NADA PRATAMA
GENERAL – ENGINERING - CONTRACTOR
Nama Paket : Preservasi Jalan Ciawi - Benda - Ciawi (Puncak) - Bts. Kota
Cianjur
Nama Ruas : Jalan Ciawi - Benda - Ciawi (Puncak) - Bts. Kota Cianjur
Tahun Anggaran : APBN 2020
Setelah mempelajari Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Berita Acara Aanwijzing, Gambar Kerja
dan Bill of Quantity (BQ), kami menyajikan Metoda Pelaksanaan Kerja yang akan diterapkan di lapangan
bila kami mendapat kesempatan/dipercaya menjadi Pelaksana pada paket pekerjaan ini.
Tujuan pembuatan metode pelaksanaan kerja ini adalah sebagai acuan/arahan dalam melaksanakan
pekerjaan di lapangan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik biaya, mutu dan waktu.
Metode Kerja ini mencantum sistem kerja lapangan yang akan dipakai mulai dari awal proyek hingga
selesainya proyek yang dimulai dari Site Management hingga Quality Control serta hubungan unsur-unsur
pelaksanaan proyek yang terkait selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Dengan adanya perencanaan
metode yang tetap/baik, maka diharapkan proyek dapat diselesaikan dengan baik.
Metode pelaksanaan ini diajukan PT. NADA PRATAMA dalam memulai suatu pekerjaan yang menjadi
acuan dalam pelaksanaan kerja pada Preservasi Jalan Ciawi - Benda - Ciawi (Puncak) - Bts. Kota
Cianjur
Paket ini merupakan paket pekerjaan dengan metdode Long segmen,dimana didalam nya memiliki Lima
output yang berbeda beda waktu pelaksanaan pekerjaan nya.
Total waktu penyelesaian pekerjaan ini direncanakan selama 235 (Dua Ratus Tiga Puluh Lima) hari
kalender. Dengan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan kecuali pelaksanaan
pemeliharaan kinerja jalan dan jembatan untuk masing-masing lingkup selambat-lambatnya:
Masa Pemeliharaan ditentukan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak dihitung sejak Tanggal Penyerahan
Pertama Pekerjaan sampai dengan Tanggal Penyerahan Akhir Pekerjaan selama 365 (Tiga ratus enam
puluh lima) hari kalender.
Dalam pelaksanaannya akan didukung oleh unsur-unsur terkait, sehingga akan didapat kinerja yang
maksimal.
Pada pelaksanaan proyek ini, dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan yang sesuai dengan batasan
biaya, waktu dan mutu yang telah ditentukan, kami PT. NADA PRATAMA harus didukung oleh:
Setelah SPMK ( Surat Perintah Mulai Kerja ) atau SPL ( Surat Penyerahan Lapangan ) diterima, maka
TAHAP AWAL yang akan dikerjakan adalah melakukan KOORDINASI dengan Pemilik Pekerjaan dan
Pengawas dalam rangka rencana memulai pekerjaan, Selanjutnya Kami akan menyiapkan dan
mengajukan RENCANA KERJA pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan (Pihak owner, MK &
pengawasan) untuk disetujui.
Rencana kerja ini akan dibahas pada saat Kick Of Meeting atau biasa disebut dengan Pre Construction
Meeting (PCM), Rencana Kerja terdiri dari :
Pemberitahuan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek untuk mulai pelaksanaan pekerjaan.
Mengajukan Organisasi Proyek ( penanggung jawab dan staff )
Mengajukan dan review metoda pelaksanaan.
Mengajukan rencana kerja pelaksanaan (Time Schedule) dan S Curve, rencana pengadaan bahan,
tenaga kerja dan peralatan kemudian diserahkan kepada Pengawas pekerjaan untuk meminta
persetujuan.
Mengajukan contoh-contoh material yang akan digunakan dalam pelaksanaan kepada Pemimpin
Proyek melalui Pengawas Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
Mempersiapkan tenaga kerja dan peralatan kerja yang akan digunakan dalam pelaksanaan.
Mengadakan diskusi, pengukuran kembali maupun evaluasi perencanaan dengan konsultan
perencana dan pengawas pekerjaan.
Menyiapkan peralatan kerja kantor lapangan dan perlatan dokumentasi.
Menyiapkan perlengkapan peralatan K3 ( Helm Proyek, Sepatu, Safety belt, Alat pemadam
kebakaran, dll ), dan kooordinasi dengan safety officer dari lingkungan Dinas Terkait.
Pekerjaan Persiapan Dan Administrasi Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan pokok dimulai serta untuk menjamin lancarnya pelaksanan, maka kami terlebih dahulu
melakukan pekerjan persiapan, pekerjaan persiapan yang akan kami lakukan sebagaimana uraian
pekerjaan persiapan dibawah ini :
Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk dapat digambarkan potongan memanjang dan potongan melintang
konstruksi perkerasan jalan yang akan dibangun, pemasangan patok-patok acuan, menentukan lokasi
pekerjaan baik pekerjaan utama berupa pekerjaan struktur maupun perkerasan jalan. Pekerjaan ini
dilaksanakan oleh pihak Direksi Pekerjaan dan Supervisi serta team pengukuran dan ahli teknik dari
kontraktor yang personilnya telah ditentukan dan berpengalaman serta siap sedia selama mas a
pelaksanaan. Dari hasil survey ini akan menjadi pegangan bersama-sama masing-masing pihak proyek
untuk setiap pekerjaan kami akan mengadakan pengukuran terhadap pemetaan proyek dengan teliti,
disaksikan oleh Konsultan Pengawas, untuk mengetahui batas-batas pemetaan, peil ketinggian tanah
(elevasi) dengan menggunakan alat-alat waterpass dan theodolite.
1. Waterpass
2. Theodolit
3. Bak ukur
4. Rol meter
5. Patok / martil
Semua ukuran ketinggian yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada ketinggian
Bench Mark (BM). Kami akan melakukan patok referensi, ketinggiannya terhadap datum untuk titik-titik
teretentu dan mengikuti petunjuk dan peta kunci koordinat yang terdapat dalam gambar kerja. Penentuan
patok-patok akan dilakukan dengan peralatan theodolith / waterpass yang sebelumnya harus diperiksa dan
disetujui. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan yang sebenarnya, akan
dilakukan penggambaran kembali tapak proyek, lengkap dengan keterangan mengenai peil / ketinggian
tanah, batas-batas dan sebagainya dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi.
Ukuran-ukuran pokok dan pekerjaan dapat dilihat dalam gambar, ukuran-ukuran yang tidak tercantum,
tidak jelas atau saling berbeda, akan segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas. Apabila perlu akan
diadakan perubahan ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan sesuai petunjuk dari pengawas
lapangan
METODE
PRESERVASI REHABILITASI MINOR JALAN
DIVISI. I UMUM
MOBILISASI
Pekerjaan Mobilisasi akan segera dilakukan, setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Pada Pekerjaan Mobilisasi ini, akan dilakukan Mobilisasi Peralatan, Tenaga Kerja,
Pembuatan/pembangunan Direksi Keet, dan barak tempat kerja serta kebutuhan lainnya yang
diperlukan guna menunjang kelancaran pekerjaan. Juga Dilakukan Penyelidikan atau Investigasi
terhadap kondisi lapangan, kondisi material yang akan dipergunakan, seperti melakukan Job Mix
Formula Untuk Hot Mix, ready mix, Soil Investigation (jika diperlukan), dan hal lainnya. Juga pada
pekerjaan Mobilisasi ini akan dilakukan :
Pekerjaan survey lapangan
Pekerjaan survey lapangan ini sangat perlu dilaksanakan guna mengetahui tentang
kemungkinan adanya kendala-kendala di proyek yang akan dapat mengganggu pelaksanaan
pekerjaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pekerjaan Pengukuran dan Site Planning
Sebelum pelaksanaan pekerjaan fisik, perlu dilakukan pengukuran ulang bersama antara
Kontraktor, Direksi Lapangan dan Konsultan, dengan menggunakan alat ukur (Theodolite
dan/atau Waterpass). Dimana pada pengukuran tersebut akan ditentukan titik Bench Mark (BM)
guna dijadikan patokan dalam menentukan titik, terutama yang berhubungan dengan ketinggian
permukaan.
a. Batas pekerjaan
Pengukuran akan dilakukan dari awal hingga dapat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengukuran
ini jika dimungkinkan juga akan dipakai untuk menentukan progres pekerjaan yang berhubungan dengan
pembayaran. Tim pengukuran juga akan melakukan pengecekan gambar yang ada (Construction
Drawing) dan akan membuat data awal. Dimana data awal tersebut akan dipakai guna pembuatan shop
drawing yang akan dijadikan untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Shop drawing sebelum
dapat digunakan sebagai pedoman di lapangan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi lapangan dan Konsultan. Selanjutnya diharapkan As Build Drawing akan dapat diproses
bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada hasil pekerjaan
terlaksana (Pekerjaan yang sudah dilakukan). Hal ini dimaksudkan agar pada saat selesai pekerjaan
nanti, As Build Drawing yang menjadi kewajiban Kontraktor juga dapat segera diselesaikan.
peralatan-peralatan antara : 1. Total Station atau EDM, untuk pengukuran polygon. 2. Automatic
Level wild NAK 2 (Waterpass) lengkap dengan statisnya dan bak ukur alumunium panjang 4 meter
untuk pengukuran waterpass.
Pembuatan Pagar Pengaman
Pagar pengaman dibuat dengan cara yang mudah untuk dipindahkan dan dapat melindungi
areal pekerjaan dari segala gangguan, yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan. Dimana
pada tahap awal dibuatkan
pagar untuk melindungi pekerjaan pada daerah yang akan dilaksanakan dengan mengikuti
rencana kerja yang telah dibuat.
Gambar 3. Pemasangan Pagar
dan alat benar-benar telah diperiksa kelayakannya. Selanjutnya alat akan ditempatkan pada lokasi
yang aman/dalam base camp dan dekat dengan lokasi proyek agar mudah digunakan dalam
pekerjaan nantinya. Peralatan yang wajib didatangkan pada pekerjaan proyek ini, sesuai dengan
KAK dan dokumen lelang antara lain:
Mobilisasi Peralatan :
Mobilisasi Tenaga Kerja/Personil Inti
Safety Plan
Agar pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan baik tanpa adanya kecelakaan fatal, maka kami akan
menyiapkan safety plan untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan aman pada
setiap tahapan dan item pekerjaan. Seluruh petugas‐petugas dilapangan akan dilengkapi dengan
APD (Alat Pelindung diri) yang memadai. Pada saat akan melaksanakan setiap pekerjaan diawali
dengan Safety Talk dengan memberikan pengarahan cara kerja dan sistem kerja yang aman.
disamping itu juga kami akan menerapkan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
menjamin pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir Zero Accident, yaitu melakukan
identifikasi bahaya setiap item pekerjaan serta pengendalian resikonya dengan melengkapi Alat
Pelindung Diri dan Kebutuhan Safety Gear yang memadai untuk pelaksanaan setiap item
pekerjaan. Dan penambahan pemasangan Spanduk/Papan Pemberitahuan Sebagai Berikut
Security Plan
Adalah prosedur pengendalian keamanan lingkungan proyek, mencakup prosedur keluar masuk
bahan proyek, penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan wilayah sekitar proyek. Untuk itu
ditempatkan tenaga keamanan dan pos penjagaan di proyek
Quality Control
Tujuan quality control dalam pelaksanan konstruksi adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan dan
mengetahui kesalahan sedini mungkin.Untuk tercapainya maksud tersebut akan disediakan laboratorium di
lapangan termasuk untuk personil yang akan melaksanakan cek bahan mentah, bahan olahan dan pekerjaan
jadi.
PEMBERSIHAN LOKASI
Sebelum melakukan kegiatan utama serta kegiatan pendukung lainnya maka kami terlebih dahulu akan
melakukan pembersihan awal lokasi yaitu melakukan pembersihan sampah disekitar lokasi pekerjaan yang
nantinya akan menggangu proses pelaksanaan. Pembersihan lokasi ini sebelum dilaksanakan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari pihak Direksi, Pembersihan lokasi juga akan kami laksanakan pada
akhir pelaksanaan yaitu membersihkan lokasi pekerjaan dari bahan‐ bahan sisa pekerjaan yangsudah tidak
dipergunakan lagi agar nantinya lokasi kami tinggalkan dalam keadaan bersih dan rapi.
