya terhadap alam. Sehingga sebaik apapun jenis kayu tersebut maka
perubahan dan ketidaksesuaian akan terjadi dalam proses pengerjaan kayu, manusia hanya
dapat memperkecilnya bukan menghindari sama sekali. Beberapa faktor yang mempengaruhinya
adalah : Jenis kayu, metoda potong, perbedaan iklim, kelembaban.

Gambar efek alam terhadap kayu

Karakterisitik kayu
Sebagai perencana interior selain dituntut kecermatan teknis juga kemampuannya dalam
membaca estetika yang tepat terutama dalam hal pemilihan bahan. Begitupula kecermatan kita
dalam dalam mengenal beberapa karakteristik kayu sebagai berikut :
 Urat kayu (grain), ia dapat meningkatkan kualitas atau menentukan citra dan kelas
pengguna (form follows mean).
 Tekstur, ragam jenis tekstur juga sangat berpengaruh terhadap kerapihan, keindahan
proses finishing
 Figur, variasi atas warna-warna alami kayu, kekhasan, keunikan atau motif alamiah
tertentu,ketidakseragaman garis tahun yang memiliki keunikan masing-masing
 Serap Warna, faktor serap warna yang sangat berbeda dari tiap jenis kayu sehingga
dapat merubah penampilan.
 Wewangian (odour), wangi yang dihasilkan dan dampaknya juga menjadi pertimbangan
desain.
 Durabilitas, mutu kuat kayu yang dilihat dari kelas awet, jenis dan harga perlu
dipertimbangkan oleh para perencana.
 Daya tahan terhadap api, pertimbangan jenis kayu dan komposisi kimiawinya yang
resisten terhadap api.
Cacat pada kayu (defects)
Cacat pada kayu dapat dibagi menjadi dua, yakni cacat alam yang terjadi karena proses
alamiah dan fitrah kayu tersebut. Yang lainnya adalah cacat buatan yang terjadi karena kelalaian
atau ketidaksempurnaan dalam pemrosesannya.
Penyakit pada kayu
Kayu merupakan makanan utama serangga, pencegahannya dapat dilakukan pada saat
kayu masih sebagai bahan mentah/siap pakai (raw-material) maupun setelah menjadi produk.
Proses perlindungannya dapat menggunakan penyemprotan cairan kimia anti serangga atau
melapisinya. Dampak serangan serangga menimbulkan efek yang bermacam-macam, seperti
jamur, debu dan lubang-lubangyang ditinggalkannya, namun yang paling dikhawatirkan adalah
keropos pada kayu.
Keuntungan kayu solid :
 Sambungan lebih mudah dibentuk
 Mudah diukir
 Tidak perlu cover untuk menutupi bagian tepi (edging)
 Sekrup dan paku lebih kencang
 Permukaan yang baik untuk finishing (natural)
2.2 Vinir
Vinir merupakan lembaran tipis hasil pengulitan kayu dengan metode tertentu sehingga
menghasilkan lembaran kayu dengan ketebalan 0.1 mm sampai 3mm yang dimanfaatkan untuk
melapisi produk-produk furnitur. Vinir telah dipergunakan oleh bangsa mesir sejak 4000 tahun
yang lalu dan masih sama penggunaannya hingga kini.
Tidak semua jenis kayu dapat diperoleh vinir-nya di pasaran. Bahan kayu yang biasanya
dibuat untuk vinir standar adalah kayu dengan kelas awet dan kuat sekitar II-IV, bila dikupas tidak
pecah, seperti :Meranti, Keruing, Aghatis, Kapur, Kempas, Merawan, Mangir. Sedangkan untuk
vinir dekoratif digunakan kayu-kayu sbb : Jati, Sungkai, Pinus, Ramin, Sonokeling, Ebony,
Sonokembang, Renghas.
Dari satu bagian utuh sebuah pohon, pola uratnya dapat beragam, misalnya bagian
bawah (butt veneer), batang bohon (trunk veneer), serta dahan.Ukuran yang sering ditemui
dipasaran berkisar lebar 2 cm s/d 20 cm dengan panjang bebas.Hingga saat ini jenisnya telah
berkembang menjadi vinir-vinir dekoratif seperti vinir berwarna, dls.
2.3. Papan Manufaktur
Papan manufaktur merupakan produk fabrikasi industri material interior dan arsitektur
yang paling diminati saat ini karena efisiensi dan praktis dalam penggunaannya, sehingga
kemudian berkembang menjadi beragam jenis seperti dibawah ini :
1. Kayu lapis (plywood)
Kayu papan yang dibuat dari beberapa lapisan veneer (yaitu lembaran kayu tipis
(0.24-6mm) yang dihasilkan dari pengupasan/penyayatan kayu tertentu) yang ditumpuk
satu sama lain secara bersilangan. Maksud dan tujuan pembuatan jenis papan ini adalah
untuk :

 menghemat penggunaan kayu,


 mendapatkan papan yang lebar/besar,
 memanfaatkan jenis kayu bernilai rendah,
 menambah kekuatan dan mutu kayu dengan memperindah unsur dekoratif lapisan
permukaan kayu.
Variasi ketebalan multipleks adalah :
24, 22, 20, 18, 15, 12, 9, 6, 4, 3, 2 mm (lokal sebagian)
Contohnya adalah : tripleks, multipleks, block board, laminboard.
Kayu lapis (plywood) memiliki klasifikasi sbb :
 Custom grades, yang dipilih berdasarkan keindahan warna dan uratnya.
Contohnya adalah Decorative-faced tripleks 3mm : Teak plywood, Ramin plywood,
Sungkai plywood, Rose plywood, Red Oak plywood, Melamin plywood dll.
 Good grades, mutunya kurang dari custom, cukup layak untuk finishing natural melamic
 Sound & Utilities grades, memiliki mutu rendah biasanya digunakan untuk pekerjaan
struktur, atau dapat pula dilapis oleh finishing duco
 Backing grades, mutu paling rendah yang dimanfaartkan untuk pekerjaan struktur yang
tidak terlihat.

1. Particle board / chipboards


Merupakan papan manufaktur fabrikasi dengan komposisi serbuk / ampas kayu yang
direkatkan dengan lem resin hingga menjadi lembaran-lembaran rigid. Cukup stabil
karena meniadakan sifat-sifat fisik kayu melalui proses penguraian kayu menjadi serbuk.
Namun kurang baik menerima serapan cairan finishing, karena tingkat serapnya yang
tinggi.
Contoh pengembangannya : papan ampas tebu (ukuran sama dengan multipleks lokal),
papan serat atau debu kelapa, Coco fibre dan CocoDust
2. Fibre Boards
Merupakan komposisi dari kayu yang diurai menjadi serat dan di-press dengan
temperatur tinggi serta dengan laminasi khusus, contohnya :
Medium board :
High Density Fibreboard (HDF), Low Density Fibreboard (LDF), Medium Density
Fibreboard (MDF), Wood-veneered MDF (Oak dll)
Hardboard :
standard board, tempered hardboard, embosed hardboard, decorative-faced hardboard,
perforated hardboard (import).
Bahan-bahan ini biasanya tersedia dalam ukuran panjang 244 cm, Lebar 122 cm, kecuali
untuk keperluan khusus seperti daun pintu rumah, ukuran bahan yang tersedia 200cm x 90cm
Cacat pada kayu lapis
Umumnya disebabkan oleh proses pressing atau perekatan yang tidak sempurna baik
Karena faktor kelalaian ataupun kesengajaan.

Gambar cacat pada kayu lapis


Keuntungan papan manufaktur
 Rigiditas
 Ketersediaan dalam ukuran besar
 Variasi ketebalan (modul)
 Ekonomis
 Metode bending lebih mudah
2.4 Plastik Laminasi
Industri material saat ini telah menyediakan beragam bahan pelapis dekoratif yang
sangat membantu meningkatkan mutu kerja desainer interior.Salah satunya produk fabrikasi
plastic laminate, yang dihasilkan menjadi beragam jenis seperti Polyvinyl Acetate (PVA, Phenol
Formaldehyde (PF), Melamine Formaldehyde (MF). Diproduksi melalui sebuah metode High
Pressure Laminate (HPL) beberapa jenis tersebut umum dikonsumsi dengan nama pasar seperti
Formica, Tacon, dls
Gambar HPL
3. ALAT & MESIN PERKAYUAN
3.1 Alat Manual (Handtools)
Syarat awal dalam proses pekerjaan kayu (woodworking) adalah memastikan
kelengkapan peralatan pendukung kepresisian yang memenuhi prinsip ketepatan dan
keterukuran, atas dasar ketiga hal dibawah ini :
 sebagai alat penanda (marking tool),
 sebagai alat ukur (measuring tool),
 sebagai alat penguji (testing tool).
Beberapa peralatan tersebut sudah kita kenal sehari-hari dan secara luas digunakan,
namun bentuk dan variasinya dapat berbeda-beda ditiap negara walau fungsi dan kegunaannya
sama. Peralatan pendukung akan memastikan ketelitian proses kerja antara gambar kerja (shop
drawing) hingga produk nyata.
Gambar peralatan pendukung

Gambar alat penanda

Mistar, Sieghmat (Vernier caliper gauge), Besi siku (try-square), Bor, Palu, Obeng,
Penjepit (Cramp) merupakan peralatan sederhana yang membutuhkan kemahiran pula dalam
menggunakan serta memilih tipenya berdasarkan tujuan bentuk maupun bahan yang akan
digunakan. Peralatan pendukung tersebut merupakan alat untuk menyempurnakan sambungan,
mengecek mutu bahan terhadap rupa, kontur dan kecukupan dimensi.
Gambar peralatan penanda garis

Selanjutnya, Peralatan dasar secara manual dalam pekerjaan kayu khususnya desain
mebel terbagi menjadi tiga yakni :
1. Alat potong (Sawing)
Gergaji Tangan (Hand Saw)terdapat berbagai macam jenis ukuran dan variasi
handle, dan mata gergaji. Ukuran dan modelnya tidak jarang dimodifikasi oleh tukang
sehingga nyaman dipakai dan bahkan terbentuk dgn sendirinya karena proses selama
bertahun-tahun. Dua jenis handle yang sering digunakan adalah kayu dan plastik, model
plastik fabrikasi biasanya dapat pula digunakan sebagai mistar siku 45o/90o. Sedangkan
mata gergaji, bila mata gergaji pendek, seragam dan rapat maka berfungsi sebagai
gergaji potong (crosscut saw), dan bila mata gergaji besar kecil, serta bersiku besar
maka berfungsi sebagai gergaji belah (rip saw).
Dalam membelah ataupun memotong perlu pula diketahui jenis
material/bahannya untuk menjaga kerapihan. Jenis lainnya adalah gergaji lengkung
biasanya untuk panel seperti tripleks (Cop saw), gergaji panel seperi MDF menggunakan
gergaji panel (Panel saw), dan yang khusus seperti Gergaji adumanis (mitre saw), ekor
burung (dovetail saw), dls. Inti dari beragam alat potong tersebut menjaga agar potongan
gergaji lurus, tipis, siku dan kontinu.
Gambar macam-macam gergaji

Gambar model handle dan gigi gergaji


Gambar jenis gergaji untuk fabrikasi

Alat pembentuk (Forming)


1. Mesin Serut (Jack Plane), digunakan untuk memperhalus siku, lengkung, dan kontur
profil. Variasinya sangat banyak sekali, tapi terbagi atas 3 yakni:
 Mesin Serut Kasar (Block Plane) untuk mengambil serat kayu dan permukaan yang
masih kasar, biasanya mata pisau berukuran lebar dan tebal, serta pengaturan mata
pisau yang turun tinggi. Selanjutnya adalah Mesin Serut Halus untuk menghaluskan
setelah diserut kasar, dengan mata pisau yang lebih tipis dan tajam serta pengaturan
mata pisau lebih turun rendah.
 Mesin Serut Sekonengan (Rebate Plane) untuk membuat sekonengan, celah seperti
pada rangka pintu dan jendela, dapat pula untuk beberapa tahap penyerutan
menghasilkan profil.
 Mesin Serut Khusus (Combination/Specialized Plane) untuk menghasilkan profil,
atau groove dengan bentuk lengkung atau kurva keliling yang fungsinya menyerupai
Mesin Jig saw.
Inti dari proses penyerutan adalah menghasilkan permukaan kayu yang halus,
dan membuang kotoran serta cacad yang terdapat pada kayu, sehingga pemilihan mata
serut yang tajam dan pengaturannya ketinggian mata pisau sangat penting untuk
menghindari cacat gelombang serut/tatal (ripple) yang justeru tercipta karena pisau tumpul
dan pasangan mata pisau yang miring, dll.
Pahat Tatah (Chisel & Gouge), selain umum digunakan untuk mengukir kayu
digunakan pula untuk membuat lubang dan pasangan sambungan seperti sambungan lidah
(lap joint), sambungan purus (mortise dan tenon joint). Utamanya, teknik memukul pahat dan
derajat kemiringan pahat merupakan keahlian khusus yang sangat membutuhkan waktu dan
pengalaman.

1. Alat Penyelesaian (Smoothing/Finishing)


Hampelas bukanlah sebuah alat, walau secara manual dalam proses penghalusan
hampelas hanya sebagai bahan namun pada proses masinal ia menjadi mesin penghalus.
Kuas, merupakan alat sederhana yang dapat ditukargunakan penggunaannya
dengan busa (sponge) ataupun kain lap. Kelebihan dari kuas adalah rambut kuas mampu
mencapai rongga-rongga kayu lebih masuk ke dalam finishing tanpa proses
pelapisan/dempul (sanding/woodfiller) terlebih dahulu. Sedangkan kain lap atau busa dapat
dibentuk sehingga mampu mencapai sudut dan celah yang sulit dijangkau oleh kuas.
3.2 Mesin Kayu Portable
Mesin Potong Putar (Circular Saw)
Mesin potong dengan pisau putar lingkar berdiameter 16,5cm sd 25,4cm dengan
kemampuan potong tebal 5cm. Lebih cocok untuk memotong plywood. Umumnya menggunakan
alat bantu seperti dudukan untuk kayu (bench).
Gambar mesin potong kayu

Gergaji Listrik (Electric Chain Saw)


Gergaji untuk memotong gelondongan menjadi balok atau papan dalam bentuk yang
belum halus sempurna.Lebih mudah dikontrol dan cepat karena bentuknya yang panjang
sehinggga jangkauannya lebih luas terutama untuk gelondongan kayu (log).

Gambar gergaji listrik

Mesin Potong Bebas (Jig Saw)


Gergaji belah dengan mata pisau yang bergerak vertikal dengan kecepatan di atas 3000
strokes/menit dengan prinsip kerja menyerupai mesin jahit bedanya alat ini digerakkan dan
diarahkan mengikuti garis tanda (marking) yang telah lebih dulu dibuat. Kemampuan jangkau
tebal belah berkisar 6 cm untuk jenis kayu lunak, dan 2,5cm untuk jenis kayu keras. Sangat baik
untuk membuat bentuk lengkung dan kurvatur pada papan plywood, tersedia pula beragam jenis
mata pisau yang dapat disesuaikan dengan material yang akan dipotong seperti acrylic,
fibreglass. plastik, dll. Derajat kemiringan mata pisau juga dapat diatur sehingga dapat membuat
tepi miring (beveled edge), dll.
Gambar mesin potong
Mesin Serut / Ketam (Planer)

Gambar mesin serut

Mesin ketam atau serut sangat membantu dalam proses penghalusan kayu, cost-saving
dan time-saving. Dapat pula dengan pilihan mata pisau tertentu membuat groove atau
sekonengan, untuk celah kaca jendela, ataupun pintu. Perlu keterampilan khusus karena
ketidakstabilan dalam menahan getaran akan menghasilkan gagal serut/tatal yang sangat buruk
bagi sebuah kayu. Suara mesinnya merupakan yang paling bising diantara seluruh jenis mesin,
dan menghasilkan serpihan sampah kayu/serutan yang sangat banyak.

Mesin Girik (Router)


Gambar mesin router
Mesin untuk membuat pola lubang celah dengan bentuk atau pola tertentu pada kayu
seperti sekoneng, bentuk lubang persegi pada tengah kayu, atau pola ukir seperti gambar atau
tulisan. Dengan menyertakan model fixture nya sehingga gerakan mata pisau akan mengikuti
fixture-nya. Prinsip kerja pisau seperti mata bor vertikal yang berputar kencang dan memakan
kayu menjadi serpihan, hanya saja belum dapat membentuk sudut siku persegi, sehingga harus
dibantu tahap berikutnya oleh tatah/pahat.Kecepatan pisau lebih dari 27,000 rpm.
Mesin Bor (Drill)
Mesin Bor bekerja dengan putaran mata bor searah jarum jam dengan berbagai ukuran,
dan jenis pisau disesuaikan dengan bahan, berbagai jenis kayu, besi, tembok beton, granite, dls.
Kecepatan putar mata bor lebih dari 1000 rpm tanpa beban.Perlu kemahiran khusus untuk
menghasilkan permukan kayu agar tetap halus, serta kejelian dalam mengatur derajat vertikal
bor.

Gambar mesin bor

Mesin Hampelas (Sander)


Mesin bekerja dengan prinsip gerak orbital (4000 s/d 5000 orbit per menit), dengan
memasang lembaran hampelas pada mesin kemudian menggerakannya ke sekeliling
permukaan. Kelalaian posisi, seperti miring, dapat membuat permukaan kayu tergores (scratch)
sehingga semakin sulit untuk dikembalikan seperti semula. Sulit menjangku celah atau rongga
tertentu pada furnitur, khususnya ukiran.Jenis lainnya adalah hampelas dengan bentuk tabung
kecil untuk menjangkau sudut yang sulit dijangkau, namun dalam beberapa hal masih jauh lebih
baik menggunakan tangan.
Gambar mesin amplas

Finishing (Spraying)
Spray Gun, alat kendali untuk menembakkan/menyemprotkan cairan pelapis dan
finishing yang terdiri dari tabung berisi cairan finishing (container), alat kendali (spray), selang
udara (air-supply hose).
Kompresor, modul elektrik yang berfungsi mengalirkan udara yang telah lebih dahulu
disaring dan selanjutnya disemprotkan oleh spraygun dengan dilengkapi pengatur tekanan (Air
adjustment valve)

Gambar peralatan pengecatan

3.3 Mesin Kayu Berat


Pada metode penyusunan atas dasar proses, maka penyusunan mesin dikelompokkan
dengan cara :
 Pekerjaan kayu utuh
Pembelahan, pemotongan, penyerutan, pembentukan, pelubangan, penghalusan
permukaan dan penyetelan, dikelompokkan dalam pekerjaan pembuatan komponenn
mebel bukan bidang seperti, kaki kursi, rangka dan komponen kursi lainnya.
 Pekerjaan kayu yang berbentuk bidang atau papan
juga akan melalui tahap pembelahan, pemotongan, pelapisan, dan penghalusan bidang
papan, untuk digunakan sebagai daun pintu, sisi lemari, bidang atas meja dls.
Melalui perencanaan penyusunan mesin-mesin dalam bengkel (workshop) dapat
dihasilkan proses produksi yang teratur serta optimal, seperti :
 Teraturnya aliran kerja (line production)
 Mengurangi perpindahan bahan (material handling)
 mendapatkan ruang kerja yang leluasa
 mengurangi ongkos produksi
 memungkinkan pengawasan produksi yang baik
 memperbaiki moral para buruh
 mengurangi ‘congesty point’ (penumpukan bahan , dll)
 dls

Gambar layout workshop


Mesin Potong / Gergaji Lingkar(Cross-cutting Saw dan Edging Saw)
1. Pengoperasian mesin gergaji lingkar umumnya tidak membawa kesulitan namun
tetap diperlukan tentang jenis-jenis dan sifat kayu. Bila tidak maka akan banyak kayu
terbuang karena kesalahan menguasai cara potong terhadap ragam kayu. Hasil
setinggi-tingginya tergantung pada baik atau tidaknya daun gergaji. Beberapa hal
berikut ini perlu menjadi perhatian :
- Reaksi iris pada kayu terhadap daun gergaji
- Penghantar panjang pendek
- Menggergaji serong
- Menggergaji sisi
b. Mesin Serut / Ketam (Planning Machine)
Pertimbangkan benda kerja, arah serat dan tebal benda untuk menentukan
proses pengetaman. Sebaiknya mulai dengan sisi yang cekung.Penting pula diketahui
keadaan mesin, kecepatan putar pisau.Mesin yang sudah tua dengan bantalan peluru
sudah longgar dan goyang atau daun meja yang miring dapat menghasilkan ketaman
yang buruk.Kecepatan putar minimal 4.500p/menit.
Beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian :
- Meratakan dan menyambung
- Alat luncur untuk ketam benda kerja

c. Mesin Bor / Pelubang (Drilling Press)


Mesin pelubang dengan dudukkan dapat lebih memastikan kepresisian lubang karena
faktor stabilitas tegak lurusnya.

1. Mesin Purus dan pelubang (Tenoning & Mortising Machine)


Mesin yang berfungsi menghasilkan salah satu jenis sambungan purus. Metode
kerja seperti metode Mesin Router
1. Mesin Girik /Frais (Vertical Spindle Moulder dan Router Machine)
Alat dengan banyak kemungkinan membentuk kayu, seperti profilan
serta menghasilkan kaki atau lengan kursi yang melengkung.komposisi mesin
terdiri dari Lengan Kemudi, Batang Peluncur Tekanan, Sepatu Penekan Vertikal,
Garpu Pengeras, dll kesemuanya memungkinkan pembuatan kayu dengan
profilan dan alur yang streamline.
 Membuat takikan
 Menggirik benda kerja lengkung
 Membuat alur hias atau alur vinir
1. Mesin Hampelas (Sanding Machine)
Mesin hampelas dengan model cakram (disk sander) biasanya digunakan untuk
bagian tepi (edges), ujung (ends), chamfers, bevels dan tapers. Tetapi kurang efektif
untuk permukaan kayu yang luas.Model lainnya adalah model hampelas sabuk yang
juga berputar (Belt Sander).

1. Mesin Bubud (Spindler Machine)


Mesin untuk menghasilkan profil 3 dimensi (keliling) dengan sistem
menempatkan kayu dalam putaran dan mata kayu digerakkan sepanjang putaran untuk
mendapatkan lengkung dan cekukkan yang diharapkan.

1. Mesin Router (Router Machine)


Merupakan mesin yang menghaisilkan bentuk dengan rupa kedalaman, profil,
serta dapat mencetak figur-figur atau ornamen.

1. Mesin Profil (Moulding Machine)


Mesin profil dapt digunakan untuk menghasilkan cornice, plinth serta edging
mengikuti mall yang telah dibuat terlebih dahulu, dan prinsip kerja mesin menyerupai
mesin router.