Flow Chat Pembersihan Lokasi
Flow Chart Pengendalian Teknis / Penguasaan Teknis Pelaksanaan
Manajemen Keselamatan Lalu Lintas
Manajemen Keselamatan Lalu Lintas sangat diperlukan untuk penunjang kebrhasilan pelaksanaan,
Manajemen Keselamatan Lalu Lintas sangat diperlukan untuk penunjang keberhasilan pelaksanaan
kegiatan dari kecelakaan kerja dari kecelakaan kerja di lapangan. Petugas Manajemen Lalu Lintas
harus selalu berada dilokasi kerja dengan menempatkan petugas untuk mengatur lalu lintas demi
keselamatan pekerja dan penggunaan jalan mengigat pekerjaan ini adalah peningkatan jalan, yang
mana lalu lintas tidak tertutup pekerjaan ini meliputi :
1. Persiapan Personil
Personil petugas pengatur lalu lintas masing-masing 2 orang untuk mengatur arus lalu lintas di
setiap lokasi kegiatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Koordinator keselamatan
lalu lintas 1 orang, untuk mengatur petugas, memantau kerja petugas, dan membuat laporan
keselamatan lalu lintas
2. Peralatan
Peralatan yang biasa digunakan adalah :
Bendera Tangan,
Lampu Kedip Portabel,
Peluit
Alat Komunikasi,
Rambu-Rambu Peringatan
3. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan secara berkala tentang kondisi keselamatan lalu lintas di lokasi kerja yang
dilaporkan kepada Safety Engineer sebagai bahan monitoring dan evaluasi Setiap penutupan jalan
akan dikoordinasikan dengan aparat desa dan kepolisian wilayah dimana lokasi pekerjaan.
4. Analisa K3
1. Personil
• Pelaksana
• Petugas K3L
• Tenaga Kerja
2. Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
• Rambu Peringatan :
“HATI-HATI, KURANGI KECEPATAN SEDANG ADA PERBAIKAN JALAN”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
• Sarung Tangan
• Helm
• Sepatu Safety
Gambar Rencana Manajemen Lalu Lintas
Masukkan elektroda pH meter dalam larutan buffer pH 4 kemudian tekan ‘call’, hal
ini dilakukan untuk proses kalibrasi pH meter. Nantinya pH meter akan mencapai
pembacaan pH 4 yang stabil. Bila telah stabil bilas dengan aquades kembali,
keringkan lagi menggunakan tissue. Setelah itu masukkan elektroda dalam larutan
buffer pH 7 kemudian tekan ‘call’ sampai pembacaan pH 7 yang stabil.
Sampel yang sudah dihaluskan timbang sebanyak 10 gr kedalam beaker glass ukuran
100 ml atau 150 ml, lalu tambahkan dengan aquades sebanyak 90 ml. Perbandingan
ini (1 : 9) bisa disesuaikan apabila sampel yang didapat kurang dari 10 gr. Gunakan
magnetic stirrer untuk proses homogenisasi atau dengan pengaduk, setelah sampel
dikira cukup homogen celupkan pH meter kedalam larutan sampel. Pembacaan pada
pH meter diperoleh beberapa saat setelah pH meter dicelupkan, cukup dengan melihat
stabilitas pengukuran, apabila sudah stabil pengukurannya catat pembacaan pH meter
yang tertera pada layar pH meter. Bilas kembali elektroda dengan aquades dan
keringkan dengan kertas tissue, matikan pH meter setelah selesai pengukuran. Agar
pengukuran pH meter yang efisien, sebaiknya siapkan sampelnya dahulu sebelum
proses kalibrasi pH meter, untuk pengukuran sampel yang jumlahnya banyak, pH
meter tidak perlu dikalibrasi terus menerus setelah satu
pengukuran selesai. Cukup bilas elektroda pada Ph meter dan lakukan pengukuran
sampel berikutnya. Namun bila ternyata sampel cukup banyak, lakukan kalibrasi pH
meter setelah beberapa kali pengukuran.
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen
dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut.Sampel yang
digunakan adalah air suling atau aquadest. Pengukuran kadar oksigen terlarut dengan
menggunakan DO meter relative lebih mudah dibandingkan dengan metode titrasi.
pengukuran dengan cara memasukkan ujung electrode ke dalam sampel air yang telah
disiapkan.
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia
yang terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 + NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O ==> Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 ==> Na2S4O6 + 2 NaI
b. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung
untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam
larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak
(Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran
plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi
adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e ==> 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- ==> PbO + H20 + 2e
Metode Winkler
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat
dirumuskan :
MnCI2 + NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
Mn(OH)2 + O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O ==> Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
\I2 + 2 Na2S2O3 ==> Na2S4O6 + 2 NaI
Sedangkan TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun
anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas
seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang
berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk
mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana
yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan
kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab
utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di
perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan
surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut
mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan.
Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat
karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota
golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima
daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
Pengujian TDS dan TSS
1. Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu
kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang
langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis gravimetri sangat penting
dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar bahwa teknik gravimetrik telah
digantikan oleh metode instrumen. Masih banyak kasus dimana teknik gravimetrik
merupakan pilihan terbaik untuk memecahkan suatu problem analisis yang khusus.
Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya. Persyaratan
yang harus dipenuhi agar garvimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan
yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap secara analit
tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus
murni atau mendekati murni
2. Elektrikal Konduktiviti
Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan konsentrasi padatan
terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi padatan terlarut dalam air
menciptakan kemampuan pada air untuk menghasilkan arus listrik yang dapat diukur
menggunakan konduktivity meter. Elektrikal konduktiviti ini adalah mengukur
konduktivitas listrik bahan-bahan yang terkandung dalam air. Semakin banyak bahan
(mineral logam maupun nonlogam) dalam air, maka hasil pengukuran akan semakin
besar pula. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung dalam air maka
hasilnya mendekati nol, atau yang kita sebut dengan air murni (pure water)
Konduktiviti meter adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar suatu
larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara
menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktivity meter memiliki
kegunaan yang lain yaitu
mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah
larutan. Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah
perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin besar suhunya maka daya hantar
pun juga akan semakin besar dan apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka
sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara
konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi dapat
mempengaruhi daya hantar
Prinsip kerja elektrikal konduktiviti adalah dua buah probe dihubungkan ke larutan yang
akan diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output
yang menunjukkan besar konduktifitas/daya hantar listrik sampel air tersebut
Terjadiadalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4 e à 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- à PbO + H2O + 2e
Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan pada
mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Di
sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum treatment
dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga
persentase penurunan COD nya meningkat. Karena dengan COD awal yang kecil ini,
kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling filter
akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila diamati dari sisi
jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD
akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah
ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin
bertambah. Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
1. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang
digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
2. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam
ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah
tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras
karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang
Penanggulangan Kekurangan Kadar COD
Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam
limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD,
TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara
biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan
konsentrasi COD
Pengujian Coliform Dan E.Coli
Metode ini digunakan untuk menentukan bakteri indikator sanitasi yaitu Coliform
dan Escherichia coli atau yang bisa disebut E.Coli.
Media dan Reagensia :
a. Brilliant Green Lactose Bile Broth 2%(BGLB)
b. Lauryl Tryptose Broth (LSB)
c. EC Broth
d. Levine’s Eosin Methylen Blue (L-EMB) Agar
e. Tryptone ( Trytophane ) Broth ( TB )
f. MR-VP Broth
g. Simmon Citrate Agar
h. Plate Count Agar
i. Larutan Butterfield’s Phosphate Buffered
j. Pereaksi Kovaks
k. Pereaksi Voges Preskauer
l. Indikator MR
m. Pereaksi pewarnaan gram
Peralatan
a. Waterbath bertutup dengan sirkulasi 45 oC ± 0,5 oC ;
b. Inkubator 35 oC ± 1 oC;
c. Blender beserta jar yang dapat distrerilisasi atau stomacher ;
d. Botol pengencer ;
e. Tabung durham ;
f. Cawan petri ukuran 15 mm X 90 mm;
g. Tabung reaksi ukuran 16 mm x 150 mm dan 13 mm x 100mm;
h. Timbangan dengan ketelitian 0,0001 g;
i. mikroskop
j. pipet atau pippetor 1 ml, 5 ml dan 10 ml.
Kondisi Pengujian
Pengujian contoh kekerangan menggunakan 5 seri tabung pengencer sedangkan untuk produk
perikanan lainnya menggunakan 3 seri tabung pengencer
Preparasi contoh
Dengan menerapkan teknik aseptis, contoh diambil secara acak dan dipotong kecil-kecil
hingga berat masing-masing contoh yang akan diuji sesuai ketentuan pada tabel
dibawah. Contoh beku dilelehkan pada saat akan dianalisa dan pelelehan dilakukan selama 18
jam pada suhu sekitar 2oC – 5oC dan tidak lebih dari 15 menit.
Prosedur Pengujian
1. Persiapan contoh
Untuk contoh dengan berat lebih kecil atau sama dengan 1 kg atau 1 l sampai dengan
4,5 kg atau 4,5 l timbang contoh padat sebanyak 25 g atau contoh cair sebanyak 25 ml
dari contoh yang akan diuji, kemudian masukkan dalam wadah atau plastik steril dan
tambahkan 225 ml larutan Butterfield’s phosphate Buffered
Untuk contoh dengan berat lebih besar dari 4,5 kg atau 4,5 l timbang contoh padat
sebanyak 50 g atau contoh cair sebanyak 50 ml, kemudian masukkan dalam wadah
atau plastik steril dan tambahkan 450 ml larutan Butterfield’s phosphate Buffered
Homogenkan selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan dengan pengenceran
10-1
2. Tahap Analisa
Tahap Uji Pendugaan coliform (Presumptive coliform)
Siapkan pengenceran 10-2 dengan cara melarutkan larutan 10-1 ke dalam 9 ml larutan
pengencer Butterfield’s phosphate Buffered. Lakukan pengenceran selanjutnya sesuai
dengan pendugaan kepadatan populasi contoh. Pada setiap pengenceran dilakukan
pengocokan minimal 25 kali.
Pindahkan dengan menggunakan pipet steril, sebanyak 1 ml larutan dari setiap
pengenceran ke dalam 3 seri atau 5 seri tabung lauryl tryptose broth ( LTB ) yang
berisi tabung durham.
Inkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam 2 jam pada suhu 35oC 1oC.
Perhatikan gas yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam dan inkubasi kembali tabung-
tabung negatif selama 24 jam. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan gas gas
dalam tabung durham.
Lakukan “ uji penegasan coliform” untuk tabung-tabung positif.
Inokulasi tabung-tabung LTB yang positif ke tabung-tabung BGLB Broth yang berisi
tabung durham dengan menggunakan jarum ose. Inkubasi BGLB Broth yang telah
diinokulasi selama 48 jam pada suhu 35oC 1oC.
Periksa tabung-tabung BGLB yang menghasilkan gas selama 48 jam 2 jam pada
suhu 35oC 1oC. Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung
durham.
Tentukan nilai paling memungkinkan ( APM ) berdasarkan jumlah tabung-tabung
yang positif dengan menggunakan Angka Paling Memungkinkan ( APM ). Nyatakan
nilainya sebagai “ APM/g coliform”
Inokulasi dari setiap tabung LTB yang positif ke tabung-tabung EC broth yang berisi
tabung durham dengan menggunakan jarum ose , Inkubasi EC broth dalam sirkulasi
waterbath selama 48 jam 2 jam pada suhu 45oC 0,5oC. Waterbath harus dalam
keadaan bersih, air di dalamnya harus lebih tinggi dari tinggi cairan yang ada dalam
tabung yang akan diinkubasi.
Periksa tabung-tabung EC broth yang menghasilkan gas selama 24 jam 2 jam, jika
negatif inkubasi kembali sampai 48 jam 2 jam. Tabung positif ditandai dengan
kekeruhan dan gas dalam tabung durham.
Tentukan nilai angka paling memungkinkan ( APM ) berdasarkan jumlah tabung-
tabung EC yang positif dengan menggunakan Angka Paling Memungkinkan (
APM ). Nyatakan nilainya sebagai “ APM/g faecal coliform “
Dari tabung-tabung EC broth yang positif dengan menggunakan jarum ose gores ke
L-EMB agar. Inkubasi selama 24 jam 2 jam pada suhu 35oC 1oC.
Koloni Escherichia coli terduga memberikan ciri yang khas ( typical ) yaitu hitam
pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik.
Ambil lebih dari satu koloni ( typical ) Escherichia coli dari masing-masing cawan
L-EMB dan goreskan ke media PCA miring dengan menggunakan jarum tanam.
Inkubasi selama 24 jam 2 jam pada suhu 35oC 1oC.