1. Mesin Penekuk (Bending Machine)


Penekukan kayu merupakan suatu proses melunakkan kayu secara temporer dengan
menggunakan aliran udara panas maupun aliran air kemudian kayu dapat dibentuk
menjadi kurvatur, streamline melalui proses penekanan (high pressure) dengan konsol
hidrolic pada mall cetaknya dan kemudian dikeringkan untuk mendapatkan penekukan
yang permanen karena sifat fisik partikel kayu yang telah diubah.
1. Mesin Serbaguna (Universal Machine)
Sebuah mesin yang mampu menampung berbagai macam fungsi kerja seperti :
membelah (ripping), memotong (cutting), mengetam (planner), serut kasar (thicknesser),
membor (drill press), dan membuat sambungan purus (mortise).

4. PROSES SAMBUNG DAN TEKUK KAYU


4.1 Proses Pekerjaan Sambungan
Teknik sambungan kayu telah berevolusi sejak berabad-abad yang lalu berkembang
sesuai kebutuhan, dan kreasi baru.Bahkan variasinya juga berkembang menjadi trend
estetika.Pada dasarnya semua teknik sambungan kayu dimaksudkan untuk menjaga stabilitas
serta mengencangkan hubungan satu bagian kayu dengan bagian yang lainnya (Self-supporting)
hingga tercapai keteguhan dan rigiditas. Pertimbangan terhadap beragam teknik sambungan
kayu bermuara pada 2 hal utama yakni :
1. Perubahan fisik yang disebabkan oleh sifat-sifat alamiah kayu, seperti pergeseran,
pergerakkan, penciutan, pemuaian.
2. Menahan, Mengunci antar bagian kayu baik dalam posisi sejajar /
berlawanan/bersimpangan agar mampu menahan tekanan, gaya tarik, dorong, tekan
(suspension and tension moment), tumbukkan, gesekan, beban kejut (sudden-impact).
Teknik sambungan kayu di belahan dunia lain tidak berbeda dengan yang teknik yang
kita miliki saat ini, dilihat dari teknik sambungan kayu populer. Perbedaannya lebih jelas terlihat
pada kerapihan dan ketelitiannya, karena semua proses pekerjaan didukung dengan baik dengan
peralatan-peralatan khusus yang umumnya tidak digunakan oleh para perajin atau tukang kayu di
Indonesia.

Dari seluruh teknik sambungan kayu yang kita kenal, dapat ditandai mulai dari
kesederhanaannya hingga kerumitannya dan juga kekuatan dan kelemahannya.Seorang
desainer penting mengetahui kelebihan dan kekurangan tersebut, untuk dapat menentukan jenis
sambungan yang tepat ditinjau dari fungsi, harga, serta estetikanya. Beberapa metode
sambungan yang umum kita kenali dalam produk furnitur adalah sbb:
 Sambungan Ekor (Butt joints)
Jenis sambungan ini digunakan untuk menyatukan dua atau lebih potongan kayu pada
bagian ujung secara sederhana
o sambungan sudut
Gambar sambungan sudut

 sambungan adumanis

Gambar sambungan adu manis

 Sambungan Lapis (Lap and Halving Joints)


jenis sambungan dengan terlebih dahulu membuat celah (rebate) atau seperti
sekonengan baik disalah satu sisi atau kedua potongan kayu tersebut.
o sambungan lapis sederhana

Gambar sambungan sederhana dengan celah

o sambungan lapis adumanis

Gambar sambungan lapis adumanis dengan celah


 sambungan lapis silang
Gambar sambungan lapis silang

 sambungan lapis sudut

Gambar sambungan lapis sudut dengan celah

 sambungan lapis T

Gambar sambungan lapis T

 sambungan lapis ekor burung

Gambar sambungan ekor burung dengan celah

 Sambungan tepi / pinggir (Edge to edge joints)


jenis sambungan pinggir merupakan sambungan yang biasa digunakan untuk membuat
bidang, dan tidak untuk menahan beban kecuali dengan lapisan dasar dibawahnya.
o sambungan tepi

Gambar sambungan tepi


 sambungan lidah

Gambar sambungan lidah

 sambungan lidah lepas

Gambar sambungan lidah lepas

Gambar sambungan dengan balok ikat


Gambar penggunaan clamp untuk perekatan

 Sambungan alur (Housings / dado joints)


Jenis sambungan dengan model slot / alur
o sambungan menerus

Gambar sabungan alur biasa dengan celah


 sambungan ekor burung

Gambar sabungan ekor burung dengan celah


 sambungan tidak menerus
Gambar sabungan alur setengah dengan celah
 Sambungan Purus (Mortise & tenon joints)
Jenis sambungan dengan prinsip (laki-perempuan) dengan batang julur dan lubangnya.
o sambungan purus menerus
o sambungan purus ganda
o sambungan purus kembar
o sambungan pin
o sambungan tidak menerus
o sambungan purus dengan pasak

Gambar beberapa sambungan purus


Gambar beberapa sambungan lapis
 Sambungan jari lurus / biskuit (Bridle joints)

Gambar sambungan berlapis


 Sambungan pasak (Dowel joints)
Gambar beberapa sambungan pasak

 Sambungan ekor burung


o sambungan ekor burung menerus
o sambungan ekor burung dekoratif
o sambungan ekor burung adumanis
o sambungan ekor burung lapis
Gambar variasi pengerjaan sambungan masinal
Gambar modifikasi sambungan
Gambar modifikasi sambungan

Gambar modifikasi sambungan

 Sambungan papan lapis


4.2. Teknik Penekukan Kayu (Woodbending)
Hingga kini teknik penekukan kayu tetap merupakan teknik yang eksklusif, walau di
negeri skandinavia teknik tersebut sudah menjadi hal yang umum karena sejarah teknik
perkayuannya yang sudah amat tua. Peralatan bending masih merupakan barang mahal bagi
workshop atau bengkel mebel di Indonesia. Untuk tetap mencapai teknik penekukan kayu maka
diperlukan cara khusus yang hanya dapat diterapkan pada jeins papan lapis. sedangkan untuk
kayu solid lebih sering diupayakan dengan cara membentuk tekukan dengan membuang daging
kayu sampai terbentuk tekukan yang diinginkan.
Teknik penekukan kayu merupakan satu upaya merubah sifat alamiah kayu dengan
berbagai macam cara, pemanasan sehingga dapat mengatur partikel pembentuk kekencangan
kayu, atau dengan cara membuat celah (groove) secara melebar di sepanjang bidang melintang
dari arah tekuk papan (kerfing)
1. Garis celah tekuk (Kerfing)
Caranya dengan membuat garis celah menggunakan gerjaji khusus (backsaw)
dengan jarak antar celah (groove) yang teratur dan tergantung kurva tekukan.Dengan
posisi celah berada searah dengan tekukan atau berada di bagian dalam.

Gambar proses penekukan kayu


Gambar proses penekukan kayu

1. Steam bending
Suatu proses pemanasan terhadap kayu dengan menggunakan alat pemanas khusus
berfungsi melunakkan serat kayu hingga mudah ditekuk. Proses penekukkan biasanya
menggunakan strap atau alat bantu tekuk dan mal pembentuknya (fixture)
Gambar cetakan penekuk kayu
1. Tekuk lapis
Penekukan dengan beberapa tahapan laminasi, yakni merekatkan lembar perlembar
papan dengan mengandalkan kekuatan lem sebagai pengikat keteguhan tekuk (dry-
bent). Alat bantu lainnya adalah cetakan/mal (Male-female former).
Gambar metode penekukan secara kering
Gambar metode penekukan secara kering
Gambar penekukan kayu dengan tekanan

5. APLIKASI PEREKAT, PENGENCANG (Fastening), AKSESORIS (Fitting)


Setelah memahami tentang proses produksi, material, peralatan dan mesin, serta proses
pekerjaan sambungan, maka aplikasi pendukung produksi furnitur seperti perekat, pengencang
dan aksesoris perlu pula diketahui manfaat maupun proses pengerjaannya. Perekat, pengencang
dan aksesoris saat ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa.

5.1 Perekat
Sejak berabad lalu lem (glue) telah digunakan sebagai perekat sambungan kayu bahkan
sebelum lahirnya perkuatan-perkuatan mekanis/sambungan kayu (wood-joinery).Jenis-jenis
lem/perekat dewasa ini sudah jauh berkembang dan memiliki kelebihan diantaranya, tahan
terhadap panas, kelembaban (moisture), dan kemampuan rekat yang optimal melebihi kuat serat
kayu sendiri.
Beberapa jenis perekat yang bisa kita kenali adalah sbb :
 Lem Hewan (Animal Glues)
Diproduksi melalui kulit hewan dan tulang yang menghasilkan katalis protein
sebagi perekat berkualitas dan tidak beracun (non-toxic).Digunakan oleh para pekerja
kayu tradisional, namun di beberapa tempat di negara asing, masih digunakan untuk
perkerjaan vinir bermotif (hand-laid veneer).
 Glue Gun / Hot Melt Glue
Berbentuk stik silindris serupa dengan sealant, pengolesan menggunakan alat
ellectrical gun yang mengalirkan panas sehingga melumerkan lem stik.Biasa digunakan
untuk membuat mock-up atau prototype karena mengering dengan cepat dan
praktis.Serta digunakan pula untuk aplikasi industri perekatan vinir terhadap alasnya
(groundwork).

Gambar glue gun

 Lem PVA (Polyinyl Acetate)


1. Jenis pertama lazim disebut dengan lem putih emulsi pekat (contoh : lem Fox) jenis
perekat yang populer dan termurah dapat dicampur dengan air sehingga dapat diatur
seberapa cair untuk memudahkan evaporasi kayu terhadap cairan perekat tersebut.
Kekurangan lem jenis ini tidak tahan terhadap air (bila menyerap air maka sambungan
akan merenggang).
2. Jenis kedua adalah lem kuning (Contoh : Aibon) cair-kental dan tahan terhadap
kelembaban, panas, serta air. Biasanya digunakan untuk lem kayu lapis, dan kayu lunak
atau kayu yang memiliki pori serat besar, serta merekatkan plastic laminate seperti HPL.
 Lem Urea-formaldehyde
Jenis lem sangat tahan terhadap air, tersedia dalam bentuk bubuk dan dicampur
dengan air.Dapat pula digunakan untuk katalis hardener.
 Lem Resorcinol-resin
Lem yang paling unggul terhadap ketahanan air, dan cuaca merupakan
campuran dari dua bagian resin dan hardener.biasanya dipisah menjadi tiga campuran
dalam bentuk cair, resin, hardener, dan lem. Merekat dengan sempurna dengan
pengaturan suhu diatas 15oC.Lazimnya digunakan pada produk-produk industri.

Gambar mengoleskan lem


Gambar mengoleskan lem pada permukaan kayu

1. Pengencang (Paku, Sekrup dan Dowel)


Paku, Sekrup dan Dowel merupakan satu mekanisme pengencangan sambungan kayu
yang sangat baik, selain kuat pemasangannyapun relatif mudah.Pada perkembangannya dua
jenis pengencang Sekrup dan Dowel semakin dimodifikasi menjadi jauh lebih baik dari segi,
kekuatan, mekanisme, mutu bahan (tahan karat), dan estetikanya.
 Paku umumnya berkembang pada konstruksi arsitektur dan interior, namun pada
pekerjaan kayu, paku digunakan unyuk beberapa hal seperti pembuatan mock-up, juga
untuk mengencangkan upholster dengan kayu. Paku merupakan pengencang yang
sangat tradisional, paku yang dikendalikan atas tumpuan ketuk sangat sulit dijamin
kelurusannya sehingga menjadi hal yang kurang menguntungkan dalam proses produksi
furnitur. Beberapa jenis paku yang sering ditemui dalam furnitur adalah sbb :
o Paku besi, untuk menggabungkan kayu dgn plat metal tipis
o Paku kursi, dipakai untuk memasang bantalan / pengempuk pada kursi
o Paku semat, dipakai untuk menyemat kain pada mebel kayu
o Paku panel, untuk menggabungkan papan
o Paku Chevron , sebagai penyambung sudut dari kerangka mebel
o Paku cacing / gelombang (corrugated fastener), untuk sambungan kayu
o Paku plat (timber connector), plat untuk menggabungkan kayu

Gambar jenis-jenis paku untuk meubel


 Sekrup merupakan pengencang sambungan kayu dengan mekanisme ulir berpilinnya
(60 persen panjang sekrup adalah ulir) yang ‘menggigit’ kayu. tidak banyak
perkembangan dari sisi ulir, perkembangannya dapat dilihat pada ukuran, tipe kepala,
lapisan pelindung karat.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyekrupan adalah :
 Panjang sekrup dan ketebalan bahan
 Jenis kayu atau bahan
 Kelurusan proses penyekrupan/kemiringan dapat menggunakan alat bantupocket-hole
screwed joint.
 mengatur kedalaman sekrup terhadap permukaan kayu.

Gambar jenis-jenis sekrup untuk meubel

 Dowel merupakan bentuk modern dari prinsip mekanis sebuah pasak dalam furnitur,
tersusun atas dua bagian yakni pin dan rumahnya. Dowel seringkali digunakan untuk
furnitur jenis loose /knock down furniture, Dowel umum dipasang pada furnitur-furnitur
fabrikasi karena praktis, dapat di lepas-pasang sehingga memudahkan pengiriman
barang.

Gambar mekanisme kerja dowel


Gambar jenis pasak / dowel kayu
1. Aksesoris (Fittings)
A. Engsel
Penggunaan engsel dalam pembuatan storage, cabinet dan produk sejenis sudah
merupakan hal biasa, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan tipe atau jenis engsel
tersebut.Saat ini beragam tipe engsel yang terdapat di pasaran bukan sekedar variasi bentuk,
namun juga variasi mekanisme bukaan (doors opening) yang berpengaruh terhadap tampilan
kenyamanan menggunakan furnitur tersebut dan menandai citra desain modern. Karena tidak
saja menyembunyikan engsel sedemikan rupa sehingga desain tampak bersih (clean) dan
mudah dibuka-tutup.
Proses pemasangan engsel membutuhkan proses pembuatan lubang tanam dengan
pahat. Beberapa jenis engsel diperlukan lubang tanam yang cukup dalam untuk menyimpan
rumah engsel, sehingga diperlukan kemampuan khusus dalam hal menggunakan pahat. Berbeda
dengan proses fabrikasi dimana pembuatan celah umumnya menggunakan router machine,
sehingga baik ukuran luar dan kedalaman dapat dikerjakan dalam waktu singkat dan rapih.
Beberapa tipe engsel yakni :
 Engsel Kupu-kupu (Butt hinge), engsel tradisional yang masih umum digunakan hingga
kini untuk lemari pakaian (wardrobes), dll
 Engsel Lepas (Lift-off hinge), biasa digunakan untuk cermin lipat, diman sebagai
modifikasi desain cermin lipat bisa dilepas.
 Engsel Flush (Flush hinge), engsel dalam engsel
 Engsel Sendok (Concealed hinge), engsel paling populer karena mekanismenya bekerja
dengan baik
 Engsel batang (Cranked hinge), engsel kabinet yang dapat terbuka 180 O
 Engsel tidur(Flush fitting flap hinge), engsel untuk membuka kebawah
Gambar macam – macam jenis engsel
Gambar engsel lurus pintu lemari

Gambar mekanisme kerja engsel folding door


B. Kunci, Handle, Height-adjuster, Glider, Roda (Castor), Drawer
Beberapa atribut furnitur seperti kunci, stopper, height adjuster, glider dan roda
merupakan atribut pelengkap dalam produksi furnitur. Proses pemasangannya dapat dilakukan
sebelum finishing atau setelah finishing, biasanya atribut yang sifatnya fittings/lepas-pasang
dapat dipasang kemudian setelah finishing. Jikalau dalam kondisi tertentu harus tetap terpasang
ketika finishing maka perlu kecermatan dalam membuat lapisan pembungkus untuk atribut
pelengkap tersebut.
 Kunci, proses pemasangan biasanya dibantu dengan alat manual seperti pahat dan bor,
namun untuk proses fabrikasi menggunakan router machine. beberapa tipe kunci yakni :
o Sliding door lock,
o Door,
o bolt,
o Magnetic catch (jepit udang), dll
Gambar mekanisme kerja kunci

Gambar jenis-jenis kunci


 Handle, saat ini handle dengan model minimalis sangat banyak ditemui dipasaran,
bisanya jenis seperti ini menuntut ketelitian pula dalam proses mengebor kayu agar citra
bersih dan minimalis tetap terjaga. Namun banyak pula tersedia dalam bentuk yang
tradisional atau antik-kuno seperti figur floral / animal decoration dls.
Gambar jenis-jenis handle
Beberapa tipe handle yakni :Drop handle, Ring pull, Drawer knob, flush handle, dls.
o Drawers atau laci sesuai konsep mekanisnya tarik-geser maka drawer
menunjang sebagai rail-track system untuk membantu agar prinsip tarik –geser
pada laci menjadi baik. Namun proses pembuatan drawer seringkali sulit
dilakukan dengan cara manual karena untuk menjaga kepresisian drawer kiri
dan kanan agar bergerak atau bergeser secara seimbang maka seringkali celah
yang telah dibuat harus diubah-ubah menggunakan pahat, serta untuk mengatur
ketinggian yang sejajar perlu pula mengatur keseragaman tinggi rendah sekrup,
dan hal ini sering meninggalkan bekas bor yang kurang baik.
Gambar rel laci

Gambar rel laci


 Height Adjuster (Glider, pedestal), komponen kaki untuk furnitur yang dapat diatur
ketinggiannya. Dipasangkan pada alas bawah furnitur dan dapat diatur tinggi rendahnya
dengan memutar baud.
Gambar height adjuster

Gambar height adjuster


6. RESTORASI, PERBAIKAN DAN FINISHING
6.1 Restorasi Furnitur Kayu
Restorasi furnitur merupakan proses perawatan atau pelestarian terhadap mebel atau
furnitur untuk menghilangkan dan mengganti bagian-bagian yang telah cacat dengan
mempertimbangkan aspek orisinalitasnya serta perawatan, seperti membuang sisa-sisa bekas
perekat, dls.
Perawatan terhadap furnitur yang rusak karena usia maupun penggunaan, menuntut
pengetahuan khusus untuk mendapatkan hasil yang baik. Pengetahuan khusus tersebut berupa
pemahaman tentang periodisasi, teknik ukir, bahan dan teknik finishing tradisional, serta
penguasaan sifat kimiawi dan fisika kayu.Keputusan-keputusan ekstrim juga perlu diambil seperti
membongkar konstruksi, atau bahkan memotong bagian yang telah dimakan rayap (worm-eaten)
atau ulat kayu dan mengganti dengan kayu baru yang sesuai.
6.2 Finishing Kayu
Perbedaan finished dan unfinished kayu adalah kemampuannya dalam melindungi
permukaan kayu terhadap kelembaban, maupun sinar matahari (UV-light) yang dapat
menyebabkan perubahan warna karena efek photodegradasi, pembusukkan kayu dan faktor-
faktor perusak lainnya.
Finishing interior dan eksterior untuk furnitur terletak pada daya tahan terhadap cuaca
dan kelembaban, dimana eksterior membutuhkan proteksi terhadap kelembaban.sedangkan
interior menekankan kerapihan serta keindahan penampilan sehingga daya tahannya lebih lama
dibanding produk finishing eksterior.
A. Tujuan Finishing Kayu
Aplikasi finishing untuk berbagai macam produk interior maupun furnitur diterapkan
dengan beberapa alasan sbb :
1. Memperindah penampilan (Enhancement of appearance)
2. Melestarikan penampilan (Preservation of the appearance)
3. Melindungi kayu dan penampilannya (Protection and appearance)
4. Memudahkan perawatan (Provide an easy to clean surface)
Penampilan akhir dari wood finishing dapat dibedakan dari :
1. Warna
Jenis dan warna pada finishing dapat dicapai dengan teknik pengecatan atau
pewarnaan kayu sbb:
natural, transparan, semi transparan, Solid/Duco, Simpang rupa (Special effect).
2. Bentuk geometris (Geometrical shape)
Penampilan finishing kayu juga dapat dilihat atas pilihan rupa dasar, yakni
dengan finishing pori-pori tertutup (close pore) dan pori terbuka (Open pore)
3. Tingkat kilap (sheen grade)
Tingkat kilap seperti gloss, semi gloss, dan dof dapat diatur dengan menentukan
pilihan berdasarkan estetika dan keperluannya.
B. Kualitas Finishing Kayu
Menilai finishing kayu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :
1. Beauty of the finish
2. Durability of the finish
3. Stability of the finish
Tipe Cat Finishing
a. Shellac
Shellac merupakan campuran finishing paling tua dan masih digunakan hingga kini.
bahan dasar pewarna diperoleh dari serangga sejenis kutu yang umum terdapat di India dan
Siam. Terdiri dari dua dua pilihan warna natural color(orange shellac) dan bleeched color
(white shellac). Jenis natural digunakan pada kayu berwarna gelap, sedangkan bleeched
untuk kayu yang cenderung putih / terang.
b. Pernis (Varnish)
pernis adalah materi berupa resin yang dicampur dengan terpentin. Awal mula resin
diperoleh dari fossil tapi hingga kini sudah digantikan dengan resin sintetis. Proses
pengeringan memakan waktu hingga 24-48 jam, oleh sebab itu sering ditambahkan aplikasi
pengering (drying agents) untuk mempercepat pengeringan.
c. Lacquer
Lacquer sangat populer dalam sistem finishing kayu, Mengering hanya dalam 30-60
menit sehingga mengurangi kemungkinan debu menempel pada permukaan dalma waktu
yang demikian pendek. Selain itu tahan terhadap air, alcohol, dan stain. Bahan dasar lacquer
adalah Nitrocellulose. efek akhirnya menghasilkan permukaan film yang sangat keras.
Sistem Finishing Kayu
Langkah atau tahapan dalam proses finishing kayu secara ilmiah disebut sebagai ‘finish
system/cycle/formula’.Sistematika Finishing Kayu (Wood Finishing System) umumnya
dipraktekkan dengan beragam sistematika. Pengecatan finishing kayu secara dasar terdiri atas
beberapa aplikasi dengan fungsinya masing-masing yang dibedakan atas :
1. Wood Filler, yaitu bahan aplikasi pengisian pori dan celah kayu
2. Wood Stain, yaitu bahan aplikasi pewarnaan terhadap kayu
3. Cat Dasar, yaitu bahan aplikasi pelindung pewarnaan kayu
4. Cat Akhir, yaitu bahan aplikasi pelindung akhir dan tingkat kilap (sheen grade)
Mempersiapkan Permukaan
Persiapan permukaan dapat dibedakan atas :
 jenis furnitur atau kayu yang telah mendapatkan aplikasi (treatment) finishing
sebelumnya
 jenis furnitur atau kayu sama sekali baru
Untuk furnitur atau kayu yang telah mengalami proses finishing maka perlu dilakukan,
pengelupasan serta bleaching untuk membersihkan/mengatur warna kayu, namun untuk
furnitur atau kayu baru prosesnya dapat dengan langsung mengisi pori atau urat kayu
(wood filling)
A. Pengelupasan (Stripping)
Proses pengelupasan dilakukan pada kayu atau furnitur lama, yang telah di finishing,
metode yang dilakukan adalah
1. Mechanical stripping :
- metode pengelupasan/pengelentekkan dengan alat kape atau pisau besi dengan
terlebih dahulu mengalirkan udara panas pada kayu tersebut.
- Metode pengelupasan dengan material abrasif seperti kertas amplas (sand paper)
2. Chemical stripping :
- Campuran kimiawi untuk mengangkat dan membuang lapisan finishing (paint
strippers/finish removers) yakni Jenis campuran kimiawi aktif berupa Methylene
Chloride atauu N-Methyl-2-Pyrolidone (NMP). Dengan menggunakan bantuan sikat
maka kerekatan lapisan finishing dengan kayu dapat terlepas. Bila lapisan finishing
berlapis-lapis maka proses pengelupasan tersebut dapat dilakukan berulang-ulang.