Jika koloni yang khas (typical) tidak ada, pindahkan 1 atau lebih koloni yang tidak
khas ( typical ) Escherichia coli ke media PCA miring.
Uji Morfologi
Lakukan uji morfologi dengan melakukan pewarnaan gram dari setiap koloni Escherichia
coli 24 jam 2 jam dengan menggunakan mikroskop, bakteri Escherichia coli termasuk
bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek atau coccus.
Uji Biokimia
a. Produksi Indol ( I )
Inokulasi 1 ose dari PCA miring ke dalam tryptone broth inkubasi selama 24 jam 2 jam
pada suhu 35oC 1oC. Uji indol dilakukan dengan menambahkan 0,2 ml – 0,3 ml pereaksi
kovacs. Reaksi positif jika terbentuk cincin merah pada lapisan bagian atas media dan
negatif bila terbentuk cincin warna kuning.
Pelaporan
Berdasarkan interpretasi hasil diatas, nyatakan coliform dan Escherichia coli dalam APM/g
dengan menggunakan Angka Paling Memungkinkan ( APM). Apabila pengujian
menggunakan 3 seri tabung pengeceran gunakan tabel B1 lampiran B dan Apabila pengujian
menggunakan 5 seri tabung pengenceran gunakan tabel C1 pada lapiran C
Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Latar belakang
Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk, dapat menggunakan metode
hitungan mikroskopis, metode hitungan cawan dan penentuan angka paling
memungkinkan(APM). Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metode
hitungan mikroskopis, akan tetapi pada APM hanya organisme hidup yang dapat dihitung.
Metode APM adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan
medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3
atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara
statistik. Tabung positif ditunjukan oleh adanya pertumbuhan bakteri dan gas. Nilai APM ini
diperoleh dengan anggapan sebagai berikut:
a. Bakteri dalam contoh menyebar secara random
b. Bakteri dalam contoh tidak berkelompok atau cluster, tetapi saling terpisah
c. Organisme yang terdapat dalam contoh dapat tumbuh dalam medium selama inkubasi
d. Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan, seperti media dan waktu inkubasi
Didalam penggunaan seri tabung pengenceran tingkat pengenceran yang diperlukan
didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah
jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan
hasil uji positif ( adanya pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh
yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri).
Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh
harus diencerkan sampai diperoleh tingkat pengeceran yang lebih tinggi sehingga nilai APM
maksimum yang dapat dihitung. Metode pengenceran yang paling mudah adalah dengan
melakukan pengeceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 seri tabung pengenceran.
Metode APM digunakan untuk menduga organisme dalam jumlah sedikit (kurang dari 100/g)
terutama susu, air dan makanan yang mempunyai partikel-partikel lain yang mungkin
mengganggu keakurasian perhitungan. Kombinasi tabung-tabung positif yang diperoleh
cukup untuk memberikan hasil yang signifikan dan umumnya terdapat dalam tabel APM,
sedangkan kombinasi yang tidak mungkin diabaikan. Tabel APM mempunyai tingkat
kepercayaan 95 %. Jika kombinasi tabung-tabung positif yang diperoleh tidak termasuk
dalam tabel APM maka contoh yang asli harus dilakukan pengujian kembali. Dan jika ini
tidak dapat dilakukan, maka analis harus membandingkan dengan tabel APM yang lain untuk
menghitung nilai APM berdasarkan hasil yang diperoleh.
Cara pemilihan kombinasi tabung positif pada 3 dan 5 seri tabung pengenceran dalam
tabel APM
Penentuan APM dihitung berdasarkan jumlah seri tabung positif pada beberapa pengenceran
yang digunakan yang didasarkan pada 3 atau 5 seri tabung pengenceran yang digunakan.
Kombinasi yang diambil adalah 3 tingkat pengenceran dengan kaidah sebagai berikut :
Kasus 1 seluruh tabung pada seri tabung pengenceran ( 10-1 , 10-2 , dst ) menunjukkan
reaksi positifpilih tingkat pengenceran tertinggi yang menghasilkan seluruh tabung positif
dan 2 pengenceran berikutnya seperti contoh a dan a ( tabel A).
Jika pada tingkat pengenceran yang paling tinggi masih menghasilkan tabung positif
(tingkat pengenceran 10-3 menghasilkan 1 tabung positif) maka tingkat pengenceran
tersebut tingkat pengenceran tertinggi yang dipilih, seperti pada contoh c (Tabel A).
Jika pada tingkat pengenceran tertentu menghasilkan tabung negatif (tingkat
pengenceran 10-3) tetapi pengenceran berikutnya menghasilkan tabung positif (tingkat
pengenceran 10-4 menghasilkan 1 tabung positif ) maka yang dinyatakan tabung
positif adalah tingkat pengenceran sebelumnya seperti pada contoh d ( Tabel A).
Jika pada tingkat pengeceran tertinggi (10-4) masih terdapat tabung positif, maka pilih
tingkat pengenceran sebelumnya seperti pada contoh e (Tabel A).
Kasus 2 Tidak ada satupun dari seri pengenceran yang menghasilkan seluruh tabung
positif
a. Lihat pada contoh f (tabel A), jika tingkat pengenceran tertentu menghasilkan tabung
positif (10-2) maka pilih 2 tingkat pengenceran sebelumnya
b. Jika pada pengenceran yang lebih tinggi masih menghasilkan tabung positif (
pengenceran 10-3 menghasilkan 1 tabung positif ) maka tambahkan tabung positif
tersebut ke tingkat pengenceran sebelumnya seperti pada Tabel A (Contoh g).
Pengujian Destruksi Cu, Pb, Dc, Ni, Fe, Zn, Ag, Co, Mn
Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya plumbum atau timbale meliputi:
AAS (Atomic Absorption Spectrometric Method),
1. Direct Air Acetylene Flame Method
2. Extraction / Air Acetylene Flame Method
3. Electrothermal Atomic Absorption Spectrometric Method
AAS adalah suatu metode analisa untuk penentuan kadar unsur unsure logam dan
metaloid berdasarkan pada penyerapan (absorbansi) radiasi oleh atom bebas dari unsure
tersebut (Miller,D. D and Rutzke,M.A.,2003). Suatu sample dapat diukur kandungan
logamnya apabila logam logam
dalam sample telah di bebaskan dari bhan organiknya . pembeasan logam dari bahan organik
dilaakukan dengan destruksi. Di dalam bagian kusus alat , sample yang telah dipreparasi
tersebut selanjutnya mengalami atomisasi. Atomisasi suatu unsure dalam sample dapat
dilakukan dengan system nyala api (flame). Logam logam yang cocok diukur dengan system
nyala api antara lain K, Na Ca, Mg, Pb Cd Cr Cu Zn Fe. Atomisasi Flame menggunakan gas
baker asetilen udara ataupun nitrous oksida udara (Greenberg,A.E.,et.al,1992)
Pada AAS sebuah cahaya ditembakkan secara langsung melalui nyala api kedalam
monokromator dan sebuah detector yang mengukur jumlah dari cahaya yang diserap oleh
element unsure dalam nyala api. Untuk beberapa logam penyerapan unsure sangat sensitive
melebihi emisi nyala api. Karena tiap logam mempunyai karakteristik kemampuan untuk
penyerapan panjang gelombang yang berbeda. Sebuah sumber lampu yang tersusun dari
unsure yang digunakan : ini membuat metode bebas dari spektral atau gangguan radiasi.
Jumlah energy pada karakteristik panjang gelombang yang diserap pada nyala api sebanding
atau berbanding lurus dengan konsentrasi unsure pada sampel. Hasi bacaan dari metode ini
berupa Absorbansi yang dicatat dan diolah secara komputerisasi. Metode metode yang
menggunakan prinsip kerja AAS antara lain :
Metode ini digunakan untuk menentukan atau menganalisa antimony, bismuth, cadmium
(Cd), Calcium (Ca), Cesium (Cs), Chromium (Cr), Cobalt (Co). Copper (Cu), Emas (Au),
Iridium, Besi (Fe), Lithium (Li), Timbal (Pb), Magnesium (Mg), Nikel (Ni), Palladium,
Platinum, Potasium, Rhodium, Tembaga, Sodium, Strontium, Thalium, Timah, dan Seng.
Peralatan
c) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi baik dengan mekanisme meter digital atau null
rekorder (readout). Instrumen yang paling modern dilengkapi dengan mikroprosesor
yang mampu mengintegrasikan sinyal penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan
kurva kalibrasi pada konsentrasi tinggi.
d) Lampu
Menggunakan salah satu lampu katoda berongga atau discharge electrodeless
lamp(EDL). Digunakan satu lampu untuk setiap elemen yang diukur. Lampu katoda
berongga multi –elemen umumnya memberikan sensitivitas lebih rendah dari lampu
elemen tunggal. Discharge electrodeless lamp(EDL) membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk pemanasan dan menstabilkan.
a) Udara
Dibersihkan dan dikeringkan melalui filter yang cocok untuk menghilangkan minyak,
air, dan zat asing lainnya
b) Acetylene
Aseton, yang selalu ada dalam silinder asetilena, dapat dicegah masuk dan dapat
merusak burner head. Cara mengatasinya adalah dengan mengganti silinder ketika
tekanannya turun menjadi 689 kPa (100 psi) asetilena.
d) Larutan Kalsium, dilarutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3 ) dalam 5 ml HCl. Jika
diperlukan,didihkan secara perlahan lahan untuk memperoleh larutan yang sempurna.
Tahap selanjutnya yaitu mendinginkan dan mengencerkan dengan 1000 ml air.
i) Aqua Regia, ditambahkan 3 volume cone asam klorida (HCl) terhadap 1 volume
kensentrasi HNO3.
j) Larutan Logam Standard , untuk Timbal dilarutkan 0,1598 gram timbal nitrat (PbNO 3)2
dengan jumlah yang sedikit dengan perbandinga 1 : 1 dengan HNO3 yaitu 10ml HNO3,
dan dilarutkan dalam 1000ml air, dimana 1ml = 100µg Pb.
Prosedure
a) Persiapan sample
Persiapan sample sangat dibutuhkan untuk mengakuratkan hasil dalam pelarutan logam
atau total logam.
b) Instrument operation
Secara umum memaasang lampu katoda berongga untuk logam yang ingin di analysis
dalam instrumen dan setel tombol panjang gelombang. Mengatur lebar celah sesuai
dengan pengaturan dari saran produsen untuk elemen yang diukur. Menyalakan
instrumen, menyetel arus yang disarankan oleh produsen untuk lampu katoda berongga,
dan membiarkan instrumen hangat sampai sumber energi stabil (10-20menit). Atur
kembali arus setelah pemanasan. Optimalkan panjang gelombang dengan menyesuaikan
tombol panjang gelombang sampai energi optimum diperoleh. Instal burner head yang
cocok dan sesuaikan posisi burner head. Hidupkan udara dan sesuaikan laju aliran dengan
yang ditentukan oleh produsen untuk memberikan sensitivitas maksimum untuk logam
yang dianalisis. Aktifkan asetilena, sesuaikan laju aliran yang telah ditentukan, dan
nyalakan api. Biarkan api stabil selama beberapa menit. Hisap larutan standar yang terdiri
dari air deionisasi pada larutan asam yang mengandung konsentrasi asam yang sama
dalam standar dan sampel. Nol kan instrument. Hisap solusi standar dan sesuaikan hisapan
nebulizer untuk mendapatkan sensitivitas maks. Sesuaikan burner baik secara vertikal dan
horizontal untuk mendapatkan respon max. Hisap larutan standar lagi dan nol kan
instrumen. Hisap larutan standar dekat bagian tengah dari kisaran linier. Catat absorbansi
standar ini saat siap dan dengan lampu katoda berongga yang baru. Data tersebut mengacu
pada penentuan berikutnya dari unsur yang sama untuk memeriksa konsistensi pengaturan
instrumen dan penuaan lampu katoda berongga dan standar. Instrumen sekarang siap
untuk beroperasi. Ketika analisis selesai, padamkan api dengan pertama-tama mematikan
acetyleneand kemudian udara.
c) Standarisasi
Memilih paling sedikit tiga konsentrasi pada tiap tiap larutan logam standard, untuk
menggolongkan atau mengelompokkan konsentrasi logam pada sample. Larutan blanko
digunakan untuk mengkalibrasi instrument. Setelah itu menggunakan masing masing
larutan standard lalu menyalakan flame (nyala api) dan mengamati absorbansinya.
d) Analisis Sampel
Membilas nebulizer dengan menggunakan air sebanyak 1,5 ml konsentrasi HNO3/L.