B. Pemutihan (Bleaching)
Teknik bleaching merupakan proses membuang bekas finishing yang tingkat kerekatan
sangat kuat sehingga meninggalkan residu sekalipun sehabis diamplas. proses ini disebut
dengan proses pemutihan kayu menggunakan bleaching asam oxalic atau jenis lain seperti
hydrogen peroxide.
C. Perataan (Patching)
Mempersiapkan permukaan kayu menjadi hal penting untuk mendapatkan hasil finishing
yang optimal.Beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk kayu baru (belum ada treatment
finishing adalah dengan membersihkan dan menambal cacat (defect) permukaan kayu seperti
retak (cracks), lubang (holes), dan mata kayu (dead knots).
Proses perataan adalah proses pengisian pori, celah dan lubang pada permukaan kayu
dengan menggunakan wood filler. Umumnya wood filler mengandung resin yang dapat
menyelinap masuk kedalam lubang kayu dan kemudian berefek kering seperti donat (donut
effect), penting pula mempertimbangkan bahan wood filler yang ramah lingkungan dengan bahan
campuran air (wood filler water-based).
Tahapan penambalan pori/serat &pengamplasan merupakan satu paket kerja.
a. Menambal lubang kayu (Wood Filling)
Fungsi utama wood filler adalah mengisi pori-pori kayu untuk memperoleh
penampilan finishing dengan tipe close pore. Pengisian pori-pori kayu merupakan tahap
paling awal dari rangkaian sistem finishing. Sifat-sifat yang dimiliki oleh wood filler yang
baik adalah cepat kering, mudah diamplas dan menyerap stain tanpa menimbulkan
belang-belang.
Beberapa ragam wood filleryakni :
 Stopper, sejenis dempul kayu yang dapat dicairkan dengan air (water-based) atau
pelumas seperti thinner (oil-based), penyesuaian warna dapat dilakukan dengan
menambahkan pewarna kayu (woodstain) dengan alat bantu seperti palet (chisel)
atau pisau khusus untuk memolesnya.
 Cellulose Filler, Jenis dempul kayu berupa serbuk dengan campuran pasta
pengencang dan air.
 Shellac Sticks, Jenis dempul untuk menambal lubang seperti mata kayu dan retak.
Wujudnya berupa stik shellac yang dikeraskan sehingga perlu menggunakan solder
atau glue-gun untuk mencairkannya
 Wax Sticks, Jenis dempul atau pengisi celah kayu yang berukuran tipis (hairline)
khusus untuk finishing wax-polished yang penggunaannya menggunakan campuran
resin pigmen pewarna

Gambar lapisan finishing untuk type pori terbuka


b. Mengamplas permukaan kayu (Sanding)
Pengamplasan dimaksudkan untu mengangkat woodfiler yang tersisa pada
permukaan kayu selain yang masuk dalam pori-pori kayu. Untuk membuang sisa-sisa
woodfiller maka diperlukan amplas halus yang tidak akan banyak mengambil permukaan
kayu, seperti kertas amplas halus no. 240/180.
Berbagai macam material yang digunakn untu kmenghasilkan kertas amplas
seperti Silicon carbide, zirconia, ceramic, dan untuk backing kayer digunakan kain, paper
E. Pewarnaan (Staining)
Fungsi utama Wood Stain adalah mewarnai kayu sesuai dengan warna natural kayunya,
ataupun pilihan berbagai macam warna khusus (fancy sealer) yang tidak natural. Ciri yang baik
dari Wood stain adalah tidak menutupi serat-serat kayu tetapi justeru memperjelas dan
memperindah serat-serat kayu. Sifat-sifat yang dimiliki oleh wood stain yang baik adalah cepat
kering, penetrasi kedalam kayu baik sehingga serat-serat kayu yang telah diwarnai tampil dengan
cerah dan hasil warna tidak mudah pudar, kecuali bila langsung terkena sinar matahari.
Aplikasinya dapat menggunakan kuas/spray gun kemudian diratakan dengan kain
bal/kain katun sebelum mengering. Perlu diperhatikan pula bahwa stain tidak memerlukan
pengamplasan seperti pada proses aplikasi lainnya. Modifikasi berupa pencampuran beberapa
warna juga sering digunakan. Pembuatan efek-efek seperti retak seribu, motif marmer, granit, dls
merupakan proses modifikasi kreatif wood staining dengan teknik khusus keterampilan
penyemprotan cairan thinner.
Pada dasarnya, semua jenis wood stain merupakan variasi dan kombinasi dari kedua
tipe stain berikut ini :
1. Dye stains
Jenis Dye Stains hanya menyerap pada serat kayu namun tidak masuk hingga ke pori-
pori, tersedia dua tipe :
– Jenis aniline sensitif terhadap sinar matahari hingga cahaya buatan
- NGR (Non Grain Raising) dengan alcohol atau acetone base yang optimal
menghasilkan kebeningan dan tahan terhadap Ultra Violet (UV resistance)
2. Pigment stains
Pigmented stains menghasilkan kekuatan warna yang mantap menerap hingga
ke serat dan pori kayu sehingga banyak direkomendasikan bagi finishing arsitektural.
Saat ini tersedia dalam bentuk cair maupun gel.

Gambar ragam kuas untuk finishing


F. Pengisian Urat kayu (Grain filling)
Pengisian urat kayu yang optimal menggunakan Grain Fillerakan menghasilkan efek
permukaan cermin ang sangat baik. Namun sangat jarang digunakan sekalipun oleh ahli finishing
pofesional disebabkan tidak populernya produk ini dan sulit dalam penggunaannya.Pengisian
urat kayu sangat disarankan untuk berapa jenis kayu misalnya, mahoni, oak dan walnut. Proses
pengisian urat kayu (grain filling) dilakukan setelah pewarnaan kayu (staining). Grain filler juga
mengandung cukup banyak resin dan kadar minyak yang mebutuhkan kecermatan yang hati-hati.
G. Melindungi warna kayu (Base Coating)
Cat dasar atau sering disebut Sanding Sealer merupakan satu tahapan aplikasi untuk
melindung lapisan pewarnaan kayu oleh stain, bahkan sering pula proses ini dilakukan 2 atau 3
tahap lapisan dengan terlebih dahulu melakukan amplas mengambang permukaan yang telah di-
sanding sebelumnya dengan kertas amplas terhalus. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
lapisan yang tebal dan permukaan yang rata serta licin.
H. Melindungi dan mengkilaukan seluruh proses finishing (Top Coating)
Cat akhir atau top coating merupakan sentuhan terakhir dari tahapan finishing.selain
untuk memberikan efek kilau juga sebagai pelindung akhir dari seluruh proses aplikasi finishing.

Teknik semprot (Spraying)


1. Mempersiapkan kompresor, dibutuhkan bebera menit untuk menstabilkan tekanan angin,
sehingga tidak ada letupan-letupan mendadak yang membuat cacat pada finishing.
2. Mempersiapkan campuran aplikasi finishing dengan takaran atau komposisi yang sesuai
dan menjaga konsistensi campuran dalam tabung (cup) yang benar-benar terbebas dari
partikel apapun. Kini tersedia filter untuk menyaring udara yang keluar dari kompresor
menjamin kebersihan aliran udara.
3. Atur tekanan angin agar tidak terjadi over-spray.
4. Selalu mempersiapkan papan untuk menguji kepekatan campuran dan juga tekanan
angin.
5. Selesai melakukan finishing, cup dan gun harus benar-benar dalam kondisi bersih,
terbebas dari sisa cairan finishing yang tertinggal dan lama kelamaan menjadi residu.

Gambar komponen peralatan finishing


Keamanan dalam proses finishing
Hal-hal yang perlu dijaga dalam proses Finishing adalah :
 Umumnya bahan-bahan finishing mudah terbakar (flammable), sehingga tempatkan
bahan-bahan tersebut pada posisi yang jauh dari panas dan api seperti rokok, lampu,
dls.
 Bahan-bahan finishing merupakan bahan kimia yang sangat beracun sehingga hindari
menghisap secara berlebihan dan terus menerus
 Tersedia cream pelapis kulit tangan skin cleanser khusus untuk membersihkan sisa
cairan finishing yang melekat pada kulit, tidak dianjurkan menggunakan cairan thinner
untuk membersihkannya.

PACKAGING
Pengaturan packaging bisa menjadi sebuah masalah besar apabila tidak dipikirkan
secara hati-hati dan detail.Metode packing menjadi salah satu kontributor terjaganya kualitas
produk hingga sampai di tangan owner.
Menurut survey, kerusakan barang karena masalah packing tercatat mencapai 2% dari
total produk yang diproduksi.Ini adalah suatu jumlah yang besar pada sebuah produk.Masalah
timbul pada beberapa langkah di dalam produksi, transportasi hingga perakitan (untuk produk
Knock Down).

Faktor Penting Packing

Sebagai produsen furniture, mendesain packing untuk sebuah produk perlu


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ukuran produk
Lebih besar akan membutuhkan pengamanan yang lebih baik sehingga perlu
dialokasikan beberapa bahan yang berkualitas lebih baik.

2. Jenis finishing
Produk tanpa finishing bukan berarti tidak memerlukan packing yang baik, namun
dengan perbedaan itu perlu dipilih bahan packing yang sesuai. Misalnya dengan jenis finishing
pigment warna sebaiknya jangan gunakan bahan packing dari kertas karton.

3. Material Furniture
Furniture kayu selalu dikombinasikan dengan bahan lain seperti aluminium, plastik, karet,
kulit, tekstil, kaca, rotan, hingga bambu.masing-masing jenis bahan tersebut memerlukan
penanganan khusus dalam hal packing. Terutama kaca/cermin harus diberikan ekstra
pengamanan pada saat packing.
4. Logistik
Resiko kerusakan produk untuk pengiriman di dalam kota tidak sama dengan produk
yang harus melalui perjalanan sepanjang ratusan kilometer atau bahkan ribuan kilometer. Tentu
saja akan lebih baik apabila keduanya memiliki packing yang sama-sama aman. Perlu dipikirkan
juga kemungkinan-kemungkina yang bisa terjadi terhadap mode angkutan yang akan digunakan,
apakah produk akan diangkut hanya dengan mobil, dengan motor, dengan pesawat atau kereta
api.

5. Lokasi konsumen
Di Indonesia peraturan tentang bahan packing yang bisa didaur ulang masih belum ketat
untuk diterapkan, namun apabila kita hendak mengirim produk ke negara yang sangat
memperhatikan lingkungan, kita harus perhatikan jenis bahan packing yang digunakan.

6. Harga Produk
Ini perlu menjadi pertimbangan penting bagi kita sebagai konsumen ataupun sebagai
produsen furniture. Sebuah kursi yang dibalut kulit dan finishing yang sangat baik tentu saja,
sebagai konsumen akan menuntut barang tersebut sampai di lokasi dalam keadaan utuh tanpa
cacat sedikitpun. Produsen seharusnya tidak ragu-ragu mengalokasikan dana lebih untuk
membuat packing seaman mungkin.

Metode Packing
Pada umumnya packing furniture bisa dilakukan dalam 3 kategori:
 Single Packing: satu buah produk dipacking dengan individu packing/karton. Contohnya
adalah kursi kerja, meja makan besar, dll. Metode ini digunakan hampir pada seluruh
jenis produk dengan semua jenis ukuran dan semua jenis pengiriman.
 Multiple Packing: dipakai pada produk furniture & aksesoris yang berukuran kecil dan
sedang. Misalnya set kursi makan yang terdiri dari 2 atau 4 buah kursi dalam satu karton.
juga digunakan pada produk yang berukuran kecil seperti rak-rak piring gelas dan
aksessoris, untuk membantu kemudahan logistik barang.
 Pallet packing: hanya dilakukan oleh pabrik-pabrik besar yang mengirimkan barangnya
ke luar negeri menggunakan kontainer. Palet membantu menjaga packing + beberapa
karton lainnya tetap stabil selama perjalanan.
Karena produksi dan fabrikasi komponen-komponen meubelair yang kami buat berada di
Jakarta, maka kami menggunakan metode pallet packing.
Setelah barang sampai di lokasi kami akan menggunakan gudang penyimpanan untuk
menyimpan semua barang sebelum di aplikasikan ke lokasi, kami akan mengengaplikasian
material meubelair dengan melihat gambar layout dan mengajukan approval shop drawing lay out
kepada owner sebelum memasang barang.
Pekerjaan ducting kami kerjakan bersamaan dengan pekerjaan fisik bangunan ruang
makan, kami akan berkoordinasi dengan pihak kontraktor pembangunan gedung dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Demikian metode pekerjaan ini kami buat sebagai uraian singkat pelaksanaan pekerjaan
dan fabrikasi.
METODE PELAKSANAAN
PEKERJAAN SISTEM MEKANIKAL – ELEKTRIKAL - PLUMBING
Berikut pembahasan langkah-langkah kami mengenai pelaksanaan pekerjaan sistem elektrikal/
kelistrikan.

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya kami akan memenuhi atau mengacu kepada Peraturan
Daerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional
maupun Internasional yang terkait. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak
terbatas, antara lain seperti dibawah ini :

Listrik Arus Kuat (L.A.K)

• SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.


• SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
• SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.
• SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
• SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah dan
Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
• SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Bangunan.
• SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat

Listrik Arus Lemah (L.A.L)

• SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.


• KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis Pengaman
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
• UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang
Telekomunikasi Indonesia.
• Wolsey, Planning for TV Distribution System
• Wisi, CATV System Refference
• Sony, CATV Equipment
• National, Cable Master Antenna System
• AVE, VOE, PI, UIL

Plambing

• Peraturan Daerah (PERDA) setempat


• Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
• Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang &Morimura.
• Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
• SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
Pemadam Kebakaran

• SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.


• SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
• Perda Pemda setempat
• Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
• Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.

• LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE


• National Fire Codes :
- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- Mc. Guiness, Stein & Reynolds
• SNI-03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara
• SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
• SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap pada Bagunan Gedung.
• SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL, Atrium dan Ruangan
Bervolume Besar.
• ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation for Acceptable IAQ.
• CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System Design.
• ASHRAE HVAC Design Manual for Hospital and Clinics.
• ASHRAE Handbook Series
1.2.6. Transportasi Dalam Gedung (T.D.G)
• SNI-03-2190-1999 Kostruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi
• SNI-03-6248-2000 Konstrusi Eskalator.
• Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
• Strakosch, Vertical Transfortation.
• Gina Barney, Elevator Traffic
• Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.
GAMBAR-GAMBAR

a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang


saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada,
petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian
serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar kerja dan detail,
“Shop Drawing” kepada Konsultan Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pelaksana Pekerjaan
dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari kesalahan yang
mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
e. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built
Drawings” disertai dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam
rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru
dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau
A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus benar-benar menunjukkan
secara detail seluruh instalasi M & E yang ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan,
gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas. Operating
Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan
daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

KOORDINASI

Pelaksana Pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pelaksana Pekerjaan lainnya,
agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

a. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi
lain.
b. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan
Pengawas, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan ini.
PERALATAN DAN MATERiAL

Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai
dengan spesifikasi yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan
produk yang masih beredar dan diproduksi secara teratur.

Pelaksanaan pemasangan

a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus


menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga)
untuk disetujui. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak
terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang
dipakai. Konsultan Pengawas berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan
tersebut diatas.
b. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran / kapasitas
peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan-keraguan, Pelaksana
Pekerjaan harus segera menghubungi Konsultan Pengawas untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak
dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas atas rekomendasi Konsultan Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan
performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Pelaksana Pekerjaan sesuai actual dari
peralatan yang dipilih maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Pelaksana
Pekerjaan wajib menghitung kembali performanya dari peralatan tersebut dan memintakan
persetujuan kepada Konsultan Pengawas.

Penambahan / Pengurangan / Perubahan Instalasi

1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas.
2. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada
kepada Konsultan Pengawas sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan
Pengawas kepada Konsultan Perencana.
3. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah / kurang / perubahan yang
ada harus disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas secara tertulis.
Sleeves dan inserts

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh
Pelaksana Pekerjaan. Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan,
termasuk inserts untuk penggantung ( hangers ) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh
Pelaksana Pekerjaan.

Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan instalasi ini.
2. Pembobokan / pengelasan / pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan
dari pihak Konsultan Pengawas secara tertulis.

Umum

Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plambing secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan- peralatan bahan- bahan utama
dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai
dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity.

Umum

Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plambing secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan- peralatan bahan- bahan utama
dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai
dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity.

2.2. Uraian Pekerjaan

Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut :

1. Instalasi Sistem Air Bersih


2. Instalasi Sistem Air Limbah
3. Instalasi Sistem Pengolahan Air Limbah

2.3. Gambar Kerja

Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, akan menyerahkan gambar
kerja antara lain sebagai berikut:

- Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan
dan fixtures.
- Detail denah perpipaan
- Detail denah perkabelan
- Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.
- Detail lain yang diminta oleh Pemberi Tugas.

2.4. Gambar Instalasi Terpasang

Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor akan memberi tanda sesuai jalur terpasang
pada Re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, sehingga pada akhir penyelesaian
pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang mendekati keadaan sebenarnya.

3. SISTEM PERPIPAAN

3.1. SPESIFIKASI PERPIPAAN

3.1.1. U m u m

Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :

1. Pipa
2. Sambungan
3. Katup
4. Strainer
5. Sambungan fleksibel
6. Penggantung dan penumpu
7. Sleeve
8. Lubang pembersihan
9. Galian
10. Pengecatan
11. Pengakhiran
12. Pengujian
13. Peralatan Bantu

3.1.2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta arah dari
masing- masing sistem pipa.
3.1.3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang terintegrasi
dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.

Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress sebelum,
selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja dibawah tanah diberi lapisan anti karat
densotape dengan ketebalan 2-3 mm.

3.1.5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus juga
terlindung dari cahaya matahari.
3.1.6. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.
Spesifikasi PN 10

Penggunaan : Air dingin didalam gedung


Tekanan standard 12,5 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
Temp : 95 - 100° L-PN.10
Sambungan/fitting : Electric Welding.
Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
PN : PN.10
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron
RF class 150 lb, screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF class 150 lb, welding joint.
Valve & Strainer : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body
class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan sambungan
flanges.
Spesifikasi PN 10

Penggunaan : Air dingin diluar gedung


Tekanan standard 12,5 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
Temp : 95 - 100° L-PN.10
Sambungan/fitting : Electric Welding.
Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
PN : PN.10
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron
RF class 150 lb, screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF class 150 lb, welding joint.
Valve & Strainer : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body
class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan sambungan
flanges.

Spesifikasi B 40

Penggunaan : Hydrant
Tekanan Standard 15 bar
Uraian Keterangan
Pipa : Black steel pipe ERW, sch 40, ASTM A 53.
Dia 40 mm kebawah screwed end
Dia 50 mm keatas plain end.
Sambungan/fitting : Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B 16.3 class 300
lb,screwed end.
Dia 50 mm keatas, wrought steel Butt weld fitting
ANSI B 16.9, sch 40
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron RF class 300
lb,screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF
class 300 lb, welding joint.
Valves & Strainer : Dia 40 mm kebawah,malleable cast Strainer iron body class 300 lb dengan
sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 300 lb dengan sambungan
flanges.
Spesifikasi PV 10.

Penggunaan : Air Limbah pengaliran gravitasi.


Tekanan standard 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar.
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius, Solvent
Cement joint type.
Reducer : PVC injection moulded sanitary fitting concentric, Solvent Cement
Joint Type.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

Spesifikasi PV 10.

Penggunaan : Air hujan


Tekanan Standard 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius atau Factory
Made Fabricated fitting, Solvent Cement Joint atau Rubber Ring type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

3.2.7. Specifikasi PV 10

Penggunaan: - Air Limbah Grafitasi Toilet


Tekanan Standard 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius atau Factory
Made Fabricated fitting, Solvent Cement Joint atau Rubber Ring type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

3.2.8. Spesifikasi PV

Penggunaan : Pipa Venting


Tekanan standard 5 bar (klas AW).
Uraian Keterangan
Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar.
Fitting : PVC Injection Moulded pressure fitting, Solvent Joint type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
3.2.9. Spesifikasi GIP

Penggunaan : Header pada Pompa dan Pipa Air limbah


Tekanan standard 10 Bar
Uraian Keterangan
Pipa : Galvanized Steel pipe BS 1387/1967 class medium.
Fitting dan sambungan : Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B 16,3 class 150 lb, screwed
end.
Dia 50 mm keatas, wrought steel butt weld fitting ANSI B 16.9, sch
40 Flange : Dia 40 mm kebawah Galvanized malleable cast iron RF class 150 lb. Screwed Dia 50
mm keatas forged steel RF class 150 lb. Welding
joint. Valve&strainer : Dia 40 mm ke bawah, bronze atau A-metal body class 150 lb dengan
sambungan ulir BS 21/ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas, cast iron body class 150 lb dengan
sambungan flanges
PERSYARATAN PEMASANGAN

3.3.1. Umum

1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan,
ketinggian yang benar minimum 250 mm dari lantai, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm di
antara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/ runcing serta penghalang lainnya.
4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain
katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan dalam gambar.
5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan water
mur atau flens.
6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang pada
pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut, kecuali seperti
diperlihatkan dalam gambar.

a. Di bagian dalam toilet


Garis tengah 50 mm2 - 100 mm2 atau lebih kecil : 1 % - 2 %
b. Di bagian dalam bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
c. Di bagian luar bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %

8. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik buangan. Pipa
pembuangan dan ven harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.
Untuk pembuatan vent pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung.
9. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.
10. Sambungan-sambungan fleksibel pada sistem pemipaan harus dipasang sedemikian rupa
dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-
alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja ke arah memanjang.
11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa dengan
proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fittings pada pemipaan
demikian harus ukuran jalur penuh.
12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah pipa
harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut,
sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.
13. Selubung pipa harus disediakan di mana pipa-pipa menembus dinding, lantai, balok, kolom
atau langit-langit. Di mana pipa-pipa melalui dinding tahan api, celah kosong di antara selubung
dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-wool atau bahan tahan api yang lain, kemudian
harus ditambahkan sealant agar kedap air.
Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan perpipaan
yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs
untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
14. Untuk setiap pipa yang menembus dinding harus menggunakan pipa flexible untuk
melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur gedung.
15. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan kembali sehingga kembali
seperti kondisi semula.

Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm di bawah permukaan tanah.


Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15-30 cm untuk bagian atas dan
bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras yang lain.
Untuk pipa di dalam tanah pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada jarak 2 - 2,5
m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.

16. Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur bangunan.
17. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik .
18. Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor yang membentuk sudut 90 °, harus
digunakan 2 buah elbow 45 ° dan dilengkapi dengan clean out serta arah dan jalur aliran agar
diberi tanda.

Penggantung dan Penumpu Pipa

1. Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat
dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak
yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini :
PENUNJANG ATAU PENGGANTUNG TAMBAHAN

Ini akan kami sediakan pada pipa berikut ini :

- Perubahan-perubahan arah titik percabangan


- Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal yang sejenis

Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :

a. Diameter batang
Ukuran pipa batang
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm – 50 mm 9 mm
200 mm – 150 mm 13 mm
200 mm – 300 mm 15 mm
Lebih dari 300 mm hitung dengan safety factor S.
b. Bentuk gantungan
Split ring type atau clevis type untuk air dingin.

Pengapit pipa baja yang digalvanis akan kami sediakan untuk pipa tegak.
Semua pipa dan gantungan, penumpu sebelum dicat, akan kami oleskan zinchromat dan
pengecatan sesuai dengan spesifikasi teknis.

Air bersih : biru


Air kotor : hitam
Air bekas : coklat
Air pemadam kebakaran : merah
Pipa gas : kuning

Cara pemasangan pipa dalam tanah :

1. Pekerjaan penggalian sesuai kedalaman gambar shop drawing.


2. Pemadatan tanah dasar
3. Pembersihan areal dari benda-benda yang tajam dan kotoran-kotoran
4. Membuat tanda letak dasar pipa pada per 2 m di dasar galian dengan adukan semen.
5. Pipa yang telah disambung kami letakkan di atas dasar pipa
6. Kami buat blok beton setiap per 2 meter
7. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada urugan pipa atas akan kami lindungi dengan
plat beton bertulang sesuai dengan spesifikasi teknis yang akan kami pasang
sedemikian rupa sehingga tidak bertumpu pada pipa dan tidak mengganggu konstruksi
jalan.
8. Pemadatan tanah.
Pemasangan katup-katup

Katup akan kami sediakan sesuai gambar rencana kerja, spesifikasi teknis, untuk bagian-bagian
berikut :

a. Sambungan masuk dan keluar peralatan


b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah
c. Katup by pass.

Pemasangan katup pengaman


Katup pengaman akan kami sediakan pada tempat-tempat yang dekat dengan sumber tekanan
tinggi.

Pemasangan sambungan fleksibel

Sambungan fleksibel akan kami sediakan sehingga menghilangkan getaran dan menghindari
terjadinya retak/ pipa patah akibat penurunan tanah dan struktur bangunan.

Pemasangan pengukur tekanan

Pengukur tekanan akan kami sediakan dan kami tempatkan pada lokasi yang ada :

1. Katup pengurang tekanan


2. Katup pengontrol
3. Setiap pompa
4. Setiap bejana tekan

Diameter pengukur tekanan minimun diameter 75 dengan pembagian skala ukur maksimum 2
kali tekanan kerja.

Sambungan ulir

1. Penyambungan antara pipa dan fitting kami gunakan sambungan ulir untuk ukuran
sampai dengan 40 mm
2. Kedalaman ulir pada pipa akan kami buat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 kali.
3. Semua sambungan ulir kami gunakan perapat henep dan zink white dengan campuran
minyak.
4. Semua pemotongan pipa akan kami gunakan pipa cutter dengan pisau roda.
5. Tiap ujung pipa bagian dalam akan kami bersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
6. Semua pipa akan kami bersihkan dari bekas bahan perapat sambungan
Sambungan las

1. Sistem sambungan las akan kami pakai hanya untuk saluran bukan air minum.
2. Sambungan las ini kami gunakan pada antara pipa baja dan fitting las. Kawat las atau
elektroda yang kami pakai sesuai dengan spesifikasi.
3. Setiap bekas sambungan akan kami cat dengan ketentuan tertentu.
4. Alat las yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertentu.

Sambungan lem

1. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai dengan jenis
pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan alat press
khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat pemotong khusus agar
pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
3. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.

Sambungan yang mudah dibuka

Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :

Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve


Pada waste fitting dan Siphon.

Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan bukan seal threat.

3.3.12. Pemasangan katup-katup Pelepasan Tekanan.

Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin timbul


kelebihan tekanan.

3.3.13. Pemasangan Ven Udara Otomatis.

Ven udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan kantong udara, serta
ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.

3.3.14. Pemasangan sambungan expansi.

Sambungan expansi harus disediakan pada penyambungan antara pipa dari luar bangunan
dengan pipa dari dalam bangunan untuk menghindari terjadinya patah ataupun bengkok akibat
terjadinya penurunan tanah ataupun struktur bangunan.
Pemasangan Ven Udara Otomatis.

Ven udara otomatis harus disediakan ditempat- tempat tertinggi dan kantong udara.
3.3.16. Selubung Pipa.

1. Selubung untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton.
2. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi.
3. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang mempunyai
kedap air harus digunakan sayap.
4. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air ( water proofing ) harus dari jenis "Flushing Sleeves".
5. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau "Caulk"

3.3.17. Katup Label (Valve Tag)

1. Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan.
2. Fungsi-fungsi seperti "Normally Open" atau "Normally Close" harus ditunjukkan di tags katup.
3. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

3.3.18. Pembersihan

Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara- cara/ metoda-metoda yang
disetujui sampai semua benda- benda asing disingkirkan.

Desinfeksi :

Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l chlor selama 1 jam setelah
itu dibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan setelah itu dibilas.

3.4. P E N G U J I A N

1. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :

a. Pemeriksaan sebagian- sebagian.


b. Pemeriksaan setelah pemasangan.
2. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem sudah memenuhi dan
sesuai dengan rencana.

a. Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.


b. Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar harus dites terlebih dahulu sebelum diurug,
dengan bagian perbagian, dengan tekanan 1 1/2 x tekanan kerja selama 1 jam tanpa ada
penurunan tekanan (antara 10 kg/cm2) dan dilanjutkan pengujian per sistem.
c. Setelah alat plambing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa penurunan tekanan, berlaku
untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan ditentukan oleh pengawas.
d. Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada penurunan tinggi air.
e. Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai PPI dengan sisa
kadar chloor 0,2 ppm atau lebih, baik yang di pipa atau di tangki.
f. Setelah itu dibersihkan ( dibilas ) dengan air bersih.
g. Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa khusus untuk
pengetesan.
h. Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan pengujian sistem aliran
sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam perencanaan seperti kapasitas pompa,
kebisingan pompa ( ± 60 dB ), tekanan air keluar kran dia.0,3 kg/cm2 ) dan lain-lain. Semua
pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan sertifikat oleh Pemberi Tugas.

PENGECATAN

3.5.1. U m u m

Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut:

Pipa servis
Support pipa dan peralatan Konstruksi besi
Flens
Peralatan yang belum dicat dari pabrik
Peralatan yang catnya harus diperbarui
Pengecatan pada pipa air bersih dan air panas hanya di beri tanda arah panah jalur pipa
tersebut.
Untuk pipa pemadam pengecatan harus berwarna merah dan harus dapat memberi indikasi
adanya Instalasi Peadam Kebakaran.

3.6. TESTING DAN COMMISSIONING

1. Pemborong pekerjaan instalasi akan melakukan semua testing pengukuran secara partial dan
secara system, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi yang sudah dilaksanakaan berfungsi
dengan baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing merupakan tanggung jawab
pemborong, sehingga semua persyaratan test yang dianjurkan oleh pabrik hingga dapat
dilakukan dan diketahui hasil test sesuai persyaratan yang ditentukan.
SISTEM AIR BERSIH

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Tangki Persediaan Air Bersih


b. Pompa Suplai
c. Pemipaan
d. Pengkabelan
e. Panel Listrik
f. Peralatan Instrument dan pengendalian
g. Penyambungan ke peralatan penunjang
h. Penyambungan ke peralatan plambing.

PERATURAN DAN REFERENSI

Peraturan & Referensi yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara lain
adalah:

a. Pedoman Plambing Indonesia tahun 1975


b. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Soufyan & Moimura)
c. National Plumbing Code Handbook ,1975.
d. PU
e. Depnaker.
f. Depkes.

4.3 PERALATAN UTAMA

4.3.1 Tangki Persediaan Air Bersih

a. Tangki persediaan air bersih terletak di area service Basement (Ground Water Tank). Tangki
air bawah berfungsi untuk menyediakan air untuk kebutuhan cadangan selama 2 (dua) hari,
dengan kualitas sesuai standart Depkes RI tahun 1990.
b. Tangki air harus dibuat dari konstruksi higenis dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Membuat kemiringan pada lantai, sehingga terjadi aliran air minimum selama 20
menit.
b. Tanpa sudut tajam
c. Mempunyai bak pengurasan pada dasar tangki
d. Mencegah air tanah dan air hujan masuk ke dalam tangki
e. Permukaan dinding licin dan bersih
c. Sumur Hisap. Untuk memperkecil volume air mati pada pipa isap pompa, maka harus dibuat
sumur hisap pada tangki air.
d. Tangki air bawah dapat dibuat dari beton berlapis fiberglass reinforced plastic, atau dengan
konstruksi beton yang kedap air.
e. Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :

q Manhole
q Tangga
q Pipa Vent penghubung maupun vent ke udara luar
q Pipa peluap dan pipa penguras
q Indicator muka air
q Selubung untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel dsb.

f. Sistem Pengendalian

q Muka air dalam tangki air atas mengendalikan pompa pemindah.


q Pompa akan hidup pada saat air turun mencapai muka air tertentu
q Pompa akan mati bila muka air sudah mendekati tepi pipa peluap

4.3.2. Pompa Transfer

a. Pompa pemindah berfungsi untuk memindahkan air dari tangki air bawah ke tangki air atas.
b. Sistem pompa pemindah sekurang-kurangnya terdiri dari 2 ( dua ) pompa.
c. Pompa pemindah akan bekerja otomatis oleh level switch yang dipasang di tangki bawah
maupun tangki atas.
d. Setiap pompa pemindah antara lain terdiri dari :

q Pompa Centrifugal End Suction lengkap dengan motor


q Inlet dan Outlet headers.
q Katup – katup inlet dan outlet
q Check valve anti pukulan air
q Inlet Strainers.
q Panel daya dan Pengendalian
Level switch untuk ON / OFF.
q Level switch untuk proteksi pompa
q Pengkabelan
q Penunjuk tekanan pada inlet dan outlet pompa
q Dudukan pompa.

e. Pengaturan pompa adalah sebagai berikut :

q Pompa bekerja apabila muka air di tangki atas turun mencapai level L dan akan stop apabila
muka air naik sampai level H.
q Semua pompa akan tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki bawah turun sampai level LL.
4.3.3 Pompa Booster/Distribusi

a. Pompa Booster berfungsi untuk mengalirkan air ke alat- alat plambing pada lantai-lantai yang
membutuhkan, dan harus mampu menjaga tekanan air didalam pipa pada setiap lantai merata.
b. Pompa Booster harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai setiap variasi laju
aliran pada setiap saat secara otomatis.
c. Setiap boster pump harus mempunyai sekurang-kurangnya terdiri dari 2 pompa dan paling
banyak 4 pompa yang bekerja pararel sedangkan laju aliran masing-masing pompa dalam
berdasarkan standard pabrik perakit booster pump.
d. Peralatan kendali, untuk laju aliran sampai dengan 40 m3/jam boleh mempergunakan
Pressure Control System.
e. Setiap booster pump antara lain terdiri dari peralatan sbb :

qPompa Centrifugal End Suction lengkap dengan motor


qTangki tekan dengan tipe membrane
qInlet dan Outlet header
qKatup-katup inlet dan outlet
qCheck valve anti pukulan air
qInlet strainers per pompa
qPanel daya dan pengendalian
qPressure switch / flow monitor switch
qPressure gauges pada inlet dan outlet pompa
qPengkabelan
qDudukan pompa

f. Pengaturan pompa pada sistem pressure control

- Pompa pertama bekerja apabila tekanan air dijaringan turun sampai ambang
batas L pada pressure switch ( PS 1 ).
- Pompa kedua bekerja apabila tekanan air di jaringan masih turun sampai
ambang batas L pada pressure switch ( PS 2 ) dan seterusnya.
- Pompa pertama, kedua dan seterusnya berhenti apabila tekanan air di jaringan
pemakai naik sampai ambang batas H di PS1, PS2dan seterusnya.
- Penentuan daerah kerja pompa juga ditentukan oleh kurva pemilihan pompa
yang akan dipakai.
- Pompa yang sedang bekerja dapat tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki hisap turun
sampai batas LL, dan akan kembali normal apabila muka air naik sampai batas “ L ”.

4.3.4. Pompa Suplai (Deep Well)

Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :

- Mengurus semua izin terkait yang diperlukan.


- Pembuatan sumur dalam dan pengujiannya.
- Pengadaan, pemasangan dan pengujian Pompa sumur dalam
- Pengadaan, pemasangan dan pengujian Pengkabelan.
- Pengadaan, pemasangan dan pengujian Panel listrik.
- Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan instrumen dan control.
- Penyambungan ke semua peralatan penunjang.

Penyambungan ke semua peralatan pemakai.

- Pembuatan shops drawings


- Pembuatan As Built Drawings

a. Peraturan dan Refrensi.

Peraturan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara lain:

- Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh PAM maupun Direktorat Geologi.
- Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja.
- Peraturan dan yang terkait sebagaimana ditentukan di RKS untuk

Pekerjaan Sistem Plambing.

b. Perijinan.

1. Izin Usaha.

pemborong sumur bor harus mempunyai surat izin perusahaan Pengeboran air
tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan Departemen
Pertambangan dan Energi, SIPP di wilayah setempat dan izin-izin lainnya yang
diwajibkan.

2. Izin Pengeboran.

Pemborong harus mengurus semua perizinan pengeboran air tanah. Biaya


pengurusan dan biaya perizinan dibebankan kepada Pemborong.

c. Peralatan Utama

1. Peralatan pengeboran.

Peralatan pengeboran yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pengeboran


harus mempergunakan mesin bor yang memadahi dan sesuai dengan rekayasa,
konstruksi dan keadaan tanah.

2. Sumur dalam.

a. Sebelum memulai pengeboran, pemborong harus menyampaikan gambar


kerja kepada pengawas untuk mendapat persetujuan yang menunjukkan
letak sumur maupun konstruksi pengeboran.
b. Setiap sumur harus mampu mengeluarkan air sebanyak 12 m³/jam dan 240
m³/hari.
c. Kedalaman sumur diperkirakan 150 meter.
d. Konstruksi sumur dibuat sekurang - kurangnya sebagai berikut :

* Pipa jambang 150 mm sedalam 60 meter, 10 meter bagian luar atas di cor
beton, agar air pada kedalaman ini tidak masuk ke sumur.
* Pipa naik 100 mm sedalam 90 meter dari ujung jambang, disebelah luarnya
diisi koral / pasir cuci.

e Bahan pipa dan saringan sebagai berikut :

* Pipa jambang dan pipa naik menggunakan Galvanized Steel Pipe ( GSP )
BS 1387 class medium.
* Jumlah pipa saringan yang menggunakan Stainless steel 304, ukuran pipa
100 mm, ditetapkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan ( minimal 3
buah ).

f. Batu karang

* Bila pengeboran menembus batu karang didaerah pipa naik maka diluar pipa
naik setebal batu karang harus dicor beton agar sumber air yang melalui
batu karang tidak diambil.
* Bila pengeboran menembus batu karang pada bagian ujung sumur, maka
lubang pada batu karang harus ditutup kembali dengan beton cor, dan ujung
sumur akan berhenti diatas batu karang.

d. Testing dan Commissioning

1 Pemborong harus melakukan pengujian lengkap antara lain :

* Pengujian debit dan penurunan muka air ( Drawdown Test ).


* Pengujian pemulihan kedalaman muka air ( Recovery Test ).
Pengujian terus menerus 3 kali 24 jam.
* Pengujian kwalitas air oleh laboratorium.
* Pengujian yang diwajibkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang.
- Selain pengujian diatas, Pemborong harus melakukan pengujian yang diwajibkan
oleh Instansi Pemerintah yang berwenang.
- semua peralatan uji, sumber daya dan biaya uji dibebankan kepada Pemborong.
Peralatan uji.

Peralatan uji yang digunakan harus dapat diandalkan, sudah ditera dan mudah
dibaca secara terus menerus, peralatan uji tersebut antara lain :

- Pengukur debit, dengan meter air putar atau meter air Venturi.
- Penduga permukaan air, dengan membran tekan atau sistem electroda lampu
listrik arus lemah.

3 Rekayasa

Serah terima pekerjaan harus disertai rekayasa sebagai berikut :

- Gambar sumur terpasang secara detail.


- Seluruh laporan hasil pengujian.

4. Perlengkapan sumur dalam.

Sumur dalam harus mempunyai kelengkapan antara lain :

- Vent sumur
- Katup pengatur
- Katup penahan aliran balik.
- Manometer.
- Katup pelepas udara otomatis.

4.3.5 SPESIFIKASI PERPIPAAN

Lihat “Spesifikasi Perpipaan”

4.3.6 SAND FILTER

1. Sand filter berfungsi meningkatkan mutu air.


2. Backwash ( Pencucian filter ) harus dilakukan setiap hari selama 5 menit sampai 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut.
3. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media automatic / manual
backwash.
4. Laju aliran maksimum adalah 10 m2 / m2 / jam.
5. Bahan tangki terbuat dari Wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze atau
stainless stell.
6. Filter terdiri dari :

q Tangki termasuk screen


q Filter Media
q Valves
q Interconnecting piping
q Instruments
q Life Indicator

7. Kapasitas Sand Filter 0,3 m3 / menit


8. Perpipaan

4.3.7 CARBON FILTER

1. Carbon filter berfungsi menghilangkan bau yang terdapat didalam air.


2. Backwash ( Pencucian filter ) harus dilakukan setiap hari selama 5 menit sampai 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut.
3. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media automatic / manual
backwash.
4. Laju aliran maksimum adalah 10 m2 / m2 / jam.
5. Bahan tangki terbuat dari Wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze atau
stainless stell.

6. Filter terdiri dari :


q Tangki termasuk screen
q Filter Media
q Valves
q Interconnecting piping
q Instruments
q Life Indicator

7. Kapasitas Sand Filter 0,3 m3 / menit


8. Perpipaan

4.3.8 SKEDUL PERALATAN AIR BERSIH

1. Pompa Deep Well

q Type : Submersible Pump Direct Coupled with Electro Motor


q Kapasitas : 0,3 m3/ menit
q Tekanan : 160 m.
q Motor Rated : 15 kw ; 380 V/III Phase/50 Hz
q Shaft Seal : Mechanical
q Casing : Cast Iron/Standard Manufacturer
q Speed : 3000 rpm.
q Base Frame : Cast Iron or Steel
q Efisiensi : Minimum 80%
q Impeler : Bronze / Stainless Stell

2. Pompa Transfer

q Type : Centrifugal End Suction Pump Direct Coupled with Electro Motor
q Kapasitas : 0,35 m3/ menit
q Tekanan : 35 m.
q Motor Rated : 3,7 kw ; 380 V/III Phase/50 Hz
q Shaft Seal : Mechanical
q Casing : Cast Iron/Standard Manufacturer
q Speed : 3000 rpm.
q Base Frame : Cast Iron or Steel
q Efisiensi : Minimum 80%
q Impeler : Bronze / Stainless Stell

3. Pompa Distribusi

q Type : Packaged Booster Pump Standard Manufacturer ( Out Door Type ),


Lengkap dengan tangki tekan, Variable Speed System
q Kapasitas : 0,22 m3/menit
q Tekanan : 35 m AQ
q Motor Rated : 2,2 kw ; 380/III Phase/ 50 Hz
q Shaft Seal : Mechanical
q Casing : Cast Iron/Standard Manufacturer
q Speed : 2900 rpm
q Base Frame : Cast Iron or Steel
q Efisiensi : Minimum 80%

4. Sand Filter ( SF )

q Type : Vertical Cylinder Tank


q Kapasitas : 0,4 m3/menit
q Tekanan : 37 m
q Material : FRP

5. Carbon Filter ( CF )

q Type : Vertical Cylinder Tank


q Kapasitas : 0,4 m3/menit
q Tekanan : 37 m
q Material : FRP

6. Roof Tank ( RT ) Gedung Utama


q Type : Cubical Fiber Tank
q Kapasitas : 8 m3
q Tekanan : - m
q Material : FRP
5. SISTEM AIR LIMBAH

5.0. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air limbah disini antara lain adalah sbb :

1. Perpipaan
2. Penyambungan dengan peralatan Plambing
3. Floor Drain
4. Clean Out
5. Roof Drain

5.1. PERPIPAAN

1. Umum

Macam perpipaan air limbah adalah, Air Hujan, Air Limbah Saniter, Limbah Dapur.
Jenis pipa lihat "SPESIFIKASI PERPIPAAN".

2. Limbah Saniter

Perpipaan Limbah Saniter mulai dari Alat Saniter antara lain Kloset, Urinal, Lavatory, dan Floor
Drain, sampai saluran halaman melalui septik tank.

3. Limbah Air Hujan

Perpipaan air hujan mulai dari roof drain dan kanopy drain diatap dialirkan kedalam sumur
resapan sebelum dialirkan kesaluran kota. Khusus fitting air hujan mempergunakan cast iron.

5.2. BAK SEWAGE / SUMP PIT

1. Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus dibuat bak Sump Pit seperti
diuraikan disini.
2. Bak Sump Pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang, badan rapat air sedangkan tutup
harus rapat udara.
3. Setiap bagian Sum Pit harus dapat dipompa, maka dasar bak harus miring 1 : 10 kearah
pompa sedangkan semua ujung sudut dibuat 135 °.
4. Bak Sump Pit harus dilengkapi sbb :

Sleeve untuk pipa sewage masuk dan keluar


Sleeve untuk pipa ven
Sleeve untuk kabel-kabel.
Level switches untuk kendali pompa.
Level switch untuk alarm banjir.
Tangga monyet
Manhole untuk laluan pompa (2 buah)
5.3. POMPA SUMP PIT

1. Setiap bak Sump Pit minimum harus dipasang dua buah pompa Submersible.
2. Tipe pompa harus Submersible Sewage dengan komponen sbb :

Cast Iron Casing


Cast iron vortex type Impeller with knife.
Stainless steel shaft
Silicon Carbide
Heavy duty grease lubricated bearing
Stainless steel casing guide rail support
Quick discharge coupling

3. Spesifikasi motor sbb :

Squirrel cage induction type ( IP 68 )


Winding insulation class F
Water tight
Vertically mounted

4. Sistem kendali motor pompa

Start dan stop diatur secara otomatis oleh level switches yang berada di bak sewage.
Pompa bekerja secara bergantian dan bersamaan.
Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
Pengaturan kerja pompa dilakukan dari panel kontrol pompa.