Atomisasi larutan blanko dan mengatur instrument pada angka nol. Atomisasi sample dari
penentuan itulah merupakan absorbansinya.
Calculation
Menghitung konsentrasi pada masing masing ion logam , dalam mikro gram per liter
untuk sedikit element dan milligram per liter untuk logam pada biasanya. membaca secara
langsung konsentrasi yang terdapat pada instrument dan bisa menggunakan kurva
kalibrasi.
Metode ini cocok untuk penentuan konsentrasi timbale yang rendah. Metode terdiri
dari kelasi (pengikatan) dengan APDC dan ekstraksi ke MIBK, diikuti oleh tersedotnya ke
dalam nyala air-acetylene (udara-asetilen).
Peralatan
b) Burner
Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen dan aquabides agar tercampur merata dan dapat terbakar
pada pemantik api secara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner ,merupakan
lubang pemantik api, di mana pada lubang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api.
c) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi baik dengan mekanisme meter digital atau null
rekorder (readout). Instrumen yang paling modern dilengkapi dengan mikroprosesor yang
mampu mengintegrasikan sinyal penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan kurva
kalibrasi pada konsentrasi tinggi.
d) Lampu
Menggunakan salah satu lampu katoda berongga atau discharge electrodeless lamp(EDL).
Digunakan satu lampu untuk setiap elemen yang diukur. Lampu katoda berongga multi –
elemen umumnya memberikan sensitivitas lebih rendah dari lampu elemen tunggal.
Discharge electrodeless lamp(EDL) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pemanasan dan menstabilkan.
e) Katup pengurang tekanan(pressure reducing valve
Bagian ini berfungsi untuk menjaga pasokan bahan bakar dan oksidan pada tekanan yang
lebih tinggi daripada tekanan operasi yang dikendalikan dari instrumen dengan
menggunakan pressure reducing valves yang cocok untuk setiap gas berbeda.
f) Lubang angin
Menempatkan lubang angin sekitar 15 sampai 30 cm di atas kompor (burner) untuk
menghilangkan asap dan uap dari nyala api. Tindakan pencegahan ini bertujuan
melindungi instrumen dari uap korosif, dan mencegah stabilitas api yang dipengaruhi oleh
kondisi ruangan. Sebuah peredam atau variable – speed blower yang berguna untuk
mengatur aliran udara. Pilih ukuran blower yang tepat untuk memberikan aliran udara
yang direkomendasikan oleh produsen alat.
g) Burner head
konvensional. Konsultasikan untuk burner head yang disarankan.
Reagents
a) Udara
Dibersihkan dan dikeringkan melalui filter yang cocok untuk menghilangkan minyak, air,
dan zat asing lainnya
b) Acetylene
Aseton, yang selalu hadir dalam silinder asetilena, dapat dicegah masuk dan merusak
burner head dengan mengganti silinder ketika tekanannya turun menjadi 689 kPa (100
psi) asetilena.
c) Air bebas logam
Bertujuan untuk mempersiapkan semua reagen dan standar kalibrasi serta sebagai
pengencer. Siapkan air bebas logam dengan air keran deionizing dan / atau dengan
menggunakan salah satu proses berikut, tergantung dari pada konsentrasi logam dalam
sampel: distilasi tunggal, redistillation, atau sub-boiling. Selalu periksa air bebas ion atau
suling untuk menentukan unsure yang dicari.
a) Instrument operation
Secara umum pasang lampu katoda berongga untuk logam yang ingin di analysis dalam
instrumen dan setel tombol panjang gelombang. Atur lebar celah sesuai dengan
pengaturan dari saran produsen untuk elemen yang diukur. Nyalakan instrumen, setel arus
yang disarankan oleh produsen untuk lampu katoda berongga, dan membiarkan instrumen
hangat sampai sumber energi stabil (10-20menit). Atur kembali arus setelah pemanasan.
Optimalkan panjang gelombang dengan menyesuaikan tombol panjang gelombang sampai
energi optimum diperoleh. Instal burner head yang cocok dan sesuaikan posisi burner
head. Hidupkan udara dan sesuaikan laju aliran dengan yang ditentukan oleh produsen
untuk memberikan sensitivitas maksimum untuk logam yang dianalisis. Aktifkan
asetilena, sesuaikan laju aliran yang telah ditentukan, dan nyalakan api. Biarkan api stabil
selama beberapa menit. Hisap larutan standar yang terdiri dari air deionisasi pada larutan
asam yang mengandung konsentrasi asam yang sama dalam standar dan sampel. Nol kan
instrument. Hisap solusi standar dan sesuaikan hisapan nebulizer untuk mendapatkan
sensitivitas maks. Sesuaikan burner baik secara vertikal dan horizontal untuk mendapatkan
respon max. Hisap larutan standar lagi dan nol kan instrumen. Hisap larutan standar dekat
bagian tengah dari kisaran linier. Catat absorbansi standar ini saat siap dan dengan lampu
katoda berongga yang baru. Data tersebut mengacu pada penentuan berikutnya dari unsur
yang sama untuk memeriksa konsistensi pengaturan instrumen dan penuaan lampu katoda
berongga dan standar. Instrumen sekarang siap untuk beroperasi. Ketika analisis selesai,
padamkan api dengan pertama-tama mematikan acetyleneand kemudian udara.
b) Standarisasi
Pilih setidaknya tiga konsentrasi larutan logam standar untuk konsentrasi sampel golongan
logam yang akan dianalisis dan mengoptimalkan konsentrasi (setelah ekstraksi) Sesuaikan
100 mL kosong logam air gratis untuk pH 3 dengan menambahkan 1N atau 1N NaOH.
Untuk
ekstraksi elemen tunggal, gunakan kisaran pH berikut untuk mendapatkan efisiensi
ekstraksi yang optimal.
Element pH range for optimum
extraction
Ag 2-5 (complex unstable)
Cd 1-6
Co 2-10
Cr 3-9
Cu 0.1-8
Fe 2-5
Mn 2-4 (complex unstable)
Ni 2-4
Pb 0.1-6
Zn 2-6
CATATAN: untuk ekstraksi Ag dan Pb nilai pH optimum adalah 2,3 ± 0,2. Kekompleksan
Mn memburuk dengan cepat pada suhu kamar, sehingga respon instrument menurun. Dengan
mendinginkan ekstrak ke 0 ° C dapat mempertahankan kompleks selama beberapa jam. Jika
ini tidak memungkin dan Mn tidak dapat dianalisis segera setelah ekstraksi, gunakan
prosedur analitis lain.
Transfer setiap solusi blanko ke dalam masing – masing 200 mL labu , tambahkan 1 mL
larutan APDC dan kocok selama 30 detik. Biarkan isi flask terpisah menjadi lapisan encer
dan organik, dengan hati-hati tambahkan air (disesuaikan dengan pH sampel di mana
ekstraksi dilakukan) di sisi tabung masing-masing pindahkan lapisan organic ke leher flask
dan dapat diakses oleh aspirating tube.
Aspirasi ekstrak organic langsung menuju nyala api(nol kan instrument (di air jenuh MIBK
(blanko)) dan catat absorbansi. Siapkan kurva kalibrasi dan plot pada kertas grafik dengan
absorbansi ekstrak terhadap konsentrasi sebelum ekstraksi.
c) Analisa sampel
Siapkan sampel dengan cara yang sama seperti standar. Bilas atomizer dengan
mengaspirasi MIBK jenuh air. Aspirasi ekstrak diperlakukan dan merekam absorbansi.
b) Sumber lampu
Menggunakan lampu katoda berongga atau discharge electrodeless lamp (EDL).
Digunakan satu lampu untuk setiap elemen yang diukur. Lampu katoda berongga multi-
unsur umumnya memberikan sensitivitas yang lebih rendah dari lampu unsur tunggal.
Discharge electrodeless lamp (EDL) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pemanasan dan penstabilan.
c) Tungku grafit
Menggunakan sebuah peralatan pemanas elektrik dengan pengontrol sirkuit elektronik
untuk membawa selang grafit menuju program pemanas yang menyediakan energi termal
yang cukup untuk mengatomisasi unsur yang dicari. Pengatur tungku pemanas dengan tiga
langkah pemanasan dikatakan layak khusus untuk air dengan kandungan padatan terlarut
yang rendah. Untuk air asin dan pengganggu kompleks lainnya, menggunakan pengontrol
tungku lebih dari tujuh langkah pemanasan. Menggunakan argon sebagai pembersih untuk
meminimalkan oksidasi terhadap selang tungku dan untuk mencegah pembetukan logam
oksida. Menggunakan selang grafit dengan platform untuk meminimalkan gangguan dan
untuk meningkatkan sensitivitas.
d) Readout
Kebanyakan instrumen dilengkapi dengan mekanisme digital meter atau null rekorder
(readout). Instrumen yang paling modern dilengkapi dengan mikroprosesor yang mampu
mengintegrasikan sinyal penyerapan dari waktu ke waktu dan melinearkan kurva kalibrasi
pada konsentrasi tinggi.
e) Sampel dispenser
Menggunakan pipet mikroliter (5 sampai 100 µl) atau perangkat sampling otomatis yang
dirancang untuk instrumen tertentu.
f) Lubang angin
Menempatkan lubang angin sekitar 15 sampai 30 cm di atas burner untuk menghilangkan
asap dan uap dari nyala api. Tindakan pencegahan ini bertujuan melindungi instrumen dari
uap korosif, dan mencegah stabilitas api yang dipengaruhi oleh kondisi ruangan. Sebuah
peredam atau variable – speed blower berguna untuk mengatur aliran udara. Pilih ukuran
blower yang tepat untuk memberikan aliran udara yang direkomendasikan oleh produsen
alat.
g) Cooling water supply
Pendinginan dengan air keran yang mengalir pada 1 sampai 4 L/menit atau menggunakan
perangkat sirkulasi pendingin.
h) Peralatan penyaring membrane
Menggunakan sebuah peralatan penyaring kaca dan penyaring membran 0.45 µm.
Bahan
d) Matrix modifiers:
1. Amonium nitrat, 10% (w/v): Larutkan 100 gram NH4NO3 ke dalam air. Encerkan
hingga 1000 mL dengan air.
2.Amonium fosfat, 40%: Larutkan 40 gram (NH4)2HPO4 dalam air. Encerkan hingga 100
mL dengan air.
3. Kalsium nitrat, 20 000 mg Ca/L: Larutkan 11,8 gram Ca(NO3)2.4H2O dalam air.
Encerkan hingga 100 mL dengan air.
4.Nikel nitrat, 10 000 mg Ni/L: Larutkan 49,56 gram Ni(NO3)2.6H2O dalam air. Encerkan
hingga 1000 mL dengan air.
5.Asam fosfat, 10% (v/v): Larutkan 10 mL konsentrasi H3PO4 ke dalam 100 mL dengan
air.
e) Larutan stok logam
Untuk unsur timbal, larutkan 0.1598 gram timbal nitrat Pb(NO3)2 dalam sejumlah kecil 1
+ 1 HNO3, tambahkan 10 mL HNO3 terkonsentrasi, dan encerkan hingga 1000 mL
dengan air.
f) Resin pengikat
100 hingga 200 mesh. Dimurnikan dengan pemanasan pada 60 ᵒC dalam 10N NaOH
selama 24 jam. Dinginkan resin dan bilas 10 kali, masing-masing pencucian
menggunakan HCl 1N, air bebas logam, NaOH 1N, air bebas logam.
Prosedur
a) Sample pretreatment
Sebelum menganalisa, perlakuan awal dari semua sampel ditunjukkan seperti berikut.
Bilas semua peralatan kaca dengan 1 + 1 HNO3 dan air. Lakukan prosedur di tempat
yang bersih. Laboratorium bebas dari debu untuk menghindari kontaminasi sampel.
1. Pelarutan metal
Bagi sampel yang membutuhkan analisis arsen atau selenium, tambahkan 3 mL
hidrogen peroksida 30% dan nikel dengan konsentrasi yang sesuai sebelum
menganalisa. Untuk logam-logam lainnya tidak membutuhkan pretreatment kecuali
penambahan matrix modifier.
2. Total recoverable metals
(Al, Sb, Ba, Be, Cd, Cr, Co, Cu, Fe, Pb, Mn, Mo, Ni, Ag, dan Sn). Secara kuantitatif,
pindahkan sampel ke tabung volumetric 100 mL, tambahkan sejumlah matrix modifier
dan encerkan dengan air sejumlah volume tabung. Matrix modifiers untuk timbal
adalah: NH4H2PO4, (NH4)2HPO4, Mg(NO3)2, NH4NO3, asam askorbat, asam oksalat,
asam fosfat, HNO3, LaCl, (NH4)2EDTA.
b) Pengoperasian alat
Pasang dan selaraskan perangkat tungku berdasarkan petunjuk dari produsen alat.
Nyalakan peralatan dan alat pencatat data. Tentukan sumber lampu yang sesuai dan
sesuaikan dengan setelan listrik yang disarankan. Pilih panjang gelombang yang tepat
dan atur semua kondisi
berdasarkan petunjuk pabrik, termasuk background correction. Bacground correction
penting saat penentuan unsur pada panjang gelombang yang pendek, atau pada saat
sampel memiliki padatan terlarut yang tinggi. Pada umumnya, background correction
tidak diperlukan pada panjang gelombang lebih dari 350 nm. Dalam beberapa kasus,
disarankan untuk memecah aliran gas inert pada saat atomisasi. Hasil dari pemecahan itu
meningkatkan sensitivitas dengan meningkatkan waktu tinggal uap atom di jalur optik.
Pemecahan gas juga meningkatkan penyerapan background dan mengintensifkan efek
interferensi. Pertimbangkan keuntungan dan kerugian dari pilihan ini untuk setiap matrix
ketika mengoptimalkan kondisi analitis.
Untuk mengoptimalkan kondisi tungku grafit, sesuaikan pengaturan suhu tungku dengan
hati-hati untuk memaksimalkan sensitivitas dan presisi dan untuk meminimalkan
berbagai gangguan. Ikuti petunjuk pabrik.
Gunakan suhu pengeringan sedikit di atas titik didih pelarut dan sediakan cukup waktu
dan temperatur untuk penguapan sempurna tanpa mendidih atau terjadi percikan.
Suhu penghangusan harus cukup tinggi untuk memaksimalkan penguapan dari
komponen matrix pengganggu. Dengan suhu pengeringan dan atomisasi yang diatur ke
nilai optimumnya, analisa larutan standar pada serangkaian suhu penghangusan secara
bertahap dari 50 sampai 100 °C. Bila suhu optimum penghangusan terlampaui, akan ada
penurunan sensitivitas yang signifikan. Plot temperatur penghangusan versus absorbansi
sampel: suhu optimum penghangusan adalah suhu tertinggi tanpa mengurangi
sensitivitas.
Pilih suhu atomisasi dengan menentukan suhu yang menyediakan sensitivitas maksimum
tanpa secara signifikan mengurangi ketelitiannya. Optimalkan dengan serangkaian
penentuan pada berbagai suhu atomisasi menggunakan larutan standar yang memberikan
absorbansi 0,2 sampai 0,5.
c) Kalibrasi peralatan
Siapkan larutan standar untuk mengkalibrasi peralatan dengan mengencerkan larutan
stok logam. Siapkan larutan larutan standar setiap hari.
Siapkan sebuah larutan blanko dan sedikitnya tiga larutan standar kalibrasi pada rentang
konsentrasi yang tepat untuk menghubungkan konsentrasi unsur dan respon instrumen.
Pada banyak kasus, hanya diperlukan pencocokan kondisi asam dari sampel. Air laut
atau air garam menggunakan matrix bebas logam sebagai pengencer larutan standar.
Selain itu, tambahkan
konsentrasi yang sama dari matrix modifier (jika diperlukan untuk analisis sampel) ke
larutan standar.
Injeksi jumlah yang sesuai dari masing-masing larutan standar berdasarkan urutan
peningkatan konsentrasi. Analisis tiap larutan standar dalam rangkap tiga untuk
memastikan ketelitian metode.
d) Analisis sample
Analisis semua sampel agar terbebas dari gangguan matriks dengan menggunakan
metode penambahan larutan standar. Analisis semua sampel sedikitnya dua kali atau
sampai hasil perbanyakan diperoleh. Sebuah variasi yang <10% dianggap dapat diterima.
Perhitungan
b) Metode penambahan
µg metal/L = C x F
dimana:
C = konsentrasi logam yang dibaca dari plot metode penambahan
F = faktor pengenceran
PENGUJIAN TEMPERATUR (SUHU)
metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan termometer air
raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang
diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala thermometer (°C).
Peralatan
Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.
Penetapan contoh uji air permukaan.
a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit sampai
dengan 5 menit sampai thermometer menunjukkan nilai stabil.
b. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
a. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
b. Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk
mengambil contoh uji.
c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.
d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari
alat pengambil contoh
Pengujian Parameter Kualitas Air Lainnya …
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Gelas aqua bekas sebanyak 5 buah disispkan dan diberi label sesuai dengan jenis
air yang akan di uji.
2. Gelas aqua bekas tadi diberi label di isi air yang sesuai.
3. Satu persatu jenis air diukur dengan menggunakan alat yang sesuai seperti pada
tebel berikut:
Tabel . Jenis Air Yang Diukur
No Nama Alat Mengukur
1 Thermometer Suhu
2 Refraktormeter/Salinometer Salinitas
3 TDScan Padatan total terlarut
4 pH meter pH
5 DO meter Oksigen terlarut
4. Setiap selesai mengukur air yang diuji, alat yang digunakan dicelupkan pada air
aqua lalu dilap dengan tissue
5. Setiap melakukan pengukuran data yang diperoleh dicatat pada tabel pengamatan
yang telah disediakan
PENGUJIAN VIBRASI LINGKUNGAN UNTUK KENYAMAN DN KESEHATAN
Getaran adalah suatu factor fisik yang bekerja pada manusia dengan penjalaran ( Transmission ) dari
pada tenaga mekanik yang berasal dari sumber goyangan ( osilattor ). Getaran kerja adalah getaran
mekanis yang ada ditempat kerja dan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran dihasilkan oleh :
- Alat-alat kerja tangan ( hand tool ) dengan menggunakan mesin : jack hammer
( pembuka jalan ), pneumatic hammer ( pabrik besi ), jack lec drill ( pengebor batu
gunung, karang dll )
Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga kerja yang
menopang seluruh tubuh. Misalnya : kaki saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung saat
bersandar, lengan saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5 – 20 Hz.
Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator atal yang bergetar. Getaran ini
mempunyai frekwensi 20 – 500 Hz.
b. Frekwensi getaran
-5 – 6 m/dt2 : 25 menit
Ganguan dapat berupa penyimpatan pembuluh darah, ganguan syaraf perifer, ganguan tulang
sendi dan otot gejala yang timbul berupa jari – jari pucat dan kaku, mati rasa terhadap
suhu/sentuhan terjadi gejala tersebut memelukan jangka waktu 3 – 6 tahun dengan melalui
beberapa stadium yaitu:
Stadium I : Ujung jari pucat, rasa kaku pada waktu dingin atau bangun tidur
Stadium II : Perluasan jari pucat, kesemutan, rasa kaku
Stadium III : Gejala semakin luas disertai rasa sakit yang hebat
Pengertian Getaran
Pada whole Body Vibration
Tujuan utama dari pengendaalian adalah mengurangi banyak getaran dengan meredam
resonasi yang timbul tanpa menimbulkan frekwensi resonasi yang baru, caranya memberi
bantalan lunak antara tempat duduk dengan system suspense, mengurangi waktu terpapar.
Manajemen Mutu
Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal
emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat
semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai
mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum
memberikan permukaan yang benar – benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjaan
manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi
yang kan disemprot dengan kombinasi sapu mekanis (power broom) dan kompresor atau 2
bah kompresor.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebagai
berikut :
Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt di campur diunit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi
pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,
kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type
Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Apabila
penghamparan dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan
penerangan secukupnya.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan
yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat
penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan.
Temperatur penghamparan ±155oC. Alat penghampar dioperasikan dengan
kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan atau
bentuk ketidakrataan lainnya.
Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset,
Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat
bantu.
Pemadatan
Setelah pekerjaan penghamparan selesai kemudian dilakukan pekerjaan pemadatan.
Pekerjaan ini adalah pekerjaan tahap akhir dari rangkaian pekerjaan lapis perkerasan lentur.
Pekerjaan ini dilakukan secara berulang kali dengan tujuan mendapatkan hasil yang
maksimal. Alat yang digunakan pada pekerjaan pemadatan ini adalah Three Weel, Pneumatic
Tired Roller, dan Mini Pneumatic Tired Roller.
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama,
hanya jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan.
Selain itu, ban gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu
membersihkan ban karet dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban
dibersihkan dari campuran yang menempel dengan menggunakan kain, selagi
PTR melakukan pemadatan alat ini menyemprotkan air pada campuran aspal
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix menempel pada ban.
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller atau sesuai dengan
petunjuk direksi, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan antara sehingga didapatkan
permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir menggunakan
Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
yang digunakan tersebut harus menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam
dengan tebal basah minimum 3 milimeter “cat termoplastik” belum termasuk
butiran kaca yang juga ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih
(tidak bergerigi) pada lebar ran-cangan yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan
oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada
temperatur 204°C - 218°C.
Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat meminta izin
Direksi Pekerjaan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot
dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang
disetujui untuk penggunaannya
Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah pelaksanaan
penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca harus ditaburkan dengan
kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk “bukan termoplastik”
maupun “termoplastik”
Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat
dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta
kerusakannya lainnya
Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa atas
biayanya sendiri
Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti sedemikian
sehingga menjamin keamanan umum ketika pengecatan marka jalan sedang
dilaksanakan
Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut ketentuan
pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan pewarna tercampur
merata di dalam suspense.
METODE
REHABILITASI MAYOR JALAN
Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal
emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat
semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai
mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum
memberikan permukaan yang benar – benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjaan
manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi
yang kan disemprot dengan kombinasi sapu mekanis (power broom) dan kompresor atau 2
bah kompresor.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi
Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut :
Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt di campur diunit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi
pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,
kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type
Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Apabila
penghamparan dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan
penerangan secukupnya.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan
yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat
penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan.
Temperatur penghamparan ±155oC. Alat penghampar dioperasikan dengan
kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan atau
bentuk ketidakrataan lainnya.
Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset,
Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat
bantu.
Pemadatan
Setelah pekerjaan penghamparan selesai kemudian dilakukan pekerjaan pemadatan.
Pekerjaan ini adalah pekerjaan tahap akhir dari rangkaian pekerjaan lapis perkerasan lentur.
Pekerjaan ini dilakukan secara berulang kali dengan tujuan mendapatkan hasil yang
maksimal. Alat yang digunakan pada pekerjaan pemadatan ini adalah Three Weel, Pneumatic
Tired Roller, dan Mini Pneumatic Tired Roller.
b. Pemadatan antara
Alat yan digunakan untuk proses pemadatan antara adalah Pneumatic Tired
Roller atau sesuai dengan petunjuk direksi, dengan kecepatan 6 km/jam. Alat ini
ampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 – 6,5 kg/cm2 (90-100psi).
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller atau sesuai dengan
petunjuk direksi, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan antara sehingga didapatkan
permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir menggunakan
Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
Pekerjaan penyemprotan lapis perekat (tack coat), dengan menggunakan asphalt sprayer.
Tujuan dilakukannya pelapisan tack coat ini adalah untuk menambah daya ikat antara jalan
existing dengan campuran aspal baru. Batas Permukaan yang akan disemprot oleh setiap
lintasan penyemprotan diukur dan ditandai dengan cat atau benang. Distributor aspal mulai
bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot. Kecepatan laju dijaga
konstan sampai melalui titik akhir dicek apakah telah merata, untuk lapis perekat
disemprotkan hanya sebentar (kira-kira setebal kertas saat pengujian nilai kerataan)ebelum
penghamparan lapis aspal di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat.
Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal
emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat
semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi
Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut :
Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt di campur diunit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi
pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,
kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type
Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk
Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset,
Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat
bantu.
Pemadatan
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama,
hanya jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan.
Selain itu, ban gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu
membersihkan ban karet dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban
dibersihkan dari campuran yang menempel dengan menggunakan kain, selagi
PTR melakukan pemadatan alat ini menyemprotkan air pada campuran aspal
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix menempel pada ban.
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller atau sesuai dengan
petunjuk direksi, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan antara sehingga didapatkan
permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir menggunakan
Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebegai
berikut :
Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari base camp/stock
file kedalam Dump Truck untuk selanjutnya dibawa ke lokasi pekerjaan. Material
dihampar dilokasi kerja dengan menggunakan Motor Grader, yang selanjutnya
setelah mencapai tebal hamparan gembur yang cukup kemudian dipadatkan
dengan menggunakan Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan padat
yang disyaratkan dalam gambar.