5.4. SUMUR PERIKSA (CONTROL BOX).

1. Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap jarak maksimum
20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
2. Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton.
3. Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm serta harus dibuat beralur
sesuai fungsi saluran yaitu, lurus, cabang atau belokan.
4. Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole dan pipa vent.
5. Tutup sumur periksa dapat terbuat dari Stainless steel atau baja yang dilapisi anti karat.

5.5. MANHOLE

1. Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat bitumen.
2. Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi grease akan terbentuk
penahan bau.
3. Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan untuk laluan
peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut.
4. Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.
5. Tutup untuk manhole terbuat dari baja tahan karat atau stainless steel.

5.6. SUMUR RESAPAN

1. Rembesan yang dimaksud disini adalah untuk memasukkan air hujan yang berasal dari pipa
riser sebelum dialirkan over flow nya ke selokan kota.
2. Air yang akan dimasukkan dalam rembesan adalah air hujan.
3. Jenis rembesan yang dimaksud disini adalah sumur rembesan, pekerjaan sumur rembesan
akan merupakan pekerjaan divisi sipil/ konstruksi.
4. Konstruksi sumur rembesan antara lain sbb :

Dasar sumur berupa batu kerikil


Dinding sumur berupa dinding berlubang yang dibuat dari beton atau beton blok berlubang.
Tutup dibuat dari plat beton/ plat baja
Diantara tanah dan dinding luar harus diisi koral dan ijuk sesuai gambar.

5. Rembesan hanya dapat berfungsi dengan baik didaerah yang mempunyai lapisan pasir kasar,
maka bidang rembesan harus berada dilapisan pasir kasar.

5.7. PERANGKAP LEMAK (GREASE INTERCEPTOR)

1. Grease Interceptor harus berfungsi untuk mengumpulkan serta mengeluarkan kandungan


padat dan lemak maupun kandungan ringan yang terbawa dalam limbah dapur.
2. Endapan padat harus dapat berkumpul dalam basket, selanjutnya secara berkala akan
diangkat oleh petugas pembersihan.
3. Lemak harus dapat berkumpul dalam bak lemak dan selanjutnya secara berkala akan
dikeluarkan oleh petugas pembersihan.
4. Grease Interceptor dapat dibuat dari stainless steel atau fiber glass dengan kapasitas 15 liter.
5. Grease Interceptor harus dibuat dengan konstruksi higenis sesuai dengan standard DIN 4040
jenis kombinasi.

5.8. FLOOR DRAIN

1. Floor drain yang dipergunakan disini harus jenis Bucket Trap, Water Prooved type dengan
50mm Water Seal dan dilengkapi dengan U trap.
2. Floor Drain terdiri dari:

Chromium plated bronze cover and ring.


PVC neck
Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for water prooving.

3. Floor Drain harus mempunyai ukuran utama sbb.:

Outlet diameter Cover diameter

2" 4"
3" 6"
4" 8"

5.9. FLOOR CLEAN OUT

1. Floor Clean Out yang dipergunakan disini adalah Surface Opening Waterprooved Type
2. Floor Clean Out terdiri dari:

Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type


PVC neck
Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for waterprooving.

3. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet sehingga mudah dibuka
dan ditutup.

5.10. ROOF DRAIN

1. Roof Drain yang dipergunakan harus dibuat dari Cast Iron dengan konstruksi waterproove.
2. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang pipa bangunan.
3. Roof Drain harus terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :

Bitumen Coated Cast Iron Body dengan water prooved flange.


Bitumen Coated Neck for adjustable fixing.
Bitumen Coated cover dome type

5.11. CANOPY DRAIN

Canopy Drain yang dipergunakan adalah Floor Drain Bucket Trap Type (lihat skematik Floor
Drain).

5.12. P" TRAP

P" TRAP yang digunakan disini harus jenis single inlet.


Tinggi Air minimum pada Trap 8 cm.
P" TRAP yang digunakan disini harus dibuat dari PVC class 5 kg/cm2.
Pemasangan P” TRAP pada setiap FD kamar mandi dan pada jalur utama pipa buangan air
limbah yang menuju bak sewage.

5.13. SEWAGE TREATMENT PLANT

1. Septik tank menggunakan system pengolahan dengan menggunakan bakteri


pengurai.
2. Bahan septic tank dapat terbuat dari fiber glass ataupun beton concrete.
3. Sistem kerja septik tank yaitu air limbah yang masuk harus dapat diurai dengan menggunakan
bakteri pengurai sehingga air yang dihasilkan dari dalam septic tank tersebut layak untuk untuk
dibuang ke saluran kota (tidak berbau)
6. SISTEM INSTALASI TATA UDARA

6.1. KETENTUAN UMUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM TATA UDARA

6.1.1. Umum

Pasal-pasal di bawah ini menjelaskan secara umum ketentuan- ketentuan yang perlu diikuti untuk
semua bagian- bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi tata udara.
Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi dan sama
mengikatnya.

6.1.2. Publikasi code dan Standard

Publikasi, code dan standard yang berlaku di Indonesia wajib dijadikan pedoman untuk instalasi
maupun peralatan. Untuk Publikasi, Code atau Standard yang belum ada di Indonesia,
Pemborong wajib mengikuti Standard codes atau Publikasi International yang berlaku dan
merupakan edisi terakhir antara lain seperti :

- SMACNA - 85
- ASHRAE - Guide and Data Book
- NFPA - 90A
- ARI
- AMCA
- CTI
- Dan lain- lain standard yang berlaku untuk bagian-bagian peralatan yang
belum tercantum diatas.

6.1.3. Kondisi Perancangan

1. Kondisi udara luar

Temperatur 35 ° C
Relative Humidity 65 %

2. Kondisi dalam ruangan yang di kondisikan

Temperatur 20 ° C ± 2 ° C
Relative Humidity 55 % ± 5 % RH

3. Noise Criteria
Ruang Rapat 30 - 40 NC
Ruang Kerja 35 - 45 NC
7.1.4. Perlindungan Kebakaran.

Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan diperlukan tahan terhadap api dalam
jangka waktu tertentu, maupun terhadap penyebaran api disebabkan adanya celah-celah antara
pipa atau duct dengan dinding atau lantai harus menggunakan material yang sesuai untuk tujuan
tersebut.

7.1.5. Instalasi

1. Umum.

Semua peralatan dan alat-alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara
pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta sesuai
dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan pabrik dari peralatan
ataupun alat- alat bantu tersebut.

2. Landasan Peralatan.

Semua landasan untuk peralatan dan motor, ukurannya sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian- bagian peralatan maupun motor yang berada diluar landasan. Berat peralatan diartikan
berat dalam operasinya.

3. Platforms.

Untuk peralatan seperti fan dan sejenis yang menggantung dan duduk pada suatu platform,
maka platform harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku) yang dilas atau dibautkan,
atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam operasinya.

7.1.6. Penetrasi Atap

semua bagian instalasi yang menembus atap seperti duct, pipa, venting harus dilengkapi dengan
pinggiran beton ( curb ) sekeliling bagian – bagian instalasi tersebut sehingga konstruksinya
betul – betul kedap air.

7.1.7. Pencapaian Peralatan Untuk Service.

Semua peralatan ataupun peralatan bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk
bisa diamati, di service dan mudah dicapai dalam perbaikan, termasuk juga accessories duct
seperti damper, filter dll. Untuk itu kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi
yang terbaik dari peralatan dan accessories tsb, sehingga tujuan yang dimaksud tercapai.

Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Direksi (bila belum ditunjukkan pada
gambar) pintu-pintu service (acces panel), untuk setiap peralatan dan accessories yang berada
dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat. Bila dalam
gambar rencana sudah ditunjukkan ada acces panel yang diperlukan, maka penggeseran untuk
posisi yang tepat dari acces panel tsb sehubungan dengan letak peralatan / accessories dan
kaitannya dengan arsitek/interior perlu dibicarakan dengan Direksi untuk disetujui.

7.1.8. Perlindungan Peralatan, Bahan.

Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-peralatan,
bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak, cacat
ataupun mengganggu situasi sekitarnya ataupun oleh alam (hujan, debu, pasir, lembab) ataupun
oleh bahan-bahan kimia sekitarnya.

Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan diajust kembali untuk membuktikan
bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengn baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat
karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak
bisa diterima (serah terima belum 100%).

7.1.9. Anti Karat

Semua peralatan bantu instalasi, yang berasal dari besi dan sebelumnya tidak diperlakukan
untuk anti karat ( semacam penggantung, dudukan, landasan, flens dan lain sebagainya) harus
dicat dengan cat anti karat, yaitu zinchromate dan selanjutnya cat finish dengan warna yang
ditentukan.
Semua baut, mur dan washer haruslah zinc electroplated.
Landasan penyangga peralatan (steel bases), seluruhnya harus bersih dari bebas las-lasan,
dicat dasar dengan zinchromate dan cat akhir (finish) 2 lapis.

7.1.10. Sleeve, peralatan yang tertanam didinding.

Peralatan bantu, sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus
concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk itu ukuran,
posisi yang disiapkan untuk keperluan tsb harus dikonsultasikan dengan Direksi dan disertai
gambar detail.
Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clereance 20 mm
jika duct atau pipa berisolasi, clereance tetap dibutuhkan 20 mm antara isolasi dan sleeve
menembus atap harus diperpanjang ± 200 mm diatas atap lantai.

7.1.11. Penomoran, Nama Peralatan/Accessories

Semua peralatan terpasang dan accessoriesnya harus diberi code nama peralatan dan nomor,
sesuai seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sabagai tercantum
pada gambar rencana. Bila ada peralatan atau accessories yang belum mempunyai kode nama
dan nomor, kontraktor wajib mengusulkan kepada Direksi dan semua ini sudah harus tercantum
dalam as built drawing.
7.2. PERALATAN DAN INSTALASI.

7.2.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata
Udara (Air Conditioning), Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation) secara lengkap termasuk
semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap
dan baik serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan. Lingkup pekerjaan instalasi
ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut :

7.2.2. Pengadaan dan Pemasangan

1. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian semua peralatan tata udara (air
conditioning).
2. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian peralatan ventilasi mekanikal (
Mechanical ventilation ) seperti : Centrifugal fan, Axial fan, Propeller fan, Filter, Attenuator dll.
3. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi ducting lengkap dengan
fire damper, volume control damper, spliter damper, back drap damper ( non return damper )
supply air diffuser/register/grille/slot/integrated, return air grille, access panel, filter, gauge, Isolasi
panas/suara dll.
4. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi pemipaan air
pengembunan ( drainage ) sampai kesaluran air terdekat lengkap dengan fitting, isolasi panas dll.
5. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi kontrol sistem Indoor
Unit dan Outdoor Unit dan kontrol komponen seperti katup, damper, sensor, thermostat ruangan,
humidistat dll.
6. Pengadaan , pemasangan, pengaturan dan pengujian interlock sistim instalasi tata udara dan
ventilasi dengan sistim fire alarm yang ada.
7. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini
seperti kabel dan panel tata udara.
8. Pengadaan dan pemasangan semua pekerjaan sipil yang terjadi akibat instalasi ini seperti
tercantum dalam dokumen ini.
9. Perbaikan kembali semua kerusakan dan finishing yang diakibatkan oleh pekerjaan instalasi
ini.
10. Mendidik petugas dari pemilik gedung, yang ditunjuk mengenai cara – cara menjalankan dan
memelihara instalasi ini.
11. Menyerahkan gembar-gambar, buku petunjuk cara menjalankan dan memelihara serta data
teknis lengkap peralatan instalasi yang terpasang.
12. Mengadakan pemeliharaan instalasi ini secara berkala selama masa pemeliharaan.
13. Memberikan garansi terhadap mesin / peralatan yang terpasang.
14. Melakukan pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam dokumen ini beserta
addendumnya.
7.3. VAC SYSTEM VRV

Jenis AC adalah VRV system, air cooled type, memakai inverter, terdiri dari satu outdoor unit
dengan sejumlah indoor unit , dimana setiap indoor unit mempunya kemampuan untuk
mendinginkan ruangan secara independent.
Outdoor dan indoor harus mempunyai fleksibilitas design dan sampai ke 64 unit indoor bisa
tersambung kepada 1 refrigeration sirkuit dan dikontrol secara independent Condensing unit
harus dilengkapi dengan inverter, dan system bisa beroperasi pada minimum koneksi beban
pendinginan 2.2 Kw dan mempunyai kemampuan untuk merubah putaran motor compressor
sesuai dengan beban pendinginan. Outdoor unit harus bisa terkoneksi dengan berbagai model
indoor sebagai berikut :

• Ceiling Mounted Cassette Type (Double Flow)


• Ceiling Mounted Cassette Type (Multi Flow)
• Ceiling Mounted Cassette Corner Type
• Slim Ceiling Mounted Duct Type
• Ceiling Mounted Built-In Type
• Ceiling Mounted Duct Type
• Ceiling Suspended Type
• Wall Mounted Type
• Floor Standing Type
• Concealed Floor Standing Type
• Ceiling Suspended Cassette Type (Connection Unit Series)
Nilai COP system pada beban 50% harus = 4.0* atau lebih tinggi

*- Pada saat temperature outdoor 35 C dan suhu indoor 27 C DB/19 C WB


System yang ditawarkan harus bisa melakukan automatic test operation system, Untuk
melakukan pengecekan system secara otomatis yang meliputi pengecekan : control wirings,
shutoff valves, sensors dan refrigerant volume.

7.3.1. CONDENSING UNIT

System ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant harus bisa sepanjang 165 meter dengan
beda ketinggian 90 m tanpa oil trap Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik.
Outdoor unit harus terisi R410A dari pabrik, instalasi harus sesuai dengan standard BS EN378:
2999

Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi dengan Baked
Enamel.

• Outdoor unit harus memiliki 2 atau 3 compressor SCROLL dan tetap bisa beroperasi jika 1
compressor rusak
• Outdoor dengan ukuran 5 HP dan 8 HP memiliki 1 kompressor SCROLL
• Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.8 HP sampai 10 HP.
• Noise level outdoor tidak boleh melebihi 68 DB(A) pada saat operasi normal, terukur 1 meter
secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi, Outdoor harusnya model modular dan bisa
dipasang secara berderet di setiap sisinya

Compressor

Compressor haruslah type hermetic dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi dengan inverter
control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang menyesuaikan dengan cooling
load yang dibutuhkan. Magnet Neodymium harus dipakai di rotor compressor untuk menambah
torsi compressor Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis
compressor inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu pada setiap kali
operasi, System ini haruslah dipasang dipabrik.

Heat Exchanger

Heat exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang terpasang secara mekanis ke Fin
alumunium yang dilapisi resin film anti korosi dengan ketebalan antara 2 sampai 3 micron

Refrigerant Circuit

Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan solenoid Valve dan komponen lain untuk keperluan
safety

Fan Motor

Motor Outdoor unit harus memiliki multispeed operation dengan inverter DC, dengan kemampuan
maximum static pressure = 78 Ps Condensing unit harus mempunyai kemampuan untuk
beroperasi dengan noise lebih rendah pada saat malam hari baik secara otomatis maupun
dengan manual setting

Safety Devices

Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut : high pressure switch, control
circuit fuses, crank case heaters, fusible plug, thermal protectors for compressor dan fan motors,
over current protection for the inverter and anti-recycling timers.

Untuk memastikan liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit, unit harus dilengkapi
dengan Sub cooling.
Oil recovery cycle akan secara otomatis beroperasi setelah 1 jam sejak startup dan seterusnya
setiap 6 jam operasi.
7.3.2. PRESSURE TESTING

Setelah pekerjaan pemipaan dilakukan, sebelum disambungkan ke outdoor unit, Sebelum


pembungkusan pipa dengan insulasi dan sebelum VRV system dinyalakan, Pekerjaan pemipaan
harus di test tekanan dengan memakai dry nitrogen sesuai table di bawah ini dan dicek ulang
untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi :

Outdoor unit haruslah dipasangkan ke pemipaan system dengan memakai torque wrench dengan
torsi pemasangan yang sesuai dengan table dibawah ini. System pemipaan kemudian harus
divacuumed sampai 0.2 torr (-755mmHg) Dan ditahan pada kondisi ini selama 1 jam minimal
sampai pada 4 jam tergantung dari panjang pipa dengan memakai 2 stage Vacuum Pump.
Pengerjaan ini harus dilakukan sebelum indoor unit disambungkan pada koneksi listrik.

Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan standard dari pabrik dan
ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual yang terpasang dengan merefer ke
installation manual dari pabrik. Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang
sesuai dan dibawah pengawasan dari perwakilan pabrik.

Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh
perwakilan dari pabrik Pressure test harus dilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh
perwakilan pabrik Proses vacuum system pemipaan harus dilakukan oleh kontraktor pemasang
dan diawasi oleh perwakilan pabrik.

7.3.3. PIPE MATERIAL

Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe sesuai dengan
standard JIS H300 - C1220T. Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan
insulasi yang sesuai dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak terjadi kondensasi
Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed untuk mencegah
kebocoran refrigerant
Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi system haruslah dipakai. Dry Nitrogen (OFN) harus
dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan brazing sehingga tidak terbentuk karbon
didalam pipa yang nantinya bisa merusak compressor.
Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type close cell XLPE dengan fire rated Class “O”
dengan ketebalan minimal 10 mm untuk Suction lines dan 10 mm untuk Liquid lines dan mesti

Step1 Pressurize to 10.3 Bar (149 Psi)


3 minutes or longer Allows discovery of major leaks
Step2 Pressurize to 21.5 Bar
(312 Psi)
5 minutes or longer
Step3 Pressurize to 38 Bar
(551 Psi)
Approx 24 HOURS
minimum
Allows discovery of minor
leaks
Flare
Nut
Size
Standard Tightening Torque
Kgf.cm N.cm
¼ 144~176 1420~1720
3/8 333~407 3270~3990
½ 504~616 4950~6030
5/8 630~770 6180~7540
3/4 990~1210 9270~11860

dilindungi dengan penutup pada bagian yang terexpose dengan sinar matahari, lebih disukai
insulation yang 1 merk dengan pipa refrigerant yang disupply

Pekerjaan brazing harus dilakukan oleh kontraktor pemasang dengan diawasi oleh perwakilan
dari pabrik.

7.3.4. FAN COIL UNITS

Indoor unit haruslah dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada didalam BQ sesuai
dengan design condition

Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan electronic proportional expansion valve.
Electronic proportional expansion valve harus bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit
indoor sesuai dengan beban pendinginan yang dibutuhkan oleh ruangan.
Control response harus
memakai tipe Proportional Integral Derivative (PID)
Fan haruslah direct drive centrifugal. Dengan tegangan operasi 220 – 240 volt AC , 1 phase dan
50 Hz.
Indoor type ducted haruslah mempunyai static pressure external yang sesuai dengan spesifikasi
di gambar dan di BQ
Filter udara untuk type Ducted haruslah disupply oleh kontraktor pemasang. Filter udara untuk
model ductless harus disupply dari pabrik
Koil evaporator haruslah type DX yang terbuat dari icopper tubes yang dipasangkan ke
alumunium fin secara mekanis.

Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah standard dari pabrik
Pipa 25 mm yang terinsulasi haruslah dipasangkan sebagai pipa drain dari setiap indoor unit
menuju ke daerah pembuangan air drain.

7.3.5. CONTROL

Sistem control harus memakai 2 kabel dengan diameter inti 0.75mm2 - 1.25mm2 tipe PVC non
screened CY flexible control cabling dari indoor unit ke outdoor unit. Sistem control juga harus
dilengkapi dengan automatic address setting function yang merupakan standard Remote
control untuk indoor unit haruslah bisa melakukan fungsi : on/off switching, fan speed selector,
thermostat setting dan merupakan tipe liquid crystal display yang menampilkan temperature
setting, operational mode, malfunction code and filter cleaning timing. Juga bisa menampilkan
malfunction code untuk keperluan maintenance
Kontraktor pemasang haruslah sudah pernah mengikuti training pemasangan yang dilakukan
oleh perwakilan pabrik dan mendapatkan sertifikat tanda keberhasilan dalam training yang
diikutinya

7.3.6. EQUIPMENT COMPLIANT WITH RoHS DIRECTIVE

Material yand dipakai untuk membuat unit outdoor dan indoor haruslah memenuhi the RoHS
Directive (Restriction of Harzardous Substances) pada komponen electrical dan electronicnya.

7.3.7. EQUIPMENT MAINTENANCE & WARRANTY

Supplier harus memberikan garansi 12 months warranty unit ( tidak termasuk consumable
materials seperti : Refrigerant, Oil, air filter, fuses ) and labour dari tanggal startup atau 18
months setelah unit dikapalkan dari pabrik terhitung yang mana yang lebih dahulu 3 kali warranty
visit harus dilakukan selama masa warranty untuk memeriksa kondisi unit ( tidak termasuk
pekerjaan pembersihan ), Laporan tertulis harus diberikan kepada pemilik paling lambat 1 minggu
setelah setiap visit dilakukan
Kontraktor pemasang harus memberikan garansi pemasangan selama 12 bulan terhitung dari
tanggal hand over

7.3.8. BUILDING CENTRALIZED CONTROL SYSTEM – (Optional)

Sebuah Screen Touch operated system centralized controller dengan merk yang sama dengan
unit AC haruslah mempunyai fungsi sebagai berikut :

• Monitoring operasional dari system AC


• Start/Stop untuk semua indoor unit
• Kontrol setting: temperature, operation mode, fan speed dari seluruh indoor unit
• 1 tahun schedule dari operational system
• Bisa menggunakan fire alarm signal untuk mematikan seluruh AC 7.3.9. CALL CENTER
Supplier AC haruslah memiliki sebuah call center yang beroperasi selama 24 hours sehari, 7 hari
seminggu dan 365 hari setahun untuk mensupport pelayanan purna jual dan memberikan
jaminan sepenuhnya kepada kontraktor pemasang

7.4. F A N

7.4.1. Lingkup Pekerjaan

Pengadaan dan pemasangan peralatan ventilasi (fan) untuk proyek ini seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.
7.4.2. Umum

Spesifikasi teknis yang diuraikan dibawah ini, adalah sebagai kebutuhan dasar yang harus diikuti.
Sedangkan ketentuan ketentuan spesifik terhadap type, kemampuan (performance) peralatan,
kelengkapan dan lainnya dapat dilihat pada lembar gambar rencana "Daftar Peralatan" ataupun
data sheet bila dilampirkan.