Untuk menjaga kadar air bahan
yang disyratkan dalam rentang
Spesifikasi, maka sebelum
pemadatan dapat melakukan
penyiraman material hamparan
dengan menggunakan Water
Tank. Sekelompok pekerja akan
merapihkan hamparan dari
agregasi sebelum pemadatan
dengan menggunakan alat bantu.
Peralatan yang digunakan adalah :
Wheel Loader, Dump Truck, Vibrator Roller, Water Tank dan Alat Bantu
DIVISI. 5 PERKERASAN BERBUTIR
Lapis Pondasi Aggregat Kelas A
Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai lapis pondasi pada pekerasan jalan.
Lapis Pondasi agrergat kelas A merupakan lapisan atas dari lapis pondasi pada perkerasan
jalan dengan ketebalan seusia dengan gambar rencana.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi
untuki untuk disetujui
Sebelum gmelaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu dibuatkan pengujian material
(job mix design) agregat kelas A yang akan digunakan pada saat pelaksanaan sesuai
spesifikasi teknik yang disyaratkan.
Material agregat kelas A dicampur di base camp dengan menggunakan wheel loader
dengan komposisi sesuai job mix design yang telah disetujui kemudian material agregat
kelas A dibawa kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck.
Material agregat kelas A dihampar dengan alat motor grader dan denagn ketebalan
padat sesuai gambar.
Hamparan pondasi agregat disiram dengan air dengan menggunakan water tank truck
dan dipadatkan dengan menggunakan vibratory roller dan pemadatan teraknir dengan
alat pneumatic tire roller.
Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level
permukaan dengan menggunakan alat bantu.
Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test
sencon untuk mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik
Kegiatan pengecoran dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi yang
telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Untuk pemadatan campuran
digunakan concrete vibrator, dengan menggunkan alat bantu akan merapihkan pengecoran
setelah pengecoran dilaksanakan.
Acuan tidak dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis struktur yang sejenis
lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancahdibawah
pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak dibongkar hingga pengujian menunjukan
bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
Alat
Water Tank
Concrete Vibrator
dan alat bantu.
Tenaga
pekerja dan
mandor
Perkerasan Beton Semen Untuk Pembukaan Lalu lintas Umur Beton Lebih dari 3 Hari
Kurang Dari 7 Hari
Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan beton ini dilakukan setelah semua persiapan yang diperlukan
disetujui.Bila tidak menggunakan lean concrete,siapkan tanah dasar atau lapis pondasi dalam
kondisi rata,bersih dengan kepadatan dan kemiringan yang sesuai sehingga pekerjaan pengecoran
dapat dilaksanakan.
Sebelum pengecoran dilaksanakan dilakukan penyiraman pada tanah dasar atau lapis air
secukupnya hingga ditemukan kelembaban yang sesuai untuk dilaksanakannya pekerjaan
pengecoran.
Persiapan peralatan penerangan yang cukup bilamana pengecoran dilaksanakan pada malam hari.
Persiapan alat perlindungan terhadap cuaca bilamana terjadi hujan
Alat-alat pengujian harus tersedia dalam kondisi siap pakai
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah,
Semen
Semen Portland Tipe I dan Tipe III yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran
ini dengan persyaratan harus memenuhi persyatan SNI.
Abu Terbang
Abu terbang(fly ash) dapat digunakan dengan batasan 15-25% berat total bahan
pengikat.Abu terbang yang digunakan sesuai standart persyaratan SNI
Air
Air yang kami gunakan untuk pengecoran beton, spesifikasi atau keperluan lain
telah bersih dan tidak mengandung bahan yang dapat merusak beton.
Penggunaan air harus atas persetujuan dari Direksi.
Agregat
Agregat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah agregat yang memenuhi
spesifikasi dan atas persetujuan direksi
Tulangan Baja
Dowel,Batang pengikat (tie bar)dan tulangan yang akan di gunakan sesuai
persetujuan intruksi kerja
Bahan-bahan untuk Sambungan
Bahan penutup sambungan (joint sealent) dan bahan pengisi siar (filler)
menggunakan bahan dengan ketentuan spesifikasi yang telah disetujui direksi
kerja.
Bahan Perawatan Beton
Penutup insulasi untuk perawatan beton menggunakan dengan tingkat penahan
panas diatas 0,5 jam-foot2
Setelah pembetonan
METODE
PENANGANAN LONGSORAN
DIVISI. 2 DRAINASE
Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan elevasi dasar
saluran,khususnya outlet dari existing saluran untuk menentukan ketinggian (arah dan
kelandaian) saluranrencana dengan menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti dengan
pemasangan patok serta profil kemiringan galian.
Pekerjaan persiapan:
Sebelum melakukan pemasangan saluran berbentuk U tipe DS 2 dan DS 5 perlu dilaksanakan
pekerjaan persiapan terdiri dari :
Pekerjaan ini adalah merupakan pekerjaan galian untuk saluran air dan lereng yang diperlukan untuk
pembentukan kembali saluran air dan lereng sesuai dengan lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian.
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan struktur yang dibuat dari pasangan batu.
TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN
Mulai
Pasangan Batu
SELESAI
ANALISA PENGERAHAN ALAT DAN MATERIAL
Alat Yang digunakan :
- Concrete Mixer
- Waterpump
- Alat Bantu
Lainnya Material
Yang Digunakan :
- Batu Kali
- Pasir Pasang
- Semen dan Material Lainnya
Aspek K3 :
- Memasang rambu peringatan Rambu
Peringatan : “ HATI -HATI TERTIMPA
BATU “
- Menggunakan alat pelindung diri (APD)
* Sarung tangan
* Helm
* Sepatu safety
Saluran Berbentuk DS 2
Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada direksi untuk
disetujui. Galain dilakukan dengan menggunakan excavator ukuran bucket 0,3 m3.
Tanah hasil galian diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuang
kelokasi yang telah ditentukan. Para pekerja melakukan perapihan hasil galian
sehingga bentuk drainase yang diinginkan bisa terbentuk
Saluran Berbentuk DS 5
Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan elevasi dasar
saluran,khususnya outlet dari existing saluran untuk menentukan ketinggian (arah dan
kelandaian) saluran rencana dengan menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti dengan
pemasangan patok serta profil kemiringan galian.
a. Pekerjaan persiapan
Sebelum melakukan pemasangan saluran berbentuk U tipe DS 5 perlu dilaksanakan
b. Fabrikasi beton
Segera setelah mendapatkan kontrak kerja, kontraktor berkoordinasi dengan direksi
kemudian melakukan pengukuran awal di lapangan, dan selanjutnya kontraktor
mengajukan shop drawing kepada direksi. Dengan disetujuinya shop drawing tersebut
menjadi acuan untuk fabrikasi beton saluran berbentuk U tipe DS 5. Pada umur
minimal 7 hari, beton pracetak bisa dimobilisasi ke lapangan
Saluran diarahkan dari tempat tinggi ke tempat yang paling rendah, sehingga pembuangan ke
daerah tanah samping atau jurang dan tidak mengganggu lingkungan. Akan diperhatikan pembuatan
selokan yang sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan genangan air dan saluran dapat
berfungsi dengan baik. Seluruh bahan galian selokan, hasil bekas galian dibuang ke samping / keluar
badan jalan atau diangkut dengan menggunakan Dump Truck dan dibuang ke lokasi yang telah
ditentukan
elevasi, kemiringan dan penampang yang diminta dalam gambar, dengan memperhitungkan
ruang kerja dan ukuran bangunan.
Pekerjaan awal dari pengerjaan pembuatan jalan adalah pekerjaan pemadatan tanah dasar,
karena lapisan tanah dasar merupakan lapisan akhir yang menerima beban, baik beban mati
maupun beban bergerak. Tanah timbunan (urugan) yang dipergunakan untuk tanah dasar
dibagi menjadi dua macam yaitu tanah timbunan biasa dan tanah timbunan pilihan.Pada
proyek ini digunakan tanah timbunan dari hasil galian.
Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat mengganggu pekerjaan seperti semak-
semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat seperti excavator
maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan
Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roller atau
menggunakan COMBINATION VIBRATORY ROLLER pada daerah pelebaran yg
tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller.
1. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan alat yang memadai agar kepadatan
yang diinginkan dapat tercapai
2. Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar Untuk
mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan
spesifikasi.
3. Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan
eksisting.
Tahap kedua yaitu pekerjaan Pembersihan dan pengupasan lahan Semua pepohonan dan semak-semak
dibersihkan dengan menggunakan alat Excavator atau dengan alat lain yang sesuai. Penggunaan
excavator untuk melakukan pembersihan pohon memiliki keterbatasan seperti yang disebutkan
sebelumnya pada 3 fungsi lain excavator
Untuk pohon yang relatif besar dengan diameter lebih dari 15 cm, dilakukan pemotongan dengan
mesin potong dari bagian atas pohon secara bertahap hingga ke bagian bawah. Semua tunggul dan
akar sisa pemotongan harus dicabut dengan excavator dan dibuang ke tempat lain yang disetujui
direksi pekerjaan menggunakan dump truck Tahap Selanjutnya yaitu menutup dan meratakan lubang
bekas pembongkaran akar atau tunggul dengan bahan timbunan yang disetujui direksi pekerjaan dan
kemudian dipadatkan dengan alat pemadat yang memadai.
dilokasi kerja dengan menggunakan Motor Grader, yang selanjutnya setelah mencapai tebal
hamparan gembur yang cukup kemudian dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller,
dengan tetap menjaga tebal hamparan padat yang disyaratkan dalam gambar. Untuk
menjaga kadar air bahan yang disyratkan dalam rentang Spesifikasi, maka sebelum
pemadatan dapat melakukan penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water
Tank. Sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dari agregasi sebelum pemadatan
dengan menggunakan alat bantu.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Dump Truck, Vibrator Roller, Water
Tank dan Alat Bantu.
Plat beton yang kaku dan memiliki modul selastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan
beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian,
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis
pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan
memberikan kontribusinya.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban lalu lintas
adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah dasar hanya berpengaruh
kecil terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk sebagai lantai
kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya "pumping".
Pumping adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar melalui
sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan lendutan atau
gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas yang
terakumulasi di bawah plat
beton. Pumping dapat mengakibatkan terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga
menyebabkan rusak/retaknya plat beton.
Penyiapan Tanah Dasar Dan Lapis Pondasi Bawah
Pembentukan Permukaan
Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk
perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya.
Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau
bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi
bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi
sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat
beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu
biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter
material.
Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai
hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan
tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan
kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti
ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting
bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah
dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada
masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap.
Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan,
karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur
ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control).
Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus
diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi
dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan
di atas permukaan yang akan dibentuk.
Membran kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal 125 micron
yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap ke dalam lapisan di
bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat beton dengan lapis pondasi
bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak-retak pada plat beton setelah terjadinya
penyusutan pada waktu pengerasan beton.
Membran kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah yang telah siap.
Lembar-lembar yang berdampingan dipasang over lap,dengan lebar tumpang-tindih tidak
kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya
lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke permukaan lapis pondasi bawah agar tidak
mudah tergulung akibat tiupan angin.
ACUAN
Persyaratan
Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban-beban
selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus diuji, dan harus
memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6,4 mm (1/4 inch)
bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10 ft) dan beban yang sama dengan berat
mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di
atasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16 inch). Bila
acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang
dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal
rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang
dari 200 mm (8 inch).
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur atau turun
akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat yang
dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi
acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas acuan tidak
boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang dan kerataan bidang
dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka acuan dari
kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator perata biasa (besi profil
yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga manusia). Kayu untuk keperluan ini
dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku dipasang di atasnya, dengan angkur
pemegang setiap 0,5 meter.
Pemasangan Acuan
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan
di bawah ini.
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian jalan
yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat disangga secara seragam pada
seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.
Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknva dilakukan,
dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi
dan dipadatkan kembali. Alinyemen acuan baru harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki
memanjang penghamparan beton.
Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak stabil, acuan harus
disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton
sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran
penghamparan beton.
Acuan dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat mesin atau
manual. Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit setiap 3 m (10 ft).
Pembongkaran Acuan
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan beton.
Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera dirawat.
BAHAN
Semen
a. Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan
AASHTO M 85.
b. Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik atau satu
jenis merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek.
Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-
penggunaan tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan
organik. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan
AASHTO T 26.
Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan yang diberikan dalam
Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat tidak ditolak asalkan
Kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan yang dirinci dalam Butir 7.5.3.
dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-bahan tersebut.
Alat
Water Tank
Concrete Vibrator
dan alat bantu.
Tenaga
pekerja dan
mandor
DIVISI. 7 STRUKTUR
Beton Mutu Sedang dengan fc = 30 MPa
Beton mutu sedang (30 MPa) merupakan beton mutu sedang yang bersifat structural yang
digunakan untuk beton bertulang seperti bangunan bawah jembatan, lantai, dan perkerasan
beton semen. Dalam kegiatan ini beton mutu sedang diperuntukkan untuk struktur bangunan
bawah jembatan (Abutment, Wing Wall dan Petak Injak). Pekerjaan ini juga sudah termasuk
pembuatan perancah dan bekisting untuk acuan pengecoran.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semen usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujian material dan campuran di
laboratorium berdasarkan kuat beton untuk umut 7 dan 28 hari, atau umur yang lain yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam
spesifikasi teknik, mulai dari pengujuian DMF hingga persetujuan JMF.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria teknis utama,
yaitu kelecakan (Workability), kekuatan (Straigth), dan keawetan (Durability). Penyedia jasa
akan membuat gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan memperoleh
persetujuan direksi pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebagai
berikut :
1. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, baja tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa atau selongsong)) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. Acuan yang dibuat dapat dari
kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecora, pemadatan dan perawatan, dan
acuan dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton. Segera sebelum
beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak disisi dalamnya
dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. Bahan dan material yang telah disetujui
dicampur dan diaduk menggunakan Concrete Mixer dilokasi pekerjaan, kemudian
campuran beton dituang kedalam acuan.
Kegiatan pengecoran dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Untuk pemadatan
campuran digunakan concrete vibrator, dengan ketentuan penggunaan mengikuti
spesifikasi teknik. Sekelompok pekerja dengan menggunkan alat bantu akan merapihkan
pengecoran setelah pengecoran dilaksanakan.
Acuan tidak dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis struktur yang
sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh
perancahdibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak dibongkar hingga
pengujian menunjukan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah
dicapai.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Concrete Mixer, Water Tank, Concrete Vibrator, dan
alat bantu.
3. Volume Pekerjaan ini = 27,36 M3
1. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, baja tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa atau selongsong)) harus sudah dipasang
dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. Acuan yang dibuat dapat
dari kayu atau
baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi
yang diperlukan selama pengecora, pemadatan dan perawatan, dan acuan dibuat
sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton. Segera sebelum beton
dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak disisi dalamnya dengan
minyak yang tidak meninggalkan bekas. Bahan dan material yang telah disetujui
dicampur dan diaduk menggunakan Concrete Mixer dilokasi pekerjaan, kemudian
campuran beton dituang kedalam acuan.
Kegiatan pengecoran dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Untuk pemadatan
campuran digunakan concrete vibrator, dengan ketentuan penggunaan mengikuti
spesifikasi teknik. Sekelompok pekerja dengan menggunkan alat bantu akan merapihkan
pengecoran setelah pengecoran dilaksanakan.
Acuan tidak dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis struktur yang
sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh
perancahdibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak dibongkar hingga
pengujian menunjukan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah
dicapai.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Concrete Mixer, Water Tank, Concrete Vibrator, dan
alat bantu.
Panjang besi standar di pasaran adalah 12 meter (lihat syarat SNI tentang baja tulangan
beton). Maka pertimbangkanlah sisa-sisa hasil potongan, untuk kemudian di agar dapat
digunakan untuk membuat penulangan yang lainya. Secara teknis penyambungan baja
tulangan beton dibolehkan, hanya saja cara penyambungan, jumlah sambungan maksimal tiap
bentang dan letak sambungan diatur agar sesuai dengan kaidah teknis. Detail sambungan dan
detail pertemuan masing-masing penulangan akan dibahas ditemat yang lain.
Peralatan :
- Mesin Bor
- Alat Bor
- Service Crane
- Excavator
Bahan :
Metode :
Pengujian dilakukan dengan menginterpretasikan gelombang satu dimensi yang merambat
pada media yang diuji. Gelombang ini di dapat denganmemberikan tumbukan pada tinag uji
sehingga menghasilkan gelombnag yang sesuai dengan kebutuhan pengujian. Untuk
pengujian dinamis tiang bor atau tiang pancang dpat ditumbuk dengan hammer 450 gram,
900 gram, atau yang lebih besar. Jumlah pukulan > 10 kali.
Pemasangan alat PIT yang berupa acceleromenter ditempatkan pada permukaan atas tiang
bor yang terlah diratakan dan sudah dihaluskan dengan gerinda.
Pekerjaan persiapan :
Hal yang mesti diperhatikan adalah :
1. Nomor tiang bor atau pancang yang akan diuji
2. Denah lokasi yang akan diuji
3. Berat Hammer/ Palu
4. Tanggal Pengeboran/pemancangan
5. Tanggal pengecoran
6. Tanggal pengujian
Pasangan Batu
Pekerjaan ini merupakan pasangan batu sebagai dinding penahan tanah yang dikerjakan
sesuai dalam gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan sesuai dengan instruksi dari
konsultan pengawas dan Direksi Pekerjaan.
Bahan :
Batu
Pasir
Semen (PC)
Pipa PVC
Alat :
Concrete Mixer
Pompa Air
Alat Bantu
Tahapan Pekerjaaan
Pengajuan request dengan disertai gambar kerja kepada Konsultan Pengawas dan
Direksi Pekerjaan
Setelah mendapatkan ijin dari konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan, Tim
Survey melakukan staking out dan pemasangan bowplank di lokasi pekerjaan
Kemudian dilakukan penggalian dengan menggunakan alat atau tenaga orang,
selanjutnya tanah bekas galian dibuang pada area pembuangan
Setelah penggalian dilakukan sesuai dengan elevasi yang dibutuhkan, tahap
selanjutnya adalah pemasangan batu dan melakukan pembentukan profil untuk
pasangan
Menentukan komposisi campuran bahan semen, pasir dan air dicampur dan diaduk
menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer sesuai dengan kuat tekan yang
disyaratkan.
Setelah penghamparan adukan dilakukan pemasangan batu
Pekerjaan pengisian rongga rongga
Pekerjaan pemasangan tali air
Pekerjaan plesteran dan acian untuk kepala pasangan batu.
SHOTCRETE t= 5 cm
SOIL NAILING
Pemasangan soil nailing harus di lakakukan secara berkelanjutan dan sesuai ketentuan yang
berlaku, metode pemasangan dalam Prashant, 2010 adalah sebagai berikut:
1. Grouted nail: Baja di masukkan ke dalam lubang berikutnya ujungnya ditutup dengan
semen. 2.Driven nail: Baja di masukkan ketanah langsung meskipun proses
penggalian masih di laksanakan biasa dilaksanakan untuk perkuatan sementara.
2. Self-drilling soil nail: proses pemboran lubang serta memasukkan batang baja dan
proses grouting dilaksanakan secara simultan selama proses memasukkan batang baja,
merupakan metode tercepat untuk menghindari korosi.
3. Jet-grouted soil nail: dilakukan jika tanah mudah longsor, saat penggalian dan
membuat lubang kemudian di injeksi beton untuk menghindar korosi.
4. Lounching soil nail: Batang baja di masukkan dengan tekanan udara tinggi, metode
MENDESIGN SOIL NAILING
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap
tekanan tanah adalah dengan pemasangan soil nailing. Soil nailing termasuk kategori
perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen.
Mendesign soil nailingperlu di lakukan analisis:
Internal Stability Analisis Soil naililing harus mampu memikul beban yang bekerja,
sehingga sebuah reinforcement ini dapat menahan gaya Tarik dan gaya geser yang
akan bekerja. Jika reinforcement soil nailing ini gagal hanya terjadi pada kegagalan
local an men-trigger progressive failure. Untuk menambah kuat Tarik soil
reinforcement ini dapat dengan memperpanjang atau memperbesar diameter.
External Stability Analisis Stabilitas external di lakukan untuk memastikan bahwa
panjang soil nailing yang di butuhkan mampu menahan stabilitas global.
DIVISI. 9 PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN
Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus
menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan yang akan diberi marka jalan harus bersih,
kering dan bebas dari bahan yang bergemuk dan debu. Penyedia Jasa harus menghilangkan
dengan grit blasting (pengausan dengan bahan berbutir halus) setiap marka jalan lama baik
termoplastis maupun bukan, yang akan menghalangi kelekatan lapisan cat baru
Kerb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau
mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan-
jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25-30 cm.
Kerb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas. Untuk
kemudahan didaki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan lengkung
yang baik. Tingginya berkisar antara 10 – 15 cm.
Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini : a) Volume lalu-lintas, baik
kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda,
dll; b) Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan jalan; c)
Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll; d) Tekstur perkerasan
dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan; e) Pemilihan
jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik; f)
Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar perencanaan sistem
lampu penerangan efektif dan ekonomis; g) Rencana jangka panjang pengembangan jalan
dan pengembangan daerah sekitarnya; h) Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi. 2)
Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan penerangan jalan
antara lain sebagai berikut : a) Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;
b) Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam; c) Tempat yang luas
seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll; d) Jalan-jalan berpohon; e) Jalan-jalan
dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian median; f)
Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan); g) Tempat-
tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan jalannya
METODE
PRESERVASI RUTIN JEMBATAN
PEMELIHARAAN KINERJA JEMBATAN (18 Jembatan)
Pada dasarnya, pemeliharaan rutin bersifat pekerjaan pencegahan dan umumnya terdiri atas
tugas yang berulang-ulang dengan teknik yang sederhana. Pekerjaan ini harus dimulai sejak
jembatan masih baru dan berlanjut terus seumur jembatan yang bersangkutan. Ini merupakan
bentuk pemeliharaan dengan biaya yang paling efektif dan relatif murah.
Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut :
- Pembersihan secara umum
- Membuang tumbuhan liar dan sampah
- Pembersihan dan melancarkan drainase
- Penanganan kerusakan ringan
- Pengecatan sederhana
- Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan
Cara Pembersihan
Jembatan harus dibersihkan dengan baik dan tepat untuk menjamin bahwa pemupukan
kotoran tidak akan menyebabkan kerusakan elemen jembatan atau jembatan secara
keseluruhan dikemudian hari.
Kegiatan pembersihan mencakup :
- Pembersihan tanah, kerikil, pasir, dan sebagainya dari tempat-tempat yang
seharusnya tidak ada, dan yang mungkin mempunyai pengaruh yang
membahayakan terhadap :
- Semua drainase lantai (saluran pembuangan air pada lantai jembatan)
- Daerah sekitar perletakan atau landasan
- Semua komponen rangka jembatan yang manahan kotoran dan sampah
- Tiang sandaran dan sandarannya
- Gelagar melintang
- Ikatan angin horizontal
- Kabel pendukung pada tiang jembatan gantung
- Bagian atas balok pada kepala jembatan (abutmen)
- Lubang suling-suling di kepala jembatan
- Pembersihan sampah-sampah yang masih sedikit di bagian aliran sungai
- Membersihkan tumbuhan liar, terutama pada daerah perletakan/landasan dan
expansion joint, pada dinding batu atau beton dan sekitar struktur kayu.
Pembersihan tersebut harus dilakukan pada daerah kurang lebih 3 meter dari
setiap jembatan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diingat adanya
pengaruh yang mungkin terjadinya erosi yang diisebabkan oleh pembabatan
tumbuhan yang ada.
- Pembersihan biasanya dilakukan pada elemen-elemen jembatan seperti :
- Bangunan bawah jembatan yaitu kepala jembatan dan pilar jembatan
- Bangunan atas jembatan, yaitu lantai jembatan, perletakan dan perlengkapan
jembatan
- Gorong-gorong : gorong-gorong persegi, pipa atau pelengkung
METODE
BERKALA JEMBATAN
Daerah lapisan perkerasan yang telah mengalami kerusakan akan ditandai kemudian
Lapisan perkerasan dibongkar dengan Cold Milling Machine. Hasil bongkaran di muat
kedalam dump truk.
Dump truk membuang hasil galian keluar lokasi.
Lingkup pekerjaan Pekerjaan ini mencakup pemberian tanda pada permukaan aspal yang
akan di gali, penggalian dengan menggunakan mesin cold milling dan membuangan hasil
galian perkerasan dengan menggunakan dump truck ke luar lokasi.
Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu
dipadatkan dengan merata sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada, material yang terdapat pada
permukaan dasar galian, menurut petunjuk Direksi Pekerjaan, adalah material yang lepas,
lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material
tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan
material yang cocok sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal
emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat
semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi
Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut :
Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt di campur diunit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi
pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,
kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type
Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Apabila
penghamparan dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan
penerangan secukupnya.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan
yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat
penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan.