• Fan harus sudah mendapatkan sertifikat, sesuai standard yang berlaku dinegara dimana fan
tersebut dibuat untuk testing dan rating (performance) seperti sebagai contoh AMCA standard
210 - 74 di Amerika.
• Sound pressure level harus dilengkapi dalam DB dengan Re - 10 E 12 watt pada octave band
mid freq. 60 - 4000 hz.
• Dasarnya semua fan harus mempunyai noise level yang rendah dalam operasinya, dan dalam
batas- batas yang normal. Bilamana ternyata noise levelnya tinggi harus diberi tambahan noise
silencer (sound Attenuator) tanpa adanya tambahan biaya sehingga sound pressure level (SPL)
yang dihasilkan tidak lebih dari 60 dba dari jarak 3 m.
• Pemasangan fan termasuk instalasi kabel dari panel, remote, on off switch dan pilot lamp.
• Bagian fan yang berhubungan dengan udara luar, didaerah outletnya harus diberi kawat
nyamuk Stainless Steel yang bisa dibuka untuk dibersihkan.

7.4.3. Spesifikasi Teknis

Axial Fan

Impeller fan dari type airfoil blade, adjustable pitch dan harus digerakan langsung.
Material fan :

- casing - mild steel hot dipped galvanized


- impeller - alluminium die- cast
- shaft - carbon steel
- pelumasan - grease ball bearing

Bisa dilakukan speed kontrol motor fan.


Motor dari jenis TEFC, IP 54, isolasi kelas F.
Untuk fan diameter 500 ke atas, Casing fan harus dilengkapi dengan acces panel.
Fan lengkap dengan counter flens untuk peyambungan ke ducting.
Dilengkapi dengan accessories bell mouth (inlet cone) bila inlet suction tidak
disambungkan ke duct (seperti ditunjukkan dalam gambar atau data sheet).
Propeller Fan (wall atau ceiling fan)
Fan dari tipe propeller untuk dinding maupun ceiling, kecuali bila dinyatakan ceiling fan dari type
centrifugal seperti ditunjukkan dalam gambar atau data sheet.
Fan harus digerakan langsung.
Untuk fan dinding yang berhubungan dengan luar lengkap dengan automatic shutter dari jenis
alluminium (bila ditunjukkan dalam gambar rencana atau data sheet).
Untuk fan dinding dengan kapasitas besar dan static pressure tinggi (high pressure fan), rangka
fan dari baja yang dicat anti karat dengan impeller dari alluminium diecast.
Inl- line centrifugal Fan
• Blade fan harus dirancang aerodinamis, bacward curve dari plate allumunium dan digerakan
langsung.
• Casing terbuat dari heavy gauge (1,4 mm minimum) mild steel lengkap dengan flange di kedua
sisinya untuk menyambung ke ducting dan dicat akhir dengan epoxy powder.
• Fan harus statis dan dinamis balance dari pabriknya.
• Motor harus tahan beroperasi sampai temperatur 40 C dan 95 % RH.
• Fan harus dilengkapi dengan speed kontrol.

7.5. FILTER / SARINGAN UDARA

7.5.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan butir ini adalah pengadaan dan pemasangan Filter/saringan udara yang
masuk/inlet ke Fan, Indoor Unit dan Fan Coil Unit seperti yang ditunjukkan dalam spesifikasi
teknik ini.

7.5.2. U m u m

Spesifikasi teknis yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

7.5.3. Spesifikasi Teknis

a) Pre filter untuk Indoor Unit, fresh air fan harus dari bahan tipe metallic, harus fire resistance
dan washable tebal 50 mm dengan effisiensi 30-35 % dan arrestance 94-96 % dalam keadaan
low velocity (ASHARAE teest std. 52-76).
b) Filter harus dipasang rapat satu sama lainnya dan begitu juga terhadap frame. Tidak
dibolehkan adanya celah yang ditutup dengan plat disebabkan kurangnya ukuran filter.
c) Filter yang akan dipasang harus dapat dibuktikan dari brosur merk filter tersebut terhadap type
dan effisiensinya.
d) Tahanan aliran udara mula-mula pada kecepatan 1,52 m/s (300 fpm) tidak boleh lebih dari 20
Pa (0,08” WG) dan tahanan udara pada akhirnya maksimum 125 Pa (0,5” WG).
Filter harus dapat dioperasikan pada kecepatan aliran udara sampai 500 fpm tanpa mengalami
kerusakan. Semua filter harus underwriter laboratory class 1 atau setara. Instalasi filter harus
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat. Acces harus disediakan untuk tujuan inspeksi atau
pembersihan.

7.6. PEREDAM GETARAN

7.6.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan butir ini adalah pengadaan dan pemasangan alat peredam getaran (Vibration
Isolation/ Eliminator) untuk semua mesin yang bergetar seperti Indoor Unit, Out Door Unit, Split
System Unit, Fan dan kalau dirasa perlu juga untuk duct dll.
7.6.2. Spesifikasi Teknis

Alat peredam getaran (Vibration Isolator) ini harus dapat meredam getaran mesin dengan
effisiensi 90 %. Jenis peredam getaran yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan mesin/unit
yang akan diredam getarannya. Peredam getaran yang terpasang haruslah sesuai dengan
persyaratan/ rekomindasi pabrik pembuat alat/mesin. Peredam getaran dapat berupa Neoprene
Pad, Neoprene Mounts, Spring Isolators, Restrain Isolators, Pipe Hanger dll.

7.7. PEKERJAAN DUCTING

7.7.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan untuk butir ini adalah pengadaan dan pemasangan (termasuk fabrikasi) duct
lengkap dengan isolasi/tanpa isolasi, spliter damper, volume damper, diffuser, grilles, register,dan
attenuator berikut alat-alat bantu yang menunjang pekerjaan tersebut seperti ditunjukkan dalam
gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.

7.7.2. Publikasi, standard yang digunakan.

ASHRAE, the Guide and Data Book.


SMACNA (Sheet Metal and Air ConditioningContractors National Association).
Carrier Air Conditioning Hand Book.

7.7.3. U m u m

a. Jika tidak diterangkan secara khusus istilah ducting secara umum berarti pekerjaan duct,
fitting, damper, support dan lain-lain komponen/ accessories yang diperlukan untuk melengkapi
instalasi ini.
b. Jalur-jalur ducting yang terlihat pada gambar rencana adalah gambar dasar yang menunjukkan
route dan ukuran ducting. Pemborong wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop
drawing) dan dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail atau potongan-potongan yang
diperlukan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi/ Konsultan sebelum dilaksanakan.
c. Ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar adalah ukuran bersih dan penampang laluan
udara. Jika diperlukan internal lining untuk ukuran duct tersebut, berarti penampang harus
diperbesar sesuai ketebalan lining.
d. Bahan duct dari pipa PVC.

7.7.4. Konstruksi Duct.

• Bahan isolasi = Polyurethane dilapis sandwich dengan alumunium foil yang dicoating lapisan
anti bakteri
• Ketebalan panel = 20 mm
• Ketebalan alumunium = 75 mikron, 80 micron setelah coating
• Density dari polyurethane = 52 ± 2 Kg/m3
• Tahanan tekanan = 200 N/mm2
• Konduktivitas panas = 0,021 W/m.°C
• Ketahanan api = B1 (terbakar tapi tidak merambatkan api)
• Koefisien gesek = 0,0135
• Berat = 1,4 Kg/m2
• Suhu optimal penggunaan = -50 – +80 °C
• Kelembaban = 0 – 100 %
• Tekanan max. dalam duct = 2000 Pa
• Air flow max. = 12 m/s

7.7.5. Instalasi Ducting

1. Ducting panel tebal 20 mm, density: 52 Kg/ M3


2. Instalasi :

• Sambungan antar ducting menggunakan PVC invisible flange


• Sambungan antar ducting dengan grille menggunakan PVC invisible flange
• Sambungan antar ducting dengan volume damper menggunakan profil “F”
section bar aluminium
• Sambungan antar ducting dengan FCU menggunakan profil chair section bar
aluminium dan terpal

3. Noise yang timbul dalam ducting tergantung pada desain serta ukuran dalam
ducting. Untuk kondisi tertentu yang memerlukan isolasi suara dengan pemakaian isolasi dalam.
4. Alat kerja :
Cutting : Pemotongan materian TD lembaran menggunakan 4 buah macam
pisau: Left jack plane, Right jack plane, Straight jack plane, V
jack plane.
Bending : Pembentukan elbow & branch menggunakan alat khusus
yaitu manual bending tool
5. Gluing : Penyambungan antar bagian TD duct dan pemasangan invisible
flange menggunakan lem khusus dengan ditambahkan
aluminium tape untuk Vapour Barrier dan kerapihan
6. Sealant : Sealant diberikan pada setiap sudut bagian dalam ducting
untuk menambahkan kemampuan menahan kebocoran
7. Support / hanger : besi siku 30x30x3 (galvanized) dan As Drat putih Ø8mm
(galvanized)
Bentangan Bahan hanger / suport Jarak maksimum
< 0,6 m besi siku 30x30x3 dan As Drat putih Ø8mm 4 m
0,6 m-1m besi siku 30x30x3 dan As Drat putih Ø8mm 2 m
8. Reinforcement : Reinforcement (penguat) ducting tambahan akan diberikan sesuai dengan
ukuran ducting dan tekanan udara dalam ducting. Penguat menggunakan profil Sharped disk
aluminium dan reinforcement bar aluminium.
9. Run Test : akan dilakukan beberapa test, antara lain:
- Leaking test : test kebocoran dengan menggunakan lampu dari dalam
ducting kemudian diamati dari luar apakah ada cahaya yang
tembus, apabila tidak ada cahaya maka ducting ok.
- Noise test : test kebisingan suara (DB meter disiapkan pihak owner)
- Vibration test : test vibrasi yang ditimbulkan oleh getaran FCU (by others)
-Pemeriksaan kekuatan support

a. Konstruksi duct adalah untuk low velocity (low pressure duct) dengan static pressure didalam
duct sampai 2” WG (500 pa) dengan kecepatan maksimum 2.000 Fpm (10 m/s).
b. Konstruksi duct harus mengikuti standard SMACNA, kecuali kalau ditentukan hal-hal yang
harus dipenuhi diluar standard tersebut.
c. Percabangan (take off) harus memakai splitter damper yang dapat diatur dan dikunci pada
kedudukannya.
d. Reducer (transition), kemiringan duct dibuat tidak lebih dari 14 0.
e. Lubang pengetesan. Pada main supply dan return duct harus dibuat lobang pengetesan untuk
mengukur temperatur, kelembaban serta static dan velocity pressure. Setelah selesai ditutup
kembali dengan plastik probe yang diisolasi.
f. Penguatan duct, semua duct yang berukuran lebih besar 500 mm permukaannya harus dibuat
cross broken ( patah silang ).
g. Penggantung duct, cara penggantungan duct harus sedemikian rupa sehingga praktis tidak
terjadi lendutan-lendutan getaran-getaran dan deformasi.
h. Elbow, dibuat sesuai gambar spesifikasi atau gambar detail, semua elboww harus dari type full
radius elbouw, jari—jari (R t) sama dengan lebar duct. Untuk keadaan dimana
harusmenggunakan short radius elbouw ( R t lebih kecil dari lebar duct ) harus memakai turning
vanes.
i. Turning vanes jumlah dan posisinya ditentukan dengan chart logaritma atas dasar (RT)/(RH).
Untuk elbow tegak lurus harus memakai guide vanes double thickness, sesuai gambar detail.
Untuk mengikat konstruksi penggantung ke beton dipergunakan ramset / dynabolt.
j. Sambungan flexible, pemborong harus memasang sambungan flexible connection dari bahan
double sheet glass cloth tebal 0,65 mm atau lebih, fire resistant ke duct yang masuk keluar dari
fan atau AHU/FCU.
k. Panjang flexible connection tak lebih dari 2 m, dan tidak menimbulkan kebocoran pada
sambungan, cara pemasangan harus dalam satu garis lurus sedemikian rupa, sehingga tidak
menyebabkan pengecilan luas penampang.
l. Alumunium Flexible Round Duct, alumunium flexible round duct dari type 2 lapis alumunium
laminate incapsulating dengan steel spring helix dan wire spacing 2 mm jenis fire resistance.
Tekanan kerja max. 5 inch H20. Flexible duct ke peralatan memakai klem khusus ( quick klem )
dari bahan plastic.

7.8. GRILLE, REGISTER & DIFFUSER

a) Pada setiap main duct harus disiapkan volume damper untuk pengaturan udara
b) Diffuser, grille dan register harus terbuat dari bahan alumunium anodized profile. Pemasangan
diffuser/ grille ke plafond harus memakai rubber sponge tebal 6 mm.
c) Untuk diffuser yang supply udaranya berasal dari VAV, maka type diffuser harus khusus untuk
pemakain dengan VAV.
d) Warna untuk diffuser, grille dan register di anodized dengan warna akan ditentukan kemudian
oleh Arsitek / Direksi.
e) Supply register harus mempunyai vertical dan horizontal blade yang dapat diatur defleksinya
dan memakai volume damper.
f) Grille sama seperti supply register dalam konsstruksinya, tanpa memakai volume damper.
g) Damper dari diffuser adalah galvanized iron sheet BJLS 80 type : “Opposed blade damper”.
Finishing : di cat hitam
h) Konstruksi hendaknya cukup kaku dan tidak bergetar karena aliran udara, serta dapat dikunci
pada kedudukan yang dikehendaki.
i) Tidak dibenarkan memakai baut pada permukaan dari diffuser / grille / register.
j) Slot diffuser dari tipe 1,2, atau 3 slot, material adalah alumunium anodized dengan warna yang
akan ditentukan oleh arsitek. Slot harus mempunyai pengarah aliran ( deflector ) yang baik dalam
konstruksinya sehingga fungsi deflector betul-betul membentuk pola aliran yang memenuhi
standartnya dan tidak berubah posisi karena aliran udara. Bila slot diffuser adalah menerus
(continous) maka sambungan antara harus memakai alignment strip.

7.10. PEKERJAAN PEMIPAAN

7.10.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pada butir ini adalah pengadaan dan pemasangan instalasi pemipaan lengkap
dengan fitting-fitting, alat-alat bantu, acessories dengan isolasi atau tanpa isolasi sesuai seperti
yang ditunjukkan pada gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.

7.10.2. U m u m

Seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur-jalur pipa yang tercantum adalah
gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran pipa. Pemborong wajib menyesuaikan
dengan keadaan setempat (shop drawing) dan dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail
atau potongan-potongan yang diperlukan dan mendapat persetujuan dari Pihak Pemberi Tugas
dan MK sebelum dilaksanakan.

7.10.3. M a t e r i a l

1. Pipa Condensate : Pipa PVC klas AW.


2. Pipa Refrigerant : Pipa Tembaga (Copper) ASTM B280 type L/M

7.10.4. Konstruksi Pemipaan Refrigerant & Drain untuk Split System.

1. Menyediakan dan memasang instalasi pemipaan untuk seluruh system AC, (refrigerant dan
drain/kondensasi) termasuk fitting-fitting dan alat-alat bantu).
2. Hendaknya semua pipa refrigerant harus dikerjakan secara hati-hati dan sebaik mungkin,
sebelum dipasang semua bagian harus sudah bersih, kering dan bebas dari debu dan kotoran
dan hendaknya dipasang sependek mungkin.
3. Kontraktor sudah harus memperhitungkan adanya perbedaan tinggi antara Kondensing dan
Evaporator terhadap adanya panjang pipa yang melebihi dari standard.
4. Sambungan pipa jenis "hard drawn tubing” harus disambung dengan perantaraan wrought
copper fitting atau non porbus brass fittings, dan dianjurkan dipakai solder perak dengan
meniupkan gas mulia seperti nitrogrn kering ke dalam pipa yang sedang disambung untuk
menghindarkan terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.
5. Solder lunak "tintead 50-50" tidak boleh dipergunakan, solder tintead 95-5" dapat
dipergunakan kecuali pada pipa discharge gas panas.
6. Pipa jenis "soft drawn tubing" dapat disambung dengan solder, nyala api atau lainnya yang
sesuai untuk pipa refrigerant. Pada pipa "precharged refrigerant lines" yang disediakan oleh
pabriknya maka harus dipasang sesuai dengan persyaratan pabrik.
7. Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik untuk mencegah melentur dan
meneruskan getaran mesin kepada bangunan.
8. Pipa refrigerant harus dipasang sesuai dengan persyaratan "Ashrae Guide Book" dan atau
persyaratan pabrik.
9. Fitting untuk flare points hendaknya jenis standard SAE forged brass flare menurut ARI
standard 720 dengan unit short shank flare.
10. Strainer hendaknya dipasang dalam jaringan refrigerant sebelum masuk ke
thermostatic expansion valve.

7.11. ALAT – ALAT BANTU.

Thermometer

• Dipasang seperti ditunjukkna dalam gambar.


• Thermometer yang dipasang cocok untuk batas-batas temperatus yang diperlukan dari media
ini.
• Mempunyai dua bacaan dalam F dan C
• Type thermometer adalah Industrial type dengan posisi sudut pembacaan yang dapat dirubah-
rubah kedudukannya.
• Sumur dari thermometer harus betul-betul tercelup kedalam media yang diukur terutama bila
ada isolasi pipa.
• Thermometer harus dikalibrasi dulu sebelum dipasang.

7.12. PEKERJAAN LISTRIK/ KONTROL

7.12.1. Lingkup Pekerjaan.

Lingkup pekerjaan untuk elektrikal/ kontrol ini adalah pengadaan dan pemasangan seluruh
instalasi listrik (termasuk motor listrik) pengkabelan, panel-panel dan instrumentasi kontrol seperti
yang ditunjukkan pada gambar-gambar rencana/ diagram yang melengkapi dokumen ini.

7.12.2. Umum

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur- jalur kabel dan perletakan panel dan
motor seperti yang tercantum adalah gambar dasar yang menunjukkan route, lokasi panel dan
perletakan instrument kontrol.
Pemborong AC harus menyiapkan kabel control dari thermostat menuju Outdoor Unit dan Indoor
Unit dan melakukan penyambungan kabel power dari panel ke Outdoor/Indoor Unit. Pemborong
wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing) dan dengan jalurjalur instalasi
lainnya berikut detail- detail yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Pemborong
wajib mengikuti peraturan- peraturan yang berlaku yang dikeluarkan oleh :
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK)
Dinas Pemadam Kebakaran
Lembaga Pengujian Bahan
Dinas Keselamatan Kerja
Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya

7.13.3. Spesifikasi Teknis

1. Peralatan Listrik

Motor Listrik

Motor untuk FCU (IU) : - Jenis induction motor, (motor satu permanent
split capacitor packaged dengan dengan thermal
overload FCU) protector.

- 1 ph/220 V/50 Hz
- 3 tingkat kecepatan
- Insulation class E

Motor Fan : - Motor yang menjadi satu dengan fan, jumlah phasa tergantung kapasitas fan.
Semua motor listrik yang digunakan untuk proyek ini mempunyai power faktor minimum 0,8.
Putaran motor maximum 1450 rpm (untuk motor-motor tsb. diatas). Motor-motor yang digunakan
disini harus sudah memenuhi standard NEMA (Amerika), B.S (Inggris), DIN (Jerman), dan JIS
(Jepang). Panel Starter

- Star Delta Starter : Bila motor kapasitas 7,5 HP keatas.


- Direct on Line : Bila motor kapasitas dibawah 7,5 HP.
- Panelstarter harus dilengkapi dengan pilot lamp (green,red,white), voltmeter serta ampermeter
dengan selector switch untuk 3 phase,plat nama untuk peralatan yang dilayani serta push button
ON, OFF dan disconneting switch bila memakai remote starstop.

2. Peralatan Kontrol

a. Temperatur Controller (TC)

- Fungsi control : PI
- Temp.set point scale : ° C pada range ° C to 32 ° C
- Supply voltage/ current : 16 V DC/10 mA
- Ambient temp/RH : max. 50 ° C 90 % RH
- Control output (Output voltage ) : 2 - 10 V
- Control input : 0-16 V DC/max. 0,1 mA Input voltage/current
b. Temperatur Sensor (TS)

- Temperatur detector dari type thermistar.


- max. temp. 100 ° C.

Catatan : Temperatur Controller (TC) dan Temperatur Sensor (TS) atau


gabungan dari TC dan TS (Thermostat) adalah dari merek yang
sama dan dari jenis yang sesuai untuk kebutuhannya.

3. Wiring

Wiring untuk instalasi listrik dan control harus dipasang dalam PVC conduit JIS standard.
Wiring diagram hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peralatan AC yang bersangkutan.
Kabel yang dipasang didalam tanah, jenis NYFGbY harus dipasang sekurangkurangnya
sedalam 75 cm dengan pasir sebagai alas dan pelindung, kemudian dilindungi dengan batu
pelindung sebelum diurug kembali.
Pada route kabel, tiap-tiap 50 m dan setiap belokan supaya diberi tanda adanya galian kabel
dan tanda arah kabel.
Untuk kabel yang menyeberangi selokan, jalan raya atau instalasi lainnya, harus dilindungi
dengan pipa galvanis kelas medium.
Ditiap tarikan kabel tidak boleh ada sambungan.
Jari- jari pembelokan kabel, hendaknya minimum 15 kali diameter kabel.
Menghubungkan kabel pada terminal harus menggunakan "kabel schoen" harus kabel 25 mm
keatas pemasangan "kabel schoen" harus menggunakan timah pateri lalu dipres hydraulis.
Ukuran-ukuran lebih kecil cukup dengan tang press tangan.
Setiap kabel yang menuju terminal peralatan harus dilindungi memakai metal flexible conduit.
Kabel yang dipasang pada dinding luar harus memakai metal conduit dan diklem rapi ke dinding
memakai klem pipa.
Kabel- kabel yang digantung pada plat beton harus memakai klem penggantung dan wire rod
yang diramset ke beton.
Kabel yang dapat digunakan adalah buatan Kabel metal atau Kabelindo.
Semua panel star delta dilengkapi dengan :
Pilot lamp - red, green, white.
Ampere meter - untuk 3 ph dengan selector phase witch.
Voltmeter - untuk 3 ph dengan selector phase switch
Disconnecting switch untuk remote star stop.
Pilot lamp. - R - S - T
Centralized Remote Star Stop Remote star stop untuk peralatan-peralatan yang ditunjukkan
pada panel diagram ditempatkan diruang control. Panel remote harus dilengkapi untuk masing-
masing Peralatan dengan pilot lamp ( red, green, white )dan plat nama masing-masing Peralatan
dll. Sesuai dengan detail drawing.
7.14. PEKERJAAN LAIN-LAIN

7.14.1. P o n d a s i

Semua pondasi beton yang diperlukan untuk mesin-mesin Condensing Unit (Outdoor Unit )
tidak termasuk dalam pekerjaan pemborong AC.
Pemborong AC harus menyerahkan gambar layout beserta ukuran pondasi untuk masing-
masing peralatan sebelum dilaksanakan oleh pihak lain kepada Direksi untuk diperiksa dan
disetujui.
Pondasi peralatan- peralatan lainnya harus mengikuti petunjuk-petunjuk/ pedoman pabrik
pembuat peralatan-peralatan tersebut.
Pemborong AC harus menyediakan dan memasang peredam getaran (vibration eliminators)
untuk melindungi, bangunan dari suara berisik dan getaran yang ditimbulkan oleh mesin- mesin.
Pemborong AC harus menyediakan dan memasang (sesuai dengan gambar rencana, atau
gambar kerja yang disetujui) semua dudukan (support) atau penggantung (hanger) untuk mesin-
mesin, alat- alat, pipa yang diperlukan.
Untuk menyesuaikan dengan kondisi- kondisi setempat, dudukan-dudukan atau penggantung-
penggantung tersebut harus dibuat dari konstruksi pipa, profil, batang (rod) atau strip sesuai
dengan gambar rencana atau kerja yang disetujui. Semua dudukan harus mempunyai pelat-pelat
(flanges) yang cukup dan dibuat pada lantai.
Semua penggantung harus dipasang pada balok atau pada rangka baja dan harus
berkonsultasi dengan Direksi dan Pemborong Sipil.
Pembebanan pada balok atau pelat struktur yang ditimbulkan oleh dudukandudukan atau
penggantung-penggantung tersebut hendaknya dijaga agar dapat terbagi cukup merata sehingga
tidak menimbulkan tegangan- tegangan yang tidak wajar.
Pemborong AC harus menjamin bahwa instalasi yang dipasangnya tidak akan menyebabkan
penerusan suara dan getaran (vibration & noise transmission) kedalam ruanganruangan yang
dihuni.
Dalam hal ini dilakukan oleh ahli atau tenaga ahli yang ditunjuk.
Pemborong harus bertanggung jawab atas modifikasi- modifikasi yang perlu untuk memenuhi
syarat tersebut.