Temperatur penghamparan ±155oC. Alat penghampar dioperasikan dengan
kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan atau
bentuk ketidakrataan lainnya.
Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset,
Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat
bantu.
Pemadatan
Alat yang digunakan adalah Three Wheels atau sesuai dengan petunjuk direksi,
dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan dilakukan dari tepi ruas penghamparan
ke tepi lainnya kemudian ke bagian tengah lintasan. Ini dilakukan dengan tujuan
agar permukaan jalan mendapatkan kemiringan yang ideal dan tidak mengalami
penurunan. Agar campuran aspal panas tidak melekat pada roda Three Wheels,
maka roda Three Wheels dibasahi secukupnya dengan menggunakan air.
b. Pemadatan antara
Alat yan digunakan untuk proses pemadatan antara adalah Pneumatic Tired
Roller atau sesuai dengan petunjuk direksi, dengan kecepatan 6 km/jam. Alat ini
ampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 – 6,5 kg/cm2 (90-100psi).
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama,
hanya jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan.
Selain itu, ban gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu
membersihkan ban karet dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban
dibersihkan dari campuran yang menempel dengan menggunakan kain, selagi
PTR melakukan pemadatan alat ini menyemprotkan air pada campuran aspal
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix menempel pada ban.
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller atau sesuai dengan
petunjuk direksi, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan antara sehingga didapatkan
permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir menggunakan
Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semen usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujian material dan campuran di
laboratorium berdasarkan kuat beton untuk umut 7 dan 28 hari, atau umur yang lain yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam
spesifikasi teknik, mulai dari pengujuian DMF hingga persetujuan JMF.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria teknis utama,
yaitu kelecakan (workability), kekuatan (Straigth), dan keawetan (durability). Penyedia jasa
akan membuat gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan memperoleh
persetujuan direksi pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebagai
berikut :
1. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, baja tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa atau selongsong)) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran. Acuan yang
dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan kaku
untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecora, pemadatan dan
perawatan, dan acuan dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton. Segera sebelum beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi
minyak disisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas. Bahan dan
material yang telah disetujui dicampur dan diaduk menggunakan Concrete Mixer
dilokasi pekerjaan, kemudian campuran beton dituang kedalam acuan.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Concrete Mixer, Water Tank, Concrete Vibrator,
dan alat bantu.
Pasang Batu
Pekerjaan ini merupakan pasangan batu sebagai dinding penahan tanah yang dikerjakan
sesuai dalam gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan sesuai dengan instruksi dari
konsultan pengawas dan Direksi Pekerjaan.
Bahan :
Batu
Pasir
Semen (PC)
Pipa PVC
Alat :
Concrete Mixer
Pompa Air
Alat Bantu
Tahapan Pekerjaaan
Pengajuan request dengan disertai gambar kerja kepada Konsultan Pengawas dan
Direksi Pekerjaan
Setelah mendapatkan ijin dari konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan, Tim
Survey melakukan staking out dan pemasangan bowplank di lokasi pekerjaan
Kemudian dilakukan penggalian dengan menggunakan alat atau tenaga orang,
selanjutnya tanah bekas galian dibuang pada area pembuangan
Setelah penggalian dilakukan sesuai dengan elevasi yang dibutuhkan, tahap
selanjutnya adalah pemasangan batu dan melakukan pembentukan profil untuk
pasangan
Menentukan komposisi campuran bahan semen, pasir dan air dicampur dan diaduk
menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer sesuai dengan kuat tekan yang
disyaratkan.
Setelah penghamparan adukan dilakukan pemasangan batu
Pekerjaan pengisian rongga rongga
Pekerjaan pemasangan tali air
Pekerjaan plesteran dan acian untuk kepala pasangan batu.
Pekerjaan penyemprotan lapis perekat (tack coat), dengan menggunakan asphalt sprayer.
Tujuan dilakukannya pelapisan tack coat ini adalah untuk menambah daya ikat antara jalan
existing dengan campuran aspal baru. Batas Permukaan yang akan disemprot oleh setiap
lintasan penyemprotan diukur dan ditandai dengan cat atau benang. Distributor aspal mulai
bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot. Kecepatan laju dijaga
konstan sampai melalui titik akhir dicek apakah telah merata, untuk lapis perekat
disemprotkan hanya sebentar (kira-kira setebal kertas saat pengujian nilai kerataan)ebelum
penghamparan lapis aspal di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat.
Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal
emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat
semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.
Campuran beraspal panas dengan Lapis Aus (AC-WC) adalah campuran panas antara
Agregat dengan bahan pengikat asphalt minyak dihampar dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan yang ditentukan sesuai dengan gambar
rencana dan spesifikasi.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi
Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut :
Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt di campur diunit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi
pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,
kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type
Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Apabila
penghamparan dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan
penerangan secukupnya.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan
yang ditentukan dalam gambar rencana dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat
penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan.
Temperatur penghamparan ±155oC. Alat penghampar dioperasikan dengan
kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan atau
bentuk ketidakrataan lainnya.
Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset, Asphalt
Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat bantu.
Pemadatan
Setelah pekerjaan penghamparan selesai kemudian dilakukan pekerjaan pemadatan.
Pekerjaan ini adalah pekerjaan tahap akhir dari rangkaian pekerjaan lapis perkerasan lentur.
Pekerjaan ini dilakukan secara berulang kali dengan tujuan mendapatkan hasil yang
maksimal. Alat yang digunakan pada pekerjaan pemadatan ini adalah Three Weel, Pneumatic
Tired Roller, dan Mini Pneumatic Tired Roller.
b. Pemadatan antara
Alat yan digunakan untuk proses pemadatan antara adalah Pneumatic Tired
Roller atau sesuai dengan petunjuk direksi, dengan kecepatan 6 km/jam. Alat ini
ampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 – 6,5 kg/cm2 (90-100psi).
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama,
hanya jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan.
Selain itu, ban gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu
membersihkan ban karet dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban
dibersihkan dari campuran yang menempel dengan menggunakan kain, selagi
PTR melakukan pemadatan alat ini menyemprotkan air pada campuran aspal
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix menempel pada ban.
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller atau sesuai dengan
petunjuk direksi, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan antara sehingga didapatkan
permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir menggunakan
Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
a. Semua bahan cat yang digunakan harus dicampur terlebih dahulu menurut
petunjuk pabrik pembuatnya sebelum digunakan agar suspense pigmen merata di
dalam cat
b. Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada permukaan
perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi sebelum pelaksanaan
pengecatan marka jalan
c. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi dan
zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak
dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau penghamparan otomatis dengan
katup mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam pengoperasian
yang menerus (tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat
diterima Direksi Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus menghasilkan
suatu lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 3 milimeter
“cat termoplastik” belum termasuk butiran kaca yang juga ditaburkan secara
mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar ran-cangan
yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat
termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204°C - 218°C.
d. Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat meminta izin
Direksi Pekerjaan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot
dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang
disetujui untuk penggunaannya
e. Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah pelaksanaan
penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca harus ditaburkan dengan
kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk “bukan termoplastik”
maupun “termoplastik”
f. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat
dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta
kerusakannya lainnya
g. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa atas
biayanya sendiri
h. Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti sedemikian
sehingga menjamin keamanan umum ketika pengecatan marka jalan sedang
dilaksanakan
i. Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut ketentuan
pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan pewarna tercampur
merata di dalam suspense
METODE
PRESERVASI PEMELIHARAAN RUTIN KONDISI JALAN
Bahan Penutup Sealent
Untuk melindungi celah sambungan dari masuknya kotoran dan air kedalam celah maka celah
harus diisi dengan bahan joint sealent yang mempunyai spesifikasi tertentu. Masuknya kotoran
dan air kedalam celah akan mengganggu fungsi joint sebagai sarana kembang susut serta
terancamnya tulang sambungan dari proses karat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian
joint sealent adalah :
- Mutu bahan sealent yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
- Kebersihan celah dan dinding celah dari debu atau kotoran lain.
a. Semua bahan cat yang digunakan harus dicampur terlebih dahulu menurut
petunjuk pabrik pembuatnya sebelum digunakan agar suspense pigmen merata
di dalam cat
b. Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada
permukaan perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi sebelum
pelaksanaan pengecatan marka jalan
c. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi
dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang disetujui,
bergerak dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau penghamparan
otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat garis putus-putus
dalam pengoperasian yang menerus (tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi)
dengan hasil yang dapat diterima Direksi Pekerjaan. Mesin yang digunakan
tersebut harus menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan tebal
basah minimum 3 milimeter “cat termoplastik” belum termasuk butiran kaca
yang juga ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak
bergerigi) pada lebar ran-cangan yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh
pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur
204°C - 218°C.
d. Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat meminta izin
Direksi Pekerjaan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas,
disemprot dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan jenis
cat yang disetujui untuk penggunaannya
e. Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah
pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca harus
ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk
“bukan termoplastik” maupun “termoplastik”
f. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini
dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda
serta kerusakannya lainnya
g. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa
atas biayanya sendiri
h. Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti sedemikian
sehingga menjamin keamanan umum ketika pengecatan marka jalan sedang
dilaksanakan
i. Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut
ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan
pewarna tercampur merata di dalam suspense
Demoblisasi
Setelah pekerjaan fisik selesai (Pra PHO) maka dilanjutkan dengan demobilisasi peralatan
untuk dikembalikan ke gudang kontraktor.
Pembersihan
Setelah pekerjaan selesai maka diadakan pembersihan dari sisa material, kotoran bekas bongkaran dan
kotoran lain yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas, bekas kotoran dibuang di luar lokasi
pekerjaan.
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan kemudian diadakan pemeriksaan lapangan oleh tim
Panitia Pemeriksa Pekerjaan.
Amandemen
Hasil dari Pemeriksaan kemudian dituangkan dalam berita acara Serah Terima I kepada pengguna jasa
dan apabila terjadi perubahan volume ataupun perubahan design pada saat pelaksanaan maka
dituangkan dalam amandemen.
As Bult Drawing
Gambar As built drawing dibuat mengacu pada keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Foto 100%
Setelah pekerjaan mencapai prestasi 100% kemudian diambil gambarnya dengan posisi mengacu
pada hasil foto 0% dan 50%.
Penyerahan I (PHO)
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan dan sudah diperiksa oleh Tim Pemeriksa
Kegiatan kemudian dilakukan penyerahan pekerjaan tahap I (PHO) oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa.
Pemeliharaan
Sebagaimana yang telah ditentukan dalam Dokumen Lelang bahwa Pelaksana/ Kontraktor wajib
melaksanakan waktu pemeliharaan pekerjaan Selama masa pemeliharaan berlaku terhitung sejak
tanggal Serah Terima I (Pertama) pekerjaan pelaksanaan. Selanjutnya setelah masa waktu
pemeliharaan pekerjaan tersebut berakhir, akan dilakukan pemeriksaan lapangan kembali guna
diadakan Serah Terima II (Kedua) pekerjaan pelaksanaan.
Tugas utama Penyedia Jasa dalam masa pemeliharaan konstruksi adalah melaksanakan
perbaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi.
Adapun kegiatan-kegiatan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam masa waktu pemeliharaan
konstruksi adalah sebagai berikut :
Pasangan batu
Pek.plesteran dan beton
Semua kerusakan-kerusakan yang terjadi di lapangan
2. Melaksanakan segera semua perbaikan-perbaikan pekerjaan apabila terjadi hal-hal seperti
tersebut di atas.
3. Melaksanakan koordinasi dan laporan-laporan selama masa waktu pemeliharaan tersebut
kepada Pengguna Anggaran dan Unsur Pengelola Teknik Kegiatan.
4. Melaksanakan rapat-rapat koordinasi dengan Instansi yang terkait dengan pekerjaan ini,
bilamana diperlukan.
Setelah masa pemeliharaan selesai dan semua kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan telah
diperbaiki untuk selanjutnya dilakukan penyerahan kedua (FHO).
PENUTUP
Metode Rencana Pelaksanaan Preservasi Jalan Ciawi - Benda - Ciawi (Puncak) - Bts. Kota
Cianjur yang kami sajikan adalah sesuai dengan kondisi awal dilapangan setelah Kami survey,
amati dan dengan mempelajari gambar, rencana, dokumen-dokumen pendukung serta analisa
Kami tidak lupa kami selalu berpedoman pada Pedoman Standar/ Norma Standar, Kriteria
terutama pada Bidang Jalan dan Jembatan yang berlaku sedangkan kekurangan materi, ilustrasi
atau rujukan dalam penyajian metode pelaksanaan ini akan segera Kami perbaiki
Wawan Ikhwana
Direktur