7.15. TESTING ADJUSTING DAN BALANCING

7.15.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini adalah pelaksanaan testing, adjusting dan balancing untuk seluruh sistem
tata udara dan ventilasi mekanis sehingga didapatkan besaran- besaran pengukuran yang sesuai
seperti yang terlihat dalam gambar-gambar rencana sehingga sistem betul- betul dapat berfungsi
dengan baik dan sesuai dengan rencana.
7.15.2. Umum

Pelaksanaan TAB (testing adjusting dan balancing) secara mendasar maksimal harus mengikuti
standard/ atau petunjuk yang berlaku secara umum seperti tandard NEBB,
ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan peralatan- peralatan ukur yang memenuhi untuk
pelaksanaan TAB tsb.

7.15.3. Peralatan Ukur.

Minimal peralatan ukur sperti dibawah ini harus dimiliki oleh kontraktor ybs. antara lain :

1. Pengukuran laju aliran udara

- Pitot tube dengan inclined manometer Anemometer dan sejenisnya.


- Hood untuk mengukur udara didiffuser.

2. Pengukuran temperatur udara

- Sling psychrometric
- Thermometer

3. Pengukuran putaran (rpm)

- Tachometer atau sejenisnya

4. Pengukuran listrik

- Voltmeter
- Ampermeter / ampertang

5. Pengukuran tekanan - Barometer / pressure gauge

6. Tool (alat-alat kerja) yang diperlukan dalam merubah setting/ kedudukan dari
peralatan balancing.

7.15.4. Pelaksanaan TAB

Sacara detail TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh sistim dan bagian- bagiannya,
sehingga didapatkan besaran- besaran pengukuran yang sesuai atau mendekati besaran
besaran yang ditentukan dalam rencana.
Dalam pelaksanaan TAB, disamping pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran
yang ditentukan dalam design, juga diwajibkan melaksanakan pengukuran terhadap besaran-
besaran yang tidak tercantum dalam gambar rencana, tapi besaran ini sangat diperlukan dalam
penentuan kondisi dan kemampuan peralatan dan juga sebagai data data yang diperlukan bagi
pihak maintenance dan operation.
Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran- pengukuran terhadap besaran-besaran lainnya
yang tidak tercantum dalam gambar rencana harus dituangkan dalam suatu laporan yang
bentuknya (formnya) sudah disetujui oleh pengawas.
Pelaksanaan TAB dilakukan oleh tenaga engineer yang betul-betul sudah berpengalaman
dalam pelaksanaan TAB ini.
Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga pengawas, dimana hasil- hasil
pengukuran dan pengamatan yang dilakukan juga disaksikan oleh pengawas tsb dan dalam
laporannya ikut menanda tangani.
Sebelum melaksanakan TAB, Kontrator harus membuat suatu rencana kerja, mengenai
prosedure pelaksanaan TAB untuk masing-masing bagian pekerjaan, dan prosedure ini agar
dibicarakan dengan pihak Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
Sebelum melaksanakan TAB, Kontraktor sudah harus menyiapkan suatu bentuk formulir yang
berisi item- item yang akan dilakukan untuk masing-masing system yang akan dilakukan
pengetesan.

7.15.5. Balancing System Distribusi Udara.

Prosedure Testing and Adjusting.

1. Test dan sesuaikan putaran blower sesuai kebutuhan design.


2. Test dan catat motor full load amper.
3. Lakukan pengukuran dengan pitot tube (tube traverse) untuk mendapatkan cfm dan fan sesuai
design.
4. Test dan catat static pressure pada inlet dan outlet dari fan.
5. Test dan sesuaikan cfm atau l/s untuk sirkulasi udara.
6. Test dan sesuaikan kebutuhan udara luar untuk masing- masing FCU/ FAN.
7. Test dan catat temp. d b dan w b dari udara masuk dan keluar dari coil.
8. Sesuaikan cfm yang dibutuhkan pada semua cabang-cabang utama
9. Sesuaikan kebutuhan cfm untuk masing-masing zone
10. Test dan sesuaikan masing-masing diffuser/grille terhadap kapasitas dalam batas % yang
dibolehkan.
11. Indentifikasi ukuran, type, masing-masing diffuser dan lakukan recheck terhadap performance
dari jenis diffuser.
PRODUK INSTALASI TATA UDARA

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi pemborong dimungkinkan untuk


mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasi ke MK/Direksi.
Pemborong baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari MK/Direksi.
Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :

SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

8.1. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian singkat lingkup pekerjaan sistem Pemadam Kebakaran antara lain adalah sbb :

1. Pompa kebakaran dengan penggerak listrik


2. Pompa kebakaran dengan penggerak Diesel
3. Valved Connection to main Water supply source
4. Perlengkapan Fire Water Tank
5. Springkler Control Valve Set
6. Spingkler Head
7. Hydrant Box
8. Pillar hydrant dan Kotak Hydrant Halaman
9. Sambungan dengan pemadam Kebakaran Kota ( Siamese Connection )
10. Pemadam api Ringan ( PAR / PEE )
11. Pekerjaan listrik yang berhubungan ( contoh : Panel )
12. Pekerjaan lain yang berhubungan ( contoh : Pondasi, pengecatan, concrete blok )
13. Panel listrik, control system dan Fire Resistence Cable
14. Fire Pump test ventui flow tube.

8.2. TANGKI AIR PEMADAM KEBAKARAN ( TANGKI BAWAH )

1. Tangki Air Pemadam Kebakaran berfungsi untuk menyediakan air dengan volume tertentu
setiap saat. Tangki Air unutk cadangan pemadam kebakaran merupakan tangki existing,
yang telah dibuat sebelumnya.
2. Fire Water Tank harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :

q Manhole
q Tangga monyet
q Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar
q Pipa peluap
q Water level indicator
q Sleeve untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel listrik dan
sebagainya
q Exhaust fan
3. Air pengisi Fire Water Tank

Apabila terjadi kebakaran, maka fire water tank harus dapat diisi secara cepat dari beberapa
macam sumber air maupun persediaan air yang ada termasuk dari kolam renang.

4. Pengaturan pada sambungan ke sumber air yang dipasang secara permanent adalah sebagai
berikut :

Apabila permukaan air dalam fire water tank telah naik mencapai ambang batas H, masukan
air harus berhenti, sebaliknya apabila turun mencapai L, maka fire water tank harus diisi.

8.3. POMPA PEMADAM KEBAKARAN

1. System pemadam kebakaran yang digunakan merupakan system terpisah, dimana akan
menggunakan 1 (satu) set pompa pemadam kebakaran standart NFPA 20, untuk masing-masing
system hydrant dan springkler
2. Pompa pemadam kebakaran harus mampu memasok kebutuhan air pemadam kebakaran
sampai batas maksimum kemampuan pompa pada setiap saat secara otomatis.
3. Pompa pemadam kebakaran harus terdiri dari satu atau lebih pompa utama dan satu pompa
joki.
4. Untuk pompa utama jenisnya dapat Horizontal Split Case atau centrifugal End Suction dan
vertical multi stages untuk pompa jockey dengan flanged connection dan komponen sebagai
berikut :

q Cast iron casing


q Bronze impeller
q Heavy duty steel shaft
q Mechanical seal
q Heavy duty grease lubricated bearings
5. Motor Pompa
q Motor pompa harus mendapat sumber daya dari PLN dan Genset secara otomatis
q Sumber daya dari PLN harus diambil dari switch khusus sebelum main switch.
6. Pompa pemadam kebakaran antara lain harus terdiri dari perlatan sbb :
q Jockey pump dengan motor
q Main pump dengan motor
q Diesel fire pump dengan menggunakan diesel engine
q Inlet dan Outlet header
q Inlet dan Outlet valves
q Check valve against water hammer
q Inlet strainers
q Power and control panels
q Flow regulator
q Pressure switches
q Pressure gauges
q Hydraulic connections
q Electric connections
q Best frame
q Announciating pump status :

• Jockey pump On, indicating lamp


• Main pump On, alarm horn & indicating lamp
• Water level drop, alarm horn & indicating lamp
• Water level too low, alarm horn, indicating lamp

7. Pengaturan pompa pemadam kebakaran adalah sbb :

q Apabila tekanan air dalam jaringan turun disebabkan adanya kebocoran, uji coba springkler
maupun springkler flushing, sampai ambang batas yang telah ditentukan maka pompa joki akan
start dan akan stop otomatis diambang batas tekanan yang juga telah ditentukan.
q Apabila tekanan air dalam jaringan terus turun karena dibukanya satu atau lebih katup hidran
atau bekerjanya beberapa kepala springkler, maka satu atau dua main pump start sampai stop
secara manual oleh operator apabila uji coba atau pemadam telah selesai.

8. Standard pompa dan kontrol panel harus NFPA 20 Approve


9. Engine Driven Fire Pump

Engine driven fire pump berfungsi untuk memasok kebutuhan air pemadam kebakaran pada saat
pompa listrik gagal atau diperlukan lebih banyak air untuk pemadam. Engine driven fire pump
harus diuji coba minimal sekali seminggu selama satu jam Engine driven fire pump harus
merupakan satu paket yang dirancang khusus untuk keperluan pemadam kebakaran yang antara
lain terdiri dari :

• Centrifugal fire pump


• Gasoline or diesel engine
• Starting device with pully or motor starter
• Battery starter and outside battery charger
• Engine speed control devixe
• Fuel oil tank
• Hydraulic connections
• Electric connections
• Control board
• Instrumentations

8.4. SPRINGKLER CONTROL VALVE SET

1. Springkler control valve set terdiri dari dua keperluan yaitu main control valve set dan
branch control valve set.
2. Main Control Valve Set

q Main Control Valve Set harus dipasang setiap maksimum 500 kepala springkler untuk bahaya
kebakaran ringan dan 1000 kepala springkler untuk bahaya kebakaran sedang.
q Main Control Valve set harus mampu memberikan signal listrik kepada control alarm system
maupun dengan mechanical alarm gong apabila terjadi suatu aliran air sebesar satu kepala
springkler
q Main Control Valve set antara lain harus terdiri dar peralatan sbb :

• Main stop valve lockable


• Wet alarm valve
• Alarm gong set
• Flow switch
• Pressure indicators
• Test valve set

3. Brance Control Valve Set

q Branch control valve set harus dipasang seperti tertera dalam gambar perencanaan.
q Branch control valve set harus mampu memberikan signal listrik kepada control alarm systrm
apabila terjadi aliran air sebesar satu kepala sprinkler.
q Branch control valve sat antara lain harus terdiri dari peralatan sbb :

• Branch stop valve lockable


• Flow switch, calibrated
• Test valve lockable
• Drain valve lockable

4. Sprinkler Flushing

q Sprinkler flushing harus dipasang diibagian ujung dari branch main pipe
atau branch sub main pipe.
q Springkler flushing dimaksud untuk membuang air mati dalam jaringan
pipa springkler.
q Springkler flushing terdiri dari pipa drain diameter 25 mm yang ditap dari
ujung branch main atau submain ke springkler drain riser melalui valve.

8.5. SPRINKLER HEAD

Sprinkler head yang dipergunakan disini dari jenis glass bulb dengan temperatur pecah 68 0C,
dibuat dari Chromium plated brass yang dilengkapi dengan flushing flange, kecuali daerah
gudang dan parkir boleh mempergunakan bronze finish.
Sprinkler Test Valve & Drain ( STV & D )

q STV & D harus dipasang seperti tertera dalam gambar perencanaan


q Test valve harus diset pada laju aliran sebesar satu kepala sprinkler terkaiit
q Drain Valve harus dapat mengalairkan alir mati dalam jaringan pipa sprinkler
q STV & D terdiri dari lockable Test Valve dan Lockable Drain Valve.
8.6. BOX HIDRAN

1. Indoor Hydrant Box (class III NFPA) harus terdiri dari peralatan sbb :

Steel box recessed type, ukuran 750 mm, 1500 mm T & 250 mm D dicat duco warna merah
dengan tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang dapat dibuka 180° dan dilengkapi stopper.
Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Horn.
Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
Hydrant valve, chronium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa.
"JET" Firehose A- one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
(Jenis kopling disesuaikan dengan jenis Dinas Pemadam Kebakaraan DKI).
Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm

2. Outdoor hydrant box (class III NFPA) harus terdiri dari peralatan sbb :

Steel box outdoor type, ukuran 750 mm L, 1500 mm T & 270 mm D dicat powder coating warna
merah dengan tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang dapat dibuka 180° dan dilengkapi
stopper.
Merek untuk referensi adalah ITACHIBORI No. B- 8.
Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
Hydrant valve, chromium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa.
"JET" Firehose A-one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm

8.7. PILLAR HIDRAN

Pillar hydrant yang dipergunakan disini adalah jenis short type two way dengan main valve dan
branch valves ukuran 100 x 65 x 65 mm. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang
dipergunakan oleh Mobil Dinas Kebakaran Kota. Setiap pillar hydrant harus dilengkapi dengan
gate valve untuk memudahkan maintenance.

8.8. FIRE BRIGADE CONNECTION

1. Fire brigade connection yang dipergunakan disini adalah two way siamese connection untuk
pemasangan free standing dengan ukuran 100 x 65 x 65 mm.
2. Siamese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan outlet coupling
yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kota.
8.9. PEMADAM API RINGAN (PAR/PFE)

1. PAR disediakan sebagai sarana pemadaman awal yang dapat dilakukan oleh setiap penghuni
bangunan.
2. Untuk daerah umum dalam bangunan disediakan 1 bh PAR jenis bubuk kering kapasitas
minimal 3 kg setiap luas 100 m2.
3. Untuk ruangan mesin disediakan 1 bh PAR jenis CO2 kapasitas 5 kg untuk setiap luas
100 m2.

8.11. SKEDUL PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

POMPA PEMADAM KEBAKARAN

1. POMPA KEBAKARAN DENGAN PENGGERAK LISTRIK ( PU 2101 )

Kapasitas : 750 GPM


Head : 9 bar
Type : Centrifugal End Suction
Impeller : Bronze
Packing : Mechanical Seal
Shaft : Steel ( SAE 1045 )
Bearing : Steel ball bearing self lubricated
Couple : Direct Couple
Sincronous speed : 2900 rpm
Feed voltage : 220 / 380 V / 3 phase / 50 Hz
Standard motor : NEMA Standard
Rotor : Squiirel cage
Protection class : IP 44
Insulation class : F
Daya pompa : 72 kw
Sistem operasi : Automatic start dengan pressure switch. Manual stop
Oleh operator
Jumlah : 1 unit
Standard pompa : NFPA Standard

Perlengkapan pompa :

q Pipa isap dan pipa tekan dengan sambungan kaku dan lentur dengan Victaulic
coupling sesuai standard UL / Fm
q Manometer tekan dan isap
q Pressure switch
q Panel control pompa ( UL / FM standar )
q Automatic aiir relief valve
2. POMPA PACU ( UP – 01 )

Kapasitas : 25 GPM
Head : 10 bar
Type : Vertical Multi Stage Centrifugal pump
Housing : Cast iron
Impeller : Cast Bronze
Packing / Seal : Mechanical Seal
Shaft : SS 304
Bearing : Sealled ball bearing
Couple : Direct Couple
Sincronous speed : 2900 rpm
Feed voltage : 220 / 380 V / 3 phase / 50 Hz
Rotor : Squiirel cage
Protection class : IP 44
Insulation class : F
Daya pompa : 3 kw
Sistem operasi : Automatic start stop dengan pressure switch.
Jumlah : 1 unit
Standard pompa : NFPA Standard

Perlengkapan Pompa :

q Unit panel daya, kabel dan kontrol


q Pemipaan isap dan tekan dengan sambungan kaku dan lentur dari Victaulic.
q Manometer isap dan tekan.

3. POMPA KEBAKARAN DENGAN PENGGERAK DIESEL ( PU 2103 )

Kapasitas : 750 GPM


Head : 8 bar
Type : Horozontal Split Casing
Housing : Cast Iron
Impeller : Cast Iron
Packing : Mechanical Seal
Shaft : SS 304
Bearing : Sealed Ball Bearing
Couple : Direct Couple
Sincronous speed : 2900 rpm
Sistem operasi : Automatic start dengan pressure switch. Manual stop
Oleh operator
Jumlah : 1 unit
Standard pompa : NFPA Standard
DIESEL PENGGERAK POMPA KEBAKARAN

Type : Watercoled Diesel


Kapasitas Prime : 150 KVA ( maksimum )
Putaran : 1500 RPM / 50 Hz
Aspiration : Turbocharged Air To Air Aftercooled
Cycle : Four Stroke
Cyclinder : 6.
Starting : Battery 24 V.
Governor : Hydrant Mechanical
Fuel System : Direct Injection without glow plug
Fuel Consumption : - 63,9 l / hr ( 100 % )
- 47 l / hr ( 75 % )

Perlengkapan :

q 2 set of lead acid battery dengan standar pabrik


q Maintenance standar tool steel
q Battery charger yang terintegrasi dengan unit diesel penggerak pompa
q Tangki bahan bakar harian dengan kapasitas cukup untuk operasi 6 jam terus
menerus yang dilengkapi dengan bracket, pipa
q Engine control drive terdiri dari :

• Manual / automatic starter


• High and low water temperatur
• High and low oil temperatur
• Indicator tekanan minyak pelumas
• Perlengkapan standar lain sesuai dengan standar pabrik pembuat.

4. HYDRANT PILLAR DENGAN KATUP UTAMA

Ukuran : 65 X 65 X 100 mm
Tipe sambungan : Machino coupling

5. KOTAK HYDRANT KEBAKARAN LUAR GEDUNG

Ukuran : 950 X 660 X 200 mm


Bahan : Mild steel ukuran 1,8 mm
Perlengkapan : - Linen Hose dia. 65 mm X 30 mm

- Machino coupling dia. 65 mm


- Variable jet & spray nozzle dia. 65 mm
- Hose rack
6. KOTAK HYDRANT KEBAKARAN DALAM GEDUNG

Ukuran : 1300 X 750 X 200 mm


Bahan : Mild steel ukuran 1,8 mm
Perlengkapan : - Linen Hose dia. 40 mm X 30 m

- Machino coupling dia. 40 mm


- Variable jet & spray nozzle dia. 40 mm
- Hose rack

7. SAMBUNGAN KEMBAR SIAM / SIAMESSE CONNECTION

Ukuran : 100 X 65 X 65 mm
Type : Free standing type dengan chromium plated finish atau cast Iron free standing type
dengan lapisan anti karat.
Sambungan : Jenis coupling harus disesuaikan dengan dinas kebakaran Setempat.
Perlengkapan :- Stop valve
- Bak kontrol dan tutup.

8. PEMADAM API RINGAN ( PAR / PEE )

Type : Portable
Kapasitas : 3 kg
Jenis : Dry powder multi purpose

9. PEMADAM API RINGAN ( PAR / PEE )

Type : Portable
Kapasitas : 5 dan 7 kg
Jenis : CO2

10. PEMADAM API RINGAN ( PAR / PEE )

Type : Portable
Kapasitas : 25 kg
Jenis : CO2

11. SPRINKLER

Type : Up right & Pendent

12. HYDRANT VALVE

Size : 1 ½” & 2 ½”
13. MAIN CONTROL VALVE

Size : 4”, 6” & 8”

14. SPRAY NOZZLE

Size : 1 1 / 2 “ & 2 1 / 2”

15. HOSE
16. PRESSURE SWITCH
17. PRESSURE GAUGE

SPESIFIKASI TEKNIS INSTALASI ELEKTRIKAL

1. PEKERJAAN LISTRIK ARUS KUAT

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

m. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari perlengkapan dan bahan yang disebutkan
dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, antara lain :

• Sistim penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya pengkawatan dan konduit, titik nyala
lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.
• Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga
• Panel-panel penerangan, Panel-panel tenaga, Panel Distribusi Utama (PDTR) secara
lengkap.
• Pengadaan dan pemasangan peralatan kontrol berikut panelnya.
• Pekerjaan pentanahan / grounding

n. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah disebutkan
dalam gambar / Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun
secara umum / teknis diperlukan untuk memperoleh suatu sistim yang sempurna, aman,
siap pakai dan handal.
o. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi listrik
yang terpasang.
p. Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang (As-built drawings).
1.3. KETENTUAN BAHAN dan PERALATAN

1.3.1. Panel Tegangan Rendah

3. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus ada seperti
yang ditunjukkan pada gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380V, 3
phasa, 4 kawat, 50 Hz dan solidly grounded dan harus dibuat mengikuti standard PUIL, IEC,
VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
4. Panel-panel harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm dengan rangka besi dan seluruhnya
harus di zinchromate dan di duco 2 kali dan harus di cat dengan cat bakar, warna dan cat akan
ditentukan kemudian oleh pihak Owner. Pintu panelpanel harus dilengkapi dengan master key.
5. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus
diatur sedemikian rupa sehingga perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.
6. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluannya dan
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Spare space harusdisediakan seusai gambar.
7. Body / badan panel harus ditanahkan secara sempurna.
8. Komponen panel :

Accessories

Bus bar, terminal terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya harus buatan pabrik dan
berkualitas dan dipasang di dalam panel dengan kuat dantidak boleh ada bagian yang bergetar.

Busbar

• Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar
netral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan dengan besar arus
yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan kenaikkan suhu lebih besar dari 65°
C. Untuk itu penampang busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.

• Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, dimana lapisan warna busbar
tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul. • Bus bar adalah batang tembaga murni
dengan minimum conduktivitas 98%, rating amper sesuai gambar.
• Bus bar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai berikut :
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau / Kuning
Circuit breaker

• Penggunaan MCCB untuk :

- Outgoing pada PDTR


- Incoming pada panel beban sampai dengan minimal 20A 1 phase
- Breaking capasity sesuai dengan gambar perencanaan.

• Penggunaan MCB :

- Outgoing pada

• Circiuit breaker harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantaneouse
magnetic unit
• Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi shunt trip terminal.

Alat Ukur

Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan getaran. Untuk
Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala linier dan ketelitian 1% dan
bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera dari LMK / PLN ( minimum 1 buah untuk setiap
jenis alat ukur). Komponen-komponen pengukuran yang dipakai :

KW meter
Ampermeter
Voltmeter
Frequency Meter
Cos Phi Meter

1.3.2. Panel Kontrol Genset ( PKG )

1. Umum

Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE / DIN dan juga harus mengikuti peraturan
IEC dan PUIL 2000. Panel-panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus di Zinchromate dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat
dengan powder coating, warna abu – abu Kanzai atau akan ditentukan kemudian oleh pihak
Perencana / Pemberi Tugas. Pintu dari panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan master
key. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus
diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan - perbaikan, penyambungan -
penyambungan pada komponenkomponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu
komponen - komponen lainnya.
Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-ST, 1 busbar netral
dan 1 busbar untuk grounding, besarnya busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang
akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65°C. Setiap
busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk
memberi warna busbar dan seluruh harus spasi dari jenis yang tahan terhadap kenaikan
suhu yang diperbolehkan. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semiflush mounting dalam
kotak tahan getaran, untuk Ampere meter dan Volt meter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan
skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta ada sertifikat tera dari
LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
Panel control dilengkapi dengan peralatan proteksi seperti :

- Short circuit
- Over current
- Under voltage dan Over voltage
- Ground fault (earth fault current)
- Over load
- Reverse power relay
- Gangguan lain sesuai standard pabrik pembuat
- Emergency shut-down system

Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan , sesuai
dengan yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas / Perencana.
PKG harus mampu melayani dan mengontrol genset seperti yang dijelaskan pada spesifikasi
teknis diesel genset. Start Blocking pada saat terjadi kebakaran atau AMF setelah menerima
sinyal general alarm dari sistem MCFA gedung.
Main CB outgoing / beban PKG tidak akan bekerja atau ON pada saat terjadi kebakaran atau
AMF setelah menerima sinyal general alarm dari system MCFA gedung.

2. Fungsi Operasi PKG + AMF

Untuk pengaturan diesel genset secara manual baik untuk keperluan operasi ataupun
pengetesan berkala. Untuk pengaturan diesel genset secara otomatik, auto synchron, auto load
sharing, pada waktu PLN padam dan auto stop pada saat PLN sudah hidup kembali. Untuk
fungsi engine shutt-down pada saat terjadi kelainan operasi mesin.

3. Sistem Operasi PKG

PKG harus dapat mengontrol unit genset, seperti dijelaskan dalam lingkup pekerjaan diesel
generating set . PKG terdiri atas beberapa cubicle paling kurang sebagai berikut:

1 Cubicle Incoming G1
1 Cubicle Outgoing G1

4. Instalasi

Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata
(horizontal). Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari
karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam. Semua panel harus
ditanahkan.
5. Ketentuan Teknis Bahan dan peralatan

Panel Kontrol Generator ( PKG ), AMF, Automatic load sharing


Type : Free standing, front operated
Tegangan : 380 – 415 V
Protection device : Circuit breaker minimum 24 kA dengan over current Short circuit, under
voltage dan over voltage relay, earth fault relay dan reserve power relay.
Protection : IP 23

Measuring Device :

• Ammeter c/w current transformator


• Voltmeter c/w 7 step selector switch
• Frequency meter
• Power factor meter
• KWH meter
• KW meter
• Hours meter
• DC Volt meter
• DC Ampere meter

Signal Lamps :

• Main CB “ON”
• Main Failure
• Genset Running
• Genset on Load
• Alarm Enable
• Battery On
• Low Oil Pressure
• Over Temperatur
• Engine Over Speed
• Start Failure
• Under Voltage
1.3.3. Kabel Tegangan Rendah

9. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas. 10. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan
adalah jenis NYY, NYM, NYA, NYFGbY, FRC, NYMHY, BCC. Untuk kabel feeder / power dari
jenis NYY, kabel penerangan dipergunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel grounding dari
jenis BCC

11. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6 KV dan 0,5 KV
untuk kabel NYM 12. Kabel FRC (kabel tahan api) harus mempunyai karakteristik sebagai berikut
:
- Fire Resistance
- Fire Retardant
- Low Smoke
- Halogen Free
- Low toxicity
- Low corrosivity
- Ambient Temperature : 20 – 60ºC

13. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm²

1.3.4. Lighting Fixtures

6. Reccessed Mounted (RM)

• Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder coating
warna putih.
• Reflector dibuat dari alumunium mirror tebal 0.45 mm.
• Louver dibuat dari alaumunium anodized double mirror (M4)
• Daya yang dipakai adalah sesuai dengan gambar perencanaan.
• Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) TL-D atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas.

7. Lampu TL Balk

• Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.3 mm dengan cat powder coating
warna putih
• Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) TL-D atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
8. Lampu Baret

• Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.7 mm dengan cat powder coating
warna putih
• Cover terbuat dari acrylic tebal 3.0 mm
• Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

9. Lampu Tabung ( Down Light )

• Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector alluminium tebal minimal 1.2 mm.
• Braket penggantung terbuat dari plat baja tebal 0.8 mm finishing
• Lamp holder menggunakan standard E - 27.
• Diameter dari kap lampu minimal 150 mm.
• Lampu yang dipakai dari jenis lampu incandescent dan PLC atau sesuai gambar. Contoh harus
disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

10. Lampu Wastafel (GMS)

• Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder coating
warna putih
• Cover terbuat dari acrylic tebal 2.0 mm
• Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

11. Lampu Exit

• Rumah lampu dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder coating warna putih.
• Frame terbuat dari allumunium extrusion tanpa cat dengan tebal 1.1 mm.
• Cover terbuat dari acrylic dengan tebal 2.0 mm.
• Tabung lampu yang dapat dipakai adalah jenis Cool Daylight / 54 atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas .
• Lampu harus dilengkapi dengan nicad battery.

12. Lampu Taman

• Casing luar terbuat dari acrylic opal tebal 3 mm.


• Tiang terbuat dari pipa baja diameter 1 1/4” – 1 ½ “ dengan cat khusus.
• Braket tiang terbuat dari plastik pabrikan.
• Fitting lampu standard E-27.
• Lampu yang digunakan jenis Inscandescesnt Lamp.
13. Lampu Emergency

Sesuai dengan gambar perencanaan yang dilengkapi dengan nicad battery dengan kapasitas
mem back-up lampu minimal sampai dengan 2 jam.

1.3.5. Kotak-Kontak dan Saklar

14. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah tipe
pemasangan masuk / inbow ( flush mounting ).
15. Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 13 A dan mengikuti standard
VDE, sedangkan kotak-kontak khusus tenaga (outbow) mempunyai rating 15 A dan mengikuti
standard BS (3 pin) dengan lubang bulat.
16. Flush-box ( inbow doos ) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan push button harus
dipakai dari jenis bahan blakely atau metal.
17. Kotak-kontak dinding yang dipasang 300 mm dari permukaan lantai kecuali ditentukan lain
dan ruang-ruang yang basah / lembab harus jenis water dicht (WD) sedang untuk saklar
dipasang 1,500 mm dari permukaan lantai atau sesuai gambar

1.3.6. Konduit

Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact. Factor pengisian
konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.

1.3.7. Rak kabel / cable Tray

18. Rak kabel terbuat dari plat digalvanis dan buatan pabrik, ukurannya disesuaikan dengan
kebutuhan.
19. Penggantung dibuat dari Hanger Rod, jarak antar penggantung maximum 1 meter.
Penggantung harus rapi & kuat sehingga bila ada pembebanan tidak akan berubah bentuk.
Penggantung harus dicat dasar anti karat sebelum dicat akhir dengan warna abu-abu.
20. Bahan bahan untuk rak kabel dan penggantung harus buatan pabrik.

1.4. PERLENGKAPAN INSTALASI

q. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi instalasi


agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal dan mudah perawatan.
r. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
s. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box / doos,warna kabel harus
sama.
t. Juction box / doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup pengaman.
1.5. PEMASANGAN

1.5.1. Panel-panel

21. Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar kerja untuk mendapatkan
persetujuan perencana dan Konsultan Pengawas.
22. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat dan harus rata (
horizontal ).
23. Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat.
24. Untuk panel yang dipasang tertanam ( inbow ) kabel - kabel dari / ke terminal panel harus
dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam dalam tembok secara kuat dan teratur rapi.
Sedangkan untuk panel yang dipasang menempel tembok ( outbow ), kabel-kabel dari / ke
terminal panel harus melalui tangga kabel.
25. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel ( cable lug ) yang
sesuai.
26. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600 mm dari lantai
terhadap as panel.
27. Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari karet atau
penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam. 28. Semua panel harus ditanahkan.

1.5.2. Kabel – Kabel

29. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak
mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
30. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan
phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.
31. Kabel daya yang dipasang horizontal / vertical harus dipasang pada tangga kabel, diklem dan
disusun rapi.
32. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada Tdoos untuk
instalasi penerangan.
33. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk
terminasinya.
34. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus mempergunakan alat
press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
35. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus
ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan penampang
minimum 2 ½ kali penampang kabel.
36. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari
pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
37. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak kabel.
38. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
39. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal
yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup
untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel
menggunakan las doop.
40. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap
ujungnya.
41. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling menyilang.
42. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari PLN
yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
43. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum
500 kilo ohm.

• Instalasi Kabel Bawah Tanah

Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum, dimana sebelum kabel
ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata
press sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan
jumlah kabel. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya
harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan penampang
minimum 2 ½ kali penampang kabel. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus
ada tanda arah jalannya kabel. Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukan dalam gambar / RKS. Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label
yang menunjukan arah disetiap jarak 1 meter. Tidak diperkenankan melakukan pengurugan
sebelum Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui perletakan kabel tersebut. Setelah
pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok beton 20 x 20 x 60 cm dan bertuliskan
“KABEL TANAH”. Patok-patok ini dicat kuning dan bertulisan merah. Kabel-kabel yang
menembus dinding atau lantai harus menggunakan pipa sleeve, pipa ini minimal dari Metal ( Pipa
GIP ). Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan. Kabel harus utuh menerus tanpa
sambungan. Kabel tidak boleh dibelokan dengan radius kurang dari 15 x diameternya. Di atas
belokan tersebut diletakan patok beton bertuliskan “KABEL TANAH” dan arah belok. Penanaman
tidak boleh dilakukan di malam hari.

• Instalasi Kabel Tenaga

Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin di sesuaikan dengan gambar dan kondisi setempat
apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut dapat meminta petunjuk Konsultan
Pengawas. Pelaksana Pekerjaan wajib memasang kabel sampai dengan peralatan tersebut,
kecuali dinyatakan lain dalam gambar. Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan
baik / rapi sehingga tidak saling tindih dan membelit. Tarikan kabel yang menuju peralatan yang
tidak melalui trench atau yang menelusuri dinding ( outbow ) harus dilindungi dengan pipa
pelindung. Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus dilengkapi dengan klem-
klem dan perlengkapan penahan lainnya, sehingga nampak rapi. Pada setiap sambungan ke
peralatan harus menggunakan pipa fleksibel. Pada setiap belokan pipa pelindung yang lebih
besar dari 1 inchi harus menggunakan pipa fleksibel, belokan harus dengan radius min. 15 x
diameter kabel. Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna kabel harus
disesuaikan dengan phasanya. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel
mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban. Setiap kabel
daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan phasenya sesuai
dengan PUIL. Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable
ladder), diklem dan disusun rapi. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk
terminasinya. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel support minimum
setiap 50 cm. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m
disetiap ujungnya.

1.5.3. Kotak – Kontak dan Saklar

44. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan masuk dan dipasang
pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kontak - kontak dan 1.500 mm untuk saklar atau
sesuai gambar detail.
45. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab / basah harus dari tipe
water dicht ( bila ada ).
46. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu dipersiapkan
sparing untuk pengkabelannya disamping metal doos tang harus terpasang pada saat
pengecoran kolom tersebut

1.5.4. Pentanahan (Grounding)

47. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar / RKS. 48. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar
pentanahan pada panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm² dan max. 95 mm²,
penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
49. Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan harus mencapai
permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance) dibawah 2 (dua)
ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
50. Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan Pengawas.

1.6. PENGUJIAN

u. Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara
individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian
yang baik dari pabrik pembuat dan LMK / PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu.
Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari system
untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik.
Semua biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan
v. Test meliputi :

Test Beban Kosong ( No Load Test )


Test Beban Penuh ( Full Load Test )

1.7. NO LOAD TEST

Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan di test satu per satu seperti misal pengujian
Instalasi 0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):

• Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt


• Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
• Pengukuran tahanan pentanahan

Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan / hasil pengujian pemeriksaan.
Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus dilaksanakan secara
keseluruhan ( Full Load Test ).

1.8. FULL LOAD TEST (TEST BEBAN PENUH)

Test beban penuh ini harus dilaksanakan Pelaksana Pekerjaan sebelum penyerahan pertama
pekerjaan. Test ini meliputi :

• Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.


• Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub
pekerjaan pompa pompa.
• Test peralatan (beban) lainnya.

Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan semua biaya
dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban Pelaksana Pekerjaan, dengan schedule /
pengaturan waktu oleh Konsultan Pengawas. Hasil test harus mendapat pengesahan dari
Perencana dan Konsultan Pengawas. Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test
jam untuk lampiran penyerahan pertama pekerjaan.

PRODUK INSTALASI LISTRIK ARUS KUAT

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Pelaksana Pekerjaan dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Pelaksana Pekerjaan
baru dapat mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Pengawas.
No Uraian Spesifikasi Teknis Merk / Produk

Voltmeter SACI, CIC, GAE Frequency Meter SACI, CIC, GAE


Cos phi meter SACI, CIC, GAE

5 Push Button & Pilot Lamp Standard Telemecanique / Omron / Axle


6 Control Relay Omron/National/ Telemecanique
7 Contactor, Star Delta starter, DOL Telemecanique / AEG / Siemens
8 Control Fuse 4 A Risesun/ Omron / MG
9 Kabel – kabel NYY, NYA, NYMHY, NYM Supreme, Kabelindo, Kabel Metal, Voksel FRC Fuji,
Nexans, Radox
10 Konduit PVC Higt Impact Ega, Clipsal
11 Cable Mark 3M, Legrand
12 Lampu TL TKI /Balk Fluorescent TL-D Philips

Starter Philips
Condensor Philips
Fitting Philips, Vossloh
Ballast Philips, Vossloh, Schwabe
Armature Creation, Philips, Interlite

13 Down Light PLC Lampu, ballast, fitting Philips


Armature Creation, Philips, Interlite
14 Recced Mounted Fluorescent TL-D Philips
RM 300 M4 Starter Philips
Condensor Philips
Fitting Philips, Vossloh
Ballast Philips, Vossloh, Schwabe
Armature Creation, Philips, Interlite
15 Lampu Baret Fluorescent TL-D Philips
Starter Philips
Condensor Philips
Fitting Philips, Vossloh
Ballast Philips, Vossloh, Schwabe
Armature Creation, Philips, Interlite
16 Lampu GMS Fluorescent TL-D Philips
Starter Philips
Condensor Philips
Fitting Philips, Vossloh
3. SPESIFIKASI TEKNIS DIESEL GENERATING SET

3.1. UMUM

mm.Lingkup pekerjaan ini akan meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian, garansi, sertifikasi,
service, pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi (As-built Drawing), petunjuk operasi dan
pemeliharaan serta latihan petugas instalasi ini dari pihak Pemilik bangunan. nn. Pelaksana
Pekerjaan harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang
diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran ( Bills of Quantity
), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan setempat dan
perintah dari Konsultan pengawas selama masa pelaksanaan pekerjaan.
oo. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan, merupakan kewajiban Pemorong untuk penggantinya tanpa ada penggantian
biaya

3.2. SISTEM KERJA GENSET

pp. 1 (satu) Unit Diesel Generating set kapasitas 150 KVA Prime Power disediakan sebagai
sumber daya cadangan bila PLN padam.
qq. Bila PLN padam, maka Genset akan start secara otomatis (Auto Start) dalam waktu 10 – 15
detik (adjustable).
rr. Ketika PLN sudah hidup kembali, maka Genset masih akan terus melayani beban untuk waktu
tidak kurang dari 15 menit, setelah itu baru terjadi pemindahan beban kembali ke PLN dan
Genset akan mati setelah melalui waktu pendinginan/cooling down time sekitar 300 detik
(adjustable), dengan pertimbangan agar rectifier perangkat tidak mengalami perubahan catu
daya dalam waktu pendek.

3.3. LINGKUP PEKERJAAN

3.3.1. Lingkup Pekerjaan Utama

51. Pengadaan, pemasangan dan pengujian 1 (satu) unit Diesel Generating Set kapasitas ....
KVA dan ... KVA Prime Power, single operation, Silent type. 52. Pengadaan dan Pemasangan
kabel feeder dari Genset ke PKG lengkap dengan kabel ladder / tray termasuk terminasi.
53. Pekerjaan sipil ( bobokan dan perapihan kembali dll. )

3.3.2. Lingkup Pekerjaan Instalasi Operasi Sistem Genset

54. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel daya dan kontrol dari unit Genset ke PKG
55. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pentanahan unit Genset dan PKG
56. Melakukan testing dan commissioning instalasi tersebut
57. Mengadakan pelatihan operator.
58. Membuat As-built Drawing
59. Membuat buku petunjuk operasi dan pemeliharaan serta trouble shooting
60. Menyerahkan Tools Kit
3.3.3. Lingkup Pekerjaan Terminasi

61. Menyediakan kontrol terminal untuk sensor PLN ke PKG


62. Melaksanakan terminasi kabel feeder dari Genset ke PKG
63. Koordinasi dengan Pelaksana Pekerjaan lain maupun Instalasi terkait untuk menjamin bahwa
instalasi tersebut sudah lengkap, benar dan memenuhi persyaratan

3.3.4. Lingkup Pekerjaan Yang Terkait

64. Handling Genset di atas pondasi


65. Setting dan aligment kedudukan Genset, termasuk anchor
66. Setting dan aligment peredam getaran (Anti Vibration Mounting).
67. Pekerjaan sipil dan finishing yang diperlukan dan perapihan kembali yang diakibatkan oleh
instalasi ini.
68. Mengurus perijinan ke Instansi Depnaker dan Ditjen Pertambangan & Energi sehubungan
dengan pekerjaan ini (biaya perizinan dan pengurusannya termasuk lingkup Pelaksana
Pekerjaan ini).

3.3.5. Lingkup Pekerjaan Pemilik

Menyediakan surat yang diperlukan untuk perizinan ke Instansi terkait (bila dipersyaratkan)

3.4. DIESEL GENERATOR

3.4.1. Umum

69. Mesin Diesel Generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan suatu daya listrik
dengan kapasitas tidak kurang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana untuk tipe
pemakaian secara terus-menerus pada kondisi kerja setempat, dimana tempratur keliling tidak
melebihi 45° C dan rata-rata temperature keliling adalah 40° C, sesuai standard DIN 6270 A.

70. Mesin Diesel Generator harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang terbuat dari bahan
baja, dimana antara mesin dengan dudukan dan antar dudukan dengan pondasi mesin yang
akan disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan, harus disediakan bahan peredam getaran tipe
gabungan pegas dan karet perdam getaran.

71. Pelaksana Pekerjaan harus menghitung kembali system peredam suara, ventilasi ruangan,
saluran udara buang dan saluran asap sehubungan dengan spesifikasi mesin Diesel Generator
set yang diusulkan.

72. Pelaksana Pekerjaan harus menghitung kembali system saluran udara buang dan saluran
asap sehingga tidak akan mengurangi kapasitas mesin untuk membangkitkan daya sesuai yang
diminta.
73. Perhitungan system peredam suara, ventilasi ruangan, saluran udara buang dan saluran
asap harus dilampirkan pada surat penawaran, serta harus dilengkapi dengan brosur / manual
asli dari pabrik sebagai dasar perhitungan.

74. Mesin Diesel Generator yang dipergunakan harus merupakan peralatan yang selalu siap
dipergunakan pada setiap saat, untuk itu mesin ini harus mempunyai perlengkapan berupa
pompa sirkulasi minyak pelumas otomatis dan manual, peredam suara pada saluran gas buang (
max 65 dB ± 5 dB ), alat pengisi muatan battery dengan catu daya yang berasal dari Generator
dan yang berasal dari PLN.

75. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran mesin secara
otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada putaran nominalnya pada kondisi beban
antara beban nol dan beban penuh dengan toleransi tidak lebih dari 2 %.

76. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara pembakaran.

77. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan alat pengaman guna menghentikan operasi mesin dan
atau memberikan indikasi adanya gangguan untuk setiap gangguan sebagai berikut :

• Putaran kerja melebihi 110 % putaran nominal.


• Tekanan kerja minyak pelumas lebih kecil dari nilai nominalnya (tidak kurang dari 3 kg/cm²)
• Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya (tidak kurang dari 75 °C).
• Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu dan sesuai dengan rekomendasi pabrik

78. Generator yang dipergunakan harus mampu membangkitkan tegangan tanpa bantuan
sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnitnya mendapatkan catu daya dari terminal
Generator melalui suatu rangkaian elektronik dengan tidak mempergunakan sikat komutator.

79. Rangkaian elektronik yang dimaksud dalam butir di atas harus mampu mengatur tegangan
Generator secara terus-menerus pada tegangan nominal sebesar 220/380 Volt dengan toleransi
tidak lebih dari 1,5 %.

80. Generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan daya listrik sesuai dengan kondisi
terpasang yang ditunjukkan didalam Gambar Rencana secara terus-menerus pada putaran
nominal mesin Diesel dan pada tegangan nominal

81. Generator yang dipergunakan harus dibuat untuk pemakaian dalam ruangan dengan kelas
pengamanan tidak kurang dari IP 23 dan dapat menahan kelebihan beban 10 % selam 1 jam
dalam selang waktu 12 jam.

82. Hubungan kumparan stator Generator hendaknya hubungan bintang dimana reaktansi
hubung singkatnya tidak lebih 15 %.

83. Mesin Diesel Generator secara keseluruhan harus mampu dioperasikan dari Panel Kontrol
Generator.
84. PKG harus mempunyai bagian yang dapat mengoperasikan mesin secara otomatis pada saat
terjadi gangguan pada sumber daya yang berasal dari PLN, dimana untuk selanjutnya akan
disebut Automatic Main Failure ( AMF ) type Digital. AMF module ini bisa disuplai oleh
Pelaksana Pekerjaan Genset yang pemasangannya dilakukan oleh Panel Maker atau
pengadaannya oleh panel maker dan pemasangan oleh Pelaksana Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai